Anda di halaman 1dari 10

NILAI DASAR PERGERAKAN

“Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan
perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata” (W.S. Rendra)

Tujuan:
- Memahami Pengertian, Rumusan, Kedudukan, Fungsi, dan Harakah Nilai Dasar
Pergerakan di PMII

Target:
- Kader mampu menjadikan NDP sebagai landasan bergerak dalam aktivitas sehari-hari dan
dalam ber-PMII
- Kader dapat mengamalkan rumusan Nilai Dasar Pergerakan

Organisasi seharusnya memiliki nilai-nilai yang menjadi landasan dalam bergerak, nilai-
nilai tersebut digunakan sebagai acuan dalam berbagai hal sehingga organisasi tersebut memiliki
arah gerak yang jelas. PMII memiliki NDP (Nilai Dasar Pergerakan) sebagai nilai yang digunakan
sebagai kerangka Refleksi, Aksi dan Ideologis.
NDP adalah tali pengikat (kalimatun sawa’) yang mempertemukan kader pergerakan
dalam satu cita-cita perjuangan sesuai tujuan organisasi. Nilai Dasar Pergerakan menjadi sandaran
organisasi dalam menegakkan Tauhid di kehidupan sehari-hari, sebagai panduan nilai dalam
berhubungan dengan Allah, sesama manusia dan dengan alam. Oleh sebab itu seluruh kader PMII
harus memahami dan menginternalisasikan Nilai Dasar Pergerakan, baik secara personal maupun
secara bersama-sama.

A. Pengertian
Secara bahasa, Nilai adalah suatu takaran (harga) guna melihat kadar isi atau mutu
sesuatu. Adapun arti lain dari kata “nilai” dalam KBBI mengartikan nilai sebagai sifat (hal-
hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan serta sesuatu yang menyempurnakan
manusia sesuai dengan hakikatnya.1 Dasar dimaknai sebagai suatu pondasi dan acuan
sebagai langkah bertindak. Pergerakan dimaknai dengan perubahan yang berkelanjutan
menuju yang lebih baik.
Secara istilah, NDP adalah rumusan nilai yang diturunkan langsung dari ajaran
Islam serta kenyataan masyarakat (Local Wisdom) di negeri Indonesia dengan
kerangka pendekatan Ahlussunnah Wal Jama’ah. NDP merupakan nilai-nilai yang
senantiasa menjiwai seluruh aturan organisasi, memberi arah dan mendorong gerak
organisasi serta menjadi penggerak setiap kegiatan organisasi dan kegiatan masing-masing
anggota. Sebagai organisasi mahasiswa Islam, maka ajaran-ajaran islam idealnya selalu
menjadi acuan dalam gerak organisasi PMII. Maka dari itu peran NDP sangatlah penting
agar setiap kader PMII dapat memperjuangkan cita-cita organisasi dengan tetap

1 KBBI.co.id/arti-kata/Nilai
mengamalkan ajaran agama islam yaitu iman (aqidah), islam (syariah), dan ihsan (etika,
akhlak, dan tasawuf) secara menyeluruh (kaffah).
PMII menggunakan Ahlussunnah wal Jama’ah sebagai pendekatan berpikir
(manhaj al-fikr) untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran islam. Hal ini
sangat penting di tengah masyarakat indonesia yang majemuk. Dengan Ahlussunnah Wal
Jama’ah yang mengenal nilai kemerdekaan (al-hurriyah), persamaan (al-musawah),
keadilan (al-‘adl), toleransi (tasamuh), dan nilai perdamaian (as-shulh) maka
memajemukan yang ada di Indonesia tidak jadi potensi perpecahan melainkan menjadi
struktur yang penting dalam persatuan dan kesatuan bangsa.

