Anda di halaman 1dari 26

Bab 2

BUNGA MAJEMUK

Tujuan Pembelajaran
Dalam bab 2 ini dipelajari tentang bunga majemuk, dengan tujuan agar
pembaca mampu: (1) Memahami konsep bunga majemek, dan perbedaan
antara bunga nominal dan bunga efektif; (2) Memahami konsep jenis-jenis
suku bunga kredit dalam lembaga keuangan; (3) Memahami konsep periode
perhitungan bunga; (4) Mampu menyelesaikan berbagai perhitungan yang
berkaitan dengan bunga majemuk; dan (5) Mampu melakukan reka bentuk
matematika yang berkaitan dengan bunga majemuk dan nilai sekarang.

2.1 Pendahuluan
Jika dalam suatu interval waktu tertentu bunga ditambahkan ke modal awal
pada tiap akhir periode perhitungan bunga, dan kemudian ikut dipakai
sebagai dasar untuk menentukan besarnya bunga pada periode berikutnya,
dan seterusnya, maka konsep bunga seperti ini disebut sebagai bunga
majemuk atau dilipatgandakan (compound interest).

Bunga dapat dikonversi (diubah) menjadi modal awal, dan


dimajemukkan secara tahunan, setengah-tahunan (semesteran), tiga-bulanan
(triwualanan), bulanan, mingguan, harian, atau secara kontinu. Bilamana
dimajemukkan secara harian, maka jumlah hari dalam satu tahun
menggunakan pendekatan biasa adalah 360 hari, dan jumlah hari dalam satu
tahun menggunakan pendekatan tepat (exact) adalah 365 hari. Bilamana tidak
disebutkan metode pendekatannya dalam perhitungan bunga, umumnya
menggunakan jumlah 365 hari. Selain itu, tarif tingkat bunga biasanya
dinyatakan sebagai tarip tingkat bunga tahunan yang disebut sebagai nominal
rate of return, dan juga sering disebut dengan per annum (disingkat p.a.).
2.2 Persamaan Akumulasi Bunga Majemuk
Misalkan P0 modal awal (principal) yang diinvestasikan dengan laju bunga
i p.a. tiap periode bunga, dan jumlah majemuk dari P0 hingga periode ke- n
dinyatakan sebagai Pn . Karena jumlah majemuk pada akhir periode bunga
dari sebarang modal adalah sama dengan modal awal dikalikan dengan faktor
pengali (1  i) . Jadi pada tiap akhir periode adalah seperti berikut:

Akhir period ke-1: P1  P0 (1  i ) ,

Akhir period ke-2: P2  P0 (1  i)(1  i)  P0 (1  i) 2 ,

Akhir period ke-3: P3  P0 (1  i)(1  i)(1  i)  P0 (1  i)3 ,

dan seterusnya hingga

Akhir period ke- n : Pn  P0 (1  i )(1  i )...(1  i )  P0 (1  i ) n


  
n faktor

Berdasarkan uraian di atas, jadi persamaan bunga majemuk adalah


dinyatakan sebagai:

Pn  P0 (1  i) n . (2.1)

Contoh 2.1

Suatu modal sebesar Rp 10.000.000 dibungakan dengan sistem bunga


majemuk 10% p.a. selama 5 tahun. Tentukan jumlah akumulasi modal pada
akhir tahun ke-5, dan berapa bunga majemuk yang diperolehnya.

Jawab:

Diketahui P0 = Rp 10.000.000; i = 10% p.a. dan n = 5 tahun.

Ditanyakan jumlah akumulasi P5 dan jumlah nominal bunga I 5 ?

a. Jumlah akumulasi modal pada akhir tahun ke-5 adalah


Pn  P0 (1  i) n
P5  Rp 10.000.000(1  0,10)5  Rp 16.105.100 ,00
b. Nominal bunga majemuk yang diperoleh adalah jumlah akumulasi modal
pada akhir tahun ke-5 dikurangi modal awal, jadi:
I 5  P5  P0
= Rp 16.105.100 – Rp 10.000.000 = Rp 6.105.100,00

Contoh 2.2

Seseorang menyimpan uang sebesar Rp 1.000.000 pada suatu lembaga


keuangan dengan sistem bunga majemuk harian selama 2 tahun. Jika lembaga
keuangan memberikan bunga 12% p.a. Berapakah akumulasi uang yang
disimpan pada akhir tahun ke-2, apabila digunakan pendekatan biasa.

Jawab:

Diketahui P0 = Rp 1.000.000; n = 2 tahun (dengan 1 tahun = 360 hari); i =


12% p.a.

Ditanyakan jumlah akumulasi uang pada akhir tahun ke-2 ?

