MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“EVOLUSI”
Dosen Pengampu:
Ainun Nikmati Laily, M.Si
TADRIS BIOLOGI 5A
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa
atas berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di
dalamnya.
Makalah ini disusun dengan tujuan pertama yaitu memahami dan
mendalami mengenai “Genetika Populasi ”. Kedua untuk memenuhi tugas
kelompok mata kuliah “Evolusi”. Adapun manfaat makalah ini adalah sebagai
wahana pembelajaran untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi kami dan
pembaca.
Penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan pada semua pihak di
antaranya :
1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor IAIN Tulungagung yang telah
memberikan kesempatan kepada kami untuk menimba ilmu di IAIN
Tulungagung ini.
2. Ainun Nikmati Laily, M.Si. selaku dosen mata kuliah EVOLUSI yang telah
membimbing dan mengarahkan kepada kami dalam proses belajar mengajar.
3. Dan teman-teman yang telah bersedia dan ikut berperan dalam penyusunan
laporan ini.
Kami menyadari bahwa laporan praktikum ini jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu kami mengharap kritik dan saran dari semua pihak. Dan semoga
laporan ini bermanfaat khususnya bagi mahasiswa IAIN Tulungagung dan dari
semua pihak yang membacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan .............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Mutasi ...............................................................................3
B. Migrasi ..............................................................................9
A. Kesimpulan ........................................................................28
B. Saran ...................................................................................29
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
dan hewan. Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai
ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni harus ditunjang
oleh ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika dan matematika juga
ilmu pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler,
histologi, biokimia, fisiologi, anatomi, embriologi, taksonomi dan evolusi.
Sebagai ilmu pengetahuan terapan menunjang banyak bidang kegiatan ilmiah
dan pelayanan kebutuhan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Mutasi
2. Untuk mengetahui pengertian Migrasi
3. Untuk mengetahui pengertian Seleksi Alam
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mutasi
1
Harun Yahya, Keruntuhan Evolusi, (Jawa Barat: Dzikra, 2001)., hal 25
2
Prof. Dr. Nyoman Wijana, M. Si, Evolusi, (Yogyakarta: Innosain, 2017)., 112
3
Harun Yahya, Keruntuhan Evolusi, (Jawa Barat: Dzikra, 2001)., hal 26 & 28
3
Gambar 2.1 (1) Kepala lalat buah sebelum dimutasi (2) Hasil
mutasi: kaki muncul dikepala
4
Hajar Nur Rahmah, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Down Syndrome,
(Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta)., hal 4
4
Gambar 2.2 Down Sindrom
b. Albinisme
5
Niken Santuti Nur Handayani, Dkk, Mutasi Missense Pada Ekson 5 Gen Matp, Penyebab
Oculocutaneous Albinism Tipe 4 Di Wonosobo Jawa Tengah., hal 412
5
Gambar 2.3 Albino
c. Dwarfisme
6
Jose RL Batubara, dkk, Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia Penggunaan
Hormon Pertumbuhan Pada anak dan remaja di Indonesia, (Badan penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia : 2017)., hal 20
6
Gambar 2.4 Dwarfisme
d. Kanker
7
Kementrian Kesehatan RI, Infodatin Stop Kanker (2015)., hal 1
7
Dalam organisme multiseluler, hanya mutasi pada garis keturunan
sel yang menghasilkan gamet dapat diteruskan pada keturunan. Pada
tumbuhan dan fungi, ini tidak seterbatas kedengarannya, sebab banyak
garis keturunan sel yang berbeda yang dapat menghasilkan gamet. Namun
pada hewan kebanyakan mutasi terjadi pada sel somatic dan lenyap
sewaktu individu tersebut mati. Perubahan kromosomal yang
melenyapkan, mengacaukan, atau menyusun ulang banyak lokus sekaligus
hampir pasti membahayakan. Akan tetapi, sewaktu mutasi berskala besar
semacam itu tidak mengubah gen efek pada organisme adalah netral.
Dalam sejumlah peristiwa yang langka penyusunan ulang kromosom
bahkan bisa menguntungkan. Misalnya translokasi salah satu bagian dari
suatu kromosom ke kromosom yang berbeda mungkin mengaitkan segmen
DNA dalam satu cara yang mendatangkan efek positif.
8
reseptor penciuman manusia telah diinaktivasi oleh mutasi, sementara
mencit hanya kehilangan 20% dari gen-gen tersebut.
