Anda di halaman 1dari 18

INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI

KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Inovasi pada umumnya sering dilakukan oleh sektor swasta dalam memberikan

pelayanan kepada pelanggannya sebagai upaya untuk tetap eksis dalam persaingan pasar.

Oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi sektor swasta untuk mengembangkan

berbagai inovasi. Keberhasilan sektor swasta dalam berinovasi, mulai dilirik oleh sektor

publik untuk dapat menyediakan pelayanan yang lebih efektif dan efisien. Inovasi dalam

sektor publik telah menjadi wacana penting di berbagai negara, terutama di negara maju

karena dengan adanya inovasi dalam sektor publik dianggap dapat berkontribusi dalam

peningkatan kualitas pelayanan publik dan menjadi solusi dalam pemecahan masalah

publik (Walker et al., 2011, dan de Vries, M., 2013). Inovasi dalam sektor publik sangat

identik dan sering dikaitkan dengan perubahan atau reformasi yang dilakukan oleh

pemerintah yang lebih dikenal sebagai konsep new public management (NPM) (Pollit

dan Bouckaert, 2011, Eva dan Torfing, 2012), dan konsep e-government (Safeena dan

Abdullah, 2013).

Pentingnya inovasi dalam sektor publik menjadi kajian menarik di negara-negara

maju, mengingat bahwa persaingan dan perkembangan perubahan sosial yang semakin

kompleks. Dimana persaingan antar lembaga penyedia layanan semakin meningkat dan

berpengaruh satu dengan yang lainnya. Inovasi dalam sektor publik dilakukan melalui

penciptaan ide atau gagasan baru terhadap pelayanan publik dan melalui proses adopsi

terhadap inovasi yang ada (biasanya inovasi yang dilakukan oleh sektor swasta) (Borrins,

2014). Inovasi dalam sektor publik dilakukan oleh pemerintah karena adanya proses

komunikasi atau penyebaran informasi akan suatu inovasi (Lewis, 2010, Thayer, 2013,

dan Hallahan, 2011). Proses penyebaran inovasi membutuhkan saluran komunikasi dan

1
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

waktu sampai pemerintah memutuskan untuk melakukan suatu inovasi (Rambocas,

2012). Inovasi dalam sektor publik berkembang menyesuaikan kebutuhan dan kondisi

yang ada, sehingga diperlukan proses tahapan yang panjang dan diperlukan sikap

selektif yang tepat untuk mengadopsi inovasi.

Konsep inovasi dalam sektor publik mulai dipraktikkan di berbagai negara

berkembang karena adanya perkembangan teknologi canggih yang pesat. Konsep inovasi

di negara berkembang lebih banyak dikaitkan dengan pengadopsian atau penggunaan

teknologi, informasi dan komunikasi (TIK) ke dalam sistem administrasi publik oleh

pemerintah (Marieta et al., 2010). Dengan adanya kemajuan teknologi yang dibawa dan

dikenalkan dari negara maju, menyebabkan adanya perubahan yang terlihat dari sistem

pelayanan yang mulai begeser menjadi lebih modern (Ramseook et al., 2010). Proses

inovasi dalam sektor publik di negara berkembang juga melalui penciptaan ide atau

gagasan baru, tetapi lebih banyak melalui proses adopsi inovasi yang sudah ada (Tomas

dan Jankovic, 2014, Akenroye, 2012, dan Stasishyn dan Ivanov, 2013). Di beberapa

negara berkembang, inovasi dianggap sebagai penggunaan teknologi yang canggih ke

dalam administrasi publik yang dikenal sebagai konsep e-government (Al-Khouri, 2011).

Di Indonesia konsep inovasi dalam sektor publik sudah dilakukan diberbagai

sektor, antara lain sektor pendidikan, kesehatan, lingkungan, infrastruktur, pertanian, dan

lain sebagainya. Inovasi dalam sektor publik di Indosesia telah mengubah karakteristik

organisasi publik yang rigid, kaku, dan cenderung status-quo menjadi sistem yang lebih

luwes dan dinamis (Suwarno, 2013, Zakso, 2012 dan Kuipers et al., 2014). Hal yang

perlu diperhatikan oleh pemerintah dalam berinovasi seperti halnya inovasi yang

dilakukan oleh sektor swasta yaitu penyesuaian dengan budaya organisasi, selain itu juga

harus memperhatikan dinamika yang terjadi pada masyarakat (Suwarno, 2013).

