PENDAHULUAN
Anestesi adalah hilangnya rasa sakit yang disertai atau tanpa disertai hilangnya
kesadaran. Pada dasarnya anestesi digunakan pada tindakan-tindakan yang berkaitan dengan
pembedahan, karena dalam waktu tertentu harus dapat dipastikan hewan tidak dapat merasakan
nyeri sehingga tidak menimbulkan penderitaan bagi hewan. Berbagai prosedur diagnostik dan
operasi (operasi mayor dan minor) didunia kedokteran hewan harus dibawah pengaruh
anestesi. Anestesi sebelum operasi sangat penting dilakukan pada hewan untuk menghilangkan
rasa sakit dan mempermudah pekerjaan dalam operasi. Tujuan hewan dianestesi sebelum
dioperasi untuk memastikan hewan tidak dapat merasakan nyeri maupun sakit sehingga dapat
menggurangi penderita bagi hewan (Zendrato,2016).
Anestesi inhalasi adalah obat yang berupa gas atau cairan mudah menguap, yang
diberikan melalui pernafasan pasien. Anestesi ini memiliki indeks yang sempit, sehingga
menghasilkan efek toksik pada beberapa organ, misalnya jantung. Cara kerja obat anestesi
inhalasi terhadap kecepatan jantung dengan mengubah secara langsung kecepatan depolarisasi
nodus sinoauricularis (nodus SA), atau dengan menggeser keseimbangan aktivitas sistem saraf
otonom. Salah satu contoh anestesi inhalasi adalah sevofluran (Lewar, 2015).
1.2 Tujuan
a. Mengetahui prosedur menggunakan endotracheal tube
b. Mengetahui prosedur anastesi inhalasi
1.3 Manfaat
a. Mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan anastesi inhalasi saat operasi
b. Mengetahui cara pemakaian dan penggunaan anastesi inhalasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anestesi inhalasi adalah obat yang berupa gas atau cairan mudah menguap, yang
diberikan melalui pernafasan pasien. Anestesi ini memiliki indeks yang sempit, sehingga
menghasilkan efek toksik pada beberapa organ, misalnya jantung. Cara kerja obat anestesi
inhalasi terhadap kecepatan jantung dengan mengubah secara langsung kecepatan depolarisasi
nodus sinoauricularis (nodus SA), atau dengan menggeser keseimbangan aktivitas sistem saraf
otonom. Salah satu contoh anestesi inhalasi adalah sevofluran Sevofluran merupakan
halogenasi eter yang memiliki proses induksi dan pemeliharaan paling cepat daripada obat-
obat anestesi inhalasi yang ada. Sevofluran relatif stabil dan tidak menimbulkan aritmia selama
anestesi berlangsung. Tahanan vaskuler dan curah jantung sedikit menurun sehingga tekanan
darah pun sedikit menurun (Lewar, 2015).
Anestetika umum inhalasi yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk membantu
pembedahan adalah N2O. Kemudian menyusul, eter, kloroform, etil klorida, halotan,
metoksifluran, enfluran, isofluran, desfluran, sevofluran, dan xenon. Anestetika umum inhalasi
yang umum digunakan saat ini adalah N2 Nitrous oxide (N O, halotan, enfluran, isofluran,
desfluran, sevofluran, dan xenon. Obat obat anestesi yang lain ditinggalkan, karena efek
sampingnya yang tidak dikehendaki. Misalnya, eter mudah terbakar dan meledak,
menyebabkan sekresi bronkus berlebihan, mual dan muntah, kerusakan hati, dan baunya yang
sangat merangsang. Kloroform menyebabkan aritmia dan kerusakan hati. Metoksifluran
menyebabkan kerusakan hati, toksik terhadap ginjal, dan mudah terbakar (Sudisma, 2011).
a. Flowmeter
Pengiriman sejumlah gas medis melalui vaporizer kepada pasien. Flowmeter diperlukan untuk
setiap gas medis. Ada dua jenis flowmeter: pediatrik dan dewasa. Flowmeter pediatrik
memberikan kontrol yang lebih tepat dari laju aliran dan memungkinkan mesin anestesi
berjalan dengan laju aliran yang rendah dan tepat. Oleh karena itu lebih disukai untuk
menjalankan laju aliran oksigen rendah (Ko, 2018).
b. Regulator
Regulator tekanan, juga disebut katup pereduksi tekanan, dirancang untuk mengurangi tekanan
tinggi dari gas medis, yang disuplai dari tangki portabel atau penyimpanan (hingga 15,168,4
kPa] dalam tangki oksigen portabel ukuran E), terhadap tekanan kerja (15-30 psi [103,4-206,8
kPa]) yang tidak merusak mesin anestesi atau saluran napas pasien (Ko, 2018).
c. Vaporizer
d. Gas Supply
Pasokan gas mengacu pada pasokan gas medis ke mesin anestesi dan dapat berasal dari
sumber lokal (portabel) atau dari sumber pipa pusat (Ko, 2018).
e. Scavenger
Sistem pemulung gas limbah adalah cara paling efektif untuk meminimalkan polusi
lingkungan kerja. Ada metode pasif dan aktif untuk memulung gas buangan (Ko, 2018).
