Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Iqra’ Volume 09 No.

01 Mei, 2015

TECHNOLOGY ACCEPTANCE MODEL (TAM) UNTUK MENGANALISIS


PENERIMAAN TERHADAP SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN

Endang Fatmawati
Abstract
Technology acceptance can be defined as a user’s willingness to
employ technology for the tasks it is designed to support.
Technology Acceptance Model (TAM) introduced by Davis in 1986.
TAM is considers user perceptions of ease of use and usefulness
as the main factors affecting the acceptance level of any
technology. TAM is model for explaining and predicting
information system use in library. TAM model to determine the
attitude of users towards a technology acceptance.

Keywords: library information system, TAM, ease of use,


usefulness, user acceptance, technology acceptance.

Pendahuluan
Kehadiran teknologi informasi idealnya memudahkan berbagai
pekerjaan di perpustakaan. Pustakawan menjadi lebih efektif dan efisien
dalam menyelesaikan pekerjaannya. Dalam kenyataannya tidak semua
sistem informasi perpustakaan yang digunakan bisa dirasakan mudah
oleh pengguna. Maksud pengguna dalam tulisan ini yaitu bisa
pustakawan maupun pemustakanya.
Suatu contoh, aplikasi teknologi informasi yang akan dibahas
adalah sistem informasi perpustakaan. Terkait dengan kepentingan
pemustaka, terkadang adanya sistem informasi yang ada di
perpustakaan justru tidak mendukung pemustaka dalam menelusur
informasi. Bukan karena sistem informasi yang dipakai di perpustakaan
tersebut jelek, tetapi bisa jadi lebih pada penggunanya yang tidak bisa
mengoperasikan dengan baik.
Penyebab klasik adalah susah dalam penelusuran informasi dan
biasanya disebabkan terlalu berbelit-belit langkahnya, maupun susah
dipahami secara umum dalam kacamata pemustaka awam. Oleh
karenanya sering dijumpai OPAC yang sedianya memang disediakan
sebagai fasilitas untuk membantu penelusuran informasi bagi
pemustaka namun kenyataannya jarang disentuh alias tidak digunakan.
Keadaan lainnya, yaitu pemustaka lebih banyak cenderung bertanya ke
pustakawan yang bertugas di layanan daripada menelusur secara
mandiri melalui OPAC yang disediakan. Pernahkah pustakawan terfikir

1
Jurnal Iqra’ Volume 09 No.01 Mei, 2015

maupun penasaran untuk mengkaji apakah sistem informasi yang


digunakan itu benar-benar bisa diterima pengguna atau tidak.
Berdasar latar belakang tersebut, sekiranya pustakawan perlu
mengkaji sistem informasi yang digunakan. Hal ini sangat penting agar
sistem informasi yang digunakan tepat bisa diterima oleh pustakawan
dan pemustaka sehingga ada manfaatnya. Oleh karena itu,
permasalahan dalam tulisan ini membahas “Bagaimana model TAM
dalam menganalisis penerimaan sistem informasi di perpustakaan ?”

Pembahasan
Sistem Informasi Perpustakaan
Komponen sistem informasi terdiri dari: orang-orang (people),
hardware, software, data, dan jaringan komunikasi (networks).
Sementara informasi dikatakan berkualitas jika memperhatikan aspek
relevansi, akurasi, dan tepat waktu. Hadirnya sistem informasi yang ada
di perpustakaan akan memberikan kemudahan bagi pengguna.
Jenis sistem informasi yang digunakan untuk sistem informasi
perpustakaan menurut Kochtanek dan Matthews (2002), yaitu:
1. Sofware Komersial (Commercial Software)
Perpustakaan tidak dapat memodifikasi sistem informasi yang sudah
ada tanpa ijin dari vendor pembuat sistem informasi tersebut, yang
dikenal dengan nama Independent Software Vendors (ISV). Dengan
demikian, perpustakaan akan membeli lisensi sistem informasi
tersebut terkait dengan penggunaannya di perpustakaan dan
perawatannya. Kelemahannya jika perpustakaan
mengimplementasikan jenis sistem informasi yang commercial
software adalah perpustakaan tetap terikat dengan ISV namun dalam
perkembangan pemakaiannya pihak perpustakaan tidak bisa
memodifikasinya secara bebas tanpa ijin dari ISV tersebut.
2. Sistem Terbuka (Open System)
Oleh karena sistem informasi menggunakan bentuk (platform) yang
standar maka perpustakaan dapat mengkombinasikan antara sistem
informasi yang satu dengan yang lainnya.
3. Sistem Sumber Informasi Terbuka (Open Source System)
Perpustakaan dapat memiliki kode sumber (source code) dari sistem
informasi tersebut, sehingga perpustakaan dapat menggunakan,
memodifikasi, dan menyebarkan sistem informasi secara bebas.

