Anda di halaman 1dari 45

A.

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN THINK


PAIR SHARE (TPS) TERADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS IV A SD NEGERI 26
PONTIANAK TENGGARA

B. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Seperti kita ketahui saat ini, guru berperan sangat penting dalam
kegiatan belajar mengajar. Guru harus mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan model
pembelajaran yang bervariasi. Penggunaan model pembelajaran yang
digunakan guru sangat berpengaruh terhadap keseriusan siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Kegiatan belajar mengajar
berhasil apabila terjadi perubahan sikap, pengetahuan, dan keterampilan
siswa pada proses pembelajaran di kelas sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai. Selain guru, siswa menjadi salah satu faktor dalam keberhasilan
kegiatan pembelajaran. Siswa yang serius mengikuti pembelajaran di
kelas akan berbeda dengan siswa yang tidak serius mengikuti
pembelajaran di kelas.
Kenyataannya, siswa merasa bosan pada saat kegiatan
pembelajaran di kelas, karena kurang adanya ketertarikan siswa pada saat
guru menyampaikan informasi pembelajaran. Hal ini yang membuat
siswa tidak serius dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
Artinya disini, siswa menjadi pasif pada saat kegiatan pembelajaran di
kelas. Oleh sebab itu, perlu dikembangkan pembelajaran yang aktif,
menyenangkan yang dapat membuat siswa lebih serius dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas.
Pembelajaran yang aktif adalah pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada siswa untuk aktif membangun sendiri konsep dan
makna melalui berbagai kegiatan. Pembelajaran aktif ini siswa yang
harus dituntut aktif bukan guru yang aktif, guru harus kreatif dalam
mengelola pembelajaran. Proses belajar mengajar akan berjalan dengan
efektif apabila seorang guru mampu menggunakan model pembelajaran
yang tepat. Dengan menggunakan model yang aktif dan menyenangkan
diharapkan siswa dapat terlibat aktif. Sehingga tujuan pembelajaran akan
tercapai lebih maksimal dan akan berpengaruh terhadap hasil belajar
siswa. Model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran Think
Pair Share (TPS).
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana
mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat
orang lain dengan tetap mengacu pada materi pembelajaran.
Dalam upaya memperbaiki hasil belajar siswa dengan penggunaan
model pembelajaran Think Pair Share (TPS), peneliti mengharapkan
adanya keseriusan dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran di kelas agar hasil belajar siswa mendapatkan nilai diatas
rata-rata pada pembelajaran tematik di kelas IV A SD Negeri 26
Pontianak Tenggara.
Dengan pemilihan model pembelajaran yang tepat untuk
menunjang keseriusan dan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
di kelas, peneliti menggunakan model pembelajaran Think Pair Share
(TPS) dalam melakukan penelitian tersebut. Agar hasil belajar peserta
didik dapat berhasil secara maksimal.
Berdasarkan masalah dan solusi diatas, peneliti bermaksud untuk
meneliti tentang Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair
Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Tematik
Di Kelas IV A SD Negeri 26 Pontianak Tenggara.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka
masalah umum dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh
penggunaan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap hasil
belajar siswa pada Pembelajaran Tematik di kelas IV A SD Negeri 26
Pontianak Tenggara?”. Dari rumusan masalah umum tersebut, sub
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran
tematik ?
b. Seberapa besar pengaruh penggunaan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran
tematik ?

3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah:
a. Mengidenifikasi pengaruh penggunaan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran
tematik.
b. Mengidentifikasi seberapa besar pengaruh penggunaan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa
pada pembelajaran tematik

4. Manfaat Penelitian
Suatu penelitian yang dilakukan diharapkan memiliki manfaat.
Manfaat yang terdapat pada penelitian ini adalah :
a. Bagi Peserta Didik
Penelitian dengan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) ini
diharapkan dapat menarik perhatian siswa agar lebih mudah
memahami materi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat
tercapai dengan maksimal.
b. Bagi Guru
Meningkatkan profesionalisme dan kinerja guru dalam menguasai
model pembelajaran.
c. Bagi Peneliti
Sebagai calon guru dimasa mendatang, tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan model
pembelajaran Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa
dan agar dapat menjadi pengalaman jika nantinya menggunakan
model pembelajaran Think Pair Share (TPS) untuk mengajar
disekolah.