0,12
nb = 2  360 = 720 hari dan ib = = 0,00033
360

Jumlah akumulasi uang pada akhir tahun ke-2 atau akhir hari ke-720 adalah

Pnb  P0 (1  ib ) nb

P720  Rp 1.000.000 (1  0,00033 ) 720 = Rp 1.268.152,10

Contoh 2.3

Tuan X menyimpan uang sebesar Rp 2.000.000 pada suatu lembaga


keuangan dengan sistem bunga majemuk harian selama 3 tahun. Jika lembaga
keuangan memberikan bunga 15% p.a. Berapakah akumulasi uang yang
disimpan pada akhir tahun ke-3, apabila digunakan pendekatan tepat (exact).
Jawab:

Diketahui P0 = Rp 2.000.000; n = 3 tahun (dengan 1 tahun = 365 hari); i =


15% p.a.

Ditanyakan jumlah akumulasi uang pada akhir tahun ke-3 ?

0,15
n e = 3 365 = 1.095 hari dan i e = = 0,00041
365

Jumlah akumulasi uang pada akhir tahun ke-3 atau akhir hari ke-1095 adalah

Pne  P0 (1  ie ) ne

P1095  Rp 2.000.000 (1  0,00041)1095 = Rp 3.133.044,36

Contoh 2.4

Suatu modal sebesar Rp 10.000.000 dibungakan dengan sistem bunga


majemuk 10% p.a. selama 2 tahun. Setelah akhir tahun ke-2 modal yang
terkumpul dibungakan lagi selama 3 tahun dengan bunga 12% p.a. Tentukan
jumlah akumulasi modal pada akhir tahun ke-5, dan berapa bunga majemuk
yang yang diperolehnya.

Jawab:

Diketahui pembungaan pertama P0 = Rp 10.000.000; i = 10% p.a. dan n = 5


tahun; pembungaan kedua P0 = P2 ; j = 12% p.a. dan k = 3.

Ditanyakan jumlah akumulasi P5 dan jumlah nominal bungan I 5 ?

Pertama: Jumlah akumulasi modal pada akhir tahun ke-2 adalah

Pn  P0 (1  i) n

P2  Rp 10.000.000(1  0,10) 2  Rp 12.100.000 ,00


Kedua: Jumlah akumulasi modal pada akhir tahun ke-3 adalah

Pk  P2 (1  j ) k

P3  Rp 12.100.000(1  0,12)3  Rp 16.999.628 ,80

Jadi jumlah akumulasi modal pada akhir tahun ke-5 adalah Rp 16.999.628,80

Jumlah nominal bunga yang diperoleh hingga akhir tahun ke-5 adalah

I 5  P5  P0

= Rp 16.999.628,80 – Rp 10.000.000 = Rp 6.999.628,80

2.3 Konversi Bunga


Seperti telah kita diketahui bahwa tingkat bunga selalu dinyatakan per tahun
atau disebut per annum (disingkat p.a.). Tingkat bunga yang dinyatakan per
tahun, baik yang dinyatakan dengan p.a. ataupun yang tidak dinyatakan
dengan p.a., disebut sebagai tingkat bunga nominal. Dalam praktek
perhitungan bunga, seringkali harus dilakukan konversi dari tingkat bunga
nominal ke tingkat bunga dengan satuan waktu yang lebih kecil (misalnya:
semesteran, triwulanan, bulanan, dan seterusnya), yang disebut tingkat
bunga efektif.

Misalkan P0 modal awal (principal), Pn jumlah akumulasi pada akhir


tahun ke n , m banyaknya periode pembayaran bunga dalam setahun, j m
tingkat bunga nominal per tahun yang dimajemukkan m kali dalam setahun,
i tingkat bunga per periode bunga (per tahun), dan n banyaknya periode
pembayaran bunga dalam keseluruhan waktu (interval waktu transaksi).
Tingkat bunga per periode yaitu i sama dengan tingkat bunga nominal per
tahun yang dimajemukkan m kali dalam setahun j m , dibagi dengan
banyaknya periode pembayaran bunga dalam setahun, atau ditulis sebagai:

j
i m . (2.2)
m
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, jika terdapat t tahun, yang tiap
tahunnya terdiri dari m banyaknya periode pembayaran bunga, maka n
banyaknya periode pembayaran bunga dalam keseluruhan waktu menjadi:

n  tm

Sehingga bunga majemuk persamaan (2.1) dapat dinyatakan sebagai:

Pt m  P0 (1  m )t  m .
j
(2.3)
m

Contoh 2.5

Seseorang memiliki modal sebesar Rp 20.000.000 dipinjamkan kepada


seorang pedagang dengan sistem bunga majemuk bulanan selama 5 tahun.
Jika seseorang tersebut membebankan tingkat bunga 12% p.a.

a. Berapakan jumlah akumulasi modal pada akhir tahun ke-5?


b. Berapakan besarnya bunga majemuk yang diperoleh dari meminjamkan
modal tersebut ?

