Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tesis rasionalitas menegaskan bahwa pengambil keputusan berada pada
kondisi penguasaan penuh atas pengetahuan dan informasi dari seluruh
peristiwa yang tidak diamati. Rasionalitas menjadikan kehidupan sebagai
sebuah permainan, di mana setiap pemain mengetahui dengan tepat bahwa
setiap pemain lannya/pesaing mengetahui cara bermain dengan baik. Ibarat
permainan sepak bola, pelatih mengetahui taktik dan strategi yang akan
diterapkan pihak lawan. Model ini membantu para manajer memperoleh
pengertian dan pemahaman yang mendalam, tetapi mereka tidak dapat
membuat keputusan. Pengambilan keputusan merupakan suatu tugas yang
sulit dalam kaitan dengan ketidakpastian masa depan dan konflik nilai-nilai
atau hasil tujuan.
Memilih memerlukan ketelitian dan proses kognitif. Tidak
mengherankan jika topic pembuatan keputusan (decision making) dkaji oleh
berbagai disiplin ilmu, mulai dari ekonomi, kedokteran, geografi,
matematika, sosiologi, ilmu-ilmu politik, sampai psikologi. Pembuatan
keputusan dapat ditelaah dari segi normative ataupun dari segi deskriptif.
Pendekatan normative menitikberatkan apa yang seharusnya dilakukan oleh si
pembuat keputusan agar keputusannya bersifat rasional. Sementara,
pendekatan deskriptif menggambarkan apa yang telah dilakukan oleh si
pengambil keputusan. Pembuatan keputusan juga dapat dikaji dari dua sudut
preferensi terhadap resiko, yakni keputusan yang dibuat dalam suasana tanpa
risiko (riskless choice) ataupun keputusan yang dibuat dalam suasana yang
mengandung risiko.
Ketika dihadapkan dalam situasi dimana terdapat alternatif-alternatif
yang masing-masing alternative tidak bisa ditentukan hasilnya. Maka,
keputusan dapat diambil dengan memperhatikan berapa tingkat kepuasaan
yang dapat kita peroleh dimasing-masing alternatif tersebut.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori utilitas dalam pengambilan keputusan ?
2. Apa sajakah prinsip-prinsip dalam teori utilitas ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui bagaimana teori utilitas dalam pengambilan keputusan.
2. Mengetahui prinsip-prinsip dalam teori utilitas .

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Utilitas dalam pengambilan keputusan


Pengambilan keputusan penting sekali dalam manajemen. Manajer yang
efektif membuat ratusan keputusan setiap hari. Banyak manajer bahkan
membuat keputusan tanpa benar-benar memikirkannya.
Pengambilan keputusan dipilih berdasarkan alternatif terbaik dari
beberapa alternatif yang ada pada saat keadaan yang tidak pasti. Kegunaan
teori keputusan adalah untuk membantu memecahkan masalah dengan
menentukan tindakan yang akan dipilih melalui pemilihan berbagai alternatif
yang tersedia. Dalam memilih suatu keputusan minimal terdapat dua
alternatif yang diberikan, dan pengambil keputusan harus memilih satu
alternatif berdasarkan kriteria tertentu diantara alternatif lainnya.
Teori utilitas atau teori manfaat yang diharapkan , adalah jumlah dari
kesenangan atau kepuasaan relative (gratifikasi) yang dicapai. Dengan jumlah
ini, seseorang bisa menentukan meningkat atau menurunnya utilitas, dan
kemudian menjelaskan kebiasaan ekonomis dalam koridor dari usaha untuk
meningkatkan kepuasaan seseorang. Teori ini diterbitkan oleh John von
Neumann dan Oskar Morgenstern, di mana mereka mengusulkan teori utilitas
yang diharapkan sebagai teori perilaku “seharusnya”, ini tidak dimaksudkan
untuk menggambarkan bagaimana orang-orang benar-benar berperilaku, tetapi
bagaimana orang akan berperilaku jika mereka mengikut persyaratan tertentu
dalam pembuatan keputusan rasional. Salah satu tujuan utama dari teori
semacam itu untuk menyediakan serangkain asumsi eksplisit, atau aksioma-
aksioma, yang mendasari pengambilan keputusan rasional.
Bermula pada tahun 1713, professor asal swiss yang bernama Nicolas
Bernoulli mengajukan sebuah pertanyaan yang menggugah minat masyarakat.
Ia tertarik pada berapa banyak orang yang mempunyai uang mampu
membayar untuk bermain dengan dua peraturan berikut. (1) Sebuah koin
diundi hingga sampai ke tanah di mana bagian yang tampak adalah bagian

