(Un-Offp) di Irak
Sheiffi Puspapertiwi
Program Pascasarjana Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada
Abstract
Corruption, as a nontraditional form of crime, occurred when power is abused to gain certain favours for
individuals or parties at the expense of the rest. Siemens Aktiengesellscahft (Siemens AG) bribery case is the
biggest company corruption revealed in history, in which the company had been convicted guilty for giving
bribes to governments in many countries, from developing to developed countries. In Iraq, Siemens AG was
proved guilty for giving bribes to Saddam Hussein regime during its involvement in United Nation Oil for
Food Programme (UN-OFFP) in 2000-2002. This research is conducted to understand causing factors of such
action by employing qualitative data for further analysis. Research finding shows that corruption in UN-
OFFP involving three institutions: Siemens AS, Saddam Hussein regime, and UN, was occurred due to
pragmatism in pursuing economic motive which encouraged by accommodative culture and enabled by weak
law enforcement.
Abstrak
Korupsi, sebagai salah satu bentuk kejahatan non tradisional, terjadi ketika kekuasaan disalahgunakan
untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok di atas kepentingan pihak-pihak lain. Kasus
penyuapan oleh Siemens Aktiengesellschaft (Siemens AG) merupakan kasus korupsi perusahaan terbesar
dalam sejarah, di mana perusahaan tersebut terbukti bersalah karena memberikan suap kepada pemerintah
di berbagai negara. Di Irak, Siemens AG terbukti bersalah karena memberikan suap kepada rezim Saddam
Hussein selama keikutsertaannya dalam Program PBB ‘Minyak untuk Makanan’ di tahun 2000-2002.
Penelitian ini dilakukan untuk memahami faktor penyebab aktivitas tersebut dengan menggunakan data
kualitatif untuk dianalisis lebih lanjut. Penemuan penelitian menunjukkan bahwa korupsi dalam UN-OFFP
yang melibatkan tiga institusi: Siemens AG, rezim Saddam Hussein, dan PBB, terjadi karena pragmatisme
dalam memenuhi motif ekonomi yang didorong oleh budaya yang akomodatif serta dimungkinkan oleh
lemahnya mekanisme penegakan hukum.
Sumber:Independent Inquiry Committee into the United Nations Oil-for-Food Programme (2005) dan The United States
District Court for the District of Columbia (2008)
Pembayaran-pembayaran tersebut
dilakukan dengan mekanisme seperti yang
dapat dilihat dalam Gambar 1 berikut.
Perusahaan Pembayaran
melakukan oleh perusahaan
perjanjian dengan kepada
perantara perantara
Kontrak Perusahaan
perusahaan perantara
dan membayar ke
kementrian rekening yang
terkait Pihak bank ditentukan
Pelaksanaan mengonfirmasi
pembayaran kepada
kontrak
pemilik rekening
Sumber: The United States District Court for the District of Columbia (2008)
sehingga poin tersebut tidak relevan dalam ekstra teritorial, di mana Siemens telah
meninjau kasus Siemens, pemberian materi melanggar Foreign Corrupt Practices Act
oleh anak perusahaan Siemens memenuhi (FCPA). FCPA merupakan produk hukum AS
unsur penyuapan dalam aspek waktu yang memiliki yurisdiksi ekstrateritorial yang
kesepakatan serta tujuan. menjangkau seluruh perusahaan yang
Berdasarkan alur suap yang terdaftar dalam NYSE. Siemens sendiri
ditunjukkan dalam Gambar 1, dapat terdaftar di NYSE sejak 12 Maret 2001 (The
diketahui bahwa kesepakatan untuk memberi United States District Court for the District of
materi terjadi sebelum pelaksanaan kontrak. Columbia, 2008). Dengan melihat bahwa
Berdasarkan aturan dalam hukum bisnis, Siemens AG tergabung dalam daftar
kontrak berlaku semenjak penandatanganan perusahaan penyedia dalam OFFP pada tahun
dokumen. Meskipun demikian, momen krusial 2000-2002, maka dapat dinyatakan bahwa
dalam kontrak adalah tahap implementasi, Siemens AG telah melanggar FCPA untuk
yang terdapat keputusan untuk melanjutkan praktek korupsi penyuapan yang dilakukan
atau menghentikan hubungan dagang dibuat sejak terdaftar dalam NYSE.
