Anda di halaman 1dari 225

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR

KOGNITIF SISTEM KOMPUTER KARENA PENGARUH PENERAPAN


MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DIBANDINGKAN
MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS X TKJ DI
SMKN 11 MALANG

SKRIPSI

OLEH
SINGGIH ADIE KURNIAWAN
NIM 140533601422

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
JULI 2018
PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR
KOGNITIF SISTEM KOMPUTER KARENA PENGARUH PENERAPAN
MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DIBANDINGKAN
MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS X TKJ DI
SMKN 11 MALANG

SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Sarjana
Pendidikan Teknik Informatika

Oleh
Singgih Adie Kurniawan
NIM 140533601422

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA
JULI 2018
ABSTRAK
Kurniawan, S. A. 2018. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar
Kognitif Sistem Komputer Karena Pengaruh Penerapan Model Contextual
Teaching And Learning Dibandingkan Model Examples Non Examples
Pada Siswa Kelas X TKJ Di SMKN 11 Malang. Skripsi. Jurusan Teknik
Elektro. Program Studi Pendidikan Teknik Informatika. Fakultas Teknik.
Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Dr. Ir. Syaad Patmanthara,
M.Pd., (II) Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd.
Kata Kunci: Contextual Teaching and Learning; Examples Non Examples,
Berpikir Kritis, Hasil Belajar Kognitif, Sistem Komputer
Dalam rangka meningkatkkan kualitas pembelajaran dan prestasi belajar
siswa, guru dituntut untuk mampu memahami berbagai faktor dan kondisi yang
dapat mempengaruhi keberhasilan susatu proses pembelajaran. Termasuk salah
satu faktor adalah kemampuan berpikir kritis dari siswa. Kemapuan berpikir kritis
dapat mendorong individu memunculkan idei-ide atau pemikiran baru mengenai
permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan. Mengembangkan kemampuan
berpikir kritis bagi siswa di sekolah dapat membantu siswa membuat kesimpulan
dengan mempertimbangkan data dan fakta yang terjadi di lapangan.
Salah satu upaya pengelolaan kemampuan berpikir kritis dan peningkatan
hasil belajar kognitif yaitu dengan menerapkan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning dan model pembelajaran Examples Non Examples dalam
proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pada
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif mata pelajaran sistem
komputer, antara kelas eksperimen menggunakan model contextual teaching and
learning dan kelas kontrol menggunakan model examples non examples di SMKN
11 Malang.
Penelitian ini merupakan penelitian experimental semu (Quasy
Experimental Design) dengan pola posttest only control design. Sampel yang
dipilih adalah kelas X TKJ 1 dengan siswa sebanyak 31 siswa sebagai kelas
eksperimen dan X TKJ 4 dengan siswa sebanyak 30 sebagai kelas kontrol. Rata-
rata hasil kemampuan akhir siswa di kedua kelas setelah mendapat perlakuan
yaitu, kelas TKJ 1 sebesar 89,16 dan kelas TKJ 4 sebesar 83,90. terdapat selisih
rata-rata sebesar 5,26 antara kedua kelas.
Hasil kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen menunjukkan 20%
kriteria sangat tinggi, 10% kriteria tinggi, 42% kriteria sedang, 6% kriteria rendah
dan 13% kriteria sangat rendah. Sedangkan untuk kelas kontrol presentase yang
didapat 7% memiliki kemampuan sangat tinggi, 20% kemampuan tinggi, 23%
kemampuan sedang, 20% kemampuan rendah dan 30% kemampuan sangat
rendah. Hasil uji-t juga menunjukkan nilai 0,002, dimana nilai 0,002 < 0,05 maka
dapat disimpulkan terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar
kognitif yang signifikan antar kelas eksperimen dan kelas kontrol.

ii
ABSTARCT
Kurniawan, S. A. 2018. Differences Of Critical Thinking Ability And Cognitive
Learning Results Of Computer Systems Due To The Effect Of
Implementation Of Contextual Teaching And Learning Model Compared
Examples Non Examples Model at X grade of TKJ program In SMKN 11
Malang. Departement of Electrical Engineering. Eductaion of Informatics
Engineering Program. Faculty of Engineering. State University of Malang.
Advisor: (I) Dr. Ir. Syaad Patmanthara, M.Pd., (II) Dila Umnia Soraya,
S.Pd., M.Pd.
Keywords: Contextual Teaching and Learning; Examples Non Examples, Critical
Thinking, Cognitive Learning Outcomes, Computer Systems
In order to improve the quality of learning and student achievement,
teachers are required to be able to understand various factors and conditions that
can affect the success of one learning process. One of the factors is the critical
thinking ability of the students. The ability to think critically can encourage
individuals to come up with new ideas or thoughts about the problems that occur
in life. Developing critical thinking skills for students at school can help students
make conclusions by considering data and facts that occur in the field.
One of the efforts of managing the ability of critical thinking and
improvement of cognitive learning result is by applying Contextual Teaching and
Learning model and Examples Non Examples learning model in the learning
process. This study aims to determine the differences in critical thinking skills and
cognitive learning outcomes of computer system subjects, between experimental
classes using contextual teaching and learning model and control class using
examples non examples model in SMKN 11 Malang.
This research use Quasy Experimental Design with posttest only control
pattern. The selected sample is class X TKJ 1 with students as many as 31
students as experiment class and X TKJ 4 with 30 students as control class. The
average of students' end-ability outcomes in both classes after treatment was TKJ
1 for 89.16 and TKJ 4 for 83.90. there is an average difference of 5.26 between
the two classes.
The results of critical thinking ability in the experimental class showed
20% very high criteria, 10% high criterion, 42% medium criterion, 6% low
criterion and 13% very low criteria. While for the percentage control class
obtained 7% has a very high ability, 20% high ability, 23% medium ability, 20%
low ability and 30% very low ability. The result of t-test also shows value 0,002,
it means that 0,002 <0,05 hence can be concluded there are difference of critical
thinking ability and significant cognitive learning result between experiment class
that using contextual teaching and learning model and control class that using
examples non examples model in the learning process.

iii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T., karena


berkat limpahan rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Kognitif
Sistem Komputer Karena Pengaruh Penerapan Model Contextual Teaching and
Learning Dibandingkan Model Examples Non Examples pada Siswa Kelas X TKJ
di SMKN 11 Malang”.

Dengan terselesaikannya skripsi ini, dengan segala hormat dan kerendahan


hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan baik moril dan materil.
2. Dr. Hakkun Elmunsyah, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang yang telah memberikan dorongan
serta motivasi dalam penyelesaian skripsi.
3. Dr. Ir. Syaad Patmanthara, M.Pd. selaku Koordinator Skripsi program studi
Pendidikan Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri
Malang, yang sekaligus berperan sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
dengan sabar memberikan arahan serta bimbingan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4. Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah rela
meluangkan waktu serta tenaga demi memberikan arahan, bimbingan, dorongan
serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Drs. Gunawan Dwiyono, S.ST., M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMKN 11
Malang yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.
6. Ismanu Rahadi, S.H. selaku guru pengampu mata pelajaran Sistem Komputer
kelas X TKJ SMKN 11 Malang yang telah bersedia memberikan arahan,
dukungan, serta kesempatan peneliti dalam melaksanakan penelitian.

Serta tidak lupa ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis haturkan


kepada teman-teman PTI angkatan ’14 khususnya Offering C, sahabat-sahabat Al-
Haddad, dulur-dulur dari IKAWANGI UM/Malang Raya, rekan-rekan HMJ-TE,

iv
serta pihak-pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu, yang telah
memberikan banyak bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak
langsung kepada penulis, mulai dari awal penyusunan skripsi sampai dengan
terlaksananya sidang skripsi.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih terdapat banyak


kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja, dikarenakan
keterbatasan ilmu pengetahuan dan wawasan serta pengalaman yang penulis miliki.
Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas segala kekurangan tersebut, serta penulis
juga tidak menutup diri terhadap segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat
kontruktif bagi diri penulis demi kebaikan masa yang akan datang.

Malang, 23 Juli 2018

Penulis

v
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR RUMUS .......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
D. Hipotesis Tindakan .............................................................. 7
E. Manfaat Penelitian ............................................................... 8
F. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian ............................... 8
G. Definisi Operasional ............................................................ 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran .................................. 11
B. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) ................................................................................... 13
C. Model Pembelajaran Examples Non Examples ................... 17
D. Kemampuan Berpikir Kritis ................................................ 21
E. Hasil Belajar Ranah Kognitif............................................... 25
F. Penelitian yang Relevan ...................................................... 26
G. Kerangka Berpikir ............................................................... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

v
A. Rancangan Penelitian........................................................... 31
B. Variabel Penelitian............................................................... 32
C. Populasi dan Sampel ............................................................ 33
D. Instrumen Penelitian ............................................................ 34
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 41
F. Teknik Analisis Data ........................................................... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN


A. Uji Coba Instrumen .............................................................. 50
B. Deskripsi Data ..................................................................... 54
C. Uji Prasyarat Analisis .......................................................... 58
D. Uji Hipotesis ........................................................................ 61

BAB V PEMBAHASAN
A. Kemampuan Awal Siswa ..................................................... 63
B. Kemampuan Akhir Siswa .................................................... 65
C. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ................................................................ 68
D. Perbedaan Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol ....................................................................... 71
E. Analisis Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil
Belajar Kognitif Pada Kelas Eksperimen Dan Kelas
Kontrol ................................................................................. 75

BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 80
B. Saran .................................................................................... 81

DAFTAR RUJUKAN ...................................................................................... 82


LAMPIRAN ..................................................................................................... 87

vi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Dua Belas Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis ...........
2.2 Rubrik penilaian berpikir kritis .................................................................. 24
3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................. 31
3.2 Skor Skala Likert........................................................................................ 34
3.3 Kriteria Validitas Isi Soal ........................................................................... 38
3.4 Kriteria Validitas Butir Soal ...................................................................... 39
3.5 Kriteria Reliabilitas .................................................................................... 40
3.6 Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran ....................................................... 41
4.1 Hasil Validasi Isi RPP Model Contextual Teaching and Learning (CTL) 51
4.2 Hasil Validasi Isi RPP Model Examples Non Examples ........................... 51
4.3 Hasil Validasi Isi Materi Memori Eksternal .............................................. 52
4.4 Hasil Validasi Isi Soal Post-Test Tentang Materi Memori Eksternal ........ 52
4.5 Hasil perhitungan Alpha Cronchbach ........................................................ 54
4.6 Data Kemampuan Awal Siswa Sebelum Diberi Perlakuan ....................... 54
4.7 Hasil Kesamaan Dua Rata-Rata Kemampuan Awal Siswa ....................... 55
4.8 Data Kemampuan Akhir Siswa .................................................................. 55
4.9 Rentang Nilai Kemampuan Berpikir Kritis................................................ 56
4.10 Distibusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ...... 57
4.11 Distibusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ............. 57
4.12 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa ....................................... 58
4.13 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa ................................... 59
4.14 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Akhir Siswa ...................................... 60
4.15 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Akhir Siswa .................................. 61
4.16 Hasil Uji-T Data Kemampuan Akhir Siswa ............................................ 62

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Peta konsep kerangka berpikir ................................................................... 30
3.1 Hubungan antar variabel ............................................................................ 33
5.1 Grafik kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ......... 63
5.2 Grafik kemampuan akhir siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ........ 68
5.3 Grafik Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Kelas
Eksperimen ............................................................................................... 68
5.4 Grafik Presentase Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen ........... 69
5.5 Grafik Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol .. 70
5.6 Grafik Presentase Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol .................. 70
5.7 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen .................. 72
5.8 Grafik peningkatan hasil belajar kognitif kelas kontrol ............................. 73
5.9 Grafik peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .. 74

viii
DAFTAR RUMUS

Rumus Halaman
3.1 ..................................................................................................................... 38
3.2 ..................................................................................................................... 39
3.3 ..................................................................................................................... 40
3.4 ..................................................................................................................... 44
3.5 ..................................................................................................................... 44
3.6 ..................................................................................................................... 45
3.7 ..................................................................................................................... 46
3.8 ..................................................................................................................... 47

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. RPP Model Contextual Teaching and Learning ....................................... 87
2. RPP Model Examples Non Examples ....................................................... 99
3. Materi Memori Eksternal Sistem Komputer ............................................. 111
4. Soal Post Test dan Kunci Jawaban ........................................................... 129
5. Rubrik Penilaiaan ...................................................................................... 132
6. Kisi-Kisi Soal Posttest .............................................................................. 136
7. Silabus Sistem Komputer SMK Kelas X .................................................. 139
8. Validasi RPP CTL Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd. .............................. 149
9. Validasi RPP CTL Ismanu Rahadi, S.H. .................................................. 151
10. Validasi RPP ENe Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd. ............................... 153
11. Validasi RPP ENe Ismanu Rahadi, S.H. ................................................... 155
12. Validasi Materi Ismanu Rahadi, S.H. ....................................................... 157
13. Validasi Isi Soal Posttest Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd. .................... 159
14. Validasi Isi Soal Posttest Ismanu Rahadi, S.H. ........................................ 161
15. Lembar Kerja Diskusi CTL....................................................................... 163
16. Lembar Kerja Diskusi ENe ....................................................................... 164
17. Data Kemampuan Awal (Nilai UTS Semester Genap 2017/2018)........... 166
18. Data Kemampuan Akhir Kelas Eksperimen ............................................. 167
19. Data Kemampuan Akhir Kelas Kontrol .................................................... 169
20. Hasil Uji Coba Instrumen ......................................................................... 171
21. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas .......................................................... 174
22. Hasil Uji Normalitas Dan Homogenitas ................................................... 176
23. Hasil Uji Hipotesis (Uji Daya Beda Dengan Uji-T) ................................. 177
24. Lembar Keterlaksanaan RPP Model CTL Observer 1 Hari Pertama........ 178
25. Lembar Keterlaksanaan RPP Model CTL Observer 2 Hari Pertama........ 182
26. Lembar Keterlaksanaan RPP Model CTL Observer 1 Hari Kedua .......... 186
27. Lembar Keterlaksanaan RPP Model CTL Observer 2 Hari Kedua .......... 190
28. Lembar Keterlaksanaan RPP Model ENe Observer 1 Hari Pertama ........ 194
29. Lembar Keterlaksanaan RPP Model ENe Observer 2 Hari Pertama ........ 197
30. Lembar Keterlaksanaan RPP Model CTL Observer 1 Hari Kedua .......... 200
31. Tabel 2.1 Dua Belas Indikator Keterampilan Berpikir Kritis
Menurut Ennis ........................................................................................... 204
32. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 206
33. Surat Penelitian ......................................................................................... 208
34. Kartu Bimbingan Skripsi .......................................................................... 209
35. Riwayat Hidup .......................................................................................... 213

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia di seluruh dunia.
Pendidikan menjadi salah satu usaha dalam meningkatkan kesejahteraan dan
merupakan bagian dari pembangunan nasional. Pendidikan dapat mencetak
generasi-generasi yang cerdas, berkualitas, berahlak dan berbudi pekerti luhur,
seperti yang tertera di dalam UU No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang
berbunyi, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Pendidikan bersifat dinamis, akan dapat berubah dan berkembang seiring
perkembangan zaman dan bergantinya waktu, menyesuaikan terhadap paradigma
yang sedang terjadi dan berkembang di masyarakat. Terutama di zaman yang
semakin modern seperti sekarang, manusia dituntut untuk lebih bersikap lebih
terbuka terhadap berbagai informasi dan tantangan serta memiliki pola pikir yang
kritis demi menghadapi ketatnya persaingan global. Kurikulum 2013 dalam proses
pembelajarannya harus memenuhi beberapa kriteria, salah satunya adalah
mendorong dan menginspirasi siswa berpikir kritis dalam memecahkan masalah
dan mengaplikasikan materi pembelajaran (Lampiran Permendikbud No. 20
Tahun 2016). Berpikir kritis merupakan proses mental untuk menganalisis
informasi yang diperoleh. Informasi tersebut didapatkan melalui pengamatan,
pengalaman, komunikasi, atau membaca (Suryosubroto, 2009). Sedangkan
menurut Ennis (2011) mendefinisikan konsep berpikir kritis terutama didasarkan
pada keterampilan tertentu khususnya keterampilan mengamati, menyimpulkan,
generalisasi, penalaran, mengevaluasi penalaran dan sejenisnya.

1
2

Peningkatan mutu pendidikan sangatlah penting bagi pembangunan yang


berkelanjutan di segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional
senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang
terjadi baik ditingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006: 4).
Perubahan dan perbaikan yang terjadi dapat mencakup kompetensi dan kualitas
tenaga pendidik, mutu pendidikan, perangkat kurikulum, sarana dan prasarana
pendidikan, dan mutu manajemen pendidikan termasuk pemilihan model
pembelajaran yang inovatif demi mewujudkan pembelajaran yang efektif.
Model pembelajaran menurut Joice and Weil, 1990 (Trianto, 2007:50)
adalah suatu pola dan rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan
digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pembelajaran dan
memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Seorang guru diharapkan dapat
memiliki motivasi, kreativitas dan inovasi dalam menjalankan proses
pembelajaran, terutama dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
mata pelajaran dan karakteristik siswa agar pembelajaran dapat terlaksana dengan
menarik dan menyenangkan bagi siswa sehingga akan tercapai hasil yang
maksimal. Banyak tersedia model-model pembelajaran yang dapat dipilih oleh
guru untuk diimplementasikan sebagai usaha dalam rangka melakukan
pembaharuan proses pembelajaran.
Menurut Depdiknas, pembelajaran sebaiknya dilandasi oleh prinsip-
prinsip belajar sebagai berikut: (1) Berpusat pada siswa; (2) belajar dengan
melakukan; (3) mengembangkan kreativitas siswa; (4) menciptakan kondisi
menyenangkan dan menantang; (5) mengembangkan beragam kemampuan yang
bermuatan nilai; (6) menyediakan pengalaman belajar yang beragam; dan (7)
menumbuh kembangkan kesadaran sebagai warga negara. Upaya
mengimplementasikan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut bisa dikembangkan
berbagai strategi dan pendekatan pembelajaran, antara lain: (1) Pendekatan
pemebelajaran kontekstual; (2) pembelajaran life skill; (3) Pembelajaran berbasis
lingkungan dan lain-lain.
Tetapi, faktanya di lapangan dari hasil observasi yang dilakukan di SMKN
11 Malang pada saat KPL Sekolah yang dilaksanakan tanggal 5 September – 13
Oktober 2017, guru masih menggunakan model konvensional atau dengan metode
3

ceramah dalam mengajar khususnya pada mata pelajaran Sistem Komputer.


Akibatnya siswa cenderung pasif di dalam kelas karena mereka merasa bosan
dengan proses pembelajaran yang sedang terjadi karena hanya berpusat pada guru
(teacher centered). Menurut Sanjaya, Wina (2006:179), proses pembelajaran yang
cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered), dimana guru sebagai
sumber pengetahuan dan siswa hanya bersikap pasif dalam menerima pelajaran,
masih sering terjadi di dalam sistem pembelajaran di sekolah-sekolah pada
umumnya.
Pasifnya siswa tentunya akan berimbas kurang baik terhadap kemampuan
berpikir kritis yang nantinya juga akan berimbas terhadap hasil belajar kognitif
siswa, terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan pada mata pelajaran
Sistem Komputer itu sendiri. Jadi seorang guru harus bisa memancing siswa agar
dapat lebih aktif di dalam proses belajar dan mengajar agar dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis mereka. Hal ini tentunya sejalan dengan yang
dikatakan oleh Sumarmo (2000:87), untuk dapat mengembangkan kemampuan
berpikir dalam pembelajaran, guru juga perlu mendorong siswa untuk terlibat
aktif dalam diskusi, bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir secara kritis,
menjelaskan setiap jawaban yang diberikan, serta mengajukan alasan untuk setiap
jawaban yang diajukan. Hampir sebagian besar siswa kelas X TKJ di SMKN 11
Malang masih belum mampu untuk menggunakan konsep suatu materi yang ada
dalam mata pelajaran sistem komputer yang telah diberikan oleh guru untuk
mengatasi masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga
masih merasa bingung dan kesulitan dalam menyelesaikan soal yang
membutuhkan kemampuan dalam menganalisis.
Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa kelas X TKJ di SMKN 11 Malang
masih belum mampu berpikir kritis. Hal seperti ini disebabkan karena siswa hanya
menghafal suatu konsep yang diterima langsung dari guru yang mereka anggap
hanya suatu kewajiban di dalam menerima pelajaran di sekolah. Padahal di zaman
serba modern seperti sekarang ini, manusia semakin dituntut kualitasnya sehingga
perlu adanya pembaharuan di lingkungan pendidikan yang mengarahkan peserta
didik untuk dapat berpikir kritis. Karena menurut Djafar (2013: 68) berpikir kritis
penting bagi peserta didik karena dengan berpikir kritis peserta didik dapat
4

menganalisis dan mencari solusi serta membuat keputusan terhadap suatu masalah
secara sistematis khususnya dalam pembelajaran. Kemampuan menganalisis
sendiri merupakan bagian dari kemampuan berpikir kritis. Sejalan dengan itu
Beaton dalam Sudiarta (2005: 534) menyatakan bahwa cara berpikir kritis
meliputi pemikiran analitis dengan tujuan untuk mengevaluasi apa yang telah
dibaca.
Secara langsung kurangnya kemampuan berpikir kritis tersebut juga
berdampak pada hasil belajar kognitif siswa. Perolehan rata-rata nilai dari ulangan
harian siswa kelas X TKJ di SMKN 11 Malang terhadap mata pelajaran Sistem
Komputer hampir 70% anak masih mendapat nilai di bawah KKM yang
ditetapkan yaitu 75. Artinya siswa masih banyak yang belum mencapai ketuntasan
dalam belajar.
Perlu adanya penerapan model pembelajaran lain yang dapat membuat
proses pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan dan juga prosesnya
lebih berpusat pada siswa (student centered), sehingga diharapkan siswa akan
lebih termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran dengan aktif dan tujuan
pembelajaran pun dapat tercapai secara optimal dengan pemahaman yang
mendalam (deep learning). Indikator keberhasilan belajar siswa salah satunya
diukur berdasarkan daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan
sehingga mencapai prestasi tinggi, baik individual maupun kelompok (Djamarah
& Zain, 2006). Keberhasilan belajar tersebut dapat diketahui melalui penilaian
hasil belajar. Hasil belajar merupakan kemampuan siswa dalam memenuhi suatu
tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar (Kunandar,
2007). Penulis menawarkan 2 model pembelajaran yang bisa menjadi alternatif
bagi guru untuk membuat suasana pembelajaran bisa menjadi lebih menarik dan
menyenangkan, sehingga nantinya akan memperkuat kemampuan berpikir kritis
siswa teradap materi yang diberikan dan dapat memberikan hasil yang maksimal
terhadap kemampuan kognitif siswa. Model yang ditawarkan yaitu, model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dan model pembelajaran
Examples Non Examples.Penulis memilih 2 model pembelajaran ini karena
memiliki karakter yang hampir sama, dimana dalam prosesnya sama-sama
mengaitkan langsung materi yang diajarkan dengan kenyataan yang ada pada
5

kehidupan sehari-hari. Selain itu juga dari beberapa penelitian yang pernah ada,
dua model pembelajaran ini sudah terbukti mempunyai pengaruh positif terhadap
kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa.
Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL),
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam
kehidupan sehari-hari. Ada tujuh komponen utama yang mendasari penerapan
pembelajaran Contextual Teaching and Learning di kelas, yaitu konstruktivisme
(Constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning), masyarakat
belajar (Learning Community), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), dan
penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessement) (Nurhadi dan Senduk, 2009:
37-38). Salah satu penelitian yang pernah dilakukan oleh Malikus Shofa M.
(2014) dalam skripsi yang berjudul “Implementasi Metode CTL (Contextual
Teaching and Learning) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Partisipasi Siswa
pada Mata Pelajaran Produktif TKJ Siswa Kelas XI TKJ 4 di SMK Islam 1
Durenan Trenggalek” menunjukkan hasil bahwa penerapan model pemebelajaran
contextual teaching and learning dalam pembelajaran mempengaruhi hasil belajar
siswa ranah kognitif pada siklus 1 sebesar 60,5%, pada siklus 2 sebesar 78,9%,
dan pada siklus 3 mencapai 100%.
Teknik examples non examples merupakan strategi pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi (Huda, 2014:
234). Dengan menggunakan media gambar, siswa dapat lebih mudah untuk
memahami dan menganalisis kosep yang telah diperolehnya dengan melihat
gambar yang diberikan oleh guru dalam proses pembelajaran sehingga siswa
memperoleh gambaran antara konsep yang ada pada materi pembelajaran dengan
realita yang ada dalam kehidupannya. Salah satu penelitian mengenai model
pembelajaran examples non examples yang dilakukan Mahfud dan Joko (2013)
dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Example Non
Example Pada Standar Kompetensi Merawat Peralatan Rumah Tangga Listrik
Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMK Negeri 1 Cerme Gresik” menunjukkan
hasil bahwa hasil belajar terhadap kelas eksperimen yang menggunakan model
6

pembelajaran kooperatif (MPK) dengan metode pembelajaran example non


example secara keseluruhan mendapatkan rata-rata nilai 81,73, sedangkan hasil
belajar siswa terhadap kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran
langsung (MPL) dengan metode pembelajaran ceramah secara keseluruhan
mendapatkan rata-rata nilai 77,73. Hal itu dapat diartikan bahwa hasil belajar
siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif (MPK) dengan metode
pembelajaran example non example lebih tinggi secara signifikan dibandingkan
dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran
langsung (MPL) dengan metode ceramah.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis terdorong
untuk melakukan penelitian berbentuk eksperimen dengan membandingkan model
Contextual Teaching and Learning dan model Examples Non Examples. Judul
dari penelitian ini yaitu “Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar
Kognitif Sistem Komputer Karena Pengaruh Penerapan Model Contextual
Teaching and Learning Dibandingkan Model Examples Non Examples pada
Siswa Kelas X TKJ di SMKN 11 Malang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini dapat penulis rumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
sebelum mendapat perlakuan dengan model contextual teaching and learn-
ing dan model examples non examples?
2. Bagaimanakah kemampuan akhir siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
setelah mendapat perlakuan dengan model contextual teaching and learning
dan model examples non examples?
3. Apakah ada perbedaan signifikan kemampuan berpikir kritis siswa antara
kelas yang diajar menggunakan model contextual teaching and learning
dengan kelas yang diajar menggunakan model examples non examples?
4. Apakah ada perbedaan signifikan dari hasil belajar kognitif siswa antara
kelas yang diajar menggunakan model contextual teaching and learning
dengan kelas yang diajar menggunakan model examples non examples?
7

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol sebelum mendapat perlakuan dengan model contextual teaching and
learning dan model examples non examples
2. Untuk mengetahui kemampuan akhir siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol setelah mendapat perlakuan dengan model contextual teaching and
learning dan model examples non examples
3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas
yang diajar menggunakan model contextual teaching and learning dengan
kelas yang diajar menggunakan model examples non examples
4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif siswa antara kelas yang
diajar menggunakan model contextual teaching and learning dengan kelas
yang diajar menggunakan model examples non examples
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan tersebut, hipotesis dari
penelitian ini penulis jabarkan sebagai berikut:
Ha1 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis siswa
antara kelas yang diajar menggunakan model contextual teaching and
learning dengan kelas yang diajar menggunakan model examples non
examples.
Ha2 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar ranah kognitif siswa
antara kelas yang diajar menggunakan model contextual teaching and
learning dengan kelas yang diajar menggunakan model examples non
examples.
8

E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini:
1. Manfaat Bagi Guru
a. Memberikan alternatif bagi guru dalam memilih dan menerapkan model
pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran dan karakteristik siswa
dengan adanya variasi 2 model pembelajaran yaitu model Contextual
Teaching and Laearnig dan model Examples Non Examples.
b. Memberikan masukan bagi guru mata pelajaran sistem komputer dalam
menerapkan model pembelajaran yang lebih inovatif yang diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran serta memberikan pengalaman yang
kongkret bagi siswa.
2. Manfaat Bagi Siswa
a. Meningkatkan motivasi dan keaktivan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.
b. Membuat suasana pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan, sehingga
siswa tidak merasa bosan dengan model pembelajaran yang biasa
digunakan.
3. Manfaat Bagi Peneliti
a. Memperoleh tambahan wawasan dan pengetahuan yang baru
b. Meningkatkan kemampuan peneliti menganalisis dan memecahkan suatu
masalah
c. Memberikan inspirasi dan referensi khususnya terkait penelitian mengenai
perbedaan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif akibat
pengaruh penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning
dan model pembelajaran examples non examples.
F. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
1. Variabel bebas dalam penelitian ini merupakan model pembelajaran yang
digunakan, yaitu model contextual teaching and learning dan model
examples non examples.
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis dan
hasil belajar ranah kognitif siswa kelas X bidang keahlian Teknik Komputer
dan Jaringan di SMKN 11 Malang.
9

3. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas X bidang keahlian Teknik
Komputer dan Jaringan di SMKN 11 Malang
4. Mata pelajaran pada penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran Sistem
Komputer kelas X
5. Hasil penelitian ini terbatas untuk mengetahui perbedaan kemampuan
berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa dari model pembelajaran
contextual teaching and learning dan model examples non examples.
G. Definisi Operasional
1. Model Contextual Teaching and Learning
Model Contextual teaching and learning merupakan pembelajaran
dimana pada prosesnya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Model ini
melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme
(constructivism), bertanya (questioning), menemukan (Inquiry), masyarakat
belajar (learning community), pemodelan, dan penilaian sebenarnya (authentic
assessment).
2. Model Examples Non Examples
Teknik pembelajaran Example Non Example adalah teknik yang
menggunakan media gambar yang didapat dari potret kehidupan nyata yang
berkaitan dengan materi pembelajaran untuk mengembangkan konsep yang telah
diperolehnya dengan mengkaitkan konsep tersebut dengan kehidupan nyata.
Model ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang
dapat membuat siswa kreatif dan kritis dalam menganalisis masalah yang
diberikan oleh guru terhadap siswa.
3. Kemampuan Berpikir Kritis
Proses mental seseorang dalam menganalisis dan mengevaluasi suatu
informasi atau gagasan. Kemampua ini ditandai dengan indikator: (1)
Memberikan penjelasan dasar, yaitu siswamemfokuskan pada pertanyaan dan
menganalisis argumen terhadap permasalahan yang berkaitan dengan Sistem
Komputer; (2) memberikan penjelasan lebih lanjut, yaitu siswa mendefinisikan
istilah dan mengidentifikasi asumsi; (3) anggapan dan integrasi, yaitu siswa
mempertimbangkan anggapan/perkiraan dan mengintregasikan penempatan
(disposition) dalam membuat dan mempertahankan keputusan; (4) memberikan
10

keputusan, yaitu siswa menilai kredibilitas suatu sumber dan memberikan


alasan; (5) menyimpulkan, yaitu siswa membuat deduksi dan
mempertimbangkan deduksi.. Ketercapaian indikator tersebut dapat diukur
melalui lembar soal pretes dan postes kemampuan berpikir kritis siswa pada
materi Sistem Komputer.
4. Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar merupakan perolehan belajar siswa setelah kegiatan
pembelajaran berlangsung. Perolehan belajar yang akan diteliti dalam penelitian
ini hanya terbatas pada perolehan belajar pada ranah kognitif yang merujuk pada
taksonomi Bloom yang terdapat 6 tingkatan, yaitu, pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
5. Mata Pelajaran Sistem Komputer
Mata pelajaran sistem komputer merupakan salah satu mata pelajaran
yang diajarkan pada siswa kelas X SMK baik itu bidang keahlian TKJ, MM,
maupun RPL. Tujuan dari mata pelajaran ini yaitu untuk membekali siswa
dengan pengetahuan mengenai konsep dasar sistem komputer dari sisi perangkat
keras serta komponen-komponen pendukungnya. Nantinya siswa diharapkan
siswa-siswa kelas X lebih mampu mengoptimalkan aplikasi komputer serta lebih
memahami tentang perangkat keras, serta dapat mendukung dalam mengatasi
permasalahan yang timbul dalam penggunaan sehari-hari.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar dan Pembelajaran


1. Pengertian Belajar
Belajar merupakan suatu bentuk kegiatan yang dilakukan manusia dalam
rangka untuk mengembangkan diri, baik itu dari aspek kognitif, aspek
psikomotorik maupun aspek afektif. Beberapa ahli dalam bidang pendidikan
juga mengemukakan pandangannya tentang definisi belajar, diantaranya:
a. Menurut Sardiman (2011: 20) belajar senantiasa merupakan perubahan
tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain
sebagainya.
b. Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.
c. Menurut Sanjaya (2010: 110) belajar adalah proses yang terus menerus,
yang tidak pernah berhenti dan tidak terbatas pada dinding kelas.
d. Menurut Gagne dalam Dahar (2011: 2) belajar dapat didefinisikan sebagai
suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat
pengalaman.
e. Menurut Hamalik (2001: 27) belajar adalah suatu proses atau kegiatan
digunakan untuk dapat mengingat dan mengalami akan sesuatu hal,
dengan belajar akan memperoleh pengetahuan bahwa belajar dengan
latihan-latihan akan membentuk kebiasaan secara otomatis.
f. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:6) belajar merupakan kegiatan
individu untuk memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan
dengan cara mengelolah suatu bahan ajar.

11
12

g. Menurut Siregar dan Nara (2010: 110) belajar merupakan sebuah proses
yang komplek yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur
hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat”.
h. Menurut Burton (dalam Siregar dan Nara, 2011: 4) belajar adalah proses
tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu
dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka
lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Berdasarkan definisi belajar dari beberapa ahli di atas, dapat dismpulkan
bahwa belajar merupakan serangkaian aktivitas atau kegiatan individu yang
terjadi secara terus menerus dan tidak terbatas dinding kelas yang menghasilkan
informasi, pengetahuan, keterampilan, nilai sikap maupun perubahan terhadap
perilaku individu tersebut.
Gagne menjelaskan dalam Dimyati dan Mudjiono (2006: 10) bahwa
belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal yaitu stimulus
dari lingkungan dalam cara belajar, kondisi internal yang menggambarkan
keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang
menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar
yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan
motorik, sikap dan siasat kognitif.
2. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu upaya untuk membuat siswa belajar
(Dimyati dan Mudjiono, 2006: 2). Pembelajaran sangat erat kaitannya dengan
bagaimana cara membangun interaksi yang baik antara dua komponen yaitu
guru dan peserta didik. Interaksi yang baik dapat terjalin apabila dapat
terciptanya suatu kondisi dimana guru dapat membuat peserta didik belajar
dengan mudah dan terdorong untuk mempelajari apa yang ada dalam kurikulum
sebagai kebutuhan mereka. Terdapat berbagai definisi lain mengenai
pembelajaran yang dijabarkan oleh para ahli, diantaranya:
a. Menurut Isjoni (2011: 11) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah
sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa.
13

b. Menurut Sutikno (2009: 32) mengemukakan definisi pembelajaran yaitu,


segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar
pada diri siswa.
c. Menurut Sagala (2013: 61) bahwa pembelajaran ialah membelajarkan siswa
menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu
utama keberhasilan pendidikan.
Keberhasilan proses pembelajaran tidaklah terlepas dari seorang guru di
dalam menjalankan strategi pembelajaran dan mengembangkan metode
pembelajaran yang arahnya kepada peningkatan belajar siswa dalam sebuah
proses belajar mengajar. Suatu strategi pembelajaran yang diterapkan guru akan
tergantung pada pendekatan yang digunakan, sedangkan bagaimana
menjalankan strategi itu dapat ditetapkan sebagai metode pembelajaran
(Sanjaya, 2013: 128). Aunurrahman (2009: 140) menyatakan bahwa untuk dapat
mengembangkan suatu metode pembelajaran yang efektif maka setiap guru
diharuskan memiliki sebuah pengetahuan yang memadai berkenaan dengan
konsep dan cara-cara pengimplementasian metode pembelajaran tersebut dalam
proses belajar mengajar.
Hubungan belajar dan pembelajaran diartikan dengan pengertian belajar
menekankan kepada bagaimana seseorang belajar, sedangkan pembelajaran
lebih pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi proses
belajar (Budiningsih, 2005: 11). Dengan kata lain, pembelajaran dapat diartikan
sebagai sebuah aktivitas mengontrol faktor-faktor agar memudahkan terjadinya
proses belajar.
B. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
1. Pengertian Model Contextual Teaching and Learning
Penerapan model pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching
and Learning pertama kali diusulkan oleh seseorang bernama Dawey di kelas-
kelas Amerika pada tahun 1961, Dawey (dalam Sumiati dan Asra, 2009: 14)
mengusulkan suatu kurikulum dan metodologi pengajaran yang berkaitan
dengan minat dan pengalaman siswa, sehingga muncullah berbagai teori
mengenal model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Ada
14

beberapa pendapat atau teori yang muncul dari beberapa ahli mengenai definisi
CTL, diantaranya sebagai berikut:
a. Menurut pendapat dari Sanjaya (2012: 253) Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan kepada proses
keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan konsep materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata
sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
b. Pendapat lain menurut Mulyasa (2009: 217 – 218) menyatakan bahwa
Contextual Teaching and Learning merupakan konsep yang menekankan
pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan
peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam
kehidupan sehari – hari.
c. Suprijono (2009: 79) CTL merupakan konsep yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan
mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat.
d. Komalasari (2010: 7) mendefinisikan pembelajaran kontekstual adalah
pembelajaran yang mengaitkan materi yang dipelajari dengan kehidupan
nyata siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan, keluarga, sekolah,
masyarakat maupun warga negara dengan tujuan untuk menemukan makna
materi tersebut bagi kehidupan .
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa model pembelajaran Contextual Teaching And Learning merupakan
pembelajaran yang mengaitkan antara materi dengan situasi dunia nyata yang
saling terhubung dan saling terjadi di sekitar siswa sehingga siswa lebih mudah
dalam memahami materi yang dipelajari dan mengambil manfaatnya serta
dapat menerapkannya dalam kehidupan. Pembelajaran kontekstual terjadi
apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan
mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran
15

dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa
dan tenaga kerja (Trianto, 2009: 105). Jhonson (2006: 65) mengungkapkan
bahwa Contextual Teaching and Learning merupakan sebuah sistem yang
menyeluruh dan terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan. Apabila
bagian bagian ini terjalin satu sama lain, maka akan dihasilkan pengaruh yang
melebihi hasil yang diberikan bagian-bagiannya secara terpisah.
2. Karakteristik Contextual Teaching and Learning
Contextual Teaching and Learning memiliki karakteristik tersendiri
yang yang berbeda dengan pendekatan model pembelajaran yang lain.
Contextual Teaching and Learning mengembangkan level kognitif tingkat
tinggi yang melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif.
Menurut Muslich (2011: 42) karakteristik pembelajaran dengan model
pembelajaran CTL sebagai berikut :
a. Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran
yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan
nyata atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang
alamiah (learning in real life setting).
b. Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
c. Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa (learning by doing).
d. Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling
mengoreksi antar teman (learning in a group).
e. Pembelajaran memberikan kesempatan untuk mencipatakan rasa
kebersamaan, bekerja sama, saling memahami antar satu dengan yang lain
secara mendalam (learning to know each other deeply).
f. Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan
mementingkan kerja sama (learning to ask, to inquri, to work together).
g. Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as
an enjoy activity).
16

Maka dari penjabaran di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa


Contextual Teaching and Learning memiliki karakteristik yang mana
pembelajaran dilaksanakan dalam konteks yang autentik dengan menggali
pengetahuan siswa, memberikan tugas-tugas yang bermakna, membentuk
kelompok untuk menciptakan kerjasama antara siswa, dan menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan pengalaman yang
bermakna.
Contextual Teaching and Learning merupakan suatu proses
pembelajaran yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami
makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut
dengan konteks kehidupan sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural)
sehingga siswa memiliki pengetahuan / keterampilan yang secara fleksibel
dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya.
Contextual teaching and learning merupakan suatu konsep belajar
dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan
masyarakat. Dengan konsep ini, hasil pembelajaran diharapkan lebih
bermakana bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung lebih alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari
guru ke siswa. Pembelajaran kontekstual dengan pendekatan konstruktivisme
dipandang sebagai salah satu strategi yang memenuhi prinsip-prinsip
pemebalajaran berbasis kompetensi.
Terdapat lima strategi pembelajaran ini, yaitu relating, experiencing,
applying, cooperating, dan transfering diharapkan peserta didik mampu
mencapai kompetensi secara maksimal. Dalam kelas kontekstual, tugas guru
adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan
dengan strategi daripada memberi informasi.
Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama
untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang
baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Begitulah peran
guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
17

Jadi, pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning)


adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antar materi yang
diajarkannya dan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimiliknya dan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama
pembelajaran efektif, yakni konstruktivisme (constructivism), bertanya
(questioning), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modelling), dan penilaian sebenarnya (authentic assessment).
C. Model Pembelajaran Examples Non Examples
1. Pengertian Model Examples Non Examples

Examples Non Examples adalah model belajar yang menggunakan


contoh-contoh. Contoh-contoh dapat dari kasus atau gambar yang relevan
dengan kompetensi dasar (Kiranawati, 2007:34). Menurut Rochyandi
(2004:11) model pembelajaran kooperatif tipe Examples Non Examples adalah
tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan
contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar
lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk
menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga siswa dapat
membuat konsep yang esensial. Siswa diarahkan untuk untuk mengidentifikasi
masalah, mencari alternatif pemecahan masalah, dan menentukan cara
pemecahan masalah yang paling efektif, serta melakukan tindak lanjut
(Komalasari, 2010: 61).