Sistem informasi perpustakaan memungkinkan untuk


mendukung kegiatan manajemen di suatu perpustakaan. Hal ini karena
dengan adanya sistem informasi perpustakaan tersebut maka dapat
menyajikan suatu data dan informasi secara efektif sehingga

2
Jurnal Iqra’ Volume 09 No.01 Mei, 2015

memudahkan untuk pengambilan keputusan khususnya bagi pimpinan


perpustakaan.
Agar perpustakaan yang dikelola berkembang tentunya harus
didukung dengan teknologi informasi. Upaya pencapaian ke arah yang
lebih baik membutuhkan terobosan inovasi dalam rangka perubahan.
Pada saat sistem informasi diterapkan di perpustakaan perlu sekiranya
diujicobakan dulu, kemudian dilihat bagaimana respon penggunanya
dari sisi internal (pustakawan) dan sisi eksternal (pemustaka) sehingga
memungkinkan untuk dampak jangka panjang yang bagus dalam
penerapannya.
Untuk mengetahui prosesnya, Rogers (2003) dalam bukunya
“Diffusion of Innovations” menjelaskan tahapan dalam proses
penerimaan inovasi teknologi tersebut, yaitu:
1. Tahap pengetahuan (knowledge), yaitu pengguna diperlihatkan
berbagai informasi tentang keberadaan inovasi teknologi yang baru
sehingga kesadaran terhadap inovasi teknologi mulai ada.
2. Tahap persuasi (persuation) berarti mulai terbentuk sikap menyukai
atau tidak menyukai mengenai inovasi teknologi.
3. Tahap keputusan (decision) untuk menggunakan inovasi teknologi
atau tidak, sehingga dalam tahap ini pengguna mengarahkannya pada
pilihan untuk mengadopsi atau tidak.
4. Tahap penerapan (implementation) inovasi teknologi. Pengguna mulai
mengimplementasikan keputusannya untuk menggunakan inovasi
teknologi tersebut.
5. Tahap konfirmasi (confirmation) penerapan inovasi teknologi.
Pengguna akan menguji atau mencari penguatan terhadap keputusan
yang telah dibuat sebelumnya.

Penerimaan Teknologi
Perpustakaan perlu mengkaji apakah sistem informasi yang
digunakan di perpustakaan bisa diterima apa tidak. Dalam Teo (2011)
disebutkan bahwa penerimaan teknologi didefinisikan sebagai “...as a
user’s willingness to employ technology for the tasks it is designed to
support.” Maksudnya bahwa penerimaan teknologi dapat didefinisikan
sebagai kesediaan pengguna untuk menggunakan teknologi untuk
mendukung tugas yang telah dirancang.
Mengenai kompleksitas untuk mengadopsi teknologi baru pertama
kali dipopulerkan dengan teori difusi inovasi yang disampaikan Rogers.
Menurut Rogers ada kunci yang mempengaruhi perilaku pengguna
terhadap penerimaan teknologi, yaitu: keuntungan relatif (relative
advantage), kompleksitas (complexity), dapat disesuaikan (compatibility),
dapat diuji coba (trialability), dan dapat diobservasi (observability).