oleh pembeli, yaitu Pemerintah Irak. Hal Selain pelanggaran terhadap dua
tersebut menjadikan Pemerintah Irak perundangan tersebut, kasus penyuapan oleh
memegang kendali untuk membatalkan Siemens AG juga telah melanggar peraturan
kontrak secara sepihak dengan tidak UN-OFFP. Pertama, larangan kepada pihak
menerima barang yang dikirim perusahaan importir untuk melakukan pembayaran
jika diketahui perusahaan tersebut gagal langsung maupun melalui perantara kepada
menjalankan ketentuan suap yang ditetapkan. pemerintah Irak, sementara Siemens
Kondisi tersebut mengarah kepada membayar biaya transportasi dan ‘biaya-
pemenuhan unsur maksud pemberian, yaitu setelah-pelayanan’ melalui perantara
untuk memengaruhi keputusan. Materi yang perusahaan Paraguay dan warga negara Irak.
diberikan oleh lima anak perusahaan Siemens Kedua, pemberian tip diperkenankan jika
merupakan upaya yang dilakukan agar diberikan dalam mata uang Dinar Irak. Dalam
Pemerintah Irak tetap melanjutkan prakteknya, perusahaan-perusahaan afiliasi
kesepakatan kontrak dengannya, sehingga Siemens membayar lebih dari USD600.000 ke
menjadikan pemberian materi sebesar rekening-rekening pemerintah Irak. Ketiga,
USD600.000 oleh Siemens AG terhadap kerahasiaan dengan tidak menginformasikan
Pemerintah Irak sebagai tindakan penyuapan. pembayaran biaya-biaya tambahan baik oleh
Beranjak dari hal tersebut, maka kasus Siemens maupun perusahaan lain kepada PBB
Siemens AG juga dapat ditelaah dengan juga merupakan pelanggaran.
menggunakan pendekatan yang lebih luas, Selain pelanggaran hukum,
yaitu korupsi, yang memiliki dua prinsip penyuapan dalam OFFP juga telah melanggar
utama mengenai pelanggaran serta norma “kepentingan bersama berada di atas
keuntungan bagi minoritas yang kepentingan pribadi maupun golongan”.
mendatangkan kerugian bagi kelompok Penyuapan oleh Siemens dan perusahaan-
mayoritas. perusahaan lainnya telah merugikan OFFP
Aspek teknis mengenai pelanggaran sebesar USD1,8 milyar, yang seharusnya
hukum dalam kasus penyuapan oleh Siemens menjadi hak rakyat Irak. Uang tersebut
AG dapat ditinjau dari dua perundangan dan memang kembali ke Irak, namun hanya
satu peraturan. Perundangan pertama yang dinikmati oleh sekelompok kecil orang,
dilanggar adalah hukum nasional Jerman terutama mereka yang berada dalam lingkaran
mengenai penyuapan terhadap pejabat asing. patron-klien Saddam Hussein.
Sesuai amandemen Undang-undang Tindakan tersebut memenuhi kriteria
Antikorupsi tahun 2002, Jerman telah kedua korupsi, yaitu penyalahgunaan
mengklasifikasikan penyuapan oleh sektor wewenang untuk keuntungan pribadi.
privat baik terhadap pejabat maupun sesama Penggunaan pertama dari dana ilegal tersebut
sektor privat asing sebagai pelanggaran adalah untuk pengembangan intelijen dan
hukum. Perundangan kedua adalah hukum militer, meskipun telah dilarang dalam UN-
OFFP (Abdullah, 2006: 27). Kedua, pemberian membentuk perilaku aktor yang terlibat, baik
insentif bagi klien dan keluarga Saddam melalui tekanan dan mekanisme hukuman atas
Hussein berupa pemberian tanah; kredit pelanggaran maupun insentif untuk
perumahan; kemudahan akses terhadap bahan kepatuhan. Dari logika tersebut, dapat
bangunan, barang elektronik, dan bahan dinyatakan bahwa korupsi dapat terjadi jika
makanan; serta pelayanan medis gratis di tidak ada institusi yang efektif dalam
rumah sakit pemerintah sementara rakyat pembentuk perilaku aktor-aktornya.