Teritegrasinya Teknologi Informasi (TI) dalam pembelajaran di dunia


pendidikan merupakan suatu keharusan dan diharapkan menjadi budaya
pengetahuan baru (Patmanthara, 2014). Model Pembelajaran Examples Non
Examples menggunakan gambar yang dapat ditampilkan melalui teknologi
seperti OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar
yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak
yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas (Rusman, 2011: 67).
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat
menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk deskripsi singkat
mengenai apa yang ada di dalam gambar (Rochyandi 2004:11).
18

Model ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan


menggunakan 2 hal yang terdiri dari examples dan non-example dari suatu
definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan
keduanya sesuai dengan konsep yang ada. Examples memberikan gambaran
akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas.
Sedangkan non-examples memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah
contoh dari suatu materi yang sedang dibahas.

Examples Non Examples adalah model pembelajaran yang


membelajarakan murid terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya melalui
analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar, foto, dan kasus yang bermuatan
masalah. Murid diarahkan untuk untuk mengidentifikasi masalah, mencari
alternatif pemecahan masalah, dan menentukan cara pemecahan masalah yang
paling efektif, serta melakukan tindak lanjut (Komalasari, 2010:61).

Konsep model pembelajaran ini pada umumnya dipelajari melalui dua


cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui
pengamatan dan juga melalui definisi konsep itu sendiri. Examples Non
Examples adalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi
konsep. Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan
menggunkan 2 hal yang terdiri dari examples dan non examples dari suatu
definisi konsep yang ada,dan meminta siswa untuk mengklarifikasikan
keduanya seseuai dengan konsep yang ada.

Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh


akan suatu materi yang sedang dibahas , sedangkan non examples memberikan
suaru gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang
sedang dibahas. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap examples dan
non examples, diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju
pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada (Hamzah, 2005: 113).

Menurut Shoimin (2014: 74), menyatakan bahwa pembelajaran


koperatif model examples non examples memberi ruang dan kesempatan yang
luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan
informasi dan saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan
19

pengalaman yang berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja


sama, menghargai setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing
anggota, dan mengisi kekurangan masing-masing.

a. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Examples Non


Examples

Menurut Agus Suprijono (2009: 125) langkah-langkah model


pembelajaran examples non examples di antaranya:

1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.


Gambar yang digunaan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan
materi yang dibahas sesuai dengan Kompetensi Dasar.
2) Guru menemelkan gambar di papan, atau ditayangkan melalui LCD atau
OHP, atau dapat pula menggunakan proyektor. Pada tahapan ini guru juga
dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah
dibuat sekaligus membentuk kelompok siswa.
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada peserta didik
untuk memperhatikan atau menganalisis gambar. Biarkan siswa melihat dan
menelaah gambar yang disajikan secara seksama agar detail gambarnya
dapat dipahami. Selain itu guru juga memberikan dskripsi jelas tentang
gambar yang sedang diamati siswa.
4) Melalui diskusi kelompok 2 – 3 orang peserta didik, hasil diskusi dari
analisis gambar tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan
lebih baik jika disediakan oleh guru.
5) Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswa
dilatih untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok
masing-masing.
6) Setelah memahami hasil dari analisis yang dilakukan oleh siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
7) Guru dan peserta didik menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
20

b. Memodifikasi Model Pembelajaran Examples Non Examples


1) Guru menulis topik pembelajaran.
2) Guru menulis tujuan pembelajaran.
3) Guru membagi peserta didik dalam kelompok (masing-masing kelompok
beranggotakan 6-7 orang).
4) Guru menempelkan gambar di papan tulis atau menayangkannya melalui
LCD atau OHP.
5) Guru meminta kepada masing-masing kelompok untuk membuat
rangkuman tentang macam-macam gambar yang ditunjukkan oleh guru
melalui LCD.
6) Guru meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil rangkumannya,
sementara kelompok lain sebagai penyangga dan penanya.
7) Peserta didik melakukan diskusi.
8) Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi.
c. Kebaikan Model Pembelajaran Examples Non Examples
1) Siswa lebih kritis dalam menganalisis gambar.
2) Siswa mengetahu aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3) Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
4) Konsep hasil belajar.
d. Kelebihan Model Pembelajaran Examples Non Examples
1) Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk
memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih
kompleks.
2) Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong
mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari
examples non examples.
3) Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik
dari suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang
dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu
karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
21

e. Kekurangan Model Pembelajaran Examples Non Examples


1) Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2) Memakan waktu yang banyak.
D. Kemampuan Berpikir Kritis
1. Pengertian Berpikir Kritis
Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti dapat melakukan aktivitas
berpikir, bahkan saat sedang dalam keadaan tertidur. Berpikir dan memecahkan
suatu masalah adalah pekerjaan yang dilakukan oleh otak manusia dengan
kemampuan yang tidak terbatas. Berpikir adalah salah satu keaktivan pribadi
manusia yang mengakibatkan penemuan terarah kepada suatu tujuan
(Purwanto, 2007: 43). Sardiman (1996: 45) berpendapat bahwa berpikir
merupakan aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, mensintesis,
dan menarik kesimpulan. Pendapat lain mengenai berpikir juga dikemukakan
oleh Santrock (2011: 357) bahwa berpikir adalah memanipulasi atau mengelola
dan mentransformasi informasi dalam memori.
Berpikir kritis merupakan bagian dari aktivitas berpikir yang dilakukan
oleh otak manusia. Seperti yang diungkapkan oleh Ennis (2002), bahwa
berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan
menekankan pada pengambilan keputusan tentang apa yang harus dipercayai
atau dilakukan. Berdasarkan hal tersebut artinya pengambilan keputusan
tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Pendapat lain yang sejalan
dikemukan oleh Fachrurazi (2011: 81) bahwa berpikir kritis adalah proses
sistematis yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan dan
mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Sementara
Kusumaningsih (2011: 81) mengemukakan bahwa berpikir kritis merupakan
proses berpikir secara tepat, terarah, beralasan, dan reflektif dalam
pengambilan keputusan yang dapat dipercaya. Wijaya (2010: 72) juga
mengungkapkan gagasannya mengenai kemampuan berpikir kritis, yaitu
kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik,
membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan
mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Sedangkan Costa (1985:14)
mengatakan bahwa berpikir kritis diartikan sebagai ketrampilan berpikir yang
22

menggunakan proses berpikir dasar, untuk menganalisis argumen dan


memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi,
mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis, memahami asumsi
yang mendasari tiap-tiap posisi, memberikan model presentasi yang dapat
dipercaya, ringkas dan meyakinkan.
Kesimpulan yang didapatkan dari pendapat beberapa ahli mengenai
berpikir kritis yaitu suatu kemampuan yang dimiliki oleh setiap manusia untuk
menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik untuk mengejar
pengetahuan yang relevan tentang apa yang dipelajari dengan melibatkan
evaluasi dan bukti serta prosesnya yang sistematis. Berpikir kritis juga
merupakan berpikir dengan baik, dan merenungkan tentang proses berpikir
merupakan bagian dari berpikir dengan baik (Fitriawati, 2010: 36).
2. Tujuan Berpikir Kritis
Tujuan berpikir kritis ialah untuk menguji suatu pendapat atau ide,
termasuk di dalamnya melakukan pertimbangan atau pemikiran yang
didasarkan pada pendapat yang diajukan. Kemapuan berpikir kritis dapat
mendorong individu memunculkan idei-ide atau pemikiran baru mengenai
permasalahan yang terjadi di dalam kehidupan. Mengembangkan kemampuan
berpikir kritis bagi siswa di sekolah dapat membantu siswa membuat
kesimpulan dengan mempertimbangkan data dan fakta yang terjadi di
lapangan.
3. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kritis
Pemikiran intelejen tidak hanya dapat diajarkan, melainkan juga
merupakan bagian fundamental dari paket keterampilan esensial yang
diperlukan bagi kesuksesan dunia (Jensen, 2011: 199). Masih dengan pendapat
Jensen (2011: 199 – 200) dalam bukunya yang berjudul “Pemelajaran Berbasis
Otak”, beliau menjabarkan beberapa keterampilan yang harus ditekankan pada
level pengembangan abstraksi dalam mengajarkan pemecahan masalah dan
berpikir kritis sebagai berikut: (1) Mengumpulkan informasi dan
memanfaatkan sumber daya; (2) mengembangkan fleksibilitas dalam bentuk
dan gaya; (3) meramalkan; (4) mengajukan pertanyaan bermutu tinggi; (5)
mempertimbangkan bukti sebelum menarik kesimpulan; (6) Menggunakan
23

metafor dan model; (7) menganalisis dan meramalkan informasi; (8)


mengkonseptualiasasikan Mengkonseptualisasikan strategi (misalnya pemetaan
pikiran, mendaftarkan pro dan kontra, membuat bagan); 9) Bertransaksi secara
produktif dengan ambiguitas, perbedaan, dan kebaruan; 10) Menghasilkan
kemungkinan dan probabilitas (misalnya brainstroming, formula, survei, sebab
dan akibat); 11) Mengembangkan keterampilan debat dan diskusi; 12)
Mengidentifikasi kesalahan, kesenjangan, dan ketidak-logisan; 13) Memeriksa
pendekatan alternatif (misalnya, pergeseran bingkai rujukan, pemikiran luar
kotak); 14) Mengembangkan strategi pengujian-hipotesis; 15) Menganalisis
risiko; 16) Mengembangkan objektivitas; 17) Mendeteksi generalisasi dan pola
(misalnya, mengidentifikasi dan mengorganisasikan informasi,
menterjemahkan informasi, melintasi aplikasi); 18) Mengurutkan peristiwa.
4. Indikator Berpikir Kritis
Menurut Ennis dalam Costa (1985: 16) terdapat 12 indikator berpikir
kritis yang terangkum dalam 5 kelompok keterampilan berpikir, yaitu
memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun
keterampilan dasar (basic support), menyimpulkan (interfence), membuat
penjelasan lebih lanjut (advance clarification), serta strategi dan taktik
(strategy and tactics). Kemudian 12 indikator tersebut dijabarkan dalam
beberapa sub indikator seperti pada Tabel 2.1 yang terdapat pada Lampiran 31
halaman 204.

Mengacu dari indikator kemampuan berpikir kritis yang telah


dijabarkan oleh Ennis tersebut, maka didapatkan rubrik pemberian skor 1
sampai skor 4. Skor 1 adalah skor terendah dan skor 4 adalah skor tertinggi.
Rubrik tersebut ditampilkan pada Tabel 2.2.
24

Tabel 2.2 Rubrik penilaian berpikir kritis

Indikator Berpikir Kritis Skor Indikator Penilaian


Memberikan Penjelasan 1 Memfokuskan pada pertanyaan
Sederhana 2 Memilih informasi relevan
3 Menganalisis argumen
4 Menjawab pertanyaan tentang suatu
penjelasan
Memberikan Penjelasan Lebih 1 Mendefinisikan istilah
Lanjut 2 Mendefinisikan asumsi
3 Mempertimbangkan definisi
4 Menemukan pola hubungan yang
digunakan
Menerapkan Strategi dan Taktik 1 Menentukan tindakan
2 Menunjukkan pemecahan masalah
3 Memecahkan masalah menggunakan
berbagai sumber
4 Ketepatan menggunakan tindakan

5. Ciri-ciri Berpikir Kritis


Seperti yang diungkapkan oleh Zeidler, Et Al dalam Suprapto (2008)
menyatakan ciri-ciri orang yang mampu berpikir kritis adalah:
a. Memiliki perangkat pikiran tertentu yang dipergunakan untuk mendekati
gagasannya, dan memiliki motivasi kuat untuk mencari dan memecahkan
masalah.
b. Bersikap skeptik yaitu tidak mudah menerima idea atau gagasan kecuali
dia sudah dapat membuktikan kebenarannya.
Berdasarkan pengertian yang telah diuraikan di atas, ciri- ciri
kemampuan berpikir kritis adalah memiliki perangkat pikiran tertentu yang
digunakan untuk mendekati gagasan, dan memiliki motivasi kuat untuk
mencari dan memecahkan masalah, bersikap skeptik yaitu tidak mudah
menerima atau gagasan kecuali dia sudah dapat membuktikan kebenarannya
dengan begitu dia akan berusaha keras untuk dapat memecahkan masalah
dalam proses pembelajaran.
25

E. Hasil Belajar Ranah Kognitif


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hasil belajar memiliki
arti yang sama dengan prestasi belajar, yaitu adalah: Hasil yang telah dicapai
(dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya). Sedangkan menurut Menurut Syah
(2011: 1) dalam makalahnya, penilaian hasil belajar kepada siswa didalam dunia
pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting, karena dengan
adanya penilaian hasil belajar maka akan terlihat dengan jelas tingkat keberhasilan
suatu penyelenggaraan pendidikan (sekolah) dalam mendidik siswanya. Jadi
prestasi belajar dalam bidang akademik berarti hasil yang diperoleh dari kegiatan
di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan
melalui sebuah pengukuran (measurement) dan penilaian atau evaluasi
(evaluation). Menurut Bloom, dkk (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006: 29) hasil
belajar ranah kognitif, dinyatakan terdiri dari lima aspek, yaitu : (1) Pengetahuan,
mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan
dalam ingatan; (2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan
makna tentang hal yang telah dipelajari; (3) Penerapan, mencakup kemampuan
menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru;
(4) analisis, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal
berdasarkan kriteria tertentu.

Hasil belajar dalam ranah kognitif menurut Bloom dalam artikel yang
ditulis oleh Maksum (2012: 1):

1. Mengingat (C1): mengurutkan, menjelaskan, mengidentifikasi, menamai,


menempatkan, mengulangi , menemukan kembali dsb.
2. Memahami (C2): menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan,
membandingkan, menjelaskan, mebeberkan dsb.
3. Menerapkan (C3): melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan,
mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi
dsb.
4. Menganalisis (C4): menguraikan, membandingkan, mengorganisir,
menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline,
mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan,
mengintegrasikan dsb.
26

5. Mengevaluasi (C5): menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai,


menguji, mebenarkan, menyalahkan, dsb.
6. Berkreasi (C6): merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,
menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah,
menggubah dsb.
F. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Malikus Shofa M. (2014) dalam skripsi yang
berjudul “Implementasi Metode CTL (Contextual Teaching and Learning)
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Dan Partisipasi Siswa pada Mata
Pelajaran Produktif TKJ Siswa Kelas XI TKJ 4 di SMK Islam 1 Durenan
Trenggalek”. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa
ranah kognitif pada siklus 1 sebesar 60,5%, pada siklus 2 sebesar 78,9%,
dan pada siklus 3 mencapai 100%; (2) Hasil belajar siswa ranah afektif pada
siklus 1 sebesar 80,6%, pada siklus 2 sebesar 82,4%, dan pada siklus 3
mencapai 84,3%; (3) Hasil belajar siswa ranah psikomotorik pada siklus 1
sebesar 83,5%, pada siklus 2 sebesar 85%, dan pada siklus 3 sebesar 87%;
(4) Hasil partisipasi siswa dari siklus 1 sebesar 78,3% ke siklus 2 sebesar
80,8%, dan pada siklus 3 mencapai presentase sebesar 82,8%.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Nindi Aditya Kus (2010) dalam skripsi yang
berjudul “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) tipe pemaduan Problem Based Learning (PBL) dan Debate
Pada Mata Pelajaran Ekonomi untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Blitar”
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada aspek kognitif siklus I
menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan sebelum pemberian
tindakan. Skor rata-rata kelas pada pelaksanaan pre tes sebesar 60,67
dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 6,67%. Setelah pemberian
tindakan rata-rata hasil belajar aspek kognitif siswa pada siklus I adalah
83,6 dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 89,3%. Dengan
demikian hasil belajar siswa aspek kognitif mengalami peningkatan sebesar
82,3%. Sedangkan pada siklus II menunjukkan peningkatan daripada siklus
I, ditunjukkan dengan nilai rata-rata kelas sebesar 85,83 dengan ketuntasan
27

klasikal 91,7%. Maka dengan ini hasil belajar aspek kognitif pada siklus II
meningkat 2,4 % dari siklus 1.
3. Penelitian skripsi yang dilakukan oleh Yudha Adhitya Wardana (2014) yang
berjudul “Perbandingan Metode Examples Non Examples dan Metode
Demonstration Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Mata Pelajaran Alat
Ukur SMKN 6 Malang” menunjukkan bahwa didapat hasil belajar dengan
nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 77 dengan rata-rata 84,76. Jika nilai
keseluruhan dilihat dari kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan di
SMKN 6 Malang yaitu 75 maka dari 33 siswa, semua kelas examples non
examples dinyatakan lulus.
4. Berdasarkan hasil penelitian dalam jurnal berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning) Terhadap Motivasi
Dan Hasil Belajar Siswa SMKN 1 Sidoarjo” yang dilakukan oleh
Oktaviansa dan Yunus (2013) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran muatan lokal (Autocad) yang
menggunakan model pembelajaran CTL dengan model pembelajaran
konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan lebih tingginya nilai rata-rata
kelas eksperimen yakni sebesar 81,5 dibandingkan dengan kelas kontrol
sebesar yang hanya sebesar 77,08.
5. Mahfud dan Joko (2013) dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Metode
Pembelajaran Example Non Example Pada Standar Kompetensi Merawat
Peralatan Rumah Tangga Listrik Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMK
Negeri 1 Cerme Gresik” menyimpulkan bahwa hasil belajar terhadap kelas
eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif (MPK)
dengan metode pembelajaran example non example secara keseluruhan
mendapatkan rata-rata nilai 81,73, sedangkan hasil belajar siswa terhadap
kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung (MPL)
dengan metode pembelajaran ceramah secara keseluruhan mendapatkan
rata-rata nilai 77,73. Hal itu dapat diartikan bahwa hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif (MPK) dengan metode
pembelajaran example non example lebih tinggi secara signifikan
28

dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan


model pembelajaran langsung (MPL) dengan metode ceramah.
6. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Komariah, Subarjah, dan Sujana
(2016) dalam jurnal berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual
Teaching And Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada
Materi Energi Panas” menunjukkan bahwa hasil keterampilan berpikir kritis
pada kelas eksperimen yang mendapat perlakuan pendekatan CTL
(Contextual Teaching and Learning) dengan keterampilan berpikir kritis
pada kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan mengalami perbedaan
nilai keterampilan berpikir kritis dengan nilai thitung 5,651 > ttabel 2,04,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh pendekatan CTL (Contextual
Teaching and Learning) pada mata pelajaran IPA dengan materi energi
bunyi mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
7. Hasil analisis data oleh Djafar (2013) dalam jurnal berjudul “Penerapan
Model Pembelajaran Example Non Example Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas VIII.K SMP Negeri 4
Sungguminasa Kabupaten Gowa” memperlihatkan bahwa penerapan model
pembelajaran example non example dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik pada materi struktur dan fungsi tubuh tumbuhan.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis ini dapat dilihat dari hasil belajar
peserta didik setiap akhir siklus. Dimana nilai rata-rata hasil belajar ulangan
harian materi sistem pencernaan adalah 42.4 dengan tingkat ketuntasan
15.9%.
G. Kerangka Berpikir

Demi mencapai suatu hasil belajar yang maksimal bagi siswa, seorang
guru harus pintar-pintar dalam memilih strategi yang tepat untuk diterapkan
dalam menjalankan proses pembelajaran sesuai dengan karakter dan kondisi
siswa yang diajar. Salah satu yang dapat dilakukan oleh seorang guru adalah
dengan memilih model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran yang
baik dan tepat dapat membantu guru serta siswa dalam menjalankan proses
pembelajaran serta yang terpenting membantu mempermudah siswa dalam
29

menerima dan memahami materi yang diberikan oleh guru dengan baik dan
efektif.

Fakta yang berlangsung di SMKN 11 Malang hingga saat ini menunjukkan


bahwa guru masih menggunakan cara konvensional seperti metode ceramah yang
cenderung pembelajaran berpusat pada guru pada mata pelajaran Sistem
Komputer. Sehingga siswa mudah bosan dan cenderung pasif dalam mengikuti
pembelajaran. Terkadang siswa juga mempunyai rasa takut dan malu untuk
sekedar bertanya atau memberikan tanggapan tentang materi pada mata pelajaran
tersebut. Jika tetap dibiarkan bukan tidak mungkin dapat berpengaruh terhadap
proses pembelajaran materi yang lain di dalam mata pelajaran Sistem Komputer
atau bahkan pada pembelajaran mata pelajaran yang lain.

Model pembelajaran contextual teaching and learning dan juga model


pembelajaran examples non examples merupakan dua model pembelajaran tipe
kooperatif yang mempunyai karakter hampir sama yaitu bersifat kontekstual.
Dimana diharapkan nantinya pada penerapan dua model pembelajara ini, proses
pembelajaran di kelas akan menjadi lebih aktif dan mudah memahami materi yang
diajarkan dengan mengkaitkannya secara langsung dengan kejadian sehari-hari di
lapangan. Siswa juga akan dilatif untuk saling kerjasama dan koordinasi dengan
teman satu kelompoknya untuk dapat menemukan peyelesaian setiap soal yang
diberikan oleh guru. Sehingga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar ranah
kognitif siswa dan kemampuan siswa berpikir secara kritis.
30

Penelitian ini akan mencari tahu apakah terdapat perbedaan kemampuan


berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa akibat penerapan model
pembelajaran contextual teaching and learning dan model pembelajaran examples
non examples. Peta konsep kerangka berpikir pada penelitian ini dapat dilihat
pada gambar 2.1 berikut ini,

1. Kemampuan berpikir
kritis dari siswa kurang.
2. Pembelajaran terpusat Keadaan Awal
pada guru
3. Model pembelajaran
konvensional
membosankan bagi Mata Pelajaran Sistem
siswa Komputer
4. Siswa cenderung pasif
5. Hasil belajar masih di

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretest Pretest

Model Model
Contextual Teaching Examples Non
and Learning Examples

Posttest Posttest

Perbedaan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Kognitif

Gambar 2.1 Peta konsep kerangka berpikir


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan dari
hasil belajar ranah kognitif dan kemampuan berpikir kritis siswa yang
dipengaruhi oleh penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning dibandingkan dengan penerapan model pembelajaran Examples Non
Examples pada mata pelajaran Sistem Komputer Kelas X Teknik Komputer dan
Jaringan di SMKN 11 Malang. Rancangan penelitian yang digunakan di dalam
penelitian ini adalah eksperimental semu (Quasy Experimental Design) jika
dilihat berdasarkan tujuan dan sifatnya. Penelitian experimental semu sendiri
(Quasy Experimental Design) menurut Sugiyono (2009: 77) merupakan suatu
penelitian yang dilakukan berdasarkan percobaan semu, dimana kelompok
kontrol tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel
luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen yang sebenarnya.
Rancangan penelitian ini menggunakan pola posttest only control design
yang melibatkan dua kelompok kelas yang ditetapkan sebagai sampel, yaitu
kelas X TKJ 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X TKJ 4 sebagai kelas
kontrol. Kelas eksperimen merupakan kelas yang dapat perlakuan dengan
menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning,
sedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran Examples Non
Examples. Karena rancangan penelitian ini menggunakan pola posttest only
control design, maka untuk data kemampuan awal siswa diambil dari nilai hasil
Ujian Tengah Semester (UTS) semester genap 2017/2018. Langkah selanjutnya
adalah memberikan perlakuan yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan menggunakan model-model pembelajaran contextual teaching
and learning dan examples non examples. Tetapi kedua kelas juga tetap ada
perlakuan yang sama dari segi materi pembelajaran dan tujuan yang harus
dicapai. Bentuk rancangan penelitian akan disajikan di dalam Tabel 3.1.

31
32

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian


Kelompok Pre Test Perlakuan Post Test
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Sumber: Sugiyono (2010: 125)

Keterangan:
O1 = Pretest pada kelompok eksperimen dan kontrol.
O2 = Postest pada kelompok eksperimen dan kontrol.
X1 = Pemberian perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning.
X2 = Pemberian perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran Examples
Non Examples.

B. Variabel Penelitian
Sugiyono (2009: 38) mengungkapkan bahwa variabel penelitian adalah
suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
ditarik kesimpulannya. Penelitian ini melibatkan dua jenis variabel, yaitu:

1. Variabel Bebas (Independent Variable)


Menurut Sugiyono (2009: 39.) variabel bebas (independent variable)
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab yang
berpengaruh terhadap variabel terikat. Penelitian ini menggunakan model
pembelajaran sebagai variabel terikatnya. Penggunaan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (X1) untuk kelas eksperimen dan model
pembelajaran Examples Non Examples (X2) untuk kelas kontrol.
2. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2009: 39). Di dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kemampuan berpikir kritis
(Y1) dan hasil belajar siswa ranah kognitif (Y2) siswa kelas X Teknik
Komputer dan Jaringan SMKN 11 Malang setelah mendapatkan perlakuan
yang berbeda pada mata pelajaran sistem komputer.
33

Hubungan kedua variabel dapat digambarkan pada Gambar 3.1 berikut,

Gambar 3.1 Hubungan antar variabel

Keterangan:
X1 (variabel independen 1) = Model Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning.
X2 (variabel independen 2) = Model Pembelajaran Examples Non Examples.
Y1 (variabel dependen 1) = Kemampuan berpikir kritis siswa.
Y2 (variabel dependen 2) = Hasil belajar ranah kognitif siswa.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Arikunto (2010: 173) menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruhan
subjek penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X Teknik
Komputer dan Jaringan SMKN 11 Malang tahun ajaran 2017/2018, sebanyak
117 siswa, yang dibagi ke dalam empat kelas yaitu kelas X TKJ 1 sebanyak 31
siswa, X TKJ 2 sebanyak 28 siswa, X TKJ 3 sebanyak 28 siswa dan X TKJ 4
sebanyak 30 siswa.
2. Sampel
Sampel menurut Arikunto (2010: 174) merupakan sebagian atau wakil
populasi yang diteliti. Penelitian ini menggunakan sampel yang diambil secara
teknik purposive sampling (sampel bertujuan). Teknik purposive sampling ini
didasarkan karena adanya tujuan dan pertimbangan tertentu (Arikunto, 2010:
183). Jadi bisa dikatakan penentuan sampel dilakukan secara sengaja oleh
peneliti, dengan mengacu pada ciri dan karakteristik dari populasi yang telah
diketahui sebelumnya yang diperoleh dari pertimbangan dan saran guru
34

pengampu mata pelajaran sistem komputer pada kelas X TKJ di SMKN 11


Malang. Teknik ini mempunyai beberapa kriteria:
a. Sebelum penelitian ini dilakukan, kedua kelas belum pernah mendapat
pengajaran dengan model Contextual Teaching and Learning dan
Examples Non Examples.
b. Tidak ada kelas unggulan, sehingga kedua kelas yang dipilih memiliki
kemampuan awal yang sama.
Tahap kedua yaitu menentukan kelas kontrol dan kelas eksperimen
dengan cara melihat dari perolehan nilai UTS semester genap 2017/2018
sebagai data kemampuan awal siswa sebelum adanya perlakuan. Mengacu pada
hasil yang didapat, akan dilihat kelas mana yang kemampuan awalnya hampir
sama, baru kemudian ditentukan kelas mana yang akan dijadikan kelas
eksperimen dan juga yang akan dijadikan kelas kontrol. Melihat dari perolehan
nilai UTS semester genap 2017/2018 yang didapat, maka dipilihlah kelas X
TKJ 1 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah siswa 31 dan perolehan rata-
rata nilainya sebesar 67,26. Kemudian kelas X TKJ 4 dipilih sebagai kelas
kontrol dengan jumlah siswa 30 dan nilai rata-rata UTS-nya sebesar 67,57.
Perolehan nilai UTS semester genap 2017/2018 kelas X TKJ di SMKN 11
Malang dapat dilihat pada Lampiran 17 halaman 166.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2012: 92) instrumen penelitian untuk penelitian
kuantitatif digunakan untuk mengumpulkan data, serta instrumen penelitian akan
digunakan untuk melakukan pengukuran dengan tujuan menghasilkan data
kuantitatif yang akurat, maka setiap instrumen harus mempunyai skala.
Penelitian ini menggunakan skala likert. Sugiyono (2012: 93) menjelaskan
bahwa skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
35

Skala likert sendiri mempunyai kelebihan dan keuntungan dalam


penggunaannya, yaitu:
1. Skala likert dapat dibuat dan diinterpretasikan dengan mudah
2. Skala likert merupakan bentuk pengukuran yang sangat lazim dipakai
3. Pengukuran summated rating adalah pengukuran ordinal
4. Skala likert sama dengan bentuk pengukuran sikap lainnya seperti skala
Thurstone dan skala Guttman. (Hadi, 1992)
Rentang skala likert yang digunakan dalam penelitian ini berskala 1 – 4
seperti ditunjukkan pada Tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2 Skor Skala Likert


Indikator Skor Positif Skor Negatif
Sangat Setuju (SS) 4 1
Setuju (S) 3 2
Tidak Setuju (TS) 2 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

Di dalam penelitian ini terdapat 2 instrumen penelitian yang digunakan,


pertama adalah instrumen perlakuan dan kedua adalah instrumen pengukuran.
Instrumen perlakuan merupakan instrumen yang digunakan untuk memberi
perlakuan pada siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan instrumen
pengukuran merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil
perlakuan yang diberikan pada siswa baik selama proses pembelajaran maupun
dalam hasil dari pembelajaran.
1. Instrumen Perlakuan
Instrumen perlakuan berupa perangkat pembelajaran yang mendukung
penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning dan model
pembelajaran Examples Non Examples. Instrumen perangkat pembelajaran
terdiri atas:
a. Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar. Silabus diambil dari Silabus SMK K13 revisi 2017
36

yang didapatkan dari sekolah, seperti bisa dilihat pada Lampiran 7 halaman
139.
b. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP merupakan rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu Kompetensi Dasar (KD)
yang ditetapkan dalam Standar Isi dan telah dijabarkan dalam silabus. Di dalam
penelitian ini, RPP dibagi menjadi 2 yaitu RPP untuk kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL)
dan RPP untuk kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran
Examples Non Examples. RPP yang digunakan pada penelitian ini bisa dilihat
pada Lampiran 1 halaman 87 dan Lampiran 2 halaman 99.
c. Materi Ajar (Handout)
Handout merupakan uraian singkat terhadap materi pelajaran yang
digunakan oleh guru untuk memudahkan siswa dalam memahami materi.
Fungsi handout seperti yang dijelaskan menurut Steffen dan Peter Ballstaed
dalam Prastowo (2011: 80) diantaranya adalah:
1) Membantu peserta didik agar tidak perlu mencatat
2) Sebagai pendamping penjelasan peserta didik
3) Sebagai bahan rujukan peserta didik
4) Memotivasi peserta didik agar lebih giat belajar
5) Pengingat pokok-pokok materi yang diajarkan
6) Memberi umpan balik
Materi ajar mengenai sistem komputer bisa dilihat pada Lampiran 3
halaman 111.
d. Lembar Kerja Diskusi
Lembar kerja diskusi merupakan lembar kerja yang digunakan siswa
untuk berdiskusi dengan teman sekelompok pada saat proses pembelajaran
Sistem Komputer. Lembar kerja diskusi disini berfungsi sebagai pendukung
dalam melaksanakan pembelajaran dengan model yang diterapkan, sekaligus
untuk melatih pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Jadi tidak
digunakan sebagai alat ukur utama untuk memperoleh data kemampuan akhir
siswa yang akan digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dan
37

hasil belajar kognitif. Lembar kerja diskusi dapat dilihat pada Lampiran 15 dan
16 halaman 163 - 164.
2. Instrumen Pengukuran
Instrumen pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan
dengan pengukuran hasil belajar siswa. Instrumen pengukuran yang digunakan
adalah sebagai berikut:
a. Tes Obyektif
Tujuan dari tes obyektif ini untuk mengetahui kemampuan dari siswa di
dalam aspek pengetahuan atau kognitif, yang mana nantinya juga sekaligus
akan dipakai untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. Cara pengujian
yang digunakan yaitu dengan memberikan posttest yang berbentuk uraian atau
essay. Posttest berguna untuk mengetahui hasil belajar dari siswa ranah
pengetahuan terhadap materi pelajaran dalam Sistem Komputer yang telah
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching and
learning (CTL) pada kelas eksperimen, dan model pembelajaran examples non
examples pada kelas kontrol. Jumlah soal yang diberikan dalam tes obyektif ini
sebanyak 10 soal dengan waktu yang diberikan sebanyak 45 menit. Sebelum
soal posttest dapat digunakan untuk melakukan penelitian, terlebih dahulu
dilakukan uji validasi terhadap isi soal posttest tersebut. Apabila ditemukan
soal yang tidak valid maka soal tersebut akan diganti atau dibuang. Tapi
sebelumnya harus dianalisis terlebih dahulu apa yang menyebabkan soal
menjadi tidak valid.
Sebelum soal posttest dibuat, kisi-kisi soal terlebih dahulu dibuat untuk
memudahkan dalam pembuatan soal, serta agar hasil yang didapat sesuai
dengan tujuan atau target yang ingin dicapai dalam penelitian. Pembuatan kisi-
kisi disesuaikan dengan indikator kompetensi ketercapaian pembelajaran yang
ada di RPP, kemudian dipadukan dengan indikator berpikir kritis (Indikator
Kemampuan Berpikir Kritis dapat dilihat pada Lampiran 31 halaman 204).
Kisi-kisi itulah yang akan dijadikan patokan dalam membuat soal posttest (kisi-
kisi soal dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 136). Tidak lupa menyediakan
lembar jawaban siswa dan membuat kunci jawabannya (lihat pada Lampiran 4
38

halaman 129). Selain dilakukan validasi, instrumen tes yang akan digunakan
juga perlu diuji reliabilitasnya.
b. Lembar Observasi
Fungsi lembar observasi dalam penelitian ini untuk mengukur sejauh
mana keterlaksanaan atau ketercapaian model pembelajaran yang diterapkan,
apakah sudah sesuai dengan yang tertulis di RPP atau belum. Peneliti akan
melakukan observasi pada setiap pertemuan yang akan dibantu oleh dua orang
yang bertindak sebagai observer, yaitu seorang guru dan seorang mahasiswa.
3. Teknik Uji Coba Instrumen
Pembuatan suatu instrumen penelitian membutuhkan uji coba dalam
prosesnya, hal ini untuk menguji apakah instrumen yang telah dibuat dapat
memenuhi kriteria yang diharapkan sesuai fungsinya saat digunakan atau
belum. Pengujian dilakukan pada RPP model contextual teaching and learning
(CTL), RPP model examples non examples, materi pelajaran, dan soal posttest
untuk memastikan bahwa instrumen sudah layak untuk digunakan. Uji coba
instrumen diberikan kepada siswa yang tidak digunakan sebagai sampel
penelitian, tetapi juga masih menerima materi yang sama dengan kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kelas yang dipilih untuk dilakukannya uji coba
yaitu kelas X TKJ 2 dan X TKJ 3, dengan jumlah siswa pada masing-masing
kelas sebanyak 28 orang.
a. Uji Validitas
Arikunto (2012: 80) menjelaskan bahwa sebuah instrumen dapat disebut
valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Validasi yang
dilakukan adalah validasi terhadap RPP model contextual teaching and
learning (CTL), RPP model examples non examples, materi pelajaran, serta
validasi isi dan butir soal posttest.
1) Validitas Isi
Menurut Arikunto (2012: 82) sebuah instrumen dikatakan memiliki
validitas isi (content validity) apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang
sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Tujuannya untuk
mengukur tingkat kevalidan dari soal-soal tes. Validasi isi dilakukan terhadap
ranah materi, ranah konstruksi dan ranah bahasa yang dipakai.
39

Sistem penilaian yang digunakan adalah dengan memberikan


rentangan skor empat (4) untuk yang tertinggi dan skor (1) untuk terendah.
Skor (4) apabila butir soal sesuai dengan materi dan bahasa yang digunakan
mudah dipahami, skor (3) apabila butir soal sesuai dengan materi dan bahasa
yang digunakan kurang bisa dipahami, skor (2) apabila butir soal kurang
sesuai dengan materi dan bahasa yang digunakan bisa dipahami, skor (1)
apabila butir soal tidak sesuai materi dan bahasa yang digunakan sulit
dipahami.
Sebagai ahli validator untuk validitas isi akan dipilih dari dosen
akademik jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Malang dan guru mata
pengampu mata pelajaran sistem komputer kelas X TKJ di SMKN 11
Malang. Nantinya validator juga diharapkan dapat memberikan catatan
perbaikan secara langsung bila dianggap perlu. Hasil penelitian akan dihitung
kevalidannya dalam persen (%) dengan menggunakan rumus seperti di bawah
ini,

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖


V = × 100% …………………………………… (3.1)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

Keterangan:
V = Validitas

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Isi Soal

Kriteria Validasi Isi Nilai


81 % - 100% Sangat Tinggi
61% - 80% Tinggi
41% - 60% Cukup
21% - 40% Rendah
0% - 20% Sangat rendah
Sumber: Arikunto (2015: 75)

2) Validitas Butir Soal


Validitas butir soal berfungsi untuk mengetahui tingkat ketepatan butir
soal dalam mengukur apa yang hendak diukur. Arikunto (2012: 87)
menjelaskan bahwa uji validitas butir soal dihitung dengan menggunakan
rumus Korelasi Product Moment.
40

Pengujian ini dilakukan dengan bantuan Software SPSS, dengan


rumus sebagai berikut,

𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑ 𝑋)(∑ 𝑌)
𝑟𝑥𝑦 = ……………………………………… (3.2)
√{𝑁 ∑ 𝑋 2 −(∑ 𝑋)2 }{𝑁 ∑ 𝑌 2 −(∑ 𝑌)2 }

Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dan y
N = Jumlah responden
X = Skor tes tiap-tiap butir soal
Y = Skor nilai total

Arikunto (2012: 89) juga menjelaskan bahwa kriteria yang digunakan


menentikan tingkat kevalidan butir soal disajikan pada Tabel 3.4 di bawah
ini,

Tabel 3.4 Kriteria Validitas Butir Soal

Kriteria Validitas Butir Soal Tingkatan Untuk Menilai


0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat Rendah

Kriteria yang digunakan adalah jika butir soal yang digunakan


memiliki rxy (hitung) > rxy (tabel) pada taraf signifikan (α) = 0,05 maka soal
tersebut valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas berkaitan erat dengan tingkat kepercayaan. Suatu tes bisa
dikatakan mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi apabila tes tersebut
dapat memberikan hasil yang tetap. Maka pengertian reliabilitas tes,
berhubungan dengan masalah ketetapan hasil tes (Arikunto, 2012: 100). Soal
yang akan diujikan dengan uji reliabilitas adalah tes kemampuan akhir atau
posttest.
41

Uji reliabilitas di dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan


teknik Cronbach’s Alpha. Cronbach’s Alpha merupakan sebuah ukuran
keandalan yang memiliki nilai berkisar dari nol sampai satu (Hair et al., 2010:
92). Menurut Eisingerich dan Rubera (2010: 27) nilai tingkat keandalan
Cronbach’s Alpha minimum adalah 0,70. Rumus yang digunakan yaitu sebagai
berikut,

𝑘 ∑ 𝜎𝑏2
𝑟11 = [(𝑘−1)] [1 − ] ……………………………………………… (3.3)
𝜎12

Keterangan:
𝑟11 = reliabilitas instrumen
𝑘 = banyak soal
∑ 𝜎𝑏2 = jumlah varian butir
𝜎12 = varian total
(Arikunto, 2013: 239)

Kriteria yang digunakan menentukan tingkat reliabilitas disajikan


pada Tabel 3.5 berikut,

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas

Koefisien r Reliabilitas
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Sedang/Cukup
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
Sumber: Rusman (2013: 57)

E. Teknik Pengumpulan Data


Salah satu hal yang mempengaruhi penelitian adalah kualitas
pengumpulan data, selain daripada kualitas instrumen penelitian itu sendiri.
Sugiono (2016: 137) mengatakan bahwa Kualitas dari pengumpulan data
berkaitan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan
data. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah hasil uji posttest
(kemampuan akhir/hasil belajar kognitif setelah diberikan perlakuan). Selain
42

uji posttest, juga dilakukan observasi untuk mengukur keterlaksanaan model


pada saat pembelajaran.
1. Tes
Teknik tes yang digunakan yaitu dengan tes essay atau uraian untuk
mendapatkan data kemampuan akhir. Data tersebut berguna untuk mengetahui
perkembangan hasil belajar kognitif pada siswa setelah mendapatkan perlakuan
yang akan dibandingkan dengan kemampuan awal (nilai UTS semester genap
2017/2018). Hasil belajar kognitif tersebut, juga sekaligus digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir kritis pada siswa.
2. Observasi
Pengumpulan data dengan teknik observasi dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung kegiatan pembelajaran oleh observer.
Dimana tujuannya untuk mengamati apakah penerapan model pembelajaran
yang digunakan sebagai perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol
sudah terlaksana dengan baik sesuai RPP atau belum. Penelitian ini menunjuk
dua orang sebagai observer, yang pertama dari guru pengampu mata pelajaran
itu sendiri, dan yang kedua dipilih dari kalangan mahasiswa. Saat observasi
kedua observer hanya perlu memberi tanda centang (√) sesuai kriteria yang
cocok dengan kegiatan pembelajaran yang sedang mereka amati. Kriteria
keterlaksanaan pembelajaran tersaji pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran

Skor Kategori
4 Guru / siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sangat sesuaiTinggi
3 Guru / siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sesuai
2 Guru / siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran tetapi masih kurang sesuai
1 Guru / siswa melakukan tidak melakukan tahap-tahap pembelajara
Sumber: Arikunto (2011:41)

Hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran dapat dilihat pada


Lampiran 24 – 30 halaman 178 - 200.
43

Adapun langkah-langkah dalam pengumpulan data sebagai berikut:


1) Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan dalam
penelitian ini yaitu:
a) Mengurus surat ijin penelitian melalui Jurusan Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Negeri Malang dan Dinas Pendidikan Kota Malang,
kemudian diserahkan surat permohonan ijin penelitian kepada Kepala
SMKN 11 Malang.
b) Observasi kelas untuk mengetahui kondisi kelas X, jumlah siswa yang
akan digunakan dalam penelitian, jadwal pelajaran, dan guru yang akan
mendampingi dalam penelitian.
c) Meminta data UTS semester genap 2017/2018
d) Menyusun perangkat pembelajaran untuk mata pelajaran Sistem
Komputer
e) Menyusun instrumen penelitian sebagai alat evaluasi
f) Melakukan uji coba soal posttest pada kelas yang telah menerima mata
pelajaran Sistem Komputer, tetapi dengan syarat kelas yang tidak dipilih
sebagai sampel
g) Melakukan validasi isi RPP CTL, RPP examples non examples, materi
pelajaran, dan soal posttest.
h) Mengolah dan menganalisis data hasil uji coba soal dengan memvalidasi
butir soal dan menguji reliabilitas butir soal. Kemudian menyusun dan
mem-fix-kan soal posttest.
2) Tahap Pelaksanaan
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai
berikut:
a. Melaksanakan pembelajaran dengan model pembelajaran Contextual
Teaching and Learning untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran
Examples Non Examples untuk kelas kontrol sebagai perlakuannya
b. Memberikan posttest untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa untuk melihat peningkatan hasil
belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis
44

c. Pemberian angket kepada observer untuk mengetahui keterlaksanaan


model pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
3) Tahap Akhir
Berikut tahap akhir dalam pengumpulan data pada penelitian ini,
yaitu:
a. Mengumpulkan data nilai hasil belajar siswa ranah pengetahuan yang
didapat dari nilai posttest
b. Menganalisis semua data nilai yang diperoleh baik pada kelas kontrol
maupun kelas eksperimen dengan uji statistik
c. Membandingkan hasil, dan menyusun laporan hasil penelitian.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data-data sudah terkumpul semua, langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis data mentah yang didapat sesuai dengan metode yang
diterapkan agar dapat dipahami sekaligus bisa menjawab permasalahan yang
ada sesuai dengan rumusan masalah yang sudah ditetapkan sebelumnya. Dalam
menganalisis data, dilakukan perhitungan distribusi frekuensi nilai dengan
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang sudah dikumpulkan. Data
yang digunakan merupakan perolehan dari hasil uji posttest terhadap siswa.
Dari hasil yang didapat tersebut, kemudian dibuat rentang untuk mengukur
ketercapaian hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis. Rentang
ketercapaian hasil belajar kognitif berasal dari RPP yang mana telah
disesuaikan dengan standar yang telah dibuat oleh guru di sekolah yang
mengacu pada KKM di SMKN 11 Malang dan tentunya sesuai dengan K13
revisi 2017.
Berikut rentang nilai hasil belajar kognitif siswa disajikan dalam Tabel
3.7,

Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Hasil Belajar Kognitif


Nilai Kriteria
90 – 100 Baik Sekali
85 – 90 Baik
75 – 84 Cukup
< 75 Kurang / Sangat Kurang
45

Sedangkan untuk kemampuan berpikir kritis, sebelum membuat rentang


atau menentukan kriteria, terlebih dahulu mencari nilai mean (M) dan nilai
standar deviasi (SD) menggunakan persamaan 3.4 dan 3.5.