2
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Pemahaman inovasi di Indonesia dapat dilihat dari berbagai penerapan inovasi

yang dilakukan di semua lini pemerintah. Hampir semua instansi pemerintah, memahami

inovasi sebagai adopsi penggunaan TIK kedalam proses administrasi publik yang dikenal

dengan konsep e-government. Keterkaitan inovasi dengan e-government dapat terlihat

dari penerapan TIK pada lingkungan instansi pemerintah dalam menyediakan pelayanan

publik secara elektronik (e-government) (Suwarno, 2013, Rokhman, 2011). Meskipun

demikian juga terdapat beberapa instansi yang memahami inovasi bukan hanya sekedar

penggunaan TIK dalam administrasi publik.

Menurut Bambang (2015) menjelaskan bahwa hal terpenting dalam inovasi adalah

proses difusi inovasi atau penyebarannya. Dimana cepat atau lambatnya suatu inovasi

dapat diterima tergantung pada kemampuan suatu inovasi dapat diketahui oleh orang

lain. Berbagai upaya dilakukan inovator untuk dapat memperkenalkan suatu inovasi

kepada orang lain. Untuk bisa diterima dan diterapkan oleh banyak orang, maka inovator

harus dapat mengidentifikasi berbagai kebutuhan yang diperlukan orang lain. Suatu

inovasi harus dapat memperlihatkan berbagai kelebihan dan manfaat yang ada dalam

inovasi. Seharusnya suatu inovasi memiliki kelebihan dan manfaat yang lebih banyak

dibandingkan dengan keadaan dan kondisi sebelumnya. Penerapan suatu inovasi

diharapkan dapat memperbaiki kondisi dan kebutuhan orang lain menjadi lebih baik

dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Selain itu suatu inovasi untuk dapat diadopsi

oleh masyarakat mutlak harus dapat disebarkan dengan mengkominkasikannya kepada

masyarakat luas dengan berbagai cara (Rahayuningtyas dan Sofiah, 2013).

Penerapan e-government di Indonesia dimulai sejak tahun 2003 seiring dengan

keluarnya INPRES No. 3/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan

E-government, tetapi kondisi penerapannya bervariasi. Sejak penerapan e-government

inilah, seluruh instansi yang ada melakukan berbagai inovasi yang dipengaruhi oleh

3
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

perkembangan TIK yang semakin pesat dan luas. Pemanfaatan TIK dalam sektor publik

dapat dilihat diberbagai bidang, seperti bidang pariwisata yang dikenal dengan e-tourism,

pendidikan yang dikenal dengan e-education, penganggaran publik yang dikenal dengan

e-budgeting, pengadaan barang atau jasa yang dikenal dengan e-procurement, kesehatan

yang dikenal dengan e-health dan lain sebagainya. Penggunaan TIK dalam administrasi

publik diharapkan dapat memberikan pelayanan publik yang cepat, mudah, tepat dan

murah, sehingga dapat memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan

penggunaan cara yang manual atau tradisional.

Penggunaan TIK dalam sektor publik dari tahun ketahun mengalami peningkatan,

hal ini dapat dilihat dari peningkatan pemanfaatan layanan berbasis website yang

berkembang menjadi aplikasi e-government antara lain e-planning, e-budgeting, e-

project, e-procurement, e-delivery, e-controlling, e-service, e-performance dan lain

sebagainya. Tetapi peningkatannya hanya terjadi pada kuantitas penggunaan layanan

berbasis website bertambah, tetapi kualitasnya belum menjadi perhatian yang lebih.

Meskipun demikian banyak penghargaan untuk mengapreasiasi instansi pemerintah yang

berhasil menerapkan konsep e-government di lingkungan instansinya. Seperti

penghargaan Indonesian Digital Society Award (IDSA) yang dilakukan setiap tahun.

Dalam menentukan pemenang dalam penghargaan ini ditentukan melalui empat aspek

yaitu initiative, leadership, usership, dan benefit yang dilakukan pada lima pihak yaitu

Pemerintah Daerah, Lembaga Pendidikan, Lembaga Pelayanan Kesehatan, UKM Swasta,

dan Masyarakat. Dimana tahun 2015 ini hasil penilaian pengharagaan IDSA sebagai

berikut.