Jawab:

Diketahui P0 = Rp 20.000.000; j m = 12% p.a.; t = 5 tahun; dan m = 12


bulan.

j 12%
i m = = 1%= 0,01; dan n  t  m = 5  12 = 60 bulan.
m 12
a. Jumlah akumulasi modal pada akhir tahun ke-5 adalah
Pt m  P0 (1  m )t  m
j
m
P60  Rp 20.000.000 (1  0,01) 60 = Rp 36.333.934,00
b. Besarnya bunga majemuk yang diperoleh adalah

I 60  P60  P0 = Rp 36.333.934 – Rp 20.000.000 = Rp 16.333.934,00

Contoh 2.6
Tuang A meminjam uang sebesar Rp 2.000.000 kepada lembaga keuangan
dengan sistem bunga majemuk triwulanan untuk selama 2 tahun. Jika
lembaga keuangan mengenakan tingkat bunga 16% p.a. Berapakah jumlah
akumulasi pinjamannya setelah 2 tahun?

Jawab:

Diketahui P0 = Rp 2.000.000; j m = 16% p.a.; t = 2 tahun; dan m = 4


triwulan.

j 16%
i m = = 4%= 0,04; dan n  t  m = 2  4 = 8 triwulan.
m 4
Jumlah akumulasi pinjaman setelah 2 tahun adalah

Pt m  P0 (1  m )t  m
j
m

P8  Rp 2.000.000 (1  0,04)8 = Rp 2.737.138,10

Contoh 2.7

Tuang Bento meminjam uang sebesar Rp 2.000.000 kepada lembaga


keuangan dengan sistem bunga majemuk caturwulanan untuk selama 5 tahun.
Jika lembaga keuangan mengenakan tingkat bunga 15% p.a. Berapakah
jumlah akumulasi pinjamannya setelah 5 tahun?

Jawab:

Diketahui P0 = Rp 2.000.000; j m = 15% p.a.; t = 5 tahun; dan m = 3


caturwulan.

j 15%
i m = = 5%= 0,05; dan n  t  m = 5  3 = 15 caturwulan.
m 3
Jumlah akumulasi pinjaman setelah 5 tahun adalah

Pt m  P0 (1  m )t  m
j
m
P15  Rp 2.000.000 (1  0,05)15 = Rp 4.157.856,36

Contoh 2.8

Nyonya Rejeki meminjamkan modal sebesar Rp 5.000.000 kepada pedagang


kecil dengan sistem bunga majemuk semesteran untuk selama 3 tahun. Jika
Nyonya Rejeki membebankan tingkat bunga 4% p.a. Berapakah jumlah
akumulasi modal setelah 3 tahun?

Jawab:

Diketahui P0 = Rp 5.000.000; j m = 4% p.a.; t = 3 tahun; dan m = 2 semester.

j 4%
i m = = 2%= 0,02; dan n  t  m = 5  2 = 10 semester.
m 2
Jumlah akumulasi pinjaman setelah 3 tahun adalah

Pt m  P0 (1  m )t  m
j
m

P10  Rp 2.000.000 (1  0,02)10 = Rp 2.437.988,84

2.4 Ekivalensi Bunga Nominal dan Bunga Efektif


Berdasarkan konversi bunga, untuk setiap tingkat bunga nominal tertentu,
yaitu j m , akan didapatkan bunga efektif yang ekivalen, yaitu jika
dimajemukkan secara tahunan j1 akan memberikan besar bunga yang sama
per tahun. Di mana j m diartikan bahwa periode perhitungan bunga adalah
m kali dalam setahun.

Dari persamaan (2.1) dan persamaan (2.3), untuk n  t  1 tahun,


diperoleh ekivalensi matematis sebagai berikut:
j
P0 (1  i)  P0 (1  m ) m ,
m

atau

j
(1  i)  (1  m ) m ,
m

Sehingga diperoleh dua persamaan sebagai berikut:

j
i  (1  m ) m  1, (2.4)
m

dan
1
jm  m[(1  i) m  1] . (2.5)

di mana i disebut bunga efektif, dan j m disebut bunga nominal.

Contoh 2.9

Hitunglah bunga efektif yang ekivalen dengan:

a. Bunga nominal j 2 = 12%


b. Bunga nominal j12 = 12%
c. Bunga nominal j365 = 15%

Jawab:

Menggunakan persamaan (2.4) diperoleh sebagai berikut:

0,12 2
a. i  (1  )  1 = 12,36%
2
0,12 12
b. i  (1  )  1 = 12,68%
12
0,15 365
c. i  (1  )  1 = 12,18%
365
Contoh 2.10

Hitunglah bunga nominal j 4 yang ekivalen dengan:

a. Bunga efektif i = 10%


b. Bunga nominal j 6 = 12%

Jawab:

a. Menggunakan persamaan (2.5) diperoleh:


1
j4  4[(1  0,10) 4  1] = 9,65%
b. Pertama, hitung i ekivalen dengan j 6 menggunakan persamaan (2.4)
diperoleh:
0,12 6
i  (1  )  1 = 12,62%; dan
6
Kedua, hitung j 4 ekivalen dengan i menggunakan persamaan (2.5)
diperoleh:
1
j4  4[(1  0,1262 ) 4  1] = 12,06%

Contoh 2.11

Hitunglah jumlah akumulasi uang sebesar Rp 2.000.000 dibungakan


majemuk tahunan selama 2 tahun, jika diketahui j5 = 10%.

