Anda di halaman 1dari 19

KEBIJAKAN UNDERWRITING KONSORSIUM ASURANSI RISIKO

KHUSUS ( KARK )

I. OBYEK PERTANGGUNGAN
I.1. KEPENTINGAN
Kepentingan yang dapat diasuransikan dalam Konsorsium Asuransi Risiko Khusus harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
I.1.1. Dapat mengalamai kerusakan/ musnah karena api dan/ atau bahaya lain yang dijamin
dalam polis (PSAKI).
I.1.2. Dapat dinilai dengan uang.
I.1.3. Kepentingan diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Kepentingan sebagai Pemilik, termasuk yang kepemilikannya berdasarkan
Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai serta “Strata Title”.
b) Kepentingan yang timbul dari Perjanjian seperti dalam bentuk Built,
Operate and Transfer, Sewa.
c) Kepentingan yang timbul karena Undang-undang atau Peraturan
Pemerintah.
I.1.4. Tertanggung harus mempunyai hubungan yang sah secara hukum atas harta benda/
kepentingan yang dipertanggungkan dan akan menderita kerugian keuangan apabila
obyek yang dipertanggungkan mengalami kerusakan.

I.2. OBYEK PERTANGGUNGAN YANG DAPAT DITUTUP ASURANSINYA


I.2.1. Bangunan pasar
I.2.2. Barang dagangan, termasuk barang dagangan Emas.
Khusus barang dagangan yang berada di dalam pasar penampungan harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:
a) Para pedagang di pasar tersebut ditampung karena musibah kebakaran dan/ atau
renovasi.
b) Pasar penampungan tersebut tertutup dan berupa kios-kios yang dapat ditutup
dan dikunci oleh para pedagang.
c) Harga pertanggungan ditetapkan maksimum 50% dari harga sesungguhnya.
I.2.3. Peralatan dan inventaris yang berada di bangunan pasar.
Misalnya:
- Generator set
- Peralatan kantor/ toko/ kios
- Etalase
- dan lain-lain.
I.2.4. Hak Pakai atas Bangunan, Garansi Kredit untuk Hak Pakai atas Bangunan pasar.
1
I.2.5. Biaya Renovasi bangunan pasar.
I.2.6. Uang sewa/ Uang kontrak bangunan pasar.
I.2.7. Obyek pertanggungan selain dari obyek tersebut di atas yang ditetapkan oleh Dewan
Pengurus KARK.

I.3. OBYEK PERTANGGUNGAN YANG TIDAK DAPAT DITUTUP ASURANSINYA


I.3.1. Bangunan pasar dengan TSI sebesar Rp. 10 milyar atau lebih yang tidak memiliki
fasilitas pemadam kebakaran sesuai dengan ketentuan KARK yang tertuang dalam
Pedoman Underwriting, Kebijakan Akseptasi butir VII.1
I.3.2. Bangunan pasar penampungan.
I.3.3. Obyek pertanggungan lainnya yang ditetapkan oleh Dewan Pengurus KARK.

I.4. OBYEK PERTANGGUNGAN YANG DAPAT DITUTUP DENGAN PERSETUJUAN


ADMINISTRATOR KARK.
I.4.1. Obyek dengan TSI di atas limit wewenang perusahaan anggota.
I.4.2. Risiko perluasan jaminan.
I.4.3. Obyek pertanggungan dengan jangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.
I.4.4. Bangunan yang memiliki klaim ratio atas risiko kebakaran diatas 200% dalam 3
(tiga) tahun terakhir.
I.4.5. Bangunan yang mengalami 4 kali klaim kebakaran dalam 3 (tiga) tahun terakhir.
I.4.6. Pasar yang masuk dalam kriteria pasar modern yang tertuang dalam Pedoman
Underwriting butir II.1.2.
I.4.7. Bangunan yang sisa masa Bangun, Operasi dan Transfer (B.O.T.) kurang dari 3 (tiga)
tahun.
I.4.8. Hak Pakai atas Bangunan yang sisa masa berlakunya kurang dari 3 tahun.
I.4.9. Bangunan pasar yang tingkat huniannya dalam 2 tahun terakhir kurang dari 25%.

I.5. RISIKO BERDAMPINGAN DAN/ ATAU BERBATASAN


I.5.1. Yang dimaksud dengan risiko berdampingan (adjacent risk) adalah risiko yang
letaknya berdampingan dan tidak memiliki jarak yang memadai untuk dikategorikan
sebagai risiko terpisah sebagaimana diatur dalam butir 1.5.5.
I.5.2. Yang dimaksud dengan risiko berbatasan (adjoining risk) adalah risiko yang berada
dalam satu atap.
I.5.3. Risiko yang berbatasan tanpa jarak (adjoining risk) dengan risiko KARK (berada
dalam satu atap) berlaku suku premi tertinggi.
I.5.4. Risiko berdampingan (adjacent risk) dengan risiko KARK ditetapkan sebagai risiko
KARK dengan ketentan sebagai berikut:
a) Nomor kode risiko adalah 2935.
b) Menggunakan suku premi KARK.

2
I.5.5. Yang dimaksud dengan risiko terpisah adalah:
I.5.5.1. Apabila jarak antara kedua bangunan tersebut sekurang-kurangnya 2 (dua)
kali tinggi bangunan risiko KARK, atau
I.5.5.2. Apabila antara kedua bangunan tersebut ada tembok pemisah yang tingginya
minimal 1 (satu) meter lebih tinggi dari atap bangunan tertinggi atau ada fire
door/ pintu tahan api atau tembok tanpa lubang/ jendala.
I.5.5.3. Ditetapkan secara khusus sebagai risiko terpisah oleh Administrator.

