Anda di halaman 1dari 12

Interaksi Keaktifan Belajar dengan Penerapan Model

Pembelajaran CPS dan Model Pembelajaran PS


Berbantuan Simulasi Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa
SMK

Hafizhah Nashiroh
S1 Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang
hafizhah.4fi@gmail.com

Setiadi Cahyono Putro


S1 Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang
setiadi.cahyono.ft@gmail.com

Slamet Wibawanto
S1 Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Malang
slamet.wibawanto.ft@um.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) deskripsi hasil belajar Dasar dan
Pengukuran Listrik yang dipengaruhi oleh interaksi keaktifan dan penerapan model
pembelajaran; (2) menguji signifikansi interaksi keaktifan siswa dan model
pembelajaran terhadap hasil belajar; (3) menguji signifikansi antar kelas keaktifan siswa
dan penerapan variasi model pembelajaran terhadap hasil belajar; dan (4) mengetahui
perbedaan hasil belajar yang paling signifikan antar pasangan kelas. Desain penelitian
yang digunakan adalah true experimental dengan rancangan factorial 2 x 2. Subjek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dua kelas dari siswa kelas X program keahlian
Teknik Pembangkit Tenaga Listrik. Kedua kelas tersebut akan dikelompokkan menjadi
4 kelompok berdasarkan tingkat keaktifan belajar dengan penerapan model
pembelajaran berbantuan simulasi. Pengelompokan dilakukan secara acak berdasarkan
tingkat keaktifan belajar dengan cara observasi pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung dengan indikator-indikator yang sudah ditentukan. Uji hipotesis yang
digunakan adalah uji ANOVA dua jalur untuk mengetahui adanya interaksi dan
perbedaan hasil belajar Dasar dan Pengukuran Listrik berdasarkan tingkat keaktifan
belajar dengan penerapan variasi model pembelajaran berbantuan simulasi. Uji hipotesis
selanjutnya adalah uji Post-Hoc Comparasion digunakan untuk mengetahui kelompok
hasil belajar yang paling berbeda.

Kata Kunci: hasil belajar, keaktifan belajar, Creative Problem Solving, Problem
Solving, simulasi

Abstract
This research aims to determine: (1) a description of the learning outcomes Basic and
Electrical Measurements were influenced by the interaction of activity and application
of learning models; (2) to test the significance of the interaction of student activity and
learning model on learning outcomes; (3) test the significance of inter-class activity of
students and application of the learning model variation on learning outcomes; and (4)
determine differences in learning outcomes between the most significant class mates.
Design research is true experimental design with factorial 2 x 2. The subjects used in
this study are two classes of class X student membership program Power Plant
Engineering in SMK PGRI 3 Malang. Both of these classes will be grouped into 4
groups based on the level of activity of learning with simulation-aided learning model
application. Grouping is done randomly based on level of activity of learning by
observation at the time of learning activities take place with the indicators that have
been determined. Hypothesis test used was two way ANOVA to determine their
interaction and learning outcomes Basic differences and Electrical Measurements based
on the level of activity studied with the application of assisted learning model variation
simulation.

Keyword: learning result, activity studied, Creative Problem Solving, Problem


Solving, simulation

PENDAHULUAN
Pembelajaran merupakan suatu hakikatnya untuk mengembangkan
kegiatan interaksi antara guru dengan aktivitas dan kreatifitas siswa melalui
peserta didik dalam melakukan berbagai interaksi dan pengalaman
kegiatan belajar dan mengajar. belajar. Keaktifan belajar siswa
Interaksi belajar mengajar akan merupakan unsur dasar yang dapat
berlangsung ketika peserta didik mempengaruhi proses pembelajaran.
melakukan aktivitas dalam belajar. Indikator-indikator keaktifan belajar
Belajar merupakan akibat adanya yaitu: (1) visual activity; (2) oral
interaksi antara stimulus dan respons. activity; (3) listening activity; (4)
Seseorang dianggap telah belajar jika writing activity; (5) motor activity; (6)
dia dapat menunjukkan perubahan mental activity; dan (7) emotional
perilakunya (Thobroni, 2016:56). activity. Indikator dari keaktifan
Proses pembelajaran yang berlangsung belajar siswa bukan hanya dari diri
terdiri dari dua kegiatan utama yaitu sendiri tetapi juga akan timbul atau
proses belajar dan mengajar. Kegiatan muncul jika terdapat dorongan dari
belajar dilakukan oleh siswa dan orang lain seperti guru, siswa lain serta
kegiatan mengajar dilakukan oleh guru situasi dan kondisi dalam proses
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.