5. Ruang Lingkup Penelitian


a. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2016:60), “Variabel penelitian adalah segala
sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya”. Kemudian selanjutnya menurut Kidder
(dalam Sugiyono, 2016:61), menyatakan bahwa “Variabel adalah
suatu kualitas (qualities) dimana peneliti mempelajari dan menarik
kesimpulan darinya”. Berdasarkan pengertian diatas, dapat
dirumuskan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat
atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1) Variabel Bebas
Menurut Sugiyono (2016:61) “Variabel bebas adalah
merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.
Sedangkan menurut Zainal Arifin (2014:188) “Variabel bebas
adalah kondisi yang oleh pelaku eksperimen dimanipulasi untuk
menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi”.
Dari penjelasan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa variabel bebas merupakan variabel yang dapat memengaruhi
variabel lainnya dan digunakan pelaku eksperimen untuk
mengobservasi fenomena atau sebuah penelitian.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Penggunaan
Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) siswa kelas IV A
pada pembelajaran Tematik SD Negeri 26 Pontianak Tenggara.
2) Variabel Terikat
Menurut Sugiyono (2016:61), “Variabel terikat merupakan
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas”. Menurut Zainal Arifin (2014:188), “Variabel
terikat merupakan kondisi yang berubah ketika pelaku eksperimen
mengganti variabel bebas”. Berdasarkan pendapat diatas variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi karena adanya
variabel bebas dan kondisi yang dapat berubah ketika pelaku
eksperimen mengubah variabel bebas.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar siswa
kelas IV A SD Negeri 26 Pontianak Tenggara.
3) Variabel Kontrol
Menurut Sugiyono (2016:64) “Variabel kontrol adalah
variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan
variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh
faktor luar yang tidak diteliti”.
Seperti yang telah dijelaskan tersebut maka variabel kontrol
dalam penelitian ini adalah guru, model dan materi pembelajaran.

6. Definisi Operasional
a. Pengaruh
Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,
benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuataan
seseorang. Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah akibat
dari Penggunaan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Tematik Kelas IV A
SD Negeri 26 Pontianak Tenggara.
b. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) atau berpikir
berpasangan berbagi adalah jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
c. Hasil belajar
Hasil belajar adalah tingkat kemampuan atau pencapaian belajar
siswa dalam dalam menerima dan mempelajari materi yang telah
disampaikan dan yang didapat dari sekolah yang dinyatakan dalam
bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes sejumlah materi tertentu.
d. Pembelajaran Tematik
Menurut Rusman (2015:140) “pembelajaran tematik adalah
model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan tematik
yang melibatkan beberapa muatan mata pelajaran untuk memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa.

C. KAJIAN TEORI
1. Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
a. Pengertian Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
Model think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan adalah
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi
pola interaksi siswa.
Strategi think pair share (TPS) ini berekembang dari penelitian
belajar kooperatif dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh
Frang Lyman dan Koleganya di Universitas Maryland sesuai yang
dikutip Arends (1997), menyatakan bahwa Think Pair Share (TPS)
merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana
pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara
keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share
(TPS) dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk
merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya
melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi
yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa
mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan
dialami. Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk
membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.
Think pair share (TPS) merupakan suatu cara yang efektif untuk
membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa
semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas
secara keseluruhan dan proses yang digunakan dalam Think Pair
Share (TPS) dapat memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk
berpikir, untuk merepson dan saling membantu (Trianto, 2007:61)
Model pembelajaran Think Pair Share (TPS) merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Dengan model
pemebelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat
dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap
mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Think Pair Share (TPS)
dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa. Struktur ini
menghendaki siswa bekerja saling membantu dalam kelompok-
kelompok kecil.
Think Pair Share (TPS) dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam mengingat suatu informasi dan seorang siswa juga dapat belajar
dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan
sebelum dismapaikan di depan kelas. Selain itu, Think Pair Share
(TPS) juga dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa
diberi kesempatan berpartisipasi dalam kelas.

b. Tahapan Model Think Pair Share (TPS)