3
belakang, dan (2) pemain dibayar $2.00 jika bagian belakang yang muncul
pada saat pembukaan undian, $4.00 jika bagian belakang yang muncul pada
undian kedua, $8.00 pada bagian belakang muncul pada undian ketiga, dan
$16.00 jika bagian belakang muncul pada undian keempat, dan begitu
seterusnya. Berapakah yang akan dibayar untuk permainan berikut ini?
Kebanyakan orang mau untuk membayar tidak lebih dari sedikit dolar untuk
bermain permainan tersebut.
Sejak Bernoulli pertama kali mengajukan masalah ini, masalah tersebut
sudah diberi gelar St. Petersburg Paradox. Ini adalah sebuah paradox karena
nilai yang diharapkan dari permainan (rata-rata pemberian imbalan jika
permainan dimainkan suatu jumlah yang tak ada akhirnya dari waktu) adalah
tanpa batas, sekalipun begitu sangat sedikitnorang mau membayar sejumlah
uang yang sangat besar untuk bermain. Kebenarannya bahwa rata-rata
pemberian imbalan tanpa batas, kita dapat mengkalkulasi nilai yang
diharapkan dari permainan Bernoulli dengan perkalian pemberian imbalan
untuk masng-masing hasil yang mungkn berlawanan terhadap kesempatan
menyangkut hasil itu terjadi. Kesempatan dari bagian belakang pada undian
yang pertama (yang mana akan mengakibatkan pemberian imbalan $2.00)
adalah ½, kesempatan dari satu kepala yang diikuti oleh bagian belakang
suatu pemberian imabalan $4.00 adalah ¼, kesempatan dari dua kepala yang
diikuti oleh bagian belakang (suatu pemberian imbalan $8.00) adalah 1⁄ , dan
8

pada umumnya, nilai yang dharapkan (EV) (di mana K = jumlah undian )
adalah :
EV (game) : = (½) ($2.00) + (¼) ($4.00) + (1⁄8 ) ($8.00) + … + (½) ($2.00)
= $1.00 + $1.00 + … + $1.00
= suatu jumlah tanpa batas (uang)
Pertanyaannya adalah, kemudian, kenapa orang-orang menolak untuk
membayar lebih dari sedikit dolar untuk bermain sebuah permainan dengan
suatu pengembalian yang diharapkan tanpa batas?
Dua puluh lima tahun setelah Nicolas Bernoulli mengajukan masalah,
sepupunya yang lebih muda, ahli matematika Daniel Bernoull, tiba pada

4
sebuah solusi yang berisi embrio pertama dari teori keputusan zaman. Daniel
Bernoulli (1738/1954) beralasan bahwa nilai atau manfaat dari uang merosot
dengan jumlah menang (atau telah memiliki). Secara terperinci, Bernoulli
beragumentasi bahwa bilai uang bisa diwakili sebagai berikut.
Utility

Wealth Gambar : Nilai Uang. (Sumber: Plous, 1943)

Dengan mengira bahwa nilai dari tambahan uang merosot dengan kekayaan,
Bernoulli biasa menunjukkan bahwa manfaat yang diharapkan dari permainan
St. Petersburg tanpa batas sampai kapan pun.
2.2 Prinsip-prinsip dalam Teori Utilitas.
Formulasi teori utilitas yang diharapkan didasarkan pada enam prinsip
dasar dalam tingkah laku memilih berikut.
1. Ada urutan alternatif. Pertama-tama, para pengambil keputusan rasional
harus membandingkan setiap dua alternatif dan memilih salah satu
alternative dan mengabaikan yang lain (mutually exclusive). Prinsip ini
menyatakan bahwa dalam menentukan pilihan A dan B, cara-cara
penyajian pilihan A dan B tersebut tidak mempengaruhi keputusan yang
diambil. Misalnya keputusan seseorang untuk diet berat badan dengan
olahraga daripada dengan mengurangi karbohidrat tidak dipengaruhi
apakah kampanye diet dilakukan dengan cara lisan atau tertulis. Intinya
kita harus memilih dari dua alternative atau lebih.
2. Dominasi/Kekuasaan. Misalnya, sebuah mobil B sangat mendominasi
jika unggul dalam jarak tempuh, biaya, dan terlihat, dan itu adalah lemah
dominan jika jarak tempuh semakin baik dari mobil B, tetapi setara
dalam baya dan tampak. Menurut teori utilitas yang diharapkan, sangat