pembelajaran (Thobroni, 2016). Peran guru dalam pembelajaran
Aktivitas siswa dalam proses yaitu membuat desain instruksional,
pembelajaran adalah indikasi bahwa menyelenggarakan kegiatan belajar
siswa mempunyai keinginan untuk mengajar, bertindak mengajar atau
belajar. Aunurrahman (2012:119) membelajarkan, mengevaluasi hasil
Keaktifan anak dalam belajar belajar siswa yang burapa dampak
merupakan persoalan yang penting dan pengajara (Dimyati dan Mudjiono,
mendasar yang harus dipahami, 2013:5). Sehingga dengan mengetahui
disadari dan dikembangkan oleh setiap tingkat keaktifan belajar sebagai salah
guru di dalam proses pembelajaran. satu faktor internal siswa dalam belajar
Sardiman (2011:98) mengemukakan akan meninggkatkan kualitas
bahwa proses pembelajaran pada pembelajaran. Selain itu faktor
eksternal dari sebagai stimulus dalam hasil belajar Dasar dan Pengukuran
proses pembelajaran juga perlu Listrik antara kelompok siswa dengan
diperhatikan. Salah satunya tingkat keaktifan tinggi yang
penggunaan variasi model menggunakan model pembelajaran
pembelajaran yang dilakukan dalam Problem Solving berbantuan simulasi,
proses pembelajaran akan kelompok siswa dengan tingkat
meningkatkan keaktifan belajar siswa keaktifan rendah yang menggunakan
dan kreatifitas siswa dalam proses model pembelajaran Problem Solving
pembelajaran. Interaksi belajar berbantuan simulasi, kelompok siswa
mengajar diperlukan langkah-langkah dengan tingkat keaktifan tinggi yang
yang direncanakan, didesain untuk menggunakan model pembelajaran
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Creative Problem Solving berbantuan
Menurut Prim dan Trabasso (2005) simulasi, dan kelompok siswa dengan
langkah-langkah yang dilakukan tingkat keaktifan rendah yang
dalam menerapkan model menggunakan model pembelajaran
pembelajaran Problem Solving terdiri Creative Problem Solving berbantuan
dari lima fase yaitu: (1) define the simulasi.
problem, (2) model the problem, (3)
analyze the problem, (4) solve the METODE
problem, dan (5) synthesis of the Penelitian ini bertujuan untuk
problem. untuk mengetahui perbandingan
Langkah-langkah model keefektifan dari dua model
pembelajaran Creative Problem pembelajaran yang akan diterapkan
Solving menurut Shoimin (2014:57) untuk siswa yang mempunyai tingkat
terdiri atas empat langkah utama yaitu: keaktifan belajar rendah dan tingkat
(1) klasifikasi masalah; (2) keaktifan belajar tinggi. Penelitian ini
pengungkapan pendapat; (3) evaluasi menggunakan rancangan penelitian
dan pemilihan; dan (4) implementasi. True Experiment Design dengan
Pada tahap klarifikasi masalah bentuk posttest only control design
meliputi pemberian penjelasan pada karena sampel dipilih secara acak.
siswa tentang masalah yang diajukan Desain penelitian ini menggunakan
agar siswa dapat memahami factorial 2x2 karena melibatkan lebih
permasalahan dan penyelesaian seperti dari satu variabel bebas. Variabel
apa yang diharapkan. Guru bertugas bebas tersebut adalah tingkat
sebagai fasilitator untuk membimbing keaktifan belajar dan penerapan model
siswa agar siswa terarah dan tidak pembelajaran berbantuan simulasi.
keluar dari permasalahan. Pada tahap Subjek penelitian pada
pengungkapan pendapat, siswa penelitian ini adalah siswa kelas X
diberikan kebebasan untuk Teknik Pembangkit Tenaga Listrik
menyampaiakan pendapat tentang (TPTL) di SMK PGRI 3 Malang.
berbagai macam strategi dan alternatif Subjek penelitian sebanyak 2 kelas
penyelesaian masalah sehingga proses yaitu kelas X PB A sejumlah 30 siswa
berpikir kritis lebih kuat. dan kelas X PB B sejumlah 31 siswa.
Tujuan dari penelitian ini Kedua kelas tersebut dikelompokkan
adalah menguji signifikansi perbedaan
berdasarkan tingkat keaktifan belajar, kategori yaitu siswa dengan tingkat
yaitu kelompok siswa dengan keaktifan tinggi dan siswa dengan
keaktifan rendah dan kelompok siswa tingkat keaktifan rendah.
dengan keaktifan tinggi. Kelompok
siswa berdasarkan tingkat keaktifan HASIL
belajar dibagi menjadi empat Data hasil belajar adalah data
kelompok berdasarkan model hasil belajar setelah diberi perlakuan
pembelajaran yang diberikan. berupa penerapan model pembelajaran.