I.6. DEFINISI
I.6.1. PASAR
Pasar adalah tempat terbuka untuk umum dimana kepemilikan/ penguasaan tanah
sebagian atau seluruhnya oleh pemerintah dan/ atau swasta, pada lokasi tersebut
berdiri bangunan/ bangunan-bangunan yang seluruhnya atau sebagian beratap yang
diperuntukkan bagi pedagang-pedagang yang rutin dan langsung memperdagangkan
barang dan/ atau jasa.
Pasar dibagi 2 (dua) jenis:
1) Pasar Tradisional (kode 2935)
2) Pasar Modern (kode 2931)

I.6.1.1. Pasar Tradisional (kode 2935)


Pasar tradisional adalah semua pusat perbelanjaan (pasar) yang tidak
dilengkapi dengan fasilitas AC (alat penyejuk ruangan) sentral untuk semua
ruangan yang dipergunakan untuk aktifitas jual beli (kode okupasi 2935).
Secara umum Pasar Tradisional memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Kepemilikan/ Penguasaan Tanah: Pemerintah Daerah dan/ atau Swasta.
2) Status kepemilika tanah: Hak Milik/ Hak Pakai/ Hak Guna Bangunan.
3) Pemilik Bangunan: Pemerintah Daerah dan/ atau Swasta.
4) Pengelola Bangunan: Pemerintah Daerah dan/ atau Swasta.
5) Kepemilikan Barang Dagangan: sendiri dan/ atau Konsinyasi.
6) Jenis Barang Dagangan: Beragam
7) Transaksi: langsung/ tidak langsung.
8) Status Pedagang: Grosir dan/ atau Pengecer.
9) Jumlah Pedagang: Banyak.
10) Jenis Bangunan: terdiri dari beberapa kios dan/ atau los.
11) Jumlah alat pemadam: pada umumnya minin (terbatas).
12) Kebersihan/ ketertiban: pada umumnya kurang memadai.
13) Keadaan halaman bangunan: banyak pedagang kaki lima.

3
14) Fasilitas gedung: tidak semua ruangan yang dipergunakan untuk
aktifitas jual beli menggunakan fasilitas alat penyejuk ruangan (Air
Coditioner/ AC) sentral.
I.6.1.2 Pasar Modern (kode 2931)
Pasar Modern adalah semua pusat perbelanjaan (pasar) yang telah
dilengkapi dengan fasilitas AC (alat penyejuk ruangan) sentral untuk semua
ruangan yang dipergunakan untuk aktifitas jual beli (kode okupasi 2931).
Pasar Modern harus memenuhi seluruh kriteria dibawah ini:
1) Kepemilikan/ Penguasaan Tanah: Pemerintah Daerah dan/ atau Swasta.
2) Status Kepemilikan Tanah: Hak Milik/ Hak Pakai/ Hak Guna
Bangunan.
3) Pemilik Bangunan: Pemerintah Daerah dan/ atau Swasta.
4) Pengelola Bangunan: Pemerintah Daerah dan/ atau Swasta.
5) Kepemilikan Barang Dagangan: Sendiri dan/ atau konsinyasi.
6) Jenis Barang Dagangan: Beragam.
7) Transaksi: Langsung/ tidak langsung.
8) Status Pedagang: Grosir dan/ atau pegecer.
9) Jumlah pedagang: Banyak.
10) Jenis Bangunan: terdiri dari beberapa counter, kios, los.
11) Jumlah alat pemadam: Memadai dan dikelola secara baik.
12) Keadaan halaman bangunan: Pedagang kaki lima maksimal 25% dari
luas halaman.
13) Fasilitas gedung: Semua ruangan yang dipergunakan untuk aktifitas jual
beli menggunakan alat penyejuk ruangan (Air Conditioner/ AC) sentral.

I.6.2. BARANG DAGANGAN


Adalah barang/ benda/ komoditi yang diperdagangkan para pedagang yang berada
dan tersimpan di dalam bangunan pasar.

I.6.3. HAK PAKAI ATAS BANGUNAN


Yang dimaksud dengan Hak Pakai atas Bangunan adalah suatu hak yang diperoleh
seseorang atau suatu badan usaha dari pemilik/ pengelola/ penguasa suatu bangunan,
untuk memakai seluruh atau sebagian bangunan bersangkutan untuk keperluan usaha,
untuk suatu batas waktu tertentu, dengan membayar sejumlah uang. Hak tersebut
didukung oleh dokumen yang sah dan berlaku (otentik), memiliki nilai finansial
sehingga dapat dijadikan agunan untuk memperoleh pinjaman/ kredit bank.
Hak pakai ini harus dibuktikan dengan suatu dokumen/ surat/ izin/ perjanjuan yang
sah yang dibuat oleh pihak pegelola bangunan kepada penerima hak pakai.

4
I.6.4. BIAYA RENOVASI
Adalah biaya yang dikeluarkan oleh tertanggung untuk menambah/ merubah/
memperbaiki yang bertujuan untuk memperindah/ melengkapi bangunan.

II. ANALISA RISIKO


Pada prinsipnya semua penutupan harus didasarkan atas Surat Permohonan Penutupan Asuransi (SPPA)
dari tertanggung, selanjutnya atas data yang ada pada SPPA tersebut dilakukan analisa risiko mencakup:
II.1. PHYSICAL HAZARD
II.1.1. Okupasi.
II.1.2. Kelas Konstruksi.
II.1.3. Kebersihan (housekeeping).
II.1.4. Pemeliharaan (maintenance).
II.1.5. Instalasi listrik atau jenis penerangan yang digunakan.
II.1.6. Usia bangunan.
II.1.7. Letak, bentuk dan ukuran kios.
II.1.8. Keadaan sekeliling bangunan besar.
II.1.9. Fasilitas pemadam kebakaran yang tersedia.
II.1.10. Jarak dengan lokasi dinas pemadam kebakaran setempat.
II.1.11. Pengalaman klaim.
II.1.12. Lain-lain yang dianggap perlu.

II.2. MORAL HAZARD


II.2.1. Keadaan keuangan Calon tertanggung.
II.2.2. Prospek Usaha calon tertanggung.
II.2.3. Management/ pengelola.
II.2.4. Persaingan usaha.
II.2.5. Kaitannya dengan Kredit Bank.
II.2.6. Sisa masa Bangun, Operasi dan Transfer (B.O.T).
II.2.7. Sisa masa Hak Pakai atas Bangunan.

II.3. KEPEMILIKAN
II.3.1. Atas bangunan.
II.3.2. Milik Calon tertanggung.
II.3.3. Sewa, sewa cicil atau hak pakai.
II.3.4. Atas barang dagangan.
II.3.5. Milik calon tertanggung.
II.3.6. Barang titipan/ konsinyasi.

5
III. KONDISI POLIS
III.1. Polis yang dipergunakan, adalah Polis Standard Asuransi Kebakaran Indonesia
(PSAKI) dengan luas jaminan yang mencakup:
III.1.1. Kebakaran.
III.1.2. Petir.
III.1.3. Ledakan.
III.1.4. Kejatuhan pesawat terbang.
III.1.5. Asap

III.2. PERLUASAN JAMINAN OTOMATIS


Endorsmen Risiko Gempa Bumi (No. kode 14)

III.3. PERLUASAN JAMINAN PILIHAN


Pada dasarnya jaminan polis dapat diperluas dengan risiko lainnya antara lain:
III.3.1. Endorsmen Kerusuhan (kode 4.1A/ 2007)
III.3.2. Endorsmen Huru –hara (kode 4.1B/ 2007)
III.3.3. Tertabrak kendaraan dan asap industri (kode 4.11)
III.3.4. Angin topan, badai, banjir, dan kerusakan karena air (kode 4.3)
III.3.5. Biaya pembersihan (kode 4.4)
III.3.6. Tanah longsor (kode 4.10)

Khusus untuk perluasan jaminan III.3.1. sampai dengan III.3.6. di atas hanya dapat dilakukan
dengan persetujuan tertulis dari Administrator KARK.