mengalami kesulitan dalam mengakses Selanjutnya, tulisan ini akan mengelaborasi
fasilitas-fasilitas tersebut (Abdullah, 2006: 82- penyebab terjadinya korupsi Siemens AG
83). Sebagai akibat dari penggelapan dana dalam OFFP ditinjau dari tiga aktor yang
kemanusiaan tersebut, telah terjadi kerugian terlibat, yaitu: PBB, Siemens AG, dan rezim
publik seperti yang dapat dilihat dari Saddam Hussein.
pencapaian program. Secara umum, wilayah
Irak Utara yang dikelola PBB mengalami Krisis Legitimasi PBB sebagai Kesempatan
peningkatan di bidang pemenuhan nutrisi, Berkembangnya Korupsi di Irak
penyediaan sarana kesehatan, pendidikan, dan Sebagai institusi pelaksana OFFP, PBB melalui
pemberdayaan masyarakat di bidang OIP memiliki tanggung jawab besar untuk
pertanian (United Nations, n.d.). Sementara mengontrol perilaku aktor-aktor yang terlibat,
itu, wilayah Irak Tengah dan Selatan yang terutama Pemerintah Irak sebagai aktor utama
dikelola pemerintah tidak mencapai indikator dalam program tersebut. Meskipun demikian,
kesejahteraan sebaik di wilayah utara (Salem- otoritas yang dimiliki PBB tidak berasal dari
Pickartz, 2003). legitimasi internal karena kedudukannya di
Dengan mengaitkan kesenjangan Irak didasarkan pada resolusi Dewan
kesejahteraan antar wilayah di Irak serta Keamanan. Dalam program tersebut, Irak
penggunaan dana hasil suap yang telah tetap negara berdaulat dengan pemerintahan
diungkapkan sebelumnya, maka dapat yang memiliki legitimasi politik atas
dibuktikan bahwa penyuapan yang dilakukan wilayahnya sementara perusahaan
oleh partner dagang UN-OFFP, termasuk multinasional yang menjadi mitra dagang
diantaranya Siemens AG, terhadap merupakan entitas ekonomi yang bekerja
Pemerintah Irak merupakan tindakan korupsi berdasarkan prinsip utilitas dan keuntungan.
karena kesejahteraan sebagian kecil warga Irak Dengan melihat sifat dari aktor-aktor yang
diperoleh melalui pengabaian pemenuhan hak terlibat, dapat diketahui bahwa ketiganya
sebagian besar kelompok masyarakat lainnya. memiliki posisi yang berbeda dalam melihat
Korupsi sendiri hanya dapat terjadi jika OFFP.
permintaan bertemu dengan penawaran, Sementara itu, legitimasi dibutuhkan
dalam kondisi tertentu. Berikut akan untuk mengikat komitmen dari anggotanya
disampaikan prakondisi sebagai cikal bakal untuk berperilaku sesuai dengan nilai dan
kondisi tertentu yang dimaksud, serta unsur norma bersama yang berlaku dalam sebuah
penawaran dan permintaan dalam kasus institusi (Peters, 2001: 29-30). Kondisi
penyuapan oleh Siemens AG di Irak. tersebut menjadi tantangan bagi PBB dalam
implementasi maupun pengawasan peraturan
Penyebab Korupsi Penyuapan Siemens anti korupsi bagi Pemerintah Irak, yang dalam
AG dalam UN-OFFP prakteknya dimanfaatkan oleh rezim Saddam
Melalui pembahasan sebelumnya, telah Hussein untuk melakukan transaksi korup
diketahui bahwa penyuapan yang dilakukan dalam UN-OFFP dengan mitra-mitra
oleh Siemens terhadap rezim Saddam Hussein dagangnya.