Data yang akan dikumpulkan Data hasil penelitian ini terdiri dari data
adalah data dari empat kelas hasil belajar pengetahuan dan
eksperimen yang berbeda yaitu kelas keterampilan. Hasil belajar pengetahuan
siswa tingkat keaktifan tinggi dengan didapatkan dari hasil nilai posttest siswa.
model PS berbantuan simulasi (PS1), Berdasarkan hasil penelitian pada hasil
siswa tingkat keaktifan rendah dengan pengetahuan diketahui bahwa rata-rata
model PS berbantuan simulasi (PS2), tertinggi pada kelompok tingkat
siswa tingkat keaktifan tinggi dengan keaktifan tinggi dengan model PS
model CPS berbantuan simulasi berbantuan simulasi yaitu 86.66.
(CPS1), dan siswa tingkat keaktifan Sedangkan untuk nilai rata-rata
rendah dengan model CPS berbantuan terendah didapatkan pada kelas siswa
simulasi CPS2. keaktifan rendah dengan model CPS
Tahap pengumpulan data yang berbantuan simulasi dengan rata-rata
dilakukan pada penelitian meliputi tes nilai hasil pengetahuan 75.81.
Berdasarkan hasil penelitian pada hasil
akhir digunakan untuk mengetahui
keterampilan diketahui bahwa rata-rata
tingkat pemahaman siswa setelah
diberikan perlakuan. Soal posttest nilai hasil pengetahuan tertinggi pada
berupa pilihan ganda yang diberikan kelompok tingkat keaktifan tinggi
pada siswa setelah mengikuti proses dengan model PS berbantuan simulasi
pembelajaran. Soal posttest digunakan yaitu 92.46. Sedangkan untuk nilai
untuk mengukur hasil belajar rata-rata terendah didapatkan pada
pengetahuan Dasar dan Pengukuran kelas siswa keaktifan rendah dengan
Listrik. model pembelajaran CPS berbantuan
Selanjutnya lembar observasi simulasi dengan rata-rata nilai hasil
pada penelitian ini berfungsi untuk pengetahuan 82.56.
Analisis data hasil belajar siswa
pengumpulan data yang meliputi: (1)
meliputi uji normalitas, uji homogenitas,
tingkat keaktifan belajar siswa; dan dan uji hipotesis. Hasil uji normalitas pada
(2) hasil belajar keterampilan. hasil belajr pengetahuan ditunjukkan pada
Pengumpulan data tingkat keaktifan Tabel 1.
siswa diambil sebelum subjek diberi Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar
perlakuan dengan metode yang telah Pengetahuan
direncanakan. Pengumpulan data Kelas Nilai Sig. Keterangan
tingkat keaktifan siswa dilakukan PS1 0.200 Normal
dengan observasi saat proses PS2 0.200 Normal
pembelajaran pada kelas yang akan CPS1 0.200 Normal
CPS2 0.200 Normal
dilakukan eksperimen. Kemudian
siswa dikelompokkan menjadi dua
Berdasarkan Tabel 1. dapat Tabel 3. Hasil Uji Homogenitas Hasil
diketahui bahwa hasil uji normalitas Belajar Pengetahuan Siswa
F df1 df2 Sig. Keterang
hasil belajar pengetahuan pada an
keempat kelas memiliki nilai 0.434 3 57 0.730 Homoge
signifikansi > 0,05 maka dapat n
dinyatakan bahwa data nilai hasil
belajar pengetahuan terdistribusi Berdasarkan Tabel 3. dapat
normal. Sedangkan hasil uji normalitas diketahui bahwa nilai signifikansi
hasil belajar keterampilan dapat dilihat homogenitas sebesar 0,730 yang
pada Tabel 2. berarti nilai signifikansi tersebut lebih
dari 0,05 sehingga nilai hasil belajar
pengetahuan memiliki varian yang
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar
Keterampilan sama. Hasil uji homogenitas hasil
Kelas Nilai Sig. Keterangan belajar pengetahuan selengkapnya
PS1 0.059 Normal dapat dilihat pada Lampiran 30
PS2 0.200 Normal halaman 339. Hasil uji homogenitas
CPS1 0.100 Normal hasil belajar keterampilan dapat dilihat
CPS2 0.200 Normal
pada Tabel 4.
Uji normalitas hasil belajar Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Hasil
keterampilan Dasar dan Pengukuran Belajar Keterampilan Siswa
Listrik pada kelas PS1 memiliki nilai F df1 df2 Sig. Keteran
signifikansi sebesar 0,059. Nilai gan
0.243 3 57 0.86 Homog
signifikansi uji normalitas hasil belajar 6 en
keterampilan kelompok PS2 sebesar
0,200. Nilai signifikansi uji normalitas Berdasarkan Tabel 4. dapat
hasil belajar keterampilan kelompok diketahui bahwa hasil uji homogenitas
CPS1 sebesar 0,100. Nilai signifikansi hasil belajar keterampilan pada
uji normalitas hasil belajar keempat kelompok memperoleh nilai
keterampilan dan sikap kelompok signifikansi lebih dari taraf signifikansi
CPS2 sebesar 0,200. Keempat 0,05 yaitu sebesar 0,866 yang berarti
kelompok memiliki nilai signifikansi > data homogen.
