Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL PENELITIAN

PERAN “SAVE THE CHILDREN” DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN


SOSIAL ANAK DI TPA TAMANGAPA MAKASSAR

DISUSUN OLEH :

INDAH PERMATASARI
NOVA
NUR FADHILA AINUN INZANI
YEHUDA RAYMOND MESOINA
YUSPINA ROMBE PABESAK

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU-ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS FAJAR
MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Peran “Save The Children” dalam Meningkatkan Kesejahteraan


Sosial Anak di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa
Makassar
Koordinator : Nur Fadhila Ainun Inzani
Anggota : Indah Permatasari
Nova
Yehuda Raymond Mesoina
Yuspina Rombe Pabesak

Mengetahui,

Pengajar Koordinator

Ahmad Zulfikar, S.Ip., M.Si., M.H Nur Fadhila Ainun Inzani


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesejahteraan sosial adalah suatu keadaan yang terpenuhi dari segala bentuk kebutuhan

hidup, yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, pendidikan, dan kesehatan.

Kesejahteraan ini juga merupakan cita-cita sosial yang tidak hanya diangankan untuk di

miliki, tetapi juga harus di usahakan. Tanpa usaha dan kerjasama diantara berbagai macam

pihak, kesejahteraan sosial hanyalah fatamorgana.1 kualitas dalam kehidupan manusia dan

kesejahteraan sosial di masyarakat. Kesejahteraan sosial ini merupakan suatu kondisi sosial

yang diberikan oleh pemerintah sebagai suatu keadaan. Kesejahteraan sosial mempunyai tiga

unsur yaitu: tingkatan yang mana persoalan dalam sosial yang ada dimasyarakat dapat

dikelola, kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi, dan meningkatkan taraf hidup dapat

diperluas pada lapisan masyarakat. Kesejahteraan mencakup berbagai tindakan yang

dilakukan oleh manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, baik

dibidang fisik, mental, emosional, sosial, ekonomi, ataupun dalam kehidupan spitiritual.2

Dalam segi ekonomi kebijakan pemerintah perlu mempertimbangkan dampak pada

peningkatan kualitas terhadap kemiskinan, peningkatan yang cenderung dalam pengentasan

kemiskinan yang diharapkan dapat menumbuhkan kualitas ekonomi yang ada di masyarakat

setempat. Kesejahteraan sosial diatas isi dari Undang-undang No.6 Tahun 1974.3

“Suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial, material maupun spiritual

yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir batin,

yang memungkinkan. Bagi setiap warga Negara untuk mengadakan usaha

1
Edi Suharto. Membangun Masyarakat Memperdayakan Rakyat: Kajian Strategi Pembangunan Kesejahteraan
sosial dan Pekerja Sosial.( Bandung: Refika Aditama, 2005), hal. 1-3.
2
Hasanah, A. (2007). PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK JALANAN DI KLATEN. Yogyakarta:
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
3
Undang-undang RI No.6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan pokok Kesejahteraan Sosial.

1
2

pemenuhan kebutuha-kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-

baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-

hak atau kewajiban manusia sesuai dengan pancasila”.

Untuk menjamin aspek-aspek tersebut dibutuhkan kerjasama dari semua pihak, dalam

hal ini salah satu organisasi internasional yang khususnya berkonsentrasi dibidang

perlindungan dan pengembangan potensi anak yaitu Save The Children. Save the Children

adalah organisasi anak independen terkemuka di dunia berkantor pusat di Inggris. Save the

Children beroperasi di sekitar 120 negara termasuk Indonesia. Save the Children

menyelamatkan nyawa anak-anak; memperjuangkan hak mereka; dan membantu

mengembangkan potensi mereka. Adapu visi dan misi dari organisasi ini yakni, Visi Save

the Children adalah menciptakan sebuah dunia di mana setiap anak mendapatkan pemenuhan

hak atas kelangsungan hidup, perlindungan, pengembangan dan partisipasi. Misi Save the

Children adalah menginspirasi lahirnya terobosan baru tentang bagaimana dunia seharusnya

memperlakukan anak-anak dan untuk mencapai perubahan-perubahan yang langsung dan

berkesinambungan dalam kehidupan mereka.4

Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Tamangapa, Makassar, ada sekitar 400 anak

yang terpaksa bekerja sebagai pemulung demi membantu kesulitan ekonomi keluarganya.

Beberapa dari mereka ada yang tidak sekolah, memulung sepanjang hari. Banyak juga anak

yang sekolah tetapi sering bolos sekolah karena memulung. Begitulah kenyataan dari anak-

anak yang setiap harinya bekerja di tempat sampah. Bau busuk sampah sudah melekat pada

tubuhnya yang demikian itu membuat mereka tidak jarang mendapat ejekan dari teman-

teman di sekolahnya. Malas sekolah karena takut diejek, merupakan persoalan yang biasa

dihadapi oleh pemulung anak. Belum lagi ancaman yang mereka hadapi di tempat mereka

4Website resmi Save The Children. Dalam kolom Sejarah Save The Children. Diakses melalui
https://www.stc.or.id/about-us/our-history. Diakses pada 03 Mei 2019, Pukul : 14.36 WITA.
3

bekerja. Benda tajam seperti paku, besi berkarat, ditabrak traktor atau eskavator serta banyak

lagi ancaman lainnya. Barang-barang yang menjadi mainan bagi mereka adalah yang hasil

temuan mereka di tempat sampah. Dan itulah kebahagiaan mereka sehari-hari, bermain di

tempat sampah. Rata-rata mereka yang memulung memiliki orang tua pemulung dan

menghasilkan keturunan yang memulung juga.5

Melihat dari data dilapangan tersebut menarik untuk diteliti lebih jauh tentang peran

organisasi internasional yang bergerak dibidang anak dalam meningkatkan kesejahteraan

sosial anak di TPA Tamangapa Makassar, seperti dalam studi ilmu hubungan internasional

sebagaimana negara bukan satu-satunya aktor dalam hubungan internasional ada beberapa

aktor lain seperti non goverment organization, multinational coorporation, individu dan lain-

lain yang pengaruhnya sangat besar dalam dunia internasional.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang diatas maka penulis menetapkan rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk program peningkatan kesejahteraan sosial anak yang dilakukan

oleh Save The Children di TPA Tamangapa Makassar ?

2. Bagaimana efektifitas program yang dilakukan Save The Children di TPA Tamangapa

Makassar dalam meningkatkan kesejahteraan sosial anak ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis dapan menjelaskan secara singkat

mengenai tujuan penelitian ini. Adapun tujuannya adalah sebagai berikut:

5
NN. Pemulung Anak Bekerja dari Pagi Hingga Sore. Diakses melalui
https://www.stc.or.id/galangdana/brightmakassar . Diakses pada 03 Mei 2019, Pukul 14.45 WITA.
4

1. Untuk mengetahui bentuk program peningkatan kesejahteraan sosial anak yang

dilakukan oleh Save The Children di TPA Tamangapa Makassar.

2. Untuk mengukur tingkat efektifitas program yang dilakukan Save The Children di

TPA Tamangapa Makassar dalam meningkatkan kesejahteraan sosial anak.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan kontribusi terhadap

kajian Hubungan Internasional dan sebagai referensi baru yang terkait dengan peran

organisasi internasional dalam meningkatkan kesejahteraan sosial anak.

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat untuk lebih memperkenalkan Organisasi

Save The Children yang bergerak dibidang kesejahteraan anak-anak agar dapat diciptakannya

masa depan yang cerah bagi suatu negara.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Konseptual

2.1.1 Peranan Non-Govermental Organization6

Peranan Non-Governmental Organization Menurut David Lewis dan Nazneen Kanji

David Lewis dan Nazneen Kanji mendefiniskan bahwa NGO (Non Government

Organization) sebagai solusi baru dalam pemecah permasalahan pemerintah, Non-

Governmental Organization juga merupakan pelaku utama sektor ketiga dalam lanskap

pembangunan, hak asasi manusia, aksi kemanusian, lingkungan dan area lainnya dalam aksi

publik dimana sebuah NGO dapat didefinisikan sebagai sebuah “voluntary associations”

yang memiliki kepedulian untuk merubah sebuah lingkungan tertentu dalam konteks yang

lebih baik. David Lewis dan Nazneen Kanji dalam bukunya yang berjudul “Non-

Governmental Organization and Development” mengklasifikasikan peran NGO menjadi 3

hal yaitu Service Delivery atau Implementer, Catalysis, dan Partnership . Sebuah NGO bisa

hanya melakukan salah satu perannya saja, tetapi bisa juga melakukan ketiga perannya

sekaligus.

Peran Service Delivery atau Implementer didefinisikan sebagai mobilisasi sumber

daya untuk menyediakan barang dan jasa sebagai bagian dari proyek atau program NGO itu

sendiri atau pemerintah maupun lembaga donor lainnya. Peran Service Delivery atau

Implementer ini banyak dilakukan oleh NGO melalui program-program atau proyek-proyek

yang dibentuk oleh NGO untuk menyediakan bantuan berupa pelayanan langsung kepada

masyarakat yang membutuhkan (seperti perawatan kesehatan, pinjaman maupun bantuan

dalam bidang ekonomi lainnya, penyuluhan pertanian, nasihat hukum atau bantuan darurat).

Pelayanan bisa dilakukan ataupun diberikan secara langsung kepada masyarakat di mana

6Sugiharti, S. (2017). PERAN INGO “SAVE THE CHILDREN” DALAM MENANGANI KASUSEKSPLOITASI
SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DI INDONESIA. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah.

5
6

ketika tidak ada layanan yang disediakan atau di mana layanan yang telah disediakan tidak

memadai, banyak NGO yang berperan sebagai Implementer atau Service Delivery ini

memilih untuk bekerja bersama dengan pemerintah untuk memperkuat penyediaan layanan

secara keseluruhan. Terkadang bentuk dari pelayanan ini juga diberikan melalui pelatihan-

pelatihan baik kepada NGO, pemerintah maupun sektor privat, melalui penelitian serta

pemberian input spesialis mengenai pelatihan suatu isu seperti konflik. Dilema dalam peran

Service Delivery adalah apakah Service Delivery yang dilakukan oleh NGO untuk

menjembatani gap yang ada sampai pemerintah mampu mengatasinya sendiri atau NGO

sebagai sektor privat melakukan Service Delivery melalui kontrak dengan pemerintah Peran

Catalyst dapat diartikan sebagai kemampuan NGO untuk menginspirasi dan mengubah

kerangka berpikir aktor lain. Dapat diartikan bahwa NGO menjadi agen yang mampu

menimbulkan perubahan, baik melalui advokasi maupun inovasi untuk menemukan solusi

baru mengenai suatu isu. Peran ini dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu advokasi,

inovasi, serta melalui watchdog.

Advokasi tersebut juga kemudian dapat berkaitan dengan partnership dimana NGO

dapat melakukan kerjasama langsung dengan pemerintah untuk mengubah paradigma

mereka. Advokasi juga merupakan strategi NGO untuk meningkatkan efektivitas dan dampak

dari kerjanya di sebuah negara. Sebuah NGO dalam melakukan advokasi dapat menjadi aktor

“Policy Entrepreneur”. Untuk menjadi Policy Entrepreneur, ada tiga tahapan yang dilalui

yaitu Agenda Setting, Policy Development dan Policy Implementation. Agenda Setting adalah

persetujuan yang dilakukan atas isu dan prioritas yang akan dilakukan, Policy Development

merupakan penyusunan pilihan-pilihan kebijakan dari kemungkinan alternatif yang ada dan

Policy Implementation adalah bentuk tindakan yang merupakan hasil dari kebijakan yang

dipilih. Sedangkan kemampuan untuk melakukan inovasi sering diklaim sebagai kualitas

khusus atau bahkan sebagai bidang keunggulan komparatif. Inovasi yang dilakukan LSM
7

dapat mempermudah masyarakat keluar dari masalah mereka, dari inovasi yang telah

ditemukan oleh NGO tersebut, NGO tersebut kemudian mulai bekerja untuk melobi

pemerintah dan melatih pemerintah untuk menggunakan serta mengamankan penggunaan

dari inovasi baru oleh para pekerja pemerintah diwilayah lainnya untuk memperluas manfaat

dari inovasi tersebut.

Peran sebagai Catalys juga dapat dilakukan melalui Watchdog dimana NGO bertindak

melakukan pengawasan bagi suatu kebijakan pemerintah tertentu agar tetap

diimplementasikan. Peran Partnership dilakukan NGO melalui kerjasama dengan aktor lain

baik pemerintah, donatur ataupun sektor privat dimana kedua belah pihak berbagi keuntungan

ataupun risiko dari kerjasama yang terjalin tersebut. Kerjasama yang terjalin antara NGO

dengan pemerintah dapat membantu pemerintah untuk menangani suatu permasalahan

tertentu dimana terkadang program ataupun kebijakan pemerintah tersebut tidak berjalan

dengan baik. Bentuk Partnership juga dapat dilihat pada kerjasama antara NGO dengan aktor

lain baik individu maupun NGO berupa pembentukan program Capacity Building untuk

meningkatkan dan memperkuat kapabilitas NGO ataupun masyarakat yang menjadi

sasarannya.

2.1.2 Teori Kesejahteraan Sosial

Pada dasarnya manusia adalah mahluk sosial, baik kita suka atau tidak, hampir semua

yang kita lakukan dalam kehidupan kita berkaitan dengan orang lain. Kondisi sejahtera (well-

being) biasanya menunjuk pada istilah kesejahteraan sosial (social welfare) sebagai kondisi

terpenuhinya kebutuhan material dan non material. Menurut Midgley mendefinisiskan

kesejahteraan sosial sebagai “..a condition or state of human well-being.” Kondisi sejahtera

terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi,
8

kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat terpenuhi; serta manakala

manusia memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya.

Menurut definisinya kesejahteraan sosial dibagi menjadi tiga kelompok yaitu

kesejahteraan sosial sebagai suatu keadaan, kesejahteraan sosial sebagai suatu kegiatan atau

pelayanan dan kesejahteraan sosial sebagai ilmu. Menurut Suharto kesejahteraan sosial juga

termasuk sebagai suatu proses atau usaha terencana yang dilakukan oleh perorangan,

lembaga-lembaga sosial, masyarakat maupun badan-badan pemerintah untuk meningkatkan

kualitas kehidupan melalui pemberian pelayanan sosial dan tunjangan sosial. Kesejahteraan

sosial sebagai suatu keadaan adalah sebagai berikut di bawah ini.

Kesejahteraan sosial menurut Friedlander dalam Suud :

Kesejahteraan sosial merupakan sistem yang terorganisasi dari pelayanan-pelayanan

dan lembaga-lembaga sosial, yang dimaksudkan untuk membantu individu-individu dan

kelompok-kelompok agar mencapai tingkat hidup dan kesehatan yang memuaskan, dan

hubungan- hubungan personal dan sosial yang memberi kesempatan kepada mereka untuk

memperkembangkan seluruh kemampuannya dan untuk meningkatkan kesejahteraannya

sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakatnya.7

2.1.3 Teori Kemandirian Anak

a. Pengertian Kemandirian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mandiri adalah berdiri sendiri tanpa

meminta bantuan orang lain.8 Kemandirian merupakan suatu sikap individu yang diperoleh

secara kumulatif selama perkembangan dimana individu terus belajar untuk bersikap mandiri

dalam menghadapi berbagai situasi di lingkungan, sehingga individu pada akhirnya akan

mampu berpikir dan bertindak sendiri.

7 http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2010-2-00328-JP%20bab%202.pdf. Diakses pada 03 Mei


2019, Pukul 18.05 WITA.
8
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 898.
9

Dengan kemandirian, seseorang dapat berkembang dengan lebih mantap. Untuk dapat

mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan, dan dorongan dari keluarga serta

lingkungan di sekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Peran keluarga serta

lingkungan di sekitar dapat memperkuat untuk setiap perilaku yang di lakukan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kemandirian adalah prilaku yang menunjukan

kedewasaan, yang mampu mengembangkan diri, bertanggung jawab, tampil totalitas sebagai

pribadi yang mantap, menyadari apa yang dilakukan atau alasan melakukannya serta mampu

menunjukan control diri terhadap prilakunya.

b. Aspek-Aspek Kemandirian

Kemandirian dalam konteks individu yaitu memiliki aspek yang lebih luas dari

sekedar aspek fisik. Menurut Havinghurts yang dikutip oleh Romadhon diantaranya adalah:9

1. Aspek emosi yang ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak

terkontrolnya emosi pada orang tua.

2. Aspek ekonomi yang ditunjukan pada kemampuan mengatur ekonomi dan tidak

tergantungnya kebutuhan ekonomi pada orang tua.

3. Aspek sosial yang ditunjukan dengan kemampuan untuk mengadakan interaksi

dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain.

4. Aspek intelegensi yaitu ditunjukan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagai

masalah yang dihadapi.

c. Proses Pembentukan Prilaku Kemandirian

Prilaku kemandirian merupakan prilaku yang dibentuk, prilaku yang dipelajari

melalui proses belajar dapat dikatakan bahwa dalam pembentukan prilaku anak tersebut dapat

9
Romadhon Putra Setiyadi, Prilaku Kemandiriaan Anak Yatim setelah Lepas Pengasuhan Panti Asuhan PKU
Aisyiyah Cabang Blambangan Kecamatan Bawang Kabupaten Banjarnegara, (Semarang: Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Semarang, 2010), hlm. 10.
10

dilakukan dengan proses sosialisasi terhadap sosial anak. Pembentukan prilaku kemandirian

agar sesuai yang diharapkan dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:10

1. Cara pembentukan prilaku kemandirian dengan kondisioning atau kebiasaan, yaitu

dengan cara membiasakan diri untuk berprilaku yang seperti diharapkan.

2. Pembentukan kemandirian dengan pengertian, ini atas berdasar kognitif, yaitu belajar

yang disertai adanya pengertian.

3. Pembentukan prilaku kemandirian dengan model, teori ini atas berdasarkan atas teori

belajar sosial.

Dari ketiga terori diatas seperti teori peranan organisasi internasional, teori

kesejahteraan sosial, dan teori kemandirian anak dapat dirangkaikan mencadi pisau yang

cocok untuk membedah permasalahan dalam penelitian ini, dimana dalam mengarahkan

seorang individu dalam hal ini anak dibutuhkan dorongan dari sumber yang lain diluar dari

keluarga individu tersebut maka dibutuhkan dorongan melalui program yang dicanangkan

oleh organisasi internasional Save The Children untuk meningkatkan kesejahteraan sosial

anak di TPA Tamangapa Makassar.

2.2 Tinjauan Empirik

Dalam penelitian ini penulis juga melakukan penelusuran terhadap penelitian-

penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang akan penulis teliti diantarnya

sebagai berikut. Pertama, Skripsi yang ditulis oleh Anisatun Hasanah yang berjudul

“Peningkatan Kesejahteraan Sosial Anak Jalanan di Terminal Klaten”. Persamaan anatara

penelitian Anisatun dengan penelitian ini yakni kedua penelitian tersebut meneliti upaya

peningkatan kesejahteraan sosial anak, namun dengan kasus yang berbeda dan subjek

10
Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: ANDI, 2003), hlm.18-19.
11

penelitian yang berbeda, Anisatun meneliti tentang peran MUAT (Musisi Anak Terminal

Klanten) yang merupakan sebuah perkumpulan regional di Klaten sedangkan penulis

mengambil cakupan subjek yang lebih luas berdasarkan kapasitas ilmu pengetahuan yang

diambil oleh peneliti yakni Ilmu Hubungan Internasional yang mengambil subjek organisasi

internasional yaitu Save The Children.

Kedua, Skripsi yang ditulis oleh Andi Amalia Pallawaruka mahasiswa Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar yang berjudul “Peran Organisasi

Save The Children dalam Penanganan Kasus Pekerja Anak di Indonesia”. Penelitian milik

Andi Amalia hampir mirip dengan penelitian yang diteliti penulis, kesamaannya terletak pada

subjek penelitian yaitu membahas mengenai peran organisasi internasional yaitu Save The

Children, namun perbedaannya terletak pada kedalaman objek penelitian yakni penulis

meniliti tentang kesejahteraan sosial anak di TPA Tamangapa Makassar sedangkan skripsi

milik Andi Amalia meneliti tentang pekerja anak yang cakupannya lebih luas yaitu di

Indonesia.

Ketiga, Skripsi yang ditulis oleh Hasanuddin, mahasisiwa Fakultas Ushuluddin,

Filsafat dan Politik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang berjudul “Kehidupan

Sosial Pemulung Di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kelurahan Tamangapa Kecamatan

Manggala Kota Makassar”. Skripsi ini dijadikan acuan oleh penulis untuk dapat

mengambarkan kondisi lingkungan sosial yang ada di TPA Tamangapa Makassar seperti

pada objek penelitian yang diambil penulis, namun lebih mengedepankan soal peran yang

dilakukan oleh organisasi internasional yaitu Save The Children.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Seperti yang dikatakan seorang ahli bernama Jhon bahwa penelitian merupakan fakta

objektif dengan metode yang jelas untuk menemukan hubungan antara fakta-fakta tertentu

dan menghasilkan undang-undang/hukum tertentu.11 Maka dari itu penelitian ini bertujuan

untuk mengecek fakta dilapangan dengan menganalisis penerapan program yang

dilaksanakan oleh Save The Children di TPA Tamangapa Makassar.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, menurut Nazir dalam Buku “Contoh

Metode Penelitian”, metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk

membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.12 Maka dari itu penulis

merasa metode deskriptif ini cocok dengan penelitian yang diambil oleh penulis dimana

penulis meneliti akan mendeskripsikan hubungan antara subjek dengan objek yang akan

diteliti.

11
Afi. (2019, April 7). Academia . Pengertian Rancangan Penelitain Menurut Para Ahli. Retrieved Mei 3, 2019,
from https://www.academia.edu/32377440/Pengertian_Rancangan_Penelitian_Menurut_Para_Ahli
12
idtesis.com. (2012, Januari 4). Pengertian dan Jenis Metode Deskriptif. Retrieved Mei 3, 2019, from idtesis:
https://idtesis.com/metode-deskriptif/

12
13

3.2 Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini penulis bertindak sebagai pengamat partisipan, dimana penulis

yang meneliti tentang peran program Save The Children dalam meningkatkan kesejahteraan

sosial juga akan ikut menjalankan program tersebut dengan status sebagai volunteer.

3.3 Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi berdasarkan topik penelitian yang berhubungan dengan peran

organisasi internasional dalam menginkatkan kesejahteraan sosial anak ini berletak di kantor

organisasi Save The Children di Kompleks Azalea Blok A no. 47 Paropo, Panakukang,

Makassar dan untuk objek penelitian berletak di Jalan Tamangapa raya lebih tepatnya di TPA

Tamangapa Makassar.

3.4 Sumber Data

Sumber data Primer didapatkan dengan melakukan pencarian data dan wawancara

langsung dengan organisasi internasional Save The Children dalam meningkatkan

kesejahteraan sosial anak di TPA Tamangapa, selain itu adapun data mengenai efektifitas

program tersebut didapatkan melalui kunjungan lapangan di TPA Tamangapa Makassar.

Sumber data sekunder didapatkan melaui kajian kepustakaan dengan membaca beberapa

jurnal, buku, media online yang terkait mengenai permasalahan peran organisasi internasional

dalam meningkatkan kesejahteraan sosial anak.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yakni menggunakan teknik

observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena melibatkan berbagai

faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data observasi tidak hanya mengukur
14

sikap dari responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang

terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan

untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam. Teknik ini

digunakan oleh dikarenakan sumber data yang dipilih oleh penulis membutuhkan observasi

dilapangan untuk mengukur efektifitas program dari Save The Children dalam meningkatkan

kesejahteraan sosial anak di TPA Tamangapa.

3.6 Tahap-tahap Penelitian

Untuk memudahkan dalam memahami penelitian ini dibuat tahapan-tahapan sebagai

berikut:

1. BAB I Menjelaskan tentang penegasan judul penelitian, latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

2. BAB II Menjelaskan tentang tinjauan empirik dan kerangka teoritis yang diambil oleh

penulis sebagai landasan teoritis dan landasan analisis.

3. BAB III Menjelaskan tentang bentuk program yang dilakukan Save The Children

dalam meningkatkan kesejahteraan sosial anak di TPA Tamangapa Makassar dan

menganalisa efektifitas program tersebut.

4. BAB IV Penutup yang berisai simpulan dan saran-saran. Pada bagian akhir daftar

pustaka dan lampiran-lampiran.


DAFTAR PUSTAKA

Afi. (2019, April 7). Academia . Pengertian Rancangan Penelitain Menurut Para Ahli. From
https://www.academia.edu/32377440/Pengertian_Rancangan_Penelitian_Menurut_Para
_Ahli

Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: ANDI, 2003), hlm.18-19.

Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hlm. 898.

Edi Suharto. Membangun Masyarakat Memperdayakan Rakyat: Kajian Strategi


Pembangunan Kesejahteraan sosial dan Pekerja Sosial.( Bandung: Refika Aditama,
2005), hal. 1-3.

Hasanah, A. (2007). PENINGKATAN KESEJAHTERAAN SOSIAL ANAK JALANAN DI


KLATEN. Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

idtesis.com. (2012, Januari 4). Pengertian dan Jenis Metode Deskriptif. From idtesis:
https://idtesis.com/metode-deskriptif/

NN. Pemulung Anak Bekerja dari Pagi Hingga Sore. Diakses melalui
https://www.stc.or.id/galangdana/brightmakassar

Romadhon Putra Setiyadi, Prilaku Kemandiriaan Anak Yatim setelah Lepas Pengasuhan
Panti Asuhan PKU Aisyiyah Cabang Blambangan Kecamatan Bawang Kabupaten
Banjarnegara, (Semarang: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang, 2010),
hlm. 10.

Sugiharti, S. (2017). PERAN INGO “SAVE THE CHILDREN” DALAM MENANGANI


KASUSEKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK DI INDONESIA. Yogyakarta:
Universitas Muhammadiyah.

Undang-undang RI No.6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan pokok Kesejahteraan


Sosial.

Website resmi Save The Children. Dalam kolom Sejarah Save The Children. Diakses melalui
https://www.stc.or.id/about-us/our-history.

Anda mungkin juga menyukai