LP Aub (Ruang 10)
LP Aub (Ruang 10)
Pengertian
Abnormal Uteri Bleeding (AUB) adalah perdarahan uterus abnormal yang didalam
maupu diluar siklus haid,yang semata – mata disebabkan gangguan fungsional mekanisme kerja
hipotalamus – hipofisis – ovarium – endometrium –tanpa kelainan organik alat reproduksi AUB
AUB adalah suatu keadaan yang ditandai perdarahan banyak,berulang dan berlangsung
lama yang berasal dari uterus namun bukan disebabkan oleh penyakit organ dalam
AUB adalah perdarahan abnormal dari uterus, biasanya berhubungan dengan kegagalan
B. Etiologi
Perdarahan uterus disfungsional dapat terjadi pada setiap umur antara menarche dan
menopause.tetapi,kelainan ini lebih sering dijumpai pada masa permulaan dan pada masa akhir
fungsi ovarium. Pada usia perimenars,penyebab paling mungkin adalah faktor pembekuan darah
gangguan atau terlambat proses maturasi pada hipotalamus,dengan akibat bahwa pembuatan
releasing faktor dan hormon gonadotropin tidak sempurna. Pada wanita dalam masa
lancar.(Kadarusman,2005)
C. Tanda dan gejala
3. Siklus menstruasi yang bervariasi (biasanya kurang dari 28 hari diantara siklus menstruasi )
5. Infertill
7. Hot Flashes
8. Kekeringan vagina
9. Hirsutism
10. Nyeri
D. Patofisiologi
Schroder pada tahun 1915, setelah penelitian histopatologik pada uterus dan ovarium pada waktu
yang sama, menarik kesimpulan bahwa gangguan perdarahan yang dinamakan metropatia
hemoragika terjadi karena persistensi folikel yang tidak pecah sehingga tidak terjadi ovulasi dan
pembentukan korpus luteum. Akibatnya, terjadilah hiperplasi endometrium karena stimulasi
estrogen yang berlebihan dan terus-menerus.
C. Komplikasi
D. PATHWAY
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama
abnormal,Siklus menstruasi yang bervariasi (biasanya kurang dari 28 hari diantara siklus
c. Riwayat Penyakit
a. Ginekologi reproduksi.
Pastikan tidak adanya kehamilan dengan memeriksa haid terakhir, menars, pola haid ada
tidaknya dimenore, molimina, penggunaan tampon, benda asing, aktivitas seksual, pemakaian
kontrasepsi (tipe, efek, lamanya), riwayat SOP dan kelainan perdarahan pada keluarga.
Jika seorang wanita berdiri tanpa menggunakan tampon perlu dilihat apakah ada
perdarahan yang mengalir pada kedua kakinya. Jika ada maka perdarahan dikatakan banyak.
c. Singkirkan penyebab lain dari perdarahan, seperti stress, kelainan pola makan, olahraga,
d. Pemeriksaan fisik
a. Ortoforia, konjungtifa anemis -/-, sklera ikterik -/-, refleks pupil +/+
e. mulut dan gigi : mukosa bibir basah, soianosis ( - ), lidah kotor -/-
f. Pemeriksaan leher :
Kelenjar getah bening tidak teraba membesar
g. Pemeriksaan Toraks : Paru : dada simetris,vesikular, ronkhi -/-, wheezing -/-
h. Jantung :
BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
i. Pemeriksaan Abdomen : datar, bising usus (+) N, hepar dan lien tidak teraba.
j. Pemeriksaan ekstermitas : edema (-/-), sianosis -/-,capillary refill time< 2 detik
Pemeriksaan harus difokuskan untuk mengidentifikasi tanda-tanda penyebab lain dari
sangat jelas, sedangkan adanya anovulasi kronik tidak menunjukkan tanda yang jelas.