2.3 Agent Anastesi Inhalasi
a) Isofluran, yaitu eter berhalotan dengan kadar obat tinggi menyebabkan pasien dapat
menahan nafas lama sehingga durasi anestesi lama.
b) Desfluran, yaitu memiliki kelarutan lebih rendah sehingga induksi dan pemulihan lebih cepat
daripada desfluran, desfluran dapat mengakibatkan penurunan vasokontriksi dan
mengakibatkan menggigil.
c) Sevofluran, yaitu memiliki kelarutan lebih rendah dari desfluran, tetapi mengakibatkan
vasodilatasi dan mengakibatkan hipotermi. (Hanifa, 2017)
Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu; Stadium I (stadium induksi atau eksitasi
volunter), dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya kesadaran.
Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil, dapat terjadi urinasi
dan defekasi. Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari hilangnya kesadaran
sampai permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi eksitasi dan gerakan yang
tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur, inkontinensia urin, muntah, midriasis,
hipertensi, dan takikardia. Stadium III (pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yaitu;
Plane I yang ditandai dengan pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe
pernafasan thoraco-abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra,
konjuctiva dan kornea terdepresi. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan
bola mata ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. Plane III, ditandai
dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut relaksasi.
Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan paralisis otot dada,
pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran seperti mata ikan karena
terhentinya sekresi lakrimal (Firman, 2013).
BAB III
METODOLOGI
Hewan
Ditekan pangkal lidah dengan laringoskop, ditarik lidah ke depan lalu terihat
epiglottis yang sudah sedikit membuka
Hasil
BAB IV
HASIL
LEMBAR ANESTESI
Tanggal :
Nama Pasien : Berat Badan :
Nama Pemilik : Status Kesehatan :
Jenis/Ras : Temperatur :
Jenis kelamin : Prosedur Operasi :
Tanggal lahir/Umur :
Puasa (jam sebelum
Ciri khusus : operasi) :
WAKTU 1
PRE-
PARAMETER ANESTESI 0' 2' 4' 6' 8' 10' 12' 14' 16' 18'
RESPIRASI (x /
menit) 24 24 28 32 24 24 24 24 24
DENYUT JANTUNG
(x / menit) 96 100 100 104 100 100 96 92 92
TEMPERATUR (°C) 37,6 36,2
KONJUNGTIVA
MATA
MUKOSA GUSI
CRT (DETIK)
TURGOR (DETIK)
VOMIT
URINASI
DEFEKASI
Waktu mulai = 11.13
PEMBAHASAN
Tidak seperti kelarutan obat yang lain, anestesi inhalasi diserap dan didistribusikan
sebagai akibat dari tekanan gradien dan keseimbangan ketika tegangan udara inspirasi sama
dengan tegangan udara inhalasi di alveoli, darah, dan jaringan. Di lain pihak, tegangan pada
darah menyebabkan perlawanan yang hebat pada obat-obat inhalasi untuk memasuki otak,
walaupun aktivitas anestesi sedang berlangsung (Fatimah, 2012).
Intubasi Trakhea adalah tindakan memasukkan pipa trakhea kedalam trakhea melalui
rima glotis, sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakhea antara pita suara
dan bifurkasio trakhea. Tindakan intubasi trakhea merupakan salah satu teknik anestesi umum
inhalasi, yaitu memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas atau cairan yang
mudah menguap melalui alat/ mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
Sebelum diberikan anastesi inhalasi, diberikan terlebih dahulu anastesi umum berupa
ketamin-xylazin. Setelah terpasang endotracheal tube, lalu dipastikan tidak ada kebocoran pada
selang, tabung, dll. Sirkuit anestesi diklasifikasikan sebagai rebreathing dan non-rebreathing
berdasarkan ada tidaknya udara ekspirasi yang dihirup kembali. Sirkuit ini juga
diklasifikasikan sebagai open, semi open, semi closed dan closed berdasarkan ada tidaknya (1)
reservoir bag, (2) udara ekspirasi yang dihirup kembali (rebreathing exhaled gas), (3)
komponen untuk menyerap korbondioksia ekspirasi (CO2 absorber) serta (4) katup satu arah.