B. Rumusan Nilai Dasar Pergerakan


Hablun Minallah

Tauhid

Hablun Min An-Nas Hablun Minal Alam

Mengesakan Allah SWT merupakan nilai paling asasi dalam agama samawi. Allah
adalah Esa dalam segala, dzat, sifat dan perbuatan-perbuatan-Nya. Allah adalah Dzat yang.
Allah menciptakan, memberi petunjuk, memerintah dan memelihara alam semesta. Allah
juga menanamkan pengetahuan, membimbing dan menolong manusia. Allah Maha
Mengetahui, Maha Menolong, Maha Bijaksana, Hakim Maha Adil, Maha Tunggal, Maha
Mendahului dan Maha Menerima segala bentuk Pujaan dan Penghambaan. Keyakinan
seperti itu merupakan keyakinan terhadap sesuatu yang lebih tinggi dari alam semesta, serta
merupakan manifestasi kesadaran dan keyakinan kepada hal yang ghaib.
Tauhid merupakan titik puncak yang melandasi, memandu dan menjadi sasaran
keimanan yang mencakup keyakinan dalam hati, penegasan lewat lisan dan perwujudan
lewat perbuatan. Oleh karena itu, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) harus
mampu melarutkan dan menetaskan nilai-nilai ketauhidan dalam berbagai kehidupan serta
mensosialisasikannya hingga merambah di sekelilingnya.
َ ُ‫ِونَحْ نُ ِن‬
ِ‫سب ُح‬ َ ‫يِاْل َ ْرضِخَليفَةًِِۖقَالُواِأَتَجْ َعلُِفي َهاِ َم ْنِيُ ْفسد ُِفي َه‬
َ ‫اِويَِسْفكُ ِالد َما َء‬ ْ ‫َِربُّكَ ِل ْل َم ََلئكَةِإنيِ َجاعلٌِف‬ َ ‫َوإِذِْقَال‬
َِ‫اَِلِتَ ْعلَ ُمون‬ َ
َ ‫سِلَكَ ِِۖقَالَِإنيِأ ْعلَ ُمِ َم‬
ُ ‫ِونُقَد‬
َ َ‫ب َح ْمدك‬
Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya
Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa
yang tidak kamu ketahui" (QS. Al-Baqarah:30).
Dengan menyeimbangkan tiga pola hubungan (Allah-Manusia-Alam), kita akan
dapat mencapai totalitas penghambaan (Tauhid) kepada Allah SWT. Totalitas tersebut akan
menjadi semangat dan ruh bagi kita dalam mewarnai hidup ini, sehingga tidak semata-mata
hanya mempertimbangan aspek Ketuhanan belaka, melainkan juga dengan pertimbangan
kemanusiaan dan kelestarian lingkungan hidup (alam). Dengan demikian, ke-Tauhidan yang
kita maksudkan bukanlah sekedar teosentrisme, tetapi antrophomorfisme-transcendental,
yakni nilai-nilai ketuhanan yang bersatu dengan nilai-nilai kemanusiaan dan ilmu
pengetahuan (alam). Pada akhirnya, totalitas ke-Tauhidan inilah yang akan melandasi dan
memandu jalan hidup kita, yang mencakup keyakinan hati dan perwujudan nilai melalui
perilaku dalam mencapai tujuan gerakan guna membangun kehidupan manusia yang
berkeadilan. Adapun tiga pola hubungan manusia sebagai totalitas penghambaan kepada
Allah SWT tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Hubungan Manusia dengan Allah (Hablun Minallah)
Allah adalah pencipta segala sesuatu. Dia menciptakan manusia sebaik-baik
kejadian dan menganugerahkan kedudukan terhormat kepada manusia di hadapan
ciptaan-Nya yang lain.