0,05 maka dapat dinyatakan Uji hipotesis yang dilakukan
terdistribusi normal bahwa data nilai untuk mengetahui interaksi keaktifan
hasil belajar keterampila terdistribusi belajar dengan model pembelajaran
normal. terhadap hasil belajar pengetahuan
Uji Homogenitas dilakukan dilakukan dengan teknik analisis
pada nilai hasil belajar pengetahuan ANOVA dua jalur. Hasil uji hipotesis
dan hasil belajar keterampilan Dasar dengan ANOVA dua jalur dapat
dan Pengukuran Listrik. Hasil uji dilihat pada Tabel 5.
homenitas hasil belajar pengetahuan
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 5. Hasil Uji ANOVA Dua Jalur Hasil perbedaan model pembelajaran
Belajar Pengetahuan terhadap hasil belajar pengetahuan
Source F Sig.
Dasar dan Pengukuran Listrik
Corrected
6.194 0.001 memiliki nilai signifikansi sebesar
Model
Keaktifan 8.676 0.005 0,001 dimana nilai tersebut kurang dari
Model 5.295 0.025 0,005. Berdasarkan Tabel 6. diketahui
Keaktifan * 4.044 0.049 bahwa pada Corrected Model yaitu
Model
perbedaan model pembelajaran
terhadap hasil belajar keterampilan
Berdasarkan Tabel 5. diketahui Dasar dan Pengukuran Listrik
interaksi antara keaktifan dan memiliki nilai signifikansi sebesar
penerapan variasi model pembelajaran 0,000 dimana nilai tersebut kurang dari
memiliki nilali signifikansi dibawah 0,005.
taraf signifikansi 0,05 yaitu 0,049. Uji perbedaan hasil belajar
Berdasarkan nilai signifikansi tersebut dilakukan antar 4 kelompok yang
dapat dinyatakan H01 ditolak yang dilakukan secara factorial. Pertama
artinya terdapat interaksi keaktifan yaitu kelompok PS1 dibandingkan
belajar dan model pembelajaran dengan kelompok PS2. Kedua
terhadap hasil belajar pengetahuan kelompok PS1 dibandingkan dengan
Dasar dan Pengukuran Listrik. Hasil kelompok CPS1. Ketiga, kelompok
uji hipotesis dengan ANOVA dua jalur PS1 dibandingkan dengan kelompok
dapat dilihat pada Tabel 6. CPS2. Keempat, kelompok PS2
dibandingkan dengan kelompok CPS1.
Tabel 6. Hasil Uji ANOVA Dua Jalur Hasil
Belajar Keterampilan Keenam, kelompok PS2 dibandingkan
Source F Sig. dengan kelompok CPS2.
Corrected Uji perbedaan hipotesis ini
62.051 0.000
Model menggunakan teknik uji Post Hoc
Keaktifan 75.756 0.000 Comparison untuk hasil belajar
Model 64.449 0.000
Keaktifan * 40.179 0.000
pengetahuan dapat dilihat pada Tabel
Model 7. dan uji Post Hoc Comparison untuk
hasil belajar keterampilan dapat dilihat
pada Tabel 8.
Berdasarkan Tabel 6. diketahui
interaksi antara keaktifan dan
penerapan variasi model pembelajaran Tabel 4.17 Hasil Uji Post-Hoc Comparison
memiliki nilali signifikansi dibawah Hasil Belajar Pengetahuan
taraf signifikansi 0,05 yaitu 0,000. Dependent Kelas Sig.
Variabel
Berdasarkan nilai signifikansi tersebut Hasil Belajar PS1 PS2 0.913
dapat dinyatakan H01 ditolak yang Pengetahuan PS1 CPS1 0.997
artinya terdapat interaksi keaktifan Dasar dan PS1 CPS2 0.002
belajar dan model pembelajaran Pengukuran PS2 CPS1 0.969
terhadap hasil belajar keterampilan Listrik PS2 CPS2 0.017
Dasar dan Pengukuran Listrik. CPS1 CPS2 0.004
Berdasarkan Tabel 5. diketahui
bahwa pada Corrected Model yaitu
Tabel 4.18 Hasil Uji Post-Hoc Comparison penguatan, dan perbedaan individual.
Hasil Belajar Keterampilan Terkait dengan pernyataan Gagne
Dependent Kelas Sig.