Tabel 1.1 Penghargaan Indonesian Digital Society Award (IDSA) Tahun 2015
Kategori Juara 1 Juara 2 Juara 3
Best of The Best Kota Surabaya Kota Yogyakarta
e-government Kota Surabaya Kota Yogyakarta Kota Banda Aceh

4
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

e-health Kota Surabaya Kota Yogyakarta Kota Bekasi


e-education Kota Yogyakarta Kota Surabaya Kota Banda Aceh
e-tourism Kota Yogyakarta Kota Bogor Kota Balikpapan
Sumber : www.idsa.co.id, 2015

Penghargaan ini memberikan apresiasi kepada Pemerintah Daerah atas

keberhasilannya dalam penerapan e-government. Selain itu juga dapat memberikan

dorongan dan dukungan kepada setiap Pemerintah Daerah untuk mengembangkan e-

government. Meskipun pemanfaatan TIK dalam sektor publik sangat dipengaruhi oleh

kebutuhan setiap instansi dalam mewujudkan pelayanan yang mudah, cepat, tepat dan

murah. Seperti pada bidang kesehatan yang dikenal dengan konsep e-health yang

menggunakan TIK bukan hanya sekedar dalam pelayanan medis, tetapi mulai

berkembang pada layanan kesehatan yang lainnya. Keberhasilan dalam mengembangkan

konsep e-health dalam pelayanan kesehatan antara lain Kota Surabaya, Kota Yogyakarta

dan Kota Bekasi yang berhasil memenangkan penghargaan IDSA kategori e-health.

Menurut World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa e-health is the

use of information and communication technologies (ICT) in support of health and

helath-related field, including health-care service, health surveillance, health literature,

and health education, knowledge and research. Penekanan konsep e-health yaitu

pemanfaatan TIK pada pelayanan kesehatan, dimana dalam perkembangannya masih

difokuskan pada pelayanan medis pasien yang hanya dapat diakses pada rumah sakit

pusat dan rumah sakit swasta dan oleh pihak tertentu karena untuk mengaksesnya

memerlukan biaya yang tidak murah.

Dewasa ini perkembangan konsep e-health bukan hanya menfokuskan pada

pelayanan medis di Rumah Sakit saja, melainkan pada kegiatan pelaksana pelayanan

kesehatan yang dilakukan di Puskemas. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan perseorangan

5
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Peraturan Menteri

Kesehatan No 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Untuk

menjangkau masyarakat secara keseluruhan maka diperlukan program Sistem Informasi

Manajemen Puskesmas atau SIM Puskemas yang terintegrasi dengan baik melalui

berbagai kegiatan pelaksana. Dalam program SIM Puskesmas terdapat empat bentuk

kegiatan pelaksana antara lain sistem pendaftaran pasien, sistem rekam medis pasien,

sistem pengobatan atau farmasi dan sistem pembayaran.

Dalam mempemudah dalam melaksanakan kegiatan pelaksana pelayanan

kesehatan di Puskemas, setiap daerah mulai mengembangkan berbagai bentuk strategi

atau inovasi. Kegiatan pelaksana pelayanan kesehatan disetiap Puskesmas sebelumnya

dilakukan dengan cara manual atau tradisional. Kelemahan dalam penggunaan cara

manual atau tradisional menjadi tantangan bagi setiap Puskesmas untuk melakukan

pengembangan strategi. Dewasa ini di berbagai daerah mulai mengembangkan berbagai

strategi yang memanfaatkan TIK dalam melakukan kegiatan pelaksana pelayanan

kesehatan di Puskesmas, salah satunya yaitu Kota Yogyakarta. Dinas Kesehatan Kota

Yogyakarta berhasil mengembangkan strategi yang memanfaatkan TIK dalam

melakukan kegiatan pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas yang dikenal dengan

aplikasi SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas). Aplikasi SIMPUS

merupakan salah satu bentuk inovasi dalam sektor publik yang menfokuskan pada

bidang kesehatan di Kota Yogyakarta yang dapat mengakomodir semua kegiatan

pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas. Meskipun keberadaan aplikasi SIMPUS

melalui berbagai tahap pengembangan.

Kemunculan inovasi dalam sektor publik ini sebagai bentuk komitmen Pemerintah

Kota Yogyakarta dalam menerapkan Undang-undang No 23/2014 tentang Pemerintahan

6
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Daerah yang termuat dalam pasal 386 tentang Inovasi Daerah. Dalam keseriusannya

menerapkan undang-undang ini secara optimal dalam berbagai bentuk inovasi di

berbagai sektor, sehingga pada tahun 2015 Pemerintah Kota Yogyakarta dijadikan

sebagai Laboratorium Inovasi Daerah oleh Lembaga Administrasi Negara.

Perkembangan aplikasi SIMPUS di Kota Yogyakarta dapat dilihat pada tabel dibawah

ini.