III.4. KLAUSUL
Klausul-klausul yang dapat diberlakukan pada penutupan risiko KARK adalah klausul-klausul
yang telah ditetapkan oleh KARK yang terdiri dari:
III.4.1. Endorsmen Kerusuhan (kode 4.1A/ 2007)
III.4.2. Endorsmen Huru –hara (kode 4.1B/ 2007)
III.4.3. Klausul Tertabrak kendaraan (kode 4.11)
III.4.4. Klausul Angin topan, badai, banjir, dan kerusakan karena air (kode 4.3)
III.4.5. Klausul Biaya pembersihan (kode 4.4)
III.4.6. Klausul Tanah longsor (kode 4.10)
III.4.7. Klausul Risiko sendiri untuk bangunan.
III.4.8. Klausul Risiko sendiri dan Administrasi barang dagangan (wajib).
III.4.9. Klausul Risiko sendiri pertanggungan emas.
III.4.10. Klausul penyimpanan barang (emas).
III.4.11. Klausul pertanggunan dibawah harga (emas).
III.4.12. Klausul Hak Pakai atas Bangunan.

6
III.4.13. Klausul Garansi Kredit untuk Hak Pakai atas Bangunan.
III.4.14. Klausul biaya Renovasi.
III.4.15. Klausul uang sewa/ kontrak.

IV. JANGKA WAKTU PERTANGGUNGAN


Penutupan atas risiko KARk pada prinsipnya hanya diperkenankan untuk jangka waktu 12 (dua belas) bulan
dan berikutnya dapat diperpanjang untuk periode yang sama. Penutupan untuk jangka waktu lebih dari 12
(dua belas) bulan atau Long Term Agreement (LTA) terlebih dahulu harus mendapat persetujuan tertulis
dari Administrator KARK.
Penutupan dengan periode kurang dari 12 (dua belas) bulan dapat dilakukan dengan ketentuan, suku premi
yang dibebankan berdasarkan skala perhitungan jangka pendek (short period) sesuai tabel di bawah ini.

Jangka Waktu Persentase dari premi setahun


1 bulan 20%
2 bulan 25%
3 bulan 40%
4 bulan 50%
5 bulan 60%
6 bulan 70%
7 bulan 75%
8 bulan 80%
9 bulan 85%
10 bulan 90%
11 bulan 95%

V. TARIP PREMI DAN RISIKO SENDIRI


V.1. TARIP PREMI
A. Tarip Premi Pasar Tradisional
Faktor-faktor yang menentukan besarnya tarif premi untuk Pasar Tradisional diatur seperti
tersebut dalam Bab V – Lain-lain.
B. Tarip Premi Pasar Modern
Faktor-faktor yang menentukan besarnya tarif premi untuk Pasar Modern diatur seperti
tersebut dalam Bab V – Lain-lain.
C. Tarip Premi untuk Perluasan Jaminan
Besarnya tarif premi untuk Perluasan Jaminan diatur seperti tersebut dalam Bab V – Lain-
lain.

V.2. LOADING PREMI


V.2.1. Penutupan perpanjangan maupun penutupan baru atas bangunan yang telah
mengalami 2 kali klaim dalam 3 tahun terakhir dikenakan loading premi sebagai
berikut:

Presentase
Loss Ratio
Loading Premi
 75% 25%

>75% -  200 % 30%

7
> 200 % 50%

V.2.2. Penutupan perpanjangan atau penutupan baru atas bangunan yang telah mengalami
3x klaim karena kebakaran dalam 3 tahun terakhir dikenakan loading premi

Presentase
Loss Ratio
Loading Premi
 75% 50%

>75% -  200 % 100%


> 200 % DITOLAK

V.3. DISKON PREMI


V.3.1. Diskon premi dapat diberikan sebesar 15% s/d 45% sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan oleh Manager KARK.

V.3.2. Apabila diberikan diskon premi, maka dilekatkan “Waranti Diskon Premi” ; dan
apabila salah satu alat pemadam kebakaran tidak dapat berfungsi pada saat terjadi
klaim, maka diberlakukan risiko sendiri sebesar 25% dari jumlah kerugian yang
disetujui sebagaimana diatur seperti tersebut dalam Bab III – Klausul & Waranti.

V.3.3. Diskon premi dapat diberikan pada penutupan jangka panjang (LTA) dengan
ketentuan sebagai berikut:
a) Premi dibayar lunas untuk 2 tahun, mendapat diskon sebesar 10%.
b) Premi dibayar lunas untuk 3 tahun, menadapt diskon 15%.
c) Premi dibayar lunas untuk 4 tahun, mendapat diskon sebesar 17.5%.

maksimum diskon yang dapat diberikan adalah 17.5%.

V.4. RISIKO SENDIRI


V.4.1. Bangunan
Dikenakan risiko sendiri 10% dari klaim yang disetujui untuk setiap kali kerugian.
Untuk bangunan yang selama 3 tahun terakhir pernah mengalami kerugian yang
salah satu klaimnya diatas Rp. 500 juta dikenakan risiko sendiri sebagai berikut:
Loss selama 3 tahun ratio

(akumulasi) Risiko sendiri


Loss Ratio  75% 20%
Loss Ratio > 75% -  200 % 25%
Loss Ratio  200% 30%

V.4.2. Hak Pakai atas Bangunan, Garansi Kredit untuk Hak Pakai atas Bangunan,
Biaya renovasi dan Uang Sewa
Atas Hak Pakai atas Bangunan, Garansi Kredit untuk Hak Pakai atas Bangunan
Biaya Renovasi dan Uang Sewa dikenakan risiko sendiri sebesar 10% dari Klaim
yang disetujui.

V.4.3. Stok Barang Dagangan


Sesuai klausul Risiko Sendiri dan Klausul Administrasi Barang Dagangan.

8
VI. SURVEI RISIKO
Pada dasarnya semua obyek pertanggungan harus di survei sebelum Polis diterbitkan, namun demikian
tetap mengacu kepada faktor biaya serta pertimbangan teknis lainnya.
Pelaksanaan survei harus berdasarkan kepada pedoman survei risiko yang ditetapkan oleh KARK. Untuk
obyek pertanggungan dengan akumulasi nilai pertanggungan sampai dengan Rp. 10 milyar, survei risiko
dapat dilakukan oleh tim survei KARK dan/ atau yang ditunjuk oleh administrator KARK. Untuk obyek
pertanggungan dengan akumulasi nilai pertanggungan diatas Rp. 10 milyar, survei dilakukan oleh
Independent Surveyor, dan survei/ resurvei selanjutnya harus dilakukan setiap 2 tahun oleh tim survei
KARK, apabila dianggap perlu dapat dilakukan oleh Independent Surveyor. Penunjukan Independent
Surveyor dilakukan oleh Administrator KARK.

VI.1. ALAT PEMADAM KEBAKARAN


Setiap obyek yang akan dipertanggungkan harus tersedia alat pemadam kebakaran yang
memadai seperti diatur dibawah ini.

VI.1.1. BANGUNAN
Bangunan dengan nilai peratanggungan sama atau lebih besar dari Rp. 2.5 milyar
diharuskan memiliki alat pemadam kebakaran, yang jumlahnya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku pada Dinas Pemadam Kebakaran setempat.
Bangunan dengan nilai pertanggungan sama atau lebih besar dari Rp. 10 milyar harus
memiliki mínimum 1 unit hydrant per 3.000 m2.
Apabila ketentuan tersebut diatas tidak dipenuhi oleh tertanggung, maka dalam hal
terjadi kerugian pihak tertanggung dikenakan penalti tambahan risiko sendiri sebesar
25% dari jumlah ganti rugi yang disetujui setelah dikurangi risiko sendiri.

VI.1.2. STOK BARANG DAGANGAN


Barang dagangan dengan nilai pertanggungan diatas Rp. 500.000.000,- (lima ratus
juta rupiah) per kios harus memiliki mínimum 1 (satu) buah tabung alat pemadam api
ringan (APAR) yang diletakkan ditempat yang mudah terjangkau di dalam kios
tersebut.
Untuk pelaksanaannya, agar dilekatkan Waranti pada polis dengan ketentuan dan
persyaratan sebagaimana terdapat dalam lampiran Bab III – Klausul Administrasi
Barang Dagangan & Tanggungan Sendiri (No. 16).
Apabila ketentuan tersebut diatas tidak dipenuhi oleh tertanggung, maka dalam hal
terjadi kerugian pihak tertanggung akan merujuk pada klausul no. 16.

VI.2. PENGALAMAN KERUGIAN


Informasi yang harus disampaikan berkaitan pengalaman kerugian adalah sebagai berikut:
VI.2.1. Sumber penyebab kerugian
VI.2.2. Jumlah kerugian
VI.2.3. Perbaikan atas obyek yang mengalami kerugian
VI.2.4. Tindakan-tindakan yang telah dilakukan sebagai upaya pencegahan kemungkinan
terjadinya kerugian dikemudian hari.

VII. KEPUTUSAN AKSEPTASI


Yang dapat melakukan penutupan obyek Konsorsium Asuransi Risiko Khusus dan wajib menyesikannya
kepada KARK adalah perusahaan asuransi yang terdaftar sebagai anggota KARK. Dalam hal ini Anggota
KARK menerbitkan polis untuk dan atas namanya sendiri dan bukan untuk dan atas nama KARK.

9
Sebelum melakukan penutupan asuransi anggota KARK harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

VII.1. SURAT PERMINTAAN PERTANGGUNGAN ASURANSI (SPPA)


Setiap permintaan penutupan asuransi harus dilakukan dengan mengisi Surat Permintaan
Pertanggungan Asuransi (SPPA).
Formulir SPPA harus di isi lengkap, benar dan sejujur-jujurnya serta ditandatangani oleh
Calon Tertanggung.
Bilamana permintaan penutupan pertanggungan dilakukan secara lisan/ telepon atau cara lain,
maka SPPA sebagaimana dimaksud diatas harus disusulkan kemudian.
Dalam hal penutupan dilakukan melalui Bank, SPPA dapat ditandatangani oleh pihak Bank.

VII.2. HARGA PERTANGGUNGAN


Penilaian harga pertanggungan didasarkan pada harga sebenernya (Sound value) dengan
memperhatikan.
VII.2.1. Bangunan
Harga pertanggungan bangunan didasarkan pada biaya membangun kembali
dikurangi dengan penyusutan teknis. Dalam menentukan nilai sehat bangunan dapat
dipergunakan indek harga satuan bangunan yang diterbitkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum dan/ atau oleh Lembaga yang berwenang, apabila diperlukan dapat
dilakukan oleh perusahaan penilai (appraisal).

VII.2.2. Barang dagangan


Harga pertanggungan barang dagangan didasarkan pada harga pembelian dan setelah
memperhitungkan diskon bila ada.

VII.2.3. Hak Pakai atas Bangunan


Harga pertanggungan Hak Pakai atas Bangunan didasarkan pada bukti pemilikan Hak
Pakai yang sah dengan nilai setinggi-tingginya 500% dari nilai fisik bangunan yang
bersangkutan, seperti yang diatur dalam klausul KARK No, 13.1. Nilai
pertanggungan Hak Pakai atas Bangunan diatas 500% nilai fisik, harus mendapatkan
persetujuan Administrator.

VII.2.4. Garansi Kredit untuk Hak Pakai atas Bangunan


Harga pertanggungan Garansi Kredit untuk Hak Pakai atas Bangunan setinggi-
tingginya 70% dari nilai kredit yang dberikan, seperti diatur dalam klausul KARK
No. 13.2.

VII.2.5. Biaya Renovasi


Harga pertanggungan Biaya Renovasi didasarkan atas nilai yang disepakati bersama
oleh tertanggung dan penanggung, dengan niai setinggi-tingginya sama dengan nilai
fisik bangunan yang bersangkutan, seperti yang diatur dalam klausul KARK No.
13.3.

VII.2.6. Uang Sewa


Harga pertanggungan yang sewa didasarkan atas bukti perjanjian sewa/ menyewa
yang sah dan berlaku atas bangunan yang bersangkutan, seperti yang diatur dalam
klausul KARK.

10
VII.3. SUMBER PEMBIAYAAN
Harus dilakukan analisa perihal sumber pembiayaan atas obyek pertanggungan, terutama
berkaitan dengan sumber dana yang diperoleh, besaran pinjaman dan jangka waktu
pengembalian.

VII.4. PENGALAMAN KERUGIAN


Harus dilakukan analisa yang mendalam terhadap obyek pertanggungan yang mempunyai
pengalaman kerugian cukup besar dan/ atau yang mempunyai frekuensi kerugian cukup tinggi.