melalui berbagai skema pembayaran yang Sebagai institusi yang tidak memiliki
ditetapkan Pemerintah Irak merupakan legitimasi politik di Irak, PBB hanya dapat
tindakan korupsi. Dalam kasus tersebut, dapat mengandalkan keselarasan kepentingan dari
diperoleh gambaran bahwa batasan korupsi aktor yang terlibat dalam menjalankan OFFP.
terkait erat dengan norma dan peraturan yang PBB sebagai institusi juga tidak memiliki
berlaku. Keduanya berfungsi untuk kemampuan untuk menjatuhkan sanksi bagi
pelanggar peraturan. Dalam konteks ini, terlibat karena adanya krisis legitimasi dalam
Komite 661 sebagai otoritas tertinggi OFFP posisinya sebagai institusi otoritas program.
tidak memiliki kewenangan eksekutif sehingga Kelemahan dari sisi penegakan regulasi inilah
tidak dapat memberikan sanksi kepada yang kemudian menjadi prakondisi bagi
pelanggar peraturan, kecuali menyangkut pemerintah Irak untuk mengekstraksi dana
penyelundupan senjata. Jika Komite 661 kemanusiaan melalui suap yang diminta dari
mengetahui telah terjadi pelanggaran atas perusahaan importir, termasuk Siemens AG
pelaksanaan program, maka tindakan yang lewat kelima anak perusahaannya.
dapat dilakukan hanyalah melaporkannya
kepada DK PBB untuk kemudian diproses Motif Ekonomi dan Budaya Perusahaan
lebih lanjut dan sudah tidak menjadi tanggung sebagai Justifikasi Penawaran Suap oleh
jawab Komite 661 lagi. Siemens AG
Tidak hanya mengalami krisis Secara garis besar, penawaran suap oleh
legitimasi secara struktural, posisi PBB di Irak Siemens AG disebabkan oleh motif ekonomi
bertambah sulit dengan adanya pejabat korup yang dilegitimasi oleh alasan historis dan
dalam programnya. Benon Sevan, Direktur budaya perusahaan. Motif ekonomi yang
Eksekutif OIP, dianggap telah lalai dalam menjadi prinsip dasar beroperasinya sebuah
menjalankan fungsi pengawasan sanksi, perusahaan membentuk norma dan sejarah
menahan bukti terjadinya pembayaran gelap perusahaan. Di kemudian hari, sejarah
yang diminta oleh pemerintah Irak dari menjadi referensi perusahaan ketika berada
Komite 661, dan tidak memastikan Contracts dalam situasi dilematis, misalnya menghadapi
Processing dan Monitoring Division memiliki mitra bisnis yang korup. Siemens AG sebagai
sumber daya yang memadai untuk salah satu perusahaan multinasional
menjalankan tugasnya. Kesalahan-kesalahan merupakan bukti nyata dari penerapan prinsip
itu disebut berkaitan dengan kedekatan utilitas dan keuntungan sebagai nilai dasar
hubungan antara Sevan dan pejabat senior yang berlaku bagi entitas ekonomi. Dalam
Irak. Sevan diduga juga telah menerima suap perjalanan sejarahnya, perusahaan tersebut
dari pemerintah Irak agar tidak melaporkan telah beradaptasi dengan situasi agar dapat
penyelewengan tersebut kepada Komite 661 tetap bertahan dalam kompetisi bisnis yang
atau otoritas lain yang lebih tinggi (Volcker, et semakin ketat dari masa ke masa.
al., 2005c). Siemens AG pada awalnya merupakan
Meskipun memiliki keterbatasan perusahaan perlengkapan dan peralatan
legitimasi, PBB tetap berupaya menjalankan militer milik Nazi pada masa Perang Dunia II.