1
𝑀= (Nilai ideal terendah + Nilai ideal tertinggi)…………………. (3.4)
2
1
SD = (Nilai ideal tertinggi − Nilai ideal terendah………………… (3.5)
6

Setalah nantinya hasil dari M dan SD didapatkan, langkah selanjutnya


mencari rentang nilai dan kategori kemampuan berpikir kritis dengan cara
seperti yang dipaparkan menurut Sudjono dalam Kurtianingsih (2017: 41) pada
Tabel 3.8. Barulah kemudian hasil belajar kognitif siswa dapat
diklasifikasikankan berdasarkan rentang nilai dan kategori skor ideal sesuai
dengan yang telah dibuat.

Tabel 3.8 Kriteria Keterlaksanaan Pembelajaran

Rentang Kategori
(M+1,5 SD) sampai dengan Top Skor Sangat Tinggi
(M+0,5 SD) sampai dengan (M+1,5 SD) Tinggi
(M-0,5 SD) sampai dengan (M+0,5 SD) Sedang
(M-1,5 SD) sampai dengan (M-0,5 SD) Rendah
Nol sampai dengan (M-1,5 SD) Sangat Rendah
Sumber: Kurtianingsih (2017: 41)

Teknik analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji prasyarat
analisis, uji kesamaan dua rata-rata, dan uji hipotesis.
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dilakukan agar kesimpulan yang nantinya ditarik
dapat memenuhi prasyarat, sebelum dilakukannya analisis data untuk menguji
hipotesis dengan teknik statistik tertentu. Uji prasyarat yang dilakukan di
dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Fungsi dari uji
normalitas dan uji homogenitas adalah untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh sudah terdistribusi secara normal dan homogen ataukah tidak.
Berikut akan dijelaskan mengenai uji normalitas dan homogenitas yang akan
diterapkan.
46

a. Uji Normalitas
Tujuan dari dilakukannya uji normalitas ini adalah untuk mengetahui
apakah data yang diperoleh sudah terdistribusi secara normal atau tidak.
Menurut Ghozali (2011: 160) menyatakan bahwa, uji normalitas bertujuan
untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Data yang akan dilakukan pengujian
adalah data kemampuan awal siswa dan data hasil belajar kognitif siswa dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Uji normalitas sampel dilakukan
dengan memakai uji Kolmogorov-Smirnov pada bagian Asymp.sig dengan
bantuan software SPSS Statistics.
Ada beberapa kriteria pengambilan keputusan berdasarkan nilai
signifikansi menurut Uyanto (2009: 40), yaitu sebagai berikut:
1) Jika nilai probabilitas (Asymp.sig) > 0,05 maka data terdistribusi secara
normal.
2) Jika nilai probabilitas (Asymp.sig) < 0,05 maka data tidak terdistribusi
secara normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk menguji apakah siswa di kelas
eksperimen dan kelas kontrol mempunyai varian yang homogen atau tidak.
Nantinya data yang akan diuji adalah data kemampuan awal siswa, dan hasil
belajar dari kedua sampel. Teknik yang dilakukan untuk uji homogenitas
dalam penelitian ini adalah uji-F dengan bantuan software SPSS Statistics
metode uji levene’s yang mempunyai rumus sebagai berikut:

𝑆12
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = ………………………………………………………… (3.6)
𝑆22

Keterangan:
𝑆12 = Varians terbesar
𝑆22 = Varians Terkecil (Sudjana dalam Lindawati, 2014: 55)

Kriteria homogenitas yang digunakan adalah sebagai berikut:


1) Jika Fhitung < Ftabel, maka data homogen
2) Jika Fhitung > Ftabel, maka dat tidak homogen
47

Sedangkan jika melihat signifikansi (p) menggunakan kriteria:


1) Jika nilai signifikansi (p) > 0,05 maka data kedua sampel homogen
2) Jika nilai signifikansi (p) < 0,05 maka data dari kedua sampel tidak
homogen.
2. Uji Kesamaan Dua Rata-rata
Uji kesamaan dua rata-rata dilakukan untuk dapat mengetahui apakah
awal kedua sampel sama atau tidak. Teknik pengujiannya adalah
menggunakan uji-T dua pihak dengan menggunakan data kemampuan awal
siswa sebelum kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi perlakuan. Uji
statistik yang digunakan adalah uji-t dengan independent sample t-test pada
kolom t-test pada bagian Asymp.sigi dengan menggunakan software SPSS for
Windows.
Menurut Sugiyono (2012: 138) uji kesamaan dua rata-rata dalam
penelitian menggunakan uji-t, rumus dari uji-t adalah sebagai berikut:

̅̅̅ − 𝑥2
𝑥1 ̅̅̅
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√(𝑛1 − 1)𝑆12 + (𝑛2 − 1)𝑆22 1 1
(𝑛1 + 𝑛2)
𝑛1 + 𝑛2 − 2

∑(𝑥1+𝑥̅ )2
Dimana 𝑆 2 = (𝑛−1)
…………………………………………………… (3.7)

Keterangan:
̅̅̅
𝑥1 = rata-rata sampel eksperimen
̅̅̅
𝑥2 = rata-rata sampel kontrol
𝑛1 = jumlah sampel kontrol
𝑛2 = jumlah sampel eksperimen
𝑆12 = varians sampel kontrol
𝑆22 = varians sampel eksperimen
1 = derajat kebebasan
(𝑥1 + 𝑥̅ )2 = jumlah simpangan kuadrat, (Sugiyono, 2012: 138)

Menurut Sudjana dalam Lindawati (2014: 56) pasangan hipotesis nihil


(H0) dan tandingannya (Ha) yang akan diuji adalah seperti yang ditunjukkan
di bawah ini:
48

H0 = tidak terdapat perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen


dan kelas kontrol.
Ha = ada perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
H0 = µ1 = µ2
Ha = µ1 ≠ µ2
Kriteria yang dipakai sebagai cara pengambilan keputusan untuk uji
kesamaan dua rata-rata adalah sebagai berikut:
a. Jika thitung > ttabel maka H0 ditolak (terdapat perbedaan kemampuan awal
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol).
b. Jika thitung < ttabel maka H0 diterima (tidak terdapat perbedaan kemampuan
awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol).

Sedangkan jika melihat pada Asymp.sig, maka menggunkan kriteria


seperti di bawah ini:
a. Jika Asymp.sig > 0,05 maka H0 diterima
b. Jika Asymp.sig > 0,05 maka H0 ditolak.
3. Uji Hipotesis
a. Uji-t dua sampel independen
Tujuan dari uji hipotesis yaitu guna mengetahui perbedaan dari hasil
belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis antara siswa yang belajar
dengan pembelajaran model contextual teaching and learning dan siswa
yang belajar dengan pembelajaran model examples non examples.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Software SPSS
for Windows dengan uji-t dua sampel independen (independent-sample t
test). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

̅̅̅ − 𝑥2
𝑥1 ̅̅̅
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√(𝑛1 − 1)𝑆12 + (𝑛2 − 1)𝑆22 1 1
(𝑛1 + 𝑛2)
𝑛1 + 𝑛2 − 2
∑(𝑥1+𝑥̅ )2
Dimana 𝑆 2 = (𝑛−1)
.......................................................................... (3.8)
49

Keterangan:
̅̅̅
𝑥1 = rata-rata sampel eksperimen
̅̅̅
𝑥2 = rata-rata sampel kontrol
𝑛1 = jumlah sampel kontrol
𝑛2 = jumlah sampel eksperimen
2
𝑆1 = varians sampel kontrol
2
𝑆2 = varians sampel eksperimen
1 = derajat kebebasan
2
(𝑥1 + 𝑥̅ ) = jumlah simpangan kuadrat, (Sugiyono, 2012: 138)

Hipotesis yang akan diuji dengan independent-sample t test adalah


sebagai berikut:
Ha1 = Terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis
siswa antara kelas yang diajar menggunakan model contextual
teaching and learning dengan kelas yang diajar menggunakan model
examples non examples.

Ha2 = Terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar ranah kognitif
siswa antara kelas yang diajar menggunakan model contextual
teaching and learning dengan kelas yang diajar menggunakan model
examples non examples.

Kriteria pengambilan keputusan uji-t menurut Sudjana (2002: 239) :


1) Jika thitung > ttabel maka kesimpulannya Ha diterima
2) Jika thitung < ttabel maka kesimpulannya Ha ditolak

Sedangkan menurut Ulyanto (2009: 138) jika melihat Asymp.Sig,


maka kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Jika Asymp.Sig. > 0,05 maka Ha ditolak
2) Jika Asymp.Sig. < 0,05 maka Ha diterima
BAB IV

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan dua kelas yang berbeda sebagai objek


penelitian. Pertama kelas X TKJ 1 sebagai kelas eksperimen dengan
menggunakan Model Contextual Teaching and Learning (CTL) sebagai
perlakuannya. Kedua, kelas X TKJ 4 sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan
dengan menggunakan Model Examples Non Examples. Data yang didapatkan
nantinya terdiri dari 3 jenis, yaitu, (1) data uji coba instrumen, (2) data uji
prasyarat analisis, dan (3) data uji hipotesis.

A. Uji Coba Instrumen


Uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen-
isntrumen yang akan digunakan untuk melakukan penelitian atau pengambilan
data sudah layak untuk dapat diaplikasikan di lapangan atau belum. Dimana
nantinya akan dilakukan uji validitas terlebih dahulu oleh para ahli dan juga uji
reliabilitas terhadap instrumen-instrumen yang akan digunakan tersebut. Serta
nantinya juga akan dilakukan analisis apabila terdapat ketidaksesuaian atau
ketidakvalidan instrumen yang telah dibuat. Uji coba instrumen sendiri meliputi,
(1) uji validitas isi, (2) uji validitas butir soal dan (3) uji reliabilitas.
1. Uji Validitas Isi
Instrumen yang divalidasi di dalam penelitian ini meliputi RPP model
Contextual Teaching and Learning (CTL), RPP model Examples Non Examples,
materi pelajaran, dan soal post-test. Hasil validasi yang didapatkan nantinya
akan digunakan untuk mengukur apakah instrumen yang telah dibuat sudah baik
dan layak digunakan atau belum. Validator instrumen dipilih para ahli dari
kalangan guru dan dosen, validator-validator tersebut diantaranya adalah Dila
Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen dari Jurusan Teknik Elektro
Universitas Negeri Malang yang sekaligus berperan sebagai Dosen Pembimbing
2, dan Ismanu Rahadi, S.H. selaku guru mata pelajaran sistem komputer untuk
kelas X di SMKN 11 Malang.

50
51

a. RPP Model Contextual Teaching and Learning (CTL)


Validasi rencana pelaksaanaan pembelajaran (RPP) model contextual
teaching and learning (CTL) dilakukan oleh Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd.
dan Ismanu Rahadi, S.H.. Hasil dari validasi isi RPP model contextual teaching
and learning (CTL) yang telah dilakukan oleh para validator ahli dapat dilihat
pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Validasi Isi RPP Model Contextual Teaching and Learning (CTL)
No. Validator Presentase Rata-rata Kriteria
1. Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd. 85% Sangat Tinggi
87,5%
2. Ismanu Rahadi, S.H. 90% Sangat Tinggi

Setelah melihat hasil validasi pada Tabel 4.1, dapat ditarik kesimpulan
bahwa instrumen RPP Model Contextual Teaching and Learning dapat
dinyatakan valid dan layak dipergunakan untuk penelitian. Hal tersebut karena
presentase hasil validasi dari Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd. sebesar 85%
dan dari Ismanu Rahadi, S.H. sebesar 90%. dimana angka presentase tersebut
tergolong kriteria yang sangat tinggi. Begitu juga dengan hasil rata-rata
keduanya yang mencapai angka sebesar 87,5%.

b. RPP Model Examples Non Examples


Validasi rencana pelaksaanaan pembelajaran (RPP) model examples
non examples dilakukan oleh Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd. dan Ismanu
Rahadi, S.H.. Hasil dari validasi isi RPP model examples non examples yang
telah dilakukan oleh para ahli dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut,

Tabel 4.2 Hasil Validasi Isi RPP Model Examples Non Examples
No. Validator Presentase Rata-rata Kriteria
1. Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd. 85% Sangat Tinggi
87,5%
2. Ismanu Rahadi, S.H. 90% Sangat Tinggi

Tabel 4.2 menunjukkan presentase hasil validasi dari RPP model


examples non examples oleh Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd. sebesar 85%
dan dari Ismanu Rahadi, S.H. sebesar 90%. dimana angka presentase tersebut
tergolong kriteria yang sangat tinggi. Begitu juga dengan hasil rata-rata
keduanya yaitu sebesar 87,5%. Maka dengan itu dapat ditarik kesimpulan
52

bahwa instrumen RPP model examples non examples dapat dinyatakan valid
dan layak dipergunakan untuk penelitian.
c. Materi Pelajaran
Validasi materi pelajaran dilakukan oleh Ismanu Rahadi, S.H. selaku
guru pengampu mata pelajaran sistem komputer di kelas X TKJ SMKN 11
Malang. Hasil dari validasi isi materi memori eksternal mata pelajaran Sistem
Komputer yang telah dilakukan oleh ahli dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut,

Tabel 4.3 Hasil Validasi Isi Materi Memori Eksternal

No. Validator Presentase Rata-rata Kriteria


1. Ismanu Rahadi, S.H. 92,86% 92,86% Sangat Tinggi

Tabel 4.3 menunjukkan presentase hasil validasi materi pelajaran


tentang memori eksternal yang telah dilakukan oleh Ismanu Rahadi, S.H.
sebesar 92,86%. Angka presentase tersebut tergolong kriteria yang sangat
tinggi. Maka dengan itu dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen materi
pelajaran tentang memori eksternal dapat dinyatakan valid dan layak
dipergunakan untuk penelitian.

d. Soal Post-Test
Validasi soal post-test dilakukan oleh Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd.
dan Ismanu Rahadi, S.H.. Hasil dari validasi isi soal post-test tentang materi
memori eksternal yang telah dilakukan oleh para ahli dapat dilihat pada Tabel
4.4 berikut,

Tabel 4.4 Hasil Validasi Isi Soal Post-Test Tentang Materi Memori Eksternal
No. Validator Presentase Rata-rata Kriteria
1. Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd. 95% Sangat Tinggi
95%
2. Ismanu Rahadi, S.H. 95% Sangat Tinggi

Tabel 4.4 menunjukkan presentase hasil validasi dari post-test oleh Dila
Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd. sebesar 95% dan dari Ismanu Rahadi, S.H. sebesar
95%. dimana angka presentase tersebut tergolong kriteria yang sangat tinggi.
Begitu juga dengan hasil rata-rata keduanya yaitu sebesar 95%. Maka dengan
53

itu dapat ditarik kesimpulan bahwa instrumen soal post-test dapat dinyatakan
valid dan layak dipergunakan untuk penelitian.
1. Uji Validitas Butir Soal
Tujuan dari dilakukannya uji validitas butir soal ini, berguna untuk
mengetahui tingkat kevalidan pada setiap butir soal yang telah dibuat.
Berdasarkan hasil uji validitas butir soal ini juga, dapat diketahui soal mana saja
yang sudah valid atau layak digunakan dan soal yang tidak valid yang tidak layak
digunakan atau gagal. Perhitungan validitas butir soal menggunakan bantuan
software SPSS Statistics.
Soal yang diuji cobakan berupa soal post-test yang terdiri dari 10 butir soal
uraian atau esai yang diberikan pada siswa kelas X TKJ 2 yang memiliki siswa
sebanyak 28 orang dan pada kelas X TKJ 3 dengan jumlah siswa sebanyak 28
orang. Jadi total populasi yang digunakan untuk ujicoba soal sebanyak 56 orang
siswa. Alasan dipilihnya dua kelas tersebut, karena siswa telah mendapatkan
materi tentang memori eksternal pada mata pelajaran sistem komputer, dan juga
dua kelas tersebut tidak dipilih sebagai objek penelitian.
Butir soal yang baik memiliki korelasi 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , sedangkan butir
soal yang memiliki 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 termasuk soal yang tidak valid. Penentuan
nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dapat dilihat pada tabel r yang bisa diperoleh secara online. Maka
dilihat dari jumlah siswa yang digunakan untuk uji coba, maka didapat nilai 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
sebesar 0,2631. Berdasarkan dari uji validitas butir soal yang telah dilakukan,
diperoleh hasil bahwa dari 10 soal uraian atau esai yang dibuat, seluruhnya teruji
valid karena nilai 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 masing-masing soal lebih besar dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (0,2632), jadi
tidak ada soal yang perlu diberbaiki maupun diganti. Hasil uji coba validitas butir
soal dapat dilihat pada Lampiran 21.a halaman 174.
2. Uji Reliabilitas
Pengujian reliabilitas pada soal berfungsi untuk mengetahui taraf
kepercayaan seperangkat soal. Uji reliabilitas ini menggunkan bantuan software SPSS
Statistics. Teknik perhitungan yang digunakan adalah Teknik perhitungan Alpha
Cronchbach. Hasil perhitungan Alpha Cronchbach dapat dilihat pada Tabel 4.5.
54

Tabel 4.5 Hasil perhitungan Cronchbach’s Alpha


Jumlah Item Cronbach’s Alpha
56 0,713

Uji coba reliabilitas butir soal yang telah dilakukan dengan bantuan
software SPSS Statistics, memperoleh hasil pada tabel Cronbach’s Alpha sebesar
0,713, yang artinya nilai yang didapatkan tergolong tinggi. Sesuai dengan kriteria
bahwa apabila nilai tabel Cronbach’s Alpha menunjukkan nilai yang lebih besar
atau sama dengan 0,7, maka dapat dinyatakan diterima atau reliabel. Berdasarkan
nilai yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa seperangkat soal post-test
layak untuk digunakan. Hasil uji reliabilitas secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 21.b halaman 175.
B. Deskripsi Data
1. Data Kemampuan Awal Siswa
Data yang tersaji berikut ini merupakan data hasil Ujian Tengah
Semester (UTS) di semester genap yang menunjukkan kemampuan awal siswa
sebelum adanya perlakuan khusus dari model pembelajaran yang akan
diterapkan (baik contextual teaching and learning maupun examples non
examples). Berikut data kemampuan awal siswa dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Data Kemampuan Awal Siswa Sebelum Diberi Perlakuan


Kelas N Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Jenis Penelitian
Kelas eksperimen 31 55 80 67,26 Kognitif
Kelas kontrol 30 58 75 67,57 Kognitif

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.6, data kemampuan


awal siswa pada kelas eksperimen (X TKJ 1) memiliki nilai terendah 55 dan
nilai tertinggi 80 dengan rata-rata 67,26. Sedangkan perolehan dari kelas kontrol
(X TKJ 4) nilai terendahnya adalah 58 dan nilai tertingginya 75, dengan jumlah
rata-rata 67,57. Maka dapat diketahui bahwa nilai rata-rata yang diperoleh kelas
X TKJ 1 selaku kelas eksperimen lebih rendah daripada nilai rata-rata yang
diperoleh kelas X TKJ 4 selaku kelas kontrol. Namun kemampuan awal siswa
dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol masih bisa dikatakan mempunyai
kemampuan awal yang sama karena selisih dari rata-rata nilai keduanya yang
hanya terpaut 0,31. Hal tersebut juga diperkuat dengan hasil uji kesamaan dua
55

rata-rata dari kemampuan awal siswa dengan bantuan software SPSS Statistics
yang mana nilai sig.(2-tailed) menunjukkan angka 0,829. Hasil uji kesamaan dua
rata-rata kemampuan awal dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil Kesamaan Dua Rata-Rata Kemampuan Awal Siswa


Kelas N Rata-rata Asymp.Sig(2-tailed)
X TKJ 1 31 67,26
0,829
X TKJ 4 30 67,57

Karena nilai 0,829 lebih besar daripada nilai signifikansi 0,05 atau (0,829
> 0,05), itu artinya tidak ada perbedaan antara kemampuan awal siswa di kelas
eksperimen dengan kelas kontrol. Data nilai kemampuan awal siswa (Nilai UTS
Semester Genap 2017/2018) selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17
halaman 166. Hasil uji-t kemampuan awal secara lengkap dapat dilihat pada
Lampiran 23.a halaman 177.

2. Deskripsi Data Kemampuan Akhir (Hasil Belajar Kognitif)


Data kemampuan akhir (hasil belajar kognitif) merupakan data yang
didapat dari hasil uji post-test siswa. Soal post-test diberikan kepada kelas yang
telah mendapatkan perlakuan khusus sebelumnya, yaitu, kelas eksperimen X TKJ
1 yang diberikan perlakuan dengan Model Contextual Teaching and Learning dan
kelas kontrol yaitu kelas X TKJ 4 yang diberikan perlakuan menggunakan Model
Examples Non Examples. Hasil uji post-test sebagai data kemampuan akhir siswa
dapat dilihat pada Tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8 Data Kemampuan Akhir Siswa


Kelas N Nilai Terendah Nilai Tertinggi Rata-rata Jenis Penelitian
Kelas Eksperimen 31 75 100 89,16 Kognitif
Kelas Kontrol 30 72 96 83,90 Kognitif

Berdasarkan hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4.8, data kemampuan


akhir siswa pada kelas eksperimen (X TKJ 1) memiliki nilai terendah 75 dan
nilai tertinggi 100 dengan rata-rata 89,16. Sedangkan perolehan dari kelas
kontrol (X TKJ 4) nilai terendahnya adalah 72 dan nilai tertingginya 96, dengan
jumlah rata-rata 83,90. Maka dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kemampuan
akhir yang diperoleh kelas X TKJ 1 sebagai kelas eksperimen lebih tinggi
56

daripada nilai rata-rata yang diperoleh kelas X TKJ 4 sebagai kelas kontrol. Data
nilai kemampuan akhir siswa (hasil post-test) selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 18 dan 19 halaman 167 – 169.

3. Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis


Menurut Wijaya (2010: 72) kemampuan berpikir kritis merupakan
kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik,
membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan
mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis, yang digunakan merupakan data hasil penelitian kemampuan
akhir yang ada pada Tabel 4.7. Dari hasil tersebut dapat diketahui perolehan
terendah dan tertinggi dari kedua kelas yaitu sebesar 72 dan 100. Nilai terendah
dan tertinggi tersebut digunakan untuk menghitung nilai mean (M) dan nilai
standar deviasi (SD) yang digunakan untuk menentukan rentang nilai yang akan
digunakan untuk mengukur pencapaian kemampuan berpikir kritis pada kedua
kelas.
Hasil perhitungan yang telah dilakukan, menunjukkan nilai M sebesar 86
dan nilai SD sebesar 4,6. Setelah itu dibuatlah rentang nilai menggunakan cara
seperti ditunjukkan pada Tabel 3.8 (lihat Bab III, halaman 33). Maka diperoleh
rentang nilai kemampuan berpikir kritis seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Rentang Nilai Kemampuan Berpikir Kritis

Rentang Kategori
94 – 100 Sangat Tinggi
89 – 93 Tinggi
85 – 88 Sedang
80 – 84 Rendah
72 – 79 Sangat Rendah
57

Mengacu pada rentang nilai yang sudah dibuat pada Tabel 4.9, maka
diperoleh distribusi frekuensi kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen (X
TKJ 1) yang ditunjukkan dalam Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Distibusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen.

Nilai Kategori Frekuensi (f) %


94 – 100 Sangat Tinggi 9 29 %
89 – 93 Tinggi 3 10 %
85 – 88 Sedang 13 42 %
80 – 84 Rendah 2 6%
72 – 79 Sangat Rendah 4 13 %
Jumlah 31 100 %

Melihat hasil distribusi frekuensi kemampuan berpikir kritis peserta didik


pada kelas eksperimen di Tabel 4.10, maka diperoleh besarnya presentase
kemampuan berpikir kritis yaitu sebesar 29% siswa masuk kategori sangat
tinggi, 10% siswa masuk kategori tinggi, 42% siswa masuk kategori sedang, 6%
siswa masuk kategori rendah dan 13% siswa masuk kategori sangat rendah.
Berikutnya distribusi frekuensi kemampuan berpikir kritis pada kelas
kontrol (X TKJ 4) dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Distibusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol

Nilai Kategori Frekuensi (f) %


94 – 100 Sangat Tinggi 2 7%
89 – 93 Tinggi 6 20%
85 – 88 Sedang 7 23 %
80 – 84 Rendah 6 20 %
0 – 79 Sangat Rendah 9 30 %
Jumlah 30 100 %

Hasil distribusi frekuensi kemampuan berpikir kritis peserta didik kelas


kontrol pada Tabel 4.11, menunjukkan bahwa 7% siswa masuk kategori sangat
tinggi, 20% siswa masuk kategori tinggi, 23% masuk kategori sedang, 20%
masuk kategori rendah dan 30% masuk kategori sangat rendah. Dari hasil
distribusi kedua kelas di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat
perbedaan pengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas
eksperimen yang diberi perlakuan dengan model contextual teaching and
learning (CTL) dengan kelas kontrol yang diberi perlakuan dengan model
58

examples non examples. Dimana pada kelas eksperimen terdapat 25 dari 31


siswa atau sekitar 81% jumlah siswa di kelas tersebut tergolong mempunyai
kemampuan berpikir kritis yang masuk pada tingkatan sedang (cukup), hingga
pada tingkatan sangat tinggi. Kemudian untuk tingkatan yang rendah hingga
sangat rendah hanya terhitung 6 dari 31 orang siswa atau hanya 19% dari jumlah
keseluruhan siswa yang ada di kelas tersebut. Sedangkan apabila dibandingkan
dengan kelas eksperimen, pada kelas kontrol hanya diperoleh 15 dari 30 siswa
atau sekitar 50% dari siswa yang ada di kelas tersebut yang kemampuan berpikir
kritisnya masuk dalam tingkatan sedang (cukup) hingga sangat tinggi. Dan 50%
sisanya berada pada tingkatan rendah dan sangat rendah.
C. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis bertujuan untuk memastikan bahwa hasil rata-rata
kemampuan atau kompetensi (baik kemampuan awal atau kemampuan akhir)
yang dimiliki oleh kelas eksperimen yaitu kelas X TKJ 1, dan kelas kontrol yaitu
X TKJ 4 sudah terdistribusi normal dan homogen.
1. Normalitas Dan Homogenitas Kemampuan Awal
a. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk memastikan bahwa data yang diperoleh
merupakan data yang terdistribusi normal di dalam sebuah populasi. Perhitungan
uji normalitas penelitian ini menggunakan bantuan software SPSS Statistics,
dengan menggunakan teknik perhitungan Kolmogrov-Smirnov. Data yang diuji
cobakan merupakan data hasil uji kompetensi siswa, dalam hal ini menggunakan
nilai hasil UTS semester genap dari kelas X TKJ 1 dan kelas X TKJ 4 di SMKN
11 Malang. Hasil uji normalitas dari data kemampuan awal siswa dapat dilihat
pada Tabel 4.12 di bawah ini.

Tabel 4.12 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal Siswa


Kelas N Asymp-Sig. Keterangan
Kelas Eksperimen 31 0,200 Terdistribusi Normal
Kelas Kontrol 30 0,200 Terdistribusi Normal

Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa,


1) Hasil uji normalitas terhadap data nilai kemampuan awal siswa (sebelum
diberi perlakuan) kelas eksperimen yaitu kelas X TKJ 1 memiliki nilai
59

signifikansi sebesar 0,200. Dimana nilai signifikansi 0,200 lebih besar


daripada nilai signifikansi 0,05 atau (0,200 > 0,05). Maka dengan ini data
dapat dikatakan terdistribusi normal.
2) Hasil uji normalitas terhadap data nilai kemampuan awal siswa (sebelum
diberi perlakuan) kelas kontrol yaitu kelas X TKJ 4 memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,200. Dimana nilai signifikansi 0,200 lebih besar
daripada nilai signifikansi 0,05 atau (0,200 > 0,05). Maka dengan ini data
dapat dikatakan terdistribusi normal.
a. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dalam penelitian ini bertujuan untuk memastikan bahwa
data dari hasil uji kompetensi siswa yang diperoleh dalam suatu populasi sudah
homogen atau belum. Pengujian dibantu dengan software SPSS Statistics,
dengan menggunakan Teknik perhitungan uji Levene’s dengan taraf signifikansi
0,05. Suatu data dapat dikatan homogen apabila nilai probabilitas (Asymp.sig) >
0,05. Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.13 berikut.

Tabel 4.13 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa

Kelas Asymp-Sig Levene’s Keterangan


Kelas Eksperimen Data Homogen
0,950 0,004
Kelas Kontrol Data Homogen

Dilihat dari Tabel 4.13 dapat diketahui hasil uji homogenitas dari data
nilai kemampuan awal siswa dari kelas eksperimen yaitu X TKJ 1 dan kelas
kontrol yaitu X TKJ 4 memiliki nilai signifikansi sebesar 0,950. Melihat dari
hasil tersebut dapat diketahui nilai signifikansi 0,950 lebih besar dari signifikansi
0,05 atau (0,950 > 0,05), yang artinya kemampuan awal dari kedua kelas
tersebut bersifat homogen.

2. Normalitas Dan Homogenitas Kemampuan Akhir


a. Uji Normalitas
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya uji normalitas berguna untuk
memastikan bahwa data yang diperoleh merupakan data yang terdistribusi
normal di dalam sebuah populasi. Perhitungan uji normalitas penelitian ini
menggunakan bantuan software SPSS Statistics, dengan menggunakan teknik
60

perhitungan Kolmogrov-Smirnov. Data yang diuji cobakan merupakan data hasil


uji post-test siswa dari kelas X TKJ 1 dan kelas X TKJ 4 di SMKN 11 Malang.
Hasil uji normalitas dari data kemampuan akhir siswa dapat dilihat pada Tabel
4.14 di bawah ini.

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Akhir Siswa


Kelas N Asymp-Sig Keterangan
Kelas Eksperimen 31 0,200 Terdistribusi Normal
Kelas Kontrol 30 0,200 Terdistribusi Normal

Berdasarkan Tabel 4.14 dapat diketahui bahwa,


1) Hasil uji normalitas dari data nilai kemampuan akhir siswa (setelah diberi
perlakuan) kelas eksperimen yaitu kelas X TKJ 1 memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,200. Ini berarti bahwa nilai signifikansi 0,200 lebih besar daripada
nilai signifikansi 0,05 atau (0,200 > 0,05). Maka dengan ini data kemampuan
akhir siswa dapat dikatakan terdistribusi normal.
2) Hasil uji normalitas dari data nilai kemampuan awal siswa (setelah diberi
perlakuan) kelas kontrol yaitu kelas X TKJ 4 memiliki nilai signifikansi
sebesar 0,200. Dimana dapat diketahui bahwa nilai signifikansi 0,200 lebih
besar daripada nilai signifikansi 0,05 atau (0,200 > 0,05). Maka dengan ini
data kemampuan akhir siswa dapat dikatakan terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang dilakukan sama seperti yang telah dilakukan dalam
uji homogenitas kemampuan awal sebelumnya. Kali ini uji homogenitas
digunakan untuk memastikan bahwa data dari hasil uji post-test sebagai data
kemampuan akhir siswa yang telah diberikan perlakuan khusus apakah sudah
homogen atau belum. Pengujian dibantu dengan software SPSS Statistics,
dengan menggunakan Teknik perhitungan uji Levene’s dengan taraf signifikansi
0,05. Suatu data dapat dikatan homogen apabila nilai probabilitas (Asymp.sig) >
0,05.
61

Hasil uji homogenitas kemampuan akhir siswa dapat dilihat pada Tabel
4.15 berikut.

Tabel 4.15 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Akhir Siswa

Kelas Asymp-Sig Levene’s Keterangan


Kelas Eksperimen Data Homogen
0,949 0,004
Kelas Kontrol Data Homogen

Dilihat dari Tabel 4.15 dapat diketahui hasil uji homogenitas dari data
nilai kemampuan akhir siswa (setelah diberikan perlakuan) dari kelas
eksperimen yaitu X TKJ 1 dan kelas kontrol yaitu X TKJ 4 memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,949. Jadi dapat disimpulkan nilai signifikansi yang
dihasilkan 0,949 lebih besar dari signifikansi 0,05 atau (0,949 > 0,05), yang
artinya kemampuan akhir siswa (setelah diberikan perlakuan) dari kedua kelas
tersebut bersifat homogen.

D. Uji Hipotesis
Setelah uji prasyarat analisis selesai dilakukan, untuk tahap selanjutnya
yaitu melakukan uji hipotesis penelitian dengan menggunakan Uji-t pada hasil tes
kemampuan akhir siswa berbantuan software SPSS Statistics. Berikut hipotesis
yang akan diuji:

Ha1 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan berpikir kritis siswa
antara kelas yang diajar menggunakan model contextual teaching and
learning dengan kelas yang diajar menggunakan model examples non
examples.

Ha2 : Terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar ranah kognitif siswa
antara kelas yang diajar menggunakan model contextual teaching and
learning dengan kelas yang diajar menggunakan model examples non
examples.
62

Hasil pengujian hipotesis data hasil belajar siswa ranah kognitif dan
kemampuan berpikir kritis siswa dari kelas X TKJ 1 sebagai kelas eksperimen dan
kelas X TKJ 4 sebagai kelas kontrol di SMKN 11 Malang dapat dilihat pada Tabel
4.16 berikut,

Tabel 4.16 Hasil Uji-T Data Kemampuan Akhir Siswa


Kelas N Rata-rata Sig.(2-tailed)
X TKJ 1 31 89,16
0,002
X TKJ 4 30 83,90

Melihat data yang disajikan dalam Tabel 4.16 dapat diketahui data hasil
belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis pada data kemampuan akhir siswa
antara kelas kelas eksperimen (X TKJ 1) dan kelas kelas kontrol (X TKJ 4) yang
dilihat dari nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,002. Hasil di atas menunjukkan bahwa
nilai 0,002 < 0,05 yang artinya Ha1 dan Ha2 diterima. Berdasarkan hal tersebut,
dapat ditarik kesimpulan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan pada
kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas yang diajar menggunakan model
contextual teaching and learning dengan kelas yang diajar menggunakan model
examples non examples dan juga terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil
belajar ranah kognitif siswa antara kelas yang diajar menggunakan model
contextual teaching and learning dengan kelas yang diajar menggunakan model
examples non examples. Perolehan hasil uji-t kemampuan akhir secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 23.b halaman 177.
BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan data kemampuan awal dan data kemampuan


akhir (hasil uji post-test) siswa sebagai data yang diolah untuk mengetahui
perbedaan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar ranah kognitif siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen dipilih kelas X TKJ 1
sebagai objek uji cobanya, sedangkan yang dipilih sebagai kelas kontrol yaitu
kelas X TKJ 4. Masing-masing kelas tersebut diberi perlakuan berbeda
menggunakan model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) dan
model pembelajaran examples non examples.

A. Kemampuan Awal Siswa

Berdasarkan uji coba yang telah dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa


kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama. Hal ini
didukung dan dibuktikan dengan perolehan rata-rata nilai kemampuan awal siswa
pada kelas eksperimen sebesar 67,26 dan perolehan rata-rata kelas kontrol sebesar
67,57. Dimana selisih nilai kemampuan rata-rata kedua kelas hanya berjarak 0,31.
Perolehan tersebut menunjukkan nilai rata-rata kedua kelas masih berada di
bawah nilai KKM yang telah ditetapkan yaitu 75. Grafik nilai kemampuan awal
siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, dapat dilihat pada Gambar 5.1.