َِ ‫س إ‬
ِ‫َل ل َي ْعبُدُون‬ َِ ‫َو َما َخلَ ْقتُِ ْالج‬
َِ ‫ن َو ْاْل ْن‬

Artinya : Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku (Q.S Al-Dzariat : 56).
Kedudukan seperti itu ditandai dengan pemberian daya pikir, kemampuan
berkreasi dan kesadaran moral. Potensi itulah yang memungkinkan manusia
memerankan fungsinya sebagai khalifah fil ardhi dan memenuhi posisinya sebagai
Hamba Allah. Dalam kehidupan sebagai khalifah fil ardhi, manusia mengemban amanat
berat yang oleh Allah ditawarkan kepada makhluk-Nya. Sebagai hamba Allah, manusia
harus melaksanakan ketentuan-ketentuan-Nya. Oleh karena itu, manusia dilengkapi
dengan kesadaran moral yang selalu harus dirawat jika manusia tidak ingin terjatuh ke
dalam kedudukan yang rendah disisi-Nya maupun sesamanya.
Dengan demikian, dalam kedudukan manusia sebagai ciptaan Allah, terdapat
dua pola hubungan manusia dengan Allah, yaitu pola yang didasarkan pada kedudukan
manusia sebagai Khalifah Allah di Bumi dan sebagai Hamba Allah. Kedua pola ini
haruslah dijalani secara seimbang (Tawazun). Memilih salah satu pola saja justru akan
membawa kepada kedudukan dan fungsi manusia yang tidak sempurna. Sebagai
akibatnya, manusia tidak akan dapat mengejawentahkan prinsip ke-Tauhidan secara
maksimal. Pola hubungan dengan Allah juga harus dijalani dengan ikhlas. Artinya, pola
itu dijalani hanya untuk mengharapkan keridhaan dari Allah. Pusat perhatian dengan
menjalani dua pola ini adalah ikhtiar yang sungguh-sungguh, sementara hasil optimal
sepenuhnya adalah kehendak Allah. Jadi, orientasinya adalah pada proses untuk
menjadi insan yang mengembangkan dua pola hubungan dengan Allah dengan
menyadari arti niat dan ikhtiar, sehingga akan muncul manusia-manusia yang
mempunyai kesadaran tinggi, kreatif, dan dinamis dalam hubungan dengan Allah.
Sekaligus didukung dengan ketakwaan dan tidak pernah pongah kepada Allah.
Dengan karunia akal, manusia dapat berfikir dan merenungkan tentang ke-Maha
Kuasaan-Nya, yakni ke-Maha-an yang tidak tertandingi oleh siapapun. Akan tetapi,
manusia yang dilengkapi dengan potensi-potensi positif memungkinkan dirinya untuk
menirukan fungsi ke-Maha Kuasaan-Nya itu. Sebab, dalam diri manusia terdapat fitrah
uluhiyah, yakni fitrah suci yang selalu memproyeksikan tentang kebaikan dari
keindahan. Dengan demikian, tidak mustahil ketika manusia melakukan sujud dan
dzikir kepada-Nya, berarti manusia tengah menjalani fungsi al-Quddus. Ketika manusia
berbelas kasih dan berbuat baik kepada tetangga dan sesamanya, maka ia telah
memerankan fungsi ar-Rahman dan ar-Rahim. Ketika manusia bekerja dengan
kesungguhan dan ketabahan untuk mendapatkan rizki, maka manusia telah menjalankan
fungsi al-Ghoniyya. Bagitu pula dengan peran ke-Maha-an Allah yang lain.
Di dalam melakukan pekerjaannya, manusia diberi kemerdekaan untuk memilih
dan menentukan dengan cara yang paling disukai. Dari semua tingkah lakunya, manusia
akan mendapatkan balasan yang setimpal dan sesuai dengan apa yang telah diupayakan.
Karenanya, manusia dituntut untuk selalu memfungsikan kemerdekaan yang
dimilikinya secara maksimal, baik secara perorangan maupun secara komunal di
tengah-tengah kehidupan alam dan kerumunan masyarakat. Sekalipun di dalam diri
manusia dikaruniai kemerdekaan sebagai esensi kemanusiaan untuk menentukan
dirinya, tetapi kemerdekaan itu selalu dipagari oleh keterbatasan-keterbatasan. Sebab,
perputaran itu semata-mata tetap “dikendalikan” oleh kepastian-kepastian Yang Maha
Adil dan Bijaksana. Semua alam semesta selalu tunduk pada Sunnah-Nya, pada
keharusan universal atau takdir. Jadi, manusia bebas berbuat dan berusaha untuk
menentukan nasibnya sendiri, apakah dia menjadi mukmin atau kafir, pandai atau bodoh
dengan tetap mengingat batasan-batasan yang telah ditetapkan oleh Sang Pengatur
segalanya. Singkat kata, manusia haruslah berlomba-lomba mencari kebaikan
(Fastabiqul Khoirot) dan tidak cepat puas dengan hasil jerih payah dan karyanya.
2. Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia (Hablun Min an-Nas)
Kenyataan bahwa Allah meniupkan ruh-Nya kepada materi dasar manusia,
menunjukan bahwa manusia berkedudukan mulia di antara ciptaan Allah yang lainnya.
Kesadaran moral dan keberaniannya untuk memikul tanggung jawab dan amanat dari
Allah yang disertai dengan mawas diri menunjukkan posisi dan kedudukannya. Dengan
memahami ketinggian eksistensi dan potensi yang dimiliki oleh setiap manusia, maka
sejatinya manusia mempunyai kedudukan yang sama antara yang satu dengan yang
lainnya. Sebagai warga dunia, manusia harus berjuang dan menunjukkan peran yang
dicita-citakan. Tidak ada yang lebih tinggi antara yang satu dengan lainnya, kecuali
ketaqwaannya. Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan, ada yang menonjol
pada diri seseorang tentang potensi kebaikannya tetapi ada pula yang terlalu
menonjolkan potensi kelemahannya. Karena kesadaran ini, manusia harus saling
menolong, saling menghormati, bekerjasama, menasehati dan saling mengajak kepada
kebenaran demi kebaikan bersama.