Jawab:

Diketahui P0 = Rp 2.000.000; n = 2 tahun; dan j5 = 10%.

Ditanyakan berapa P2 ?

j 0,10 5
i  (1  m ) m  1  (1  )  1 = 10,41%
m 5
Pn  P0 (1  i) n

P2  Rp 2.000.000 (1  0,1041) 2 = Rp 2.437.988,84

Contoh 2.12

Suatu modal sebesar Rp 10.000.000 pada tahun pertama dibungakan


majemuk dengan tingkat bunga efektif i p.a. selama 3 tahun. Untuk tahun
pertama diketahui j 6 = 12%, sedangkan untuk tahun kedua dan ketiga
diketahui j3 = 15%. Hitunglah jumlah akumulasi modal sampai pada akhir
tahun ke-3.

Jawab:

Diketahui P0 = Rp 10.000.000; n = 3 tahun; tahun pertama j 6 = 12%; tahun


kedua dan ketiga j3 = 15%.

Ditanyakan jumlah akumulasi P3 ?

 Untuk tahun pertama

j 0,12 6
i  (1  m ) m  1  (1  )  1 = 12,67%
m 6

 Untuk tahun ke-2 dan ke-3

j 0,15 3
i  (1  m ) m  1  (1  )  1 = 15,76%
m 3

Jumlah akumulasi modal hingga akhir tahun ke-3 adalah

P3  Rp 10.000.000 (1  0,1267 )(1  0,1576 ) 2 = Rp 15.091.653,49

2.5 Nilai Sekarang Bunga Majemuk


Bilamana diketahui jumlah akumulasi Pn , untuk selama periode waktu n ,
dan dengan tingkat bunga efektif i p.a. Lalu diminta untuk menghitung
besarnya modal awal P0 , atau nilai sekarang (present value). Proses
penentuan P0 dari Pn yang diketahui, ini sering disebut sebagai
pendiskontoan (discounting). Berdasarkan persamaan (2.1), dapat dinyatakan
sebagai berikut:

 Pn (1  i )  n .
Pn
P0  (2.6)
(1  i ) n

Atau dalam keuangan lebih popular sebagai

PV  FV (1  i) n ,

di mana PV present value, dan FV future value, serta v  (1  i) 1 disebut


faktor diskonto (discount factor) dalam sistem bunga majemuk.

Contoh 2.13

Hitunglah nilai sekarang dari Rp 20.000.000 yang akan:

a. Diterima 3 tahun yang akan datang dengan tingkat bunga 9% p.a.


b. Diterima 5 tahun yang akan datang dengan tingkat bunga 10% p.a.

Jawab:

Diketahui Pn = Rp 20.000.000;

Ditanyakan nilai sekarang P0 ?

a. Untuk n =3 dan i = 9% = 0,09 p.a.


P3 Rp 20.000.000
P0   = Rp 15.443.669,60
(1  i ) 3 (1  0,09) 3
b. Untuk n =5 dan i = 10% = 0,10 p.a.
P5 Rp 20.000.000
P0   = Rp 12.418.426,46
(1  i ) 5 (1  0,10) 5

Contoh 2.14
Hitunglah nilai sekarang dari Rp 10.000.000 yang akan:

a. Diterima 4 tahun yang akan datang, bilamana tingkat bunga 12%


dimajemukkan secara caturwulanan.
b. Diterima 6 tahun yang akan datang, bilmana tingkat bunga 18%
dimajemukkan secara triwulanan.

Jawab:

Diketahui Pn = Rp 10.000.000;

Ditanyakan nilai sekarang P0 ?

j 0,12
c. Untuk n = t  m  4  3 = 12 caturwulan; dan i = 3  = 0,04
3 3
P12 Rp 10.000.000
P0   = Rp 6.245.970,50
(1  i )12 (1  0,04) 12
j 0,18
d. Untuk n = t  m  6  4 = 24 triwulan; dan i = 4  = 0,045
4 4
P24 Rp 10.000.000
P0   = Rp 3.477.034,74
(1  i ) 24 (1  0,045) 24

Contoh 2.15

Jika diketahui tingkat bunga nominal j 2 = 10%, maka hitunglah nilai


diskonto (discounted value) atau nilai sekarang dari akumulasi modal sebesar
Rp 5.000.000 yang akan jatuh tempo 10 tahun mendatang.

