Anda di halaman 1dari 5

PERILAKU AGRESI PADA HEWAN

Dennis Mario Rivaldy


23010117140005
Peternakan-A

S-1 PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
Tingkah Laku Ikan Cupang

Ikan cupang umumnya terbagi atas tiga golongan,


yaitu cupang hias, cupang aduan, dan cupang liar.
Di Indonesia terdapat cupang asli,salah satunya
adalah Betta channoides yang ditemukan di
Pampang, Kalimantan Timur.

Ikan cupang adalah salah satu ikan yang kuat


bertahan hidup dalam waktu lama sehingga apabila
ikan tersebut ditempatkan di wadah dengan volume
air sedikit dan tanpa adanya alat sirkulasi udara
(aerator), ikan ini masih dapat bertahan hidup.

Cupang hias merupakan jenis cupang yang keindahannya terletak pada bentuk ekornya saat
mengembang. Walaupun termasuk ikan yang sangat agresif dan cenderung mempertahankan
daerah teritorialnya, tetapi keindahan cupang hias bisa dinikmati tanpa harus menyiksa dan
membuatnya bertarung, seperti yang harus dilakukan terhadap ikan cupang jenis adu.

Ikan Cupang termasuk ke dalam famili Anabantidae, ikan dari famili ini memiliki
keistimewaan berupa alat pernafasan tambahan yang disebut labirin. Sehingga dalam
melakukan pemijahan relatif lebih mudah karena dapat dilakukan di akuarium yang kecil
dengan kandungan oksigen rendah. Beberapa ikan Anabantidae memiliki nilai ekonomis
yang tinggi misal: ikan Cupang ( Betta splendens), ikan Paradise (Macropodus opercularis)
dan ikan Sepat (Trichogaster sp.).

Perilaku agresif pada ikan cupang seperti berkelahi akan semakin memuncak apabila ikan
cupang diletakkan di baskom, akuarium, toples, atau tempat pemeliharaan lain. Hal ini
dikarenakan ikan cupang telah terbiasa hidup di tempat yang lebih nyaman bila dibandingkan
dengan selokan atau tempat lainnya. Ketika melakukan pertarungan, ikan cupang jantan
menghampiri lawan tandingnya. Kemudian ikan cupang jantan mempertontonkan sirip pada
musuhnya. Sirip yang semula terlihat lemas dalam hitungan detik akan mengembang. Tidak
hanya sirip yang dipertontonkan, tetapi sirip cadangan lain yaitu membrana branchiostegi dan
tutup insang pada lengkungan leher juga ikut mengembang.

Sebagaimana hewan pemangsa lainnya, ikan cupang cenderung mendominasi ruang tempat
habitatnya tinggal. Oleh sebab itu, cupang jantan akan berusaha mengusir cupang jantan lain
yang memasuki wilayahnya. Jika sudah begitu, perkelahian pun dilakukan keduanya untuk
menunjukkan identitas sang jawara dan yang berhak menjadi penguasa.
Sikap agresif ikan cupang ini hanya ditujukan pada sesama jenisnya. Ikan cupang jantan
cenderung bisa berdamai dengan ikan jenis lainnya. Hal tersebut terlihatdari sikap cyupang
jantan ketika ikan jenis lain mendekati wilayahnya. Ikan cupang akan mengusir ikan lain
yang melewati "markasnya" tersebut dengan sedikit gerakan sehingga "tamu tak diundang"
itu pun menjauh. Namun, jika sang "tamu" tersebut berupa cupang jantan, sang penguasa
wilayah pun akan terus mengejar tamunya tersebut tanpa ampun.

Ciri ikan cupang jantan matang gonad adalah munculnya bintik bintik hitam yang terdapat di
sirip punggung jantan, pada tutup insangnya pun sudah ada garis vertikal warna kemerahan,
terlihat sibuk dalam mempersiapkan buih – buih dipermukaan sebagai sarang tempat
penetasan telur. Umur cupang yang siap untuk melakukan pemijahan yaitu sekitar 6 – 7 bulan
dengan panjang 5 – 6 cm. Induk harus sehat, tidak cacat dan tidak berpenyakit. Sedangkan
pada betina , ciri-ciri kematangan gonad dilihat dari besarnya perut betina dan pada sisi
tubuhnya terdapat 2-3 garis vertikal berwarna kelabu.

Umumnya ikan cupang termasuk kelompok ikan yang membuat gelembung udara pada saat
ingin kawin. Untuk itu diperlukan tanaman air agar cupang dapat menempelkan gelembung
udaranya. Tanaman ini dapat berupa tanaman air yang berdaun lebar seperti eceng gondok
(Eihornia crassipes) dan kiambang (Pistia stratiotes). Setelah itu cupang dapat dimasukkan
ke dalam bak pemijahan. Bila memang sudah siap kawin, cupang jantan akan segera
menempelkan gelembung udara ke daun. Cupang betina dapat dimasukkan apabila
gelembung udara sudah cukup banyak. Cupang jantan yang sedang mencari pasangan akan
segera menghampiri betina. Lalu betina akan diajak untuk mendekati gelembung udara,
dipeluk sehingga keduanya menempel dan tak bergerak. Beberapa saat kemudian, telur keluar
dari tubuh betina dan segera dibuahi oleh induk jantan. Telur – telur tersebut ditangkap oleh
mulut cupang jantan, lalu ditempelkan di gelembung udara. Penempelan dilakukan dengan
cara menyemburkan telur tersebut dari mulutnya.

Bila induk jantan memang siap memijah, maka esok hari kita akan terlihat busa yang sudah di
buat oleh induk jantan. Semakin banyak busa yang di buat menunjukan memang induk jantan
sudah siap, ketika itu barulah kita melepas induk betina kedalam wadah. Pelepasan induk
betina sebaiknya pada pagi hari, apabila kedua induk memang siap dan baik, maka keesokan
hari atau paling lambat 2 hari setelah pemijahan kita akan menemukan busa yang di buat
induk jantan sudah berisi telur ikan. Apabila telur ikan sudah banyak sebaiknya induk betina
segera di angkat supaya induk betina tidak memakan telurnya, sedangkan induk jantan masih
kita biarkan untuk mengeram dan memelihara telurnya.

Setelah telur ikan terlihat, maka dalam jangka waktu 24 jam telur akan menetas menjadi
burayak. Selama 1 minggu burayak masih tidak membutuhkan makanan, karena mereka
masih memiliki persedian makanan di tubuhnya dan pada hari ketiga ketika persediaan
makanan sudah habis, maka peranan induk jantan sangat vital karena induk jantan yang
memberikan makanan kepada burayak ini dengan cara di masukan kedalam mulutnya, lalu
setelah beberapa saat induk jantan akan memuntahkan kembali burayak itu keluar. Selama 1
minggu kita harus teratur memberikan makanan berupa cuk (jentik nyamuk) kepada induk
jantan, gunanya agar induk jantan mempunyai persediaan makanan untuk burayak tersebut,
bisa juga di berikan pelet khusus untuk ikan cupang.

Hari ke 5 setelah burayak menetas sudah bisa di lihat perkembangannya, untuk itu harus di
bantu dengan cara memberikan kuning telur yang sudah matang lalu di keringkan dan setelah
kering di berikan kepada burayak dan pada hari ke 6 kita sudah bisa memberikan kutu air
yang di saring kedalam wadah ini, karena beberapa burayak sudah cukup besar dan dapat
memakan kutu air yang di saring. Hari ke 8 induk jantan sudah bisa di angkat dan di pisahkan
kedalam toples tersendiri.
Daftar Pustaka
http://tsanie-lestari.blogspot.co.id/2010/11/perilaku-agresif-pada-hewan.html
http://abiholmes.blogspot.co.id/2011/11/habitat-dan-perilaku-cupang.html

Anda mungkin juga menyukai