VII.5. PERLUASAN JAMINAN


Harus dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
VII.5.1. Potensi terjadinya kerugian (frequency).
VII.5.2. Besaran (exposure) risiko (severity).

VIII. LIMIT AKSEPTASI


Setiap perusahaan anggota KARK mempunyai wewenang dalam memutuskan aksepasi sampai dengan
jumlah Rp. 150.000.000,- (seratus lima puluh juta rupiah) atau 50 kali saham penyertaan perusahaan
anggota mana saja yang lebih besar tetapi tidak lebih besar dari Rp.2.000.000.000,- (dua milyar rupaih)
untuk setiap lokasi pasar. Wewenang ini tanpa mengabaikan ketentuan suku premi yang tertuang pada Buku
Kode Lokasi Pasar.

IX. IMBALAN JASA


Anggota KARK penerbit polis berhak menerima imbalan jasa atas polis yang telah diterbitkan dan
disesikan ke KARK sebesar 15% dari premi bruto. Imbalan jasa dimaksud dapat secara langsung
dikurangkan dari premi bruto yang harus dibayarkan kepada Administrator KARK.
Yang dimaksud premi bruto adalah hasil perkalian harga pertanggungan dengan suku premi.

X. ADMINISTRASI AKSEPTASI
X.1. PEMBUATAN POLIS
Harus dibuat sesuai/ didasarkan SPPA dengan memperhatikan dokumen akseptasi lainnya.
Ikhtisar polis harus diisi dengan lengkap dan jelas.

X.2. NOMOR POLIS DAN LAMPIRAN


Nomor polis dan lampiran dibuat sesuai dengan ketentuan perusahaan anggota KARK.

X.3. KLAUSUL
Klausul yang dapat dipergunakan dalam penutupan risiko Konsorsium adalah klausul yang
ditetapkan oleh KARK. Klausul yang berhubungan dengan penutupan bersangkutan harus
dengan tegas dicantumkan dan dilekatkan dalam polis.

X.4. PEMBUATAN ENDORSEMEN


X.4.1. Semua perubahan atas polis harus dibuat dalam bentuk endorsemen.
X.4.2. Permintaan tertanggung untuk perubahan polis harus dilakukan secara tertulis.
Bilamana permintaan ini dilakukan setelah polis berjalan, harus diteliti
kebenarannya.
X.4.3. Permintaan perubahan polis yang memperbesar tanggung jawab KARK yang
dilakukan setelah terjadi suatu klaim, tidak diperkenankan.
X.4.4. Permintaan perubahan nilai pertanggungan yang melebihi limit akseptasi masing-
masing perusahaan anggota KARK harus terlebih dahulu memperoleh persetujuan
Administrator KARK.

11
X.5. PENGIRIMAN POLIS
X.5.1. Untuk kepentingan eksternal.
a) Lembar asli dan duplikat dikirimkan kepada tertanggug.
b) Bilamana terdapat “Banker’s Clause” lembaran asli dan duplikat dikirimkan
kepada pihak bank dan satu lembar tembusan dikirimkan kepada
tertanggung dengan sepengetahuan pihak bank.
X.5.2. Untuk kepentingan internal.
a) 1 (satu) lembar tembusan untuk administrator KARK.
b) lembar lain untuk kepentingan internal perusahaan anggota KARK
bersangkutan.

X.6. PEMBERITAHUAN PEMBATALAN


X.6.1. Apabila polis dibatalkan oleh perusahaan anggota KARK, perusahaan anggota
KARK tersebut harus segera memberitahukan kepada tertanggung secara tertulis
dengan menjelaskan alasannya kemudian melaporkannya kepada Administrator
KARK. Premi terhutang berikut penaltinya (bila ada) untuk periode yang telah dilalui
tetap menjadi tanggung jawab anggota KARK yang bersangkutan.
X.6.2. Apabila polis yang bersangkutan terdapat Banker’s Clause, pemberitahuan
pembatalan dikirimkan kepada pihak Bank dengan tembusan kepada tertanggung.

X.7. LAPORAN SESI


X.7.1. Anggota KARK wajib melaporkan kepada Administrator KARK semua obyek Pasar
yang telah diutupnya baik onyek baru maupun perpanjangan termasuk juga untuk
penutupan koasuransi dengan menggunakan format Laporan Produksi Harian (LPH)
dan Rekapitulasi Produksi Bulanan (RPB).
Untuk penutupan koasuransi, wajib sesi dikenakan baik kepada leader maupun
angggota koasuransi secara proporsional sesuai dengan saham masing-masing.
X.7.2. Laporan Produksi Harian (LPH) dimaksud harus sudah diterima oleh Administrator
KARK selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kalender setelah tanggal penerbitan
polis dengan melampirkan Copy Polis yang bersangkutan.
X.7.3. Rekapitulasi Produksi Bulanan (RPB) yang merupakan rekapitulasi Laporan
Produksi Harian harus diterima oleh Administrator KARK selambat-lambatnya 14
(empat belas) hari kalender setelah berakhirnya bulan penerbitan polis. RPB harus
dibuat berdasarkan bulan penerbitan polis, tidak boleh dicampur dengan bulan yang
lain, misalnya; kelompok yang tanggal penerbitan polisnya Januari harus masuk
kedalam RPB Jauari, walaupun penyampaiannya dilakukan pada bulan berikutnya.
X.7.4. Apabila anggota tidak melaporkan suatu penutupan risiko kepada KARK dalam
waktu selambat-lambatnya 60 hari kalender sejak tanggal awal mulainya
pertanggungan (inception date) risiko tersebut, maka KARK tidak bertanggung
jawab atas risiko yang bersangkutan terhitung sejak berakhirnya batas waktu
pelaporan tersebut.
X.7.5. Untuk risiko-risiko yang disebut pada butir X.7.4. tanggung jawab KARK berlaku
kembali 24 jam setelah laporan atas risiko tersebut diterima KARK.

X.8. PEMBAYARAN PREMI ASURANSI


X.8.1 Premi asuransi atas sesi yang telah dilaporkan oleh anggota KARK harus dibayar
lunas dan sudah diterima Administrator KARK selambat-lambatnya 60 (enam puluh)
hari kalender sejak berakhirnya penerbitan polis untuk polis-polis yang dilaporkan
pada waktunya.