B. Migrasi
8
Neil A. Campbell & Jane B. Reece, Biologi Edisi Ke-8 Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2012)., hal 25
9
Gambar 2. 6 Migrasi Xylocopa nobilis
Pada saat itu keadaan alam kondisinya belum stabil hal ini
merupakan salah satu pendorong yang menyebabkan manusia purba
bermigrasi, untuk mencari tempat yang lebih aman. Sehingga dari sekian
banyak kelompok manusia purba pada saat itu ada yang sampai kewilayah
Indonesia. Berikut uraian tentang proses migrasi manusia purba ke
9
https://www.slideshare.net/mobile/Newry_Jann/makalah -evolusi-biologi diakses pada tanggal 20
oktober 2019 pukul 19.00
10
Indonesia. Prof. Kern menyebutkan bahwa keberadaan manusia purba di
indonesia adalah melalui proses migrasi dari yunan.
11
Kepulauan Nusantara ini melalui tiga gelombang, yaitu; perpindahan
orang negrito, proto melayu dan juga deutro melayu.
12
dan orang-orang melayu yang banyak mendiami wilayah sumatra bagian
timur.
C. Seleksi Alam
10
https://www.sridianti.com/proses-migrasi-manusia-purba-ke-indonesia.html diakses pada
tanggal 29 oktober 2019 pukul 17.00
13
variasi yang primitif. Untuk suatu unsur atau ciri tertentu tidak mengetahui
rentang kemungkinan varian, demikian pula frekuensi relatifnya tidak
diketahui. Tentu saja rentang variasi aktual dari suatu ciri dapat diukur di
alam, akan tetapi hal ini hanya estimasi minimum dari rentang yang ada
bagi seleksi alam selama masa evolusi, karena mutasi baru bisa muncul.
Evolusi rasio seks (sex-ratio) menyediakan sebuah contoh. Pada banyak
spesies, termasuk manusia, rasio seks adalah separuh jantan, separuh
betina, tetapi bisa dibayangkan bahwa bisa terjadi rentang antara nol dan
satu. Seleksi alam adalah keberhasilan yang berbeda dalam reproduksi
(kemampuan individu yang tidak sama untuk bertahan hidup dan
berproduksi).11Seleksi alam terjadi melalui suatu interaksi antara
lingkungan dan keanekaragaman yang melekat di antara individu-individu
organisme yang menyusun suatu populasi. Produk seleksi alam adalah
adaptasi populasi organisme dengan lingkungannya.12
11
Mark Ridley, “Masalah-masalah evolusi”, (Jakarta: 1991) Penerbit Universitas Indonesia.hal
12
Drs. Rusna Ristasa, A, “Sejarah Perkembangan Teori Evolusi Makhluk Hidup”. Hal 25
14
Frekuensi mereka semuanya berubah selama evolusi karena semuanya
berhubungan. Jika seleksi alam secara langsung menyesuaikan frekuensi
gen ngengat, frekuensi kromosom ngengat dan organisme ngengat secara
otomatis akan disesuaikan juga, karena kromosom dan organisme
mengandung gen, hal yang sama dapat disebut mutatis mutandis dari
semua tingkatan yang lain.
15
mewarisi kromosom yang tepat sama dengan induknya, kromosom tidak
diwariskan. Tetapi gen diwariskan. Kecuali karena mutasi, yang sangat
jarang terjadi, gen dicopy persis sama setiap generasi.13
13
Mark Ridley, “Masalah-masalah evolusi”, (Jakarta: 1991) Penerbit Universitas Indonesia.hal 41-
46
16
adaptasi lebih baik terhadap keadaaan yang berubah, yang bagaimanapun
akan menguntungkan individu-individu dari spesies apapun, cenderung
akan dilestarikan dan seleksi alam akan mempunyai cakupan kerja
perbaikan yang luas.
Alam dapat berperan pada setiap organ dalam (internal), juga pada
setiap nuansa perbedaan yang mendasar atau pada seluruh mesin
kehidupan. Manusia memilih hanya demi kebaikan dirinya sendiri.
Sedangkan alam demi makhluk hidup yang diasuhnya. Perlu diingat
bahwa, karena hukum korelasi (law of correlation), bilamana suatu bagian
berubah, dan variasi-variasi ini dikumpulkan atau terakumulasi melalui
seleksi alam, maka seringkali akan terjadi modifikasi lain dengan sifat
17
yang amat tidak terduga-duga. Sebagaimana kita lihat bahwa variasi,
dibawah pemeliharaan manusia telah muncul pada suatu masa tertentu
kehidupan, cenderung akan muncul kembali pada keturunannya pada masa
yang sama. Sehingga dalam keadaan alamiah, seleksi alam akan dapat
bekerja dan memodifikasi makhluk-makhluk hidup pada setiap usia
manapun, dengan menghimpun variasi yang menguntungkan pada usia itu,
dan menurunkannya pada usia padanannya. Seleksi alam dapat
memodifikasi dan menyesuaikan larva suatu serangga sampai sejumlah
besar kemungkinan-kemungkinan yang sepenuhnya berbeda dari
kemungkinan seperti serangga dewasanya, dan modifikasi ini dapat
mempengaruhi melalui korelasi struktur dewasanya. Sebaliknya,
modifikasi pada serangga dewasa dapat mempengaruhi struktur larva,
namun dalam segala hal seleksi alam akan menjamin bahwa modifikasi ini
tidak akan merugikan, sebab apabila merugikan spesies-spesies itu akan
punah. Seleksi alam akan memodifikasi struktur organisme muda ke arah
induknya, dan struktur induk ke arah anaknya. Dalam hewan yang suka
hidup berkelompok, seleksi ini akan menyesuaikan struktur setiap individu
demi kemanfaatan seluruh kelompoknya apabila masyarakat hewan
tersebut nyata-nyata akan beruntung dengan adanya perubahan yang
terpilih itu. Apa yang tidak dapat dilakukan oleh seleksi alam adalah
memodifikasi struktur satu jenis tanpa memberinya keuntungan, kecuali
demi kebaikan spesies lain. Suatu struktur yang digunakan hanya sekali
dalam kehidupan hewan, apabila penting baginya, akan dapat dimodifikasi
sampai sejauh mungkin oleh seleksi alam. Disini dapat pula disebutkan,
bahwa semua makhluk hidup harus mengalami pemusnahan atau
kerusakan tanpa sengaja, yang tidak atau sedikit berpengaruh terhadap
jalannya seleksi alam.14
18
termasuk ke dalam suatu spesies tertentu serta berbagi tempat di daerah
geografi yang sama. Suatu populasi adalah satuan terkecil yang dapat
berkembang. Seleksi alam melibatkan interaksi antara individu dalam
lingkungannya, seleksi alam bekerja pada populasi, bukan pada individu.
Evolusi dapat diukur hanya dengan melihat perubahan dalam pembagian
relative variasi dalam satu populasi selama beberapa generasi.
2) Seleksi alam akan memperbesar atau memperkecil variasi yang dapat
diwariskan
Seperti kita lihat, suatu organisme bisa dimodifikasi melalui hal-hal
yang dialaminya sendiri selama masa hidupnya, dan ciri yang didapatkan
seperti itu bahkan mungkin lebih mengadaptasikan organisme tersebut
dengan lingkungannya, tetapi tidak ada bukti bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat
yang didapat selama hidup itu dapat diwariskan. Kita harus membedakan
antara adaptasi yang didapat oleh organisme melalui tindakannya sendiri,
dengan adaptasi yang diwariskan dan berkembang dalam suatu populasi
selama beberapa generasi sebagai akibat dari seleksi.alam
3) Ciri khas seleksi alam tergantung pada situasi; faktor lingkungan
berbeda dari suatu tempat ke tempat lain dan dari suatu masa ke masa lain.
Suatu adaptasi dalam suatu situasi mungkin tidak berguna atau bahkan
merugikan pada keadaan lain yang berbeda, beberapa contoh akan
memperkuat kualitas seleksi alam yang tergantung pada situasi.15
Seleksi alam dapat mengubah distribusi frekuensi sifat terwariskan
dengan tiga cara, bergantung pada fenotipe mana dalam populasi yang
diuntungkan. Ketiga moda seleksi ini disebut seleksi direksional, seleksi
disruptif, dan seleksi penstabilisasi.
19
bahwa ukuran rata-rata beruang hitam di Eropa meningkat selama masing-
masing periode glasial yang membekukan, namun ukuran tersebut
menurun lagi selama periode interglasial yang lebih hangat. Beruang yang
lebih besar, dengan rasio permukaan terhadap volume yang lebih kecil,
lebih mampu menjaga panas tubuh dan sintas melalui periode dingin yang
ekstrem.
Gambar 2.8 : (a) Seleksi Penstabilisasi melenyapan varian ekstrem dari populasi
dan melanggengkan tipe-tipe intermediate. Jika lingkungan terdiri dari bebatuan
dengan warna intermediate, mata mencit terang maupun gelap akan tersingkir
akibat seleksi. (b) Seleksi Direksional menggeser keseluruhan kurva frekuensi
populasi dengan cara menguntungkan varian pada salah satu distribusi yang
ekstrem. Pada kasus ini, mencit yanglebih gelap diuntungkan karena mencit hidup
diantara bebatuan berwarna gelap. Warna rambut yang lebih gelap
menyembunyikan mencit dari predator. (c) Seleksi Disruptif menguntungkan
varian pada kedua ujung distribusi. Mencit-mencit ini telah mengolonisasi habitat
yang terdiri atas bebatuan terang maupun gelap. Akibatnya, mencit dengan warna
intermediate tidak diuntungkan.
20
individu dengan fenotipe intermediate. Salah satu contohnya adalah populasi
finch pemecah biji perut hitam di Kamerun. Anggota populasi tersebut
menunjukkan dua ukuran paruh yang sangat berbeda. Burung berparuh kecil
terutama memakan biji-bijian lunak, sedangkan burung berparuh besar adalah
spesialis pemakan biji keras. Burung berparuh sedang tampaknya relatif
efisien dalam memecahkan kedua jenis biji tersebut, sehingga memiliki
kebugaran relatif yang lebih rendah.
21
menguntungkan meningkat, kecocokan antara spesies dan lingkungannya
juga membaik, dengan kata lain, terjadi evolusi adaptif. Akan tetapi,
komponen fisik dan biologis dari lingkungan organisme bisa berubah seiring
waktu. Akibatnya, apa yang dianggap sebagai ‘kecocokan yang baik’ antara
suatu organisme dan lingkungannya dapat terus berubah-ubah, sehingga
evolusi adaptif merupakan proses yang dinamis dan kontinu.16
Gambar 2.9 (a) Sotong, hewan yang mirip cumi-cumi yang memiliki
kemampuan berubah warna tubuhnya. Dalam sekejap sotong ini dapat
membaur dengan latarnya, sehingga ia bisa bersembunyi dari predator dan
menyergap mangsanya.
16 16
Neil A. Campbell & Jane B. Reece, Biologi Edisi Ke-8 Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2012)., hal
35-36
22
Gambar 2.10 (b) Tulang rahang yang bisa digerakkan pada ular. Tulang-
tulang tengkorak dan sebagian besar vertebrata darat melekat relatif kaku satu
sama lain, sehingga membatasi pergerakan rahang sebaliknya, sebagian besar ular
memiliki tulang yang dapat digerakkan pada rahang atasnya,sehingga mereka bisa
menelan makanan yang jauh lebih besar daripada kepalanya.
23
paruhnya yang kuat untuk menghancurkan biji-bijian, dan mereka lebih senang
memakan biji yang kecil yang dihasilkan secara berlimpah oleh spesies
tumbuhan tertentu selama tahun-tahun banyak curah hujannya. Pada tahun-
tahun kering, semua bijibijian itu berkurang produksinya, dan burung finch
tersebut terpaksa selain memakan biji-bijian kecil yang sedikit jumlahnya juga
memakan biji-bijian yang lebih besar yang banyak jumlahnya tetapi jauh lebih
sukar untuk dihancurkan. Keluarga Grant menemukan bahwa ketebalan rata-
rata paruh (jarak antara paruh atas dan paruh bawah) pada populasi burung
tersebut berubah seiring dengan berubahnya tahun. Saat musim kering
ketebalan ratarata paruh meningkat, kemudian mengecil kembali saat musim
hujan. Sifat tersebut merupakan sifat yang dapat diturunkan. Keluarga Grant
mengaitkan perubahan itu dengan ketersediaan relatif biji-bijian kecil dari
tahun ke tahun. Burung-burung dengan paruh yang lebih kuat mungkin
memiliki keuntungan lebih selama musim kering, ketika kelangsungan hidup
dan reproduksi bergantung pada kemampuan untuk memecah biji-bijian besar.
Sebaliknya, paruh yang lebih kecil tampaknya merupakan alat yang lebih
efisien untuk memakan biji-bijian yang lebih kecil yang produksinya berlimpah
selama musim hujan.17
17
Drs. Rusna Ristasa, A, “Sejarah Perkembangan Teori Evolusi Makhluk Hidup”. Hal 29
24
Gambar 2.11 Variasi Bentuk paruh burung Finch
25
Gambar 2.12 Jerapah
26
Gambar 2.13 Dinosaurus
Seleksi Kelamin
27
terlalu banyak kepada kekuatan secara umum, namun kepada senjata khusus
yang terbatas hanya dimiliki si jantan. Rusa jantan yang tidak bertanduk
atau ayam jantan tak bertaji, kecil kesempatannya untuk meninggalkan
banyak keturunan. Seleksi kelamin dengan selalu memungkinkan pemenang
untuk berkembang biak, tentu dapat memberikan keturunan dengan
keberanian tinggi, kepanjangan taji, dan kekuatan sayap untuk menyerang
dengan cara hampir sama seperti yang dilakukan jantan aduan paling kejam,
sehingga dengan seleksi teliti dapat diperoleh jantan terbaiknya. Mungkin
pertarungan tersebut lebih hebat terjadi di antara jantan-jantan hewan-hewan
poligami dan seringkali jantan-jantan ini diperlengkapi dengan senjata
khusus. Jantan-jantan hewan karnivora telah diperlengkapi senjata dengan
baik, meskipun bagi mereka dan lainnya alat pertahanan khusus tersebut
diperoleh melalui sarana seleksi alam, seperti rambut tengkuk singa dan
rahang bengkok salem jantan, sebab perisai dapat sama penting untuk
kemenangan sebagaimana pedang atau tombak.
18
Charles Darwin, “The Origin of Species (Asal-Usul Spesies)”, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2003.hal 67
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa setiap mutasi adalah
kecelakaan dan merusak nukleotida yang membangun DNA atau
mengubah posisinya. Akibatnya terjadi kerusakan berupa cacat atau
kelemahan fisik, misalnya mongolisme, Down sindrom, albinisme,
dwarfisme atau kanker. Pada organisme multiseluler, mutasi terjadi pada
garis keturunan sel yang menghasilkan gamet dapat diteruskan pada
keturunan. Pada tumbuhan dan fungi, mutasi tidak seterbatas
kedengarannya, sebab banyak garis keturunan sel yang berbeda yang
dapat menghasilkan gamet. Namun pada hewan kebanyakan mutasi
terjadi pada sel somatic dan lenyap sewaktu individu tersebut mati.
Selain itu diketahui pula bahwa migrasi disebut juga dengan
perpindahan spesies-spesies dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain
di dorong oleh keinginan untuk mencari atau mengejar buruan untuk
dijadikan bahan makanan, perpindahan itu juga dimaksudkan untuk
menghindari fenomena alam yang belum stabil pada saat itu. Seleksi
alam dijelaskan oleh teori Darwin dengan canggih dengan teori variasi
yang primitif. Namun untuk unsur atau ciri tertentu tidak mengetahui
rentang kemungkinan varian, demikian pula frekuensi relatifnya tidak
diketahui.
B. Saran
Demikian makalah yang penulis buat, penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan dapat membantu pembaca untuk
menambah ilmunya mengenai genetika populasi. Semoga untuk
penyusun makalah selanjutnya, referensi yang penulis dapatkan bisa
diperbanyak sehingga dasar dari penyusunnya makalah akan lebih akurat
dan lebih sempurna. Apabila ada kesalahan yang tidak disengaja baik
dalam penulisan maupun dari segi isinya, penulis mohon maa
29
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A. & Jane B. Reece, 2012, Biologi Edisi Ke-8 Jilid 2, Jakarta:
Erlangga
Batubara, Jose RL. dkk, 2017. Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak
Indonesia Penggunaan Hormon Pertumbuhan Pada anak dan remaja di
Indonesia, (Badan penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
Santuti, Niken N. H., Dkk, Mutasi Missense Pada Ekson 5 Gen Matp, Penyebab
Oculocutaneous Albinism Tipe 4 Di Wonosobo Jawa Tengah.
https://www.sridianti.com/proses-migrasi-manusia-purba-ke-indonesia.html
https://www.slideshare.net/mobile/Newry_Jann/makalah -evolusi-biologi
30