3
Jurnal Iqra’ Volume 09 No.01 Mei, 2015

Selanjutnya mengenai faktor bagaimana komputer itu dapat


menerima suatu sistem baru, menurut Wexler (2001) sebagaimana
dikutip oleh Nugroho (2009), yaitu:
1. Computer Self-Efficacy atau Internal Control. Merupakan
kepercayaan dari pengguna terhadap kemampuan mereka untuk
belajar dan menggunakan sistem baru.
2. Faciliting Conditions atau External Control. Lingkungan kerja yang
kondusif dari sisi teknologi informasi.
3. Intrinsic Motivation atau Computer Playfulness. Pengguna yang
menggunakan komputer tidak hanya untuk bekerja tapi juga
kesenangan atau mengerjakan tugas pribadi akan menunjukkan lebih
siap menerima sistem baru.
4. Emption atau Level of Computer Anxiety. Kekawatiran pengguna
terhadap komputer yang akan berdampak negative pada kemudahan
penggunaan sistem baru.
5. Objective Usability. Seberapa banyak dan apapun sistem baru
sesungguhnya dapat memberikan kontribusi pada kemampuan
pengguna untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik.
6. Perceived Enjoyment. Derajad penggunaan oleh pengguna untuk
memperoleh kepuasan dalam menggunakan sistem baru.

Smarkola dalam Teo (2011) menyebutkan bahwa model


penerimaan teknologi yang bisa digunakan untuk mengukur
kepercayaan penggunaan komputer dan sikap, yaitu: 1). Technology
Acceptance Model (TAM) yang dikembangkan oleh Davis (1986, 1989,
1993); Davis, Bagozzi & Warshaw (1989) dan 2). The Decomposed Theory
of Planned Behavior (DTBP) yang dikembangkan oleh Taylor dan Todd
(1995). Smarkola menjelaskan bahwa meskipun TAM adalah model yang
dapat memprediksi dengan baik untuk penggunaan komputer, tetapi
DTPB merupakan model terbaik untuk memahami determinan sikap
penggunaan komputer.

Technology Acceptance Model (TAM)


Untuk mengetahui tingkat penerimaan sistem informasi yang
digunakan di perpustakaan bisa dianalisis dengan menggunakan model
TAM. Dengan demikian, TAM merupakan pisau analisis yang digunakan
untuk mengetahui sikap penerimaan pengguna terhadap hadirnya
teknologi.
Sebelum model TAM muncul, ada teori yang dikenal dengan nama
Theory of Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan oleh Martin

4
Jurnal Iqra’ Volume 09 No.01 Mei, 2015

Fishbein dan Icek Ajzen (1975, 1980). Berasal dari penelitian


sebelumnya yang dimulai dari teori sikap dan perilaku, maka penekanan
TRA waktu itu ada pada sikap yang ditinjau dari sudut pandang
psikologi. Prinsipnya yaitu: menentukan bagaimana mengukur
komponen sikap perilaku yang relevan, membedakan antara keyakinan
ataupun sikap, dan menentukan rangsangan eksternal. Sehingga
dengan model TRA menyebabkan reaksi dan persepsi pengguna
terhadap sistem informasi akan menentukan sikap dan perilaku
pengguna tersebut.
Selanjutnya pada tahun 1986 Davis melakukan penelitian
Disertasi dengan mengadaptasi TRA tersebut. Lalu pada tahun 1989
Davis mempublikasikan hasil penelitian disertasinya pada jurnal MIS
Quarterly, sehingga memunculkan teori TAM dengan penekanan pada
persepsi kemudahan penggunaan dan kebermanfaatan yang memiliki
hubungan untuk memprediksi sikap dalam menggunakan sistem
informasi. Jadi dalam penerapannya maka model TAM jelas jauh lebih
luas daripada model TRA.
TAM merupakan salah satu jenis teori yang menggunakan
pendekatan teori perilaku (behavioral theory) yang banyak digunakan
untuk mengkaji proses adopsi teknologi informasi. Bagaimanapun yang
namanya model yang bagus itu tidak hanya memprediksi, namun
idealnya juga harus bisa menjelaskan. Rupanya dengan model TAM dan
indikatornya memang sudah teruji dapat mengukur penerimaan
teknologi. Dengan demikian menggunakan TAM maka akan mampu
menjelaskan mengapa sistem informasi perpustakaan yang digunakan di
perpustakaan bisa diterima atau tidak oleh pengguna.
TAM memberikan dasar untuk mengetahui pengaruh faktor
eksternal terhadap kepercayaan, sikap, dan tujuan dari penggunanya.
Disamping dibangun oleh dasar teori yang kuat, salah satu kelebihan
dari model TAM lainnya adalah dapat menjawab kegalauan pertanyaan
dari banyaknya sistem teknologi yang ternyata gagal diterapkan di
perpustakaan. Hal ini disebabkan oleh penggunanya yang tidak
mempunyai niat (intention) untuk menggunakannya.
Sesuai dengan istilah TAM, bahwa “A” singkatan dari “Acceptance”
artinya penerimaan. Sehingga bisa dikatakan bahwa TAM merupakan
suatu model analisis untuk mengetahui perilaku pengguna akan
penerimaan teknologi. Jika melihat pengertian TAM dari Wikipedia,
“TAM is an information systems theory that models how users come to
accept and use a technology”. Maksudnya yaitu TAM merupakan suatu
teori sistem informasi yang modelnya bagaimana pengguna datang
untuk menerima dan menggunakan teknologi.