Ada tiga tahapan dalam model pembelajaran Think Pair Share
(TPS), yaitu thinking, pairing, dan sharing.
1) Thinking/berpikir
Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Guru
memberikan waktu beberapa menit kepada siswa untuk
memikirkan jawabannya. Biasanya waktu 3 menit. Siswa
berpikir mencari jawabannya secara mandiri.
2) Pairing/berpasangan
Guru memberiakan perintah kepada siswa untuk membentuk
kelompok dengan cara berpasangan dengan temannya. Siswa
mendiskusikan pertanyaan yang sudah diberikan guru pada
tahap pertama dengan teman pasangannya. Dalam diskusi
tersebut terjadi penyatuan pendapat atas jawaban yang mereka
pikirkan. Waktu dalam tahap ini kira-kira 5-7 menit.
3) Sharing/berbagi
Pada tahap ini guru meminta siswa untuk menyampaikan hasil
diskusinya kepada teman-temannya. Penyampaian hasil tugas
bisa di depan kelas untuk menghemat waktu. Guru memanggil
beberapa kelompok siswa auntuk menyampaikan hasil
jawabannya.

c. Manfaat Think Pair Share


Model pembelajaran ini memiliki berbagai manfaat dalam
penggunaannya, di antaranya adalah :
1) Para siswa menggunakan waktu yang lebih banyak untuk
mengerjakan tugasnya dan untuk mendengarkan satu sama lain,
ketika mereka terlibat dalam kegiatan think pair share lebih
banyak siswa yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab
setelah berlatih dalam pasangannya. Para siswa mungkin
mengingat secara lebih sering penambahan waktu tunggu dan
kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.
2) Para guru juga mempunyai waktu yang lebih banyak untuk
berpikir ketika menggunakan think pair share. Mereka dapat
berkonsentrasi mendengarkan jawaban siswa, mengamati reaksi
siswa, dan mengajikan pertanyaan tingkat tinggi.

d. Pentingnya Model Think Pair Share


Ada beberapa alasan mengapa kita perlu menggunakan TPS
sebagai berikut :
1) Think Pair Share (TPS) membantu menstrukturkan diskusi
(menyusun diskusi dengan pola tertentu).
2) Think Pair Share (TPS) meningkatkan partisipasi siswa dan
meningkatkan banyaknya informasi yang dapat diingat siswa.
3) Think Pair Share (TPS) meningkatkan lamanya “Time On Task”
(waktu pengerjaan permasalahan) dalam kelas dan kualitas
kontribusi dalam diskusi kelas.
4) Siswa dapat meningkatkan kecakapan sosial hidup mereka.
(kecakapan sosial siswa selama proses pembelajaran yang diamati,
meliputi: bertanya, kemampuan bekerja sama dalam berkelompok,
menyampaikan ide atau berpendapat, menjadi pendengar yang
baik).

e. Langkah-langkah
Penggunaan strategi Think Pair Share (TPS) adalah untuk
membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan. Langkah-
langkah dalam strategi Think Pair Share (TPS) adalah sebagai
berikut :
Langkah 1 : Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau permasalahan
yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa
menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir
sendiri jawaban atau masalah.siswa membutuhkan
penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan
bagian dari berpikir.
Langkah 2 : Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan
dan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh.
Interaksi selama waktu yang disediakan dapat
menyatukan jawaban pertanyaan yang diajukan atau
menyatukan gagasan suatu masalah khusus yang
diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak
lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
Langkah 3 : Berbagi (Shairing)
Pada langkah akhir guru meminta pasangan-pasangan
untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah
mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling
ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan
sampai sekitar sebagian pasangan mendapatkan
kesempatan untuk melaporkan.
Dari sudut lain, langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai
berikut :
1) Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin
dicapai.
2) Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan
yang disampaikan guru.
3) Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya
(kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-
masing.
4) Guru memimpin hasil pleno kecil diskusi, tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya.
5) Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan
pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum
diungkapkan para peserta didik.
6) Guru memberi kesimpulan.
7) Penutup.

f. Kelebihan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)