ِِۚ‫َِّللاِأَتْقَا ُك ْم‬
َ َ‫ارفُواِِۚإ َنِأ َ ْك َر َم ُك ْمِع ْند‬
َ ‫ًاِوقَ َبائلَِلت َ َع‬
َ ‫شعُوب‬ َ ‫ِوأ ُ ْنث َ ٰى‬
ُ ِ‫ِو َج َع ْلنَا ُك ْم‬ ُ َ‫َياِأ َ ُّي َهاِالن‬
َ ‫اسِإنَاِ َخلَ ْقنَا ُك ْمِم ْنِذَك ٍَر‬

ِ‫ير‬ َ ‫إ َن‬
ٌ ‫َِّللاَِ َعلي ٌمِخَب‬

Artinya : Hai Manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-
laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-
suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling taqwa diantara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.S. Al Hujurot :
13).

Manusia telah dan harus selalu mengembangkan tanggapannya terhadap


kehidupan. Tangagapan tersebut pada umumnya merupakan usaha mengembangkan
kehidupan berupa hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Dengan demikian, maka hasil itu
merupakan budaya manusia yang sebagian dapat dirubah. Pelestarian dan perubahan
selalu mewarnai kehidupan manusia, inipun dilakukan dengan selalu memuat nilai-nilai
sehingga budaya yang bersesuaian bahkan yang merupakan perwujudan dan nilai-nilai
tersebut dilestarikan, sedangkan budaya yang tidak bersesuaian dapat diperbaharui.
Kerangka bersikap tersebut mengisyaratkan adanya upaya bergerak secara
dinamis, kreatif dan kritis dalam kehidupan manusia. Manusia dituntut memanfaatkan
potensinya yang telah dianugerahkan oleh Allah melalui pemanfaatan potensi diri
tersebut sehingga manusia menyadari asal mulanya kejadian dan makna kehadirannya
di dunia. Dengan demikian, pengembangan berbagai aspek budaya dan tradisi dalam
kehidupan manusia dilaksanakan sesuai dengan nilai dari semangat yang dijiwai oleh
sikap memahami yang senantiasa berada dalam religiusitas. Manusia dan alam selaras
dengan perkembangan kehidupan dan mengingat perkembangan suasana. Memang
manusia harus menegakkan iman, taqwa, dan amal guna mewujudkan kehidupan yang
baik dan penuh rahmat di dunia. Di dalam kehidupan dunia itu, sesama manusia saling
menghormati harkat dan martabat masing-masing, bersederajat, berlaku adil dan
mengusahakan kebahagiaan bersama. Untuk itu diperlukan usaha bersama yang harus
didahului dengan sikap keterbukaan, komunikasi dan dialog yang egaliter dan setara
antar sesama. Semua usaha dan perjuangan ini harus terus menerus dilakukan sepanjang
sejarah.
Melalui pandangan seperti ini pula kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara dikembangkan. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
merupakan kerelaan dan kesepakatan untuk bekerjasama serta berdampingan setara dan
saling pengertian. Bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dimaksudkan untuk
mewujudkan cita-cita bersama. yakni, hidup dalam kemajuan, keadilan, kesejahteraan
dan kemanusiaan. Tolak ukur bernegara adalah keadialan, persamaan hukum serta
adanya permusyawaratan. Sedangkan hubungan antar muslim dan non-Muslim
dilakukan guna membina kehidupan manusia dengan tanpa mengorbankan keyakinan
terhadap universalitas dan kebenaran Islam sebagai ajaran kehidupan yang paripurna.
Dengan tetap berpegang pada keyakinan ini. Dibina hubungan dan kerja sama secara
damai dalam mencapai cita-cita bersama umat manusia.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam hubungan antar manusia tercakup dalam
persaudaraan antar insan pergerakan, persaudaraan sesama umat Islam, persaudaraan
sesama warga negara dan persaudaraan sesama umat manusia. Perilaku persaudaraan
ini harus menempatkan insan pergerakan pada posisi yang dapat memberikan manfaat
maksimal untuk diri dan lingkungannya.
3. Hubungan Manusia Dengan Alam (Hablun Min Alam)
Alam semesta adalah ciptaan Allah. Dia menentukan ukuran dan hukum-
hukumnya. Alam juga menunjukan tanda-tanda keberadaan, sifat dan perbuatan Allah.
َِ‫ِو ْاْل َ ْرض ََِليَاتٍِل ْل ُمؤْ منين‬ َ ‫إ َنِفيِال‬
َ ‫س َم َاوات‬
Artinya : Sesungguhnya pada langit dan bumi, benar-benar terdapat tanda-tanda
(Kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman (Q.S Al Jatsiyah : 3).