Variabel
keadaan internal dan proses kognitif
Hasil Belajar PS1 PS2 0.255 siswa dalam hal ini berupa keaktifan
Keterampilan PS1 CPS1 0.594 belajar. Sedangkan stimulus berupa
Dasar dan PS1 CPS2 0.000 model pembelajaran berbantuan
Pengukuran PS2 CPS1 0.929 simulasi yang diterapkan. Interaksi
Listrik PS2 CPS2 0.000
antara tingkat keaktifan belajar dan
CPS1 CPS2 0.000
pelaksanaan
Adanya perbedaan yang
PEMBAHASAN signifikan disebabkan oleh adanya
Terkait interaksi tingkat interaksi antara tingkat keaktifan
keaktifan belajar dengan penerapan belajar dengan penerapan model
model pembelajaran terhadap hasil pembelajaran. Putri (2017) dalam
belajar, Dimyati & Mudjiono (2013) skripsinya menyatakan bahwa terdapat
menyatakan hasil belajar merupakan perbedaan yang signifikan pada
hasil dari suatu interaksi tindak belajar interaksi keaktifan siswa dan
dan tindak mengajar. Hasil belajar penerapan model pembelajaran. Siswa
tidak lepas dari pengaruh aktivitas dengan kategori keaktifan tinggi
belajar siswa dan aktivitas mengajar cenderung mendapatkan hasil yang
guru dalam proses pembelajaran. lebih baik daripada siswa dengan
Aktivitas siswa dalam belajar kategori keaktifan rendah. Tingkat
dapat dilihat dari kesungguhan keaktifan belajar akan mempengaruhi
memperhatikan penjelasan guru, proses pembelajaran. Hal ini sesuai
mengajukan pertanyaan terhadap hal dengan menurut Mahindra (2009)
yang belum dipahami, menyampaikan melakukan penelitian tentang faktor
pendapat ataupun ketekunan dalam keaktifan dan mendapatkan hasil
mengerjakan tugas dari guru. Sehingga bahwa prestasi belajar siswa aktif lebih
aktivitas dalam belajar akan baik daripada siswa yang kurang aktif.
memberikan pengaruh yang positif Model pembelajaran berbasis
terhadap hasil belajar dan menentukan masalah (problem solving)
keberhasilan dalam belajar. memfasilitasi siswa untuk berperan
Menurut Gagne (dalam aktif di dalam kelas melalui aktifitas
Dimyati dan Mudjiono, 2006:11) memikirkan masalah yang
menyatakan, belajar terdiri dari berhubungan kehidupan sehari-
komponen penting yaitu interaksi harinya, menemukan prosedur yang
antara keadaan internal dan proses diperlukan untuk menemukan
kognitif siswa dengan stimulus dari informasi yang dibutuhkan,
lingkungan. Dimyati dan Mudjiono memikirkan situasi kontekstual,
(2006:61) menyatakan terdapat memecahkan masalah, dan menyajikan
beberapa prinsip belajar bagi siswa solusi masalah tersebut (Abidin,
meliputi perhatian dan motivasi, 2014:159).
keaktifan, keterlibatan langsung, Sementara pembelajaran
pengulangan, tantangan, balikan dan Creative Problem Solving berbantuan
simulasi sama halnya dengan model
pembelajaran Problem Solving dimungkinkan karena faktor-faktor
berbantuan simulasi. Model yang mempengaruhi hasil belajar
pembelajaran ini juga menekankan selain keaktifan belajar, dimana faktor-
aktifitas siswa dengan memecahkan faktor tersebut bagi siswa keaktifan
permasalahan secara kelompok, namun belajar tinggi relatif sama. Faktor-
pada pembelajaran Creative Problem faktor tersebut diantaranya perhatian
Solving berbantuan simulasi siswa dan motivasi, keterlibatan langsung,
dituntut lebih aktif dalam keterampilan pengulangan, tantangan, balikan dan
pemecahan masalah. Menurut Shoimin penguatan, dan perbedaan individual
(2014:56) model pembelajaran CPS seperti kemandirian dan kemampuan
merupakan variasi dari model menyesuaikan diri dengan sistem yang
pembelajaran dengan pemecahan baru. Kelompok siswa dengan tingkat
masalah melalui teknik sistematis keaktifan tinggi lebih cepat
dalam mengorganisasikan gagasan menyesuaikan diri dengan sistem baru,
kreatif untuk mencari dan menentukan sehingga kelompok siswa tingkat
solusi dari sebuah masalah yang keaktifan tinggi dengan model CPS
mereka hadapi. berbantuan simulasi dapat mengikuti
Hasil belajar tidak hanya proses pembelajaran dengan baik.