68

67,57
Kelas Eksperimen
67,5
Kelas Kontrol

67,26

67

Gambar 5.1 Grafik kemampuan awal siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

63
64

Selain itu untuk lebih memastikan bahwa kelas eksperimen dan kelas
kontrol memiliki kemampuan awal sama, telah dilakukan uji kesamaan dua rata-
rata atau uji-t, dengan nilai sig.(2-tailed) yang dihasilkan 0,829. Karena nilai
0,829 lebih besar daripada nilai signifikansi 0,05 atau (0,829 > 0,05), maka hasil
tersebut benar membuktikan bahwa kemampuan awal siswa dari kelas eksperimen
dan kelas kontrol adalah sama.

Berdasarkan dari hasil pengamatan peneliti secara langsung, pada saat


melakukan penelitian, ada beberapa faktor dari internal maupun eksternal yang
dapat menjadi penyebab rendahnya kemampuan awal yang dimiliki siswa pada
mata pelajaran sistem komputer di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Seperti
yang dikatakan Slameto (2013: 54), bahwa kurang baiknya hasil belajar siswa
dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Diantaranya,
rendahnya motivasi belajar dan keaktifan yang dimiliki siswa akibat dari model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru masih menggunakan cara kovensional
dengan metode ceramah. Dimana proses pembelajaran masih menitik beratkan
pada guru dalam menyampaikan dan menjelaskan materi (teacher centered). Guru
jarang melibatkan siswa dalam mencari dan menghimpun informasi, sehingga
siswa sering merasa bosan dan membuat siswa menjadi lebih pasif.

Padahal seharusnya, guru dapat memberi siswa kesempatan untuk


berpartisipasi secara langsung dalam pembelajaran dengan memberi ruang pada
siswa untuk menyalurkan pendapat dan aspirasinya terkait dengan apa yang
sedang mereka pelajari. Karena seperti yang diungkapkan oleh Kurniawati (2017:
26), bahwa keterlibatan siswa di dalam proses pembelajaran memiliki intensitas
keaktifan yang lebih tinggi. Daya keaktifan yang dimiliki anak secara kodrati akan
dapat berkembang ke arah yang positif bilamana lingkungannya memberikan
ruang yang baik untuk tumbuh suburnya keaktifan itu (Aunurarahman, 2012:
119).

Sehingga diharapkan, pembelajaran dapat berlangsung dengan lebih


menyenangkan karena adanya interaksi timbal balik secara aktif yang terjalin
antara siswa satu dengan yang lainnya, maupun antara siswa dengan guru yang
sedang mengajar. Hal ini tentunya juga diharapkan dapat berlangsung menjadi
65

sebuah kebiasaan yang dapat membuat hasil belajar siswa meningkat. Suatu
tindakan tertentu dapat tumbuh subur menjadi kebiasaan bilamana didukung
dengan motivasi atau keinginan yang kuat untuk melakukan secara terus-menerus
(Aunurarahman, 2012: 121-122).

Penjelasan di atas sejalan dengan standar pelaksanaan proses pembelajaran


yang tertera dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 41 Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah yang menjelaskan bahwa, kegiatan pembelajaran dilakukan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik secara
psikologis siswa. Jadi kurangnya hasil belajar pada kemampuan awal siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol di SMKN 11 Malang, bisa disebabkan oleh banyak
faktor, diantaranya faktor internal siswa seperti keaktifan dan motivasi belajar,
maupun dari faktor eksternal seperti model pembelajaran yang diterapkan oleh
guru.

B. Kemampuan Akhir Siswa

Setelah kelas eksperimen dan kelas kontrol diberikan perlakuan yang


berbeda, yaitu dengan model contextual teaching and learning (CTL) dan model
examples non examples, keduanya sama-sama menunjukkan peningkatan yang
signifikan terhadap perolehan hasil belajar dibandingkan dengan kemampuan
awal siswa yang didapat dari nilai UTS semester genap 2017/2018. Rata-rata nilai
yang didapat siswa setelah mendapatkan perlakuan model Contextual Teaching
and Learning untuk kelas eksperimen adalah sebesar 89,16 dan kelas kontrol
dengan model Examples Non Examples sebesar 83,9. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa hasil belajar kelas eksperimen meningkat 32,6% setelah diberikan
perlakuan dengan model Contextual Teaching and Learning, yang mana
sebelumnya hanya memiliki rata-rata sebesar 67,26. Dikuatkan dengan hasil
penelitian skripsi oleh Andriani (2013: 7) yang menyatakan bahwa model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) sangat cocok untuk
meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam model pembelajaran ini siswa
66

akan aktif dan mempraktikan secara langsung apa-apa yang telah dipelajarinya
dalam kehidupan sehari-hari, siswa akan merasakan pentingnya belajar, dan siswa
akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya.

Kemudian untuk kelas kontrol juga mengalami peningkatan rata-rata nilai


hasil belajar sebesar 24,2% dari yang semula perolehan rata-ratanya hanya 67,57
setelah diberi perlakuan dengan model Examples Non Examples. Meningkatnya
hasil belajar dengan model examples non examples diperkuat dengan penelitian
oleh Effendi (2013: 8 – 9) yang memperoleh kesimpulan bahwa hasil belajar
sejarah siswa dengan perlakuan model pembelajaran examples non examples lebih
baik daripada model pembelajaran picture and picture, hal ini disebabkan karena
model pembelajaran examples non examples menuntut siswa untuk berpikir kritis
dengan jalan memecahkan permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam
contoh-contoh gambar yang disajikan dan mengajarkan pada siswa untuk belajar
mengerti dan menganalisis sebuah konsep.

Peningkatan yang terjadi, merupakan hasil dari diterapkannya model


pembelajaran contextual teaching and learning dan model pembelajaran examples
non examples yang termasuk baru dan belum pernah dipakai sebelumnya dalam
pembelajaran sistem komputer kelas X di SMKN 11 Malang. Jika dibandingkan
dengan model pembelajaran konvensional sebelumnya, dua model baru yang
ditawarkan ini merupakan tipe model pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) yang dinilai lebih inovatif dalam proses pembelajaran. Dua model
tersebut tidak lagi terpusat pada guru (teacher centered), tetapi sudah lebih
menekankan pada kontribusi aktif dan mandiri dari siswa itu sendiri dalam
mencari dan menggali informasi yang diberikan oleh guru (student centered).

Seperti yang diungkapkan oleh Isjoni (2009:16), cooperative learning


adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk
mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student
oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam
mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang
agresif dan tidak peduli pada orang lain. Disini siswa dibagi dalam kelompok
kecil untuk saling berdiskusi dan bertukar pendapat dengan temannya untuk
67

mendapatkan suatu informasi. Sedangkan guru akan lebih berperan sebagai


fasilitator yang bertugas memimpin dan mengarahkan jalannya diskusi. Didukung
pernyataan dari Suprijono (2009: 54) mengenai pembelajaran kooperatif, bahwa
pembelajaran kooperatif adalah jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk
kegiatan yang dibimbing dan diarahkan oleh guru. Pembelajaran kooperatif
mengutamakan kerja sama dalam meyelesaikan permasalahan untuk menerapkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Maka dengan seperti itu, dapat menjadikan siswa lebih antusias dalam
mengikuti pelajaran karena meraka dapat terlibat secara langsung dalam menggali
informasi yang diinginkan, tidak hanya berdiam diri mendengarkan guru
menjelaskan materi pelajaran secara panjang lebar di depan kelas. Karena menurut
Purwanto (2013: 43) bahwa belajar adalah aktivitas mental/psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan-perubahan dalam kognitif, psikomotorik, dan afektif.

Maka dapat disimpulkan, bahwa terjadinya perubahan dan peningkatan


hasil belajar kognitif mata pelajaran sistem komputer merupakan akibat dari
pengaruh penerapan model contextual teaching and learning dan model examples
non examples dalam proses pembelajaran. Hasil akhirnya perolehan nilai rata-rata
kemampuan awal dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata kemampuan
akhir siswa sangat jauh berbeda, dan rata-rata hasil yang didapatkan berada di atas
KKM yang ditetapkan yaitu 75. Gambar 5.2 berikut akan menunjukkan perolehan
hasil belajar siswa (kemampuan akhir) setelah adanya perlakuan dengan model
contextual teaching and learning pada kelas eksperimen dan model examples non
examples pada kelas kontrol.
68

100
89,16
83,9
80

60
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
40

20

Gambar 5.2 Grafik Kemampuan Akhir Siswa Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol
C. Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
1. Kelas Eksperimen
Distribusi frekuensi data kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas
eksperimen (X TKJ 1) dapat dilihat pada Tabel 4.9 (Bab IV, halaman 56). Grafik
distribusi kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen dapat dilihat pada
Gambar 5.3.
15
13

12

9 Sangat Tinggi
9 Tinggi
sedang

6 Rendah

4 Sangat Rendah
3
3 2

Gambar 5.3 Grafik Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen
Sedangkan untuk presentase kemampuan berpikir kritis pada kelas
ekperimen dapat dilihat pada grafik yang tersaji pada Gambar 5.4.
69

13%

29%
6%
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah

10%

42%

Gambar 5.4 Grafik Presentase Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Eksperimen


Hasil perolehan di atas, juga didukung dengan penelitian lain yang relevan
mengenai pengaruh penerapan model pembelajaran contextual teaching and
learning (CTL) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa, diantaranya, hasil
penelitian yang dilakukan oleh Komariah, Subarjah, dan Sujana (2016) dalam
jurnal berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Contextual Teaching And
Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Energi
Panas” menunjukkan bahwa hasil keterampilan berpikir kritis pada kelas
eksperimen yang mendapat perlakuan pendekatan CTL (Contextual Teaching and
Learning) dengan keterampilan berpikir kritis pada kelas kontrol yang tidak
mendapat perlakuan mengalami perbedaan nilai keterampilan berpikir kritis
dengan nilai thitung 5,651 > ttabel 2,04, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh
pendekatan CTL (Contextual Teaching and Learning) pada mata pelajaran IPA
dengan materi energi bunyi mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa.
Pada perolehan hasil kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen,
presentase terbesar kemampuan berpikir kritis siswa berada di kriteria sedang atau
cukup yang mencapai presentase 42%. Hal ini tidaklah buruk, karena siswa yang
berada pada kriteria sedang atau cukup, sudah bisa dikatakan mempunyai
kemampuan berpikir kritis yang baik atau berada pada rata-rata siswa kebanyakan
di kelas tersebut. Selain itu masih diimbangi dengan presentase siswa yang
70

tergolong kriteria tinggi dan sangat tinggi yang apabila dijumlahkan


presentasenya mencapai 39%. Meskipun sedikit di bawah presentase kriteria
sedang atau cukup, tetapi itu cukup membuktikan bahwa kemampuan berpikir
kritis siswa di kelas eksperimen sudah sangat baik dengan presentase siswa yang
tergolong berkemampuan rendah dan sangat rendah jika ditotal hanya 19%.
2. Kelas Kontrol
Distribusi frekuensi data kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas
kontrol (X TKJ 4) dapat dilihat pada Tabel 4.10 (Bab IV, halaman 57). Grafik
distribusi kemampuan berpikir kritis pada kelas kontrol dapat dilihat pada Gambar
5.5.
15

12
Sangat Tinggi
9
9 Tinggi
7
Sedang
6 6
6 Rendah
Sangat Rendah
3 2

Gambar 5.5 Grafik Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol
Sedangkan untuk grafik presentase kemampuan berpikir kritis pada kelas
kontrol dapat dilihat dari Gambar 5.6.

7%

30%
20%
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah

20% 23%

Gambar 5.6 Grafik Presentase Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol


71

Perolehan hasil seperti yang terpapar di atas juga dikuatkan dengan hasil
penelitian lain yang relevan yang membuktikan bahwa penerapan model
pembelajaran examples non examples memiliki pengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa. Penelitian tersebut diantaranya, hasil analisis data oleh
Djafar (2013) dalam jurnal berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Example
Non Example Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik
Kelas VIII.K SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa” memperlihatkan
bahwa penerapan model pembelajaran example non example dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis peserta didik pada materi struktur dan fungsi tubuh
tumbuhan. Peningkatan kemampuan berpikir kritis ini dapat dilihat dari hasil
belajar peserta didik setiap akhir siklus. Dimana nilai rata-rata hasil belajar
ulangan harian materi sistem pencernaan adalah 42,4 dengan tingkat ketuntasan
15.9%.

Jauh berbeda dengan perolehan yang didapat oleh kelas eksperimen,


perolehan terbesar presentase pada kelas kontrol justru ada pada kriteria sangat
rendah yang mencapai presentase 30%, ditambah yang berada pada kriteria rendah
sebanyak 20%. Jadi jika ditotal presentase siswa yang mempunyai kemampuan
berpikir kritis dibawah rata-rata (rendah dan sangat rendah) dibandingkan dengan
yang memiliki kemampuan rata-rata hingga di atas rata-rata (cukup/sedang, tinggi
dan sangat tinggi) sama-sama memiliki prsesentase sebesar 50%.

D. Perbedaan Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang dilihat dari perolehan nilai uji
post-test yang telah dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol,
menunjukkan bahwa rata-rata nilai kognitif kelas eksperimen lebih tinggi daripada
perolehan yang didapatkan oleh kelas kontrol, dan bisa dikatakan mempunyai
perbedaan yang signifikan. Perolehan rata-rata nilai hasil belajar kognitif yang
didapatkan kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan yaitu sebesar 89,16,
sedangkan perolehan yang didapatkan kelas kontrol sebesar 83,9.
72

Grafik peningkatan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
masing-masing pada Gambar 5.7 dan Gambar 5.8 berikut.

100
89,16

80
67,26

60
Kemampuan Awal
Kemampuan Akhir
40

20

Gambar 5.7 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen

Grafik pada Gambar 5.7 menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang


signifikan terhadap hasil belajar kognitif siswa pada kelas eksperimen dari
sebelum diberikan perlakuan dengan sesudah diberikannya perlakuan dengan
menggunakan model contextual teaching and learning.

Hasil yang didapat tersebut relevan dengan penelitian yang pernah


dilakukan oleh Malikus Shofa M. (2014) dalam skripsi yang berjudul
“Implementasi Metode CTL (Contextual Teaching and Learning) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Dan Partisipasi Siswa pada Mata Pelajaran
Produktif TKJ Siswa Kelas XI TKJ 4 di SMK Islam 1 Durenan Trenggalek”. Hasil
Penelitian menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa ranah kognitif pada siklus
1 sebesar 60,5%, pada siklus 2 sebesar 78,9%, dan pada siklus 3 mencapai 100%.

Selain itu ada juga penelitian lain yang mendukung dalam jurnal berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching And Learning)
Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa SMKN 1 Sidoarjo” yang dilakukan
oleh Oktaviansa dan Yunus (2013) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil
belajar peserta didik pada mata pelajaran muatan lokal (Autocad) yang
menggunakan model pembelajaran CTL dengan model pembelajaran
73

konvensional. Hal ini ditunjukkan dengan lebih tingginya nilai rata-rata kelas
eksperimen yakni sebesar 81,5 dibandingkan dengan kelas kontrol sebesar yang
hanya sebesar 77,08.

Begitu juga pada kelas kontrol, melihat grafik pada Gambar 5.8 juga
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar kognitif yang signifikan pada
siswa sebelum diberikannya perlakuan dengan sesudah diberikan perlakuan
menggunakan model pembelajaran Examples Non Examples.

100

83,9
80
67,57

60
Kemampuan Awal
Kemampuan Akhir
40

20

Gambar 5.8 Grafik Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol

Hasil ini didukung dengan hasil penelitian milik Mahfud dan Joko (2013)
dalam jurnal yang berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran Example Non
Example Pada Standar Kompetensi Merawat Peralatan Rumah Tangga Listrik
Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMK Negeri 1 Cerme Gresik” yang
menyimpulkan bahwa hasil belajar terhadap kelas eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif (MPK) dengan metode pembelajaran example non
example secara keseluruhan mendapatkan rata-rata nilai 81,73, sedangkan hasil
belajar siswa terhadap kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran
langsung (MPL) dengan metode pembelajaran ceramah secara keseluruhan
mendapatkan rata-rata nilai 77,73. Artinya, hasil belajar siswa yang menggunakan
model example non example lebih tinggi secara signifikan dibandingkan dengan
hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung dengan
metode ceramah.
74

Setelah dilakukannya uji-t terhadap hasil kemampuan akhir siswa (hasil


belajar kognitif) tersebut, diketahui bahwa perolehan nilai sig.(2-tailed) sebesar
0,002 yang menandakan nilai signifikansi tersebut kurang dari nilai signifikansi
0,05 atau (0,002 < 0,05). Sehingga Ha2 diterima, dan terdapat kesimpulan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar ranah kognitif siswa antara
kelas yang diajar menggunakan model contextual teaching and learning dengan
kelas yang diajar menggunakan model examples non examples. Secara lebih detail
Gambar 5.9 akan menunjukkan grafik peningkatan antara kemampuan awal siswa
pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diambil dari nilai UTS semester
genap 2017/2018 (sebelum diberi perlakuan) dengan nilai kemampuan akhir siswa
(setelah diberikan perlakuan).

100
89,16
83,9
80
67,26 67,57

60
Kelas Eksperimen (X TKJ 1)

40 Kelas Kontrol (X TKJ 4)

20

0
Kemampuan Awal Kemampuan Akhir

Gambar 5.9 Grafik peningkatan Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Terjadinya perbedaan yang signifikan antara kemampuan awal dan


kemampuan akhir yang ada pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol,
merupakan hasil dari diterapkannya model pembelajaran yang baru dan berbeda
oleh peneliti, yaitu model contextual teaching and learning (CTL) dan model
examples non examples. Dimana kedua model tersebut dinilai lebih membuat
suasana pembelajaran di dalam kelas lebih menyenangkan dan tidak
membosankan bagi siswa, jika dibandingkan dengan model pembelajaran
sebelumnya yang diterapkan oleh guru (model konvensional dengan metode
ceramah). Seperti yang telah diketahui sebelumnya, model pembelajaran
75

contextual teaching and learning (CTL) dan model examples non examples
merupakan model pembelajaran yang tergolong model pembelajaran kooperatif
(cooperative learning), yang mana proses pembelajarannya lebih ditekankan pada
siswa (student centered) daripada pada guru (teacher centered), sehingga guru
disini fungsinya lebih sebagai fasilitator. Siswa pun menjadi lebih aktif dan
bersemangat dalam menggali suatu informasi, serta lebih tanggap dan mudah
ingat akan akan apa yang sedang mereka pelajari.
E. Analisis Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar
Kognitif Pada Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol

Meskipun model pembelajaran yang diterapkan pada kelas eksperimen dan


kelas kontrol sudah sesuai dengan kurikulum 2013, dimana sama-sama model
pembelajaran kooperatif (cooperative learning), serta keterlaksanaannya sudah
berjalan dengan sangat baik (hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran
bisa dilihat pada lampiran 24 – 30 halaman 178 - 200), namun hal ini tidak
menutup kemungkinan untuk tetap adanya perbedaan pada hasil belajar yang
didapatkan. Cooperative learning sendiri merupakan pembelajaran dimana siswa
dalam prosesnya bekerja di dalam suatu kelompok-kelompok kecil yang
anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan anggota yang heterogen.
Menurut Sanjaya dalam Rusman (2012: 203) mengemukakan bahwa cooperative
learning merupakan kegiatan siswa yang dilakukan secara berkelompok. Pendapat
lain juga dikemukakan oleh Suprijono (2011: 54) bahwa pembelajaran kooperatif
adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Jadi
dalam pembelajaran kooperatif guru lebih bertindak sebagai fasilitator yang
menyiapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan dan menyediakan bahan-bahan
yang dirancang guna membantu peserta didik dalam menyelesaikan masalah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan hasil belajar


kognitif yang diperoleh antara kelas eksperimen (X TKJ 1) yang menggunakan
model contextual teaching and learning dengan kelas kontrol (X TKJ 4) yang
menggunakan model examples non examples, yang mana hasil tersebut juga
digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis dari siswa. Hasil rata-rata
nilai yang didapat kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil yang
76

didapatkan oleh kelas kontrol. Tentunya ini juga berarti bahwa kemampuan
berpikir kritis dari kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

Perbedaan hasil tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor, baik dari
faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri
masing-masing siswa itu sendiri, seperti misalnya faktor fisiologis dan faktor
keaktifan. Dari segi fisiologis, dilihat dari pengamatan pada saat penelitian, siswa-
siswa pada kelas eksperimen kondisinya lebih prima dan fit dibandingkan dengan
kelas kontrol. Hal ini disebabkan jam pelajaran pada kelas eksperimen masih
berada di waktu pagi sekitar pukul 9, dimana kondisi fisik dan juga konsentrasi
pikiran siswa belum begitu lelah atau capek. Dibandingkan dengan jam pelajaran
kelas kontrol yang berada di waktu siang sekitar jam 11, dimana pada jam-jam
tersebut banyak siswa yang sudah mulai lelah dan kurang konsentrasi. Ditambah
lagi, dua jam pelajaran yang diberikan harus dijeda di tengah-tengah oleh istirahat
ke-2. Hal ini tentunya sangat mengganggu konsentrasi siswa yang otomatis
berdampak pada efektivitas proses pembelajaran. Seperti pendapat yang
dikemukakan oleh Yudhi (2008: 26) bahwa secara umum kondisi fisiologis siswa
pada saat mengikuti pelajaran, seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan
lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya
akan membantu dalam proses dan hasil belajar.

Kemudian dari segi keaktifan, siswa di kelas eksperimen terlihat lebih


banyak yang aktif dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal itu dapat dilihat dari
hampir meratanya siswa yang berani mengajukan pertanyaan terhadap guru
maupun yang menjawab pertanyaan dari guru. Selain itu beberapa siswa juga
terlihat mencatat apa yang sedang mereka pelajari di buku catatan. Berbeda
dengan kelas kontrol yang hanya segelintir orang saja yang mau bertanya apabila
ada yang kurang dipahami maupun menjawab pertanyaan yang diajukan oleh
guru. Didukung pendapat dari Raka (dalam Yanuari, 2012: 20 – 21) yang
mengatakan bahwa pengertian aktivitas belajar sebagaimana keterlibatan
intelektual dan emosional siswa dalam proses pembelajaran, dan bentuk-bentuk
keaktifan tersebut diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan seperti mendengar,
menulis, membaca, berdiskusi, bertanya, memperhatikan, menyelesaikan atau
mengerjakan tugas, dan masih banyak lagi.
77

Selain faktor internal ada juga faktor eksternal yang dapat mempengaruhi,
perbedaan hasil yang didapat, salah satunya kondisi ruang kelas yang dipakai
masing-masing kelas. Kondisi ruang kelas yang digunakan oleh kelas kontrol
terlihat lebih gelap jika dibandingkan kelas eksperimen. Selain itu posisinya yang
dekat kantin dirasa kurang kondusif, apalagi jendela yang ada, posisinya
berhadapan langsung dengan kantin tersebut. Sehingga perhatian siswa sering
teralihkan apalagi saat akan memasuki jam istirahat, pasti banyak siswa lain yang
berseliweran di kantin yang bisa terlihat melalui jendela sehingga menganggu
konsentrasi belajar. Sedangkan untuk ruang kelas eksperimen posisinya berada di
lantai dua yang suasananya cenderung lebih tenang dan pencahayaan yang ada
pun sangat baik. Pernyataan di atas kembali dipertegas dengan pendapat dari
Yudhi (2008: 31 – 32) yang membagi faktor lingkungan menjadi dua, yaitu faktor
lingkungan alam dan lingkungan sosial. Lingkungan alam, misalnya keadaan
suhu, kelembaban, kepengapan udara, dan sebagainya akan mempengaruhi proses
belajar. Sedangkan lingkungan sosial seperti suara mesin, lalu lintas, dan lain-
lainnya juga akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Maka hendaknya
sekolah didirikan di lingkungan yang kondusif dan ideal untuk dapat
dilaksanakannya kegiatan belajar mengajar.

Dari pendapat-pendapat yang telah dipaparkan di atas, sebagian besar


faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar, yang terlihat lebih mendukung
untuk terjadi pembelajaran yang baik dan optimal adalah ruang kelas yang
digunakan oleh kelas eksperimen. Sehingga tidak heran perolehan hasil belajar
kognitif kelas eksperimen mengalami kenaikan yang lebih signifikan dibanding
yang didapat kelas kontrol. Begitu juga dengan hasil kemampuan berpikir kritis
yang didapat kedua kelas. Perbandingan presentase siswa yang memiliki
kemampuan berpikir kritis, antara yang siswa dibawah rata-rata, dengan yang ada
pada rata-rata sampai di atas rata-rata di kelas eksperimen sebesar 19% : 81%,
sedangkan di kelas kontrol 50% : 50%. Meskipun keduanya sama-sama
menunjukkan kenaikan hasil jika dibandingkan kemampuan awal yang dimiliki
sebelumnya.

Kelebihan dan kekurangan pada masing-masing model pembelajaran yang


diterapkan juga dapat mempengaruhi daya tangkap pada siswa. Pada kelas
78

kontrol, ada kemungkinan bahwa daya tangkap siswa cenderung lebih rendah
karena pada model pembelajaran examples non examples salah satu
kekurangannya adalah membutuhkan waktu yang banyak. Seperti pendapat dari
Kurniadi (2010: 1) yang menyatakan bahwa kelemahan model examples non
examples salah satunya adalah memakan waktu yang lama. Terutama bagi siswa
untuk menganalisis dan mendiskusikan gambar-gambar yang diberikan untuk
memperoleh konsep yang esensial mengenai materi sistem komputer. Seperti
pendapat dari Komalasari (2010: 61) yang menyatakan bahwa, examples non
examples adalah model pembelajaran yang membelajarakan murid terhadap
permasalahan yang ada di sekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa
gambar-gambar, foto, dan kasus yang bermuatan masalah. Dengan seperti itu
murid diarahkan untuk untuk mengidentifikasi masalah, mencari alternatif
pemecahan masalah, dan menentukan cara pemecahan masalah yang paling
efektif, serta melakukan tindak lanjut, dan tentunya hal ini membutuhkan banyak
waktu.

Sedangkan pada saat penelitian, peneliti hanya memiliki waktu dua jam
pelajaran saja dalam satu kali pertemuan. Selain itu ditambah setelah satu jam
pelajaran terjadi jeda untuk istirahat, baru kemudian satu jam sisanya dilanjutkan
setelah istirahat. Sehingga hal ini tentunya dapat mengurangi efektivitas
pembelajaran yang sedang berlangsung, serta mengurangi konsentrasi dari siswa
itu sendiri. Akhirnya yang terjadi pada saat menjelang istirahat konsentrasi siswa
sedikit terganggu karena mereka sudah tidak sabar untuk segera istirahat,
ditambah lagi waktu masuk setelah istirahat ada beberapa siswa yang masuknya
tidak tepat waktu, sehingga mulainya kembali pembelajaran juga tertunda. Hal ini
lah yang dapat memicu kurangnya perolehan hasil belajar dan rendahnya
kemampuan berpikir kritis dibandingkan kelas eksperimen.

Di samping kekurangan yang dimiliki tersebut, disisi lain model


pembelajaran examples non examples tetap memiliki dampak yang baik dalam
meningkatkan hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini
bisa dilihat dari hasil kemampuan akhir siswa yang meningkat jika dibandingkan
dengan kemampuan awal yang dimiliki sebelumnya. Jadi penerapan model
79

examples non examples masih memiliki dampak yang cukup signifikan dalam
meningkatkan hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis siswa.

Sedangan pada kelas eksperiemen (X TKJ 1), penerapan model


pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) mengajarkan siswa untuk
memahami suatu materi yang mereka diskusikan dan pelajari dengan mengkaitkan
dengan hal-hal yang terjadi disekitar mereka sesuai dengan materi yang dipelajari
dengan dibantu oleh guru. Sehingga disini siswa belajar memahami konsep suatu
materi dengan mengkaitkan apa yang sedang mereka pelajari dengan pengalaman
mereka sendiri yang pernah dialami atau dijumpai dalam keseharian. Ini sejalan
dengan pendapat dari Sanjaya (2012: 253) yang menerangkan bahwa Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah pembelajaran yang menekankan kepada
proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan konsep materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Alhasil di dalam proses pembelajaran, siswa di kelas eksperimen terlihat lebih
banyak yang aktif dan berani dalam bertanya maupun mengemukakan pendapat
jika dibandingkan dengan kelas kontrol. Dengan seperti itu siswa akan lebih
mudah dalam memahami konsep dari materi yang mereka terima dan pelajari.

Sehingga hal tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap


pencapaian hasil belajar kognitif dan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas
eksperimen. Karena dengan siswa mengkaitkan materi pembelajaran dengan
situasi nyata di kehidupan keseharian mereka, membuat proses belajar akan terasa
lebih asik dan menyenangkan. Ini sejalan dengan salah satu karakteristik dari
pembelajaran dengan model CTL yang disampaikan oleh Muslich (2011: 42),
yaitu pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as
an enjoy activity). Alhasil, siswa pun dapat dengan mudah memahami konsep
pada suatu materi. Dibuktikan dengan perolehan hasil belajar kognitif dan
kemampuan berpikir kritis yang lebih tinggi dibanding perolehan yang didapatkan
kelas kontrol.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan:
1. Kemampuan awal siswa sebelum adanya perlakuan dengan model
contextual teaching and learning dan model examples non examples, hanya
mempunyai nilai rata-rata sebesar 67,26 pada kelas eksperimen dan 67,57
pada kelas kontrol.
2. Kemampuan akhir siswa setelah adanya perlakuan dengan model contextual
teaching and learning dan model examples non examples, mempunyai nilai
rata-rata sebesar 89,16 pada kelas eksperimen dan 83,90 pada kelas kontrol.
3. Terdapat perbedaan signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
setelah diberi perlakuan, dimana kelas eksperimen sebanyak 29% siswa
berkemampuan sangat tinggi, 10% siswa berkemampuan tinggi, 42% siswa
berkemampuan sedang, 6% berkemampuan rendah dan 13% sangat rendah,
sedangkan di kelas kontrol sebanyak 7% siswa berkemampuan sangat
tinggi, 20% siswa berkemampuan tinggi, 23% siswa berkemampuan sedang,
20% berkemampuan rendah dan 30% sangat rendah.
4. Hasil uji-t menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada hasil belajar
kognitif antara kelas eksperimen yang menggunakan model contextual
teaching and learning, dengan kelas kontrol yang diajar dengan
menggunakan model examples non examples. Dengan perolehan nilai
sig.(2-tailed) sebesar 0,002, dimana nilai signifikansi tersebut lebih kecil
dari 0,05 atau (0,002 < 0,05). Artinya terdapat perbedaan yang signifikan
pada kemampuan berpikir kritis siswa antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol.

80
81

B. Saran
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah diperoleh, ada beberapa
saran yang dapat disampaikan, yaitu :
1. Bagi Guru
a. Kedepannya diharapkan guru dapat menggunakan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning dan model pembelajaran Examples
Non Examples dalam pemebalajaran, karena telah terbukti dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar kognitif siswa
pada mata pelajaran sistem komputer di kelas X TKJ SMKN 11 Malang.
b. Model Contextual Teaching and Learning dan model Examples Non
Examples dapat diterapkan juga pada mata pelajaran, kelas, atau program
studi yang lain untuk dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan
hasil belajar kognitif siswa.
2. Bagi Sekolah
Lembaga dapat mulai menjadikan model pembelajaran contextual
teaching and learning (CTL) dan model pembelajaran examples non examples
sebagai model yang dapat diterapkan pada setiap mata pelajaran maupun setiap
kelas, untuk membuat pembelajaran lebih efektif dan efisien, sehingga
diharapkan terjadi peningkatan kualitas pembelajaran yang dapat menghasilkan
hasil belajar kognitif yang optimal sekaligus meningkatkan kemampuan
berpikir kritis pada siswa.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Kedepannya, apabila ada yang ingin melakukan penelitaian serupa,
diharapkan untuk dapat lebih memaksimalkan penerapan Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning dan Model Pembelajaran Examples Non
Examples dengan persiapkan yang lebih matang lagi sesuai dengan kondisi
yang ada di sekolah, sehingga diharapkan kekurangan atau kesalahan yang
terjadi pada penelitian ini dapat diminimalisir, dan perolehan hasilnya pun akan
lebih optimal terutama terkait kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar
kognitif.
DAFTAR RUJUKAN

Andi Prastowo. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan


Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Arikunto, S.. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S.. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Revisi 6.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, S.. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi 2). Jakarta: Bumi.
Aksara.
Arikunto, S.. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi.
Revisi). Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2015. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta
Aunurrahman. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Azwar, S.. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Budiningsih, C. Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Costa, A. L.. 1985. Developing Minds : A Resource Book for Teaching Thinking.
Virginia: ASCD.
Dahar, R.W. 2011. Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta.
Djafar, N. A. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Example Non Example
Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik Kelas
Viii.K SMP Negeri 4 Sungguminasa Kabupaten Gowa. Jurnal Kajian,
Penelitian dan Pengajaran Biologi. (Online).
http://ojs.unm.ac.id/index.php/bionature/article/view/1551/616 diakses 13
Desember 2017
Djamarah dan Zain. 2006. Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Ennis, R H. 2011. The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical
Thinking Dispositions and Abilities. University of Illinois. (Online),
(http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCr
iticalThinking_51711_000.pdf) diakses 19 Desember 2017.
Ennis, R.H.. 1996. Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall.
Fachrurazi. 2011. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah untuk.
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis.

82
83

Siswa Sekolah Dasar. Jurnal UPI Edisi Khusus. No.01. Hlm. 76-89.
(Online), (http://jurnal.upi.edu/file/8-Fachrurazi.pdf) diakses 05 Desember
2017.
Hadi, S. 1992. Metodologi Research. Yogyakarta: Rineka Cipta.
Hair, J.F., et al. 2010. Multivariate data analysis. (7th edition). New Jersey :
Pearson Education Inc.
Hamalik, O.. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Huda, M.. 2014. Model-model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2011. Pembelajaran Kooperatif, Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi.
Antar Peserta Didik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Jensen, E.. 2008. Pembelajaran Berbasis Kemampuan Otak: Cara Baru dalam.
Pengajaran dan Pelatihan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Johnson, E. B.. 2006. Contextual Teaching & Learning, Terj. Ibnu Setiawan.
Bandung: MLC.
KEMENDIKBUD. 2016. Permendikbud 20 Tahun 2016 tentang SKL Sekolah
Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kiranawati. 2007. Model Example Non Example. Jakarta: Bumi Aksara.
Komalasari, K.. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. Bandung:
Refika Aditama.
Komariah, R. S., Subarjah, Herman dan Sujana, Atep. 2016. Pengaruh Model
Pembelajaran Contextual Teaching And Learning Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Energi Panas. Jurnal Penelitian
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. (Online),
(http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-
pgsd/article/view/15720/19720) diakses 13 Desember 2017
Kunandar. 2007. Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan.
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta :
Rajagrafindo Persada.
Kus, N. A.. 2010. Penerapan Pendekatan Pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) tipe pemaduan Problem Based Learning (PBL) dan
Debate Pada Mata Pelajaran Ekonomi untuk Meningkatkan Hasil Belajar
dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Blitar.
Malang: Tidak diterbitkan.
Kusumaningsih, D. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Kelas X-C SMA N 11 Yogyakarta Melalui Pembelajaran
Matematika dengan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pada Materi Perbandingan Trigonometri. (Online),
(http://eprints.uny.ac.id/1633/1/SKRIPSI.pdf) diakses 05 Desember 2017.
84

Mahfud, Z. T. dan Joko. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Example Non


Example Pada Standar Kompetensi Merawat Peralatan Rumah Tangga
Listrik Terhadap Hasil Belajar Siswa Di SMK Negeri 1 Cerme Gresik.
Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. (Online),
(http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-teknik-
elektro/article/view/3357/5640) diakses 13 Desember 2017
Maksum, A. 2012. Metodologi Penelitian dalam Olahraga. Surabaya: Universitas
Negeri Surabaya.
Malikus, S.. 2014. Implementasi Metode CTL (Contextual Teaching and
Learning) untuk meningkatkan Hasil Belajar dan Partisipasi Siswa pada
Mata Pelajaran Produktif TKJ Siswa Kelas XI TKJ 4 di SMK Islam 1
Durenan Trenggalek. Malang: Universitas Negeri Malang.
Mulyasa, E.. 2006. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja.
Rosdakarya.
Mulyasa, E.. 2009. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif
Dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Muslich, M. 2011. Pembelajaran Berbasis Kompetensi Dan Kontekstual. Jakarta:
Bumi aksara.
Nurhadi Dan Agus, G. S.. 2003. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching
And Learning/CTL) Dan Penerapannya Dalam KBK. Malang: Universitas
Universitas Negeri Malang.
Oktaviansa, W. A.. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran CTL (Contextual
Teaching And Learning) Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa
SMKN 1 Sidoarjo. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin. (Online),
(http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-teknik-
mesin/article/view/3494/5790) diakses 13 Desember 2017
Patmanthara, S.. 2014. Pengembangan Pembelajaran Interaktif Perkuliahan
Dasar-Dasar Rangkaian Listrik Dengan Berbasis Internet. (Online),
(https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/view/2164/pdf) diakses 21
Desember 2017
Purwanto, N.. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Penyusunan Proposal Penelitian. Bandung:
Afabeta.
Riduwan. 2009.Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan Dan Peneliti.
Pemula. Bandung : Alfabeta.
Rochyandi, Y.. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Masmedia
Buana Pustaka.
Rusman, Tedy. 2013. Modul Aplikasi Statistik Penelitia dengan SPSS. Bandar
Lampung: Unila
85

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme


Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Sagala, S.. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W.. 2008. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana.
Sanjaya, W.. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Prenada Media Group.
Sanjaya, W.. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Sanjaya, W.. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses.
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Sanjaya, W.. 2013. Penelitian Pendidikan, Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Santrock, J. W.. 2011. Perkembangan Anak Edisi 7 Jilid 2. Terj. Sarah Genis B..
Jakarta: Erlangga.
Sardiman, A.M.. 1996. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Sardiman, A.M.. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
Rajagrafindo.
Shoimin, A.. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Siregar, E. dan Nara, H.. 2010. Teori Belajar Dan Pembelajaran Cet. 1. Bogor. :
Ghalia Indonesia.
Siregar, E. dan Nara, H.. 2011. Teori Belajar Dan Pembelajaran Cet. 2. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sudiarta, I G. P.. 2005. Pengembangan Kompetensi Berpikir Divergen dan. Kritis
melalui Pemecahan Masalah Matematika Open-ended. Bali: IKIP Negeri
Singaraja.
Sudjana. 2002. Metoda Statistika Edisi ke-6. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sugiyono. 2012. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
86

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sumarmo, U.. 2000. Kecenderungan Pembelajaran Matematika pada Abad 21.
Makalah pada Seminar di UNSWAGATI Tanggal 10 September 2000.
Sumiati dan Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Bandung: CV. Wacana Prima.
Suprapto. 2008. Menggunakan Ketrampilan Berpikir Untuk Meningkatkan Mutu
Pembelajaran. (Online),
(http://supraptojielwongsolo.wordpress.com/2008/06/13/menggunakanketr
ampilan-berpikir-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran/) diakses 15
Desember 2017.
Suprijono, A.. 2009. Cooperative Learning Teori Dan Aplikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suryosubroto, B.. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.
Sutikno, M. S.. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect.
Syah, M.. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Uyanto, Stanislaus S.. 2009. Pedoman Analisis Data Dengan SPSS. Jakarta:
Graha Ilmu.
Wardana, Y. A.. 2014. Perbandingan Metode Examples Non Examples dan
Metode Demonstration Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Mata
Pelajaran Alat Ukur SMKN 6 Malang. Malang: Tidak Diterbitkan.
Wijaya, C.. 2010. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wijaya, C.. 2010. Pendidikan Remidial. Bandung: Remaja Rosdakarya.
87

Lampiran 1. RPP Model Contextual Teaching And Learning

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

Satuan Pendidikan : SMK Negeri 11 Malang


Program Keahlian : Teknik Komputer dan Jaringan
Kelas / Semester :X/2
Mata Pelajaran : Sistem Komputer
Materi Pokok : Memori Eksternal
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit
Pertemuan ke : 1 dan 2
Tanggal Pelaksanaan : April 2018

A. Kompetensi Inti:
K3 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
K4 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
3.7 Memahami media penyimpanan data eksternal (magnetik disk, RAID optical disk
dan pita magnetik)
4.7 Membedakan beberapa alternatif pemakaian beberapa media penyimpan data
(magnetik disk, RAID, optical disk dan pita magnetik)
88

C. Indikator Pencapaian Kompetensi:


3.7.1 Menjelaskan pengertian dan konsep dasar memori eksternal komputer
3.7.2 Mencontohkan jenis-jenis memori eksternal
3.7.3 Mengidentifikasi cara kerja memori eksternal
3.7.4 Menganalisis hierarki dan karakteristik memori eksternal
3.7.5 Menjelaskan Inboard Memory dan Outboard Storage
4.7.1 Membedakan beberapa alternatif pemakaian beberapa media penyimpan data

D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mendapat pembelajaran dengan melakukan kerjasama dan
bertanggung jawab, diharapkan siswa dapat:
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan konsep dasar memori eksternal
komputer dengan benar sesuai materi yang telah disampaikan.
2. Siswa dapat mencontohkan jenis-jenis memori eksternal dengan tepat dan benar
setelah diberikan pemahaman dan representasi jenis memori ekternal dengan
gambar.
3. Siswa dapat mengidentifikasi cara kerja dari memori eksternal dengan teliti dan
benar setelah diberikan penjelasan dan pemahaman mengenai cara kerja memori
eksternal.
4. Siswa dapat menganalisis hierarki dan karakteristik memori eksternal dengan
baik dan teliti setelah diberikan gambaran mengenai hierarki dan karakteristik
memori eksternal.
5. Siswa dapat menjelaskan Inboard Memori dan Outboard Storage dengan baik
dan benar setelah diberikan penjelasan dan pemahaman sesuai materi.
6. Siswa dapat membedakan beberapa alternatif pemakaian beberapa media
penyimpan data setelah mendapatkan penjelasan dan contoh materi.