fungsi institusionalnya dalam mencegah Ketika perang berakhir, Siemens mengalami
terjadinya korupsi dalam OFFP sebagai deviasi kerugian hingga memutuskan untuk
perilaku aktor-aktor yang terlibat. Upaya memperluas pasar ke negara berkembang
tersebut diwujudkan dengan adanya struktur sementara ekonomi domestik di Jerman dalam
pemeriksa yang direpresentasikan oleh IAD, masa pemulihan(Siemens, 2011).Ketika
BOA, dan JIU. Meskipun demikian, beralih ke pasar negara berkembang, Siemens
kompleksitas program yang bertambah dari harus melakukan penyesuaian dengan budaya
tahun ke tahun serta kurangnya sumber daya setempat, termasuk di antaranya mengikuti
manusia ditengarai sebagai hambatan internal kebiasaan “saling memberi”. Pada akhirnya,
yang ikut memperbesar kesempatan untuk kebiasaan tersebut menjadi budaya yang
melanggar peraturan anti-korupsi OFFP terinstitusionalisasi dalam melakukan kontrak
(Volcker, et al., 2005c). bisnis, seperti dibentuknya pos anggaran
Dari penjelasan di atas, dapat nützliche aufwendungen (pengeluaran
dikatakan bahwa fungsi institusional yang serbaguna)yang pada prakteknya merupakan
dijalankan PBB terkait dengan pembatasan pos anggaran untuk membayar suap(The
perilaku korup baru sebatas pembuatan, United States District Court for the District of
pelaksanaan, serta pengawasan regulasi secara Columbia, 2008).
teknis, tanpa dapat memberikan implikasi Seiring dengan meningkatnya
substantif terhadap perilaku aktor yang kepedulian publik terhadap etika bisnis
menyangkut praktek suap, pada tahun 1998 UN-OFFP, persyaratan suap oleh Pemerintah
Siemens AG ikut melengkapi struktur Irak bagi setiap perusahaan yang berdagang
organisasinya dengan komite etik anti- dengannya membuat lima anak perusahaan
penyuapan yang disebut Z circular dan Siemens memiliki dua pilihan. Pertama,
Corporate Officer for Complience (COC) pada mematuhi etika bisnis perusahaan serta
2001. Meskipun demikian, praktek suap terus hukum yang ada di Jerman maupun AS dengan
dilakukan oleh anak perusahaan Siemens AG tidak menyetujui pembayaran suap, tetapi
dalam praktek bisnisnya, terutama di negara- memiliki arti perusahaan akan kehilangan
negara berkembang (The New York Times kesempatan memperoleh keuntungan. Kedua,
Company, 2008)yang memang memiliki mengabaikan etika bisnis maupun hukum
tendensi rentan terhadap praktek yang berlaku, tetapi dapat berpartisipasi dalam
korupsi(Gray & Kaufmann, 1998: 9). program tersebut yang berarti kesempatan
Dalam proyek UN-OFFP, Siemens AG memperoleh keuntungan.
memperoleh 76 kontrak dengan nilai mencapai Dengan latar belakang memburuknya
USD189.412.886(Volcker, et al., 2005b). Dari kondisi finansial perusahaan, kelima
jumlah tersebut, Siemens Perancis, Siemens perusahaan tersebut secara logis akan terpacu
Turki, Osram Timur Tengah, dan GTT Italia untuk memanfaatkan semua kesempatan yang
memperoleh keuntungan bersih sebesar dimilikinya untuk mencegah perusahaan
USD38.000.000(The United States District semakin merugi. Kondisi tersebut juga disertai
Court for the District of Columbia, 2008). dengan kenyataan bahwa norma anti-
Keuntungan ini signifikan mengingat penyuapan dalam perusahaan hanya sebatas
pendapatan Siemens AG secara global kode etik tanpa kekuatan hukum yang kuat
mengalami kontraksi yang pada tahun 1999- serta adanya preseden dalam sejarah
2000mencapai USD8,8 triliun kemudian perusahaan yang membenarkan suap seperti
turun drastis menjadi USD2 triliun pada tahun ditemukan dalam nützliche aufwendungen.
2000-2001. Sementara itu, diketahui bahwa Ditinjau dari kondisi eksternal, hubungan
pada Januari 2000 Siemens Perancis mulai antara Siemens dengan PBB sebagai otoritas
memasuki kompetisi bisnis dalam UN-OFFP, OFFP merupakan kerjasama transaksional
yang kemudian diikuti oleh Osram Timur secara tidak langsung karena kontrak kerja
Tengah pada Februari 2000, Siemens Turki dinegosiasikan dan dilaksanakan dengan
pada September 2000, dan GTT Italia pada Pemerintah Irak. Ditinjau secara rasional,
Juni 2001 (The United States District Court for kondisi tersebut membuat Siemens lebih
the District of Columbia, 2008). Dari runtutan memprioritaskan kesesuaian dengan
peristiwa tersebut, dapat dipahami bahwa keinginan klien,yaitu Pemerintah Irak, yang
perilaku bisnis korup Siemens AG dalam UN- berarti kecenderungan untuk mengabaikan
OFFP merupakan bagian dari upaya peraturan anti-suap yang ditetapkan oleh PBB.
mempertahankan keberlangsungan Secara teknis, dana suap yang diberikan
perusahaan di tengah memburuknya kondisi kepada Pemerintah Irak juga tidak berasal dari
finansial. perusahaan karena diperoleh melalui
Uraian di atas merupakan upaya untuk manipulasi harga barang dalam kontrak, yang
menunjukkan bahwa Siemens AG sebagai berarti berasal dari hasil penjualan minyak
entitas ekonomi memilih untuk berlaku Irak sendiri. Dengan kata lain, Siemens AG
pragmatis dalam memenuhi kepentingan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan
bisnis berupa keuntungan. Kalkulasi dari untuk suap yang dapat mereduksi proyeksi
alternatif-alternatif yang dimiliki dalam keuntungan dari aktivitas perdagangannya
menjalankan strategi bisnis perusahaan dalam UN-OFFP.
terutama di negara-negara berkembang Akumulasi dari pertimbangan-
mengarah pada akomodasi terhadap pertimbangan tersebut mengarahkan Siemens
pelanggaran etika bisnis, demi memperbesar untuk mengambil pilihan kedua dengan
keuntungan hingga alasan mendasar berupa menerima ketentuan suap yang diberlakukan
mempertahankan perusahaan dari Pemerintah Irak. Meskipun Jerman dianggap
kebangkrutan. Secara spesifik dalam kasus sebagai negara dengan supremasi hukum dan
perusahaan multinasionalnya bersih dari kontrak pada pejabat dan pelaku bisnis untuk
tindak korupsi penyuapan, kasus Siemens AG memperoleh loyalitas mereka memunculkan
dalam UN-OFFP menunjukkan bahwa entitas budaya “saling memberi” di kalangan elit
ekonomi seperti perusahaan multinasional politik (Arnold, 2008: 90), yang juga dikenal
ataupun transnasional memiliki logika sebagai salah satu bentuk korupsi politik.
berpikir yang berbeda dengan negara sehingga Korupsi politik sendiri semakin
keputusan yang diambilnya dapat tidak sejalan berkembang ketika elit politik yang memiliki
dengan kebijakan negara (Nye & Keohane, monopoli penuh dalam pembuatan kebijakan
n.d.: 337). Independensi tersebut dapat tidak menyertakan struktur yang berfungsi
muncul akibat tuntutan yang tinggi untuk sebagai pembatas kebebasan dalam
beradaptasi dengan negara tempatnya pembuatan kebijakan, sehingga para
beroperasi agar dapat tetap bertahan dalam pengambil keputusan tidak merasa perlu
ketatnya kompetisi ekonomi global. mempertanggungjawabkan akuntabilitas
Dalam argumennya, Hooker (2009: penyelenggaraan negara kepada siapa pun,
254) menyatakan bahwa pemberian materi termasuk pada rakyat (Klitgaard, 1997).Hal
sebagai imbalan atas manipulasi kekuasaan, inilah yang terjadi di Irak, mengingat fakta
atau penyuapan, memiliki parameter yang bahwa Irak di bawah rezim Saddam Hussein,