Tabel 1.2 Pengembangan Aplikasi SIMPUS di Kota Yogyakarta


Fase Pengembangan Tahun Kegiatan Pelayanan Leading Sector
Manual Sebelum 2005 Semua kegiatan pelayanan Puskesmas
kesehatan dilakukan secara
manual
Transisi 2005 – 2011 Kegiatan pelayanan Bagian TIT
kesehatan sistem pendaftaran
pasies, pengobatan/farmasi
dan pembayaran dilakukan
secara manual berbasis
windows dan sistem rekam
medis pasien menggunakan
aplikasi MedCis
Aplikasi SIMPUS 2012 – sekarang Semua kegiatan pelayanan Seksi Surveilens
kesehatan dilakukan dan SIK
menggunakan aplikasi Dinas Kesehatan
SIMPUS
Sumber : Pedoman Pelaksanaan SIMPUS di Kota Yogyakarta, 2014

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rekam medis pasien merupakan kegiatan

yang harus dilakukan oleh setiap instansi kesehatan baik rumah sakit maupun

Puskesmas. Di Kota Yogyakarta, sebelum tahun 2005 kegiatan pelaksana pelayanan

kesehatan di Puskesmas dari sistem pendaftaran pasien, sistem rekam medis pasien,

sistem pengobatan atau farmasi dan sistem pembayaran dilakukan secara manual atau

tradisional. Kemudian pada tahun 2005 Dinas Kesehatan bekerja sama dengan bagian

7
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Teknologi Informasi dan Telematika (TIT) Kota Yogyakarta mengembangkan aplikasi

MedCis yang hanya mengakomodir kegiatan sistem rekam medis pasien. Sedangkan

kegiatan pendaftaran pasien, pengobatan atau farmasi dan pembayaran tetap dilakukan

dengan cara manual atau tradisional. Pada tahun 2011 Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta

melakukan pengembangan aplikasi SIMPUS yang dapat mengakomodir semua kegiatan

pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas. Aplikasi SIMPUS dikembangkan untuk

memenuhi kebutuhan dan kondisi saat ini yang menyesuaikan dengan perkembangan

teknologi. Aplikasi SIMPUS memanfaatkan TIK untuk membantu memudahkan

melaksanakan kegiatan pelaksana pelayanan kesehatan di Puskesmas berbasis open

source.

Pengembangan aplikasi SIMPUS berbasis open source ini dikarenakan adanya

surat edaran dari Kementerian Riset dan Teknologi dan Kementerian Pemberdayaan

Aparatur Negara pada April 2009 tentang upaya percepatan penggunaan perangkat lunak

open source di lingkungan pemerintah. Oleh karena itu pada tahun 2012, Dinas

Kesehatan Kota Yogyakarta mengembangkan aplikasi SIMPUS berbasis open source

yang diterapkan untuk seluruh Puskesmas di Kota Yogyakarta, kemudian pada tahun

2014 mulai dikembangkan di Rumah Sakit Daerah. Pengembangan aplikasi SIMPUS

hingga saat ini sudah diterapkan di 18 Puskesmas Pusat, 12 Puskesmas Pembantu, dan 3

Rumah Sakit Daerah. Data instansi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.3 Daftar Instansi Kesehatan yang Menerapkan Aplikasi SIMPUS

Puskesmas Pusat Puskesmas Pembantu Rumah Sakit


Daerah
1. Puskesmas Tegalrejo 1. Puskesmas Pembantu 1. Rumah Sakit
2. Puskesmas Danurejan I Badran Pemulihan Gizi
3. Puskesmas Danurejan II 2. Puskesmas Pembantu Bener 2. Rumah Sakit
4. Puskesmas Gedongtengen 3. Puskesmas Pembantu Daerah Kota

8
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

5. Puskesmas Demangan Yogyakarta


Gondokusuman I 4. Puskesmas Pembantu 3. Rumah Sakit
6. Puskesmas Dukuh Sehat Lansia
Gondokusuman II 5. Puskesmas Pembantu
7. Puskesmas Gondomanan Joyonegaran
8. Puskesmas Jetis 6. Puskesmas Pembantu
9. Puskesmas Kotagede I Kepatihan
10. Puskesmas Kotagede II 7. Puskesmas Pembantu
11. Puskesmas Kraton Mendungan
12. Puskesmas Mantrijeron 8. Puskesmas Pembantu
13. Puskesmas Mergangsan Nitikan
14. Puskesmas Ngampilan 9. Puskesmas Pembantu Pakel
15. Puskesmas Pakualaman 10. Puskesmas Pembantu
16. Puskesmas Umbulharjo I Pathuk
17. Puskesmas Umbulharjo II 11. Puskesmas Pembantu
18. Puskesmas Wirobrajan Tegalmulyo
12. Puskesmas Pembantu
Tompeyan
Sumber : Pedoman Pelaksanaan SIMPUS Kota Yogyakarta, 2014

Perkembangan aplikasi SIMPUS berbasis open source di Kota Yogyakarta

diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Penekanan dari

aplikasi SIMPUS yaitu pengelolaan rekam medis pasien yang terintegrasi dengan baik.