Model belajar mengajar think pair share (TPS) mempunyai
beberapa keuntungan sebagai berikut :
1) Mudah dilaksanakan dalam kelas yang besar,
2) Memberikan waktu kepada siswa untuk merefleksikan isi materi
pelajaran,
3) Memberikan waktu kepada siswa untuk melatih mengeluarkan
pendapat sebelum berbagi dengan kelompok kecil atau kelas secara
keseluruhan.
Model pembelajaran think pair share (TPS) baik digunakan
dalam rangka melatih berpikir siswa secara baik. Untuk itu, model
pembelajaran think pair share (TPS) ini menekankan pada
peningkatan daya nalar siswa, daya kritis siswa, daya imajinasi siswa
dan daya analisis terhadap suatu permasalahan.
Kelebihan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yaitu :
a) Dapat meningkatkan daya nalar siswa, daya kritis, daya
imajinasi dan daya analisis siswa terhadap suatu
permasalahan.
b) Meningkatkan kerja sama antara siswa karena mereka
dibentuk dalam kelompok.
c) Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan
menghargai pendapat orang lain.
d) Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan
pendapat sebagai implementasi ilmu pengetahuannya.
e) Guru lebih memungkinkan untuk menambahkan pengetahuan
anak ketika selesai diskusi.
Kelebihan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) menurut
Ibrahim, dkk. (2006: 6) adalah :
a) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan
metode pembelajaran think pair share (TPS) menuntut siswa
menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas atau
permasalahan yang diberikan oleh guru diawal pertemuan
sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan
baik sebelum guru meyampaikannya pada pertemuan
selanjutnya.
b) Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru
pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara
aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar
siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan.
c) Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran think
pair share (TPS) diharapkan dapat memotivasi siswa dalam
pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik
daripada pembelajaran dengan model konvensional.
d) Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai,
kecendrungan siswa merasa malas karena proses belajar
dikelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan
menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan
melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar,
metode pembelajaran think pair share (TPS) akan lebih
menarik dan tidak monoton dibandingkan metode
konvensional.
e) Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model
pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas
hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat
menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan
siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan
oleh guru. Dengan pembelajaran think pair share (tps) hal ini
dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan
permasalahan yang diberikan oleh guru.
f) Hasil belajar lebih mendalam. Dengan pembelajaran think
pair share (TPS) perkembangan hasil belajar siswa dapat
diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir
pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
g) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaaan dan toleransi.
Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran
think pair share (TPS) menuntut siswa untuk dapat
bekerjasama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk sportif
jika pendapatnya tidak diterima.

g. Kekurangan Model Pembelajaran Think Pair Share


Sedangkan yang menjadi kekurangan dari Model Pembelajaran
Think Pair Share (TPS) adalah :
1) Sulit menentukan permasalahan yang cocok dengan tingkat
pemikiran siswa.
2) Bahan-bahan yang berkaitan dengan membahas
permasalahan yang ada tidak dipersiapkan baik oleh guru
maupun siswa.
3) Kurang terbiasa memulai pembelajaran dengan suatu
permasalahan yang ril atau nyata.
4) Pengalaman siswa dalam menyelesaikan masalah relative
terbatas.

h. Pelakasanaan Model Pembelajaran Think Pair Share Pada


Pembelajaran Tematik
Langkah-langkah (syntaks) Model Pembelajaran Kooperatif
Think Pair Share (TPS) terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah
utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share.
Penjelasan dari setiap langkah adalah sebagai berikut :
1) Tahap pendahuluan
Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apresiasi
sekaligus memotivsi siswa agar terlibat pada aktivitas
pembelajaran. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan
main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap
tahap kegiatan.
2) Tahap think (berpikir secara individual)
Proses Think Pair Share (TPS) dimulai pada saat guru
melakukan demonstrasi untuk menggali konsepsi awal siswa.
Pada tahap ini, siswa diberi batasan waktu (“think time”)
oleh guru untuk memikirkan jawabannya secara individual
terhadap pertanyaan yang diberikan. Dalam penentuannya,
guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa
dalam menjawab pertanyaan yang diberikan.
3) Tahap pair (berpasangan dengan teman sebangku)
Pada tahap ini, guru mengelompokkan siswa secara
berpasangan. Guru menentukan bahwa pasangan setiap siswa
adalah teman sebangkunya. Siswa mulai bekerja dengan
pasanganya untuk mendiskusikan mengenai jawaban atas
permasalahan yang telah diberikan oleh guru. Setiap siswa
memiliki kesempatan untuk mendiskusikan berbagai
kemungkinan jawaban secara bersama.
4) Tahap share (berbai jawaban dengan pasangan lain atau
seluruh kelas)
Pada tahap ini, siswa dapat mempresentasikan jawaban
secara perseorangan atau secara kooperatif kepada kelas
sebagai keseluruhan kelompok. Setiap anggota dari kelompok
dapat memperoleh nilai dari hasil pemikiran mereka.
5) Tahap penghargaan
Siswa mendapat penghargaan berupa nilai baik secara
individu maupun kelompok. Nilai individu berdasarkan hasil
jawaban pada tahap think, sedangkan nilai kelompok
berdasarkan jawaban pada tahap pair dan share, terutama
pada saat presentasi memberikan penjelasan terhadap seluruh
kelas.