Nilai tauhid melingkupi nilai hubungan manusia dengan alam. Sebagai ciptaan
Allah, alam berkedudukan sederajat dengan manusia. Namun Allah menundukkan alam
bagi manusia dan bukan sebaliknya. Jika sebaliknya yang terjadi maka manusia akan
terjebak dalam penghambaan terhadap alam. Bukan penghambaan kapada Allah. Allah
mendudukkan manusia sebagai khalifah.
Sudah seharusnya manusia menjadikan bumi maupun alam sebagai wahana
dalam bertauhid dan menegaskan keberadaan dirinya, bukan menjadikannya sebagai
obyek eksploitasi. Perlakuan baik manusia terhadap alam dimaksudkan untuk
memakmurkan kehidupan di dunia dan diarahkan untuk kebaikan akhirat. Di sini
berlaku upaya berkelanjutan untuk mentransendensikan segala aspek kehidupan
manusia benar-benar fungsional dan beramal shaleh.
Kearah semua itulah hubungan manusia dengan alam ditujukan. Dengan
sendirinya cara-cara memanfaatkan alam, memakmurkan bumi dan menyelenggarakan
kehidupan pada umumnya juga harus bersesuaian dengan tujuan yang terdapat dalam
hubungan antara manusia dengan alam tersebut. Cara-cara itu dilakukan untuk
mencukupi kebutuhan dasar dalam kehidupan bersama. Melalui pandangan ini haruslah
dijamin kebutuhan manusia terhadap perkerjaan, nafkah dan masa depan, maka jelaslah
pemanfaatan alam untuk kemakmuran bersama.
Hidup bersama antar manusia berarti hidup dengan cara kerjasama. Tolong
menolong dan tenggang rasa. Salah satu dari hasil penting dari cipta, rasa, dan karsa
manusia yaitu ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia menciptakan teknologi untuk
memudahkan, dalam rangka memanfaatkan alam dan kemakmuran bumi atau
memudahkan hubungan antar manusia. Dalam memanfaatkan alam diperlukan IPTEK,
karena alam memiliki ukuran, aturan, dan hukum tersendiri. Alam perlu didayagunakan
dengan tidak mengesampingkan sumber pengetahuan adalah Allah. Penguasaan dan
pengembangannya disandarkan pada pemahaman terhadap ayat-ayat-Nya. Ayat-ayat
berupa wahyu dan seluruh ciptaan-Nya. Untuk mengetahui dan mengembangkan
pemahaman terhadap ayat-ayat Allah itulah manusia mengerahkan kesadaran moral,
potensi kreatif berupa akal dan aktifitas intelektualnya.
Menanggapi hal ini, diperlukan penalaran yang tinggi serta ijtihad yang utuh dan
sistematis terhadap ayat-ayat Allah. Pengembangan pemahaman tersebut secara
tersistematis dalam ilmu pengetahuan yang menghasilkan IPTEK juga menunjuk pada
kebaharuan manusia yang terus berubah pencitaan pengembangan dan pengusahaan
terhadap IPTEK merupakan keniscayaanyang sulit dihindari, jika manusia
menginginkan kemudahan hidup untuk kesejahteraan dan kemakmuran bersama, usaha
untuk memanfaatkan IPTEK tersebut menuntut keadilan, kebenaran, kemanusiaan dan
kedamaian. Semua hal tersebut dilaksanakan sepanjang hayat, seiring perjalanan usia
dan keluasan IPTEK, sehingga berbarengan dengan iman dan tauhid manusia dapat
mengembangkan diri pada derajat yang tinggi.