5
Jurnal Iqra’ Volume 09 No.01 Mei, 2015

Melalui TAM, asumsinya pada saat pengguna akan menggunakan


sistem informasi yang baru maka ada 2 (dua) faktor yang
mempengaruhinya, yaitu:
1. Persepsi Kemudahan Penggunaan (Ease of Use Perceived)
Dalam Davis (1989) disebutkan bahwa “ease” artinya “freedom from
difficulty or great effort”. Selanjutnya “ease to use perceived”
didefinisikan “the degree to which a person believes that using a
particular system would be free of effort”. Jika diaplikasikan untuk
sistem informasi perpustakaan, maka maksudnya pengguna meyakini
kalau sistem informasi perpustakaan tersebut mudah dalam
penggunaannya sehingga tidak memerlukan usaha keras dan akan
terbebas dari kesulitan. Hal ini mencakup kemudahan penggunaan
sistem informasi sesuai dengan keinginan penggunanya. Hasil
penelitian Davis (1989) menunjukkan jika persepsi kemudahan dapat
menjelaskan alasan pengguna untuk menggunakan sistem dan dapat
menjelaskan kalau sistem yang baru dapat diterima oleh pengguna.
2. Persepsi Kebermanfaatan (Usefulness Perceived)
Dalam Davis (1989) disebutkan bahwa “the degree to which a person
believes that using a particular system would enhance his or her job
performance.” Hal ini dimaksudkan bahwa pengguna percaya bahwa
dengan menggunakan sistem informasi perpustakaan tersebut akan
meningkatkan kinerjanya. Hal ini menggambarkan manfaat sistem
dari penggunanya yang berkaitan dengan berbagai aspek. Jadi dalam
persepsi kebermanfaatan ini membentuk suatu kepercayaan untuk
pengambilan keputusan apakah jadi menggunakan sistem informasi
atau tidak. Asumsinya jika pengguna mempercayai kalau sistem
tersebut berguna maka tentu akan menggunakannya, tetapi
sebaliknya jika tidak percaya kalau berguna maka jawabannya pasti
tidak akan menggunakannya.
Awalnya Davis menggunakan sebanyak 14 ukuran (initial scale
items) sebagai indikator yang ada dalam Perceived Usefulness dan
Perceived Ease of Use. Selanjutnya memulai dengan kajian ke-1 yang
merupakan ujicoba awal /studi pra test yang dilakukan untuk
mengetahui reliabilitas maupun validitas dan memperoleh hasil berupa
10 macam indikator. Mengenai apa saja indikatornya seperti pada
Gambar 1 berikut:

6
Jurnal Iqra’ Volume 09 No.01 Mei, 2015

Study 1: Factor Analysis of Perceived


Usefulness and Ease of Use
Questions

PERCEIVED USEFULNESS PERCEIVED EASE OF USE

Indikator: Indikator:
1. Quality of work 1. Cubersome
2. Control over work 2. Ease of learning
3. Work more quickly 3. Frustrating
4. Critical to my job 4. Controllable
5. Increase productivity 5. Rigid & inflexible
6. Job performance 6. Ease of remembering
7. Accomplish more work 7. Mental effort
8. Effectiveness 8. Understandable
9. Makes job easy 9. Effort to be skillful
10. Useful 10. Easy to use
Gambar 1. Factor Analysis of TAM Questions (Davis, 1989)
Selanjutnya pada kajian ke-2, Davis melakukan uji coba prototip
atau model dengan memperkecil indikator sehingga menjadi lebih baik
dan lebih praktis. Analisis yang dilakukan waktu itu dengan menghitung
Korelasi (antara Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, dan Self-
Reported System Usage) maupun Analisis Regresi (Effect of Perceived
Usefulness dan Perceived Ease of Use on Self-Reported Usage).
Mengenai indikator dari persepsi kemudahan penggunaan dan
persepsi kebermanfaatan seperti pada Gambar 2 berikut:
Study 2:
Factor Analysis of Perceived
Usefulness and Ease of Use Items

PERCEIVED USEFULNESS PERCEIVED EASE OF USE

Indikator: Indikator:
1. Mempercepat pekerjaan 1. Mudah dipelajari (easy to
(work more quickly) learn)
2. Meningkatkan kinerja 2. Dapat dikontrol
(improve job performance) (controllable)
3. Meningkatkan 3. Jelas & dapat dipahami
produktivitas (increase (clear & understandable)
productivity) 4. Fleksibel (flexible)
4. Efektifitas (effectiveness) 5. Mudah untuk menjadi
5. Mempermudah pekerjaan terampil/mahir (easy to
(make job easier) become skillful)
6. Bermanfaat (useful) 6. Mudah digunakan (easy to
use)
Gambar 2. Factor Analysis of TAM Items (Davis, 1989)

7
Jurnal Iqra’ Volume 09 No.01 Mei, 2015

Secara umum jika ternyata setelah dilakukan kajian ternyata


faktor kemudahan terhadap sistem informasi diketahui tidak ada
kemudahan, maka faktor kebermanfaatan menjadi tidak nampak pula.
Logikanya bagaimana bisa bermanfaat untuk pengguna kalau sistem
informasinya saja sulit digunakan atau tidak mudah penggunaannya.
Faktor penerimaan suatu teknologi bisa berasal dari pengguna
maupun sistem itu sendiri. Dari pengguna bisa berupa aspek kognitif,
karakter individu, kepribadian, kekhawatiran individu akan dampak
teknologi. Sementara itu, dari sistem bisa berupa jaringan komputer dan
keadaan komputernya. Menurut Davis, et. al. (1989), tujuan dasar dari
TAM adalah untuk memberikan penjelasan tentang faktor apa saja yang
menentukan penerimaan teknologi yang mampu menjelaskan perilaku
penggunanya.
Model TAM mengkonsepkan bagaimana pengguna menerima dan
menggunakan teknologi baru. Asalnya dari pendekatan teori psikologis
untuk menjelaskan pengguna yang mengacu pada kepercayaan, sikap,
minat, dan hubungan perilaku pengguna. Ciri khas dari Model TAM
adalah sederhana namun bisa memprediksi penerimaan maupun
penggunaan teknologi.
Variabel eksternal dapat diganti dan disesuaikan dengan obyek
dan topik penelitian. Dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan
dengan menggunakan model TAM contohnya adalah: kompleksitas,
kepercayaan, efikasi diri, faktor sosial, jaminan layanan, kualitas
koneksi internet, dan lain sebagainya.
Venkatesh, et. al. (2002) mengintegrasikan model TAM dengan
memasukkan faktor intrinsik dan ekstrinsik sebagai variabel eksternal
yang mempengaruhi penggunaan sistem. Faktor intrinsik berarti muncul
dari dalam individu pengguna, sedangkan faktor ekstrinsik berarti
karena faktor lingkungan yang mendorong pengguna menggunakan
sistem informasi.
Adanya variabel eksternal (misalnya dalam tulisan ini: Sistem
Informasi Perpustakaan) akan dianalisis dengan persepsi kemudahan
penggunaan dan kebermanfaatan, kemudian dari persepsi kemudahan
diprediksi akan mempengaruhi persepsi kebermanfaatan.
Selanjutnya persepsi bebermanfaatan dan kemudahan
penggunaan akan berpengaruh terhadap sikap terhadap penggunaan
sistem informasi dan kemudian berpengaruh pada intensitas
penggunaan. Setelah itu maka akan mempengaruhi penggunaan sistem
secara aktual. Lebih jelasnya seperti pada Gambar 4 berikut:

8
Jurnal Iqra’ Volume 09 No.01 Mei, 2015

Persepsi
Kebermanfaatan
(Perceived
Usefulness) Sikap
Variabel Intensitas Penggunaan
Terhadap Sistem
Eksternal Penggunaan Perilaku
(External Penggunaan Secara
(Attitude Aktual
Variables) Toward (Behavioral
Intention to (Actual
Using)
Use) System Use)
Persepsi
Kemudahan
Penggunaan
(Perceived
Ease of Use)

Gambar 4. Bentuk Asli Technology Acceptance Model (Davis, 1989)


Setelah diperkenalkan oleh Davis tahun 1986, model TAM banyak
digunakan dan dikembangkan oleh para peneliti lainnya. Oleh karena
itu, dalam perkembangannya telah mengalami modifikasi, misalnya
penelitian yang pernah dilakukan oleh Venkatesh dan Davis (1996). Hal
ini seperti apa yang dikutip oleh Chuttur (2009) modifikasi model TAM
yaitu dengan mengeliminasi variabel sikap terhadap penggunaan
(attitude toward using).
Peneliti lainnya yaitu Gahtani (2001) juga memodifikasi model
TAM dengan menggabungkan variabel intensitas perilaku penggunaan
(behavioural intention to use) dan penggunaan sistem secara aktual
(actual system use) menjadi variabel penerimaan (acceptance).
Perubahannya seperti nampak pada Gambar 5 berikut:
Persepsi Kebermanfaatan
(Perceived Usefulness) Intensitas Penggunaan
Perilaku Sistem Secara
Penggunaan Aktual (Actual
(Behavioral System Use)
Persepsi Kemudahan Intention to Use)
Penggunaan (Perceived Ease
of Use)

Penerimaan (Acceptance)
Gambar 5. Modifikasi Model TAM Chuttur (1996) dan Gahtani (2001)

Dengan demikian intensitas penggunaan akan terpenuhi apabila


sistem informasi yang digunakan di perpustakaan sering digunakan oleh
pengguna karena kemudahannya, sehingga berarti sistem informasi