E. Materi Pembelajaran (Lampiran 3 Halaman 111)


1. Pengertian dan Konsep Dasar Memori Eksternal
Memory eksternal adalah memori tambahan yang berfungsi untuk menyimpan
data atau program. Konsep dasar memori eksternal adalah menyimpan data tetap
(non-volatile), baik pada saat komputer aktif atau tidak.
89

2. Jenis-jenis memori eksternal


Dari segi bentuk penyimpannya secara garis besar memori eksternal dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu magnetic disk, RAID, optical disk, dan magnetic
tape.
3. Cara kerja memori eksternal
Cara kerja data digital pada pita magnetik direkam dengan media tape recorder
secara berurutan menggunakan drive khusus untuk masing-masing jenis pita
magnetik sebagai titik-titik magnetisasi pada lapisan peroksida. Magnetisasi
positif menyatakan 1 bit dan magnetisasi negatif menyatakan 0 bit atau
sebaliknya.
4. Hierarki dan karakteristik memori eksternal

Sumber :http://id.wikipedia.org/
Gambar 18. Hierarki Memori Lima Tingkat

• Peningkatan waktu akses memori (semakin ke bawah semakin lambat,


semakin ke atas semakin cepat)
• Peningkatan kapasitas (semakin ke bawah semakin besar, semakin ke atas
semakin kecil)
• Peningkatan jarak dengan prosesor (semakin ke bawah semakin jauh,
semakin ke atas semakin dekat)
• Penurunan harga memori tiap bitnya (semakin ke bawah semakin murah,
semakin ke atas semakin mahal)
5. Inboard Memory dan Outboard Storage
Inboard memory adalah memori yang dapat diakses langsung oleh prosesor.
Outboard storage adalah penyimpanan yang memiliki kapasitas lebih besar dan
pada inboard memory dan bersifat non-volatile, serta digunakan dalam kurun
waktu tertentu.
90

F. Strategi Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific Approach
2. Model Pembelajaran : Cooperative Learning (Tipe Contextual Teaching and
Learning)
3. Metode Pembelajaran : Penyampaian materi, Tanya jawab, Penugasan, Diskusi.

G. Alat Bahan dan Sumber Belajar


1. Alat dan Bahan:
- Power point presentasi (untuk pembelajaran),
- Laptop
- LCD proyektor
- Whiteboard dan Alat Tulisnya.
2. Sumber Belajar:
- Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia . 2013. Buku
Sekolah Elektronik Sistem Komputer untuk SMK/MAK Kelas X Semester 2.
Jakarta
- Rahadi, S.H., Ismanu. 2018. Modul Pribadi Materi Memori Eksternal Mata
Pelajaran Sistem Komputer untuk SMK Kelas X TKJ. Malang: Tidak Diterbitkan.
- Zidni, Ahmad. 2015. Memahami Media Penyimpan Data Eksternal. (Online)
https://tkjsmkgondang.wordpress.com/2015/01/21/memahami-media-
penyimpan-data-eksternal/ diakses 29 - 03 – 2018
- Stalling, William. 1997. Organisasi dan Arsitektur Komputer, Perancangan
Kinerja, Edisi Bahasa Indonesia. PT. Prenhallindo.
91

H. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1

ALOKASI
TAHAP KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
WAKTU
KEGIATAN AWAL
• Guru membuka • Siswa menjawab salam
pembelajaran dengan secara serentak dengan
salam yang lembut dan salam yang lembut dan
santun santun
Salam Pembuka • Guru secara santun • Ketua kelas memimpin
1 menit
dan Doa meminta kepada ketua berdoa secara khusyu’
kelas untuk memimpin sebelum memulai
doa secara khusyu’ kegiatan pembelajaran
sebelum memulai
kegiatan pembelajaran
• Guru mengabsen siswa • Siswa memperhatikan
dengan membaca nama dan mengangkat tangan
Presensi 1 menit
siswa satu persatu ketika namanya
dipanggil
Apersepsi • Guru memberikan • Siswa memperhatikan
gambaran tentang guru saat memberikan
pentingnya memahami apersepsi
materi Administrasi
Berbagi Sumber Daya
2 menit
Jaringan dari suatu
keadaan atau fenomena
pada kehidupan sehari-
hari

Motivasi • Guru memotivasi siswa • Siswa memperhatikan


dengan memberikan guru saat memberikan
contoh tentang manfaat motivasi
mempelajari Administrasi
Berbagi Sumber Daya
2 menit
Jaringan seperti dapat
mendatangkan peluang
agar mendapatkan gaji
yang besar kelak

KEGIATAN INTI
Guru menggali pemahaman Mencoba
Konstruktivisme siswa mengenai memori 4 menit
eksternal, magnetic disk, dan Siswa menjawab
pertanyaan guru dengan
92

RAID melalui pertanyaan- tertib, disiplin, dan


pertanyaan singkat bertanggungjawab.

Guru menjelaskan materi Mengamati


tentang memori eksternal
dengan menggunakan slide Siswa mengamati dengan
presentasi power point. seksama presentasi dari
guru terkait materi memori
eksternal
15 menit
Menalar

Siswa menalar informasi


yang didapat mengenai
Inkuiri
materi memori eksternal
dengan baik dan santun

Guru menanyakan konsep Mengkomunikasikan


mengenai memori eksternal,
magnetic disk, dan RAID Siswa merespon pertanyaan
yang terkait dengan isi dengan tertib, disiplin dan 5 menit
power point yang sudah bertanggungjawab.
ditampilkan dengan tegas
dan santun.

Guru menerapkan metode Mencoba


inquiri based learning
dengan tegas dan santun. Siswa mengerjakan dan
membuat laporan hasil
- Memberikan masalah diskusi kelompoknya
berupa pertanyaan dengan bimbingan guru
mengenai materi secara disiplin
memori eksternal,
magnetic disk, dan - Mengikuti contoh yang
RAID. diberikan oleh guru
Bertanya 30 menit
- Memberikan contoh dengan disiplin dan
berupa langkah tanggungjawab.
identifikasi masalah. - Setiap siswa
- Mengarahkan siswa mendapatkan bagian
untuk membagi sub dari masalah yang
materi yang dibahas. disampaikan.
- Mengharuskan siswa - Setiap siswa harus ikut
melakukan sharing serta dan aktif dalam
pengetahuan kepada penyelesaian tugas
kelompok. Guru dengan disiplin dan
melakukan penilaian tanggung jawab.
93

selama pembelajaran - Siswa merespon


berlangsung. pertanyaan dengan
- Menyuruh siswa disiplin dan
mendemonstrasikan tanggungjawab.
hasil diskusi dalam - Siswa aktif bertanya.
bentuk laporan. - Siswa memperhatikan
- Mendorong siswa untuk penjelasan guru
aktif ke dalam
pembelajaran melalui
pertanyaan terkait
dengan masalah
tersebut.
- Melakukan tanya-jawab
mengenai hasil
presentasi.
- Menambahkan dan
menyempurnakan
jawaban dari siswa
yang kurang tepat.
- Memberikan apresiasi
terhadap kelompok
yang melakukan
presentasi.
Guru memberikan contoh Mengamati dan Menalar
nyata terkait materi
penyimpanan eksternal, Siswa mengamati dan
magnetic disk, dan RAID menalar contoh nyata
Permodelan terkait memori eksternal, 5 menit
pada siswa dengan tegas dan
santun. magnetic disk, dan RAID
yang diberikan oleh guru
dengan baik dan seksama

Guru memberikan tes Mencoba dan Menalar


individu terkait dengan
materi penyimpanan Siswa mengerjakan tes
Penilaian individu dengan sungguh-
eksternal, magnetic disk, dan 10 menit
Autentik sungguh, disiplin dan
RAID yang sudah
disampaikan dengan tegas tangungjawab.
dan bertanggungjawab.

KEGIATAN PENUTUP

Guru meminta siswa Menalar


Refleksi menyimpulkan hasil 5 menit
Siswa menyimpulkan
materi yang telah dipelajari
94

pembelajaran yang telah dengan dibantu oleh guru


dipelajari dengan santun. yang telah dicatat di buku
catatan masing-masing.

Guru memberikan Mengkomunikasikan


kesempatan pada siswa
Analisa untuk bertanya materi yang Siswa menanyakan bagian
materi yang belum jelas 4 menit
Pembelajaran belum dimengerti dari hasil
diskusi yang telah dilakukan. atau belum dimengerti
dengan sopan dan santun.

Menyampaikan materi yang Mengamati dan Menalar


akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya dan Siswa mengamati, menalar
meminta siswa untuk pejelasan guru mengenai
Tindak lanjut tugas dan materi pertemuan 3 menit
mencari dan mempelajari
materi tersebut dari internet selanjutnya yang
maupun buku dengan tegas disampaikan guru dengan
dan santun bertanggungjawab.

Guru meminta ketua kelas Ketua kelas memimpin do’a


untuk memimpin do’a untuk dan diikuti oleh siswa
Do’a mengakhiri plajaran dan lainnya secara acak. 2 menit
guru mengikuti kegiatan
berdo’a secara khusuk.

Guru mengakhiri kegiatan Siswa menjawab salam dari


pembelajaran dan guru dengan lembut dan
Salam penutup 1 menit
mengucapkan salam dengan santun.
lembut dan santun.

JUMLAH ALOKASI WAKTU 90 menit

Pertemuan 2

ALOKASI
TAHAP KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
WAKTU
KEGIATAN AWAL
• Guru membuka • Siswa menjawab salam
Salam Pembuka pembelajaran dengan secara serentak dengan
1 menit
dan Doa salam yang lembut dan salam yang lembut dan
santun santun
95

• Guru secara santun • Ketua kelas memimpin


meminta kepada ketua berdoa secara khusyu’
kelas untuk memimpin sebelum memulai
doa secara khusyu’ kegiatan pembelajaran
sebelum memulai
kegiatan pembelajaran
• Guru mengabsen siswa • Siswa memperhatikan
dengan membaca nama dan mengangkat tangan
Presensi 1 menit
siswa satu persatu ketika namanya
dipanggil
Apersepsi • Guru memberikan • Siswa memperhatikan
gambaran tentang guru saat memberikan
pentingnya memahami apersepsi
materi Administrasi
Berbagi Sumber Daya
2 menit
Jaringan dari suatu
keadaan atau fenomena
pada kehidupan sehari-
hari

Motivasi • Guru memotivasi siswa • Siswa memperhatikan


dengan memberikan guru saat memberikan
contoh tentang manfaat motivasi
mempelajari Administrasi
Berbagi Sumber Daya
2 menit
Jaringan seperti dapat
mendatangkan peluang
agar mendapatkan gaji
yang besar kelak

KEGIATAN INTI
Guru menggali pemahaman Mencoba
siswa mengenai memori
eksternal, optical disk dan Siswa menjawab
Konstruktivisme pertanyaan guru dengan 4 menit
magnetic tape melalui
pertanyaan-pertanyaan tertib, disiplin, dan
singkat bertanggungjawab.

Guru menjelaskan materi Mengamati


tentang memori eksternal
dengan menggunakan slide Siswa mengamati dengan
presentasi power point. seksama presentasi dari
Inkuiri 15 menit
guru terkait materi memori
eksternal

Menalar
96

Siswa menalar informasi


yang didapat mengenai
materi memori eksternal
dengan baik dan santun

Guru menanyakan konsep Mengkomunikasikan


mengenai memori eksternal,
optical disk dan magnetic Siswa merespon pertanyaan
tape yang terkait dengan isi dengan tertib, disiplin dan 5 menit
power point yang sudah bertanggungjawab.
ditampilkan dengan tegas
dan santun.

Guru menerapkan metode Mencoba


inquiri based learning
dengan tegas dan santun. Siswa mengerjakan dan
membuat laporan hasil
- Memberikan masalah diskusi kelompoknya
berupa pertanyaan dengan bimbingan guru
mengenai materi secara disiplin
memori eksternal,
optical disk dan - Mengikuti contoh yang
magnetic tape. diberikan oleh guru
- Memberikan contoh dengan disiplin dan
berupa langkah tanggungjawab.
identifikasi masalah. - Setiap siswa
- Mengarahkan siswa mendapatkan bagian
untuk membagi sub dari masalah yang
materi yang dibahas. disampaikan.
Bertanya 30 menit
- Mengharuskan siswa - Setiap siswa harus ikut
melakukan sharing serta dan aktif dalam
pengetahuan kepada penyelesaian tugas
kelompok. Guru dengan disiplin dan
melakukan penilaian tanggung jawab.
selama pembelajaran - Siswa merespon
berlangsung. pertanyaan dengan
- Menyuruh siswa disiplin dan
mendemonstrasikan tanggungjawab.
hasil diskusi dalam - Siswa aktif bertanya.
bentuk laporan. - Siswa memperhatikan
- Mendorong siswa untuk penjelasan guru
aktif ke dalam
pembelajaran melalui
pertanyaan terkait
dengan masalah
tersebut.
97

- Melakukan tanya-jawab
mengenai hasil
presentasi.
- Menambahkan dan
menyempurnakan
jawaban dari siswa
yang kurang tepat.
- Memberikan apresiasi
terhadap kelompok
yang melakukan
presentasi.
Guru memberikan contoh Mengamati dan Menalar
nyata terkait materi
penyimpanan eksternal, Siswa mengamati dan
optical disk dan magnetic menalar contoh nyata
Permodelan tape pada siswa dengan terkait penyimpanan 5 menit
tegas dan santun. eksternal, optical disk dan
magnetic tape yang
diberikan oleh guru dengan
baik dan seksama

Guru memberikan tes Mencoba dan Menalar


individu terkait dengan
materi penyimpanan Siswa mengerjakan tes
Penilaian individu dengan sungguh-
eksternal, optical disk dan 10 menit
Autentik sungguh, disiplin dan
magnetic tape yang sudah
disampaikan dengan tegas tangungjawab.
dan bertanggungjawab.

KEGIATAN PENUTUP

Guru meminta siswa Menalar


menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah Siswa menyimpulkan
Refleksi dipelajari dengan santun. materi yang telah dipelajari 5 menit
dengan dibantu oleh guru
yang telah dicatat di buku
catatan masing-masing.

Guru memberikan Mengkomunikasikan


kesempatan pada siswa
Analisa untuk bertanya materi yang Siswa menanyakan bagian
materi yang belum jelas 4 menit
Pembelajaran belum dimengerti dari hasil
diskusi yang telah dilakukan. atau belum dimengerti
dengan sopan dan santun.
98

Menyampaikan materi yang Mengamati dan Menalar


akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya dan Siswa mengamati, menalar
meminta siswa untuk pejelasan guru mengenai
Tindak lanjut tugas dan materi pertemuan 3 menit
mencari dan mempelajari
materi tersebut dari internet selanjutnya yang
maupun buku dengan tegas disampaikan guru dengan
dan santun bertanggungjawab.

Guru meminta ketua kelas Ketua kelas memimpin do’a


untuk memimpin do’a untuk dan diikuti oleh siswa
Do’a mengakhiri plajaran dan lainnya secara acak. 2 menit
guru mengikuti kegiatan
berdo’a secara khusuk.

Guru mengakhiri kegiatan Siswa menjawab salam dari


pembelajaran dan guru dengan lembut dan
Salam penutup 1 menit
mengucapkan salam dengan santun.
lembut dan santun.

JUMLAH ALOKASI WAKTU 90 menit

I. Penilaian Proses dan Hasil Belajar (Lampiran 4 Halaman 129)


1. Teknik Penilaian : Tes Tulis
2. Instrumen Penilaian : Posttest

Malang, 20 Maret 2018


Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Guru Model

Ismanu Rahadi, S.H. Singgih Adie Kurniawan


NIP. NIM. 140533601422
99

Lampiran 2. RPP Model Examples Non Examples

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(EXAMPLES NON EXAMPLES)

Satuan Pendidikan] : SMK Negeri 11 Malang


Program Keahlian : Teknik Komputer dan Jaringan
Kelas / Semester :X/2
Mata Pelajaran : Sistem Komputer
Materi Pokok : Memori Eksternal
Alokasi Waktu : 4 x 45 Menit
Pertemuan ke : 1 dan 2
Tanggal Pelaksanaan : April 2018

A. Kompetensi Inti:
K3 Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
K4 Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu
menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. Kompetensi Dasar
3.7 Memahami media penyimpanan data eksternal (magnetik disk, RAID optical disk
dan pita magnetik)
4.7 Membedakan beberapa alternatif pemakaian beberapa media penyimpan data
(magnetik disk, RAID, optical disk dan pita magnetik)
100

C. Indikator Pencapaian Kompetensi:


3.7.1 Menjelaskan pengertian dan konsep dasar memori eksternal komputer
3.7.2 Mencontohkan jenis-jenis memori eksternal
3.7.3 Mengidentifikasi cara kerja memori eksternal
3.7.4 Menganalisis hierarki dan karakteristik memori eksternal
3.7.5 Menjelaskan Inboard Memory dan Outboard Storage
4.7.1 Membedakan beberapa alternatif pemakaian beberapa media penyimpan data

D. Tujuan Pembelajaran
Setelah mendapat pembelajaran dengan melakukan kerjasama dan
bertanggung jawab, diharapkan siswa dapat :
1. Siswa dapat menjelaskan pengertian dan konsep dasar memori eksternal
komputer dengan benar sesuai materi yang telah disampaikan.
2. Siswa dapat mencontohkan jenis-jenis memori eksternal dengan tepat dan benar
setelah diberikan pemahaman dan representasi jenis memori ekternal dengan
gambar.
3. Siswa dapat mengidentifikasi cara kerja dari memori eksternal dengan teliti dan
benar setelah diberikan penjelasan dan pemahaman mengenai cara kerja memori
eksternal.
4. Siswa dapat menganalisis hierarki dan karakteristik memori eksternal dengan
baik dan teliti setelah diberikan gambaran mengenai hierarki dan karakteristik
memori eksternal.
5. Siswa dapat menjelaskan Inboard Memori dan Outboard Storage dengan baik
dan benar setelah diberikan penjelasan dan pemahaman sesuai materi.
6. Siswa dapat membedakan beberapa alternatif pemakaian beberapa media
penyimpan data setelah mendapatkan penjelasan dan contoh materi.

E. Materi Pembelajaran (Lampiran 3 Halaman 111)


1. Pengertian dan Konsep Dasar Memori Eksternal
Memory eksternal adalah memori tambahan yang berfungsi untuk menyimpan data
atau program. Konsep dasar memori eksternal adalah menyimpan data tetap (non-
volatile), baik pada saat komputer aktif atau tidak.
101

2. Jenis-jenis memori eksternal


Dari segi bentuk penyimpannya secara garis besar memori eksternal dibagi menjadi
beberapa jenis yaitu magnetic disk, RAID, optical disk, dan magnetic tape.
3. Cara kerja memori eksternal
Cara kerja data digital pada pita magnetik direkam dengan media tape recorder
secara berurutan menggunakan drive khusus untuk masing-masing jenis pita
magnetik sebagai titik-titik magnetisasi pada lapisan peroksida. Magnetisasi positif
menyatakan 1 bit dan magnetisasi negatif menyatakan 0 bit atau sebaliknya.
4. Hierarki dan karakteristik memori eksternal

Sumber :http://id.wikipedia.org/
Gambar 18. Hierarki Memori Lima Tingkat

• Peningkatan waktu akses memori (semakin ke bawah semakin lambat,


semakin ke atas semakin cepat)
• Peningkatan kapasitas (semakin ke bawah semakin besar, semakin ke atas
semakin kecil)
• Peningkatan jarak dengan prosesor (semakin ke bawah semakin jauh,
semakin ke atas semakin dekat)
• Penurunan harga memori tiap bitnya (semakin ke bawah semakin murah,
semakin ke atas semakin mahal)
5. Inboard Memory dan Outboard Storage
Inboard memory adalah memori yang dapat diakses langsung oleh prosesor.
Outboard storage adalah penyimpanan yang memiliki kapasitas lebih besar dan
pada inboard memory dan bersifat non-volatile, serta digunakan dalam kurun waktu
tertentu.
102

C. Strategi Pembelajaran
1. Pendekatan : Scientific Approach
2. Model Pembelajaran : Cooperative Learning (Tipe Examples Non Examples)
3. Metode Pembelajaran : Penyampaian materi, Tanya jawab, Penugasan, Diskusi.

D. Alat Bahan dan Sumber Belajar


1. Alat dan Bahan:
- Power point presentasi (untuk pembelajaran),
- Laptop
- LCD proyektor
- Whiteboard dan Alat Tulisnya.
2. Sumber Belajar:
- Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia . 2013. Buku
Sekolah Elektronik Sistem Komputer untuk SMK/MAK Kelas X Semester 2.
Jakarta
- Rahadi, S.H., Ismanu. 2018. Modul Pribadi Materi Memori Eksternal Mata
Pelajaran Sistem Komputer untuk SMK Kelas X TKJ. Malang: Tidak Diterbitkan.
- Zidni, Ahmad. 2015. Memahami Media Penyimpan Data Eksternal. (Online)
https://tkjsmkgondang.wordpress.com/2015/01/21/memahami-media-
penyimpan-data-eksternal/ diakses 29 - 03 – 2018
- Stalling, William. 1997. Organisasi dan Arsitektur Komputer, Perancangan
Kinerja, Edisi Bahasa Indonesia. PT. Prenhallindo.
103

E. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan 1

ALOKASI
TAHAP KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
WAKTU
KEGIATAN AWAL
• Guru membuka • Siswa menjawab salam
pembelajaran dengan secara serentak dengan
salam yang lembut dan salam yang lembut dan
santun santun
Salam Pembuka • Guru secara santun • Ketua kelas memimpin
1 menit
dan Doa meminta kepada ketua berdoa secara khusyu’
kelas untuk memimpin sebelum memulai
doa secara khusyu’ kegiatan pembelajaran
sebelum memulai
kegiatan pembelajaran
• Guru mengabsen siswa • Siswa memperhatikan
dengan membaca nama dan mengangkat tangan
Presensi 1 menit
siswa satu persatu ketika namanya
dipanggil
• Guru memberikan • Siswa memperhatikan
gambaran tentang guru saat memberikan
pentingnya memahami apersepsi
materi Administrasi
Berbagi Sumber Daya
Apersepsi 2 menit
Jaringan dari suatu
keadaan atau fenomena
pada kehidupan sehari-
hari

• Guru memotivasi siswa • Siswa memperhatikan


dengan memberikan guru saat memberikan
contoh tentang manfaat motivasi
mempelajari Administrasi
Berbagi Sumber Daya
Motivasi 2 menit
Jaringan seperti dapat
mendatangkan peluang
agar mendapatkan gaji
yang besar kelak

KEGIATAN INTI
Guru mempersiapkan Siswa membantu guru
gambar-gambar (gambar menyiapkan gambar-
Exsplorasi 3 menit
contoh dan bukan contoh) gambar dengan disiplin dan
penuh tanggungjawab.
104

yang sesuai dengan tujuan


pembelajaran.

Guru memperlihatkan Mengamati dan Menalar


gambar mengenai materi
memori eksternal, magnetic Siswa memperhatikan
disk dan RAID kepada siswa sembari menalar contoh
dengan cara ditempelkan di gambar yang diberikan oleh
guru dengan teliti dan 2 menit
papan tulis atau ditayangkan
melalui LCD. seksamadengan seksama
dan penuh tanggung jawab
gambar-gambar yang
terdiperlihatkan oleh guru

Guru membagi kelompok 4 Siswa membentuk


– 5 peserta didik untuk kelompok yag
berdiskusi dan menganalisa beranggotakan 4 – 5 orang 3 menit
gambar dan dicatat pada
kertas.

Guru memberi petunjuk dan Mengamati


memberikan kesempatan
kepada siswa untuk Siswa memperhatikan
memperhatikan atau petunjuk yang guru berikan
dengan seksama dan penuh 2 menit
menganalisis gambar-
gambar seputar memori tanggungjawab.
eksternal, magnetic disk dan
RAID yang diperlihatkan.

Melalui diskusi kelompok 4 Menalar


– 5 orang siswa, hasil
diskusi dari analisis gambar Siswa melakukan diskusi
Elaborasi dengan tertib dan serius. 15 menit
tersebut dicatat oleh
kelompok masing-masing
pada kertas.

Setiap kelompok diberi Mengkomunikasikan


kesempatan membacakan
hasil diskusinya Perwakilan dari kelompok
mempresentasikan hasil 10 menit
diskusi mereka masing-
masing di depan kelas.

Mulai dari hasil diskusi Mengamati dan Menalar 10 menit


siswa, guru menjelaskan
105

materi pembelajaran sesuai Siswa memperhatikan


dengan tujuan yang ingin dengan seksama dan penuh
dicapai. tanggungjawab penjelasan
yang diberikan oleh guru

Guru bertanya kepada Mencoba


peserta didik seputar memori
eksternal, magnetic disk dan Siswa memberikan
RAID apakah ada yang tanggapan atas pertanyaan 4 menit
belum dipahami atau kurang yang diberikan oleh guru
jelas dari materi yang
diberikan

Guru menjelaskan kembali Megamati dan Menalar


materi magnetic disk dan
RAID yang belum dipahami Siswa memperhatikan
Konfirmasi penjelasan dari guru dengan 5 menit
atau kurang jelas bagi siswa
seksama dan penuh
konsentrasi.

Guru dan siswa bertanya- Menanya


jawab meluruskan kesalahan
pemahaman dan Siswa terlibat secara aktif
memberikan penguatan. proses tanya jawab dengan
guru terkait yang belum 5 menit
dipahami atau dimengerti
dari materi dengan tegas
dan sopan.

Guru memberikan tes Mencoba dan Menalar


individu terkait dengan
materi penyimpanan Siswa mengerjakan tes
Penilaian individu dengan sungguh-
eksternal, magnetic disk, dan 10 menit
Autentik sungguh, disiplin dan
RAID yang sudah
disampaikan dengan tegas tangungjawab.
dan bertanggungjawab.

KEGIATAN PENUTUP
Guru meminta siswa Menalar
menyimpulkan hasil
Refleksi Siswa menyimpulkan 5 menit
pembelajaran yang telah
dipelajari dengan santun. materi yang telah dipelajari
dengan dibantu oleh guru
106

yang telah dicatat di buku


catatan masing-masing.

Guru memberikan Mengkomunikasikan


kesempatan pada siswa
Analisa untuk bertanya materi yang Siswa menanyakan bagian
materi yang belum jelas 4 menit
Pembelajaran belum dimengerti dari hasil
diskusi yang telah dilakukan. atau belum dimengerti
dengan sopan dan santun.

Menyampaikan materi yang Mengamati dan Menalar


akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya dan Siswa mengamati, menalar
meminta siswa untuk pejelasan guru mengenai
Tindak lanjut tugas dan materi pertemuan 3 menit
mencari dan mempelajari
materi tersebut dari internet selanjutnya yang
maupun buku dengan tegas disampaikan guru dengan
dan santun bertanggungjawab.

Guru meminta ketua kelas Ketua kelas memimpin do’a


untuk memimpin do’a untuk dan diikuti oleh siswa
Do’a mengakhiri plajaran dan lainnya secara acak. 2 menit
guru mengikuti kegiatan
berdo’a secara khusuk.

Guru mengakhiri kegiatan Siswa menjawab salam dari


pembelajaran dan guru dengan lembut dan
Salam penutup 1 menit
mengucapkan salam dengan santun.
lembut dan santun.

JUMLAH ALOKASI WAKTU 90 menit

Pertemuan 2

ALOKASI
TAHAP KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA
WAKTU

KEGIATAN AWAL
Guru memulai kegiatan tepat Sebelum guru memasuki
Pembukaan dan waktu untuk memberi kelas, siswa telah berada di
teladan sikap disiplin. Guru di dalam kelas dan 1 menit
salam
membuka kegiatan menyambut kedatangan
pembelajaran dengan guru dengan menjawab
107

mengucapkan salam secara salam dari guru secara


lembut dan santun semangat dengan lembut
dan santun.

Guru mengajak berdo’a Ketua kelas memimpin do’a


dengan meminta ketua kelas dan siswa lain mengikuti
Do’a memimpin do’a dan guru kegiatan berdo’a secara 2 menit
mengikuti kegiatan berdoa khusuk.
bersama secara khusuk.

Guru mengecek kehadiran Siswa mengkonfirmasi


siswa melalui lembar absensi kehadiran dengan sopan
kelas dan menanyakan dan menjawab pertanyaan
kondisi siswa apabila ada apabila teman sekelas tidak
Presensi 5 Menit
yang tidak hadir untuk hadir dengan jujur.
mengikuti kegiatan
pembelajaran dengan tertib
dan tegas

Guru menggali pengetahuan Siswa mengamati, menalar,


siswa dengan pertanyaan- dan menjawab pertanyaan
pertanyaan tentang manfaat guru dengan tegas dan
belajar sistem komputer santun.
Apresepsi tentang memori eksternal 4 menit
agar siswa dapat termotivasi
untuk belajar materi tersebut
dengan penuh tanggung
jawab.

KEGIATAN INTI
Guru mempersiapkan Siswa membantu guru
gambar-gambar (gambar menyiapkan gambar-
contoh dan bukan contoh) gambar dengan disiplin dan 3 menit
yang sesuai dengan tujuan penuh tanggungjawab.
pembelajaran.

Exsplorasi Guru memperlihatkan Mengamati dan Menalar


gambar mengenai materi
memori eksternal, optical Siswa memperhatikan
disk dan magnetic tape sembari menalar contoh 2 menit
kepada siswa dengan cara gambar yang diberikan oleh
ditempelkan di papan tulis guru dengan teliti dan
seksamadengan seksama
dan penuh tanggung jawab
108

atau ditayangkan melalui gambar-gambar yang


LCD. terdiperlihatkan oleh guru

Guru membagi kelompok 4 Siswa membentuk


– 5 peserta didik untuk kelompok yag
berdiskusi dan menganalisa beranggotakan 4 – 5 orang 3 menit
gambar dan dicatat pada
kertas.

Guru memberi petunjuk dan Mengamati


memberikan kesempatan
kepada siswa untuk Siswa memperhatikan
memperhatikan atau petunjuk yang guru berikan
menganalisis gambar- dengan seksama dan penuh 2 menit
gambar seputar memori tanggungjawab.
eksternal, optical disk dan
magnetic tape yang
diperlihatkan.

Melalui diskusi kelompok 4 Menalar


– 5 orang siswa, hasil
diskusi dari analisis gambar Siswa melakukan diskusi
dengan tertib dan serius. 15 menit
tersebut dicatat oleh
Elaborasi kelompok masing-masing
pada kertas.

Setiap kelompok diberi Mengkomunikasikan


kesempatan membacakan
hasil diskusinya Perwakilan dari kelompok
mempresentasikan hasil 10 menit
diskusi mereka masing-
masing di depan kelas.

Mulai dari hasil diskusi Mengamati dan Menalar


siswa, guru menjelaskan
materi pembelajaran sesuai Siswa memperhatikan
dengan seksama dan penuh 10 menit
dengan tujuan yang ingin
dicapai. tanggungjawab penjelasan
yang diberikan oleh guru

Guru bertanya kepada Mencoba


peserta didik seputar memori
Konfirmasi eksternal, optical disk dan 4 menit
magnetic tape apakah ada
yang belum dipahami atau
109

kurang jelas dari materi yang Siswa memberikan


diberikan tanggapan atas pertanyaan
yang diberikan oleh guru

Guru menjelaskan kembali Megamati dan Menalar


materi optical disk dan
magnetic tape yang belum Siswa memperhatikan
penjelasan dari guru dengan 5 menit
dipahami atau kurang jelas
bagi siswa seksama dan penuh
konsentrasi.

Guru dan siswa bertanya- Menanya


jawab meluruskan kesalahan
pemahaman dan Siswa terlibat secara aktif
memberikan penguatan. proses tanya jawab dengan
guru terkait yang belum 5 menit
dipahami atau dimengerti
dari materi dengan tegas
dan sopan.

Guru memberikan tes Mencoba dan Menalar


individu terkait dengan
materi penyimpanan Siswa mengerjakan tes
Penilaian individu dengan sungguh-
eksternal, optical disk dan 10 menit
Autentik sungguh, disiplin dan
magnetic tape yang sudah
disampaikan dengan tegas tangungjawab.
dan bertanggungjawab.

KEGIATAN PENUTUP

Guru meminta siswa Menalar


menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah Siswa menyimpulkan
Refleksi dipelajari dengan santun. materi yang telah dipelajari 5 menit
dengan dibantu oleh guru
yang telah dicatat di buku
catatan masing-masing.

Guru memberikan Mengkomunikasikan


kesempatan pada siswa
Analisa untuk bertanya materi yang Siswa menanyakan bagian
materi yang belum jelas 4 menit
Pembelajaran belum dimengerti dari hasil
diskusi yang telah dilakukan. atau belum dimengerti
dengan sopan dan santun.
110

Menyampaikan materi yang Mengamati dan Menalar


akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya dan Siswa mengamati, menalar
meminta siswa untuk pejelasan guru mengenai
Tindak lanjut tugas dan materi pertemuan 3 menit
mencari dan mempelajari
materi tersebut dari internet selanjutnya yang
maupun buku dengan tegas disampaikan guru dengan
dan santun bertanggungjawab.

Guru meminta ketua kelas Ketua kelas memimpin do’a


untuk memimpin do’a untuk dan diikuti oleh siswa
Do’a mengakhiri plajaran dan lainnya secara acak. 2 menit
guru mengikuti kegiatan
berdo’a secara khusuk.

Guru mengakhiri kegiatan Siswa menjawab salam dari


pembelajaran dan guru dengan lembut dan
Salam penutup 1 menit
mengucapkan salam dengan santun.
lembut dan santun.

JUMLAH ALOKASI WAKTU 90 menit

F. Penilaian Proses dan Hasil Belajar (Lampiran 4 Halaman 129)


1. Teknik Penilaian : Tes Tulis
2. Instrumen Penilaian : Posttest

Malang, 20 Maret 2018


Mengetahui,
Guru Mata Pelajaran Guru Model

Ismanu Rahadi, S.H. Singgih Adie Kurniawan


NIP. NIM. 140533601422
111

Lampiran 3. Materi Pembelajaran


Memori eksternal adalah memori tambahan yang berfungsi untuk
menyimpan data atau program. Ini artinya memory ini termasuk perangkat keras
untuk melakukan operasi penulisan, pembacaan, dan penyimpanan data di luar
memori utama. Contoh dari memori eksternal yaitu, harddisk, flash disk, floppy
disk, CD/DVD, dan kaset pita. Konsep dasar memori eksternal adalah menyimpan
data tetap (non-volatile), baik pada saat komputer aktif atau tidak. Berdasarkan
karakteristik bahan memori eksternal dibagi menjadi magnetic disk, optical disk,
dan magnetic tape. Sedangkan berdasarkan jenis akses data dibagi menjadi DASD
(Direct Access Storage Device) yang berarti mempunyai akses langsung terhadap
perangkat (contoh harddisk, flashdisk, CD/DVD) dan SASD (Sequential Access
Storage Devices) mempunyai akses secara tidak langsung atau berurutan, misalnya
pita magnetik.

A. Magnetic Disk
Magnetic Disk merupakan piranti penyimpanan sekunder yang paling
banyak dijumpai pada sistem komputer modern. Disk adalah sebuah piringan
bundar yang dibuat dari logam atau plastic yang dilapisi dengan bahan yang dapat
dimagnetisasi. Data yang dikirim akan direkam di atasnya dan kemudian dapat
dibaca dari disk dengan menggunakan kumparan penginduksi (conducting coil)
yang dikenal dengan sebutan head. Selama operasi pembacaan dan penulisan,
headakan bekerja dengan sifat stasioner, sedangkan piringan berputar dibawah
head tersebut.
Pada saat disk digunakan, motor drive berputar dengan kecepatan yang
sangat tinggi (biasanya 60 - 100 putaran per detik). Mekanisme penulisan
berdasarkan pada medan magnet yang dihasilkan oleh arus listrik yang mengalir
melalui sebuah kumparan, tegangan dikirim ke head, dan pola magnetik direkam
pada permukaan di bawahnya, dengan pola yang berbeda di dalam kumparan yang
dihasilkan oleh medan listrik yang bergerak relatif terhadap kumparan. Pada saat
disk melintasi bagian bawah head, maka permukaan disk mengeluarkan arus yang
mempunyai polaritas yang sama dengan polaritas waktu merekam pada disk
tersebut.
112

Lebar piringan disk berkisar antara 1,8 sampai 14 inci. Disk yang
berukuran besar terdapat pada sistem-sistem yang besar karena daya simpannya
juga sengat besar dan proses transfer datanya yang tinggi. Disk yang kecil
biasanya dipakai pada PC (personal computer).

Gambar 01. Susunan Magnetik Disk

Head merupakan perangkat kecil yang dapat membaca dan menulis dari
bagian piringan yang ada di bawahnya. Hal ini sangat berpengaruh dalam
organisasi data pada piringan untuk membentuk track. Masing-masing track
mempunyai lebar sama dengan head, bisa dilihat pada Gambar berikut.

Sumber : en.wikipedia.org

Gambar 02. Hard Disk Layout


113

Gambar di atas menjelaskan layout pada hard disk, track yang ada
dipisahkan oleh gap (pada gambar yang terdapat garis putus-putus). Gap
mencegah error akibat melesetnya head atau interferensi medan magnet. Track
dan sector merupakan salah satu komponen dan magnetic disk. (Heriyanto dkk,
2014, 101)

Sebuah disk magnetik terdiri dari satu atau lebih piringan aluminium
dengan sebuah lapisan yang dapat melekat. Awalnya piringan-piringan ini
berdiameter 50 cm, namun kini diameternya hanya 3 – 12 cm, dengan piringan
untuk komputer-komputer notebook telah berdiameter kurang dari 3 cm dan masih
dapat lebih kecil lagi. Sebuah head disk yang berisi sebuah koil induksi
menggantung di atas permukaan, yang tertahan pada sebuah buntalan udara
(kecuali untuk floppy disk, dimana head disk ini menyentuh permukaan). Ketika
sebuah arus positif atau negatif melewati head tersebut, arus tersebut menarik
permukaan di bawah head itu, dengan menyatukan partikel-partikel magnetik
yang menghadap ke kiri atau menghadap ke kanan, tergantung pada polaritas arus
drive tersebut. Ketika head tersebut melewati daerah yang bermagnet, sebuah arus
positif dan negatif dimunculkan pada head tersebut, yang memungkinkannya
untuk membaca kembali bit-bit yang telah disimpan sebelumya. Jadi ketika
piringan itu berputar di bawah head disk, serangkaian bit-bit dapat ditulis dan
kemudian dibaca kembali.

Urutan melingkar bit-bit yang ditulis ketika disk melakukan sesuatu


putaran penuh disebut track. Setiap track dibagi ke dalam sektor-sektor yang
memiliki panjang tetap, yang berisi 512 byte data, yang didahului oleh sebuah
permulaan yang memungkinkan head disk disinkronisasikan sebelum menulis
atau membaca. Setelah data adalah Error-Correcting Code (ECC), entah itu
sebuah kode Hamming, atau lebih umum lagi, sebuah kode yang dapat mengoreksi
berbagai macam kesalahan yang disebut kode Reed-Solomon. Antara sektor-
sektor yang berurutan terdapat sebuah gap antarsektor kecil. Beberapa perusahaan
pembuat komputer membuat kapasitas-kapasitas disk mereka dalam keadaan
tidak diformat (seolah-olah setiap track hanya berisi data), anmun suatu ukuran
yang sebenarnya adalah kapasitas yang telah diformat, yang tidak memasukkan
114

permulaan, ECC dan gap-gap sebagai data. Kapasitas yang telah diformat
biasanya sekitar 15 persen lebih rendah daripada kapasitas yang tidak diformat.