Ø Memar-memar – koagulopati
e. Pemeriksaan laboratorium
diperlukan pada kasus ini. Pemeriksaan lain tergantung dari usia, status ovulasi, risiko PMS
(Penyakit Menular Seksual), dan risiko penyakit lain. Pemeriksaan ultrasonografi transvaginal
adalah pemeriksaan noninvasif dan Membantu dalam mendeteksi Kelainan pada rahim, seperti
rahim) atau Biopsi endometrium (mengambil sedikit jaringan endometrium) bila diperlukan.
Pemeriksaan laboratorium ini harus sudah terarah sesuai dengan hasil pemeriksaan fisis
b. PAP tes
e. Biopsi endometrium
f. Hematokrit 2 9 , 0 %
h. USG (hasil dari pemeriksaan USG : penebalan dinding endometrium dan dislokasi IUD
tanpa disertai perlukaan yang menyebabkan reaksi radang.
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan infeksi pada organ reproduksi
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi nasokomial
5. Intervensi (Dongoes,2002)
Kriteri Hasil :
Intervensi
6. Monitor BB pasien.
9. Diskusikan dengan ahli gizi dalam menentukan kebutuhan protein untuk pasien dengan
Kriteria Hasil :
Intervensi
R:Mengurangi nyeri
dalam,bimbingan imajinasi,visualisasi)
R:Mengontrol nyeri
R:Menurut jurnal penelitian Ernawati, Tri Hartiti, Idris Hardi yang menyatakan bahwa Teknik
relaksasi napas dalam dapat menurunkan intensitas nyeri dengan cara merelaksasikan otot-otot
skelet yang mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin sehingga terjadi
vasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan aliran darah ke daerah yang mengalami
spasme dan iskemic. Teori lain yang mendukung bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat
menurunkan intensitas nyeri adalah teori huges dkk (1975). Menurutnya dalam keadaan tertentu
tubuh mampu mengeluarkan opoid endogen yaitu endorphin dan enkefalin. Zat –zat tersebut
memiliki sifat mirip morfin dengan efek analgetik yang membentuk suatu “system penekan
nyeri”. Tehnik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu keadan yang mampu merangsang
tubuh untuk mengeluarkan opoid endogen sehingga terbentuk system penekan nyeri yang
akhirnya akan menyebabkan penurunan intensitas nyeri. Hal inilah yang menyebabkan adanya
perbedaan penurunan intensitas nyeri sebelum dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam, dimana setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam terjadi penurunan intensitas nyeri.
Teknik relaksasi nafas dalam yang dilakukan secara berulang akan menimbulkan rasa nyaman.
Adanya rasa nyaman inilah yang akhirnya akan meningkatkan toleransi seseorang terhadap
nyeri. Orang yang memiliki toleransi nyeri yang baik akan mampu beradaptasi terhadap nyeri
Kriteria hasil :
Intervensi
R: Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
R: Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat
R: Menurut Jurnal Penelitian Oleh : Abdul Ghofur dan Eko Purwoko menyatakan bahwa
Pemberian teknik nafas dalam pada pasien akan terjadi penurunan dalam ketegangan untuk
serta mengendurkan kumpulan otot secara bergantian sehingga dapat merasakan perbedaan
antara relaksasi dan ketegangan. Dari hasil penelitian, gambaran tingkat kecemasan setelah
pemberian teknik nafas dalam pada waktu selama 15 menit diperoleh penurunan nilai tingkat
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma persalinan, jalan lahir, dan infeksi
nasokomial
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1. Kaji tinggi fundus dan sifat Kaji lochia: jenis, jumlah, warna dan sifatnya Monitor vital sign,
2. Catat jumlah leukosit dan gabungkan dengan data klinik secara lengkap Lakukan perawatan
perineum dan jaga kebersihan, haruskan mencuci tangan pada pasien dan perawat
R:Mengetahui data tambahan,dan proteksi diri untuk pasien agar tidak terinfeksi
3. Kaji ekstremitas: warna, ukuran, suhu, nyeri, denyut nadi dan parasthesi/ kelumpuhan
6. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, M.E, et al.2002. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Medika, NANDA.
Robbins, Stephen P. dan Mary Coulter. 2007. Manajemen Edisi 8. Jakarta: Indeks