dipengaruhi oleh faktor tingkat Terdapat perbedaan rerata hasil
keaktifan belajar saja, melainkan belajar diantara kelompok tingkat
model pembelajaran juga memiliki keaktifan tinggi dengan model
pengaruh. Model pembelajaran pembelajaran PS berbantuan simulasi
Problem Solving berbantuan simulasi dan kelompok keaktifan rendah
sesuai diterapkan pada siswa dengan dengan model pembelajaran CPS
tingkat kekatifan belajar tinggi berbantuan simulasi. Perbedaan rata-
maupun rendah. Sintak model rata hasil belajar tersebut meliputi
pembelajaran Problem Solving hasil belajar pengetahuan maupun
berbantuan simulasi berjalan sesuai hasil belajar keterampilan. Kedua
dengan yang diinginkan pada proses kelompok ini memiliki rata-rata hasil
pembelajaran. Sehingga penerapan belajar paling berbeda. Kelompok PS1
model pembelajaran Problem Solving memiliki rata-rata hasil belajar paling
berbantuan simulasi meningkatkan tinggi dari pada ketiga kelompok
minat belajar kelompok keaktifan lainnya.
belajar rendah. Menurut Muhson Guru dapat mengaktifkan dan
(2012) bahwa penerapan model menstimulus siswa melalui proses
Problem Solving dalam pembelajaran memecahkan masalah dengan
dapat meningkatkan hasil belajar dan pemaparan media simulasi. Selain itu
minat belajar. media simulasi dapat memahamkan
Tidak terdapat perbedaan hasil konteks permasalahan dalam langkah
belajar pengetahuan maupun hasil pembelajaran PS berbantuan simulasi.
belajar keterampilan yang signifikan Pembelajaran dapat berjalan secara
antara kelompok siswa dengan tingkat efektif dengan kondisi siswa yang
keaktifan tinggi dengan PS berbantuan memiliki tingkat keaktifan tinggi.
simulasi dan CPS berbantuan simulasi. Ngalimun (2014:90) bahwa
Tidak ada perbedaan tersebut penggunaan model pembelajaran
Problem Solving dapat meningkatakan siswa keaktifan belajar tinggi dengan
pemahaman siswa tentang apa yang CPS berbantuan simulasi lebih unggul
mereka pelajari sehingga diharapakan dalam menjawab indikator soal 3.12.8
mereka dapat menerapkan dalam dan 3.12.10 dibandingkan kelompok
kondisi nyata pada kehidupan sehari- siswa keaktifan belajar rendah dngan
hari. model pembelajaran PS berbantuan
Siswa dengan tingkat keaktifan simulasi.
tinggi lebih mudah megikuti Terdapat perbedaan rerata hasil
pembelajaran dan berinteraksi dengan belajar pengetahuan dan hasil belajar
guru maupun siswa lainnya saat proses keterampilan diantara kelompok PS2
belajar berlangsung. Siswa dengan dan kelompok CPS2. Hal ini
tingkat keaktifan tinggi lebih dikarenakan nilai signifikansi dari
memperhatikan arahan guru dalam kedua kelompok baik pada hasil
menyampaikan permasalah yang belajar pengetahuan dan hasil belajar
dipecahkan dan melakukan koordinasi keterampilan berada jauh di bawah
secara baik dengan kelompoknya nilai probabilitas.
dalam memecahkan permasalahan. Kedua kelompok PS2 dan
Siswa dengan tingkat keaktifan tinggi CPS2 sama-sama memiliki tingkat
memiliki nilai tambah (Hanafiah & keaktifan belajar rendah, namun siswa
Suhana, 2010:24). kelompok PS2 mendapatkan hasil
Tidak terdapat perbedaan hasil belajar yang lebih unggul
belajar pengetahuan maupun hasil dibandingkan dengan kelompok CPS2.
belajar keterampilan yang signifikan Siswa yang mengikuti model
antara kelompok PS2 dan CPS1. Tidak pembelajaran PS berbantuan simulasi
ada perbedaan tersebut dimungkinkan cenderung lebih mudah untuk
karena faktor lain yang mempengaruhi mengikuti pembelajaran melalui
hasil belajar selain keaktifan belajar. bimbingan guru dengan bantuan media
Proses pembelajaran menggunkan PS simulasi. Sehingga siswa dengan
berbantuan simulasi dipenuhi dengan tingkat keaktifan belajar rendah
baik dan sesuai dengan langkah model mengalami peningkatan aktivitas
pembelajaran yang diharapkan. belajar. Sesuai dengan pendapat
Sehingga siswa dengan tingkat Muhson Muhson (2012) bahwa
keaktifan rendah dapat mengkuti penerapan model Problem Solving
pembelajaran dengan baik. dalam pembelajaran dapat
Kemungkinan lain bahwa model meningkatkan hasil belajar dan minat
pembelajaran Problem Solving sudah belajar.
pernah diterapkan pada siswa tingkat Sedangkan siswa dengan
keaktifan rendah dapat mempengaruhi tingkat keaktifan belajar rendah
penyesuaian diri yang baik dalam dengan penerapan model CPS
proses pembelajaran. berbantuan simulasi kesulitan dalam
Meskipun tidak terdapat mengungkapkan pendapat dan
perbedaan yang signifikan terhadap mengambil keputusan dalam memilih
hasil belajar pengetahuan, namun ide untuk solusi pemecahan masalah.