Semua disk memiliki lengan-lengan yang mampu bergerak keluar-masuk


pada kumparan dan piringan yang berputar sehingga terbentuk jarak-jarak radial
yang berbeda. Pada setiap jarak radial, sebuah track berbeda dapat ditulis. Jadi,
track-track adalah serangkaian lingkaran-lingkaran konsentrik di sekitar
kumparan. Lebar sebuah track tergantung pada seberapa besar head tersebut dan
seberapa akurat head itu dapat ditempatkan secara radial. Harus diperhatikan
bahwa sebuah track bukan sebuah alur fisik pada permukaan, tetapi hanya sebuah
cincin berbahan magnet, dengan daerah-daerah pelindung kecil yang
memisahkannya dari track-track di dalam atau di luar track tersebut.

Densitas bit linier pada lingkaran track tersebut berbeda dari densitas bit
radial. Densitas ini ditentukan sebagian besar oleh kebersihan permukaan dan
kualitas udara yang mendukung. Sebagian besar disk terdiri dari banyak piringan
yang disusun secara vertikal. Setiap permukaan memiliki lengan dan headnya
sendiri. Seluruh lengan disatukan sehingga dapat bergerak ke posisi-posisi radial
berbeda sekaligus. Kumpulan track-track pada suatu posisi radial tertentu disebut
silinder.

Kinerja disk tergantung pada berbagai macam faktor. Untuk membaca atau
menulis sebuah sektor, pertama-tama lengan harus digerakkan ke posisi radial
sebelah kanan. Gerakan ini disebut sebagai sebuah pencarian. Waktu pencarian
rata-rata (antara track-track acak) berkisar dalam jangka 5 sampai 15 msec,
meskipun pencarian antara track-track yang berurutan kini kurang dari 1 msec.
Setelah head berada pada posisi radial, terjadi suatu penundaan, yang disebut
latensi rotasi, sampai sektor yang diinginkan berotasi di bawah head itu. Sebagian
besar disk berotasi pada 3600, 5400, atau 7200 RPM, sehingga penundaan rata-
rata (separuh rotasi) adalah 4 sampai 8 msec. Disk yang berotasi pada 10.800 RPM
(yaitu 180 rotasi/detik) juga tersedia. Waktu transfer bergantung pada densitas
linier dan kecepatan rotasi. Dengan laju kecepatan transfer sekitar 5 hingga 20
MB/detik, sebuah sektor 512 byte membutuhkan antara 25 dan 100 msec. Oleh
karena itu, waktu pencarian dan latensi rotasi mendominasi waktu transfer.
115

Membaca sektor-sektor acak pada disk seluruhnya jelas merupakan cara yang
tidak efisien untuk beroperasi.

Penting untuk dikemukakan bahwa disebabkan karena permulaan, ECC,


jarak antarsektor, waktu pencarian, dan latensi rotasi, terdapat perbedaan besar
antara kecepatan picu maksimun sebuah drive dengan kecepatan tetap maksumun.
Kecepatan picu maksimun adalah tingkat kecepatan data setelah head melewati
bit data pertama. Komputer harus mampu menangani data yang muncul dengan
kecepatan ini. Tetapi, drive hanya dapat mempertahankan kecepatan tersebut
untuk satu sektor. Untuk beberapa aplikasi, seperti multimedia, selain kecepatan
tetap rata-rata dalam suatu periode dengan hitungan detik, yang juga perlu
diperhatikan adalah diperlukan adanya pencarian dan penundaan-penundaan
rotasi.

Ketika disket berotasi pada kecepatan 60 hingga 120 revolusi/detik,


disket tersebut menjadi panas dan memuai, sehingga mengubah geometri fisiknya.
Beberapa drive perlu menyesuaikan kembali mekanisme-mekanisme posisinya
secara berkala untuk mengimbangi pemuaian ini. Drive-drive melakukan ini
dengan memaksa head-head keluar atau masuk. Penyesuaian kembali (rekalibrasi)
tersebut dapat merusak aplikasi-aplikasi multimedia, yang mengharapkan paling
tidak aliran bit-bit yang konstan dengan kecepatan tetap maksimum. Untuk
menangani aplikasi-aplikasi multimedia, beberapa perusahaan membuat drive-
drive disk audio-visual khusus, yang tidak memmiliki rekalibrasi termal ini.

Yang berhubungan dengan setiap drive adalah pengontrol disk, yaitu


sebuah chip yang mengontrol drive. Beberapa pengontrol berisi sebuah CPU
penuh. Tugas-tugas pengontrol tersebut antara lain menerima perintah-perintah
dari software, seperti READ, WRITE, dan FORMAT (menulis semua permulaan),
mengontrol gerakan lengan, mendeteksi dan memperbaiki kesalahan-kesalahan,
dan mengkonversi baca byte 8 bit dari memori menjadi aliran bit serial dan
sebaliknya. Beberapa pengontrol juga bertugas menyangga banyak sektor,
menyembunyikan Baca sektor untuk pemakaian dimasa mendatang, dan
memetakan kembali sektor-sektor yang rusak. Fungsi terakhir ini disebabkan oleh
keberadaan sektor-sektor dengan spot yang jelek (yang selalu mengandung
116

magnet). Ketika pengontrol menemukan sebuah sektor yang jelek, ia


menggantikannya dengan salah satu sektor-sektor cadangan yang disiapkan untuk
tujuan ini dalam setiap silinder atau zona.

B. Optical Disk
1. Pengertian Optical Disk
Optical disc (piringan optik) adalah sebuah perangkat keras yang
menggunakan sinar laser atau gelombang elektromagnetik bertenaga rendah
untuk melakukan proses pembacaan (reading) dan optical disc dan juga pada
penulisan (writing) data. Optical disc dapat menampung data hingga ratusan
bahkan ribuan kali daya tampung disket. Piringan optik dapat berupa CD atau
DVD. Beberapa drive hanya bisa membaca data pada disk, namun teknologi saat
ini memperbolehkan sebuah drive untuk melakukan pembacaan maupun
penulisan pada drive.
2. Ciri-Ciri Optical Disc
a. Menggunakan laser untuk membaca data
b. Dapat digunakan untuk menyimpan data yang volumenya sangat besar
c. Dapat membaca dengan cepat
3. Jenis-jenis Optical Disc
Teknologi dan jenis-jenis dari optical disc bermacam-macam tergantung
dari bahan pembuatannya maupun perkembangan teknologi terbarunya. Ada
beberapa Jenis optical disc saat ini, dimulai dari CD, DVD, Blu-ray, hingga saat
ini ada yang terharu dan optical disc yaitu FM Disc. Berikut penjelasan jenis-
jenis optical disc :
a. Compact Disc (CD)
CD (compact disc) atau laser optical disc merupakan jenis piringan
optik generasi pertama kali yang muncul sebelum adanya DVD). Pembacaan
dan penulisan data pada piringan ditangani melalui sinar laser. Oleh karena itu
kecepatan akses CD jauh lebih tinggi dari pada disket.
Di pasaran terdapat sedikitnya tiga macam CD berbeda yang
ditawarkan sesuai dengan kebutuhan, yaitu CD-ROM,CD-WORM, dan CD-
Rewriteable.
117

Sumber : https://id.wikipedia.org/

Gambar 11. Compact Disk (CD)

1) CD ROM (Compact Disc-Read Only Memory) adalah sebuah piringan


kompak dan jenis piringan optik (optical disc) yang dapat menyimpan data
yang cukup besar. Ukuran data yang dapat disimpan saat ini bisa mencapai
700MB.
2) CD-WORM (Compact Disc Write Once Read Many)
CD-WORM dapat ditulisi melalui komputer. Sesuai namanya proses
merekam hanya dapat dilakukan sekali. Setelah sebuah data direkam,
isinya tidak dapat lagi dihapus atau diubah. Di pasaran CD jenis ini Iebih
dikenal dengan nama CD-R (compact disc recorable).
3) CD-RW (Compact Disc Rewriteable)
CD-RW memungkinkan data yang sudah direkam dapat dihapus dan
diganti dengan data yangbaru.
4) CD-R (CD Recordable) merupakan jenis CD yang dapat menyimpan data
seperti halnya disket,namun isinya tidak dapat diubah lagi.
b. DVD (Digital Video Disc)
DVD adalah generasi selanjutnya dan teknologi penyimpanan dengan
menggunakan media optical disc. DVD memiliki kapastias yang jauh lebih
besar daripada CD-ROM biasa. Perkembangan teknologi DVD-ROM pun
118

lebih cepat dibandingkan CD-ROM. 1x DVD-ROM memungkinkan rata-rata


transfer data 1,321 MB/s dengan rata-rata burst transfer 12 MB/s.

Sumber : https://id.wikipedia.org/

Gambar 12. DVD (Digital Video Disc)

1) Macam-macam DVD-ROM dilihat dan transfer data


Semakin besar cache (memori buffer) yang dimiliki DVD-ROM,
semakin cepat penyaluran data yang dapat dilakukan. DVD menyediakan
format yang dapat ditulis satu kali ataupun Iebih, yang disebut dengan
Recordable DVD, dan memiliki 6 versi, yaitu:
a) DVD-R for General, hanya sekali penulisan
b) DVD-R for Authoring, hanya sekali penulisan
c) DVD-RAM, dapat ditulis berulang kali
d) DVD-RW, dapat ditulis berulang kali
e) DVD+RW, dapat ditulis berulang kali
f) DVD+R, hanya sekali penulisan
2) Kompatibilitas jenis recorder dengan jenis disc
Setiap versi DVD recorder dapat membaca DVD-ROM disc, tetapi
memerlukan jenis disc yang berbeda untuk melakukan pembacaan.
Kompatibilitas antara jenis recorder dengan jenis disc dapat dilihat pada
uraian di bawah ini.
119

a) DVD unit
b) DVD-R(G) unit
c) DVD-R(A) unit
d) DVD-RW unit
e) DVD-RAM unit
f) DVD+RW unit
g) DVD-ROM
3) Kemampuan DVD dilihat dari jenisnya
Kemampuan DVD dapat dilihat dari jenisnya adalah sebagai
berikut antara lain:
a) Single-side, single layer kapasitas 4,7 GB
b) Double-side, single layer kapasitas 8,5 GB
c) Single-sided, double layer kapasitas 9,4 GB
d) Double-sided, double layer kapasitas 17 GB
c. Blu-ray Disc
Blu-ray merupakan sebuah format optik yang berfungsi untuk
menyimpan media digital, temiasuk video berkapasitas tinggi. Teknologi Blu-
ray adalah format disc optik yang merupakan perkembangan dan CD dan DVD.
Keunggulan dan Blu-ray yaitu pada kapasitas lapisan sided Blu-ray disc, yaitu
lebih besar 35 kali dan CD dan lebih besar lima kali dan DVD. Kapasitas Blu-
ray disc dual layer memiliki kemampuan menyimpan data sampai dengan 50
GB per keping.

Sumber : https://id.wikipedia.org/

Gambar 13. Bluy-ray disc


120

Selain itu, spesifikasi Blu-ray dalam kecepatan membaca tiga kali lipat
lebih cepat dibandingkan DVD. ini mengarah ke video kualitas tinggi dan
audio jernih, hal yang penting dalam aplikasi HDTV.

Teknologi multi-layering telah disesuaikan dengan kemampuan double


Blu-ray disc dalam aplikasi standar dan ada versi eksperimental ditampilkan
sampai dengan sepuluh kali lipat peningkatan dalam ruarig penyimpanan.
Manfaat tambahan Btu-ray player melalui pemutar DVD termasuk konektivitas
internet untuk men-download subtitle dan update fitur &built-in Java virtual
machine.

Teknologi Blu-ray memanfaatkan sinar laser ungu-biru untuk membaca


dan menulis data padadisc optik. Sebuah optik Blu-ray disc mcmiliki kapasitas
media penyimpanan data 25 Gb singlelayer.

d. Fluorescent Multilayer Disc (FM Disc)


Fluorescent Multilayer Disc (FM Disc) merupakan jenis optical disc
yang dapat menampung data berkapasitas 140 GB sekaligus, derigan kecepatan
baca data sampai 1 GB per detik. FM Disc berbeda dengan optical disc lainnya
yang beredar saat ini. Warnanya tidak keperakan atau keemasan, melainkan
bening seperti plastik transparan.

Sumber : http://top-ilmu.blogspot.com/

Gambar 14 FM Disc
121

e. Keistimewaan Fluorescent Multilayer Disc


Karena FM disc merupakan teknologi terbaru, maka teknologi ini
mempunyai beberapa keistimewaan antara lain sebagai berikut.
1.) Multilayer
Masing-masing kepingan memiliki lebih dari satu layer atau lapisan.
Bahkan lebih dari 10 lapisan sekaligus. Tepatnya adalah 12 lapisan pada
FM Disc yang dikembangkan pada tahap awal.
2.) Aplikasi
Banyak sekali aplikasi yang dapat menggunakan teknologi ini, seperti
game, musik, film, dandata pekerjaan. Satu keping FM Disc bisa
menampung Iebih dan 10 film DVD.
f. Jenis-Jenis FMD

Ada tiga jenis teknologi FM Disc yang telah selesai dikembangkan.

1) FM Disc ROM
FM Disc ROM banyak digunakan untuk kepentingan produksi, baik film
maupun piranti lunak. Kapasitas penyimpanan yang besar membuat
kualitas film menjadi lebih baik. Kehadirannya sangat berpengaruh
khususnya untuk piranti lunak seperti game console dan piranti lunak
lainnya.
2) FM Disc WORM (Write Once Read Many)
FM Disc WORM merupakan kepingan yang dapat diisi dengan sendiri.
optical disc inilah yang nantinya dipergunakan sebagai media back-up.
3) FM Card atau Clear Card
FM Card sebenamya merupakan sebuah FM Disc yang dilapisi oleh bagian
luar yang berbentuk kartu kecil. Kepingan yang ada di dalam Clear Card
adalah kepingan berdiameter 50 mm, atau 5 cm.
C. Magnetic Tape
1. Sejarah Singkat Magnetic Tape
Pada tahun 1950-an magnetic tape telah digunakan pertama kali oleh
IBM untuk menyimpan data. Saat sebuah rol magnetic tape dapat menyimpan
data setara dengan 10.000 punch card, membuat magnetic tape sangat populer
sebagai cara menyimpan data komputer hingga pertengahan tahun 1980-an.
122

2. Pengertian dan Karakteristik Magnetic Tape


Pita magnetik (magnetic tape) adalah media penyimpanan yang terbuat
dan campuran plastik dan ferric oxide yang berfungsi untuk merekam serta
menyimpan informasi. Pita magnetik mempunyai kecepatan putar sebesar 18,75-
200 inci per detik. Data yang disimpan dalam magnetic tape umumnya adalah
data yang tidak memerlukan perubahan serta backup data. Kecepatan baca data
pada tipe ini tergantung model dan instruksinya, diperkirakan antara 1.500
sampai 60.000 bytes per detiknya.
3. Lapisan Dasar
Media penyimpanan pita magnetik (magnetic tape) terbuat dari bahan
magnetik yang dilapiskanpada plastik tipis, seperti pita pada kaset. Pada proses
penyimpanan atau pembacaan data, kepala pita (tape head) harus menyentuh
media.
4. Fungsi Magnetic Tape
Fungsi-fungsi magnetic tape adalah media penyimpanan, alat input /
output, merekam audio, video, atau sinyal.
5. Cara Kerja Magnetic Tape
Data digital pada pita magnetik direkam dengan media tape recorder
secara berurutan menggunakan drive khusus untuk masing-masing jenis pita
magnetik sebagai titik-titik magnetisasi pada lapisan peroksida. Magnetisasi
positif menyatakan 1 bit dan magnetisasi negatif menyatakan 0 bit atau
sebaliknya.
Karena perekaman dilakukan secara sekuensial, maka untuk mengakses
data yang kebetulan terletak di tengah, drive harus memutar gulungan pita,
hingga head mencapai tempat data tersebut. Hal ini membutuhkan waktu relatif
lama. Meskipun demikian, teknologi pita magnetik masih banyak digunakan
sebagai media backup data atau pengarsipan. Hal ini dikarenakan media ini
memiliki kapasitas yang besar. Secara garis besar, pita magnetik dibedakan
menjadi reel tape dan tape catridge.
6. Proses Penyimpanan
Pada proses penyimpanan dan pembacaan data, kepala pita (tape head)
harus menyentuh media, sehingga dapat mempercepat kinerja pita. Data pada
123

pita magnetik direkam secara berurutan dengan menggunakan drive khusus


untuk masing-masing jenis pita magnetik. Karena perekaman dilakukan secara
bersamaan maka untuk mengakses data yang kebetulan terletak di tengah, drive
terpaksa harus memutar gulungan pita, hingga head mencapai tempat data
tersebut. Hal ini membutuhkan waktu yang relatif lebih lama.
7. Sistem Block pada Magnetic Tape
a. Data yang dibaca dari atau ditulis ke tape dalam suatu grup karakter disebut
block. Suatu block adalah jumlah terkecil dari data yang dapat ditransfer
antara secondary memory dan primary memory pada saat akses. Sebuah
block dapat terdiri dan satu atau lebih record. Sebuah block dapat
merupakan physical record.
b. Di antara 2 block terdapat ruang yang kita sebut sebagai gap (inter block
gap).
8. Keuntungan Penggunaan Magnetic Tape
Keuntungan menggunakan magnetic tape adalah antara lain sebagai
berikut.
a. Panjang pita yang ukurannya 600, 800 m bahkan lebih, memungkinkan
panjang rekaman (durasi) tidak terbatas.
b. Kepadatan data tinggi.
c. Volume penyimpanan datanya besar dn harganya murah.
d. Kecepatan transfer data tinggi.
e. Sangat efisien bila semua atau kebanyakan record dan sebuah tape file
memerlukan pemrosesan seluruhnya.
9. Keterbatasan Magnetic Tape
Keterbatasan magnetic tape adalah antara lain sebagai berikut.
a. Akses langsung terhadap record data lambat.
b. Kurang ramah lingkungan.
c. Memerlukan penafsiran terhadap mesin.
d. Proses harus sequential (artinya penyimpanan maupun pembacaan
dilakukan secara berurutan).
124

10. Jenis-Jenis Magnetic Tape


Jenis-jenis magnetic tape sebagai berikut.
a. Reel to Reel Tape
Reel to reel tape merupakan bentuk magnetic tape tertua. Alat ini
mempunyai ukuran lebar 0,5 inci dan panjangnya mencapai 2.400 kaki. Jika 1
kaki 12 inci, maka 2.400 kaki berarti 28.800 inci, bisa dibayangkan panjangnya
seperti apa. Biasanya mempunyai tingkat kerapatan hingga 6.250 bit per inci.
Setiap reel pita magnetic terdapat dua daerah yang tidak digunakan untuk
merekam data yang disebut dengan leader.

Sumber : http://www.reeltoreel.de/worldwide/A700.htm

Gambar 15. reel to reel tape

b. Catrige Tape
Catrige tape dibuat untuk menyimpan hasil dan suatu backup dan file
ke disk. Banyak digunakan untuk komputer mini. Untuk menggunakannya
dibutuhkan catrige tape unit.
125

Sumber:http://www.fujifilmusa.com/

Gambar 16. catridge tape

c. Cassette Tape
Cassette Tape banyak digunakan di komputer mikro. selain untuk
merekam lagu cassette tape dapat digunakan untuk merekam sinyal berbentuk
bilangan biner. Suatu teknik untuk mewakili bilangan biner di cassette tape
disebut dengan FSK (Urequency Shift Keying). Untuk menggunakannya
dibutuhkan tape recorder biasa.

Sumber:http://www.fujifilmusa.com/

Gambar 17. cassete tape


126

D. Hierarki dan Karakteristik Sistem Memori

Sumber :http://id.wikipedia.org/

Gambar 18. Hierarki Memori Lima Tingkat

Pertama, waktu akses semakin besar. Register-register CPU dapat diakses


dalam beberapa nanodetik. Memori-memori chace menggunakan sebagian kecil
register CPU. Waktu akses-akses memori utama adalah beberapa puluh nanodetik.
Sekarang muncul perbedaan besar, ketika waktu akses disk adalah 10 mdetik, dan
akses disk pita magnetik atau akses disk optik diperlukan dalam ukuran detik jika
media tersebut harus diambil dan dimasukkan ke dalam sebuah drive.

Kedua, kapasitas penyimpanan meningkat ketika kita bergerak ke arah


bawah. Register-register CPU yang dalam kondisi maksimalnya hanya
mempunyai kapasitas penyimpanan sebesar 128 byte. Chace mempunyai
kapasitas penyimpanan beberapa megabyte, memori-memori utama untuk
puluhan hingga ribuan megabyte, disk-disk magnetik untuk beberapa gigabyte
hingga puluhan gigabyte. Disk pita magnetik dan disk optik biasanya tetap
dibiarkan off line, jadi kapasitas mereka dibatasi hanya oleh kemampuan dana
pemiliknya.

Ketiga, jumlah bit-bit yang Anda beli meningkat ketika Anda bergerak
menuruni hierarki. Meskipun harga-harga sebenarnya berubah dengan cepat,
127

memori utama diukur dalam dolar/megabyte, penyimpanan disk magnetik dalam


sen dolar/megabyte, dan disk pita magnetik dalam dolar/gigabyte atau kurang.

1. Inboard Memory
Inboard memori adalah memori yang dapat diakses langsung oleh
prosesor. Inboard memori dibagi menjadi 3:
a. Register Memory
Merupakan jenis memori dengan kecepatan akses yang paling cepat,
memori ini terdapat pada CPU, prosesor. Contoh: Register Data, Register
Alamat, Stack Painter Register, Memori AddresRegister, dan Instruction
Register.
b. Cache Memory
Merupakan memori berkapasitas kecil yang lebih mahal dan memori
utama. Cache memory terletak antara memori utama dan register pemroses,
berfungsi agar pemroses tidak Iangsung mengacu pada memori utama agar
kinerja dapat ditinggikan. Cache memory ini ada dua macam yaitu:
1) Cache memory yang terdapat pada Internal prosesor. Cache memory jenis
ini kecepatan aksesnya sangat tinggi dan harganya sangat mahal. Hal ini
bisa terlihat pada prosesor yang berharga mahal seperti P4, P3, AMD-
Athlon. Semakin ringgi kapasitas Li, U cache memory maka semakin
mahal dan semakin cepat prosesor.
2) Cache memory yang terdapat di luar processor, yaitu berada pada
motherboard. Memori jenis ini kecepatan aksesnya sangat tinggi,
meskipun tidak secepat cache memory jenis pertama (yang ada pada
Internal prosesor). Semakin besar kapasitasnya maka semakin mahal dan
cepat. Hal ini bisa kita lihat pada motherboard dengan beraneka ragam
kapasitas cache memory yaitu 256 KB, 512 KB, 1 MB, 2 MB dan lain-
lain.
c. Memori Utama
Memori utama adalah memori yang berfungsi untuk menyimpan data
dan program. Jenis memori utama adalah sebagai berikut :
1) ROM (Read Only Memory) yaitu memori yang hanya bisa dibaca data atau
programnya. Pada PC, ROM terdapat pada BiOS (Basic input Output
128

System) yang terletak pada motherboard yang berfungsi untuk men-setting


periferal yang ada pada sistem. Contoh: AMIBIOS, AWARD BIOS, dan
Phoenix Bios. ROM untuk BIOS beragam jenis di antaranya jenis Flash
EEPROM BIOS yang memiliki kemampuan dapat diganti programnya
dengan software yang disediakan oleh perusahaan pembuat motherboard.
Pada umumnya penggantian tersebut untuk peningkatan unjuk kerja dari
periperal yang ada di motherboard.
2) RAM (Random Acces Memory) yang memiliki kemampuan untuk diubah
data atau program yang tersimpan di dalamnya. Ada beberapa jenis RAM
yang ada di pasaran saat ini:
a) SRAM
b) EDORAM
c) SDRAM
d) DDRAM
e) RDRAM
f) VGRAM
2. Outboard Storage
Outboard storage adalah penyimpanan yang memiliki kapasitas lebih
besar dan pada inboard memory dan bersifat non-volatile, serta digunakan dalam
kurun waktu tertentu. Contoh dan outboard storage ini antara lain sebagai
berikut.
a. Magnetic Disk
Outboard storage yang terbuat dan satu atau lebih piringan yang
bentuknya seperti piringan hitam yang terbuat dan metal atau dari plastik dan
permukaannya dilapisi dengan magnet iron-oxide, serta memiliki read/write
protect notch (lubang proteksi baca dan tulis).
b. Hard Disk
Terbuat dari piringan keras dari bahan alumunium atau keramik yang
dilapisi dengan zat magnetik. Saat ini komputer telah menggunakan kapasitas
hard disk hingga 500 gigabyte lebih.
129

Lampiran 4. Soal Post Test Dan Kunci Jawaban

TEST KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS


DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF
MATA PELAJARAN SISTEM KOMPUTER
MEMORI EKSTERNAL
SMKN 11 MALANG

Petunjuk Pengerjaan:
1. Bacalah Doa terlebih dahulu sebelum mengerjakan soal.
2. Gunakan bolpoin untuk mengerjakan soal test tersebut.
3. Tulis nama dan kelas serta sekolah.
4. Baca dengan teliti setiap butir soal.
5. Selamat mengerjakan.

Nama : …………………………………………………………………..
Kelas/No. Absen : …………………………………………………………………..
Sekolah : …………………………………………………………………..

Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!


1. Berikanlah penjelasan mengenai pengertian dan konsep dari memori eksternal pada
komputer sesuai pemahaman yang anda miliki!
2. Berdasarkan karakteristik bahan yang digunakan, memori ekternal dibagi menjadi 3
jenis. Sebutkan apa saja dan berikan masing-masing contoh pada ketiganya!
3. Apakah yang dimaksud optical disk?
4. Jelaskan cara kerja dari pita magnetik (magnetic tape)!
5. Gambarkanlah diagram hierarki memori 5 tingkat sesuai dengan apa yang telah anda
pelajari!
6. Jelaskan secara singkat mengenai waktu akses dan kapasitas yang dimiliki memori
ekternal berdasarkan diagram yang telah anda buat sebelumnya (soal no. 5)?
7. Hampir semua memori ekternal memiliki sifat non-volatile, jelaskan maksudnya!
8. Jelaskan perbedaan Inboard memory dan Outboard storage!
9. Berikut adalah beberapa contoh memori eksternal:
− Hardisk - DVD
− Cassette tape - Reel to reel tape
− Bluray - Flourescent Multilayer Disc
− Floppy disk/disket - CD
Klasifikasikan contoh memori ekternal di atas berdasarkan karakteristik fisik yang
dimilikinya. Tuliskan dalam bentuk table!
10. Jenis akses data yang dimiliki memori ekternal terbagi menjadi 2, yaitu DASD (Direct
Access Storage Device) dan SASD (Sequential Access Storage Devices). Apakah maksud
dan perbedaan dari keduanya? Dan berikan contohnya!
130

Kunci Jawaban
1. Memori eksternal merupakan memori tambahan yang berfungsi untuk menyimpan data
atau program secara tetap yang mana operasi penulisan, pembacaan, dan penyimpanan
data terjadi di luar memori utama.
2. Piringan magnetik (magnetic disk), contoh: harddisk; piringan optik (optical disk),
contoh: CD/DVD; dan pita magnetik (magnetic tape), contoh: kaset tip.
3. Optical disc (piringan optik) adalah sebuah perangkat keras berbentuk piringan yang
menggunakan sinar laser atau gelombang elektromagnetik bertenaga rendah untuk
melakukan proses pembacaan (reading) dan optical disc dan juga pada penulisan
(writing) data.
4. Data digital pada pita magnetik direkam dengan media tape recorder secara berurutan
(sekuensial). Data disimpan menggunakan drive khusus dengan memagnetisasi pada
lapisan peroksida pada pita. Magnetisasi positif menyatakan 1 bit dan magnetisasi negatif
menyatakan 0 bit atau sebaliknya.
5. Gambar hirarki memori lima tingkat,

6. Waktu akses: Semakin ke atas waktu akses memori semakin kecil atau cepat, akses data
hanya perlu waktu beberapa nano-detik saja. Sedangkan sebaliknya, semakin ke bawah
waktu akses yang diperlukan semakin besar atau lama.
Kapasitas Penyimpanan: semakin ke atas kapasitas penyimpanan semakin menurun atau
kecil, hanya sekitar 128 byte, sedangkan semakin ke bawah akan semakin besar hingga
puluhan gigabyte atau terabyte.
7. Memori memiliki sifat non-volatile maksutnya adalah data yang tersimpan di dalam
memori akan tetap ada walaupun dalam kondisi ada atau tidak adanya daya listrik yang
mengalir.
8. Inboard memory adalah memori yang dapat diakses langsung oleh prosesor,
memiliki kapasitas lebih kecil dan umumnya bersifat volatile. Sedangkan Outboard
storage adalah penyimpanan yang memiliki kapasitas lebih besar dan pada inboard
memory dan bersifat non-volatile, serta digunakan dalam kurun waktu tertentu.
131

9. Tabel klasifikasi memori eksternal berdasarkan karakter fisik yang dimiliki


Magnetic Disk Optical Disk Magnetic Tape
- Harddisk - CD - Reel to reel tape
- Floppy disk/ - DVD - Cassette tape
- Bluray disc
- Flourescent Multilayer Disc (FM Disc)

10. DASD (Direct Access Storage Device) berarti mempunyai akses langsung terhadap
perangkat (contoh harddisk, flashdisk, CD/DVD)
SASD (Sequential Access Storage Devices) mempunyai akses secara tidak langsung atau
berurutan, misalnya pita magnetik.
132

Lampiran 05. Rubrik Penilaian

RUBRIK PENILAIAN SOAL POSTTEST

Rubrik
No Soal Kunci Jawaban
Penilaian
1 Berikanlah Memori eksternal merupakan memori tambahan 10 = Jawaban
penjelasan yang berfungsi untuk menyimpan data atau benar,
mengenai program secara tetap yang mana operasi penjelasan
pengertian dan penulisan, pembacaan, dan penyimpanan data lengkap dan
konsep dari terjadi di luar memori utama. tepat
memori 7 = Jawaban
eksternal pada benar,
komputer penjelasan
sesuai kurang lengkap
pemahaman 4 = Jawaban
yang anda kurang tepat
miliki! 0 = Jawaban
salah
2 Berdasarkan a. Piringan magnetik (magnetic disk), contoh: 10 =
karakteristik harddisk; Menyebutkan 3
bahan yang b. Piringan optik (optical disk), contoh: jenis memori
digunakan, CD/DVD; beserta contoh
memori c. Pita magnetik (magnetic tape), contoh: kaset 7=
ekternal dibagi tip. Menyebutkan 2
menjadi 3 jenis. jenis memori
Sebutkan apa beserta contoh
saja dan 4=
berikan Menyebutkan 1
masing-masing jenis memori
contoh pada beserta contoh
ketiganya! 2=
menyebutkan
3, 2 atau 1 jenis
memori tanpa
contoh
0 = Jawaban
salah

3 Apakah yang Optical disc (piringan optik) adalah sebuah 10 = Jawaban


dimaksud perangkat keras berbentuk piringan yang benar,
optical disk? menggunakan sinar laser atau gelombang penjelasan
elektromagnetik bertenaga rendah untuk lengkap dan
melakukan proses pembacaan (reading) dan tepat
optical disc dan juga pada penulisan (writing) 7 = Jawaban
data. benar,
penjelasan
kurang lengkap
133

4 = Jawaban
kurang tepat
0 = Jawaban
salah
4 Jelaskan cara Data digital pada pita magnetik direkam dengan 15 = Jawaban
kerja dari pita media tape recorder secara berurutan benar,
magnetik (sekuensial). Data disimpan menggunakan drive penjelasan
(magnetic khusus dengan memagnetisasi pada lapisan tepat dan
tape)! peroksida pada pita. Magnetisasi positif lengkap
menyatakan 1 bit dan magnetisasi negatif 10 = Jawaban
menyatakan 0 bit atau sebaliknya. benar,
penjelasan
kurang lengkap
5 = Jawaban
benar,
penjelasan
kurang tepat
0 = Jawaban
salah
5 Gambarkanlah Gambar diagram hirarki memori lima tingkat, 5=
diagram menggambar
hierarki dengan benar
memori 5 dan tepat
tingkat sesuai diagram hirarki
dengan apa memori lima
yang telah anda tingkat
pelajari! 3 = Kurang
tepat dalam
menggambar
diagram hirarki
memori lima
tingkat
0 = salah dalam
menggambar
6 Jelaskan secara • Waktu akses: Semakin ke atas waktu akses 15 = Jawaban
singkat memori semakin kecil atau cepat, akses data benar,
mengenai hanya perlu waktu beberapa nano-detik saja. penjelasan
waktu akses Sedangkan sebaliknya, semakin ke bawah lengkap
dan kapasitas waktu akses yang diperlukan semakin besar 11 = Jawaban
yang dimiliki atau lama. benar,
memori • Kapasitas Penyimpanan: semakin ke atas penjelasan
berdasarkan kapasitas penyimpanan semakin menurun atau kurang lengkap
diagram yang kecil, hanya sekitar 128 byte, sedangkan dan tepat
telah anda buat semakin ke bawah akan semakin besar hingga 7 = hanya
sebelumnya puluhan gigabyte atau terabyte. menjelaskan
(soal no. 5)? waktu akses
atau kapasitas
penyimpanan
memori dengan
134

benar dan
lengkap
3 = hanya
menjelaskan
waktu akses
atau kapasitas
penyimpanan
memori dengan
penjelasan
kurang tepat
0 = Jawaban
salah
7 Hampir semua Memori memiliki sifat non-volatile maksutnya 10 = Jawaban
memori adalah data yang tersimpan di dalam memori benar,
ekternal akan tetap ada walaupun dalam kondisi ada atau penjelasan
memiliki sifat tidak adanya daya listrik yang mengalir. lengkap
non-volatile, 7 = Jawaban
jelaskan benar,
maksudnya! penjelasan
kurang lengkap
4 = Jawaban
benar,
penjelasan
kurang tepat
0 = Jawaban
salah
8 Jelaskan Inboard memory adalah memori yang dapat 10 = Jawaban
perbedaan diakses langsung oleh prosesor, memiliki benar,
Inboard kapasitas lebih kecil dan umumnya bersifat penjelasan
memory dan volatile. Sedangkan Outboard storage adalah lengkap dan
Outboard penyimpanan yang memiliki kapasitas lebih besar tepat
storage! dan pada inboard memory dan bersifat non- 7 = Jawaban
volatile, serta digunakan dalam kurun waktu benar,
tertentu. penjelasan
kurang lengkap
4 = Jawaban
kurang tepat
0 = Jawaban
salah
9 Berikut adalah Tabel klasifikasi memori eksternal berdasarkan 5=
beberapa karakter fisik yang dimiliki mengklasifikasi
contoh memori Magnetic Optical Disk Magnetic dengan tepat
eksternal: Disk Tape dan benar tanpa
• Hardisk - Harddisk - CD - Reel to ada yang keliru
• DVD - Floppy - DVD reel 4=
• Cassette disk/ - Bluray disc tape mengklasifikasi
tape - Flourescent - Cassette dengan 1
• Reel to reel Multilayer tape kekeliruan
tape Disc (FM 3=
• Bluray Disc) mengklasifikasi
135

• Flourescent dengan 2 – 3
Multilayer kekeliruan
Disc 2=
• Floppy mengklasifikasi
disk/disket dengan 4 – 5
• CD kekeliruan
Klasifikasikan 1=
contoh memori mengklasifikasi
ekternal di atas dengan 6 – 7
berdasarkan kekeliruan
karakteristik 0 = Jawaban
fisik yang salah
dimilikinya.
Tuliskan dalam
bentuk table!!
10 Jenis akses data • DASD (Direct Access Storage Device) berarti 10 = Jawaban
yang dimiliki mempunyai akses langsung terhadap benar,
memori perangkat (contoh harddisk, flashdisk, penjelasan
ekternal terbagi CD/DVD) lengkap dan
menjadi 2, • SASD (Sequential Access Storage Devices) tepat dengan
yaitu DASD mempunyai akses secara tidak langsung atau contoh
dan SASD. berurutan, misalnya pita magnetik. 7 = Jawaban
Apakah benar,
maksud dan penjelasan
perbedaan dari kurang lengkap
keduanya? Dan tanpa contoh
berikan 4 = Jawaban
contohnya! kurang tepat,
dengan contoh
1 = Jawaban
kurang tepat,
tanpa contoh
0 = Jawaban
salah

Pedoman Penskoran Soal Posttest

Skor maksimal = 100


Jumlah skor yang diperoleh
Nilai Total = x 100
skor maksimal

Kriteria Penskoran (KKM = 75)


A = 90 – 100 = Baik Sekali
B = 85 – 90 = Baik
C = 75 – 84 = Cukup
D = < 75
136

Lampiran 6. Kisi-kisi Soal Post Test

Kisi-Kisi Soal Posttest

Nama Sekolah : SMKN 11 Malang


Mata Pelajaran : Sistem Komputer
Tahun Pelajaran : 2017/2018
Alokasi Waktu : 60 menit
Jumlah Soal : 10
Bentuk Soal : Uraian
Kompetensi Dasar :
3.7 Memahami media penyimpanan data eksternal (magnetik disk, RAID optical disk dan pita magnetik)
4.7 Membedakan beberapa alternatif pemakaian beberapa media penyimpan data (magnetik disk, RAID, optical disk dan pita magnetik)
Indikator Indikator Ranah Nomer Bentuk
Kompetensi Dasar Prediktor
Kompetensi Dasar Berpikir Kritis Kognitif Soal Tes
3.7 Memahami media Memberikan
penyimpanan data penjelasan sederhana Menjelaskan pengertian
C1 1 Uraian
eksternal (magnetik Menjelaskan pengertian terhadap suatu memori eksternal komputer
disk, RAID optical dan konsep dasar memori pernyataan.
disk dan pita eksternal komputer penjelasan sederhana Menjelaskan pengertian
magnetik) terhadap suatu salah satu contoh memori C1 3 Uraian
pernyataan. eksternal komputer
137

Menyebutkan perangkat
Mencontohkan jenis- Memberikan contoh
komputer yang tergolong C2 2 Uraian
jenis memori eksternal pada suatu pernyataan.
memori eksternal komputeri
Mengidentifikasi cara Melakukan investigasi Mengidentifikasi cara kerja
kerja memori eksternal atau identifikasi suatu salah satu jenis memori C4 4 Uraian
permasalahan. eksternal komputer
Menggambarkan grafik atau
Membuat tabel dan
diagram hirarki memori C3 5 Uraian
grafik
lima tingkat
Menganalisis karakteristik
Menarik kesimpulan
yang dimiliki memori
dengan menyaksikan
eksternal berdasarkan grafik C4 6 Uraian
data dan menjelaskan
atau diagram yang telah
Menganalisis hierarki kesimpulan
dibuat.
dan karakteristik memori
Memberikan
eksternal Menjelaskan pengertian
penjelasan sederhana
karakteristik fisik yang C1 7 Uraian
terhadap suatu
dimiliki memori eksternal
pernyataan.
Menunjukkan
persamaan dan Menjelaskan perbedaan
perbedaan dengan metode akses yang dimiliki C1 10 Uraian
argumentasi memori eksternal
komprehensif
Menunjukkan
Menjelaskan perbedaan apa
Menjelaskan Inboard persamaan dan
yang dimaksut Inboard
Memory dan Outboard perbedaan dengan C2 8 Uraian
Memory dan Outboard
Storage argumentasi
Storage
komprehensif
138

4.7 Membedakan
beberapa alternatif Mengklasifikasikan
Mengklasifikasikan contoh-
pemakaian beberapa beberapa contoh media
Membuat tabel dan contoh memori sesuai
media penyimpan penyimpanan C2 9 Uraian
grafik dengan karakter fisik ke
data (magnetik disk, berdasarkan karakteristik
dalam tabel
optical disk dan pita fisiknya.
magnetik)
139

Lampiran 7. Silabus Siskom SMK Kelas X

SILABUS MATA PELAJARAN SISTEM KOMPUTER


(DASAR BIDANG KEAHLIAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI)

Satuan Pendidikan : SMK / MAK


Kelas :X

Kompetensi Inti
KI-1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI-2. Menghayati dan Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan menunjukan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
KI-3. Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual dan prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk
memecahkan masalah.
KI-4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu
melaksanakan tugas spesifik dibawah pengawasan langsung.

Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar
1.1 Memahami nilai-nilai
keimanan dengan menyadari
hubungan keteraturan dan
kompleksitas alam dan jagad
raya terhadap kebesaran
Tuhan yang menciptakannya
1.2 Mendeskripsikan kebesaran
Tuhan yang menciptakan
berbagai sumber energi di
alam
140

1.3 Mengamalkan nilai-nilai


keimanan sesuai dengan
ajaran agama dalam
kehidupan sehari-hari
2.1. Menunjukkan perilaku
ilmiah (memiliki rasa ingin
tahu; objektif; jujur; teliti;
cermat; tekun; hati-hati;
bertanggung jawab; terbuka;
kritis; kreatif; inovatif dan
peduli lingkungan) dalam
aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap
dalam melakukan percobaan
dan berdiskusi
2.2. Menghargai kerja individu
dan kelompok dalam
aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi
melaksanakan percobaan dan
melaporkan hasil percobaan
3.1. Memahami sistem bilangan Sistem Bilangan Mengamati Tugas 8 JP Albert Paul Malvino, Ph.D. ,
(Desimal, Biner, Oktal, • Gambaran umum sistem Tayangan atau simulsi susunan bilangan Menyelesaikan masalah tentang Digital Computer Electronics,
Heksadesimal) bilangan desimal satuan, puluhan, ratusan dan penulisan beberapa sistem Tata McGraw-Hill Publishing
4.1. Menggunakan sistem • Sistem bilangan (Desimal, seterusnya bilangan, BCD, BCH serta Company Limited, Second
bilangan (Desimal, Biner, Biner, Octal dan konversi bilangan Edition, New Delhi.
Oktal, Heksadesimal) dalam Hexadecimal) Menanya
memecahkan masalah • Konversi bilangan Mengajukan pertanyaan terkait tayangan atau Observasi
konversi • Sistem bilangan Binary simulasi atau hal-hal yang berhubungan Mengamati kegiatan/aktivitas
Code Decimal (BCD) dan dengan sistem bilangan siswa secara individu dan
Binary Code Hexadecimal dalam diskusi dengan checklist
(BCH) Mengeksplorasi lembar pengamatan atau dalam
• ASCII Code • Menuliskan bilangan 1001 dalam beberapa bentuk lain
bentuk sistem bilangan
141

• Membuat perbandingan pemahaman Portofolio


tentang sistem bilangan pada sistem • Membuat laporan tentang
komputer hasil kerja mandiri/kelompok
• Mengeksplorasi konversi bilangan • Bahan Presentasi
(Desimal, Biner, dan Heksa)

Mengasosiasi Tes
Membuat kesimpulan tentang tempat Pilihan Ganda, Essay
kedudukan (digit) bilangan berdasar pada
basis bilangan

Mengkomunikasikan
Menyampaikan hasil penulisan beberapa
sistem bilangan, BCD , BCH, dan ASCII
Code
3.2. Memahami relasi logik dan Relasi Logik dan Fungsi Mengamati Tugas 10 JP Josef Kammerer, Wolgang
fungsi gerbang dasar (AND, Gerbang Dasar Tayangan atau gambar Relasi logik dan Menyelesaikan masalah tentang Obertheur [1984],
OR, NOT, NAND, EXOR) • Relasi logik fungsi gerbang dasar yang dinyatakan dalam relasi logik dan fungsi gerbang Grundschaltungen, Richard
4.2. Merencanakan rangkaian • Operasi logik 4 pernyataan yaitu simbol, tabel kebenaran, Pflaum Verlag KG, 3.
penjumlah dan pengurang • Fungsi gerbang dasar (AND, persamaan fungsi, dan sinyal fungsi waktu Observasi Verbesserte Auflage, Muenchen.
dengan gerbang logika OR, NOT) Mengamati kegiatan/aktivitas
(AND, OR, NOT, NAND, • Fungsi gerbang kombinasi Menanya siswa secara individu dan Texas Instruments [1985], The
EXOR) (NAND, EXOR) Mengajukan pertanyaan terkait tayangan atau dalam diskusi dengan checklist TTL Data Book Volume 1.
• Penggunaan operasi logik gambar atau hal-hal yang berhubungan lembar pengamatan atau dalam
dengan relasi logik dan fungsi gerbang dasar. bentuk lain

Mengeksplorasi Portofolio
• Mengeksplorasi fungsi masing-masing • Membuat laporan tentang
gerbang untuk 2 buah input data masing- hasil kerja mandiri/kelompok
masing 8 bit • Bahan Presentasi
• Mengeksplorasi operasi logik untuk
memecahkan masalah Tes
Pilihan Ganda, Essay
142

Mengasosiasi
• Membuat ulasan tentang hubungan antara
nama gerbang (AND, OR, dan NOT )
dengan hasil keluaran.
• Mendiskusikan hasil pemecahan masalah
menggunakan operasi logik secara
berkelompok

Mengkomunikasikan
Menyampaikan hasil diskusi kelompok
tentang pemecahan masalah menggunakan
operasi logik
3.3. Memahami operasi Operasi Aritmatik Mengamati Tugas 6 JP Klaus-Dieter Thies [1983], Teil I
Aritmatik • Operasi arithmatik Tayangan operasi aritmatik Menyelesaikan masalah tentang : Grundlagen und Architektur,
(penjumlahan, pengurangan, operasi aritmatik TeWi Verlag GmbH, Muenchen.
4.3. Melaksanakan percobaan increment, decrement) Menanya
Aritmatic Logic Unit (Half- • Perkalian dan pembagian Mengajukan pertanyaan terkait tayangan atau Observasi
Full Adder, Ripple Carry bilangan biner operasi aritmatik Mengamati kegiatan/aktivitas
Adder) • Operasi aritmatik (penjumlah siswa secara individu dan
dan pengurang) dalam BCD Mengeksplorasi dalam diskusi dengan checklist
• Membuat perbandingan pemahaman lembar pengamatan atau dalam
tentang Half Adder, Full Adder, dan Ripple bentuk lain
Carry Adder.
• Mengeksplorasi operasi penjumlahan dan Portofolio
pengurangan bilangan biner untuk 2 buah Membuat laporan percobaan
input data masing-masing 8 bit
• Mengeksplorasi operasi penjumlahan dan Tes
pengurangan bilangan Heksadesimal, Pilihan Ganda, Essay
increment, dan decrement
• Melakukan percobaan operasi penjumlahan
dan pengurangan bilangan biner pada
Arithmatic Logic Unit ( ALU )
143

Mengasosiasi
• Mendiskusikan hubungan antara aturan
pada operasi penjumlahan/pengurangan
bilangan desimal dengan aturan pada
operasi penjumlahan/pengurangan bilangan
biner.
• Mengolah data hasil percobaan kedalam
tabel untuk mendapatkan kemungkinan-
kemungkinan operasi selain operasi
penjumlahan dan pengurangan

Mengkomunikasikan
Menyampaikan hasil percobaan operasi
penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk
tulisan dan gambar rangkaian
3.4. Memahami Arithmatic Logic Arithmatic Logic Unit (ALU) Mengamati Tugas 8 JP Klaus-Dieter Thies [1983], Teil I
Unit (Half-Full Adder, • Rangkaian half dan full adder Tayangan Gambar Rangkaian Arithmatic Menyelesaikan masalah tentang : Grundlagen und Architektur,
Ripple Carry Adder) • Rangkaian penjumlah dan Logic Unit (ALU) operasi Arithmatic Logic Unit TeWi Verlag GmbH, Muenchen.
4.4. Menerapkan operasi pengurang (Ripple Carry (ALU)
aritmatik dan logik pada Adder) Menanya Observasi
Arithmatic Logic Unit • Arthmatic Logik Unit (TTL Mengajukan pertanyaan terkait gambar Mengamati kegiatan/aktivitas
ALU) rangkaian ALU siswa secara individu dan
dalam diskusi dengan checklist
Mengeksplorasi lembar pengamatan atau dalam
• Merangkai rangkaian half adder bentuk lain
• Merangkai rangkaian full adder
• Mengeksplorasi rangkaian half dan full Portofolio
adder Membuata Laporan percobaan
• Melakukan pengujian rangkaian half dan
full adder yang telah dieksplorasi Tes
Pilihan Ganda, Essay
Mengasosiasi
• Mendiskusikan perbandingan antara
rangkaian half adder dengan full adder
• Menganalisa hasil perbandingan antara
rangkaian half adder dengan full adder
144

Mengkomunikasikan
Menyampaikan hasil percobaan ALU dalam
bentuk tulisan dan gambar rangkaian
3.5. Memahami rangkaian Rangkaian Multiplexer, Mengamati Tugas 8 JP Josef Kammerer, Wolgang
Multiplexer, Decoder, Flip- Decoder, Flip-Flop dan Counter Tayangan Rangkaian Multiplexer, Decoder, Menyelesaikan masalah tentang Obertheur [1984],
Flop dan Counter • Multiplexer dan decoder Flip-Flop dan Counter multipplexer, Decoder, Flip- Grundschaltungen, Richard
4.5. Merencanakan dan membuat • Rangkaian Flip-flop (RS, JK, Flop shift register dan Counter Pflaum Verlag KG, 3.
rangkaian couter up dan D) Menanya Verbesserte Auflage, Muenchen.
counter down • Shift register Mengajukan pertanyaan terkait gambar Observasi
• Rangkaian Counter rangkaian Multiplexer, Decoder, Flip-Flop Mengamati kegiatan/aktivitas
dan Counter siswa secara individu dan
dalam diskusi dengan checklist
Mengeksplorasi lembar pengamatan atau dalam
• Membuat perbandingan pemahaman bentuk lain
tentang RS, JK, dan D flip-flop.
• Mengeksplorasi multiplexer dan decoder Portofolio
sebagai rangkaian utama yang membangun • Membuat laporan hasil kerja
fungsi pada sistem komputer kelompok
• Mengeksplorasi RS, JK dan D flip-flop • Laporan hasil percobaan
berdasar pada perilaku clock input.
• Mengeksplorasi shift register untuk Tes
memindahkan informasi dari flip-flop Pilihan Ganda, Essay
sebelumnya ke flip-flop berikutnya.
• Mengeksplorasi rangkaian counter
• Mencoba semua rangkaian di atas yang
telah dieksplorasi

Mengasosiasi
Menganalisis data masukan untuk
menentukan hasil keluaran pada rangkaian
flip-flop.

Mengkomunikasikan
Menyampaikan hasil diskusi dalam bentuk
tulisan, tabel, dan gambar rangkaian
145

3.6. Memahami Organisasi dan Pengantar Organisasi dan Mengamati Tugas 10 JP William Stalling, [1997]
Arsitektur Komputer Arsitektur Komputer Tayangan tentang Organisasi dan Arsitektur Menyelesaikan permasalahan Organisasi dan Arsitektur
4.6. Menyajikan gambar struktur • Pengertian dan perbedaan Komputer dari beberapa sumber belajar tentang Organisasi dan Komputer, Perancangan Kinerja,
sistem komputer Von organisasi dan arsitektur Arsitektur Komputer Edisi Bahasa Indonesia, PT
Neumann komputer Menanya Prenhallindo.
• Struktur dan fungsi utama Mengajukan pertanyaan terkait tayangan atau Observasi
komputer teks pembelajaran Organisasi dan Arsitektur Mengamati kegiatan/aktivitas
• Konsep dasar operasi Komputer siswa secara individu dan
komputer dalam diskusi dengan checklist
• Struktur mesin Von Mengeksplorasi lembar pengamatan atau dalam
Neumann • Membuat perbandingan pemahaman bentuk lain
• Sejarah perkembangan tentang perbedaan antara organisasi
teknologi sistem komputer komputer dan arsitektur komputer Portofolio
dari generasi ke generasi • Mengeksplorasi organisasi dan arsitektur Membuat laporan tentang hasil
komputer kerja kelompok
(evolusi komputer)
Tes
Mengasosiasi Pilihan Ganda, Essay
Menganalisis keterkaitan antara sistem
komputer yang terkini dengan struktur mesin
Von Neumann

Mengkomunikasikan
Menyajikan gambar dari struktur mesin Von
Neumann
146

3.7. Memahami media Media Penyimpan Data Mengamati Tugas 10 JP William Stalling, [1997]
penyimpan data eksternal Eksternal Tayangan atau demonstrasi jenis – jenis Menyelesaikan masalah Organisasi dan Arsitektur
(magnetik disk, RAID • Magnetik disk media penyimpan eksternal memori eksternal dan Utama Komputer, Perancangan Kinerja,
optical disk dan pita • Teknologi RAID Edisi Bahasa Indonesia, PT
magnetik) • Optical Disk Menanya Observasi Prenhallindo.
4.7. Membedakan beberapa • Pita Magnetik Mengajukan pertanyaan terkait tayangan atau Mengamati kegiatan/aktivitas
alternatif pemakaian • Hirarki dan karakteristik demonstrasi tentang media penyimpan siswa secara individu dan
beberapa media penyimpan sistem memori (inboard eksternal dalam diskusi dengan checklist
data (semikonduktor, memory, outboard storage, lembar pengamatan atau dalam
magnetik disk, RAID, off-line storage) bentuk lain
optical disk dan pita
magnetik) Mengeksplorasi Portofolio
• Membuat gambar letak memori Utama Membuat Laporan dalam
(tanpa melalui I/O) dan memori External bentuk tulisan dan gambar
(melalui I/O).
• Mengeksplorasi memori eksternal jenis Tes
magnetik dan optik Pilihan Ganda, Essay
• Mengeksplorasi teknologi RAID
• Mengeksplorasi memori berdasar Hirarki
dan karakteristik sistem memori (inboard
memory, outboard storage, off-line
storage)

Mengasosiasi
• Menyimpulkan hasil analisis memori
untuk menentukan karakteristik sistem
memori
• Mengelompokkan memori sesuai dengan
hierarkinya

Mengkomunikasikan
Menyampaikan hasil dalam bentuk gambar
letak media penyimpan eksternal dan memori
utama
147

3.8. Menganalisis memori Karakteristik Memori Mengamati Tugas 6 JP William Stalling, [1997]
berdasarkan karakterisrik • Karakteristik pada memori Tayangan tentang karakteristik memori Menyelesaikan masalah Organisasi dan Arsitektur
sistem memori (lokasi, (lokasi, kapasitas, satuan memori internal dan eksternal Komputer, Perancangan Kinerja,
kapasitas, satuan, cara transfer, metode akses, Menanya Edisi Bahasa Indonesia, PT
akses, kinerja, tipe fisik, kinerja, tipe fisik dan Mengajukan pertanyaan terkait Karakteristik Observasi Prenhallindo.
dan karakterisrik fisik) karakteristik fisik ) Memori Mengamati kegiatan/aktivitas
4.8. Menyajikan gagasan untuk • Keandalan memori siswa secara individu dan
merangkai beberapa • Rangkaian memori RAM – Mengeksplorasi dalam diskusi dengan checklist
memori dalam sistem EPROM • Mengeksplorasi memori berdasarkan lembar pengamatan atau dalam
komputer karakteristiknya bentuk lain
• Mengeksplorasi keandalan memori
• Mengeksplorasi rangkaian memori (RAM- Portofolio
EPROM) Membuat laporan dalam bentuk
tulisan dan gambar
Mengasosiasi
• Menyimpulkan hasil analisis memori Tes
untuk menentukan karakteristik memori Pilihan Ganda, Essay
• Mengelompokkan memori sesuai dengan
karakteristiknya

Mengkomunikasikan
Menyampaikan hasil gagasan untuk
merangkai beberapa memori (RAM-EPROM)
dalam bentuk gambar rangkaian
3.9. Memahami memori Memori Semikonduktor Mengamati Tugas 10 JP Josef Kammerer, Peter
semikonduktor (RAM, • Pengantar Memori Tayangan atau demonstrasi jenis – jenis Menyelesaikan masalah tentang (5 x 2 JP) Lamparter [1985],
ROM, PROM, EPROM, semikonduktor semikonduktor (RAM, ROM, PROM, memori semikonduktor Mikrocomputer, Richard Pflaum
EEPROM, EAPROM) • Random Access Memory EPROM, EEPROM, EAPROM) Verlag KG, 4. Verbesserte
4.9 Menerapkan sistem bilangan (Organisasi Memori, Sel Observasi Auflage, Muenchen.
pada memori semikonduktor memori statis, sel memori Menanya Mengamati kegiatan/aktivitas
(address dan data) dinamis) Mengajukan pertanyaan terkait Memori siswa secara individu dan
• Read Only Memory (ROM) Semikonduktor dalam diskusi dengan checklist
• Programmable Read Only lembar pengamatan atau dalam
Memory (PROM) bentuk lain
148

• Erasable Programmable Mengeksplorasi Portofolio


Read Only Memory • Membuat gambar (diagram) untuk Membuat laporan dalam bentuk
(EPROM) mengelompokkan memori sesuai dengan tulisan dan gambar
• Electrically Erasable jenisnya
Programmable Read Only • Mengeksplorasi memori Baca – Tulis Tes
Memory (EEPROM) (RAM) Pilihan Ganda, Essay
• Electronically Alterable • Mengeksplorasi memori yang hanya dapat
Programmable Read Only dibaca (ROM)
Memory (EAPROM) • Mengeksplorasi dekoder alamat
• Alamat dan Data pada
memori yang dinyatakan Mengasosiasi
dalam bilangan hexa dan Mengelompokkan memori sesuai dengan
biner fungsinya, cara akses, jenis sel, dan
teknologinya

Mengkomunikasikan
Mempresentasikan hasil analisis memori
berdasarkan jenisnya
149

Lampiran 8. Validasi RPP CTL Oleh Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd.

LEMBAR VALIDASI RPP


(MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)
Petunjuk :
Berikan tanda centang (√) pada kolom yang sudah disediakan sesuai dengan kriteria jenis
pengamatan.
Keterangan :
Pemberian skor pada setiap butir pernyataan dengan rentan angka 1 sampai dengan angka
maksimal 4 dengan kriteria angka;
1 = tidak baik
2 = cukup baik
3 = baik
4 = sangat baik

Skor ke
No. Aspek yang Dinilai Komentar
4 3 2 1
1. Kelengkapan komponen RPP (Identitas
sekolah, mapel/Tema dan sub tema,
kelas/semester, alokasi waktu,materi
pokok, KI/KD, Indikator, tujuan √
pembelajaran, materi pembelajaran,
metode, media, sumber belajar, langkah
pembelajaran dan eveluasi)
2. Kejelasan perumusan indikator dan atau
tujuan pembelajaran (Sesuai KD,
menggunakan kata kerja operasional

yang dapat diamati dan diukur
mencakup pengetahuan, sikap dan
keterampilan )
3. Penyajian materi ajar (memuat fakta,
konsep, prinsip dan prosedur yang

relevan dengan rumusan indikator
ketercapaian, kompetensi)
4. Pengorganisasian materi ajar (disajikan
dalam bentuk butir-butir materi secara

runtut, sistematis dan kesesuaian
dengan alokasi waktu)
5. Pemilihan metode pembelajaran
(menciptakan suasana belajar siswa
aktif, dapat membantu siswa

mewujudkan kompetensi yang akan
dicapai, dan sesuai dengan karakteristik
peserta didik).
150

6. Pemilihan sumber/media pembelajaran


(sesuai dengan tujuan materi, dan
karakteristik peserta didik).
7. Langkah-langkah pembelajaran
dilakukan melalui tahapan pendahuluan,
inti, penutup dengan alokasi waktu
setiap tahap dengan jelas
8. Kerincian langkah-langkah pada setiap
kegiatan pembelajaran
9. Kesesuaian teknik evaluasi dengan
tujuan pembelajaran
10. Kelangkapan instrumen evaluasi (soal,
pedoman penskoran)
∑ Skor
∑ 𝐒𝐤𝐨𝐫
%Vs x = × 100
40
Saran/masukan:

Keterangan :
Vs x = Validitas Isi = Nilai RPP

Kriteria Validitas Isi :


81% - 100% : Sangat tinggi
61% - 80% : Tinggi
41% - 60% : Cukup
21% - 40% : Rendah
0% - 20% : Sangat rendah

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh skor validasi RPP dengan presentase sebesar
…………. sehingga RPP ini dikategorikan mempunyai validitas ………………………………

Malang,
Validator

Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd.


NIP. 198902022014042001
151

Lampiran 9. Validasi RPP CTL Oleh Ismanu Rahadi, S.H.


152
153

Lampiran 10. Validasi RPP ENe Oleh Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd.

LEMBAR VALIDASI RPP


(MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES)

Petunjuk :
Berikan tanda centang (√) pada kolom yang sudah disediakan sesuai dengan kriteria jenis
pengamatan.

Keterangan :
Pemberian skor pada setiap butir pernyataan dengan ren tan angka 1 sampai dengan angka
maksimal 4 dengan kriteria angka;
1 = tidak baik
2 = cukup baik
3 = baik
4 = sangat baik

Skor ke
No. Aspek yang Dinilai Komentar
4 3 2 1
1. Kelengkapan komponen RPP (Identitas
sekolah, mapel/Tema dan sub tema,
kelas/semester, alokasi waktu,materi
pokok, KI/KD, Indikator, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran,
metode, media, sumber belajar, langkah
pembelajaran dan eveluasi)
2. Kejelasan perumusan indikator dan atau
tujuan pembelajaran (Sesuai KD,
menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur
mencakup pengetahuan, sikap dan
keterampilan )
3. Penyajian materi ajar (memuat fakta,
konsep, prinsip dan prosedur yang
relevan dengan rumusan indikator
ketercapaian, kompetensi)
4. Pengorganisasian materi ajar (disajikan
dalam bentuk butir-butir materi secara
runtut, sistematis dan kesesuaian
dengan alokasi waktu)
5. Pemilihan metode pembelajaran
(menciptakan suasana belajar siswa
aktif, dapat membantu siswa
mewujudkan kompetensi yang akan
154

dicapai, dan sesuai dengan karakteristik


peserta didik).
6. Pemilihan sumber/media pembelajaran
(sesuai dengan tujuan materi, dan
karakteristik peserta didik).
7. Langkah-langkah pembelajaran
dilakukan melalui tahapan pendahuluan,
inti, penutup dengan alokasi waktu
setiap tahap dengan jelas
8. Kerincian langkah-langkah pada setiap
kegiatan pembelajaran
9. Kesesuaian teknik evaluasi dengan
tujuan pembelajaran
10. Kelangkapan instrumen evaluasi (soal,
pedoman penskoran)
∑ Skor
∑ 𝐒𝐤𝐨𝐫
%Vs x = × 100
40
Saran/masukan:

Keterangan :
Vs x = Validitas Isi = Nilai RPP

Kriteria Validitas Isi :


81% - 100% : Sangat tinggi
61% - 80% : Tinggi
41% - 60% : Cukup
21% - 40% : Rendah
0% - 20% : Sangat rendah

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh skor validasi RPP dengan presentase sebesar
…………. sehingga RPP ini dikategorikan mempunyai validitas ………………………………

Malang,
Validator

Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd.


NIP. 198902022014042001
155

Lampiran 11. Validasi RPP ENe Oleh Ismanu Rahadi, S.H.

LEMBAR VALIDASI RPP


(MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES)

Petunjuk :
Berikan tanda centang (√) pada kolom yang sudah disediakan sesuai dengan kriteria jenis
pengamatan.

Keterangan :
Pemberian skor pada setiap butir pernyataan dengan rentan angka 1 sampai dengan angka
maksimal 4 dengan kriteria angka;
1 = tidak baik
2 = cukup baik
3 = baik
4 = sangat baik

Skor ke
No. Aspek yang Dinilai Komentar
4 3 2 1
1. Kelengkapan komponen RPP (Identitas
sekolah, mapel/Tema dan sub tema,
kelas/semester, alokasi waktu,materi
pokok, KI/KD, Indikator, tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran,
metode, media, sumber belajar, langkah
pembelajaran dan eveluasi)
2. Kejelasan perumusan indikator dan atau
tujuan pembelajaran (Sesuai KD,
menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur
mencakup pengetahuan, sikap dan
keterampilan )
3. Penyajian materi ajar (memuat fakta,
konsep, prinsip dan prosedur yang
relevan dengan rumusan indikator
ketercapaian, kompetensi)
4. Pengorganisasian materi ajar (disajikan
dalam bentuk butir-butir materi secara
runtut, sistematis dan kesesuaian
dengan alokasi waktu)
5. Pemilihan metode pembelajaran
(menciptakan suasana belajar siswa
aktif, dapat membantu siswa
mewujudkan kompetensi yang akan
156

dicapai, dan sesuai dengan karakteristik


peserta didik).
6. Pemilihan sumber/media pembelajaran
(sesuai dengan tujuan materi, dan
karakteristik peserta didik).
7. Langkah-langkah pembelajaran
dilakukan melalui tahapan pendahuluan,
inti, penutup dengan alokasi waktu
setiap tahap dengan jelas
8. Kerincian langkah-langkah pada setiap
kegiatan pembelajaran
9. Kesesuaian teknik evaluasi dengan
tujuan pembelajaran
10. Kelangkapan instrumen evaluasi (soal,
pedoman penskoran)
∑ Skor
∑ 𝐒𝐤𝐨𝐫
%Vs x = × 100
40
Saran/masukan:

Keterangan :
Vs x = Validitas Isi = Nilai RPP

Kriteria Validitas Isi :


81% - 100% : Sangat tinggi
61% - 80% : Tinggi
41% - 60% : Cukup
21% - 40% : Rendah
0% - 20% : Sangat rendah

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh skor validasi RPP dengan presentase sebesar
…………. sehingga RPP ini dikategorikan mempunyai validitas ………………………………

Malang,
Validator

Ismanu Rahadi, S.H.


NIP. -
157

Lampiran 12. Hasil Validasi Materi Oleh Ismanu Rahadi, S.H.


158
159

Lampiran 13. Hasil Validasi Soal Post Test Oleh Dila Umnia Soaraya, S.Pd., M.Pd.

LEMBAR VALIDASI ISI SOAL POSTTEST


KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF

Petunjuk :

1. Memberi tanda ceklist () untuk menilai setiap komponen pada kolom penilaian sesuai
dengan kriteria seperti berikut ini:
1 : Apabila butir soal tidak sesuai dengan materi, bahasa yang digunakan sulit
dipahami
2 : Apabila butir soal kurang sesuai dengan materi, bahasa yang digunakan dapat
dipahami
3 : Apabila butir soal sesuai dengan materi, bahasa yang digunakan kurang dapat
dipahami
4 : Apabila butir soal sesuai dengan materi, bahasa yang digunakan mudah untuk
Dipahami
2. Jika perlu, lengkapi setiap penilaian komponen dengan memberikan komentar/saran
untuk perbaikan.

Tabel Penilaian

Nomer Skor
Komentar/Saran
Soal 1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
160

Komentar dan saran untuk perbaikan soal Posttest adalah

...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................

Hasil Validasi isi dihitung dengan rumus:

Jumlah skor penilai


%Vs x = jumlah skor maksimal x 100

Keterangan:
Vs x : Validitas Isi

Kriteria Validitas Isi

81% - 100% : Sangat tinggi


61% - 80% : Tinggi
41% - 60% : Cukup
21% - 40% : Rendah
0% - 20% : Sangat rendah

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh skor validasi soal Posttest adalah dengan
presentase sebesar …………. sehingga soal Posttest ini dikategorikan mempunyai validitas
…………………….......

Malang,
Validator, 06-4-2018

Dila Umnia Soraya, S.Pd., M.Pd.


NIP. 198902022014042001
161

Lampiran 14. Hasil Validasi Post Test Oleh Ismanu Rahadi, S.H.

LEMBAR VALIDASI ISI SOAL POSTTEST


KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF
Petunjuk :

1. Memberi tanda ceklist () untuk menilai setiap komponen pada kolom penilaian sesuai
dengan kriteria seperti berikut ini:
1 : Apabila butir soal tidak sesuai dengan materi, bahasa yang digunakan sulit
dipahami
2 : Apabila butir soal kurang sesuai dengan materi, bahasa yang digunakan dapat
dipahami
3 : Apabila butir soal sesuai dengan materi, bahasa yang digunakan kurang dapat
dipahami
4 : Apabila butir soal sesuai dengan materi, bahasa yang digunakan mudah untuk
Dipahami
2. Jika perlu, lengkapi setiap penilaian komponen dengan memberikan komentar/saran
untuk perbaikan.

Tabel Penilaian

Nomer Skor
Komentar/Saran
Soal 1 2 3 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
162

Komentar dan saran untuk perbaikan soal Posttest adalah

...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................

Hasil Validasi isi dihitung dengan rumus:

Jumlah skor penilai


%Vs x = jumlah skor maksimal x 100

Keterangan:
Vs x : Validitas Isi

Kriteria Validitas Isi

81% - 100% : Sangat tinggi


61% - 80% : Tinggi
41% - 60% : Cukup
21% - 40% : Rendah
0% - 20% : Sangat rendah

Berdasarkan perhitungan tersebut diperoleh skor validasi soal Posttest adalah dengan
presentase sebesar …………. sehingga soal Posttest ini dikategorikan mempunyai validitas
…………………….......

Malang,
Validator,

Ismanu Rahadi, S.H.


NIP. -
163

Lampiran 15. Lembar Diskusi Model CTL

LEMBAR KERJA DISKUSI


MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Kelompok:
Kelas:
Nama Anggota: 1.
2.
3.
4.
5.

SOAL DISKUSI
1. Cari tahu minimal 4 komponen utama dalam harddisk, dan berikanlah
masing-masing penjelasannya!
2. Uraikan secara singkat bagaimana cara kerja dari harddisk!

JAWABAN:
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
164

Lampiran 16. Lembar Diskusi Model E-NE

LEMBAR KERJA DISKUSI


MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES

Kelompok:
Kelas:
Nama Anggota: 1.
2.
3.
4.
5.

SOAL DISKUSI

A B C

D E F

1. Manakah dari contoh-contoh memori eksternal di atas yang tergolong magnetic


disk, optical disk, dan magnetic tape. Berikanlah alasan dan penjelasannya!
165

2. Jelaskan fungsi masing-masing komponen harddisk di atas!

JAWABAN:
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
166

Lampiran 17. Nilai Kemampuan Awal Siswa

Kela Eksperimen Kelas Kontrol


No. X TKJ 1 X TKJ 4
Nama Nilai Nama Nilai
1. Adelia Ayu Natasya 68 Vicky Firmansyah 60
2. Adinnata Adhdharu Putra 66 Putri Sasti Puspita 68
3. Afandi Wijaya 63 Rahmad Dwi Sultanto 62
4. Ageng Adi Setiawan 67 Rama Yundara 64
5. Ahmad Fitro Baharudin Syah 70 Randy Dwi Febrianto 59
6. Ahmad Saifudin 74 Rifqi Ludist Virgiansyah 75
7. Alfandik Damayanto 64 Riki Adi Prastyo 75
8. Alifia Dewi Putri 68 Riki Mariono 74
9. Amin Faudji 62 Rikko Boby Anto 71
10. Ana Wijaya 66 Rio Aditya Pratama 75
11. Andi Rahmadani 65 Ryan Yanuar Rizky 72
12. Andika Feri Irawan 60 Saifuddin 61
13. Angga Puji Hartono 55 Satriya 74
14. Antonius Aditya Tau 75 Sefri Herawan 65
15. Ardi Maulana 75 Serli Ratna Sari 70
16. Azmilatul Masruroh 70 Siti Kholifah 58
17. Bagas Samudra 58 Soeryo Prayogo 72
18. Bagus Ananda Rozikin 70 Sony Firman Pratama 70
19. Bambang Nurdianto 62 Susanti Nilasari 62
20. Caesar Rizky Febrian Nurcahya 75 Susi Rahmania 62
21. Danang Catur Pamungkas 65 Tasya Debbie Astia 68
22. Diyah Lestari 80 Tasya Sabrilla Asihfani 67
23. Eka Agus Tina 70 Tri Chayatililah 66
24. Eka Nur Hasanah 68 Vani Karisma Sari 69
25. Eka Yuliawati 70 Vicky Rolando 61
26. Erika Febrianti 70 Wahyu Jaya Saputra 74
27. Kresna Setiawan 58 Wahyu Ning Tyas 70
28 Nita Andreas 66 Wieldan Yunus Setiawan 72
29. Rhama Deva Aprilianto 68 Yuda Ferdiansyah 68
30. Rizky Yoga Pamungkas 62 Zaniar Rismananda Putri 63
31. Wahyu Akbar Santoso 75
167

Lampiran 18. Data Kemampuan Akhir Kelas Eksperimen (X TKJ 1)

No. Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6 Soal 7 Soal 8 Soal 9 Soal 10 Total Skor

1 Adelia Ayu Natasya 10 10 10 15 5 15 10 10 3 7 95


2 Adinnata Adhdharu P. 10 10 7 15 5 11 7 10 3 10 88
3 Afandi Wijaya 10 10 10 15 3 11 7 10 4 7 87
4 Ageng Adi Setiawan 10 10 10 15 5 7 10 10 4 7 88
5 Ahmad Fitro B. S. 10 10 10 15 5 11 7 10 4 9 91
6 Ahmad Saifudin 10 10 10 15 5 15 10 10 5 10 100
7 Alfandik Damayanto 10 10 10 15 3 11 7 10 4 7 87
8 Alifia Dewi Putri 10 10 10 15 5 15 10 10 3 7 95
9 Amin Faudji 7 10 10 15 5 7 10 10 4 7 85
10 Ana Wijaya 10 10 10 15 5 15 10 4 4 7 90
11 Andi Rahmadani 10 10 10 15 5 11 10 10 4 7 92
12 Andika Feri Irawan 10 10 10 15 5 7 10 4 4 10 85
13 Angga Puji Hartono 10 10 10 15 5 11 7 10 0 0 78
14 Antonius Aditya Tau 10 10 7 15 5 11 7 4 3 7 79
15 Ardi Maulana 10 10 10 15 5 11 8 10 5 10 94
16 Azmilatul Masruroh 10 10 10 15 5 15 10 10 4 7 96
17 Bagas Samudra 10 2 10 15 5 7 7 4 5 10 75
18 Bagus Ananda R. 10 10 10 15 5 11 10 10 5 7 93
19 Bambang Nurdianto 10 10 10 15 5 11 7 7 4 10 89
20 Caesar Rizky F. N. 10 10 10 15 5 11 8 10 5 10 94
21 Danang Catur P. 10 10 10 7 5 11 7 10 4 7 81
168

22 Diyah Lestari 10 10 10 15 5 15 10 10 4 7 96
23 Eka Agus Tina 10 10 10 15 5 11 7 10 5 10 93
24 Eka Nur Hasanah 10 10 10 15 5 15 10 10 3 7 95
25 Eka Yuliawati 10 10 10 15 5 15 10 10 4 7 96
26 Erika Febrianti 10 10 10 15 5 11 7 10 5 10 93
27 Kresna Setiawan 10 10 10 15 5 3 7 7 0 9 76
28 Nita Andreas 10 10 10 9 5 15 10 10 4 7 90
29 Rhama Deva A. 10 10 10 15 5 7 10 10 5 10 92
30 Rizky Yoga P. 10 10 10 15 5 7 10 10 5 7 89
31 Wahyu Akbar S. 10 10 10 15 5 11 7 7 0 7 82
169

Lampiran 19. Data Kemampuan Akhir Kelas Kontrol (X TKJ 4)

No. Nama Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6 Soal 7 Soal 8 Soal 9 Soal 10 Total Skor
1 Vicky Firmansyah 10 9 10 15 5 7 10 10 0 3 79
2 Putri Safadilah 10 10 10 15 5 11 10 7 5 10 93
3 Putri Sasti Puspita 10 10 10 15 5 7 10 10 3 10 90
4 Rahmad Dwi Sultanto 10 10 10 15 5 15 10 10 0 1 86
5 Randy Dwi Febrianto 10 8 10 10 5 15 10 7 0 0 75
6 Rifqi Ludist Virgiansyah 10 10 10 15 5 15 10 10 0 0 85
7 Riki Adi Prastyo 10 9 10 15 5 7 10 10 2 1 79
8 Riki Mariono 10 2 10 15 5 15 0 10 4 4 75
9 Rikko Boby Anto 10 10 10 10 5 7 10 10 5 0 77
10 Rio Aditya Pratama 10 9 10 15 5 7 4 7 3 2 72
11 Ryan Yanuar Rizky 10 9 10 15 5 7 10 10 2 1 79
12 Saifuddin 10 9 10 15 5 15 10 10 0 0 84
13 Satriya 10 9 10 15 7 10 10 7 0 10 88
14 Sefri Herawan 10 9 10 15 5 7 10 4 0 10 80
15 Serli Ratna Sari 10 10 10 15 5 11 10 7 5 7 90
16 Siti Kholifah 7 9 10 10 5 11 10 4 5 4 75
17 Sony Firman Pratama 4 9 10 15 5 3 10 10 5 7 78
18 Susanti Nilasari 10 9 10 15 5 7 10 7 5 9 87
19 Susi Rahmania 10 10 10 15 5 15 10 10 5 0 90
20 Tasya Debbie Astia 10 10 10 15 5 11 10 10 5 4 90
21 Tasya Sabrilla Asihfani 10 10 10 15 5 11 10 10 5 10 96
22 Tri Chayatililah 10 10 10 15 5 7 10 10 4 10 91
170

23 Vani Karisma Sari 10 10 10 10 5 7 10 7 2 10 81


24 Vicky Rolando 10 10 10 15 5 3 10 10 0 10 83
25 Wahyu Jaya Saputra 10 9 10 15 5 15 10 10 0 1 85
26 Wahyu Ning Tyas 10 10 10 10 5 7 10 10 3 10 85
27 Wieldan Yunus Setiawan 10 10 10 15 3 7 10 10 0 10 85
28 Yuda Ferdiansyah 10 9 10 15 3 7 10 7 0 10 81
29 Yulia Rahmawati 10 10 10 15 5 11 10 10 4 10 95
30 Zaniar Rismananda Putri 10 10 10 15 5 0 10 10 4 9 83
171

Lampiran 20. Hasil Uji Coba Instrumen

Nama Siswa Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6 Soal 7 Soal 8 Soal 9 Soal 10 Jumlah
Dimas Shulton Agung Prasetyo 4 8 10 15 5 15 4 7 2 10 80
Dany Firmanzah 10 10 10 10 5 15 10 7 3 10 90
Deni Aldianto 7 10 10 15 5 15 10 7 4 10 93
Deny Yanuar 10 10 10 10 5 15 10 7 3 10 90
Dikki Ari Susanto 10 10 10 10 5 15 10 10 3 10 93
Erwin Andi Febri Hamzah 10 4 10 10 0 0 10 7 0 0 51
Eva Widiya Sari 10 4 10 15 5 2 4 7 3 10 70
Evia Wardhani 10 0 10 4 5 0 10 7 0 10 56
Faisal Reza Harsono 4 8 10 10 5 15 10 7 4 5 78
Fajar Akbar Putra P. 10 10 10 15 5 15 10 10 3 10 98
Fendik Agus Prastyo 10 3 10 15 5 15 10 7 10 10 95
Gibran Ismail Machmud 10 10 10 10 5 15 10 7 3 10 90
Gilang Dewangga Putra 10 10 10 10 5 15 10 7 3 10 90
Gita Wijayanti 10 4 10 15 3 2 10 7 0 10 71
Hafi Unudin Zaimatul 10 10 10 15 5 15 10 7 3 10 95
Hany Ahmad Wijayanti 7 4 3 15 1 2 4 7 0 10 53
Ida Wulandari 10 4 10 15 3 2 4 7 0 0 55
Ilham Prasetyo 10 10 10 10 3 15 10 7 3 10 88
Ilham Wahyu Firmansah 7 10 10 5 5 15 10 7 3 10 82
Ilmi Puji Lestari 10 10 10 15 5 2 10 7 3 10 82
Intan Ratna Sari 10 1 10 5 5 15 10 7 3 10 76
Irma Nur`Aini 10 4 10 5 5 15 10 10 3 10 82
172

Isna Revita Putri 10 4 10 15 3 2 4 7 0 10 65


Juwita Winda Rismawati 10 7 10 15 5 15 10 10 3 10 95
Ketrin Indrawati 10 2 10 15 5 2 4 7 0 10 65
Laila Umirtha 10 1 10 5 5 15 10 7 3 10 76
Lilis Iswatul Handayani 10 1 10 5 5 15 10 7 3 10 76
Lilis Mayang Indah Lestari 10 4 10 5 5 15 10 10 3 10 82
Khansa Atha Fairus 7 0 4 10 5 3 10 7 0 10 56
Linda Ayu Lestari 10 7 7 15 5 11 10 7 1 10 83
Lucky Dwi Rachmadani 10 10 7 15 5 3 10 4 1 1 66
Lusy Amelia Putri 10 7 7 15 5 10 7 10 3 1 75
Marta Liya Kristanti 10 10 10 10 5 3 10 7 0 4 69
Mas Ma`Sum Ibrahim A. W. 7 10 7 10 3 3 10 7 1 4 62
Masyah Shohibul N. W. F. W. 7 0 7 5 5 3 10 7 0 10 54
Meilina Dinda Puspitasari 10 10 10 10 5 3 10 7 0 10 75
Meylita Siska Putri 4 10 10 10 5 0 0 0 0 0 39
Mochamad Alif Febiyan 7 10 10 10 5 3 10 10 0 0 65
Mochamad Alif F. 7 0 10 0 5 3 10 7 0 10 52
Mochammad Irfansyah 10 10 10 15 5 0 10 10 0 0 70
Mochammad Muchlas Khasbullah 4 0 10 0 5 3 10 7 1 0 40
Mohammad Ivan N. 10 10 7 5 3 3 10 0 10 0 58
Mohammad Verdi Firdaus 4 10 4 10 5 3 10 7 1 10 64
Muchammad Galih Fauzi 10 10 7 15 5 3 10 7 1 1 69
Muhammad Ari Hidayat 7 10 4 10 5 3 10 7 0 10 66
Muhammad Hayyanur S. 4 0 10 0 5 3 10 7 0 0 39
Muhammad Thauriq S. 7 10 10 10 5 3 10 7 0 10 72
173

Mukamad Soleh 10 10 7 10 5 3 10 7 0 0 62
Nausal Wahyudi 7 0 4 10 5 3 10 7 0 10 56
Nevi Devitasari 10 7 10 10 5 11 7 7 0 10 77
Niken Fajar Irene Prastiwi 10 10 10 10 5 3 10 7 0 10 75
Novia Amanda Dini 4 10 10 10 5 3 0 0 0 0 42
Olivia Pratiwi 4 10 10 10 5 0 0 0 0 0 39
Pedro Ananda Anwar P. 10 10 7 10 5 3 0 0 0 0 45
Putri Cahaya Ilahi 10 10 10 10 5 3 10 7 0 10 75
Putri Evitasari 4 10 10 10 5 0 0 0 0 0 39
174

Lampiran 21. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Post-Test


a. Validitas
Correlations

Soal_1 Soal_2 Soal_3 Soal_4 Soal_5 Soal_6 Soal_7 Soal_8 Soal_9 Soal_10 Jumlah

Soal_1 Pearson Correlation 1 .017 .157 .267* -.068 .249 .369** .389** .261 .298* .554**

Sig. (2-tailed) .898 .249 .047 .617 .064 .005 .003 .052 .026 .000

N 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56
Soal_2 Pearson Correlation .017 1 .066 .407** .278* .070 -.096 -.217 .113 -.198 .282*
Sig. (2-tailed) .898 .631 .002 .038 .610 .480 .109 .409 .143 .035
N 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56
Soal_3 Pearson Correlation .157 .066 1 -.110 .475** .295* -.040 .072 .236 .018 .273*
Sig. (2-tailed) .249 .631 .419 .000 .027 .767 .597 .080 .895 .042
N 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56
Soal_4 Pearson Correlation .267* .407** -.110 1 -.054 -.009 -.227 .092 .040 .056 .347**
Sig. (2-tailed) .047 .002 .419 .692 .945 .092 .500 .767 .680 .009
N 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56
Soal_5 Pearson Correlation -.068 .278* .475** -.054 1 .370** -.064 .077 .261 .014 .294*
Sig. (2-tailed) .617 .038 .000 .692 .005 .640 .575 .052 .919 .028
N 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56
Soal_6 Pearson Correlation .249 .070 .295* -.009 .370** 1 .341* .390** .783** .491** .799**
Sig. (2-tailed) .064 .610 .027 .945 .005 .010 .003 .000 .000 .000
N 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56
Soal_7 Pearson Correlation .369** -.096 -.040 -.227 -.064 .341* 1 .663** .324* .376** .529**
175

Sig. (2-tailed) .005 .480 .767 .092 .640 .010 .000 .015 .004 .000
N 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56
Soal_8 Pearson Correlation .389** -.217 .072 .092 .077 .390** .663** 1 .203 .464** .593**
Sig. (2-tailed) .003 .109 .597 .500 .575 .003 .000 .133 .000 .000
N 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56
Soal_9 Pearson Correlation .261 .113 .236 .040 .261 .783** .324* .203 1 .300* .688**
Sig. (2-tailed) .052 .409 .080 .767 .052 .000 .015 .133 .025 .000
N 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56
Soal_10 Pearson Correlation .298* -.198 .018 .056 .014 .491** .376** .464** .300* 1 .635**
Sig. (2-tailed) .026 .143 .895 .680 .919 .000 .004 .000 .025 .000
N 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56
Jumlah Pearson Correlation .554** .282* .273* .347** .294* .799** .529** .593** .688** .635** 1

Sig. (2-tailed) .000 .035 .042 .009 .028 .000 .000 .000 .000 .000

N 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56 56

b. Reliabilitas

Cronbach's
Alpha N of Items

.713 11
176

Lampiran 21. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas

a. Hasil Uji Normalitas

Kolmogorov-Smirnova
KELAS
Statistic df Sig.
Hasil Belajar Siswa Pre-Test TKJ 1 (CTL) .124 31 .200*
Post-Test TKJ 1 (CTL) .122 31 .200*
Pre-Test TKJ 4 (ENE) .118 30 .200*
Post-Test TKJ 4 (ENE) .100 30 .200*

b. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.