Dalam pelaksanaanya dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap yang dilakukan oleh

Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta yaitu pelaporan SIMPUS setiap bulan, triwulan,

semesteran dan tahunan. Dari hasil evaluasi tahun 2013 sampai dengan tahun 2014,

pelaksanaan aplikasi SIMPUS di suluruh Puskesmas hingga saat ini sudah dilakukan

secara optimal. Bahkan berdasarkan data evaluasi dari Dinas Kesehatan Kota

Yogyakarta, dari seluruh Puskesmas yang menerapkan aplikasi SIMPUS terdapat 6

Puskesmas yang berhasil mendapatkan sertifikat ISO 9001. Dimana perolehan sertifikat

9
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

ISO 9001 menunjukkan kerberhasilan dalam menerapkan aplikasi SIMPUS di setiap

Puskesmas. Data Puskesmas tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.4 Puskesmas Peraih Sertifikat ISO di Kota Yogyakarta


No Puskesmas
1. Puskesmas Mantrijeron
2. Puskesmas Umbulharjo II
3. Puskesmas Jetis
4. Puskesmas Wirobrajan
5. Puskesmas Mergangsan
6. Puskesmas Danurejan II
Sumber : Pedoman Pelaksanaan SIMPUS Kota Yogyakarta, 2014 (diolah)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sertifikat ISO diberikan kepada 6

Puskesmas yang dapat menyediakan pelayanan kesehatan secara prima, cepat dan

akuntabel yang salah satunya dipengaruhi oleh penggunaan aplikasi SIMPUS. Aplikasi

SIMPUS dapat meningkatkan sistem kerja yang lebih baik dan mendorong

penyempurnaan kinerja pelayanan kesehatan pada setiap Puskesmas. Oleh karena itu

Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta melakukan berbagai upaya untuk mendorong setiap

Puskesmas untuk dapat mengoptimalkan penerapan aplikasi SIMPUS, sehingga seluruh

Puskesmas yang ada di Kota Yogyakarta dapat memperoleh sertifikat ISO 9001.

Berdasarkan deskripsi permasalahan di atas, maka penelitian ini meneliti secara

mendalam terkait dengan proses difusi inovasi dalam sektor publik berbasis TIK pada

SIMPUS di Kota Yogyakarta. Pemilihan topik ini didasarkan pada pengalaman dan data

awal yang diperoleh di lapangan bahwa proses difusi inovasi SIMPUS telah dilakukan

dengan baik, meskipun dalam penerapannya terdapat beberapa Puskesmas yang

merespon dengan cepat dalam menerima dan menerapakan SIMPUS dan beberapa

Puskesmas yang meresponnya dengan lambat.

10
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

1.2 Rumusan Masalah

Pelayanan kesehatan merupakan salah satu bentuk pelayanan publik yang harus

disediakan oleh pemerintah kepada masyarakatnya. Saat ini masih banyak instansi

kesehatan yang menggunakan cara manual atau tradisional dalam memberikan pelayanan

kesehatan kepada masyarakat. Aplikasi SIMPUS merupakan salah satu bentuk inovasi

dalam pelayanan kesehatan berbasis TIK pada Puskesmas di Kota Yogyakarta untuk

mewujudkan pelayanan kesehatan yang terintegrasi. Aplikasi SIMPUS telah diterapkan

diseluruh Puskesmas di Kota Yogyakarta, dan mulai dikembangkan dan diterapkan di

Rumah Sakit Daerah di Kota Yogyakarta. Aplikasi SIMPUS sebelum diterapkan

diseluruh Puskesmas telah melalui proses difusi inovasi. Dalam proses difusi inovasi

yang telah dilakukan terdapat beberapa Puskesmas yang merespon dengan cepat dalam

menerima dan menerapkan SIMPUS, dan terdapat beberapa Puskesmas yang

meresponnya dengan lambat. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana proses difusi inovasi dalam sektor publik berbasis TIK pada aplikasi

SIMPUS di Kota Yogyakarta?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses difusi inovasi dalam

sektor publik berbasis TIK pada aplikasi SIMPUS di Kota Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan proses difusi inovasi dalam sektor publik

berbasis TIK pada aplikasi SIMPUS di Kota Yogyakarta.