5
rasional para pengambil keputusan seharusnya tidak memilih strategi
yang didominasi, bahkan jika strategi hanya hanya didominasi lemah.
Jika ada dua laternatif berisiko termasuk identik dan hal yang sama
diantara mereka kemungkinan konsekuensi yang mungkin terjadi, maka
utilitas hasil ini harus diabaikan dalam memilih antara dua pilihan.
Dengan kata lain, pilihan antara dua alternative harus tergantung hanya
pada hasil yang berbeda, tidak pada hasil yang sama untuk kedua
alternative. Faktor umum harus membatalkan keluar. Misalnya, jika dari
segi kepangkatan, promosi, lokasi dan iklim kerja, karier sebagai
pegawai negeri dan swasta sama-sama menarikya, namun gaji
pegawainya swasta jauh lebih besar daripada gaji pegawai negeri, maka
pekerjaan pegawai swasta harus lebih disukai daripada pekerjaan sebagai
pegawai negara.
3. Cancellation. Pemilihan antara dua alternatif seharusnya bergantung
hanya pada hasil yang sama untuk kedua alternative. Kalau kita memilih
pekerjaan X,itu seharusnya lebih baik dari Y.
4. Transitivitas. Jika pembuat keputusan yang rasional harus lebih suka
hasil A dan B, dan hasil B ke C, maka orang seharusnya lebih memilih
hasil A daripada hasil C. Misalnya, jika menjadi mahasiswa fakultas
ekonomi lebih di sukai daripada menjadi mahasiswa fakultas sastra, dan
menjadi mahasiswa fakultas sastra lebih disukai daripada menjadi
mahasiswa fakultas ilmu pendidikan, maka menjadi mahasiswa ekonomi
harus lebih disukai daripada menjadi mahasiswa fakultas ilmu
pendidikan.
5. Kontinuitas. Untuk setiap sesuatu hasil, seorang pembuat keputusan
harus selalu lebih suka bertaruh antara hasil terbaik dan terburuk untuk
hasil yang pasti diantara jika peluang atau hasil terbaik cukup baik.
6. Invariance. Prinsip invariance menetapkan bahwa pembuat keputusan
seharusnya tidak dipengaruhi oleh cara alternative penyaian. Pembuat
keputusan seharusnya lebih mementingkan substansi.

6
Von Neumann dan Morgentenstern (1947) dalam Plous (1993) membuktikan
secara matematis bahwa saat pembuat keputusan melanggar prinsip-prinsip
utilitas diharapkan. Contohnya, anggap saja didalam pelanggaran aturan
transivitas, Anda memiliki perbedaan intrasitif untuk hasil A, B, dan C. anda
memilih hasil A. ini berarti bahwa saya seharusnya bersedia untuk
memberimu hasil C dan menawarkan-berkata, untuk mata uang seharga 5
sen-untuk mengambil kembali hasil C dan memberimu hasil B. karena anda
memilih hasil B daripada hasil C, anda tanpa ragu akan menerima tawaran
saya dan membayar uang 5 sen tersebut.
Sekarang anda mempunya hasil B. dalam hal yang sama, saya seharusnya
bersedia untuk menawarkan pada yang lainnya-untuk mengambil kembali
hasil B dan member hasil A (yang anda pilih adalah hasil B). ni akan
membantu membuat anda memilih hasil A. tetapi sekarang, karena pilihan
anda andalah intransitive, saya dapat menawarkan-untuk menarik kembali
hasil A dan memberimu hasil C (yang mana anda memilih hasil A). hasilnya
adalah anda kembali pada dimana anda memulai, berkurang 3 Penny (atau Rp
3 atau Rp 3.000, atau berapa pun). Di lain kata, saya bisa lanjutkan untuk
menggunakan intrasitif dalam pemilihan sebagai suatu “pompa uang” selama
aliran uang ada habis. Pada bagian selanjutnya, kita akan mendiskusikan
masalah yang mana aturan transitif dan aturan lain dari tindakan rasional yang
dilanggar.
Setelah Von Neumann dan Morgenstern (1947) mengusulkan teori manfaat
yang diharapkan, penggagas teori lain mengembangkan lanjutan dan
variasinya. Satu dari variasi yang palng terkemuka adalah “teori subjektivitas
manfaat yang diharapkan”’ mulanya dikembangkan oleh Leonard Savage.
Perbedaan utama dalam teori Savage dengan teori Non Nemanndan
Mogentern adalah Savage membolehkan pandangan, atau pribadi,
kemungkinan dari hasil-hasil yang diperoleh. Sebelum tahun 1954,
kemungkinan dalam teori manfaat yang diharapkan telah diperlakukan se
bagai kemungkinan yang objektif dalam paham klasik (berdasarkan frekuensi