sebenarnya terdapat perbedaan Berdasarkan penelitian Nopitasari
ketercapaian indikator. Kelompok (2016), model pembelajaran CPS
terdapat langkah pengungkapan memiliki motivasi untuk menemukan
pendapat dan evaluasi pemilihan yang ide dalam memecahkan permasalahan.
dimana pada tahap ini siswa Menurut Ainurrahman (2012) aktivitas
dibebaskan untuk mengungkapkan belajar siswa yang didorong motivasi
pendapat yang sesuai tentang berbagai belajar merupakan pertanda siswa
macam strategi pemecahan masalah sudah memiliki kesadaran dalam diri
dan memilih strategi atau pendapat untuk belajar dengan sungguh-
yang cocok untuk menyelesaikan sungguh.
masalah. Sebaliknya jika siswa dengan
Terdapat perbedaan rerata hasil tingkat keaktifan rendah sulit
belajar pengetahuan dan hasil belajar mengikuti aktivitas pembelajaran
keterampilan diantara kelompok CPS1 karena kurangnya kesadaran dan minat
dan kelompok CPS2. Hal ini dalam proses belajar. Sehingga siswa
dikarenakan nilai signifikansi dari dengan tingkat keaktifan rendah
kedua kelompok baik pada hasil bergantung dengan anggota kelompok
belajar pengetahuan dan hasil belajar tanpa melakukan pengamatan secara
keterampilan berada jauh di bawah mandiri dalam proses pemecahan
nilai probabilitas. masalah.
Siswa dengan tingkat keaktifan Pembelajaran CPS berbantuan
belajar tinggi menggunakan model simulasi siswa dituntut aktif mencari
pembelajaran CPS berbantuan simulasi dan menemukan sendiri pengetahuan
memiliki rata-rata lebih besar sikap, dan keterampilan dengan cara
dibandingkan siswa dengan tingkat aktif menggali informasi, bertanya,
keaktifan belajar rendah menggunakan berpendapat, dan lainnya. Selain itu
model pembelajaran CPS berbantuan siswa harus memiliki kesiapan dan
simulasi. Siswa dengan tingkat kematangan mental, berani, dan
keaktifan belajar tinggi melakukan apa berkeinginan untuk mengetahui
yang diarahkan oleh guru sesuai keadaan sekitarnya dengan baik
dengan tahapan-tahapan dari model (Hanafiah & Suhana, 2010:79). Hal
CPS. Hal ini dikarenakan model tersebut membuat siswa dengan
pembelajaran CPS mendorong siswa tingkat keaktifan rendah kesulitan jika
untuk mampu memcahkan masalah tidak segera menyesuaikan diri dengan
yang menekankan penemuan berbagai tutuntan pelaksanaan model
alternatif idea tau gagasan untuk pembelajaran yang digunakan.
mencari penyelesaian berupa soluso
yang paling efisien dari suatu PENUTUPAN
permasalahan. Simpulan
Siswa dituntut aktif dan kreatif Berdasarkan analisis hasil yang
dalam memecahkan masalah melalui didapatkan dari penelitian dapat
simulasi menggunakan software disimpulkan sebagai berikut:
Multisim kemudian diimplementasikan 1. Rata-rata hasil belajar Dasar dan
pada praktikum pembelajaran Creative Pengukuran Listrik yang diperoleh
Problem Solving berbantuan simulasi. kelompok PS1 sebagai berikut: (1)
Siswa dengan tingkat keaktifan tinggi rata-rata hasil belajar pengetahuan
memiliki kesadaran untuk belajar dan
berada pada kategori tinggi; dan (2) tertentu. Kemudian interaksi antara
rata-rata hasil belajar keterampilan keaktifan dan model pembelajaran
berada pada kategori sangat tinggi. berbantuan media tertentu
2. Rata-rata hasil belajar Dasar dan menghasilkan hasil belajar.
Pengukuran Listrik yang diperoleh 6. Terdapat perbedaan yang signifikan
kelompok PS2 sebagai berikut: (1) antar kelompok keaktifan belajar
rata-rata hasil belajar pengetahuan dan penerapan model pembelajaran
berada pada kategori tinggi; dan (2) berbantuan simulasi terhadap hasil
rata-rata hasil belajar keterampilan belajar Dasar dan Pengukuran
berada pada kategori tinggi. Listrik pada kelas X jurusan Teknik
3. Rata-rata hasil belajar Dasar dan Pembangkit Tenaga Listrik di SMK
Pengukuran Listrik yang diperoleh PGRI 3 Malang.
