Anda di halaman 1dari 52

MAKALAH PATOFISIOLOGI

KELAINAN GENETIK

Disusun Oleh:

KELOMPOK 02

1. Dwi Suprianto (210208074 / 21A1)

2. Oktawiani Catur Widiasti (210208078 / 21A2)

3. Praditta Deva Maharani (210208079 / 21A2)

4. Siti Aprilia (210208080 / 21A2)

5. Uut Yuliana (210208081 / 21A2)

PRODI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS DUTA BANGSA

SURAKARTA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan

hidayahnya, kami bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kelainan

Genetik” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Patofisiologi.

Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan dan pengetahuan mengenai

berbagai penyakit genetik lainnya bagi para pembaca dan penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Hendratna M.T.,

M.Kes. selaku dosen mata kuliah Patofisiologi. Ucapan terimakasih juga kepada

semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian

tugas makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Kami sangat

mengaharapkan berbagai saran dan kritik yang membangun agar dapat

memperbaiki makalah ini. Demikian sedikit pengantar dari kami, semoga

bermanfaat.

Karanganyar, 01 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................. I

KATA PENGANTAR ................................................................................ II

DAFTAR ISI ............................................................................................... III

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 2

B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Ilmu Genetika

a. Kromoson dan Gen ....................................................................... 5

b. Kromosom Membawa Gen ........................................................... 9

c. Kesalahan Paada Kromosom dan Gen .......................................... 11

d. Mutasi Gen Tunggal ..................................................................... 15

e. Mutasi Kromosom yang Nyata ..................................................... 16

f. Koreksi Masalah Gen .................................................................... 17

g. Pelayanan Genetika ....................................................................... 17

B. Kelainan Genetik

Penyakit Huntington ........................................................................ 18

Kistik Fibrosis .................................................................................. 25

Distrofi Muskular Duchenne (DMD) ............................................... 36

iii
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ....................................................................................... 48

B. Saran .................................................................................................. 48

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 49

iv
2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit genetik atau kelainan genetik adalah sebuah kondisi yang disebabkan

oleh kelainan oleh satu atau lebih gen yang menyebabkan sebuah kondisi fenotipe

klinis. Sifat-sifat manusia diturunkan pada keturunannya mengikuti pola pewarisan

sifat tertentu. Sifat yang diturunkan ada yang merugikan dan ada yang tidak

merugikan (normal). Sifat menurun yang akan dibahas adalah cacat dan penyakit

bawaan. Fenomena kelainan fisik berupa cacat atau penyakit bawaan pada manusia

semakin lama semakin banyak dijumpai. Penyakit ini bukan disebabkan infeksi

kuman penyakit, melainkan diwarisi dari orang tua melalui gen. Penyakit genetis

ini tidak menular, dan dapat diusahakan agar terhindar. Pada umumnya, penyakit

genetis dibawa oleh gen yang bersifat resesif. Jadi,gen akan muncul sebagai suatu

penyakit atau cacat jika dalam keadaan resesif homozigot. Untuk keadaan gen

yang heterozigot, individu yang bersangkutan tidak menampakkan kelainan atau

penyakit. Individu yang demikian dikatakan sebagai pembawa sifat (carrier).

Individu yang bersifat carrier walaupun menampakkan fenotipe normal, dapat

mewariskan sifat yang negatif kepada generasi selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Kelainan Genetik ?

2. Apa itu Ilmu Genetika ?

3. Pengertian Penyakit Huntington ?

4. Apa itu Kistik Fibrosis ?

5. Apa itu Distrofi Muskular Duchenne (DMD) ?


3
C. Tujuan

1. Memahami apa itu Kelainan Genetik

2. Memahami tentang Ilmu Genetika

3. Memahami tentang Penyakit Huntington

4. Memahami tentang Kistik Fibrosis

5. Memahami tentang Distrofi Muskular Duchenne (DMD)


4

BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI ILMU GENETIKA

Genetika disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata "genos" (bahasa

latin) yang artinya suku bangsa atau asal-usul. Dalam ilmu ini dipelajari

bagaimana sifat - sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada generasi

penerus, disertai dengan kompleksitas variasi yang mungkin timbul

didalamnya.

Melalui genetika kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri

serta setiap makhluk hidup yang berada dilingkungan kita, karena manusia

tak hidup otonom dan terisolir dari mahluk lain disekitarnya, melainkan

menjalin suatu ekosistim dengan mereka.

Genetika bisa dipakai sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai

ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus

ditunjang oleh ilmu pengetahuan dasar lain seperti : Bioselluler, Histologi,

Biokimia, Fisiologi, Anatomi, Embriologi, Taksonomi dan Evolusi.

Sebagai ilmu pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatan

ilmiah dan pelayanan kebutuhan masyarakat. Dalam bidang peternakan dan

pertanian, genetika amat diperlukan untuk mendapatkan bibit-bibit unggul /

strain unggul dari suatu jenis tanaman atau hewan. Dengan demikian
5

produksi dari pertanian dan peternakan ini akan meningkat, baik dari segi

kwalitas maupun kwantitasnya.

1. KROMOSOM DAN GEN

a. Kromosom Manusia (46 -> 22 Pasang Autosom Dan 1 Pasang

Kromosom Sex )

Kromosom adalah molekul seperti benang yang membawa informasi

herediter untuk segala hal mulai dari tinggi badan hingga warna mata.

Kromosom dibuat dari protein dan satu molekul DNA yang berisi

instruksi genetik suatu organisme yang diturunkan dari orang tua. Pada

manusia, hewan, dan tumbuhan, sebagian besar kromosom diatur

berpasangan di dalam inti sel. Manusia memiliki 22 pasang kromosom

ini, yang disebut autosom.

Fungsi kromosom salah satunya adalah berperan penting dalam proses

sel membelah diri. Tujuannya untuk mengganti sel lama yang rusak

dengan yang baru. Selama proses pembelahan sel ini, penting agar

DNA tetap utuh dan merata di antara sel-sel. Di sinilah peran penting

dalam kromosom.

Manusia memiliki pasangan kromosom seks tambahan dengan total 46

kromosom. Kromosom seks disebut dengan X dan T dan kombinasi

keduanya menentukan jenis kelamin seseorang.


6

WHO juga mengatakan, beberapa laki-laki lahir 46XX karena

translokasi bagian kecil dari daerah penentu jenis kelamin kromosom

Y. Demikian pula beberapa perempuan juga lahir 46XY karena mutasi

pada kromosom Y. Tidak hanya perempuan yang XX dan laki-laki

XY, tetapi ada berbagai pelengkap kromosom, keseimbangan hormon

dan variasi febotipik, semuanya menentukan jenis kelamin. Meskipun

embrio dengan kromosom XY akan jadi bayi laki-laki dan kromosom

XX membentuk bayi perempuan. Namun seiring pertumbuhan, ada

beberapa orang yang memiliki jenis kelamin yang membingungkan

tanpa disadari.

b. Autosom Pengatur Aktivitas Tubuh

Di dalam kromosom, posisi DNA mengelilingi komponen serupa

protein yang disebut sebagai histon. Bentuk kromosom yang

sedemikian rupa inilah yang memungkinkan DNA melilit histon agar

bisa muat dalam sel-sel.

Agar tubuh manusia bisa tumbuh dengan sempurna, sel harus rutin

membelah diri untuk memproduksi sel-sel baru yang bisa

menggantikan sel sel lama yang sudah rusak. Lagi-lagi, peran

kromosom kembali dibutuhkan.

Fungsi kromosom manusia yang utama adalah untuk memastikan

bahwa DNA tetap berada di tempatnya saat terjadi pembelahan sel,


7

sehingga bisa terbagi rata antarsel. Kromosom juga berperan dalam

memastikan proses duplikasi DNA terjadi dengan tepat.

c. Kromosom Sex Menentukan Jenis Kelamin Individu

Manusia memiliki pasangan kromosom seks tambahan dengan total 46

kromosom. Kromosom seks disebut dengan X dan T dan kombinasi

keduanya menentukan jenis kelamin seseorang.

Biasanya wanita memiliki dua kromosom X sedangkan pria memiliki

pasangan XY. Sistem penentuan jenis kelamin XY ini ditemukan di

sebagian besar mamalia serta beberapa reptil dan tumbuhan.

Dilansir dalam Science, seseorang dikatakan memiliki kromosom XX

atau XY ditentukan saat sperma membuahi sel telur. Tidak seperti sel

tubuh lainnya, sel dalam telur dan sperma disebut gamet atau sel

kelamin, hanya memiliki satu kromosom.

Gamet diproduksi oleh pembelahan sel meiosis, yang meghasilkan sel

yang terbagi memiliki setengah jumlah kromosom sebagai sel induk.

Dalam kasus manusia, ini berarti sel induk memiliki dua kromosom

dan gamet memiliki satu.

Semua gamet di telur ibu memiliki kromosom X. Sperma ayah

mengandung sekitar setengah kromosom X dan setengah Y. Sperma

adalah faktor variabel dalam menentukan jenis kelamin bayi. Jika

sperma membawa kromosom X, ia akan bergabung dengan kromosom


8

X sel telur untuk membentuk zigot betna. Jika sperma membawa

kromosom Y, itu akan menghasilkan laki-laki.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) selama pembuahan,

gamet dari sperma bergabung dengan gamet dari sel telur untuk

membentuk zigot. Zigot berisi dua set 23 kromosom, untuk 46 yang

dibutuhkan. Kebanyakan wanita 46XX dan kebanyakan pria 46XY.

Ada beberapa variasi, Menurut sebuah studi tahun 2014 di jurnal

Psychological Medicine, penelitian terbaru menemukan bahwa

seseorang dapat memiliki berbagai kombinasi kromosom seks dan gen

yang berbeda, terutama yang diidentifikasi sebagai LGBT. Misalnya

kromosom X tertentu yang disebut Xq28 dan gen pada kromosom 8

tampaknya ditemukan dalam prevalensi yang lebih tinggi pada pria

gay.

Beberapa kelahiran dari seribu bayi dilahirkan dengan satu kromosom

seks (45X atau 45Y) dan disebut sebagai monosomi seks. Yang lain

dilahirkan dengan tiga atau lebih kromosom seks (47XXX, 47XYY

atau 47XXY, dan lain-lain) Dan disebut dengan polisomi seks.

WHO juga mengatakan, beberapa laki-laki lahir 46XX karena

translokasi bagian kecil dari daerah penentu jenis kelamin kromosom

Y. Demikian pula beberapa perempuan juga lahir 46XY karena mutasi

pada kromosom Y.
9

Tidak hanya perempuan yang XX dan laki-laki XY, tetapi ada

berbagai pelengkap kromosom, keseimbangan hormon dan variasi

febotipik, semuanya menentukan jenis kelamin.

Meskipun embrio dengan kromosom XY akan jadi bayi laki-laki dan

kromosom XX membentuk bayi perempuan. Namun seiring

pertumbuhan, ada beberapa orang yang memiliki jenis kelamin yang

membingungkan tanpa disadari.

2. KROMOSOM MEMBAWA GEN

a. Gen Dominan

Gen Dominan merupakan suatu gen yang menutupi ekspresi gen

lainnya sehingga sifat yang dibawanya terekspresikan pada

keturunannya. Gen dominan biasanya dilambangkan menggunakan

huruf besar.

Contohnya dalam persilangan dua organisme dengan satu sifat, beda

antara tanaman yang berbunga merah dan tanaman berbunga putih

maka turunan atau filialnya adalah adalah tanaman berbunga merah

dengan lambang gen Mm.

Huruf M adalah lambang untuk gen pembawa warna merah yang

dominan terhadap warna putih. Contoh lain dari peran gen dominan

adalah gen yang mengatur warna kulit sehingga kulit memiliki warna

adalah gen A, sedangkan gen a adalah gen yang tidak mampu

memunculkan pigmen sehingga menimbulkan kulit albino. Ketika


10

seseorang memiliki pasangan gen AA maka akan tetap memiliki kulit

normal. Saat memiliki gen Aa akan tetap memiliki kulit berwarna

karena gen A dominan terhadap a tetapi saat memiliki gen aa maka

kulitnya akan albino. Gen dominan dapat pula diartikan sebagai gen

yang tetap menunjukkan sifat atau ekspresinya meskipun berpasangan

dengan gen yang resesif. ] Gen dominan tidak selamanya selalu bersifa

baik, karena pada kenyataannya ada gen dominan yang membawa sifat

buruk. Contoh gen dominan yang membawa sifat buruk adalah gen

dominan langka yang menyebabkan penyakit tumor pada mata anak.

Beberapa contoh kelainan yang diwariskan secara dominan adalah :

(1).Penyakit anonikia yaitu suatu kelainan dimana beberapa atau

semua kuku jari dan kaki tidak terbentuk atau rudimeter. Penyebab

keanekaragaman anonikia karena adanya satu gen abnormal yang

terletak pada salah satu dari pasangan kromosom tertentu dari 23

pasang kromosom pada manusia. (2).Gigi kekurangan email, yaitu

suatu penyakit email pada gigi sehingga gigi kelihatan coklat. (3).

Thallasemia, yaitu suatu penyakit darah bawaan yang menyebabkan

sel darah merah pecah (hemo-lisis), sel darah merah penderita

mengandung sedikit hemoglobin dan sel darah putihnya meningkat

jumlahnya.
11

b. Gen Resesif

Gen Resesif disimbolkan oleh huruf kecil, misalnya a dan w. Gen

resesif bersifat malu-malu sehingga sifatnya tidak langsung

terekspresikan namun tertutupi oleh gen dominan. Walaupun tertutupi,

gen resesif tetap memberikan efek yang terselubung. ilansir dari

Biology Dictionary, ekspresi sifat gen resesif hanya akan terlihat pada

keturunan yang memiliki dua gen resesif tersebut.

3. KESALAHAN PADA KROMOSOM DAN GEN

a. Kesalahan Pengopian DNA (Mutasi)

Gamet adalah sel yang dibentuk untuk tujuan reproduksi.

Gametogenesis didefinisikan sebagai proses pembentukan dan

perkembangan sel sperma dan sel telur agar bisa membentuk individu

baru atau janin. Proses gametogenesis pada wanita disebut oogenesis,

sedangkan pada laki-laki disebut spermatogenesis.

Proses gametogenesis, baik oogenesis maupun spermatogenesis,

memiliki alur masing-masing. Jika terdapat gangguan pada tahapan-

tahapan tersebut, maka akan terjadi gangguan pada pembentukan jenis

kelamin dan organ reproduksi janin. Berikut adalah beberapa kondisi

atau penyakit yang bisa terjadi akibat kelainan gametogenesis:

a) Kelainan Morfologi
12

Pada kondisi ini, terdapat kelainan bentuk dari sel-sel reproduksi.

Pada pria, kelainan ini bisa berupa bentuk spermatozoa yang

abnormal, misalnya sel sperma yang memiliki 2 ekor atau 2 kepala.

Jika jumlah sel sperma abnormal melebihi 20% dalam air mani

ketika ejakulasi, hal ini bisa menyebabkan pria mengalami

gangguan kesuburan atau infertilitas. Sementara itu, pada wanita,

kelainan morfologi dapat terjadi pada sel telur yang gagal

berkembang. Kondisi ini bisa membuat embrio atau bakal janin sulit

terbentuk atau terjadinya berbagai masalah kehamilan, misalnya

kehamilan kosong dan keguguran.

b) Kelainan kromosom

Kelainan kromosom dibagi menjadi dua, yaitu kelainan pada

kromosom autosom yang berperan dalam menentukan ciri fisik janin

dan kelainan pada kromosom seks yang menentukan jenis kelamin.

Jumlah kromosom normal manusia adalah 46 kromosom yang

terbagi dari 23 pasang. Masing-masing pasang ini diperoleh dari gen

ayah dan ibu. Kelainan pada kromosom autosom bisa terjadi karena

kekurangan kromosom menjadi 45 atau disebut monosomi, atau

karena kelebihan kromosom menjadi 47 atau disebut trisomi.

Sementara itu, normalnya jenis kelamin seseorang ditentukan dari

gen kromosom XX untuk perempuan dan XY untuk laki-laki.

Kelainan pada kromosom seks terjadi ketika ada sel-sel yang tidak
13

mendapat kromosom seks, sementara yang lain memiliki 2

kromosom seks pada saat pembelahan.

Kelainan gametogenesis ini bisa menimbulkan berbagai gangguan

genetik, misalnya sindrom XXY atau sindrom Klinefelter pada pria

dan sindrom 45 X atau sindrom Turner pada wanita.

Kelainan gametogenesis umumnya sudah bisa terdeteksi saat janin

masih dalam kandungan. Kelainan ini bisa dideteksi melalui

pemeriksaan genetik atau tes DNA. Namun, terkadang sebagian

kasus kelainan gametogenesis juga ada yang baru terdeteksi setelah

seseorang beranjak dewasa atau pada anak-anak.

Oleh karena itu, untuk menenetukan apakah Anda, pasangan, atau

buah hati Anda memiliki kelainan gametogenesis, sebaiknya

konsultasikan hal tersebut ke dokter, agar dokter dapat melakukan

pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

b. Kesalahan Dalam Sel Somatik (Kanker)

Kanker muncul akibat adanya penumpukan perlahan sel-sel yang

telah rusak, yang tak lagi bisa diperbaiki. Setiap kanker yang timbul-

berasal dari “Mutasi“ atau perubahan gen. Jarang sekali kanker

diwariskan dari orang tua kepada anak. Sebagian besar dari penyakit

kanker- muncul seiring perjalanan hidup seseorang. Satu dari 100

trilyun sel-sel yang ada dalam tubuh kita suatu saat bisa saja
14

mengalami kemunduran, yakni perubahan dari sel-sel sehat yang

berfungsi normal menjadi sel-sel tumor.

Penyebab kanker Perubahan yang terjadi pada sel, terutama

disebabkan oleh sinar UV, sinar X dan bahan-bahan kimia penyebab

kanker. Yang termasuk bahan-bahan kimia penyebab kanker adalah

Benzopyrene, yakni zat berbahaya yang terjadi akibat adanya

pembakaran. Benzopyrene biasa ditemukan pada produk-produk yang

dimasak dengan api atau pengasapan. Benzopyrene mengakibatkan

timbulnya sebuah zat tertentu yang secara kimia bisa mengikat DNA

dan ikatan inilah yang kemudian mengakibatkan terjadinya perubahan

struktur DNA.

Perubahan ini merugikan proses pembelahan sel dan sebaliknya

menguntungkan proses “Mutasi.” Semakin lama seseorang

mengkonsumsi tembakau, maka semakin besar pula zat-zat penyebab

kanker yang dihisap oleh si perokok, sehingga semakin tinggi pula

resiko- bahwa zat-zat penyebab kanker yang telah ia hisap tersebut,

akan menjadi pemicu terjadinya perubahan struktur dalam gen.

Resiko terjadinya “Mutasi” akan semakin bertambah seiring dengan

pertambahan usia, hal ini dikarenakan tubuh seseorang yang semakin

berumur bekerja tak seoptimal dulu. Inilah yang dengan mudah bisa

memicu terjadinya kesalahan pada pembelahan sel.


15

4. Mutasi Gen Tunggal

Beberapa orang mewarisi kelainan genetik dari orangtua. Sementara

perubahan atau mutasi yang didapat pada gen atau kelompok gen yang

ada sebelumnya menyebabkan penyakit genetik lain. Mutasi juga dapat

terjadi secara acak atau karena paparan lingkungan. Ada sejumlah jenis

kelainan genetik, seperti diwartakan Medicinenet berikut ini:

a. Warisan genetik gen tunggal

Warisan gen tunggal disebut pewarisan Mendelian atau monogenetik.

Perubahan atau mutasi terjadi dalam sekuens DNA dari gen tunggal

menyebabkan jenis pewarisan ini. Ada ribuan gangguan gen tunggal

yang diketahui.

Gangguan gen tunggal memiliki pola pewarisan genetik yang berbeda.

Termasuk satu salinan gen cacat dari salah satu orangtua, dua salinan

gen cacat dari masing-masing orang tua, serta warisan terkait-X, di

mana gen yang rusak ada pada kromosom wanita, atau X. Warisan

terkait-X mungkin dominan atau resesif.

b. Warisan genetik multifactorial

Warisan multifaktorial juga disebut pewarisan kompleks atau

poligenik. Gangguan pewarisan multifaktorial disebabkan oleh

kombinasi faktor lingkungan dan mutasi pada banyak gen. Misalnya,

berbagai gen yang memengaruhi kerentanan kanker 15 payudara telah

ditemukan pada kromosom 6, 11, 13, 14, 15, 17, dan 22. Beberapa
16

penyakit kronis yang umum adalah kelainan multifaktorial. Warisan

multifaktorial juga dikaitkan dengan sifat-sifat yang diwariskan seperti

pola sidik jari, tinggi, warna mata, dan warna kulit.

c. Warisan genetik mitokondria

Jenis kelainan genetik ini disebabkan oleh mutasi pada DNA non-

nuklir mitokondria. Mitokondria adalah organel bulat kecil atau seperti

batang yang terlibat dalam respirasi seluler dan ditemukan dalam

sitoplasma sel tumbuhan dan hewan. Setiap mitokondria dapat

mengandung 5 hingga 10 potongan DNA lingkaran. Karena sel telur

menjaga mitokondria mereka selama pembuahan, DNA mitokondria

selalu diturunkan dari induk betina. Contoh penyakit mitokondria

termasuk Atrofi optik herediter Leber (LHON), salah satu penyakit

mata Epilepsi mioklonik dengan serat merah kasar (MERRF)

Ensefalopati mitokondria, asidosis laktat, dan episode mirip stroke

(MELAS) yaitu salah satu bentuk demensia langka.

5. Mutasi Kromosom Yang Nyata

Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik baik pada taraf

tingkatan gen maupun pada tingkat kromosom. Mutasi pada tingkat gen

disebut mutasi titik, sedangkan mutasi pada kromosomal biasanya

disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah pada munculnya alel

baru dan menjadi dasar munculnya variasi-variasi baru pada spesies.

Mutasi terjadi pada frekuensi rendah di alam, biasanya lebih rendah


17

daripada 1:10.000 individu. Mutasi di alam dapat terjadi akibat zat

pembangkit mutasi (mutagen, termasuk karsinogen), radiasi surya,

radioaktif, sinar ultraviolet, sinar X, serta loncatan energi listrik seperti

petir. Individu yang memperlihatkan perubahan sifat (fenotipe) akibat

mutasi disebut mutan. Dalam kajian genetik, mutan biasa dibandingkan

dengan individu yang tidak mengalami perubahan sifat (individu tipe liar

atau "wild type").

Mutasi kromosom, sering juga disebut dengan mutasi besar atau aberasi

kromosom adalah perubahan jumlah kromosom dan susunan atau urutan

gen dalam kromosom. Mutasi kromosom sering terjadi karena kesalahan

meiosis dan sedikit dalam mitosis.

6. Koreksi Masalah Gen

Masing-masing individu memiliki gen dan DNA yang berbeda-beda,

bahkan saudara kembar identik sekalipun. Perbedaan genetik inilah yang

membuat perbedaan fisik, perilaku, mempengaruhi fungsi tubuh, dan

juga risiko akan suatu penyakit. Namun tetap saja genetik akan berubah

ketika bertemu dengan lingkungan.

7. Pelayanan Genetika

Pelayanan genetika klinis untuk dilaksanakan oleh para spesialis

tergantung dari bidang penyakit yang ditangani terutama dari ahli

pediatri, neurologi, kardiologi, dan onkologi dengan pelatihan khusus.

Selain itu untuk dapat melakukan tes genetika perlu pelatihan khusus
18

juga sehingga dapat memberikan tes genetik yang akurat, tepat, dan

dapat mengkomunikasikan hasil tes dengan dokter yang menangani

pasien. Pelatihan sampai dengan sertifikasi untuk dokter maupun

pelaksanan tes genetik sangat diperlukan. Tantangan yang dihadapi

adalah masih terbatasnya sumber daya baik manusia maupun dana untuk

mendukung pelayanan penyakit genetik di Indonesia.

B. KELAINAN GENETIK

1. PENYAKIT HUNTINGTON

Penyakit Huntington adalah penyakit keturunan yang menyebabkan

penderitanya mengalami gangguan dalam berpikir dan bergerak, juga

gangguan kejiwaan. Seseorang yang menderita penyakit ini akan

mengalami kesulitan dalam beraktivitas dan memenuhi kebutuhan sehari-

hari. Pengobatan penyakit Huntington bertujuan untuk meredakan gejala

dan akan disesuaikan dengan gejala yang dialami. Penyakit huntington

pada orang dewasa pada umumnya muncul pada usia 30 – 50 tahun.

Namun, gejala penyakit huntington juga dapat muncul pada usia di bawah

20 tahun.

a. Etiologi

Penyebab penyakit Huntington adalah gen abnormal pada lengan pendek

kromosom 4 (4p 16.3) (4p 16.3) yaitu gen penyakit Huntington. Gen

Huntington disease (HD) normal mengkodekan protein yang disebut


19

huntingtin. Fungsi protein ini tidak diketahui, tetapi jelas diperlukan

untuk fungsi sel otak yang normal. Gen normal mengandung 10 hingga

34 kopi kodon CAG ( i kodon CAG ( Sitosin, Adenin, Guanin) yang

Sitosin, Adenin, Guanin) yang mengkodekan asam amino glutamine

(Elliot,2010).

Seseorang dengan penyakit Huntington mempunyai satu alel Huntington

dominan dan satu alel normal. Jarang sekali individu dengan penyakit

Huntington ditemukan mempunyai dua alel Huntington yang dominan.

Jika hal itu terjadi,dapat dipastikan bahwa kedua orang tuanya sudah

mengidap penyakit Huntington.

Gen untuk penyakit Huntington bersifat dominan; anak-anak dari orang

tua yang menderita penyakit ini memiliki peluang sebesar 50% untuk

menderita penyakit Huntington. Menurut referensi yang lain, jika gen

HD abnormal diwariskan dari ibu ke anak, jumlah pengulangan

cenderung sama, tetapi jika pewarisan ini berasal dari ayah, sehingga

awitan penyakit terjadi pada usia yang lebih dini. Pada penyakit

Huntington yang juvenile, dengan usia antara masa bayi dan 20 tahun,

jumlah pengulangan melebihi 55 kali (Elliot,2010).

b. Patogenesis

Warisan gen HD menyebabkan bentuk abnormal protein huntingtin.

Meskipun huntingtin ditemukan dalam sitoplasma semua sel tubuh,

protein huntingtin membunuh sel neuron secara selektif. Ada beberapa


20

teori menjelaskan mengapa hal ini terjadi, tetapi secara sederhana

keadaan ini mungkin terjadi karena protein abnormal terlipat secara

berbeda, dan protease yang dalam keadaan normal akan menyingkirkan

protein abnormal, tidak mampu melakukannya. Protein huntingtin

abnormal akan memicu proses agregasi dan inklusi protein di dalam

nucleus yang pada akhirnya menimbulkan kematian sel.

Bagian otak yang paling banyak terkena adalah basal ganglia yang

mengatur pergerakan motorik. Neuron dalam nucleus kaudatus dan

putamen yang secara bersama disebut korpus striatum, merupakan

bagian syaraf yang pertama kali mati. Pemahaman tentang fungsi basal

ganglia memungkinkan kita memahami efek yang ditimbulkan oleh

penyakit Huntington.

Korteks motorik bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan

pergerakan tubuh, dan di antara korteks motorik dan basal ganglia

terdapat dua buah lintasan.. Jika sel dalam korpus striatum mati, kedua

lintasan syaraf tersebut akan terganggu. Stimulasi berlebih pada satu

lintasan menimbulkan pergerakan tersentak yang tidak teratur dan

disebut korea (chorea) sementara stimulasi kurang pada lintasan lain

akan memperlambat gerakan motorik.

Kematian neuron lain juga terjadi, khususnya pada korteks serebri,

sehingga mempengaruhi sistem limbic yang mengendalikan perilaku

emosional dan bagian lain yang mengendalikan kesiagaan individu.


21

Ketika sel saraf mati, terjadi pengurangan jumlah neurotransmitter yang

normalnya disekresikan oleh sel tersebut. Neurotransmitter yang paling

banyak mengalami deplesi adalah asam gama-amino butirat atau GA ino

butirat atau GABA, yang menimbulkan ketidak seimbangan

neurotransmitter lain. Dengan demikian, perubahan structural yang

terjadi adalah kematian sel neuron dan konsekuensi fungsionalnya,

terjadi karena deplesi GABA yang menimbulkan manifestasi klinis

penyakit Huntington.

c. Manifestasi Klinik

a. Pada stadium awal penyakit ini, gerakan abnormal bercampurr dengan

gerakan yang sedang dilakukan oleh penderita sehingga gerakan

abnormal tersebut hampir tidak diperhatikan. Tetapi lama-lama

gerakan abnormal ini semakin jelas. Pada akhirnya gerakan abnormal

yang terjadi akan mempengaruhi seluruh tubuh sehingga hampir tidak

mungkin penderita melakukan kegiatan makan, berpakaian dan bahkan

duduk terdiam.

b. Perubahan mental pada awalnya samar-samar. Penderita secara

bertahap menjadi mudah tersinggung dan mudah gembira, mereka bisa

kehilangan minat terhadap aktivitas sehari harinya.

c. Selanjutnya penderita menjadi tidak bertanggung jawab dan seringkali

bepergian tanpa tujuan yang pasti.


22

d. Penderita kehilangan kendali terhadap hasratnya dan menjadi

promiskuitas (melakukan hubungan seksual dengan siapa saja.

e. Bertahun-tahun kemudian, penderita akan kehilangan ingatannya dan

kehilangan kemampuannya untuk berfikir secara rasional.

f. Penderita mengalami depresi berat dan melakukan usaha bunuh diri.

g. Pada stadium lanjut, hampir semua fungsi penderita mengalami

gangguan dan penderita memerlukan bantuan orang lain untuk

melakukan fungsinya. Kematian seringkali dipicu oleh pneumonia atau

karena terjatuh, yang biasanya terjadi 13-15 tahun setelah timbulnya

gejala pertama.

d. Prognosis

Penyakit tersebut berkembang tanpa remisi selama 10-20 tahun. -20

tahun. Kematian bagi kebanyakan orang Kematian bagi kebanyakan

orang dengan penyakit Huntington biasanya merupakan akibat dari

infeksi seperti pneumonia, t dari infeksi seperti pneumonia,

gagal jantung atau tersedak

e. Penegakan Diagnosis

1. Identifikasi gen penyebab penyakit Huntington memungkinkan

diagnosis sifat ini saat prenatal atau sebelum awitan gejala pada

individu dewasa.
23

2. MRI digunakan untuk menggambarkan otak. Atrofi tampak pada akhir

penyakit.

3. PET scan dapat digunakan untuk menunjukkan hipometabolisme area

spesifik otak.

f. Penanganan

Sampai saat ini belum ada terapi yang dapat dapat menyembuhkan

penyakit ini. Beberapa terapi hanya untuk mengendalikan gejala dan

mencegah terjadinya komplikasi. Hal yang paling penting yaitu

pemberian dukungan pada pasien. Adapun obat-obatan yang dapat

diberikan pada pasien Huntington yaitu:

a. Obat anti psikotik

Diberikan jika pasien mengalami halusinasi, waham, ledakan emosi

agresif yang mendadak. Obat yang diberikan misalnya haloperidol,

klorpromazin, olanzapin ( dikontraindikasikan jika klien mengalami

distonia)

b. Obat anti depresan

Diberikan ketika pasien mengalami depresi atau menunjukkan perilaku

obsesif kompulsif) obat yang diberikan misalnya fluoxetin,setralin

hidrokolida. Notriptilin.

c. Obat penenang
24

Diberikan pada pasien cemas dan atau khorea. Obat yang diberikan

misalnya benzodiazepin, paroxetin, beta bloker.

d. Obat penstabil alam perasaan

Diberikan pada pasien yang mengalami mania dan bipolar. Obat yang

diberikan misalnya litium,valproat, karbamazepin.

Selain obat-obatan, ada beberapa hal yang bisa dilakukan pada pasien

huntington yaitu:

1. Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan di rumah, suatu

program yang mengombinasikan obat, pelayanan psikologis, sosial,

okupasi, bicara, dan pelayanan rehabilitasi fisik dibutuhkan untuk

membantu pasien dan keluarga menghadapi ketidak mampuan yang

berat akibat penyakit. Penyakit Huntington sangat mempengaruhi

emosi, fisik, sosial, dan keuangan pada setiap anggota keluarga pasien.

2. Pasien dan keluarga membutuhkan akses ke konseling psikologi

jangka panjang, konseling pernikahan, dan dukungan emosi,

keuangan, dan perlindungan hukum. 3. Bantuan perawatan di rumah,

bekerja dan pusat rekreasi, perawatan sementara, dan akhirnya

perawatan terampil jangka panjang perlu untuk membantu pasien dan

keluarga menghadapi ketenangan konstan karena penyakitnya.

g. Pencegahan
25

Jika salah satu orang tua didiagnosis menderita huntington, atau

diketahui membawa gen HD, maka disarankan calon ibu untuk

melakukan pre implantation genetic diagnostic. Uji ini akan

menunjukkan apakah calon anak akan mewarisi gen HD yang abnormal.

Jika hasil nya positif, maka wanita yang sedang mengandung, diberi

pilihan untuk menggugurkan kandungannya atau tidak. Jika hasilnya

hasilnya negative, maka sel telur akan di implantasikan di tubuh si ibu.

Dengan deteksi dini seperti ini, adanya kemungkinan anak akan terkena

Huntington disease bisa diprediksi.

2. PENYAKIT KISTIK FIBROSIS

Cystic fibrosis (CF) adalah kelainan genetik yang bersifat resesif heterogen

dengan gambaran patobiologic yang mencerminkan mutasi pada gen

regulator transmembran. Merupakan kelainan monogenetik yang

ditemukan sebagai penyakit multisistem (Soemantri, 2009).

Cystic fibrosis (CF) merupakan kelainan monogenik pada transpor epitel

yang mempengaruhi sekresi cairan epitel pada berbagai sistem tubuh:

pernafasan, pencernaan, reproduksi. Kelainan ini merupakan kelainan

genetik yang bersifat resesif heterogen dengan gambaran patobiologis yang

mencerminkan mutasi pada gen-gen regulator transmembran fibrosis kistik

(cystic fibrosis transmembrane conductance regulator / CFTR).

(Carpenito, 2000).
26

⚫ Kelainan pada multiorgan

Penyakit ini memengaruhi sel-sel yang menghasilkan lendir, keringat,

dan cairan pencernaan. Lendir merupakan cairan yang berfungsi untuk

melumasi serta melindungi selaput lendir. Normalnya lendir dalam

tubuh bersifat cair dan licin. Namun pada orang dengan fibrosis kistik,

lendirnya lebih tebal dan lengket sehingga menyumbat berbagai

saluran di tubuh, terutama saluran pernapasan dan pencernaan.

Selain itu, lendir juga dapat mengganggu fungsi organ pankreas karena

mencegah kerja enzim dalam memecah makanan. Kondisi ini 30

kemudian mengakibatkan terjadinya masalah pada sistem pencernaan

sehingga berisiko menimbulkan kurang gizi pada bayi.

Kistik fibrosis dapat berakibat fatal pada anak-anak karena bayi yang

mengalami cystic fibrosis atau fibrosis kistik kerap kesulitan bernapas

dan mengalami infeksi paru-paru karena ada sumbatan lendir.

Sedangkan pada dewasa muda kistik fibrosis dapat menyebabkan

beberapa komplikasi seperti penyakit hati, diabetes, dan mengurangi

kesuburan wanita.

⚫ Sekresi mukosa yang kental dan lengket

Patofisiologi cystic fibrosis (fibrosis kistik) disebabkan oleh mutasi

pada gen penghasil protein cystic fibrosis transmembrane conductance

regulator (CFTR). Protein CFTR berfungsi mengatur pergerakan ion

klorida dan natrium melintasi membran sel epitel. Ketika mutasi


27

terjadi pada salinan gen, transpor ion rusak dan menghasilkan

penumpukan lendir kental di seluruh tubuh, menyebabkan insufisiensi

pernapasan disertai banyak penghalang dan kelainan sistemik lainnya.

Kombinasi dari penurunan clearance mukosiliar dan transportasi ion

yang berubah tersebut memungkinkan terjadi kolonisasi bakteri pada

saluran pernapasan, umumnya bakteri Pseudomonas, Haemophilus

influenza, dan Staphylococcus aureus. Patogen ini menyebabkan

respon peradangan yang luar biasa. Pada akhirnya, infeksi kronis dan

respons inflamasi berulang ini dapat menyebabkan kerusakan saluran

napas. 31 Kehadiran protein CFTR yang sama di saluran pankreas dan

kelenjar keringat di kulit juga menyebabkan gejala pada sistem ini.

⚫ Berakibat fatal pada anak-anak dan dewasa muda

Cystic fibrosis adalah penyakit keturunan yang menyebabkan

akumulasi lendir di paru-paru, saluran pencernaan atau beberapa

bagian lain dari tubuh dan bahwa, umumnya, lendir ini tebal dan

lengket.

Gangguan ini biasanya lebih sering terjadi pada anak-anak dan dewasa

muda dan bisa berakibat fatal, jadi penting pergi ke dokter jika ada

menderita satu atau lebih gejala yang terkait dengan patologi ini. Ini

termasuk penurunan berat badan tanpa alasan yang jelas, mual atau

kurang nafsu makan, sakit perut, peningkatan gas, kulit dengan rasa

asin dan, tentu saja, batuk darah. Sementara, dalam kasus anak-anak,
28

ada ketidakmampuan untuk menambah berat badan, kurang buang air

besar selama lebih dari 24 jam berturut-turut, dan retardasi

pertumbuhan.

a. Etiologi

Cystic fibrosis disebabkan oleh perubahan gen yang berfungsi

mengatur distribusi garam dalam tubuh manusia. Perubahan atau

mutasi genetik akan membuat kadar garam di dalam keringat

meningkat. Kondisi ini berdampak pada lendir di saluran pernapasan,

pencernaan, dan sistem reproduksi menjadi kental dan lengket.

b. Patogenesis

Kistik fibrosis disebabkan oleh mutasi pada gen penghasil protein

cystic fibrosis transmembrane conductance regulator (CFTR). Protein

CFTR berfungsi mengatur pergerakan ion klorida dan natrium

melintasi membran sel epitel. Ketika mutasi terjadi pada salinan gen,

transpor ion rusak dan menghasilkan penumpukan lendir kental di

seluruh tubuh, menyebabkan insufisiensi pernapasan disertai banyak

penghalang dan kelainan sistemik lainnya.

Kombinasi dari penurunan clearance mukosiliar dan transportasi ion

yang berubah tersebut memungkinkan terjadi kolonisasi bakteri pada

saluran pernapasan, umumnya bakteri Pseudomonas, Haemophilus

influenza, dan Staphylococcus aureus. Patogen ini menyebabkan

respon peradangan yang luar biasa. Pada akhirnya, infeksi kronis dan
29

respons inflamasi berulang ini dapat menyebabkan kerusakan saluran

napas. Kehadiran protein.

c. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis biasanya dapat terlihat sejak usia dini dan sedikit

yang terdiagnosis pada usia dewasa. Dengan kemajuan

penatalaksanaan, >41% penderita dapat mencapai usia ≥18 tahun dan

13% berhasil melalui usia 30 dengan rata-rata usia ketahanan hidup

>41 tahun. Cystic fibrosis seringkali ditandai dengan infeksi bakteri

kronik pada saluran nafas, insufisiensi kelenjar eksokrin pankreas,

disfungsi usus, disfungsi kelenjar keringat, dan disfungsi urogenital.

Penyebab utama kematian penderita fibrosis kistik adalah penyakit

paru-paru tahap akhir (Carpenito, 2000).

Sebagian besar klien Cystic fibrosis sudah memperlihatkan tanda dan

gejala penyakit sejak masa kanak-kanak. kurang lebih 10% bayi dalam

usia 24 jam pertama menunjukkan obstruksi gastrointestinal, yang

disebut mekonium ileus. Gejala lainnya adalah sebagai berikut :

1. Sistem Pernapasan

Normalnya, lendir bersifat encer/cair. Lendir mempertahankan

berbagai lapisan dari organ-organ tertentu agar tetap lembab dan

mencegah lapisan tersebut mengering atau infeksi. Namun pada

fibrosis kistik, gen yang abnormal menyebabkan lendir menjadi

kental dan lengket. Lendir terbentuk pada paru-paru klien dan


30

menghalangi saluran-saluran udara. Ini membuat bermacam-macam

bakteri lebih mudah untuk berkembang dan menjurus pada

berbagai infeksi paru berulang kali yang lebih serius. Seiring dengan

waktu, infeksi-infeksi ini dapat menyebabkan kerusakan yang

serius pada paru-paru klien.

Penyakit lain yang menyertai cystic fibrosis adalah sinusitis,

bronkiektasis, pneumotorak, clubbing finggers, dan polip hidung

atau berbagai peretumbuhan abnormal dalam hidung.

Penyakit saluran napas bagian atas hampir selalu ditemukan.

Sinusitis kronik lazim terjadi pada anak-anak dan menyebabkan

obstruksi nasal serta rinorrhea. Pada saluran napas bagian bawah

gejala pertama yang muncul adalah batuk yang menghasilkan

sputum kental, purulen serta sering berwarna kehijauan. Faal paru

terganggu dan dijumpai adanya sesak napas. Akhirnya keadaan ini

akan menyebabkan hipertensi paru dan kor pulmonal diikuti gagal

napas dan kematian. Masalah paru lain adalah pneumotorak dan

hemoptisis (Soemantri, 2009).

2. Sistem Pencernaan

Lendir yang kental dan lengket akan menghalangi saluran-saluran

pada pankreas. sebagai akibatnya, enzim-enzim pencernaan yang

dihasilkan oleh pankreas tidak dapat mencapai usus kecil. Enzim-

enzim ini membantu menguraikan makanan. Tanpa enzim tersebut,


31

usus klien tidak dapat menyerap berbagai lemak dan protein secara

maksimal, sehingga akan mengakibatkan hal-hal berikut :

• Klien menjadi kekurangan gizi karena tubuh tidak dapat mencerna

nutrisi secara adekuat.

• Feses menjadi sangat besar.

• Klien mungkin tidak mendapatkan cukup vitamin-vitamin A, D, E

dan K.

• Klien akan mengalami pembengkakan perut, nyeri atau

ketidaknyamanan karena produksi gas yang meningkat. Sindrom

ileus mekonium pada ba!i akan ditemukan dengan distensi

abdomen, ketidakmampuan buang air besar dan emesis. Pada anak

dan dewasa mudah terdapat sindrom yang dinamakan ekuivalen

ileus mekonium atau obstruksi intestinal distal . Sindrom tersebut

ditemukan dengan gejala nyeri pada kuadran kanan bawah,

penurunan selera makan, emesis, dan seringkali dengan massa

yang dapat teraba (Soemantri, 2009)

3. Sistem Urogenital

Awitan pubertas terlambat sering dijumpai. Pola maturasi yang

terlambat ini terjadi karena penyakit paru yang kronik dan nutrisi

yang inadekuat pada fungsi endokrin reproduktif. CF dapat juga

menyebabkan kemandulan (kebanyakan pria) dengan tanda adanya

azoospermia yang mencerminkan obliterasi vas deferens.


32

d. Prognosis

Untuk prognosis dari fibrosis kistik sendiri beraneka ragam.

Kebanyakan anak-anak pengidap penyakit ini tetap memiliki kondisi

kesehatan yang baik hingga dewasa. Namun, pada akhirnya umumnya

akan terjadi perburukan penyakit paru-paru seiring bertambahnya usia.

Komplikasi penyakit paru-paru yang dialami antara lain: gangguan

fungsi saluran napas kronik, pneumonia/infeksi paru-paru yang

berulang, pneumothorax (adanya udara di antara lapisan pelindung

paru-paru, dan gagal jantung kanan. Hingga saat ini 34 diperkirakan

rata-rata masa hidup penderita Fibrosis Kistik yang hidup hingga masa

dewasa adalah sekitar 37 tahun.

e. Penegakan diagnosis

1. Uji keringat : merupakan pengujian standar. Hasil positif kuat (CI3

80 mmol/I) bersama manifestasi klinis khas memastikan dignosis

2. Foto Torak : Hiperinflasi dengan diafragma mendatar. Dinding

bronkus menebal yang dalam potongan melintang terlihat seperti

cincin dan dalam posisi longitudinal terlihat sepreti garis yang

parlel. Pada tahap lebih lanjut, perubahan kistik akan terlihat pada

lobus atas. Jika kista penuh berisi pus, gambaran akan terlihat

seperti nodul.

3. Uji faal paru : adanya gambaran obstruktif. Volume residu

meningkat mencerminkan adanya udara yang tertangkap. Kapasitas


33

difusi tetap normal dan akan menurun bila penyakit sudah dalam

tahap lanjut. Analisis gas darah arteri normal pada penyakit yang

ringan, tetapi akan muuncul hipoksemia progresif disebabkan oleh

gangguan faal paru. Hiperkapnea ditemukan pada fase lanjut.

4. Analisis semen : Azzospermia obstruktif merupakan bukti kuat dari

cystic fibrosis.

5. Foto sinus : Pansinusitis sering ditemukan pada klien dengan cystic

fibrosis (Soemantri, 2009)

f. Penanganan

Penatalaksaan cystic fibrosis meliputi dua hal yaitu medikamentosa

dan pembedahan.

1. Medikamentosa

Pasien cystic fibrosis mungkin mengeluhkan gejala kronik dari

obstruksi hidungnya berupa discharge purulen atau batuknya

sehingga dibutuhkan terapi antibiotik efektif terhadap

kuman pseudomonas dan staphylococci serta digabung dengan

irigasi rongga hidung rutin (aggresive nasal toilet) dengan terapi

mukolitik misalnya dengan menggunakan espekteoran yang

mungkin dapat meredakan gejala klinis yang ada.

Irigasi rongga hidung memegang peranan penting yang sebaiknya

dilakukan rutin pada pasien yang mulai timbul keluhan. Keluhan ini
34

terjadi karena gangguan mucociliary clearance secara kronik. Irigasi

menggunakan saline bertujuan menurunkan kolonisasi bakteri,

mencuci keluar sekresi lendir yang menyebabkan obstruksi, dan

secara berkala membantu vaskonstriksi pembuluh darah konka.

Irigasi juga diperlukan terhadap semua intervensi pembedahan

karena walau tujuan pembedahan membesarkan ostium sinus

namun tidak ditujukan terhadap kerusakan mucociliary

clearance yang ditimbulkan akibat pembedahan.

Beberapa ahli menggunakan antibiotik untuk mengatasi infeksi

paru-paru, dan penggunaannya mengacu pada hasil kultur sputum.

Sebaiknya diketahui, bagaimanapun juga, karena kultur

mikrobiologis rutin pada rumah sakit dilakukan tanpa mengikuti

keadaan sebenarnya pada paru-paru dengan CF (misal, adanya

hypoxia), efektivitas klinis biasanya tidak berhubungan dengan

pemeriksaan sensitivitas. Karena peningkatan klirens tubuh total dan

luasnya volume distribusi antibiotic pada pasien CF sehingga dosis

yang dibutuhkan lebih besar pada pasien CF. Selain itu, dengan

peningkatan batuk dan produksi mucus diatasi dengan pemberian

antibiotic tambahan agen oral yang digunakan untuk menangani

Staphylococcus yaitu penisilin semisintetik atau sephalosporin

(Carpenito, 2000).

2. Pembedahan
35

Terapi pembedahan dilakukan bila terapi medikamentosa tidak

efektif, dan dilakukan pada area saluran napas yang terdapat

kelainan yang bagaimanapun juga pertimbangan pembedahan harus

benar-benar matang pada pasien CF karena bahaya-bahaya

kemungkinan terbentuknya mucus kental yang banyak selama

operasi dengan anastesi umum yang resikonya semakin meningkat

sejalan dengan lamanya intubasi. Indikasi pembedahan pada pasien

CF :

Rasional : Posisi fowler/semi fowler memungkinkan ekspansi paru

dan memudahkan pernapasan. Pengubahan posisi dan ambulasi

meningkatkan pengisian udara segmen paru berbeda sehingga

memperbaiki difusi gas

⚫ Ajarkan teknik napas dalam dan atau pernapasan bibir atau

pernapasan diafragma abdomen bila diindikasi serta latiahan

batuk efektif.

Rasional : Membantu pengeluaran sputum

⚫ Observasi TTV (RR atau frekuensi permenit)

Rasional : Takikardi, disritmia, dan perubahan TD dapat

menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.

g. Pencegahan
36

Cystic fibrosis tidak dapat dicegah. Meski demikian, pasangan suami

istri yang menderita penyakit cystic fibrosis atau memiliki keluarga

yang menderita penyakit tersebut perlu menjalani tes genetik. Tes ini

bertujuan untuk memeriksa seberapa besar risiko keturunannya terkena

penyakit cystic fibrosis. Pada saat tes genetik, dokter akan mengambil

sampel darah atau air liur. Tes genetik ini juga dapat dilakukan saat

ibu sedang hamil dan khawatir akan risiko terjadinya cystic fibrosis

pada janin yang dikandungannya.

h. Implikasi keperawatan

Pasien perlu diedukasi bahwa cystic fibrosis merupakan penyakit

genetik yang berbahaya, dan dapat menimbulkan kematian bila tidak

ditangani dengan tepat. Pasien juga perlu mengetahui faktor-faktor

risiko yang dapat menyebabkan gejala cystic fibrosis bertambah berat

3. PENYAKIT DISTROFI MUSCULAR DUCHENNE (DMD)

Duchenne Muscular Dystrophy (DMD) adalah salah satu jenis penyakit

distrofi otot yang paling umum terjadi. Distrofi otot merupakan kondisi

melemahnya otot sehingga penderitanya bisa mengalami disabitilas atau

cacat. Terdapat sembilan jenis penyakit distrofi otot. DMD merupakan

penyakit genetik yang menyebabkan kelemahan pada otot volunter atau

otot yang bekerja secara sadar. DMD biasanya lebih parah dibandingkan

tipe penyakit distrofi otot lainnya. Gejala DMD terjadi pada usia anak-anak
37

dan penderita biasanya mencapai usia dewasa muda (20 atau 30 tahunan).

Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak laki laki. Anak laki-laki juga

memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap DMD dibandingkan anak

perempuan. Anak perempuan yang mendapat turunan gen DMD akan

menjadi pembawa yang asimptomatik. Sedangkan anak laki-laki yang

mendapat turunan gen DMD akan menjadi penderitanya.

Duchenne Muscular Dystrophy (DMD) merupakan penyakit kongenital

terkait kromosom X yang disebabkan adanya mutasi pada gen distrofin.

Distrofi otot duchenne merupakan penyakit otot turunan yang tersering,

mempengaruhi 1 per 3500 kelahiran. Distrofin merupakan komponen

esensial dari kompleks distrofin- glikoprotein (dystrophin-glycoprotein

Complex atau DGC) yang berfungsi penting untuk mempertahankan

integritas membran serabut otot.

Penyakit ini diturunkan secara x-linked resesif dan mengakibatkan

penurunan dan hilangnya kekuatan otot secara progresif, menurunnya

kemampuan ambulasi dan penurunan fungsi paru progresif yang akhirnya

tidak tidak dapat 39 berjalan dan bisa menyebabkan kematian. Adanya pola

jalan jinjit (toe walking) yang merupakan kompensasi dari kelemahan otot

ekstensor lutut, adanya postur lordotik yang merupakan kompensasi dari

kelemahan ekstensor hip. Keluhan sering jatuh dapat disebabkan karena

tersandung kaki dengan posisi plantar flexi akibat kelemahan dorsoflexor

ankle atau adanya knee buckling akibat kelemahan otot ekstensor lutut.
38

Perjalanan alamiah penyakit DMD menunjukkan bahwa pasien akan

ambulasi dengan kursi roda antara usia 10-12 tahun. Gejala-gejalanya

seperti kesulitan berjalan, sering terjatuh, kesulitan bangun dari posisi

duduk atau tidur, postur tubuh yang buruk, penipisan tulang, nyeri dan

kaku otot, skoliosis, gangguan belajar, kesulitan bernapas, kesulitan

menelan, paru-paru dan jantung melemah yang menyebabkan komplikasi

yang mengancam jiwa.

⚫ Hanya mengenai laki-laki

Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Anak laki-laki

juga memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap DMD dibandingkan

anak perempuan. Anak perempuan yang mendapat turunan gen DMD

akan menjadi pembawa yang asimptomatik. Sedangkan anak laki-laki

yang mendapat turunan gen DMD akan menjadi penderitanya.

⚫ Penyakit terkait kromosom X (Mengikuti hukum mendel, dari ibu

diturunkan ke anak laki-laki)

Duchenne Muscular Dystrophy (DMD) merupakan penyakit

kongenital terkait kromosom X yang disebabkan adanya mutasi pada

gen distrofin. Distrofi otot duchenne merupakan penyakit otot turunan

yang tersering, mempengaruhi 1 per 3500 kelahiran. Distrofin

merupakan komponen esensial dari kompleks distrofin- glikoprotein

(dystrophin glycoprotein Complex atau DGC) yang berfungsi penting

untuk mempertahankan integritas membran serabut otot.


39

Penyakit ini diturunkan secara x-linked resesif dan mengakibatkan

penurunan dan hilangnya kekuatan otot secara progresif, menurunnya

kemampuan ambulasi dan penurunan fungsi paru progresif yang

akhirnya tidak tidak dapat berjalan dan bisa menyebabkan kematian.

Adanya pola jalan jinjit (toe walking) yang merupakan kompensasi

dari kelemahan otot ekstensor lutut, adanya postur lordotik yang

merupakan kompensasi dari kelemahan ekstensor hip. Keluhan sering

jatuh dapat disebabkan karena tersandung kaki dengan posisi plantar

flexi akibat kelemahan dorsoflexor ankle atau adanya knee buckling

akibat kelemahan otot ekstensor lutut.

⚫ Kelemahan otot yang progresif, mempengaruhi kemampuan berjalan

usia dini

Penyakit ini diturunkan secara x-linked resesif dan mengakibatkan

penurunan dan hilangnya kekuatan otot secara progresif, menurunnya

kemampuan ambulasi dan penurunan fungsi paru progresif yang

akhirnya tidak tidak dapat berjalan dan bisa menyebabkan kematian.

Adanya pola jalan jinjit (toe walking) yang merupakan kompensasi

dari kelemahan otot ekstensor lutut, adanya postur lordotik yang

merupakan kompensasi dari kelemahan ekstensor hip. Keluhan sering

jatuh dapat disebabkan karena tersandung kaki dengan posisi plantar

flexi akibat kelemahan dorsoflexor ankle atau adanya knee buckling

akibat kelemahan otot ekstensor lutut.


40

Perjalanan alamiah penyakit DMD menunjukkan bahwa pasien akan

ambulasi dengan kursi roda antara usia 10-12 tahun. Gejala-gejalanya

seperti kesulitan berjalan, sering terjatuh, kesulitan bangun dari posisi

duduk atau tidur, postur tubuh yang buruk, penipisan tulang, nyeri dan

kaku otot, skoliosis, gangguan belajar, kesulitan bernapas, kesulitan

menelan, paru-paru dan jantung melemah yang menyebabkan

komplikasi yang mengancam jiwa.

⚫ Usia belasan (Anak laki-laki DMD mengalami kerusakan progresif

otot, pernafasan, jantung yang mengancam jiwa)

Perjalanan alamiah penyakit DMD menunjukkan bahwa pasien akan

ambulasi dengan kursi roda antara usia 10-12 tahun. Komplikasi yang

dialami penderita DMD diantaranya:

a) Kerusakan progresif otot Gejala yang paling sering timbul adalah

kelemahan otot terutama anggota gerak bawah yang menyebabkan

gangguan pola jalan, sering jatuh, dan kesulitan naik tangga.

Pola dan kelemahan otot simetris dan progresif hingga akhirnya

tidak dapat berjalan. Adanya pola jalan jinjit (toe walking) yang

merupakan kompensasi dari kelemahan otot ekstensor lutut, adanya

postur lordotik yang merupakan kompensasi dari kelemahan

ekstensor hip. Keluhan sering jatuh dapat disebabkan karena

tersandung kaki dengan posisi plantar flexi akibat kelemahan


41

dorsoflexor ankle atau adanya knee buckling akibat kelemahan otot

ekstensor lutut.

Gejala khas yaitu gowers sign (bila pasien dari posisi duduk akan

berdiri mula-mula mengangkat pantatnya ke atas dan kedua tangan

bertopang di lantai dan lalu berusaha berdiri dengan menggerakkan

kedua tangannya berganti-gantian seolah memanjat di sepanjang

tungkai kiri dan kanan). Pasien jika berjalan memperlihatkan gaya

berjalan seperti bebek (waddling gait).

b) Pernafasan

Gejala insufisiensi respirasi yang kronis akibat penyakit paru

restriktif, kelemahan otot dinding dada dan adanya skoliosis.

a. Etiologi

Untuk yang orang yang terkena DMD, berwarna biru; Perempuan

tidak terkena DMD, tetapi ia carrier DMD yang akan berdampak

kepada anak laki lakinya, yang berwarna biru-merah. Kondisi yang

paling sering mempengaruhi anak laki-laki, karena cara penyakit

iniditurunkan. Ibu dari laki-laki ini dianggap heterozigot untuk alel

resesif X-linked ini.Kelainan resesif ini sangat jarang terjadi pada

wanita karena anak perempuan yangmerupakan pembawa penyakit

(wanita dengan gen yang cacat, tetapi tidak memiliki gejalasendiri)

masing-masing memiliki 50% kemungkinan memiliki penyakit.Anak-

anak perempuan masing-masing memiliki kemungkinan 50% menjadi


42

pembawa, dan anak perempuan harus mewarisi banyak alel mutan dari

ibu dan ayahmereka yang terkena dampaknya. DMD terjadi pada

sekitar 1 dari setiap 3.600 bayi laki-laki, karena ini adalah kelainan

bawaan, risikonya mencakup riwayat keluarga DMD.

Duchenne muscular dystrophy disebabkan oleh mutasi gen dystrophin

di lokus Xp21 sehingga tidak dihasilkannya protein dystropin atau

terjadi defisiensi dan kelainan struktur dystropin. Meskipun begitu,

pemahaman yang komprehensif pada mekanisme setelah terjadinya

defisiensi dystrophin hingga terjadinya degenerasi otot masih

diperdebatkan. Dystrophin membentuk suatu komplek protein yang

fungsi utamanya adalah untuk menstabilkan membran plasma dan

menghubungkan sitoskeleton dari setiap serat otot yang mendasari

lamina basal (matriks ekstraselular). Defisiensi dystrophin pada

membran plasma akan menyebabkan tidak adanya komplek dystrophin

protein.

b. Patogenesis

Distrofin memiliki peran struktural utama dalam otot karena

menghubungkan sitoskeleton internal dengan matriks ekstraseluler.

Ujung amino distrofin berikatan dengan F-aktin dan ujung karboksil

ke kompleks protein terkait distrofin (DAPC) di sarkolema (Gambar 2;

Blake et al, 2002). DAPC termasuk distroglikan, sarkoglikan, integrin

dan caveolin, dan mutasi pada salah satu komponen ini menyebabkan
43

distrofi otot yang diturunkan secara autosom (Dalkilic & Kunkel,

2003). DAPC menjadi tidak stabil ketika distrofin tidak ada, yang

mengakibatkan berkurangnya tingkat protein anggota (Straub et al,

1997). Hal ini pada gilirannya menyebabkan kerusakan serat progresif

dan kebocoran membran. DAPC memiliki peran pensinyalan, yang

hilangnya juga berkontribusi terhadap patogenesis (Blake et al, 2002).

Pasien DMD biasanya terikat kursi roda pada usia 12 tahun dan

meninggal karena gagal napas pada akhir usia belasan atau awal dua

puluhan. Banyak anak laki-laki memiliki elektrokardiogram abnormal

pada usia 18 tahun, yang menunjukkan bahwa setiap agen terapeutik

juga harus menargetkan diafragma dan otot jantung.

c. Manifestasi Klinis

1. Fase ambulasi Gejala terlihat antara usia 2-4 tahun. Pasien mulai

mengalami kesulitan bermain dengan teman sebayanya, baik secara

fisik dan kadang secara kognitif (gangguan verbal working memory).

a) Fase ambulasi awal

Anak akan mengalami gejala khas berupa gowers sign (bila pasien

dari posisi duduk akan berdiri mula-mula mengangkat pantatnya ke

atas dan kedua tangannya bertopang di lantai dan lalu berusaha

berdiri dengan menggerakkan kedua tangannya berganti-gantian

seolah memanjat di sepanjang tungkai kiri dan kanan, berjalan

seperti bebek (waddling gait) dan jalan jinjit.


44

b) Fase ambulasi lanjut

Gangguan jalan akan semakin sulit dan mulai terdapat

ketidakmampuan untuk naik turun tangga dan beranjak dari duduk.

c) Fase non ambulasi awal

Anak masih mampu mengayuh kursi rodanya sendiri dan masih

mampu mempertahankan posturnya dalam keadaan baik. Perjalanan

46 alamiah penyakit DMD menunjukkan bahwa pasien akan

ambulasi dengan kursi roda antara usia 10-12 tahun.

d) Fase non ambulasi akhir

Mulai terjadi gangguan postur dan fungsi anggota gerak atas.

Terjadi komplikasi berupa gangguan respirasi, gangguan jantung,

disfungsi gastrointestinal dan masalah ortopedik yang berupa

kontraktur dan skoliosis yang memburuk waktu fase non ambulasi

lanjut.

d. Prognosis

Prognosis dari MD bervariasi tergantung dari jenis MD dan

progresifitas penyakitnya. Pada beberapa kasus dapat ringan dan

memburuk sangat lambat, edngan kehidupan normal, sedangkan pada

kasus yang lain mungkin memiliki pemburukan kelemahan otot yang

bermakna, disabilitas fungsional dan kehilangan kemampuan berjalan.

Harapan hidup dapat tergantung pada derajat pemburukan dan defisit


45

pernapasan lanjut. Pada Duchenne MD, kematian biuasanya terjadi

pada usia belasan sampai awal 20an.

e. Penegakan Diagnosis

Diagnosis dari MD didasarkan terutama pada hasil biopsi otot. Dalam

beberapa kasus, suatu tes darah DNA mungkin cukup membantu.

Pemeriksaan lainnya yang dapat membantu antara lain, peningkatan

kadar CK serum dan pemeriksaan electromyography, yang konsisten

dengan keterlibatan miogenik.

Pemeriksaan fisik dan anamnesa yang tepat akan membantu dalam

menentukan jenis dari MD. Kelompok otot tertentu berkaitan dengan

jenis tertentu MD. Seringkali, terdapat kehilangan jaringan otot, yang

sulit untuk dilihat karena pada beberapa jenis MD menyebabkan

penumpukan jaringan lemak dan jaringan ikat yang membuat otot

tampak lebih besar. Ini disebut dengan pseudohipertrofi.

f. Penanganan

Belum ditemukan adanya obat yang diketahui dapat menyembuhkan

berbagai jenis distrofi otot. Namun, ada beberapa jenis pengobatan

yang mungkin dapat membantu meredakan gejala yang dirasakan oleh

pasien.

a. Penggunaan obat-obatan
46

Berbeda dengan nyeri otot yang dapat diatasi dengan obat pereda

nyeri otot, gejala distrofi dapat diatasi dengan penggunaan beberapa

jenis obat berikut:

➢ Kortikosteroid untuk membantu otot menjadi lebih kuat dan

memperlambat proses perkembangan distrofi otot.

➢ Eteplirsen, yaitu obat-obatan yang digunakan untuk mengobati

distrofi otot Duchenne.

➢ Golodirsen, yaitu obat yang bisa digunakan untuk mengatasi

distrofi Duchenne pada pasien yang mengalami mutasi

genetik.

➢ Obat-obatan untuk jantung, seperti ACE inhibitor atau beta

blockers, khususnya jika distrofi otot yang terjadi menyebabkan

kerusakan pada jantung.

b. Terapi

Ada beberapa terapi tanpa obat yang bisa membantu Anda

mengatasi distrofi, termasuk:

➢ Latihan peregangan.

➢ Latihan fisik, seperti berjalan kaki dan berenang.

➢ Penggunaan alat bantu gerak.

➢ Penggunaan alat bantu pernapasan.


47

Selain mengatasi gejala dari distrofi, latihan fisik seperti olahraga

juga baik untuk menjaga kesehatan otot.

c. Operasi

Operasi mungkin dibutuhkan untuk memperbaiki kelengkungan

tulang belakang yang mungkin berubah dan berpotensi

menyebabkan masalah pernapasan yang lebih berat.

g. Pencegahan

Mencegah Duchenne Muscular Dystrophy (DMD) sulit untuk

dilakukan karena penyakit ini berhubungan dengan kelainan genetik.

Perjalanan memburuknya penyakit ini juga biasanya cepat terjadi

sehingga cukup sulit untuk dikendalikan.

h. Implikasi Keperawatan

Pasien yang mengalami kelainan DMD memerlukan dorongan serta

dukungan baik secara biologis, psikologis, sosial maupun spiritual.

Seorang perawat harus mampu memberikan asuhan keperawatan

sekaligus menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai

tindak lanjut perawatan pasien DMD secara mandiri. Selain itu,

perawat yang mempunyai peran sebagai reseacher harus mampu

menggunakan kesempatan untuk melakukan studi terkait yang dapat

menambah wawasan sekaligus berguna bagi kemajuan profesi

keperawatan
48

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari makalah yang penulis buat dapat ditarik kesimpulan bahwa Kelainan

Genetika merupakan sebuah kondisi yang disebabkan oleh kelainan oleh

satu atau lebih gen yang menyebabkan sebuah kondisi fenotipeklinis. Sifat-

sifat manusia diturunkan pada keturunannya mengikuti pola pewarisansifat

tertentu. Sifat yang diturunkan ada yang merugikan dan ada yang

tidakmerugikan (normal). Sifat menurun yang akan dibahas adalah cacat dan

penyakit bawaan.

B. SARAN

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya

penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di

atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di

pertanggungjawabkan
49

DAFTAR PUSTAKA

Bakta, I. made dan Suastika, I. Ketut.1998. Gawwat Darurat di Bidang

Penyakit Dalam.Jakarta: EGC

Baradero, Mary. Dayrit. W. Mary dan Siswadi, Yakobus. 2005. Klien Gangguam

Hati: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta:EGC

Doenges, Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman

untuk Perencanaan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:EGC

Davey, Patrick.2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga

Soemantri.2009.Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem

Pernapasan, edisi 2. Jakarta : Salemba Medika, Hal : 127

Anda mungkin juga menyukai