12
X.8.2. Untuk polis yang dilaporkan setelah batas waktu pelaporan sebagaimana dalam butir
X.7.4.;
X.8.2.1. Yang laporannya diterima sebelum jatuh tempo pembayaran sesuai
ketentuan X.8.1., premi harus dibayar lunas paling lambat pada waktu
jatuh tempo pembayaran.
X.8.2.2. Yang laporannya diterima setelah jatuh tempo pembayaran sesuai
dengan ketentuan X.8.1., premi harus dibayar lunas paling lambat 30
hari setelah tanggung jawab KARK atas risiko tersebut timbul kembali.
X.8.3. Apabila sampai dengan tanggal jatuh tempo pelunasan premi sesuai ketentuan butir
X.8.1. dan X.8.2., belum dibayar lunas oleh anggota KARK, maka;
X.8.3.1. KARK tidak bertanggung jawab atas polis-polis yang bersangkutan.
X.8.3.2. Setiap kerugian yang timbul atas polis-polis yang bersangkutan
sepenuhnya menjadi tanggung jawab anggota KARK penerbit polis
yang bersangkutan.
X.8.3.3. Premi terhutang atas polis-polis yang bersangkutan untuk periode
pertanggungan yang sudah berjalan hingga berakhirnya tanggung jawa
KARK tersebut diatas, tetap menjadi tanggung jawab anggota KARK
penerbit polis dan harus segera dibayar lunas kepaa KARK.
Selanjutnya, apabila akan dilakukan penutupan/ akseptasi baru atas risiko dari polis
yang batal secara otomatis tersebut, maka perusahaan anggota yang akan melakukan
penutupan risiko tersebut harus mendapatkan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari
Administrator KARK.
X.8.4. Apabila selama masa 2 (dua) kali SOA ternyata 50 (lima puluh) persen atau lebih
jaminan atas polis-polis perusahaan anggota KARK tertentu menjadi batal seperti
dimaksud dalam butir X.8.3., maka kepada perusahaan anggota KARK (penerbit
polis) yang bersangkutan dikenakan sangsi “Non Aktif” dalam arti tidak
diperkenankan melakukan penutupan risiko KARK maupun menerima premi atas
penutupan risiko KARK oleh perusahaan anggota KARK (penerbit polis) lainnya.
Sangsi berakhir setelah perusahaan KARK yang bersangkutan melunasi semua
hutangnya kepada KARK.
Selama masa Non Aktif, perusahaan anggota KARK yang bersangkutan tetap
berkewajiban membayar kerugian yang terjadi atas polis-polis yang preminya sudah
diperhitungkan dalam SOA-SOA sebelumnya.

XI. LAPORAN KLAIM


XI.1. PENERIMAAN LAPORAN KLAIM DARI TERTANGGUNG
XI.1.1. Dalam hal terjadi kerugian, wajib dilakukan pencatatan dan penelitian sebagai
berikut:
XI.1.1.1. Pembayaran Premi.
XI.1.1.2. Jangka waktu pertanggungan.
XI.1.1.3. Tanggal kejadian.
XI.1.1.4. Penyebab kerugian.
XI.1.1.5. Obyek yang dipertanggungkan.
XI.1.1.6. Pemilik obyek pertanggungan.
XI.1.1.7. Perkiraan jumlah kerugian.
XI.1.2. Penerbit polis meminta kepada tertanggung untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
XI.1.2.1. Tetap berusaha memelihara dan mengamankan barang-barang yang
tersisa untuk mncegah jumlah kerugian menjadi lebih besar.
XI.1.2.2. Membuat laporan tertulis atas kejadian tersebut.

13
XI.1.2.3. Menuntut pihak ketiga yang bertanggung jawab atas terjadinya
kerugian.
XI.1.3. Penerbit polis harus berperan aktif sesuai dengan keadaan untuk mengambil langkah-
langkah semaksimal mungkin untuk mencegah atau mengurangi kerugian yang
terjadi.

XI.2. LAPORAN KEPADA ADMINISTRASI KARK


Dalam hal terjadi kerugian Penerbit Polis wajib melakukan hal-hal sebagai berikut:
XI.2.1. Segera melaporkan adanya kerugian kepada Administrator KARK.
XI.2.2. Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah diterimanya laporan kerugian
dari tertanggung, menerbitkan Laporan Kerugian Sementara (LKS).
XI.2.3. Penerbit polis wajib membantu Administrator KARK dalam proses penyelesaian
klaim.

XII. SURVEI KLAIM


XII.1. KEWAJIBAN SURVEI
Untuk setiap klaim yang dilaporkan oleh tertanggung harus dilakukan survei oleh penerbit
polis dan/ atau Administrator KARK dan/ atau Loss Adjuster.

XII.2. KETENTUAN SURVEI DAN ADJUSTMENT


Survei klaim ditetapkan sebagai berikut:
XII.2.1. Apabila perkiraan kerugian mencapai nilai sampai dengan Rp. 250.000.000,-
dalam satu kejadian, survei dan adjustment klaim dilakukan oleh penerbit polis.
XII.2.2. Apabila perkiraan kerugian mencapai nilai diatas Rp. 250.000.000,-, dalam suatu
kejadian, maka survei dan adjustment klaim dilakukan oleh Independent Loss
Adjuster.
Sebelum dilakukan survei oleh Independent Loss Adjuster, penerbit polis
disarankan untuk melakukan survei pendahuluan atas obyek yang mengalami
kerugian tersebut.
Penunjukan Independent Loss Adjuster dilakukan oleh Administrator KARK.
XII.2.3. Wewenang persetujuan klaim diatur dalam butir XIV – PENYELESAIAN
KLAIM.

XIII. DOKUMEN PENDUKUNG KLAIM


Dalam proses penyelesaian klaim diperlukan dokumen pendukung sesuai dengan jenis/ sifat kerugian:
XIII.1. KLAIM BANGUNAN
XIII.1.1. Polis asli/ duplikat polis berikut lampirannya.
XIII.1.2. Bukti kepemilikan atau bukti penyewaan dalam hal yang dipertanggungkan
adalah Uang Sewa/ Uang Kontrak.
XIII.1.3. Laporan kerugian dari tertanggung secara terinci, termasuk daftar benda-benda
yang dapat diselamatkan.
XIII.1.4. Lembar tembusan Surat tuntutan tertanggung kepada pihak ketiga yang
menyebabkan kerugian (bila ada).
XIII.1.5. Lembar tembusan Surat bukti laporan kepada pihak kepolisian.
XIII.1.6. Laporan survei klaim.
XIII.1.7. Surat pelimpahan Hak Subrogasi (bila ada).
XIII.1.8. Taksasi biaya perbaikan dari kontraktor.
XIII.1.9. Dokumen lainnya yang diperlukan.