11
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan proses difusi inovasi dalam sektor publik berbasis TIK pada aplikasi

SIMPUS di Kota Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kepentingan akademis

maupun praktis. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang administrasi publik

terkait dengan studi inovasi dalam sektor publik dalam mewujudkan good governance.

Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan bahan masukan yang memadai bagi Pemerintah Kota Yogyakarta untuk dapat

mengembangkan, memperbaiki dan mengoptimalkan penerapan inovasi dalam sektor

publik berbasis TIK pada aplikasi SIMPUS di Kota Yogyakarta. Selain itu hasil

penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi untuk penelitian yang

lebih lanjut.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Dalam hal inovasi dalam sektor publik, peneliti hanya membatasi pada proses difusi

inovasi dalam sektor publik berbasis TIK dalam menggambarkan proses difusi

inovasi pada aplikasi SIMPUS di Kota Yogyakarta dan faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilannya.

2. Puskesmas yang menjadi unit analisis yaitu Puskesmas Mantrijeron Kota

Yogyakarta.

1.6 Keaslian Penelitian

Penerapan inovasi dalam sektor publik telah dilakukan beberapa penelitian di

negara maju. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh P. Veronika dan Stanca

12
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Setniykar pada tahun 2013 dengan judul penelitian Public Sector Innovation in The

European Union and Example of Good Practice. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa

faktor yang paling mempengaruhi adanya inovasi pada pelayanan publik di Eropa yaitu

modernisasi dan kreativitas. Modernisasi yang dimaksud lebih menekankan pada

keterbukaan pada perkembangan TIK. Sedangkan kreativitas lebih menekankan pada

kemampuan sumber daya yang dimiliki, terutama sumber daya manusia. Inovasi sangat

diperlukan dalam pelayanan publik untuk meningkatkan efisiensi dan memberikan

pelayanan publik yang berkualitas. Dalam penelitian ini belum dijelaskan bagaimana

negara-negara Eropa melakukan inovasi dalam sektor publik, sehingga tidak muncul

dalam hasil penelitian terkait tipe atau model inovasi yang diterapkan dalam sektor

publik di negara-negara Eropa. Peneliti hanya menfokuskan pada faktor yang

mempengaruhi inovasi dalam sektor publik. Kelebihan dalam penelitian ini, meskipun

tidak menjelaskan tipe atau model yang digunakan dalam sektor publik berinovasi, tetapi

penelitian ini mengidentifikasi penerapan inovasi dalam sektor publik yang berhasil

diterapkan di negara-negara Eropaa antara lain : program SIMPLEX di Portugal, Red

Tape di UK, dan E-procurement di Lithuania.

Selain itu terkait inovasi dalam sektor publik telah dilakukan penelitian oleh

Hanna de Vries, Victor Bekkers dan Lars Tummers pada tahun 2014 dengan judul

Innovation in the Public Sector : A Systematic Review and Future Research Agenda.

Penelitian ini dilakukan terhadap beberapa jurnal terkait dengan inovasi dalam sektor

publik, jurnal yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 15 jurnal dari public

management review, 10 jurnal dari public administration, 10 jurnal dari public

administration review, dan 9 jurnal dari journal of public administration research and

theory. Jurnal yang digunakan yang dipublikasikan pada tahun 2009 sampai dengan

tahun 2014 di UK dan USA. Hasil penelitian ini antara lain : a) kesimpulan definisi dari

13
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

inovasi dalam sektor pulik merupakan pengenalan ide atau gagasan baru yaitu pelayanan

baru (produk/jasa), pengetahuan baru, organisasi baru, manajemen baru dan/atau proses

baru, b) tipe inovasi dalam sektor publik yaitu inovasi proses, inovasi produk/jasa,

inovasi governance, dan inovasi konseptual, c) tujuan inovasi yaitu untuk menciptakan

pelayanan publik yang efisien dan efektif, dan kepuasan masyarakat dan/pengguna

layanan, d) faktor yang mempengaruhi proses inovasi yaitu tingkatan lingkungan,

tingkatan organisasi, karakteristik inovasi, dan tingkatan individu, dan e) hasil dari

inovasi dalam sektor publik yaitu dapat lebih efektif, lebih efisien, terjalinnya kerjasama

dengan sektor swasta, terjalinnya hubungan baik dengan masyarakat, dan meningkatnya

kepuasaan masyarakat atau pengguna layanan. Kekurangan penelitian ini yaitu tidak

adanya contoh keberhasilan dan kegagalan inovasi dalam sektor publik, sehingga

penelitian ini lebih menekankan pada review terhadap jurnal yang ada.

Inovasi sangat identik dengan penggunaan TIK dalam proses penyelenggaraan

administrasi publik. Terdapat banyak penelitian yang melakukan kajian terkait hubungan

antara keduanya. Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Ali M. Alkhouri pada

tahun 2011 di Abu Dhabi dengan judul An Innovative Approach for E-Government

Tranformation. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa di Abu Dhabi inovasi dalam

sektor publik dapat dilihat pada perubahan atau penggunaan TIK dalam sektor publik.

Perubahaan yang dilakukan dengan munculnya konsep pelayanan publik berbasis

elektronik atau e-service. Penggunaan e-service tujuannya yaitu untuk mempermudah

proses komunikasi dan koordinasi pemerintah dengan masyarakat. Kekurangan

penelitian ini tidak disebutkan macam-macam atau model e-service yang ada di Abu

Dhabi, sedangkan pada kesimpulan dijelaskan bahwa Abu Dhabi merupakan negara

dengan peringkat terbaik di UEA dalam penggunaan e-service.

14
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Di Indonesia juga sudah terdapat banyak penelitian terkait inovasi dalam sektor

publik, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Yogi Suwarno pada tahun 2013

yang berjudul Inovasi dalam Sektor Publik. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa

inovasi identik dilakukan oleh sektor swasta, keberhasilan sektor swasta dalam

melakukan inovasi pelayanan terhadap customer menyebabkan ketertarikan sektor publik

untuk melakukaan inovasi dalam menyediakan pelayanan publik. Inovasi yang dilakukan

oleh sektor publik bertujuan untuk mengubah sistem di sektor publik yang awalnya rigid,

kaku dan cenderung status-quo menjadi lebih luwes dan dinamis. Selain itu penerapan

inovasi dalam sektor publik di Indonesia juga dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi di

masyarakat dengan tingkat literasi yang baik, sehingga masyarakat menuntut adanya

perbaikan pelayanan publik. Inovasi yang dilakukan dalam sektor publik di Indonesia

terlihat pada penerapan TIK di lingkungan instansi pemerintahan. Kekurangan dalam

penelitian ini belum dijelaskan secara jelas terkait tipe inovasi yang diterapkan pada

instansi di Indonesia.

Penerapan inovasi dalam sektor publik di Indonesia yang dikaitkan dengan

pemanfaatan TIK. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Junaidi pada tahun 2011

dengan judul penelitian Dukungan E-government dalam Upaya Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik di Era Otonomi Daerah : Kasus Best Practices dari Sejumlah Daerah di

Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan e-government

berkembang akibat praktek otonomi daerah di Indonesia. Terdapat Pemerintah Daerah

yang berhasil menerapkan e-government dalam menunjang pelayanan publik di

daerahnya antara lain Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Jembrana, Kota

Surabaya, Kabupaten Sragen, dan Kota Yogyakata. Dalam penelitian ini juga dijelaskan

faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan e-government yaitu adanya political will

kepala daerah, adanya blue print atau master plan pengembangan e-government,

15
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

manajemen perubahan dan adanya pasrtisipasi masyarakat. Kekurangan dalam penelitian

ini yaitu kurangnya analisis terhadap kelebihan dan kekurangan masing-masing daerah

dengan karakteristik yang dimiliki masing-masing daerah.

Penelitian tentang proses difusi inovasi dilakukan oleh Alfitri Suryaningsih pada

tahun 2009 yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat Perempuan Tani melalui Adopsi

dan Difusi Inovasi Teknologi dalam PRIMATANI. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa hubungan kekerabatan berperan lebih banyak dalam proses adopsi dan difusi

inovasi dibandingkan dengan peran penyuluh. Dari proses adopsi dan difusi inovasi yang

dilakukan menimbulkan respon yang sangat beragam dari perempuan tani. Selain itu

dalam penelitian ini juga menjelaskan tentang cepat atau lambatnya dalam proses adopsi

dan difusi inovasi dipengaruhi oleh kemampuan yang dimiliki oleh perempuan tani

seperti fisik, pengetahuan, keterampilan, kondisi ekonomi keluarga serta norma yang

berlaku. Sikap keputusan menerima suatu inovasi dipengaruhi oleh ganjaran yang akan

diterima sebagai konsekuensi adopsi. Dengan melakukan proses adopsi dan difusi

inovasi menimbulka adanya perubahan dalam pembagian kerja antara perempuan dan

laki-laki serta menimbulkan stratifikasi sosial dalam masyarakat petani.

