Anda di halaman 1dari 5

Industrial Espionage

Dalam dunia bisnis dikenal juga istilah spionase industri (industrial


espionage). Mata-mata industri mempunyai peranan penting dalam menentukan
strategi perusahaan ke depan. Spionase ekonomi atau industri mempunyai tujuan
untuk mengumpulkan pengetahuan tentang organisasi. Ini mungkin termasuk
akuisisi kekayaan intelektual, informasi tentang industri manufaktur, ide, teknik,
proses, resep,dan formula perusahaan.
Kegiatan spionase industri juga meliputi bagaimana penyerapan informasi
kepemilikan atau operasional seperti pada data pelanggan,harga,penjualan,
pemasaran, penelitian, pengembangan, kebijakan, penawaran, strategi
perencanaan atau pemasaran, hingga komposisi perubahan dan lokasi produksi.
Spionase industri ini bukan hanya melibatkan perusahaan, melainkan
antarnegara. Pada awal-awal sejarahnya spionase ini bahkan dimulai ketika terjadi
persaingan usaha antarnegara. Saat itu ada sejumlah pekerja di Inggris yakni di
Sheffield dan Newcastle yang berminat bekerja ke luar negeri. Inggris kemudian
membuat undangundang yang bertujuan mencegah metode spionase ekonomi dan
industri.

Contoh Kasus Spionase Perusahaan : Kasus General Motor dan Volkswagen

Kasus yang terjadi antara General Motor dan Volkswagen merupakan salah
satu contoh kasus spionase industri yang terkenal. Kasus yang berlangsung kurang
lebih selama empat tahun ini berawal dari pihak General Motor yang merasa
dokumen penting dan rahasia milik perusahaannya berpindah tangan ke pihak
Volkswagen.
Jose Ignacio Lopez de Arriortua merupakan General Manager yang bekerja
untuk pihak General Motor. Lopez berjasa dalam mengurangi biaya penjualan
karena keahliannya dalam bernegosiasi dengan pihak pemasok. Pada tahun 1993,
Lopez pindah dan bekerja untuk Volkswagen. Kepindahan Lopez tersebut juga
diikuti oleh tujuh orang eksekutif lainnya dari General Motor. Kemudian General
Motor mengajukan gugatan karena merasa bahwa Lopez tidak hanya pindah
perusahaan, namun juga turut membawa dokumen rahasia dagang perusahaan
milik Opel, anak perusahaan General Motor.
Dalam penyelidikan kasus General Motor dan Volkswagen, ditemukan
beberapa hal terkait tindakan spionase perusahaan yang dituduhkan kepada Lopez,
yaitu:

a. Lopez menginstruksikan Opel untuk mengirimkan 90000 printout sheets berisi


harga-harga suku cadang General Motor yang merupakan sebuah rahasia
bisnis. Dokumen-dokumen tersebut juga menghilang beserta rencana small
car milik Opel dan strategi marketing selama satu dekade.
b. Lopez juga meminta beberapa dokumen internal untuk dikirimkan ke Spanyol
dari kantor pusat Opel.
c. Ditemukannya dua kotak berisi materi-materi milik General Motor di rumah
milik rekan Lopez di Wiesbaden.

Kasus ini berakhir saat Volkswagen setuju untuk membayar sebanyak US$
100 juta kepada General Motor. Selain itu, Volkswagen juga setuju untuk
membeli suku cadang mobil kepada General Motor senilai US$ 1 miliar. Namun,
pihak Volkswagen tidak mengakui tindakan spionase untuk mencuri rahasia
dagang yang telah dituduhkan General Motor. Volkswagen mengakui
kemungkinan telah dilakukannya kegiatan ilegal oleh beberapa eksekutifnya yang
berpindah dari General Motor. Kesepakatan antara Volkswagen dan General
Motor tersebut tidak menghentikan kasus pidana yang diajukan kepada Lopez.
Pada kasus General Motor dan Volkswagen tersebut, dapat diketahui bahwa
konflik kepentingan terjadi karena sikap seseorang, yaitu Jose Lopez. Bisnis
merupakan kegiatan yang memiliki unsur kepemilikan didalamnya. Seseorang
tidak bisa menggunakan informasi milik perusahaan lainnya karena hal tersebut
adalah sebuah aset yang jelas kepemilikannya. Sikap Jose Lopez yang turut serta
membawa informasi dari perusahaan tempat ia bekerja sebelumnya (General
Motor) merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan etika bisnis. Terlepas dari
apakah pihak Volkswagen menggunakan atau tidak menggunakan informasi
tersebut, tuntutan secara pidana bagi Jose Lopez merupakan tindakan yang tepat
karena ia telah membocorkan rahasia dagang milik General Motor.
Konflik kepentingan yang terjadi antara perusahaan dengan karyawan
maupun pihak lainnya merupakan peristiwa yang dapat dicegah. Dalam
Integrative Social Contracts Theory, pengambilan keputusan yang bersifat sensitif
secara kultural dapat disiasati dengan penyusunan kontrak sosial (Douglas 2000).
Permasalahan konflik kepentingan dapat diminimalisir dengan mengusung tiga
konsep, yaitu
1) Authentic norms, untuk mengklarifikasi norma budaya yang spesifik,
2) Priority rules, peraturan yang menjelaskan tindakan saat terjadi konflik
dengan norma,
3) Hypernorms, mengukur nilai authentic norms terhadap nilai-nilai yang
bersifat universal (Douglas 2000).
Kontrak perusahaan dengan pihak-pihak internal seperti karyawan, manajer,
atau direktur mengenai hak milik perusahaan atas rahasia dagang, informasi
perusahaan, maupun dokumen penting lainnya dapat mencegah perusahaan
mengalami kerugian atas tindakan spionase maupun pencurian informasi. Dengan
adanya kontrak tersebut, segala tindakan yang melanggar perjanjian dalam
kontrak dapat dituntut secara hukum.
Adapun tindakan yang dilakukan oleh Jose Lopez merupakan sebuah
tindakan yang bersifat egoisme. Pada teori egoisme, apabila suatu tindakan
memberikan manfaat bagi individu maupun suatu kelompok, maka tindakan
tersebut dinilai etis (Anastasia dan Meiden 2015). Jose Lopez yang membawa
serta informasi perusahaan General Motor saat keluar dari perusahaan tidak
merasa bahwa tindakannya tidak etis karena informasi dari General Motor dapat
memberikan manfaat khususnya bagi kinerja dan karir Jose Lopez.

Aturan Hukum Spionase Perusahaan


Peraturan espionase di Jerman diatur dalam German Criminal Code atau
disebut Strafgesetzbutches tentang espionage cyber crime. Pada kasus espionase
yang dilakukan Volkswagen terhadap Genaral Motor, pemerintah Inggris
menyerahkan kasus ini kepada Pemerintah Jerman, kemudian Pemerintah Jerman
menyerahkan kasus ini ke Pemerintah Lower Saxony. Volkswagen membayar
denda sebesar $100.000.000.000 kepada General Motor untuk penyelesaian
masalah ini. Selain itu, Volswagen membeli $1M suku cadang mobil dari
perusahaan Amerika ini. Kemudian pemerintah federal dan Lower Saxony
mecapai kesepakatan dan membentuk perjanjian dalam kepemilikan saham
sebesar 20% dan 60%. Pemerintah jerman melakukan intervensi terhadap kasus
ini untuk melindungi Opel (anak perusahaan General Motor) agar tidak terjual.
Hal ini dikarenakan Opel merupakan industri otomotif yang strategis yang
membantukperekonomian negara ( Agustina 2010).
Di Indonesia peraturan khusus mengenai espionase belum ada, akan tetapi
Indonesia memiliki Undang undang yang mengatur tentang penyadapan yang
dapat dikatakan sebagai bentuk dari espionase dalam perkembangan teknologi dan
informasi. Undang Undang No.36 Tahun 1999 tentang telekomunikasi dan
UndangUndang No.11 Tahun 2008 tentang informasi. Terdapat poin penting
mengenai espionase dalam Undang Undang tersebut, yaitu bahwa penyadapan
atau espionase merupakan kegiatan yang sangat dilarang dilakukan. Jika ada yang
melanggar dari peraturan yang berlaku akan mendapat hukum pidana atau denda
sesuai peraturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina. Veri. 2010. Intervensi Jerman dalam Opel Bid Talks. Jurnal Global dan
Strategis. Vol: 4(2)
Anastasia, Meiden C. 2015. Studi empiris atas kualitas audit. Link:
http://www.unisbank.ac.id/ojs/index.php/sendi_u/article/view File/3291/898
diakses pada 27 Agustus 2016. Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin
Ilmu & Call for Papers Unisbank
Anonim. 1993. Did VW Steal GM-Opel Secrets?. Link:
http://articles.baltimoresun.com/1993-08-29/news/1993241004_1_opel-
lopez-wolfsburg diakses pada 30 Januari 2018
Anonim. 2012. Awas! aksi spionase industri makin gencar. Link:
http://nasional.sindonews.com/read/691880/64/awas-aksi-spionase-industri-
makin-gencar-1353988851 diakses pada 30 Januari 2018
Douglas M. 2000. Integrative social contracts theory: hype over hypernorms.
Link: https://www.jstor.org/stable/25074332?seq=1#page_scan_tab_contents
diakses pada 30 Januari 2018. Journal of Business Ethics; 26(2):101-110

Anda mungkin juga menyukai