kelompok CPS1 sebagai berikut: 7. Kelompok yang memiliki
(1) rata-rata hasil belajar perbedaan hasil belajar pengetahuan
pengetahuan berada pada kategori paling signifikan yaitu kelompok
tinggi; dan (2) rata-rata hasil belajar siswa dengan keaktifan tinggi
keterampilan berada pada kategori dengan model pembelajaran PS
tinggi. berbantuan simulasi dan kelompok
4. Rata-rata hasil belajar Dasar dan siswa dengan keaktifan rendah
Pengukuran Listrik yang diperoleh dengan model pembelajaran CPS
kelompok PS1 sebagai berikut: (1) berbantuan simulasi.
rata-rata hasil belajar pengetahuan 8. Kelompok yang memiliki
berada pada kategori rendah; dan perbedaan hasil belajar
(2) rata-rata hasil belajar keterampilan paling signifikan
keterampilan berada pada kategori yaitu: (a) kelompok siswa dengan
sangat rendah. keaktifan tinggi dengan model
5. Terdapat interaksi keaktifan belajar pembelajaran PS berbantuan
dan model pembelajaran berbantuan simulasi dan kelompok siswa
simulasi terhadap hasil belajar dengan keaktifan rendah dengan
pengetahuan dan hasil belajar model pembelajaran CPS
keterampilan Dasar dan Pengukuran berbantuan simulasi, (b) kelompok
Listrik pada kelas X jurusan Teknik siswa dengan keaktifan rendah
Pembangkit Tenaga Listrik di SMK dengan model pembelajaran PS
PGRI 3 Malang. Adanya interaksi berbantuan simulasi dan kelompok
tersebut karena pada dasarnya siswa dengan keaktifan rendah
belajar terdiri dari tiga komponen dengan model pembelajaran CPS
penting yaitu keadaan internal dan berbantuan simulasi, (c) kelompok
proses kognitif, stimulus dari siswa dengan keaktifan tinggi
lingkungan, dan hasil belajar. dengan model pembelajaran CPS
Keadaan internal dan proses berbantuan simulasi dan kelompok
kognitif tersebut salah satunya siswa dengan keaktifan rendah
adalah tingkat keaktifan belajar, dengan model pembelajaran CPS
stimulus berupa pelaksanaan berbantuan simulasi
pembelajaran dengan model
pembelajaran berbantuan media
Saran Mahindra, B. R. 2009. Hubungan
Informasi yang diperoleh dari Keaktifan Belajar Terhadap Prestasi
hasil penelitian ini diharapkan dapat Belajar
digunakan sebagai pertimbangan PKn pada Siswa SMP Negeri
pemilihan model pembelajaran yang 17 Malang. Skripsi tidak
digunakan dalam pembelajaran Dasar diterbitkan. Malang:FIS UM.
dan Pengukuran Listrik dengan Muhson, A. 2011. Penerapan Metode
memperhatikan tingkat keaktifan Problem Solving dalam
belajar siswa. Sehingga penerapan Pembelajaran Statistika Lanjut.
model pembelajaran yang sesuai Skripsi tidak diterbitkan.
dengan tingkat keaktifan belajar siswa Yogyakarta: FIS UNY.
akan meningkatkan rata-rata hasil
belajar Dasar dan Pengukuran Listrik. Ngalimun. 2012. Strategi dan Model
Siswa dengan tingkat keaktifan Pembelajaran. Banjarmasin:
tinggi sebaiknya menggunakan model Aswaja Pressindo.
pembelajaran Creative Problem Ngalimun. 2017. Strategi
Solving berbantuan simulasi. Pembelajaran. Yogyakarta:
Sedangkan model pembelajaran Parama Ilmu.
Problem Solving berbantuan simulasi
cocok diterapkan pada siswa dengan Prim, M.F.& Trabasso, L.G. 2005.
tingkat keaktifan belajar tinggi Theory of Inventive Problem
maupun rendah. Solving Applied To Business
Process Management Projects
(BPM-TRIZ).Triz-Journal,
Daftar Rujukan 11(1), 32-40.
Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Sardiman, A.M, 2011. Interaksi dan
Pembelajaran Dalam Konteks Motivasi Belajar Mengajar.
Kurikulum Jakarta : Rineka Cipta.
2013.Bandung:Refika Aditama.
Shoimin, A. (2014). Model
Aunurrahman, 2012. Belajar dan Pembelajarn Inovatif Dalam
Pembelajaran. Bandung: CV.Alfabeta. Kurikulum 2013.Yogyakarta :
Ar-ruzz media.
Dimiyati & Mudjiono. 2006. Belajar Thobroni, M. 2016.
dan Mengajar. Jakarta: PT. Rineka BelajardanPembelajaran:
Cipta. TeoridanPraktik. Yogyakarta: Ar
Ruzz Media.
Dimiyati & Mudjiono. 2013. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Hanafiah, N & Suhana, C. 2010.
Konsep Strategi Pembelajaran.
Bandung: Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai