Anda di halaman 1dari 8

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 tahap metode penelitian yaitu:


1. Tahap pengumpulan data
2. Tahap pengolahan data
3. Tahap analisis data
4. Hasil

3.1 Tahap Pengumpulan Data


Data yang digunakan menggunakan data sekunder yang telah tersedia dan juga survei
lapangan.

3.1Tahap Pengumpulan Data Sekunder


1. Data batas DAS yang telah dibuat
2. Data awal yang dibutuhkan adalah data DEM. Data DEM yang digunakan pada
penelitian ini adalah data DEM yang diambil dari citra ASTER. Citra tersebut
diambil dengan mengunduhnya secara gratis dari situs www,gdem.aster.ersdac.or.jp
dari data DEM tersebut kemudian dilakukan deliniasi batas ordo ketiga dari batas
DAS yang sudah ada. Batas DAS didapatkan dari pengolahan data aster gdem
menggunakan tools “archidro” yang merupakan salah satu eksistensi dari Archidro.
Berikut merupakan alur kerja untuk mendapatkan subDAS daerah penelitian :

Aster Argis
gdem 10.4.1

Hidrologi Fill Flow


tools Direction

1
Map Flow
Stream Link
Algebra Accumulation

watersheed DAS sampai


Ordo 3

Setelah data aster gdem didapatkan, pertama adalah memotongnya agar sesuai dengan
wilayah penelitian. Pemotongan citra menggunakan tools extract by mask. Kemudian
mengkondisikan kesalahan - kesalahan pada gdem. Yaitu menghilangkan flat area dan
cekungan - cekungan untuk menjamin konektivitas jaringan sungai, sehingga aliran
sungai tetap kontinu dari hulu ke hilir. Pada DEM biasanya terdapat cekungan yang
mungkin mempresentasikan suatu danau, lembah atau keberadaan sungai. Bisa juga
terdapat flat area yang melambangkan wilayah datar. Meskipun hal ini sebenarnya
merupakan representasi nyata dari keadaan alam yang sebenarnya, tetapi kurang
menguntungkan untuk permodelan hidrologi.

Setelah pengkondisian DEM, selanjutnya adalah penelusuran aliran (Flow Direction).


Arah aliran ditentukan dari arah penurunan tinggian tiap pixel. Dari hasil Flow Direction,
dilanjutkan dengan penentuan aliran air Flow Accumulation. Flow Accumulation dihitung
dari akumulasi aliran air dimana nilai tiap pixel yang lebih rendah mengarah ke pixel
dengan nilai tinggi.

Dari hasil Flow Accumulation, kemudian dihasilkan jaringan sungai. Jaringan sungai
dibuat dengan data dari Flow Accumulation kemudian dikalkulasikan dengan metode
Map Algebra yang telah tersedia pada toolbox hidrologi. Dari jaringan sungai tersebut
kemudian ditentukan titik persimpangannya untuk kemudian ditentukan ordo sungai pada
tool Stream Link pada tollbox hidrologi. Penentuan ordo sungai pada tool ini
menggunakan klasifikasi Horton, dimana sungai awal adalah ordo satu dan setiap
pertemuan ordo satu adalah ordo dua dan setiap pertemuan ordo dua adalah ordo tiga dan

2
seterusnya. Terakhir adalah deliniasi subDAS berdasarkan tiap ordo tersebut
menggunakan Archidro pada Arcgis.

3.1.2 Survei Lapangan


Survei lapangan dilakukan di daerah penelitian yang terdapat DAS yang berada pada
ketinggian berbeda pada tiap subDAS. Sehingga didapatkan bentuk data kondisi DAS
berdasarkan kondisi lapangan dan disesuaikan dengan data pada pengolahan sistem
informasi geografis. Perbandingan data tersebut digunakan untuk keakuratan data
penelitian.

Dalam melakukan survei lapangan, menggunakan beberapa peralatan baik yang


digunakan di lapangan antara lain:

a. Peralatan di Lapangan
- Peta Topografi
- Palu Geologi
- Kompas
- GPS (Global Positioning System)
- Papan Scanner
- Buku Lapangan
- Kamera
- Alat Tulis

3.2 Pengolahan Data


Setelah data DAS diperoleh, langkah selanjutnya adalah mengolah data subDAS tersebut,
untuk kemudian menghitung morfometri subDAS. Data yang diolah dibagi menjadi 3
aspek yaitu linear, relief dan aerial (Tabel 1.) Parameter yang digunakan antara lain:
Bifurcation Ratio (Rb), Drainage Density (Dd), Stream Frequency (Fs), Texture Ratio
(T), Basin Relief (Bh), Relief Ratio (Rh), Ruggedness Number (Rn), Form Factor (Rf),
Length of Overland Flow (Lof), dan Constant Channel Maintenance (C).

3
Pada tahap ini dilakukan analisis deskriptif dan analisis keruangan tentang karakteristik
masing - masing variabel morfometrik tiap DAS untuk melihat karakteristik morfometrik
yang terbentuk.

3.2.1 Peralatan yang Digunakan

- Seperangkat Komputer/Laptop
- Perangkat Lunak ArcGis 10.4.1
- Printer

4.1Analisis Morfometri

4.1.1 Analisis Spasial Karakteristik Tiap Variabel Morfometri


Pada tahap ini dilakukan analisis tiap variabel morfometri unutk mendapatkan
karakteristik morfometri tersebut. Karakteristik morfometri didasarkan pada drainage
density , stream frequency, bifurcation ratio, Texture ratio, Length of overland flow,
Constant channel maintenance.