9
Jurnal Iqra’ Volume 09 No.01 Mei, 2015

tersebut memenuhi aspek dalam kebermanfaatannya. Hasil akhirnya


secara aktual sistem informasi akan diterima oleh pengguna, jika faktor
kemudahan penggunaan dan kebermanfaatan telah terpenuhi.
Jadi untuk menganalisis lebih jauh mengenai penerimaan sistem
informasi di perpustakaan dengan model TAM, maka beberapa variabel
yang digunakan, antara lain:
1. Persepsi Kemudahan Penggunaan.
Merupakan pernyataan mengenai persepsi pengguna akan
kemudahan ataupun kesulitan dari penggunaan sistem informasi
perpustakaan. Hal ini bisa diketahui dari berbagai indikator, antara
lain: mudah untuk dipelajari, mudah mencapai tujuan, jelas
operasionalnya, mudah dipahami, sistem informasi yang fleksibel,
bebas dari kesulitan, mudah diakses, mudah mengontrol, kejelasan
pada sistem informasi, mahir bagi pengguna, adanya penilaian bahwa
secara umum sistem informasi perpustakaan tersebut mudah
digunakan.
2. Persepsi Kebermanfaatan.
Merupakan pernyataan mengenai persepsi pengguna terhadap
kegunaan sistem informasi perpustakaan. Indikatornya antara lain:
mempercepat pekerjaan, meningkatkan produktifitas kerja,
meningkatkan kinerja, meningkatkan efektifitas tugas, mendapatkan
informasi yang dibutuhkan pengguna, adanya kebermanfaatan secara
keseluruhan, mempermudah pekerjaan, adanya penilaian kalau
sistem informasi yang digunakan bermanfaat bagi perpustakaan dan
pengguna.
3. Sikap Terhadap Penggunaan Sistem Informasi.
Merupakan sikap pengguna terhadap penggunaan sistem informasi
perpustakaan yang berbentuk penerimaan ataupun penolakan. Jadi
dalam konteks sikap ini, pengguna akan menunjukkan sikapnya
apakah ia menerima ataupun menolak terhadap sistem informasi
perpustakaan tersebut.
4. Intensitas Perilaku Penggunaan Sistem Informasi
Merupakan niat perilaku pengguna untuk menggunakan sistem
informasi, sehingga menjadi kecenderungan perilaku untuk tetap
menggunakan sistem informasi perpustakaan tersebut. Inilah yang
disebut fase penerimaan, karena pengguna menunjukkan sikap
penerimaan terhadap penggunaan sistem informasi perpustakaan.
Adanya niat positif pengguna untuk menggunakan sistem informasi
diyakini akan mampu menggerakkan pengguna dalam menggunakan
sistem informasi perpustakaan. Tingkat penggunaan sistem informasi
pada pengguna dapat diprediksi dari sikap perhatiannya terhadap
sistem informasi tersebut. Jadi ada semacam motivasi untuk

10
Jurnal Iqra’ Volume 09 No.01 Mei, 2015

menggunakan dan keinginan untuk memotivasi pengguna lainnya.


Hal ini meliputi aspek, antara lain: kognitif/cara pandang adanya
ketertarikan terhadap sistem informasi, afektif dengan pernyataan
pengguna untuk menggunakan sistem informasi, komponen yang
berkaitan dengan perilaku yaitu adanya keinginan untuk tetap
menggunakan sistem informasi yang ada.
5. Penggunaan Sistem Informasi Secara Aktual
Dalam Davis (1986) disebutkan bahwa “actual use” diartikan sebagai
“a person’s performance of specific behaviour”. Artinya kinerja
seseorang dari perilaku tertentu. Hal ini dapat diketahui melalui
kondisi secara nyata penggunaan sistem informasi tersebut, antara
lain: intensitas penggunaan sistem informasi, frekuensi penggunaan
menggunakan sistem informasi, maupun penggunaan sistem
informasi yang sebenarnya secara terus-menerus di perpustakaan
tersebut.
6. Penerimaan
Penerimaan (acceptance) ini sebenarnya meliputi variabel intensitas
perilaku penggunaan sistem informasi dan penggunaan sistem
informasi secara aktual. Untuk mengetahui kalau teknologi yang
dimaksud yaitu sistem informasi perpustakaan benar-benar diterima
oleh pengguna, maka dapat diketahui dari indikator manakala
pengguna selalu menggunakan, selalu mengakses, maupun tercipta
kepuasan penggunanya.

Model TAM dapat menjelaskan bahwa persepsi pengguna terhadap


suatu sistem akan mempengaruhi sikap penggunanya. Menurut Davis
dalam Portner dan Donthu (2006), bahwa TAM menunjukkan persepsi
kemudahan penggunaan dan kebermanfaatan merupakan suatu
kepercayaan terhadap adanya teknologi baru yang mempengaruhi sikap
pengguna terhadap penggunaan teknologi. Intinya TAM sudah teruji
sebagai tolok ukur dalam tujuan dan perilaku pengguna dalam
memanfaatkan teknologi.