14
XIII.2. KLAIM BARANG DAGANGAN
XIII.2.1. Seluruh dokumen pendukung sebagaimana disebutkan pada butir XIII.1. diatas
kecuali butir XIII.8.
XIII.2.2. Kartu Administrasi Barang dagangan (kartu stok).
XIII.2.3. Faktur (bukti-bukti penjualan/ pembelian barang) sebelum terjadinya kerugian.
XIII.2.4. Catatan pengiriman barang dar supplier sesaat sebelum terjadi kerugian.

XIII.3. KLAIM HAK PAKAI ATAS BANGUNAN


XIII.3.1. KLAIM KEHILANGAN HAK PAKAI ATAS BANGUNAN
XIII.3.1.1. Polis asli/ duplikat polis berikut lampirannya.
XIII.3.1.2. Bukti kepemilikan hak pakai atas bangunan tempat usaha yang sah
dan berlaku.
XIII.3.1.3. Bukti pemindahan hak pakai yang sah dan berlaku (apabila
tertanggung membeli hak pakai dari pemilih hak pakai pertama).
XIII.3.1.4. Lembar tembusan surat bukti laporan kepada pihak kepolisian.
XIII.3.1.5. Lembar tembusan surat tuntutan tertanggung kepada pihak ketiga
yang menyebabkan kerugian (bila ada).
XIII.3.1.6. Surat pelimpahan hak subrogasi (bila ada).
XIII.3.1.7. Laporan survei klaim.
XIII.3.1.8. Surat pencabutan/ penghapusan seluruh hak pakai atas bangunan
dari pengelola.

XIII.3.2. KLAIM BIAYA PEMULIHAN HAK PAKAI ATAS BANGUNAN


XIII.3.2.1. Seluruh dokumen pendukung sebagaimana dipersyaratkan pada
XIII.3.1. (Klaim Kehilangan Hak Pakai atas Bangunan) kecuali
pada sub butir XIII.3.1.8.
XIII.3.2.2. Surat Hak Pakai baru atau surat hak pakai kelanjutan dari sisa hak
pakai dalam hal dilakukan relokasi.
XIII.3.2.3. Surat tagihan atau surat pembebanan biaya dari pengelola atas
pemulihan obyek pertanggungan bangunan yang mengalami
kerugian atau relokasi ke tempat yang telah disediakan oleh pihak
pengelola secara sah.

XIII.3.3. KLAIM KONTRIBUSI BIAYA PERBAIKAN BANGUNAN


XIII.3.3.1. Seluruh dokumen pendukung sebagaimana dipersyaratkan pada
XIII.3.1. (Klaim Kehilangan Hak Pakai atas Bangunan) kecuali
pada sub butir XIII.3.1.8.
XIII.3.3.2. Bukti pengeluaran biaya atas perbaikan bangunan dari pengelola.
XIII.3.3.3. Surat tagihan untuk kontribusi dari pengelola bangunan pasar
kepada tertanggung.
XIII.3.3.4. Bukti pembayaran klaim kebakaran atas bangunan pasar dari
perusahaan Asuransi kepada pihak pengelola.

XIII.4. KLAIM GARANSI KREDIT UNTUK HAK PAKAI ATAS BANGUNAN


XIII.4.1. Seluruh dokumen pendukung sebagaimana dipersyaratkan pada XIII.3.1. (Klaim
Kehilangan Hak Pakai atas Bangunan) kecuali pada sub butir XIII.3.1.8.
XIII.4.2. Surat tagihan atas kewajiban yang masih terhutang dari kreditor (pemberi kredit)
kepada debitor yang bersangkutan (penerima kredit).

15
XIII.4.3. Surat pengalihan hak atas tagihan sisa kredit dari kreditor kepada penanggung.
Penerbit polis diwajibkan melakukan penagihan kepada debitor yang
bersangkutan.

XIII.5. KLAIM BIAYA RENOVASI


XIII.5.1. Seluruh dokumen pendukung sebagaimana dipersyaratkan pada XIII.3.1. (Klaim
Kehilangan Hak atas Bangunan) kecuali pada sub butir XIII.3.1.8.
XIII.5.2. Bukti pengeluaran biaya renovasi.
XIII.5.3. Apabila tertanggung menginginkan pemulihan harga pertanggungan atas BIAYA
RENOVASI, maka tertanggung wajib membayara tambahan premi secara
prorata sejak tanggal pemulihan hingga berakhirnya polis.

XIV. PENYELESAIAN KLAIM


XIV.1. LAPORAN KERUGIAN
Jumlah kerugian harus dicantumkan dalam Laporan Kerugian Sementara (LKS) dan Laporan
Kerugian Pasti (LKP).
XIV.1.1. Laporan Kerugian Sementara (LKS)
Jumlah kerugian yang tercantum dalam LKS adalah perkiraan sementara jumlah
kerugian berdasarkan hasil survei klaim.
Seluruh dokumen pendukung klaim segera disampaikan kepada Administrator
KARK untuk proses penyelesaian ganti rugi.
XIV.1.2. Laporan Kerugian Pasti (LKP)
Jumlah kerugian yang tercantum dalam LKP merupakan nilai kerugian pasti atas
dasar persetujuan Administrator KARK.

XIV.2. WEWENANG PERSETUJUAN KLAIM


Persetujuan penyelesaian klaim baru dapat diberikan oleh penerbit polis setelah mendapat
persetujuan tertulis dari Administrator KARK.

XIV.3. EX GRATIA
XIV.3.1. Penyelesaian ex gratia kepada tertanggung baru dapat diberikan oleh penerbit
polis setelah mendapat persetujuan tertulis dari Administrator KARK.
XIV.3.2. Pertimbangan pembayaran Klaim ex gratia didasarkan pada:
a) Jumlah produksi dari penerbit polis yang bersangkutan.
b) Jumlah klaim atas polis-polis yang ditutup oleh penerbit polis yang
bersangkutan.
c) Tertanggung merupakan nasabah dari prima bagi KARK.
d) Tertanggung mempunyai loss ratio rendah.
e) Penerbit polis yang bersangkutan belum pernah diberikan persetujuan
melakukan pembayaran klaim ex gratia kepada tertangggung selama 12
(duabelas) bulan terakhir.
f) Besarnya pembayaran klaim ex gratia ditetapkan berdasarkan persetujuan
Administrasi KARK.
XIV.3.4. Pembayaran klaim ex gratia yang dilakukan oleh Anggota KARK tanpa
persetujuan terlebih dahulu dari Administrator, tidak dapat dibebankan kepada KARK.

XV. PEMBAYARAN KLAIM


XV.1. Pembayaran klaim dari Administrator KARK kepada penerbit polis selambat-lambatnya 30
hari hari sejak tanggal persetujuan tertulis dari Administrator KARK.