4.1.2 Analisis Hubungan Antar Tiap Variabel


Pada tahap ini dilakukan analisis korelasi dengan menggunakan metode Person Product
Moment untuk mengetahui bagaimana korelasi atau hubungan antar satu variabel
morfometri dengan variabel lainnya. Metode ini akan menggunakan software SPSS 18
untuk mengetahui nilai koefisien signifikan masing - masing variabel.

4.1.3 Analisis Morfometri Terhadap Pembangunan Berkelanjutan


Pada tahap ini dilakukan penentuan hubungan tiap variabel terhadap penentuan subDAS
prioritas. Dengan penentuan zona prioritas akan memudahkan tahapan pengelolaan
DAS untuk pembangunan berkelanjutan sekaligus merupakan awal tindakan dari
mitigasi bencana agar tahap pembangunan dilakukan tanpa adanya masalah di kemudian
hari.

4
5.1 Diagram Alir Penelitian

Data Aster gdem

Modul Hidrologi SIG

Peta aliran sungai hasil ekstraksi

Editing

Peta aliran sungai

Parameter morfometrik DAS

Batas DAS

5
6.1Rencana Jadwal Penelitian

Adapun rencana jadwal kegiatan penelitian dilihat pada Tabel 3.4 yaitu:

Tabel 3.4 Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian


September Oktober November Desember
Kegiatan/ Tahapan
3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan Data

Sekunder
Survei Lapangan √
Tahap Pengolahan Data
Pengolahan Data √ √ √ √ √
Tahap Analisis Data
Analisis Data √ √ √ √ √ √ √ √
Tahap Akhir
Seminar Hasil √
Sidang Skripsi √

6
DAFTAR PUSTAKA

Allen, G.P. and Chambers. J. L.C, 1998, Sedimentation in the Modern and Miocene
Mahakam Delta, Indonesian Petroleum Association Proceeding, Jakarta, Indonesia.

Bachtiar, A., Kurniawan, E., dan Widodo, K.S., 2003. Regional Kutai Basin and
Mahakam Delta Field Trip, Guide Book, PT. GDA Daya Ayfedha.

Bahrudin, Muhammad Joko Umbaran. 2018. Zonasi Daerah Rawan Longsor


Menggunakan Metode Analisis Sistem Informasi Geografis Berdasarkan Metode
AHP Pada Daerah Gunung Kidul Yogyakarta. Program Studi Sistem Informasi,
Fakultas Komputer. Universitas Alma Ata: Semarang.

Bate, Dominikus Victorius. 2018. Analisis Risiko dan Mitigasi Bencana Tanah Longsor
di Kecamatan Cibal Kabupaten Nusa Tenggara Timur. Skripsi. Tidak Diterbitkan.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret: Surakarta.

Buku Panduan Praktikum Geomorfologi, Laboratorium Geologi dan Survei Fakultas


Teknik, Universitas Mulawarman, Samarinda.

Faizana, Fina dkk 2015. Pemetaan Risiko Bencana Tanah Longsor Kota Semarang.
Program Studi Teknik Geodesi. Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro:
Semarang.

Fauziy, Okky Ahmad. 2015. Prioritas Penanganan Penurunan Badan Jalan (amblasan)
Pada Ruas Jalan Nasional Sumedang-Cijelag Provinsi Jawa Barat. Program Studi
Teknik Sipil. Universitas Katolik Parahyangan: Bandung.

Misbahudin dkk, 2017. Analisis Kerentanan Longsoran Menggunakan Proses Hirarki


Analitik di Daerah Sukatani dan Sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.
Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi.

Modul Validasi Peta Rencana Detail Tata Ruang. Badan Informasi Geospasial.

Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan Bencana Longsor Peraturan Mentri Pekerjaan
Umum NO.22/PRT/M/2007: Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal
Penataan Ruang.

7
Prahasta, Eddy 2001. Sistem Informasi Geografi. Nova. Bandung.

Raharjo, Puguh Dwi dkk. 2014. Penggunaan Model Analytical Hierarchy Process untuk
Penentuan Potensi Ancaman Longsor Secara Spasial. UPT Balai Informasi
Konservasi Kebumian Karangsambung LIPI.

Republik Indonesia. 2012. Peraturan Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012


Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. Kepala Badan Nasional.
Sekretariat Negara. Jakarta.

Supriatna S., Sukardi R., Rustandi E., 1995, Peta Geologi Lembar Samarinda,
Kalimantam Timur, Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Umar, dkk 2017. Buku Penuntun Kuliah Lapangan 2017. Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman.

Undang-undang RI. No.24 tahun 2007. Penanggulangan Bencana. Jakarta.

Utomo, Waluyo Yogo. 2013. Analisis Potensi Rawan (Hazard) dan Risiko (Risk)
Bencana Banjir dan Longsor (Studi Kasus Provinsi Jawa Barat). Skripsi.
Diterbitkan. Sekolah Pascasarjana. Institut Teknologi Bandung: Bandung.

Verstappen, 1985. Geomorphological Surveys for Environmental Development.


Amsterdam; Elsevier Science Publishing Company Lnc.

Zuidam, R.A. van, 1985. Aerial Photo-Interpretation in Terrain Analysis and


Geomorpologhic Mapping. ITC, Smits Publ, encshede, The Netherlands.

Anda mungkin juga menyukai