Jawab:

Diketahui Pn = Rp 5.000.000; j 2 = 10%; dan n = t  m  10  2 = 20


semester.

Ditanyakan nilai sekarang P0 ?

j 0,10 2
i  (1  m ) m  1  (1  )  1 = 10,25%
m 2
P20 Rp 5.000.000
P0   = Rp 710.228,41
(1  i ) 20 (1  0,1025) 20

Contoh 2.16

Suatu obligasi bernilai nominal (bernilai pari) sebesar Rp 1.000.000 akan


jatuh tempo 5 tahun yang akan datang. Berapakah nilai sekarang obligasi ini,
jika modal yang diinvestasikan pada obligasi ini dihargai menurut tarip bunga
j12 = 18% ?

Jawab:

Diketahui Pn = Rp 1.000.000; n = t  m  5  12 = 60; dan j12 = 18% = 0,18.

Ditanyakan nilai sekarang P0 ?

j 0,18
i m = = 0,015
m 12

P60 Rp 1.000.000
P0   = Rp 409.295,97
(1  i ) 60 (1  0,015) 60

2.6 Menentukan Tingkat Bunga dan Jumlah Periode yang Belum


Diketahui
Bilamana dalam persoalan bunga majemuk hanya diketahui modal awal P0 ,
jumlah akumulasi modal Pn , dan jumlah periode n , maka tingkat bunga i
yang belum diketahui dapat ditentukan. Menggunakan persamaan (2.1), dapat
diperoleh persamaan sebagai berikut:

Pn  P0 (1  i) n

P
(1  i) n  n
P0
1
P n
1  i   n 
 P0 

1
P n
i   n   1 . (2.7)
 P0 

Selanjutnya, bilamana dalam persoalan bunga majemuk hanya


diketahui modal awal P0 , jumlah akumulasi modal Pn , dan tingkat bunga i ,
maka jumlah periode n yang belum diketahui dapat ditentukan.
Menggunakan persamaan (2.1), dapat diperoleh persamaan sebagai berikut:

Pn  P0 (1  i) n

P
(1  i) n  n
P0

P 
log(1  i) n  log  n 
 P0 

n log(1  i)  log Pn  log P0

log Pn  log P0
n . (2.8)
log(1  i )

Contoh 2.17

Misalkan diketahui modal awal sebesar Rp 50.000.000, diakumulasikan


selama 4 tahun menjadi Rp 80.000.000. Tentukan besarnya tingkat bunga per
tahun (per annum).

Jawab:

Diketahui P0 = Rp 50.000.000; P4 = Rp 80.000.000; dan n = 4 tahun.

Ditanyakan besarnya tingkat bunga i p.a. ?


1
P n
i   n   1
 P0 

1 1
P 4
  1 = 
80.000.000  4
i   4   1 = 12,47% p.a.
 P0   50.000.000 

Contoh 2.18

Tentukan tingkat bunga nominal j3 yang dapat membuat sejumlah modal


awal menjadi empat kali lipat dalam kurun waktu 5 tahun.

Jawab:

Misalkan besarnya modal awal adalah P0 , persoalan tersebut berarti bahwa:

n = 4  3 = 12 caturwulan.

P0 (1  i)12  4P0

1 1
(1  i)  (4) 12 atau i  (4) 12  1 = 12,25%

j
i  m atau j m  i  m , sehingga
m

j3  12,25%  3 = 36,75%

Contoh 2.19

Tentukan jumlah periode yang diperlukan agar dapat menjadikan uang


sebesar Rp 10.000.000 menjadi Rp 18.000.000, jika diberikan tingkat bunga
nominal sebesar j3 = 12%.

Jawab:
Diketahui P0 = Rp 10.000.000; Pn = Rp 18.000.000; dan j3 = 12% berarti
m = 3.

Ditanyakan jumlah periode n ?

j j 0,12
i m = 3= = 0,04
m 3 3

log Pn  log P0
n
log(1  i )

log(18.000 .000 )  log(10.000 .000 )



log(1  0,04)

7,255272505  7
= =3,746659722  3,75 caturwulan.
0,017033339

Contoh 2.20

Tentukan jumlah periode agar suatu modal yang dimajemukan dengan tingkat
bunga 8% p.a., menjadi 3 kali lipat.