Penutup
Model TAM dalam menganalisis penerimaan sistem informasi di
perpustakaan adalah untuk mengetahui sikap penerimaan pengguna
terhadap suatu teknologi. Untuk mengetahui bagaimana sikap
penerimaannya, misalnya dengan menganalisis penerimaan sistem
informasi di sebuah perpustakaan dilihat dari persepsi kemudahan
penggunaan dan kebermanfaatan. Melalui pisau analisis dengan model
TAM, maka cara melakukannya adalah dengan menganalisis indikator
kemudahan penggunaan dan kebermanfaatan dari sistem informasi

11
Jurnal Iqra’ Volume 09 No.01 Mei, 2015

yang digunakan. Dengan demikian, sikap penerimaan pengguna baik itu


pustakawan maupun pemustaka terhadap sistem informasi
perpustakaan bisa diketahui.

Daftar Pustaka
Ajzen, Icek and Martin Fishbein. 1980. Understanding Attitudes and
Predicting Social Behavior. Englewood: Prentice Hall
Chuttur, Mohammad. 2009. “Overview of The Technology Acceptance
Model: Origins, Developments and Future Directions.” Sprouts,
Working Papers on Information Systems, Vol.9 No.37. Dalam
http://sprouts.aisnet.org/9-37 [diakses 16 Nopember 2014].
Davis, Fred D. 1986. “Technology Acceptance Model for Empirically
Testing New End-User Information System Theory and Results.”
Dissertation. Massachusetts Institute of Technology (MIT).
___________. 1989. “Perceived Usefulness, Perceived Ease of Use, and
User Acceptance of Information Technology.” MIS Quarterly,
September, Vol.13, No.3, p.319-340 dalam http://www.jstor.org
[diakses 16 Nopember 2014].
Davis, Fred D., et. al. 1989. “User Acceptance of Computer Technology: A
Comparison of Two Theoritical Models.” Management Science, 35 (8),
p.982-1002.
Gahtani, S.A. 2001. “The Applicability of TAM Outside North America: an
Empirical Test in United Kingdom.” Information Resource
Management Journal, p.37-46.
Kamel, Sherif dan Ahmed Hassan. 2003. Assessing The Introduction of
Electronic Banking in Egypt Using the Technology Acceptance Model.
IDEA Group Publishing (IGP).
Kochtanek, Thomas R. dan Matthews, Joseph R. 2002. Library
Information System: From Library Automation to Distributed
Information Access Solution. Connecticut: Libraries Unlimitted.
Nugroho, Mahendra Adhi. 2009. “Model Penerimaan E-Commerce”.
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia (JPAI), Vol. VII, No. 2, hal.
46-55.
Portner, C.E. dan Naveen Donthu. 2006. “Using The Technology
Acceptance Model to Explain How Attitudes Determine Internet
Usage: The Role of Perceived Access, Barriers and Demographics.”
Journal of Business Research, Vol. 59, p.999-1007 dalam
http://sciencedirect.com [diakses 16 Nopember 2014].
Rogers, E. M. 2003. Diffusion of Innovations. New York: The Free Press.
Technology Acceptance Model. Tersedia di Wikipedia dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/Technology_acceptance_model
[diakses 16 Nopember 2014].

12
Jurnal Iqra’ Volume 09 No.01 Mei, 2015

Teo, Timothy. 2011. Technology Acceptance in Education: Research and


Issues. Netherlands: Sense Publishers.
Venkatesh, V dan Davis, Fred D. 1996. “A Model of The Perceived Ease of
Use: Development and Test.” Decision Sciences, 27 (3), p.451-481.
Venkatesh, V., et. al. 2002. “User Acceptance Enablers in Individual
Decision Making About Technology: Towards an Integrated Model.”
Decision Sciences (33), p.297-316.
Wexler, Joanie. 2001. “Why Computer Users Accept Ner System.” MIT
Sloan Management Review, Spring, April 15. Dalam
http://sloanreview.mit.edu/article/information-technology-why-
computer-users-accept-new-systems/ [diakses 16 Nopember 2014].

13

Anda mungkin juga menyukai