C. Kedudukan NDP
1. NDP menjadi rujukan utama setiap produk hukum dan kegiatan organisasi PMII
2. NDP menjadi sumber kekuatan ideal setiap kegiatan organisasi PMII
3. NDP menjadi pijakan argumentasi dan pengikat kebebasan berpikir, berbicara, dan
bertindak setiap anggota organisasi PMII

D. Fungsi
Fungsi NDP adalah sebagai:
 Kerangka refleksi
Sebagai kerangka refleksi, NDP merupakan ruang untuk melihat dan merenungkan
kembali setiap dinamika gerak organisasi. Dalam praktiknya NDP akan berdialog
dengan gerak organisasi sehingga butiran-butiran NDP akan menjiwai gerak
organisasi. Setiap gerak yang dilakukan organisasi harus direnungkan kembali agar
bisa merumuskan gerak yang lebih baik untuk selanjutnya. NDP sebagai kerangka
refleksi tidak hanya berlaku untuk organisasi secara makro atau gerak kolektif
melainkan digunakan juga untuk merefleksikan setiap perbuatan yang dilakukan oleh
kader-kader PMII.
 Karangka aksi
Sebagai kerangka aksi, NDP merupakan landasan gerak organisasi dan etos setiap
anggota. Pemahaman tentang segala sesuatu tentunya akan sia-sia jika tidak diikuti
dengan aksi. Sama halnya dalam organisasi ilmu yang dimiliki dituntut untuk
diamalkan sebaik-baiknya. Maka PMII menggunakan NDP sebagai kerangka untuk
aksi. setiap aksi yang dilakukan dalam gerak organisasi.
 Kerangka ideologis
a. Menjadi peneguh tekad dan keyakinan anggota untuk bergerak dan berjuang
mewujudkan cita-cita dan tujuan organisasi
b. Menjadi landasan berpikir dan etos gerak anggota untuk mencapai tujuan organisasi
melalui cara dan jalan yang sesuai dengan minat dan keahlian masing-masing.

E. Harakah Nilai Dasar Pergerakan2


Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia mempunyai sembilan harakah nilai-nilai
dasar yang digunakan oleh insan pergerakan dan aktivis organisatoris untuk mencapai
totalitas pengabdian sebagai Abdullah dan sebagai Khalifah fil Ardh. Totalitas yang akan
menjadi semangat dan ruh bagi kita dalam mewarnai hidup ini, tidak semata-mata dengan
pertimbangan Ketuhanan belaka, tetapi dengan pertimbangan kemanusiaan dan kelestarian
lingkungan hidup.
1) Harakah Islamiyyah
Menyadari seorang muslim yang memiliki kewajiban untuk menjalankan dan
menyebarkan ajaran islam berpaham Ahlussunah Wal Jama’ah, berlandaskan Al-
Qur’an dan Hadits. Mengajarkan nilai-nilai universal keseluruh penjuru dunia dengan
pola pendekatan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar.
2) Harakah Fikriyyah (Intelektual)
Mahasiswa berkewajiban menjadi insan Ulul albab (manusia berintelektual).
Proses mencari ilmu dan pengetahuan sebanyak-banyaknya, sebagai penopang ruh
gerakan untuk mencapai mashlahahtul ummah.
3) Harakah Sya’biyyah (Kebangsaan)
PMII mempunyai tekad dalam membangun Negara Indonesia dengan
keberagaman yang di dalamnya (keberagaman agama, etnik, ras dan bahasa).
Keberagaman adalah dasar persatuan dan kesatuan bagi bangsa untuk berdaulat.
4) Harakah Ukhuwah (Persaudaraan)
Menyadari serta menjalin persaudaraan sebagai sesama muslim (Ukhuwwah
Islamiyyah), persaudaraan sesama Bangsa Indonesia (Ukhuwwah Wathaniyyah) dan
persaudaraan sebagai manusia (Ukhuwwah Basyariyyah).