Jawab:

Misalkan P0 modal; dan i = 8% = 0,08 p.a. Persoalan tersebut berarti:

P0 (1  i) n  3P0

n log(1  i)  log 3

log 3 log 3 0,477121255


n  = = 14,27491459  14,28 tahun.
log(1  i ) log(1  0,08) 0,033423755

2.7 Sifat Matematika Bunga Majemuk


Misalkan t adalah jangka waktu investasi, ukurannya bisa hari, bulan, tahun,
dan sebagainya. Merujuk pada Kellison (1991), sifat-sifat matematis dari
bunga majemuk dan diskon majemuk dapat dijelaskan sebagai berikut:
Sifat-Sifat fungsi akumulasi dan fungsi diskon

(1) Misalkan pula a(t ) menyatakan fungsi akumulasi pada waktu t  0


dari 1 unit investasi awal. Sifat-sifat fungsi akumulasi a(t ) adalah
a. Pada saat t =0 jelaslah a(0)  1 , dan saat t = 1 jelas a(1)  1  i .
b. Fungsi akumulasi a(t )  (1  i)t secara umum merupakan fungsi
eksponensial.
c. Bunga majemuk menghasilkan akumulasi yang lebih besar dari
bunga sederhana, bilaman t  1 .
A(n)  A(n  1) k.a(n)  k.a(n  1) a(n)  a(n  1)
in  = =
A(n  1) k.a(n  1) a(n  1)

(1  i) n  (1  i) n 1
=  (1  i)  1  i . (2.9)
(1  i) n 1
d. Misalkan bunga tumbuh selama t tahun, dan kemudian
diinvestasikan ulang selama s tahun lagi di mana s  1 , sifat
akumulasinya adalah:
a(t  s)  a(t ).a(s)  (1  i)t .(1  i) s  (1  i)t  s . (2.10)
(2) Nilai diskon (discount value) adalah nilai sekarang yang berkaitan
dengan pembayaran yang dilakukan di masa depan. Diskon
menentukan seberapa besar yang harus diinvestasikan di awal periode,
misalnya X , sehingga terakumulasi menjadi 1 satuan setelah t tahun.
Jadi secara matematis:
1
X .(1  i)t  1  X  . (2.11)
(1  i ) t
a. Seperti telah didefinisikan bahwa v  1 /(1  i) , sehingga persamaan

(2.11) menjadi X  1.v t . Jika dimisalkan a 1 (t )  1 / a(t ) , maka


dalam bunga majemuk berlaku:

a 1 (t ) 
1
 vt . (2.12)
(1  i ) t
Jadi bunga majemuk menghasilkan nilai diskon lebih kecil dari
bunga sederhana, bilamana t  1 .
b. Tingkat diskon majemuk konstan juga merupakan tingkat diskon
efektif konstan:
A(n)  A(n  1) k .a (n)  k .a (n  1) a ( n  1)
dn  = = 1
A(n) k .a (n) a ( n)
a 1 (n) (1  d ) n
=1  = 1 = 1  (1  d ) = d . (2.13)
a 1 (n  1) (1  d ) n 1

Sifat-Sifat ekivalensi tingkat bungan efektif dan tingkat diskon efektif

(1) Perlu diketahui, bahwa tingkat bunga (diskon) efektif dibayar sekali per
tahun di akhir (awal) tahun. Sedangkan, tingkat bunga (diskon)
nominal dibayar lebih sering sepanjang tahun (misalnya m kali) dan
akhir (awal) sub-periode. Tingkat nominal disesuaikan untuk
menggambarkan tingkat bunga yang dibayar selama sub-periode.
a. Misalkan i tingkat bunga efektif, dan j m tingkat bunga nominal,
hubungan ekivalensi kedua jenis tingkat bunga tersebut adalah:
m
 j 
(1  i )  1  m  . (2.14)
 m 
Dari persamaan (2.14) dapat diperoleh tingkat bunga nominal j m
sebagai:
1
jm  m[(1  i) m  1] , (2.15)
dan tingkat bunga per sub-periode dapat ditentukan sebagai
berikut:
jm 1
 (1  i) m  1 . (2.16)
m
b. Misalkan d tingkat diskon efektif, dan d m tingkat diskon
nominal, hubungan ekivalensi kedua jenis tingkat diskon tersebut
adalah:
m
 d 
(1  d )  1  m  . (2.17)
 m 
Dari persamaan (2.17) dapat diperoleh tingkat diskon nominal d m
sebagai:
1
d m  m[1  (1  d ) m ] , (2.18)
dan tingkat diskon per sub-periode dapat ditentukan sebagai
berikut:
dm 1
 1  (1  d ) m . (2.19)
m
(2) Sebagaimana telah diketahui bahwa j m / m tingkat bunga nominal per
sub-periode yang dibayarkan sebanyak m kali, dan d m / m tingkat
diskon nominal per sub-periode yang dibayarkan sebanyak m kali.
Hubungan matematis kedua dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pada tingkat bungan efektif dan tingkat diskon efektif berlaku
bahwa:
(1  i)  v 1  (1  d ) 1 . (2.20)
b. Merujuk persamaan (2.20), berlaku juga untuk tingkat bunga
nominal dan tingkat diskon nominal, sebagai berikut:
m m
 j   d 
1  m   1  m 
 m   m 
1
 j   d  m
1  m    1  m  =
 m   m  m.d m
dm
jm m m  m  dm m .
 1 = = (2.21)
m m.d m m  dm dm
1
m
c. Dari persamaan (2.21) dapat diperoleh tingkat diskon nominal per
sub-periode, jika diberikan tingkat bunga nominal per sub-periode,
sebagai berikut:
jm
dm
 m . (2.22)
m jm
1
m
d. Selisih antara tingkat bunga nominal per sub-periode dengan
tingkat diskon per sub-periode, sama dengan hasil kalinya.
jm d m j   d m  j m d m
  m 1  1   = .  0. (2.23)
m m m   m  m m
Sifat-Sifat laju tingkat bungan dan laju tingkat diskon