berbeda dalam setiap kebudayaan. Terkait menjadikan Saddam Hussein sebagai sebagai
dengan hal tersebut, Siemens AG menjadi saksi pusat dari segala kebijakan negara. Dari pusat
eksistensi perbedaan parameter antara negara kekuasaan tersebut, terdapat lingkaran orang-
asal dan negara tempat beroperasi, yang orang di sekitar Hussein yang juga memiliki
dipengaruhi oleh modal politik, ekonomi, dan monopoli atas pembuatan kebijakan tanpa
sosial yang dimilikinya. Dalam kasus ini, pembatasan seperti yang dapat dilakukan oleh
perhitungan ekonomi Siemens sistem peradilan yang independen. Kontrol
mengarahkannya untuk mengikuti norma sosial dari masyarakat yang berfungsi sebagai
yang berlaku di lingkungannya berada. Kondisi pengawas jalannya pemerintahan juga
tersebut juga membuktikan bahwa permintaan ditiadakan dengan pembatasan negara
merupakan kekuatan pendorong dominan terhadap hak-hak politik warganya. Akibat
yang menginisiasi transaksi korupsi, yang dari ketiadaan mekanisme check and balance
dalam kasus UN-OFFP merujuk pada tersebut, elit politik Irak dapat dengan mudah
Pemerintah Irak. membuat kebijakan korup untuk
mendatangkan keuntungan bagi kelompoknya.
Budaya Politik Rezim Saddam Hussein Keterbatasan tersebut semakin didukung oleh
sebagai Pendorong Permintaan Suap oleh adanya pembatasan informasi atas kebijakan-
Pemerintah Irak kebijakan pemerintah; media yang ada di Irak
Secara umum, permintaan korupsi penyuapan lebih banyak berfungsi sebagai alat
oleh Pemerintah Irak kepada mitra dagang propaganda dan indoktrinasi pemerintahan
UN-OFFP, termasuk di antaranya lima anak Saddam Hussein.
perusahaan Siemens AG, disebabkan oleh Akumulasi dari kondisi politik semasa
sikap oportunis dalam memperoleh kembali Saddam Hussein berkuasa tersebut pada
kedaulatan finansial rezim yang akhirnya menjadikan aturan tidak tertulis
dilatarbelakangi oleh budaya politik patron- mengenai insentif material dalam setiap
klien yang kuat. Korupsi dalam hubungan keputusan yang dibuat oleh elit politik,
patron-klien di Irak terjadi semenjak Rezim meskipun untuk kepentingan publik yang
Saddam Hussein berdiri, yang sepantasnya menjadi bagian dari tanggung
kemenangannya atas rezim incumbent jawabnya sebagai pejabat negara, mengakar ke
diperoleh dengan “membeli” dukungan dari dalam kehidupan politik di Irak. Kondisi-
pengikutnya. Materialisasi dukungan politik kondisi tersebut menurunkan parameter
tersebut menyebabkan Saddam Hussein harus korupsi dan meningkatkan toleransi
terus menjaga ketersediaan insentif-insentif masyarakat Irak terhadap korupsi, yang
yang diberikan. Tindakan Saddam Hussein berjalan seperti dalam siklus lingkaran,
yang memberikan fasilitas mewah atau semakin menyuburkan praktek korupsi di
kalangan elit politik. Meskipun menjadi mengupayakan bagian dari keuntungan yang
landasan utama, budaya politik patron-klien diperoleh melalui penjualan minyak dengan
yang memiliki toleransi tinggi terhadap menggunakan kekuatan politik yang
praktek korupsi suap di Irak bukan satu- dimilikinya. Situasi ini kemudian dalam
satunya alasan bagi Pemerintah Irak dalam perspektif hukum positif korupsi
meminta suap kepada perusahaan mitra, diklasifikasikan sebagai penyalahgunaan
termasuk Siemens AG. Di samping itu, kekuasaan, karena nyatanya hasil dari
terdapat alasan mendasar terkait dengan isu tindakan tersebut tidak dikembalikan kepada
kedaulatan yang menyangkut keleluasaan masyarakat Irak secara adil dan merata.