.004 1 59 .950

c. Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Akhir

Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.


.004 1 59 .949
177

Lampiran 22. Hasil Uji-T

a. Hasil Uji-T Kemampuan Awal (Pretest)

t-test for Equality of Means


95% Confidence Interval of
Mean Std. Error the Difference
t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
Hasil Belajar Siswa Equal variances assumed -.217 59 .829 -.309 1.423 -3.156 2.539
Equal variances not
-.217 58.888 .829 -.309 1.421 -3.152 2.535
assumed

b. Hasil Uji-T Kemampuan Akhir (Post Test)

t-test for Equality of Means


95% Confidence Interval of
Mean Std. Error the Difference
t df Sig. (2-tailed) Difference Difference Lower Upper
Hasil Belajar Siswa Equal variances assumed 3.226 59 .002 5.261 1.631 1.998 8.525
Equal variances not
3.227 58.986 .002 5.261 1.631 1.999 8.524
assumed
178

Lampiran 24. Keterlaksanaan Model CTL Hari Pertama Oleh Ismanu Rahadi, S.H.

LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN


MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Sekolah : SMK Negeri 11 Malang


Mata Pelajaran : Sistem Komputer
Kelas / Semester : X / Genap
Waktu : 2 x 45 menit
Kompetensi Dasar : 3.7 Memahami media penyimpanan data eksternal (magnetic disk,
optical disk dan magnetic tape)
4.7 Membedakan beberapa alternatif pemakaian beberapa media
penyimpan data (magnetic disk, optical disk dan magnetic
tape)
A. Petunjuk Penilaian

Memberi tanda cek (√) untuk menilai setiap komponen pada kolom penilaian sesuai dengan
kriteria berikut ini:

1 : Guru/siswa tidak melakukan tahap-tahap pembelajaran

2 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran tetapi masih kurang sesuai

3 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sesuai

4 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sangat sesuai

B. Tabel Penilaian
Aspek Ketercapaian
No Penilaian Indikator Kegiatan Guru/Siswa 1 2 3 4
1. Kegiatan Membuka pembelajaran dengan

Awal salam
Salam Pembuka
Meminta ketua kelas memimpin
dan Doa
doa sebelum memulai kegiatan √
pembelajaran
Melakukan presensi terhadap
Presensi siswa dengan membaca nama √
siswa satu-persatu
Apersepsi Memberikan gambaran tentang
pentingnya memahami materi √
pengertian, konsep, jenis-jenis
179

memori eksternal, dan magnetic


disk dari suatu keadaan atau
fenomena pada kehidupan
sehari-hari
Motivasi Memotivasi siswa dengan
memberikan contoh tentang
manfaat mempelajari pengertian, √
konsep, jenis-jenis memori
eksternal, dan magnetic disk.
2. Kegiatan Konstruktivisme Menggali pemahaman siswa
Inti mengenai pengertian, konsep,
jenis-jenis, memori eksternal, √
dan magnetic disk melalui
pertanyaan-pertanyaan singkat
Inkuiri Menjelaskan materi tentang
memori eksternal dengan

menggunakan slide presentasi
power point.
Menanyakan konsep mengenai
pengertian, konsep, jenis-jenis
memori eksternal, dan magnetic

disk yang terkait dengan isi
power point yang sudah
ditampilkan.
Bertanya Menerapkan metode inquiri
based learning dengan tegas dan
santun.
- Memberikan masalah
berupa pertanyaan
mengenai materi pengertian,
konsep, jenis-jenis memori
eksternal, dan magnetic
disk.
- Memberikan contoh berupa
langkah identifikasi
masalah.
- Mengarahkan siswa untuk √
membagi sub materi yang
dibahas.
- Mengharuskan siswa
melakukan sharing
pengetahuan kepada
kelompok. Guru melakukan
penilaian selama
pembelajaran berlangsung.
- Menyuruh siswa
mendemonstrasikan hasil
diskusi dalam bentuk
laporan.
180

- Mendorong siswa untuk


aktif ke dalam pembelajaran
melalui pertanyaan terkait
dengan masalah tersebut.
- Melakukan tanya-jawab
mengenai hasil presentasi.
- Menambahkan dan
menyempurnakan jawaban
dari siswa yang kurang
tepat.
- Memberikan apresiasi
terhadap kelompok yang
melakukan presentasi.
Pemodelan Memberikan contoh nyata terkait
materi pengertian, konsep, jenis-

jenis memori eksternal, dan
magnetic disk.
Penilaian Guru memberikan tes individu
Autentik terkait dengan materi pengertian,
konsep, jenis-jenis memori

eksternal, dan magnetic disk
yang sudah disampaikan dengan
tegas dan bertanggungjawab.
3. Kegiatan Refleksi Meminta siswa menyimpulkan
Penutup hasil pembelajaran yang telah √
dipelajari.
Analisa Memberikan kesempatan pada
Pembelajaran siswa untuk bertanya materi

yang belum dimengerti dari hasil
diskusi yang telah dilakukan.
Tindak lanjut Menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan
selanjutnya dan meminta siswa
untuk mencari dan mempelajari √
materi tersebut dari internet
maupun buku dengan tegas dan
santun
Do’a Meminta ketua kelas untuk
memimpin do’a untuk
mengakhiri pelajaran dan guru √
mengikuti kegiatan berdo’a
secara khusuk
Salam penutup Mengakhiri kegiatan
pembelajaran dan mengucapkan √
salam dengan lembut dan santun.
181
182

Lampiran 25. Keterlaksanaan Model CTL Hari Pertama Oleh Widya Yunitha P.

LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN


MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Sekolah : SMK Negeri 11 Malang


Mata Pelajaran : Sistem Komputer
Kelas / Semester : X / Genap
Waktu : 2 x 45 menit
Kompetensi Dasar : 3.7 Memahami media penyimpanan data eksternal (magnetic disk,
optical disk dan magnetic tape)
4.7 Membedakan beberapa alternatif pemakaian beberapa media
penyimpan data (magnetic disk, optical disk dan magnetic
tape)

A. Petunjuk Penilaian

Memberi tanda cek (√) untuk menilai setiap komponen pada kolom penilaian sesuai dengan
kriteria berikut ini:

1 : Guru/siswa tidak melakukan tahap-tahap pembelajaran

2 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran tetapi masih kurang sesuai

3 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sesuai

4 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sangat sesuai

B. Tabel Penilaian
Aspek Ketercapaian
No Penilaian Indikator Kegiatan Guru/Siswa 1 2 3 4
1. Kegiatan Membuka pembelajaran dengan

Awal salam
Salam Pembuka
Meminta ketua kelas memimpin
dan Doa
doa sebelum memulai kegiatan √
pembelajaran
Melakukan presensi terhadap
Presensi siswa dengan membaca nama √
siswa satu-persatu
183

Apersepsi Memberikan gambaran tentang


pentingnya memahami materi
pengertian, konsep, jenis-jenis
memori eksternal, dan magnetic √
disk dari suatu keadaan atau
fenomena pada kehidupan
sehari-hari
Motivasi Memotivasi siswa dengan
memberikan contoh tentang
manfaat mempelajari pengertian, √
konsep, jenis-jenis memori
eksternal, dan magnetic disk.
2. Kegiatan Konstruktivisme Menggali pemahaman siswa
Inti mengenai pengertian, konsep,
jenis-jenis, memori eksternal, √
dan magnetic disk melalui
pertanyaan-pertanyaan singkat
Inkuiri Menjelaskan materi tentang
memori eksternal dengan

menggunakan slide presentasi
power point.
Menanyakan konsep mengenai
pengertian, konsep, jenis-jenis
memori eksternal, dan magnetic

disk yang terkait dengan isi
power point yang sudah
ditampilkan.
Bertanya Menerapkan metode inquiri
based learning dengan tegas dan
santun.
- Memberikan masalah
berupa pertanyaan
mengenai materi pengertian,
konsep, jenis-jenis memori
eksternal, dan magnetic
disk.
- Memberikan contoh berupa
langkah identifikasi
masalah. √
- Mengarahkan siswa untuk
membagi sub materi yang
dibahas.
- Mengharuskan siswa
melakukan sharing
pengetahuan kepada
kelompok. Guru melakukan
penilaian selama
pembelajaran berlangsung.
- Menyuruh siswa
mendemonstrasikan hasil
184

diskusi dalam bentuk


laporan.
- Mendorong siswa untuk
aktif ke dalam pembelajaran
melalui pertanyaan terkait
dengan masalah tersebut.
- Melakukan tanya-jawab
mengenai hasil presentasi.
- Menambahkan dan
menyempurnakan jawaban
dari siswa yang kurang
tepat.
- Memberikan apresiasi
terhadap kelompok yang
melakukan presentasi.
Pemodelan Memberikan contoh nyata terkait
materi pengertian, konsep, jenis-

jenis memori eksternal, dan
magnetic disk.
Penilaian Guru memberikan tes individu
Autentik terkait dengan materi pengertian,
konsep, jenis-jenis memori

eksternal, dan magnetic disk
yang sudah disampaikan dengan
tegas dan bertanggungjawab.
3. Kegiatan Refleksi Meminta siswa menyimpulkan
Penutup hasil pembelajaran yang telah √
dipelajari.
Analisa Memberikan kesempatan pada
Pembelajaran siswa untuk bertanya materi

yang belum dimengerti dari hasil
diskusi yang telah dilakukan.
Tindak lanjut Menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan
selanjutnya dan meminta siswa
untuk mencari dan mempelajari √
materi tersebut dari internet
maupun buku dengan tegas dan
santun
Do’a Meminta ketua kelas untuk
memimpin do’a untuk
mengakhiri pelajaran dan guru √
mengikuti kegiatan berdo’a
secara khusuk
Salam penutup Mengakhiri kegiatan
pembelajaran dan mengucapkan √
salam dengan lembut dan santun.
185
186

Lampiran 26. Keterlaksanaan Model CTL Hari Kedua Oleh Ismanu Rahadi, S.H.

LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN


MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Sekolah : SMK Negeri 11 Malang


Mata Pelajaran : Sistem Komputer
Kelas / Semester : X / Genap
Waktu : 2 x 45 menit
Kompetensi Dasar : 3.7 Memahami media penyimpanan data eksternal (magnetic disk,
optical disk dan magnetic tape)
4.7 Membedakan beberapa alternatif pemakaian beberapa media
penyimpan data (magnetic disk, optical disk dan magnetic
tape)
A. Petunjuk Penilaian

Memberi tanda cek (√) untuk menilai setiap komponen pada kolom penilaian sesuai dengan
kriteria berikut ini:

1 : Guru/siswa tidak melakukan tahap-tahap pembelajaran

2 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran tetapi masih kurang sesuai

3 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sesuai

4 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sangat sesuai

B. Tabel Penilaian
Aspek Ketercapaian
No Penilaian Indikator Kegiatan Guru/Siswa 1 2 3 4
1. Kegiatan Membuka pembelajaran dengan

Awal salam
Salam Pembuka
Meminta ketua kelas memimpin
dan Doa
doa sebelum memulai kegiatan √
pembelajaran
Melakukan presensi terhadap
Presensi siswa dengan membaca nama √
siswa satu-persatu
Apersepsi Memberikan gambaran tentang
pentingnya memahami materi √
pengertian, konsep, jenis-jenis
187

memori eksternal, dan magnetic


disk dari suatu keadaan atau
fenomena pada kehidupan
sehari-hari
Motivasi Memotivasi siswa dengan
memberikan contoh tentang
manfaat mempelajari pengertian, √
konsep, jenis-jenis memori
eksternal, dan magnetic disk.
2. Kegiatan Konstruktivisme Menggali pemahaman siswa
Inti mengenai pengertian, konsep,
jenis-jenis, memori eksternal, √
dan magnetic disk melalui
pertanyaan-pertanyaan singkat
Inkuiri Menjelaskan materi tentang
memori eksternal dengan

menggunakan slide presentasi
power point.
Menanyakan konsep mengenai
pengertian, konsep, jenis-jenis
memori eksternal, dan magnetic

disk yang terkait dengan isi
power point yang sudah
ditampilkan.
Bertanya Menerapkan metode inquiri
based learning dengan tegas dan
santun.
- Memberikan masalah
berupa pertanyaan
mengenai materi pengertian,
konsep, jenis-jenis memori
eksternal, dan magnetic
disk.
- Memberikan contoh berupa
langkah identifikasi
masalah.
- Mengarahkan siswa untuk √
membagi sub materi yang
dibahas.
- Mengharuskan siswa
melakukan sharing
pengetahuan kepada
kelompok. Guru melakukan
penilaian selama
pembelajaran berlangsung.
- Menyuruh siswa
mendemonstrasikan hasil
diskusi dalam bentuk
laporan.
188

- Mendorong siswa untuk


aktif ke dalam pembelajaran
melalui pertanyaan terkait
dengan masalah tersebut.
- Melakukan tanya-jawab
mengenai hasil presentasi.
- Menambahkan dan
menyempurnakan jawaban
dari siswa yang kurang
tepat.
- Memberikan apresiasi
terhadap kelompok yang
melakukan presentasi.
Pemodelan Memberikan contoh nyata terkait
materi pengertian, konsep, jenis-

jenis memori eksternal, dan
magnetic disk.
Penilaian Guru memberikan tes individu
Autentik terkait dengan materi pengertian,
konsep, jenis-jenis memori

eksternal, dan magnetic disk
yang sudah disampaikan dengan
tegas dan bertanggungjawab.
3. Kegiatan Refleksi Meminta siswa menyimpulkan
Penutup hasil pembelajaran yang telah √
dipelajari.
Analisa Memberikan kesempatan pada
Pembelajaran siswa untuk bertanya materi

yang belum dimengerti dari hasil
diskusi yang telah dilakukan.
Tindak lanjut Menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan
selanjutnya dan meminta siswa
untuk mencari dan mempelajari √
materi tersebut dari internet
maupun buku dengan tegas dan
santun
Do’a Meminta ketua kelas untuk
memimpin do’a untuk
mengakhiri pelajaran dan guru √
mengikuti kegiatan berdo’a
secara khusuk
Salam penutup Mengakhiri kegiatan
pembelajaran dan mengucapkan √
salam dengan lembut dan santun.
189
190

Lampiran 27. Keterlaksanaan Model CTL Hari Kedua Oleh Abdul Widodo.

LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN


MENGGUNAKAN MODEL CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Sekolah : SMK Negeri 11 Malang


Mata Pelajaran : Sistem Komputer
Kelas / Semester : X / Genap
Waktu : 2 x 45 menit
Kompetensi Dasar : 3.7 Memahami media penyimpanan data eksternal (magnetic disk,
optical disk dan magnetic tape)
4.7 Membedakan beberapa alternatif pemakaian beberapa media
penyimpan data (magnetic disk, optical disk dan magnetic
tape)
A. Petunjuk Penilaian

Memberi tanda cek (√) untuk menilai setiap komponen pada kolom penilaian sesuai dengan
kriteria berikut ini:

1 : Guru/siswa tidak melakukan tahap-tahap pembelajaran

2 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran tetapi masih kurang sesuai

3 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sesuai

4 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sangat sesuai

B. Tabel Penilaian
Aspek Ketercapaian
No Penilaian Indikator Kegiatan Guru/Siswa 1 2 3 4
1. Kegiatan Membuka pembelajaran dengan

Awal salam
Salam Pembuka
Meminta ketua kelas memimpin
dan Doa
doa sebelum memulai kegiatan √
pembelajaran
Melakukan presensi terhadap
Presensi siswa dengan membaca nama √
siswa satu-persatu
Apersepsi Memberikan gambaran tentang
pentingnya memahami materi √
pengertian, konsep, jenis-jenis
191

memori eksternal, dan magnetic


disk dari suatu keadaan atau
fenomena pada kehidupan
sehari-hari
Motivasi Memotivasi siswa dengan
memberikan contoh tentang
manfaat mempelajari pengertian, √
konsep, jenis-jenis memori
eksternal, dan magnetic disk.
2. Kegiatan Konstruktivisme Menggali pemahaman siswa
Inti mengenai pengertian, konsep,
jenis-jenis, memori eksternal, √
dan magnetic disk melalui
pertanyaan-pertanyaan singkat
Inkuiri Menjelaskan materi tentang
memori eksternal dengan

menggunakan slide presentasi
power point.
Menanyakan konsep mengenai
pengertian, konsep, jenis-jenis
memori eksternal, dan magnetic

disk yang terkait dengan isi
power point yang sudah
ditampilkan.
Bertanya Menerapkan metode inquiri
based learning dengan tegas dan
santun.
- Memberikan masalah
berupa pertanyaan
mengenai materi pengertian,
konsep, jenis-jenis memori
eksternal, dan magnetic
disk.
- Memberikan contoh berupa
langkah identifikasi
masalah.
- Mengarahkan siswa untuk √
membagi sub materi yang
dibahas.
- Mengharuskan siswa
melakukan sharing
pengetahuan kepada
kelompok. Guru melakukan
penilaian selama
pembelajaran berlangsung.
- Menyuruh siswa
mendemonstrasikan hasil
diskusi dalam bentuk
laporan.
192

- Mendorong siswa untuk


aktif ke dalam pembelajaran
melalui pertanyaan terkait
dengan masalah tersebut.
- Melakukan tanya-jawab
mengenai hasil presentasi.
- Menambahkan dan
menyempurnakan jawaban
dari siswa yang kurang
tepat.
- Memberikan apresiasi
terhadap kelompok yang
melakukan presentasi.
Pemodelan Memberikan contoh nyata terkait
materi pengertian, konsep, jenis-

jenis memori eksternal, dan
magnetic disk.
Penilaian Guru memberikan tes individu
Autentik terkait dengan materi pengertian,
konsep, jenis-jenis memori

eksternal, dan magnetic disk
yang sudah disampaikan dengan
tegas dan bertanggungjawab.
3. Kegiatan Refleksi Meminta siswa menyimpulkan
Penutup hasil pembelajaran yang telah √
dipelajari.
Analisa Memberikan kesempatan pada
Pembelajaran siswa untuk bertanya materi

yang belum dimengerti dari hasil
diskusi yang telah dilakukan.
Tindak lanjut Menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan
selanjutnya dan meminta siswa
untuk mencari dan mempelajari √
materi tersebut dari internet
maupun buku dengan tegas dan
santun
Do’a Meminta ketua kelas untuk
memimpin do’a untuk
mengakhiri pelajaran dan guru √
mengikuti kegiatan berdo’a
secara khusuk
Salam penutup Mengakhiri kegiatan
pembelajaran dan mengucapkan √
salam dengan lembut dan santun.
193
194

Lampiran 28. Keterlaksanaan Model E-NE Hari Pertama Oleh Ismanu Rahadi, S.H.

LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN


MENGGUNAKAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES

Sekolah : SMK Negeri 11 Malang


Mata Pelajaran : Sistem Komputer
Kelas / Semester : X / Genap
Waktu : 2 x 45 menit
Kompetensi Dasar : 3.7 Memahami media penyimpanan data eksternal (magnetic disk,
optical disk dan magnetic tape)
4.7 Membedakan beberapa alternatif pemakaian beberapa media
penyimpan data (magnetic disk, optical disk dan magnetic
tape)
A. Petunjuk Penilaian

Memberi tanda cek (√) untuk menilai setiap komponen pada kolom penilaian sesuai dengan
kriteria berikut ini:

1 : Guru/siswa tidak melakukan tahap-tahap pembelajaran

2 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran tetapi masih kurang sesuai

3 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sesuai

4 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sangat sesuai

B. Tabel Penilaian
Aspek Ketercapaian
No Penilaian Indikator Kegiatan Guru/Siswa 1 2 3 4
1. Kegiatan Membuka pembelajaran dengan

Awal salam
Salam Pembuka
Meminta ketua kelas memimpin
dan Doa
doa sebelum memulai kegiatan √
pembelajaran
Melakukan presensi terhadap
Presensi siswa dengan membaca nama √
siswa satu-persatu
Apersepsi Memberikan gambaran tentang
pentingnya memahami materi √
pengertian, konsep, jenis-jenis
195

memori eksternal, dan magnetic


disk dari suatu keadaan atau
fenomena pada kehidupan
sehari-hari
Motivasi Memotivasi siswa dengan
memberikan contoh tentang
manfaat mempelajari pengertian, √
konsep, jenis-jenis memori
eksternal, dan magnetic disk.
2. Kegiatan Explorasi Mempersiapkan gambar-gambar
Inti (gambar contoh dan bukan

contoh) yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Memperlihatkan gambar
mengenai materi memori
eksternal kepada siswa dengan √
cara ditempelkan di papan tulis
atau ditayangkan melalui LCD.
Membagi kelompok 4 – 5
peserta didik untuk berdiskusi

dan menganalisa gambar dan
dicatat pada kertas.
Elaborasi Memberi petunjuk dan
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memperhatikan atau
menganalisis gambar-gambar

seputar pengertian, konsep,
jenis-jenis memori eksternal, dan
magnetic disk yang
diperlihatkan.
Berdiskusi dalam kelompok 4 –
5 orang siswa, hasil diskusi dari
analisis gambar tersebut dicatat √
oleh kelompok masing-masing
pada kertas.
Setiap kelompok diberi
kesempatan membacakan hasil √
diskusinya
Mulai dari hasil diskusi siswa,
guru menjelaskan materi

pembelajaran sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
Konfirmasi Bertanya kepada peserta didik
apakah ada yang belum

dipahami atau kurang jelas dari
materi yang diberikan
Menjelaskan kembali materi
yang belum dipahami atau √
kurang jelas bagi siswa
196

Guru dan siswa Bertanya-jawab


meluruskan kesalahan

pemahaman dan memberikan
penguatan.
Penilaian Memberikan tes individu terkait
Autentik dengan materi pengertian,
konsep, jenis-jenis memori

eksternal, dan magnetic disk
yang sudah disampaikan dengan
tegas dan bertanggungjawab.
3. Kegiatan Refleksi Meminta siswa menyimpulkan
Penutup hasil pembelajaran yang telah √
dipelajari.
Analisa Memberikan kesempatan pada
Pembelajaran siswa untuk bertanya materi

yang belum dimengerti dari hasil
diskusi yang telah dilakukan.
Tindak lanjut Menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan
selanjutnya dan meminta siswa
untuk mencari dan mempelajari √
materi tersebut dari internet
maupun buku dengan tegas dan
santun
Do’a Meminta ketua kelas untuk
memimpin do’a untuk
mengakhiri pelajaran dan guru √
mengikuti kegiatan berdo’a
secara khusuk
Salam penutup Mengakhiri kegiatan
pembelajaran dan mengucapkan √
salam dengan lembut dan santun.
197

Lampiran 29. Keterlaksanaan Model E-NE Hari Pertama Oleh Observer 2

LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN


MENGGUNAKAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES

Sekolah : SMK Negeri 11 Malang


Mata Pelajaran : Sistem Komputer
Kelas / Semester : X / Genap
Waktu : 2 x 45 menit
Kompetensi Dasar : 3.7 Memahami media penyimpanan data eksternal (magnetic disk,
optical disk dan magnetic tape)
4.7 Membedakan beberapa alternatif pemakaian beberapa media
penyimpan data (magnetic disk, optical disk dan magnetic
tape)
A. Petunjuk Penilaian

Memberi tanda cek (√) untuk menilai setiap komponen pada kolom penilaian sesuai dengan
kriteria berikut ini:

1 : Guru/siswa tidak melakukan tahap-tahap pembelajaran

2 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran tetapi masih kurang sesuai

3 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sesuai

4 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sangat sesuai

B. Tabel Penilaian
Aspek Ketercapaian
No Penilaian Indikator Kegiatan Guru/Siswa 1 2 3 4
1. Kegiatan Membuka pembelajaran dengan

Awal salam
Salam Pembuka
Meminta ketua kelas memimpin
dan Doa
doa sebelum memulai kegiatan √
pembelajaran
Melakukan presensi terhadap
Presensi siswa dengan membaca nama √
siswa satu-persatu
Apersepsi Memberikan gambaran tentang
pentingnya memahami materi √
pengertian, konsep, jenis-jenis
198

memori eksternal, dan magnetic


disk dari suatu keadaan atau
fenomena pada kehidupan
sehari-hari
Motivasi Memotivasi siswa dengan
memberikan contoh tentang
manfaat mempelajari pengertian, √
konsep, jenis-jenis memori
eksternal, dan magnetic disk.
2. Kegiatan Explorasi Mempersiapkan gambar-gambar
Inti (gambar contoh dan bukan

contoh) yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Memperlihatkan gambar
mengenai materi memori
eksternal kepada siswa dengan √
cara ditempelkan di papan tulis
atau ditayangkan melalui LCD.
Membagi kelompok 4 – 5
peserta didik untuk berdiskusi

dan menganalisa gambar dan
dicatat pada kertas.
Elaborasi Memberi petunjuk dan
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memperhatikan atau
menganalisis gambar-gambar

seputar pengertian, konsep,
jenis-jenis memori eksternal, dan
magnetic disk yang
diperlihatkan.
Berdiskusi dalam kelompok 4 –
5 orang siswa, hasil diskusi dari
analisis gambar tersebut dicatat √
oleh kelompok masing-masing
pada kertas.
Setiap kelompok diberi
kesempatan membacakan hasil √
diskusinya
Mulai dari hasil diskusi siswa,
guru menjelaskan materi

pembelajaran sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
Konfirmasi Bertanya kepada peserta didik
apakah ada yang belum

dipahami atau kurang jelas dari
materi yang diberikan
Menjelaskan kembali materi
yang belum dipahami atau √
kurang jelas bagi siswa
199

Guru dan siswa Bertanya-jawab


meluruskan kesalahan

pemahaman dan memberikan
penguatan.
Penilaian Memberikan tes individu terkait
Autentik dengan materi pengertian,
konsep, jenis-jenis memori

eksternal, dan magnetic disk
yang sudah disampaikan dengan
tegas dan bertanggungjawab.
3. Kegiatan Refleksi Meminta siswa menyimpulkan
Penutup hasil pembelajaran yang telah √
dipelajari.
Analisa Memberikan kesempatan pada
Pembelajaran siswa untuk bertanya materi

yang belum dimengerti dari hasil
diskusi yang telah dilakukan.
Tindak lanjut Menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan
selanjutnya dan meminta siswa
untuk mencari dan mempelajari √
materi tersebut dari internet
maupun buku dengan tegas dan
santun
Do’a Meminta ketua kelas untuk
memimpin do’a untuk
mengakhiri pelajaran dan guru √
mengikuti kegiatan berdo’a
secara khusuk
Salam penutup Mengakhiri kegiatan
pembelajaran dan mengucapkan √
salam dengan lembut dan santun.
200

Lampiran 30. Keterlaksanaan Model E-NE Hari Kedua Oleh Observer 1

LEMBAR OBSERVASI KETERLAKSANAAN PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN


MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES

Sekolah : SMK Negeri 11 Malang


Mata Pelajaran : Sistem Komputer
Kelas / Semester : X / Genap
Waktu : 2 x 45 menit
Kompetensi Dasar : 3.7 Memahami media penyimpanan data eksternal (magnetic disk,
optical disk dan magnetic tape)
4.7 Membedakan beberapa alternatif pemakaian beberapa media
penyimpan data (magnetic disk, optical disk dan magnetic tape)
A. Petunjuk Penilaian

Memberi tanda cek (√) untuk menilai setiap komponen pada kolom penilaian sesuai dengan
kriteria berikut ini:

1 : Guru/siswa tidak melakukan tahap-tahap pembelajaran

2 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran tetapi masih kurang sesuai

3 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sesuai

4 : Guru/siswa melakukan tahap-tahap pembelajaran dengan sangat sesuai

B. Tabel Penilaian
Aspek Ketercapaian
No Penilaian Indikator Kegiatan Guru/Siswa 1 2 3 4
1. Kegiatan Membuka pembelajaran dengan

Awal salam
Salam Pembuka
Meminta ketua kelas memimpin
dan Doa
doa sebelum memulai kegiatan √
pembelajaran
Melakukan presensi terhadap
Presensi siswa dengan membaca nama √
siswa satu-persatu
201

Apersepsi Memberikan gambaran tentang


pentingnya memahami materi
pengertian, konsep, jenis-jenis
memori eksternal, dan magnetic √
disk dari suatu keadaan atau
fenomena pada kehidupan
sehari-hari
Motivasi Memotivasi siswa dengan
memberikan contoh tentang
manfaat mempelajari pengertian, √
konsep, jenis-jenis memori
eksternal, dan magnetic disk.
2. Kegiatan Explorasi Mempersiapkan gambar-gambar
Inti (gambar contoh dan bukan

contoh) yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
Memperlihatkan gambar
mengenai materi memori
eksternal kepada siswa dengan √
cara ditempelkan di papan tulis
atau ditayangkan melalui LCD.
Membagi kelompok 4 – 5
peserta didik untuk berdiskusi

dan menganalisa gambar dan
dicatat pada kertas.
Elaborasi Memberi petunjuk dan
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk memperhatikan atau
menganalisis gambar-gambar

seputar pengertian, konsep,
jenis-jenis memori eksternal, dan
magnetic disk yang
diperlihatkan.
Berdiskusi dalam kelompok 4 –
5 orang siswa, hasil diskusi dari
analisis gambar tersebut dicatat √
oleh kelompok masing-masing
pada kertas.
Setiap kelompok diberi
kesempatan membacakan hasil √
diskusinya
Mulai dari hasil diskusi siswa,
guru menjelaskan materi

pembelajaran sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai.
202

Konfirmasi Bertanya kepada peserta didik


apakah ada yang belum

dipahami atau kurang jelas dari
materi yang diberikan
Menjelaskan kembali materi
yang belum dipahami atau √
kurang jelas bagi siswa
Guru dan siswa Bertanya-jawab
meluruskan kesalahan

pemahaman dan memberikan
penguatan.
Penilaian Memberikan tes individu terkait
Autentik dengan materi pengertian,
konsep, jenis-jenis memori

eksternal, dan magnetic disk
yang sudah disampaikan dengan
tegas dan bertanggungjawab.
3. Kegiatan Refleksi Meminta siswa menyimpulkan
Penutup hasil pembelajaran yang telah √
dipelajari.
Analisa Memberikan kesempatan pada
Pembelajaran siswa untuk bertanya materi

yang belum dimengerti dari hasil
diskusi yang telah dilakukan.
Tindak lanjut Menyampaikan materi yang akan
dipelajari pada pertemuan
selanjutnya dan meminta siswa
untuk mencari dan mempelajari √
materi tersebut dari internet
maupun buku dengan tegas dan
santun
Do’a Meminta ketua kelas untuk
memimpin do’a untuk
mengakhiri pelajaran dan guru √
mengikuti kegiatan berdo’a
secara khusuk
Salam penutup Mengakhiri kegiatan
pembelajaran dan mengucapkan √
salam dengan lembut dan santun.
203
204

Lampiran 31. Tabel Indikator Menurut Ennis

Tabel 2.1 Dua Belas Indikator Keterampilan Berpikir Kritis

No. Kelompok Indikator Sub Indikator


1. Memberikan Memfokuskan pertanyaan • Mengidentifikasi atau merumuskan
penjelasan pertanyaan
sederhana • Mengidentifikasi atau merumuskan
kriteria untuk mempertimbangkan
kemungkinan jawaban
• Menjaga kondisi berpikir
Menganalisis argumen • Mengidentifikasi kesimpulan
• Mengidentifikasi kalimat-kalimat
pertanyaan
• Mengidentifikasi kalimat-kalimat
bukan pertanyaan
• Mengidentifikasi dan menangani
suatu ketidaktepatan
• Melihat struktur dari suatu argumen
• Membuat ringkasan
Bertanya dan menjawab • Memberikan penjelasan sederhana
pertanyaan • Menyebutkan contoh
2. Membangun Mempertimbangkan • Mempertimbangkan
keterampilan apakah sumber dapat • Mempertimbangkan kemenarikan
dasar dipercaya atau tidak konflik
• Mempertimbangkan kesesuaian
sumber
• Mempertimbangkan penggunaan
prosedur yang tepat
• Mempertimbangkan risiko untuk
reputasi
• Kemampuan untuk memberikan
alasan
Mengobservasi dan • Melibatkan sedikit dugaan
mempertimbangkan • Menggunakan waktu yang singkat
laporan observasi antara observasi dan laporan
• Melaporkan hasil observasi
• Merekam hasil observasi
• Menggunakan bukti-bukti yang
benar
• Menggunakan akses yang baik
• Menggunakan teknologi
• Mempertanggungjawabkan hasil
observasi
3. Menyimpulkan Mendeduksi dan • Siklus logika Euler
mempertimbangkan hasil • Mengkondisikan logika
deduksi • Menyatakan tafsiran
Menginduksi dan • Mengemukakan hal yang umum
mempertimbangkan hasil • Mengemukakan kesimpulan dan
induksi hipotesis
• Mengemukakan hipotesis
• Merancang eksperimen
• Menarik kesimpulan sesuai fakta
205

• Menarik kesimpulan dari hasil


menyelidiki
Membuat dan • Membuat dan menentukan hasil
menentukan hasil pertimbangan berdasarkan latar
pertimbangan belakang fakta-fakta
• Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan akibat
• Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan berdasarkan
penerapan fakta
• Membuat dan menentukan hasil
pertimbangan
4. Memberikan Mendefinisikan istilah • Membuat bentuk definisi
penjelasan lanjut dan mempertimbangkan • Strategi membuat definisi
suatu definisi • Bertindak dengan memberikan
penjelasan lanjut
• mengidentifikasi dan menangani
ketidakbenaran yg disengaja
• Membuat isi definisi
Mengidentifikasi asumsi- • Penjelasan bukan pernyataan
asumsi • Mengonstruksi argumen
5 Mengatur strategi Menentukan suatu • Mengungkap masalah
dan taktik tindakan • Memilih kriteria untuk
mempertimbangkan solusi yang
mungkin
• Merumuskan solusi alternatif
• Menentukan tindakan sementara
• Mengulang kembali
• Mengamati penerapannya
Berinteraksi dengan • Menggunakan argumen
orang lain • Menggunakan strategi logika
• Menggunakan strategi retorika
• Menunjukkan posisi, orasi, atau
tulisan
206

Lampiran 32. Dokumentasi Penelitian


207
208

Lampiran 33. Surat Penelitian


209

Lampiran 34. Kartu Bimbingan Skripsi


210
211
212
213

Lampiran 34. Riwayat Hidup Penulis

Singgih Adie Kurniawan lahir di Banyuwangi pada tanggal 17 Maret 1996. Merupakan anak
pertama dari 2 bersaudara dari pasangan Bapak Adi Yoso dan Ibu Sri Wati. Asal tempat tinggal
dari Dusun Krajan RT. 05 RW. 01 Desa Alasmalang Kec. Singojuruh Kab. Banyuwangi. Selama
diperantauan penulis tinggal di Jalan Mawar Gang 1 No. 20 Kec. Lowokwaru Kota Malang.

Peneliti pernah menempuh Pendidikan formal di SDN 2 Alasmalang lulus tahun 2008, SMPN 1
Rogojampi lulus tahun 2011, SMAN 1 Rogojampi lulus tahun 2014. Ditahun yang sama setelah
lulus dari SMA, peneliti melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi di Universitas Negeri Malang
dengan mengikuti program studi S1 Pendidikan Teknik Informatika. Sampai dengan penulisan
skripsi ini, penulis masih berstatus sebagai mahasiswa aktif Universitas Negeri Malang.

Anda mungkin juga menyukai