(1) Sebagaimana telah diketahui, bahwa tingkat bunga efektif tahunan


diterapkan untuk selama periode 1 tahun. Sedangkan tingkat bunga
nominal diterapkan untuk selama sub-periode ketika tingkat bunga
dikonvesri. Laju (force) tingkat bunga tahunan selama sub-periode
terkecil hanya dapat dibayangkan, karena m   .
a. Tingkat bunga nominal selama sub-periode m kali dalam setahun
adalah:
1
j m A(n  m )  A(n)
 .
m A(n)
Jika m   , maka

jm A(n  1 )  A(n)
lim  lim m ,
m  m m  A(n)
disebut sebagai tingkat bunga nominal sesaat. Misalkan  ni
menyatakan laju tingkat bungan (force of interest) tahunan pada
waktu n , besarnya  ni adalah sebagai berikut:
 A(n  1 )  A(n) 
 m 
 1 
i  m 
 n  lim j m  lim .
m  m  A(n)
dA(n)
d d
 ni  dn = ln A(n) = ln{ k.a(n)}
A(n) dn dn
d d
={ln k  ln a(n)} = {ln a(n)} . (2.24)
dn dn
b. Berdasarkan persamaan (2.24), dapat diperoleh fungsi akumulasi
dengan mengunakan laju tingkat bunga adalah sebagai berikut:
d
 ni  {ln a(n)}   ni dn  d{ln a(n)}
dn
t t
 a (t ) 
  n dn   d{ln a(n)}= ln{a(t )}  ln{a(0)} = ln 
i
 ; a(0)  1
0 0  a ( 0) 
Berarti
t
i
t   n dn
ln{ a(t )}    ni dn atau a(t )  e 0 . (2.25)
0
(2) Sebagaimana telah diketahui pula, bahwa tingkat diskon efektif
tahunan diterapkan untuk selama periode 1 tahun. Sedangkan tingkat
diskon nominal diterapkan untuk selama sub-periode ketika tingkat
diskon dikonvesri. Laju (force) tingkat diskon tahunan selama sub-
periode terkecil hanya dapat dibayangkan, karena m   .
a. Tingkat diskon nominal selama sub-periode m kali dalam setahun
adalah:
1
d m A(n  m )  A(n)
 .
m A(n  1 )
m
Jika m   , maka

dm A(n  1 )  A(n)
lim  lim m ,
m  m m  A(n  1 )
m
disebut sebagai tingkat diskon nominal sesaat. Misalkan  nd
menyatakan laju tingkat diskon (force of discount tahunan pada
waktu n , besarnya  nd adalah sebagai berikut:
 A(n  1 )  A(n) 
 m 
 1 
d  m 
 n  lim d m  lim .
m m  A(n  )1
m
dA(n) d
A(n)
dn . A( n ) A(n)
 nd  lim = dn . lim
m   A(n  1 ) A(n) A(n) m   A(n  1 )
m m
d
A(n)
d d
= dn .1 = ln A(n) = ln{ k.a(n)}
A(n) dn dn
d d
= {ln k  ln a(n)} = {ln a(n)} . (2.26)
dn dn
Memperhatikan persamaan (2.26) dan persamaan (2.24), tampak
jelas bahwa  nd =  ni .
b. Jika tingkat bunga konstan setiap tahun in  i , maka laju tingkat
bunga juga akan konstan setiap tahun yaitu  n   . Sehingga:
t t
  n .dn
i
  .dn
a(t )  e0  e 0

= e .t  (1  i)t  e  (1  i)  v 1 . (2.27)
c. Bilamana tingkat bunga efektif bervariatif, secara umum dapat
dinyatakan sebagai:
t t
 (1  ik )  a 1 (t ) 
1
a(t )   (1  i . (2.28)
k 1 k 1 k)

Contoh 2.21

d
Tentukan nilai  |i 15 % .
dv

Jawab:

Diketahui bahwa e  v 1 dan i = 15% = 0,15

e  v 1     ln v

d d
 |i 15 % = { ln v} |i 15 %
dv dv

1
= |i 15 % =  (1  i ) |i 15 %
v
=  (1  0,15) = - 1,15

Contoh 2.22
n
Tunjukkan bahwa   t dt   ln v n
0

Jawab:

DA(t ) Da(t )
Bukti  t    D ln a(t )
A(t ) a(t )

n n
n n
  t dt   D ln a(t )dt = ln a(t ) |0 = ln a(n)  ln a(0) = ln v =  ln v .
n

0 0

Catatan: a(0)  1  ln a(0)  ln 1  0

Contoh 2.23

Tentukan nilai akumulasi dari modal sebesar Rp 2.000.000 pada akhir 6


tahun, jika tingkat bunga efektif adalah: 5% untuk satu tahun pertama, 6%
untuk dua tahun kedua, dan 7% untuk tiga tahun ketiga.