Mesin anestesi dengan pengukuran aliran gas sampai dengan minimal 50 ml/menit.
Sistem sirkuit yang tidak bocor atau maksimal 150 ml/menit pada 30mmHg ( closed atau
semi-closed) yang sudah terintegrasi dengan sistem pengukuran konsentrasi gas baik inspirasi
ataupun ekspirasi. Dengan jenis sirkuit yang tidak mengikat agen anestesi.
Vaporizer 19
Monitor yang dapat memantau kadar gas atau agen anestesi inspirasi dan eskpirasi.
Karbondioksida absorber yang berfungsi baik.
Pengukur tekanan, regulator, katup pop-off, untuk melindungi pasien dan mesin dari gas
bertekanan tinggi. Flowmeter untuk oksigen, udara, N2O.
Ventilator yang terpasang pada mesin anestesi untuk memberikan ventilasi mekanik pada
pasien yang teranestesi.
Sistem pemantauan dari gas yang diberikan dan dikeluarkan oleh pasien.
Sistem alarm keamanan sesuai dengan batas keamanan untuk pasien (Fatimah, 2012)
Keamanan dari semua obat anestesi inhalasi yang terpenting adalah berapapun obat
yang masuk pada pasien melalui paru-paru dapat keluar dengan cara yang sama. Oleh
karenanya, selama pasien masih bias bernafas, efek obat anestesi bersifat reversible. Di
samping itu, melalui pernafasan spontan, pasien dapat menyesuaikan seniri dosisnya dan
depresi respirasi akan mengurangi jumlah gas yang terhirup sehingga membantu mencegah
overdosis. Proses induksi dan pemulihan isoflurane relative lebih cepat dibandingkan dengan
obat-obatan anestesi inhalasi yang ada saat ini tetapi masih lebih lambat daripada sevoflurane.
Peningkatan konsentrasi isoflurane yang cepat menyebabkan peningkatan sementara frekuensi
denyut jantung, tekanan darah arteri, dan kadar norepinefrin (Fatimah, 2012).
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Anestesi inhalasi adalah obat yang berupa gas atau cairan mudah menguap, yang
diberikan melalui pernafasan pasien. Agent anastesi inhalasi Isofluran, yaitu eter berhalotan
dengan kadar obat tinggi menyebabkan pasien dapat menahan nafas lama sehingga durasi
anestesi lama. Intubasi Trakhea adalah tindakan memasukkan pipa trakhea kedalam trakhea
melalui rima glotis, sehingga ujung distalnya berada kira-kira dipertengahan trakhea antara pita
suara dan bifurkasio trakhea. Tindakan intubasi trakhea merupakan salah satu teknik anestesi
umum inhalasi, yaitu memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas atau cairan
yang mudah menguap melalui alat/ mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
6.2 Saran
Fatimah, Aulia N. 2012. Efek Anestesi Inhalasi Sevofluran Dan Isofluran Terhadap Frekuensi
Nadi. Surakarta : FK USU
Firman, Al. 2013. Revalensi Mual dan Muntah Pasca Anastesi Umum Pada Bedah Elektif di
RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2013. Medan : FK USU
Hanifa, Amila. 2017. Hubungan Hipotermi Dengan Waktu Pulih Sadar Pasca General
Anestesi Di Ruang Pemulihan RSUD Wates. Yogyakarta : Poltekkes Jogja
Ko, Jeff. 2018. Small Animal Anesthesia And Pain Management. USA : CRC Press
Lewar, Emanuel I. 2015. Efek Pemberian Obat Anastesi Inhalasi Sevofluran Terhadap
Perubahan Nasi Intra Anestesi Di Kamar Operasi RSUD Umbu Rara Meha
Waigapu. Kupang : Jurnal Info Kesehatan
Sudisma, I Gusti N. 2011. Keterpilihan Dan Kebakuan Dosis Anestesi Ketamine Dan Propofol
Menggunakan Metode Gravimetrik Pada Anjing. Bogor : Pascasarjana IPB
Zendrato, Jasmine K. 2016. Perbedaan Onset Dan Durasi Anestesi Pada Babi Yang Dianestesi
Dengan Anestesi Ketamin Dicampur Dengan Xylasin Dan Anastesi Ketamin
Dicampur Dengan Propofol. Yogyakarta : UGM