Penelitian yang dilakukan oleh Bambang Widiyahseno pada tahun 2015 yang

berjudul Inovasi Bupati di Ruang Demokrasi : Meningkatkan Tuntutan publik,

Mendorong Kreasi Birokrasi. Hasil penelitiannya yaitu luas sempitnya ruang inovasi

sangat dipengaruhi oleh a) otoritas kewenangan yang dimiliki inovator, b) tingkat

pemahaman terhadap kewenangan yang dimilikinya, c) kemauan dan keberanian

menggunakan kewenangan, dan d) kretifitas inovator. Upaya yang dilakukan inovator

dalam melakukan penyebarluasan inovasi dengan strategi mempraktekkan relasi

kekuasaan dengan berbagai pihak. Selain itu juga ditemukan hubungan antara teori relasi

kuasa untuk membangun inovasi kebijakan dengan strategi pemanfaatan tuntutan publik.

16
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ahmad Murtadho dan Muhammad Rifki

Shihab pada tahun 2011 yang berjudul Analisis Situs E-tourism Indonesia : Studi Kasus

Terhadap Persebaran Geografis, Pengklasifikasian Situs serta Pemanfaatan Fungsi dan

Fitur. Penelitian ini melihat pemanfaatan e-tourism sebagai media promosi pariwisata di

indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persebaran jumlah situs pariwisata

berdasarkan provinsi belum merata. Selain itu terdapat korelasi yang tinggi antara jumlah

situs dengan jumlah kedatangan wisatawan ke suatu provinsi, sehingga diperlukan

peningkatan aspek responsiveness dan interactivity. Sedangkan untuk faktor biaya

layanan internet dan keahlian menggunakan internet bukan menjadi faktor hambatan

yang berarti dalam mengakses e-tourism yang ada.

Penelitian tentang penerapan e-government dalam sektor publik yang

menfokuskan pada pemanfaatan TIK dalam penyediaan pelayanan publik kepada

masyarakat, salah satunya dilakukan oleh Nur Khaibibah dengan judul E-government

dalam Pelayanan Publik (Studi Kasus Website BPS Propinsi D.I. Yogyakarta) pada tahun

2013. Hasil dari penelitian ini yaitu pengembangan e-government melalui website untuk

pelayanan publik di BPS Provinsi D.I. Yogyakarta belum berhasil dengan baik. Hal ini di

analisis menggunakan faktor-faktor yang mempengaruhi e-government antara lain

kepemimpinan, teknologi informasi, sumber dana/anggaran, sumber daya manusia,

manfaat, koordinasi, dan inovasi. Dimana dari faktor-faktor tersebut belum semuanya

mendukung pelaksanaan dan pengembangan e-government di BPS Provinsi D.I.

Yogyakarta.

Seluruh penelitian yang terkait inovasi dalam sektor publik berbasis TIK di atas

dilakukan diberbagai karakteristik negara, baik negara maju maaupun negara

berkembang termasuk di Indonesia. Penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan

penelitian ini dalam hal fokus penelitian mengenai inovasi dalam sektor publik dan

17
INOVASI DALAM SEKTOR PUBLIK (STUDI KASUS : PROSES DIFUSI INOVASI APLIKASI SIMPUS DI
KOTA YOGYAKARTA)
DEBY FEBRIYAN E
Universitas Gadjah Mada, 2016 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pemanfaatan TIK. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini yaitu dalam subyek dan

obyek penelitian, dimana penelitian ini dilakukan pada Pemerintah Kota Yogyakarta dan

bidang/sektor penelitian pada sektor kesehatan. Terdapat banyak penelitian tentang

konsep inovasi, tetapi kebanyakan melakukan penelitian penerapan inovasi dalam sektor

swasta, sedangkan masih sedikit yang melakukan penelitian tentang inovasi dalam sektor

publik. Dan terdapat banyak penelitian tentang konsep e-government, tetapi cenderung

menfokuskan pada penerapan, faktor-faktor yang mempengaruhi, keberhasilaan dan

kegagalannya, sedangkan masih sedikit yang melakukan penelitian tentang e-government

sebagai bentuk inovasi dalam sektor publik. Karena pada penelitian ini obyek dan fokus

penelitian pada proses difusi inovasi di bidang/sektor kesehatan yang memiliki

karakteristik dan kebijakan yang berbeda, sehingga diharapkan penelitian ini akan dapat

melengkapi hasil penelitian sebelumnya.

18

Anda mungkin juga menyukai