Jawab:

Diketahui P0 = Rp 2.000.000; i1 = 5%; i 2 = i3 = 6%; i 4 = i5 = i6 = 7%; dan t =


6 tahun. Ditanyakan besarnya nilai a (6) ?

t
a(t )  P0  (1  ik )
k 1

a(6)  P0 (1  i1 )(1  i2 )(1  i3 )(1  i4 )(1  i5 )(1  i6 )

= 2.000.000(1  0,05)(1  0,06) 2 (1  0,07)3 = Rp 2.890.562,00

Contoh 2.24
Tentukan nilai sekarang (diskon) dari dana Rp 4.000.000 yang akan diterima
pada akhir 5 tahun yang akan dating, jika dimajemukkan dengan tingkat
bunga efektif adalah 8% untuk dua tahun pertama dan 9% untuk tiga tahun
kedua.

Jawab:

Diketahui P5 = Rp 4.000.000; i1 = i 2 = 8%; i3 = i 4 = i5 = 9%; dan t = 5 tahun.


Ditanyakan besarnya nilai a 1 (5) ?

t
a 1 (t )  P5 
1
k 1
(1  ik )

a 1 (5)  P5 
1
(1  i1 )(1  i2 )(1  i3 )(1  i4 )(1  i5 )

1
= 4.000 .000  = Rp 2.648.091,00
(1  0,08) 2 (1  0,09) 3

Rangkuman
Dalam bab 2 ini telah dipelajari tentang bunga majemuk dan diskon
majemuk, serta aplikasinya dalam transaksi keuangan, baik secara individu
maupun secara kelembagaan keuangan. Berkenaan dengan hal tersebut,
dalam bab 2 ini juga dipelajari tentang sifat-sifat matematis dari bunga
majemuk dan diskon majemuk.

Berdasarkan uraian pembahasan dalam bab 2 ini dapat dirangkum


beberapa hal pokok tentang bunga majemuk dan diskon majemuk. Bunga
majemuk (compound interest) memiliki sifat bahwa bunga diinvestasikan
ulang untuk mendapatkan bunga tambahan. Tingkat bunga efektif
dibayarkan sekali dalam setahun di akhir atau di awal tahun. Demikian pula,
tingkat diskon efektif juga dibayarkan sekali dalam satu tahun di akhir
ataupun di awal tahun. Sedangkan, tingkat bunga nominal dibayarkan
beberapa kali dalam setahun, misalnya m kali dalam setahun. Demikan pula,
tingkat diskon nominal juga dibayarkan beberapa kali dalam setahun.
Tingkat bunga efektif dapat dikonversi ke bentuk tingkat bunga nominal,
atau sebaliknya. Demikian pula, tingkat diskon efektif dapat dikonversi
menjadi tingkat diskon nominal, atau sebaliknya.

Nilai akumulasi (accumulated value) adalah nilai di masa akan datang


berhubungan dengan pembayaran yang dibuat di masa lalu. Sedangkan, nilai
diskon (discount value) adalah nilai sekarang yang berhubungan dengan
pembayaran yang akan dilakukan di masa akan datang. Laju tingkat bunga
(force of interest rate) tahunan dan laju tingkat diskon (force of discount)
tahunan diaplikasikan apabila sub-periode terkecil hanya dapat dibayangkan
(di sesaat waktu), yaitu apabila m   . Fungsi akumulasi dapat ditentukan
sebagai fungsi eksponensial di mana laju tingkat bunga diubah menjadi
tingkat bunga sangat kecil, tingkat bunga sangat kecil ini kemudian
diaplikasikan selama setiap saat dari waktu 0 sampai waktu t . Bunga
diperoleh selama periode t tahun dapat ditemukan dengan mengaplikasika
tingkat bunga sangat kecil, untuk saldo di saat itu dan mengevaluasi untuk
setiap saat dari waktu 0 sampai waktu t . Bunga bervariasi adalah bilamana
dalam satu periode pembungaan, tiap sub-periode diberikan tingkat bunga
yang berbeda-beda.

Dalam bab 2 ini juga telah dipelajari beberapa sifat-sifat matematis


yang berkaitan dengan bunga majemuk dan diskon majemuk. Sifat matematis
ini sangat berguna dalam menyelesaikan perhitungan yang berkaitan dengan
bunga majemuk dan diskon majemuk.

Anda mungkin juga menyukai