menjalankan pemerintahan serta kekuasaan Dengan adanya motif ekonomi-politik
atas infrastruktur dan suprastruktur politik di tersebut,rezim Saddam Hussein berupaya
Irak. mencari untuk memperoleh bagian dari
Terkait dengan isu kedaulatan, rezim penjualan minyak negerinya. Maka ketika
Saddam Hussein sebagai pemerintahan sah di dana dan kompleksitas UN-OFFP meningkat
Irak merasa memiliki kekuasaan atas wilayah secara signifikan pada fase VI pada tahun 1999
dan kekayaan alam yang terkandung di (Volcker, et al., 2005), momen tersebut dilihat
dalamnya. Meskipun dimaksudkan sebagai sebagai kesempatan dan ditindaklanjuti
upaya dunia internasional untuk memberikan dengan penetapan memorandum yang
efek jera atas pelanggaran hukum menetapkan kewajiban pembayaran biaya
internasional, ketentuan UN-OFFP berupa transportasi dan ‘biaya-setelah-pelayanan’
sistem finansial yang tersentralisasi di PBB oleh setiap perusahaan yang menandatangani
dapat dianggap sebagai intervensi yang tidak kontrak kerjasama dengan Irak(Volcker, et al.,
menghormati kedaulatan Irak dengan 2005a).
mereduksi keleluasaan dan hak pemerintah Pada akhirnya dapat dinyatakan
untuk mengakses keuntungan dari hasil bahwa pemerintah Irak adalah aktor penentu
ekstraksi kekayaan alamnya. Ketentuan terjadinya penyuapan Siemens AG dalam UN-
tersebut telah menyebabkan hilangnya OFFP. Isu kedaulatan yang dikemas dalam
kesempatan pemasukan bagi negara kepentingan ekonomi dan dijustifikasi oleh
sementara pemerintah memerlukan sumber budaya sosial-politik menjadi penyebab
daya finansial untuk menunjang struktur dan munculnya permintaan suap rezim Saddam
legitimasi politiknya. Dengan kata lain, kondisi Hussein terhadap mitra-mitra dagangnya,
tersebut telah merugikan kepentingan politik termasuk dari kelima anak perusahaan
rezim serta berpotensi mengganggu Siemens AG. Meskipun demikian, korupsi
keberlangsungan kekuasaan rezim Saddam suap tersebut tidak akan terjadi hanya dengan
Hussein yang ditopang oleh budaya patron- alasan tersebut. Sebagaimana dalam hukum
klien. Kemudian dikaitkan dengan sistem ekonomi, pasar, atau dalam konteks ini
politik otoritarian yang dijalankan, transaksi korupsi, hanya dapat terjadi jika
pembatasan kekuasaan dalam bentuk apapun permintaan bertemu penawaran dalam kondisi
bagi rezim, terutama dalam bidang finansial tertentu. Dalam konteks kasus yang dibahas,
dan militer, dapat dianggap sebagai intervensi permintaan suap rezim Saddam Hussein
ofensif terhadap kekuasaan rezim yang bertemu dengan pragmatisme Siemens AG
absolut. Akhirnya, dapat dipahami mengapa dalam memperoleh keuntungan dalam kondisi
terdapat resistensi yang memunculkan program yang lemah legitimasi institusi
besarnya tendensi pelanggaran oleh rezim pelaksananya, yaitu PBB.
Saddam Hussein dalam program UN-OFFP.
Meskipun tidak lagi memiliki otoritas Kesimpulan
finansial, Pemerintah Irak tetap memiliki Dari pemaparan yang telah dilakukan, dapat
kekuasaan atas pembuatan peraturan di diketahui bahwa korupsi penyuapan dapat
negaranya serta kepemilikan terhadap dilakukan oleh siapapun, termasuk
perangkat politik maupun ekonomi yang ada di perusahaan multinasional dari negara dengan
wilayahnya. Hal tersebut memberikan tingkat kesejahteraan dan supremasi hukum
kesempatan bagi rezim Saddam Hussein untuk yang tinggi seperti Siemens AG dari Jerman.