7
relative). Savage menitk beratkan teori dengan memasukkan sudut pandang
dari kemungkinan hasil yang akan terjadi.
Keadaan in adalah bagian penting dalam masalah saat kemungkinan tujuan
tidak dapat ditentukan dimuka atau saat hasil cuma akan terjadi sekali.
contohnya, dengan rencana/rancangan kerja dari teori subjektivitas manfaat
yang diharapkan, ini membuat paham untuk mempertimbangkan
kemungkinan dari kejadian tak terulang seperti perang nuklir, walaupun tidak
dapat menentukan kemungkinan nuklir itu dilandaskan pada frekuensi
relative. Dalam perbedaan/pertentangan, ini sukar untuk mengetahui
apa”kemungkinan dari perang nuklir” sesungguhnya berarti dala konteks dari
teori utilitas.
Tingkah laku dapat diterangkan dengan konsep utilitas yang didefinisikan
sebagai suatu ukuran preferensi individu akan uang. Utilitas terhadap barang
atau layanan adalah nilai barang atau layanan adalah nilai barang atau layanan
tersebut menurut persepsi penggunanya. Misalnya, nilai Rp 100.000,00 bagi
orang kaya hanya setara dengan sekali makan siang. Tetapi bagi orang
miskin, Rp100.000,00 tersebut bisa berarti 30 makan siang. Teori utilitas bila
diterapkan pada situasi yang menyangkut risiko, mengatakan bahwa bila
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka yang dia pilih adalah
pilihan yang utilitasnya tinggi. Misalnya, premi asuransi mobil atau jiwa
seharga 150 juta adalah 3,6 juta/tahun. Maka, peserta asuransi akan
dihadapkan pada alternative antara kehilangan Rp 3.6 juta (berarti Rp 10.000
perhari)dan kehilangan mobil seharga Rp 150 juta. Tentu, siapa pun akan
memilih kehilangan Rp 3,6 juta daripada kehilangan Rp 150 juta.
Alternatifnya adalah antara kehilangan Rp 10.000 perhari dan memperoleh
pertanggungan kecil. Peserta asuransi berusaha memilih yang
memaksimalkan utilitasnya. Peserta asuransi akan menjatuhkan pilihan pada
asuransi yang memberikan manfaat lebih.

8
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Teori utilitas adalah teori yang menggambarkan jumlah dari kesenangan
atau kepuasaan relatif (gratifikasi) yang dicapai. Tujuan utama dari teori
semacam ini adalah untuk menyediakan serangkaian asumsi eksplisit, atau
aksioma-aksioma, yang mendasari pengambilan keputusan rasional. Adapun
formulasi teori utilitas yang diharapkan yaitu berdasarkan pada prinsip dasar
dalam tingkah laku memilih yaitu adanya urutan alternatif,
dominasi/kekuasaan, cancellation, transivitas, kontuinitas dan Invariance.
3.2 Saran
Pengambilan keputusan merupakan suatu tugas yang sulit yang berkaitan
dengan ketidakpastian masa depan dan konflik nilai-nilai atau hasil tujuan.
Maka dari itulah kami berharap dalam pengimplementasian kerja, baik dalam
diri individu maupun dalam sebuah entitas dapat menerapkan teori utilitas
sebagai salah satu alat untuk menggambarkan bagaimanan berperilaku dalam
pembuatan keputusan yang rasional. Dengan begitu maka keputusan dapat
diambil dengan memperhatikan berapa tingkat keputusan yang dapat kita
peroleh di masing-masing alternatif tersebut, yaitu dengan
mempertimbangkan enam prinsip dasar dalam tingkah laku memilih yang
merupakan formulasi dasar dari teori utilitas.

9
DAFTAR PUSTAKA

Pianz Virgo.2016. Chapter3 Teori Utilitas Dalam Pengambilan Keputusan.


https://www.scribd.com/doc/306327363/Chapter3-Teori-Utilitas-Dalam-
Pengambilan-Keputusan, diakses tanggal 30 September 2017)

Suartana,I Wayan, Akuntansi Keperilakuan (teori dan implementasi), Edisi 1,


Yogyakarta, ANDI yogyakarta, 2010.

Todo Harapan Tobing.2012. Pengambilan Keputusan.


http://todoharapantobing.blogspot.co.id/2012/08/pengambilan-
keputusan.html, diakses tanggal 30 September 2017).

Tria Oktaviani.2016. Penentuan Pilihan.


http://penentuanpilihan.blogspot.co.id/2013/01/penentuan-pilihan.html,
diakses tanggal 30 September 2017)

Wisnu Jibonk.2014. Expected Utility Theory.


http://jibonk168.blogspot.co.id/2014/03/expected-utility-theory.html,
diakses tanggal 30 September 2017)

10

Anda mungkin juga menyukai