2NalarPergerakan, M. Zainuddin, Dkk, (NailaPustaka)


5) Harakah Ra’iyyah (Kerakyatan)
Perubahan tidak akan pernah terwujud, tanpa adanya usaha yang ditempuh
untuk mewujudkannya. Maka, perlu diciptakan kesadaran bersama tentang
persaudaraan (ukhuwah). Sebagai dasar untuk memperjuangkan kesejahteraan yang
masih jauh dari rakyat Indonesia.
6) Harakah Tsaqafiyyah (Kebudayaan)
Bangsa yang berkepribadian adalah bangsa yang memiliki jati diri kebudayaan.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan. Maka, bangsa Indonesia
adalah bangsa yang berkepribadian.
7) Harakah Ijtima’iyyah (Sosial)
Kesadaran yang suka rela untuk menjadi civil sociaty, agent of control, and
agent of change. Merupakan sistem pengkaderan PMII untuk menyiapkan generasi
penerus yang akan terlibat untuk mengelola negara demi terciptanya tatanan
masyarakat yang adil, makmur dan berdaulat.
8) Harakah Iqtishadiyyah (Ekonomi)
Membangun bangsa seraya dengan pengelolaan sumber daya ekonomi secara
mandiri (bergantung pada asing). Sebagaimana yang kita lihat hari ini, kita masih
menjadi bangsa yang komsumtif dengan mengimpor produk-produk dari luar (bangsa
yang bergantung pada asing). Semangat produktifitas bangsa untuk mandiri belum
terfasilitasi oleh pemerintah Indonesia. Kondisi demikian merupakan tanggung jawab
kader PMII untuk merubah dan mewujudkan kemandirian ekonomi.
9) Harakah Huriyyah (Kebebasan)
Kebebasan adalah kodrat atau hak asasi manusia, prinsip ini dalam islam
dikenal dengan Ushulu Khamns (lima prinsip) yaitu, Hifzhu Nafs (menjaga jiwa), Hifzu
Al Din (menjaga agama), Hifzu Al Mal (menjaga harta benda), Hifzu Al Nasl (menjaga
tradisi dan kekayaan etnis) dan Hifzu Irdh (jaminan harga diri, profesi atau kedudukan
warga negara).

Rekomendasi bacaan lanjutan:


 Draf Kongres PMII 2017
 M. Zainuddin, dkk. 2015. Nalar Pergerakan “Analogi Pemikiran PMII”. Yogyakarta :
Naila Pustaka.
NDP

NILAI, DASAR,
PERGERAKAN
PENGERTIAN
NILAI DASAR
PERGERAKAN

SEBAGAI HAMBA
H. MINALLAH
SEBAGAI KHALIFAN DI BUMI

HUB DENGAN SESAMA MUSLIM

RUMUSAN NDP H. MINANNAS HUB DENGAN NON MUSLIM

HUB DALAM MASYARAKAT

MENGGUNAKAN ALAM SEBAGAI


H. MINALALAM
KEBUTUHAN HIDUP

KEDUDUKAN

KERANGKA REFLEKSI

KEDUDUKAN KERANGKA AKSI

KERANGKA IDEOLOGI

HARAKAH (Ranah
Gerakan)

Anda mungkin juga menyukai