16
XV.2. Pelaksanaan pembayaran klaim kepada tertanggung dilakukan oleh penerbit polis secepatnya
setelah penerimaan pembayaran dari Administrator KARK.

XVI. SALVAGE
Untuk klaim yang ditangani oleh penerbit polis, maka penjualan salvage-nya ditangani oleh penerbit polis.
Untuk klaim yang ditangai oleh Administrator, maka penjualan salvage-nya dikoordinir oleh Administrator
KARK.
Penjualan salvage yang diperkirakan nilainya diatas Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) baik yang
dilakukan oleh Administrator maupun penerbit polis wajib dilakukan melalui tender yang diikuti oleh
minimal 3 (tiga) peserta tender.
Dalam pembayaran klaim, nilai salvage tersebut dapat diperhitungkan dari jumlah ganti rugi yang
dibayarkan kepada tertanggung.

XVII. SUBROGASI
Apabila ada hak subrogasi, penerbit polis wajib meminta pengalihan hak subrogasi tersebut secara tertulis
dari tertanggung sebelum pembayaran klaim kepda tertanggung dilaksanakan.

XVIII. ADMINISTRASI KLAIM


Dalam proses penyelesaian klaim penerbit polis wajib melaksanakan administrasi sebagai berikut:
XVIII.1. LAPORAN KERUGIAN SEMENTARA (LKS)
XVIII.1.1. Penerbit polis harus mengeluarkan Laporan Kerugian Sementara (LKS) atas
dasar setiap laporan kerugian yang diterimanya dari tertanggung.
XVIII.1.2. LKS dalam rangkap 2 (dua) dikirim kepada Administrator KARK, dan
Administrator KARK akan mengembalikan copy-nya setelah diteliti dan
ditandatangani.
XVIII.1.3. pengembalian copy LKS dari Administrator dilakukan paling lambat 5 (lima)
hari kerja setelah LKS beserta seluruh dokumen pendukung klaim diterima
Administrator.

XVIII.2. LAPORAN KERUGIAN PASTI (LKP)


XVIII.2.1. Setiap kerugian yang secara teknis telah disetujui oleh Manager KARK harus
dibuatkan LKP oleh penerbit polis.
XVIII.2.2. Pengisian LKP dilakukan sesuai dengan formulir perusahaan penerbit polis.
XVIII.2.3. LKP dibuat rangkap 2 (dua) dan dikirimkan kepada Administrator KARK,
selanjutnya Administrator KARk akan mengembalikan copy LKP paling lambat
14 (empat belas) hari kerja setelah LKP diterima.

XVIII.3. BUKTI PEMBAYARAN KLAIM (BPK)


XVIII.3.1. Setiap pembayaran klaim ke tertanggung harus dibuatkan BPK oleh penerbit
polis.
XVIII.3.2. Lembar tembusan BPK dikirmkan kepada Adiministrator KARK paling lambat 5
(lima) hari kerja setelah BPK dibuat.

SALVAGE
1. Dasar penilaian: harga pasar/ penawaran tertinggi.
2. Pembayaran klaim = jumlah ganti rugi dikurangi nilai salvage.
3. Anggota KARK berkewajiban memelihara, menjaga rongsokan/ barang yang terselamatkan untuk
meminimalkan nilai kerugian.

17
PEDOMAN SURVEY
*) Survei dilakukan oleh anggota untuk harga pertanggungan sampai dengan Rp. 2 milyar.
*) Laporan survei wajib dibuat secara:
a. JELAS : mudah dimengerti oleh underwriting.
b. SINGKAT : laporan harus informatif dan tidak memberikan informasi yang berulang-ulang.
c. LENGKAP : memuat informasi yang penting bagi underwriting.

1. Memperoleh gambaran mengenai obyek risiko dan tingkat risiko berdasarkan, a.l.:
a. Okupasi,
b. Sejarah pembangunan,
c. Lokasi,
d. Daya tahan konstruksi bangunan,
e. Pengalaman kerugian.
2. Bahaya yang harus mendapat perhatian adalah risiko-risiko yang akan dijamin, a.l.:
a. Kebakaran,
b. Banjir,
c. Kejatuhan pesawat,
d. Ledakan,
e. Gempa bumi,
f. Keadaan sekitar yang dapat meningkatkan bahaya.
3. Memperoleh informasi underwriting untuk menetapkan kebijakan dan rate yang tepat:
Contoh:
a. Konstruksi,
b. Bangunan berdampingan,
c. Bangunan berbatasan,
d. Bahan-bahan berbahaya api & risiko tinggi,
e. Housekeeping.
4. Memperoleh informasi tentang alat-alat penegahan & perlindungan dari bahaya:
Contoh:
a. Jumlah alat pemadam kebakaran,
b. Jenis alat pemadam kebakaran,
c. Alarm sistema,
d. Jumlah petugas pemaam yang terlatih,
e. Penyediaan air.
5. Memberikan jasa konsultasi, pencegahan dan mengurangi kerugian berupa rekomendasi kepada pengelola
atau tertanggung a.l.:
a. Tata cara penyimpanan barang-barang,
b. Letak alat pemadam,
c. Penggunaan listrik,
d. Atau apa saja yang dapat disampaikan kepada pengelola agar menjadi perbaikan.
6. Memberikan kesimpulan dan usulan kepada underwriting a.l.:
a. Perkiraan harga pertanggungan,
b. Syarat dan kondisi yang akan diterapkan,
c. Tarif premi.

ISI LAPORAN SURVEI RISIKO


Sesuai karakter risiko yang disurvei secara umum meliputi:
1. Penjelasan risiko
2. Bahan-bahan berbahaya/ cairan yang mudah terbakar/ gas
3. Suplai listrik & instalasi

18
4. Personil & keamanan
5. Alat-alat pemadam kebakaran & penempatannya
6. Housekeeping
7. Bahaya-bahaya yang ada & kemugkinan bahaya dari sekitarnya
8. Catatan-catatan surveyor & pendapatnya
9. Rekomendasi untuk perbaikan &periraan MPL & PML

DETAIL OBYEK YANG DISURVEI


1. Lay-out bangunan; jarak antara tiap-tiap bangunan yang ada
2. Klasifikasi konstruksi bangunan
3. Jumlah bangunan
4. Ukuran bangunan
5. Dinding yang terbuka untuk komunikasi internal & external, proteksi (jika ada)
6. Lantai yang terbuka untuk anak tangga, lift & escalator
7. Bangunan sekeliling
8. Posisi hydrant, selang pemadam & titik sprinkler
9. Skala bangunan.

19

Anda mungkin juga menyukai