2. Hakikat Pembelajaran Tematik


a. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang
dirancnag berdasarkan tema-tema tertentu (Trianto, 2010:78).
Selanjutnya Departemen Pendidikan Nasional (dalam Trianto,
2010:79) pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model
pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna bagi siswa.

b. Karakteristik Pembelajaran Tematik


Menurut Rusman (2012: 254) pemebelajaran tematik merupakan
salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang
merupakan suatu sistem pemebelajaran yang memungkinkan sisawa
baik secara individual maupun kelompok aktif menggali dan
menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,
bermakna dan otentik.
Pembelajaran tematik memiliki karakteristik yang khas dengan
pembelajaran lainnya. Kegiatan belajarnya lebih banyak dilakukan
melalui pengalaman langsung atau hands on experiences. Menurut
Rusman (2012: 258-259) pembelajaran tematik memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1) Berpusat pada siswa.
2) Memberikan pengalaman langsung.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas.
4) Manyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran.
5) Bersifat fleksibel.
6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa.
7) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangakan.

c. Perlunya Pembelajaran Tematik


Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada
pada rentangan usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang
pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan
seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini kegiatan pembelajaran bagi
anak kelas awal SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran
Tematik supaya seluruh potensi yang dimiliki anak dapat berkembang
secara optimal dan dapat memberikan pengalaman yang bermakna
(BNSP, 2006:37).
Perlunya Pembelajaran Tematik, khususnya di Sekolah Dasar
(SD) (Sri Anitah, 2008:3.11) antara lain :
1) Pada dasarnya sisawa SD kelas awal memahami suatu konsep
secara utuh, global/tematis, makin meningkat kecerdasannya,
dan makin terperinci serta spesifik pemahamannya terhadap
konsep tertentu.
2) Siswa SD kelas awal mengembangkan kecerdasannya secara
komprehensif, semua unsur kecerdasan ingin
dikembangkannya sehingga muncul konsep pentingnya
multiple intelligent untuk dikembangkan.
3) Kenyataan hidup sehari-hari menampilkan fakta yang utuh
dan tematis.
4) Ada konteksnya.
5) Guru SD adalah guru kelas, akan lebih mudah mengajar satu
konsep secara utuh, akan sukit mengajar sub-sub konsep
secara terpisah-pisah.
d. Manfaat Belajar Tematik
Menurut Sri Anitah, (2008:3.12) manfaat belajar tematik
adalah :
1) Mendorong siswa memanfaatkan suatu konteks dan literatur
yang luas.
2) Membantu siswa melihat hubungan antara ide-ide dan
konsep-konsep.
3) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap apa yang
dipelajari.
4) Memberi kesempatan yang nyata kepada siswa untuk
membentuk latar belakang informasi sendiri dalam rangka
membangun pengetahuan sendiri.

e. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik


Menurut Kunandar (2007: 315), Pembelajaran Tematik
mempunyai kelebihan yakni :
1) Menyenangkan karena berangkat dari minat dan kebutuhan
peserta didik.
2) Memberikan pengalaman dan kegiatan belajar mengajar yang
relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta
didik.
3) Hasil belajar dapat bertahan lama karena lebih berkesan dan
bermakna.
4) Mengembangkan keterampilan berpikir peserta didik sesuai
dengan persoalan yang dihadapi.
5) Menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerjasama .
6) Memiliki sikap toleransi, komunikasi dan tanggap terhadap
gagasan orang lain.
7) Menyajikan kegiatan yang bersifat nyata sesuai dengan
persoalan yang dihadapi dalam lingkungan peserta didik.
Sedangkan menirut Depdikbud (dalam Trianto, 2010: 88)
kelebihan pembelajaran tematik sebagai berikut :
1) Pengalaman dan kegiatan belajar siswa relevan dengan
tingkat perkembangannya.
2) Kegiatan yang dipilih sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa.
3) Kegiatan belajar bermakna bagi siswa, sehingga hasilnya
dapat bertahan lama.
4) Keterampilan berpikir siswa berkembang dalam proses
pembelajaran terpadu.
5) Kegiatan belajar mengajar bersifat pragmetis sesuai
lingkungan siswa.
6) Keterampilan sosial siswa berkembang dalam proses
pembelajaran terpadu, keterampilan sosial ini antara lain:
kerjasama, komunikasi, dan mau mendengarkan pendapat
orang lain.
Selain kelebihan yang dimiliki, menurut Indrawati (dalam
Trianto, 2010: 90), pembelajaran tematik juga memiliki keterbatasan
atau kekurangan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada
perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut
guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi
dampak pembelajaran langsung saja.

f. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik


Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran Tematik (Trianto,
2010: 143) sebagai berikut :
1) Pemetaan standar kompetensi, kompetensi dasar dan
indikator.
2) Menetapka jaringan tema.
3) Penyusunan silabus pembelajaran tematik.
4) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Sri Anitah, dkk (2007: 2.19) “Hasil belajar merupakan
kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil
belajar harus menunjukan suatu perubahan tingkah laku atau
perolehan tingkah laku yang baru dari siswa yang bersifat permanen,
fungsional, positif, dan disadari”.
Menurut Purwanto (2014:44) mengatakan bahwa “hasil belajar
dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya,
yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil “product” merujuk pada
suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau proses yang
mengakibatkannya berubahnya input secara fungsional. Kemudian
Purwanto (2014:44) menambahkan “dalam siklus input-proses-hasil,
hasil dapat dibedakan dengan jelas dengan input akibat perubahan
oleh proses. Begitu pula dalam kegiatan belajar mengajar. Setelah
mengalami kegiatan belajar dia berubah perilakunya dibanding
sebelumnya”.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa, hasil belajar adalah puncak dari suatu proses yang
telah dilakukan dalam belajar yang mengakibatkan adanya perubahan
dibanding sebelum mengalami kegiatan pembelajaran.

b. Penilaian Hasil Belajar


“Penilaian hasil belajar adalah segala macam prosedur yang
digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai unjukmkerja
(performance) siswa atau seberapa jauh siswa dapat mencapai tujuan-
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan”. Sementara itu menurut
W. James Popham (1995) dalam Avelina Siregar, Avini Nara
(2014:144-145) mengatakan “bahwa telah terjadi pergeseran terhadap
alasan pemberian penilaian”. Alasan tradisonal tentang mengapa guru
menilai siswa adalah untuk hal-hal berikut ini :
1) Mendiagnosa kukuatan dn kelemahan siswa
2) Memonitor kemajuan siswa
3) Menetapkan tingkatan siswa dalam kemampuan
4) Menentukan keefektifan konstruksional
Sedangkan alasan terkini tentang mengapa guru melakukan
penilaian adalah sebagi berikut :
1) Mempengaruhi persepsi publik tentang keefektifan
pendidikan
2) Membentuk mengevaluasi guru
3) Meningkatkan kualitas instruksional
Penilaian hasil belajar sebagai salah satu komponen dari
penilaian akan lebih efektif bila mengikuti peraturan-peraturan
sebagai berikut :
1) Jelas merinci apa yang akan dinilai yang menjadi prioritas
dalam proses penilaian
2) Suatu prosedur penilaian haruslah diseleksi karena berkaitan
dengan karakteristik atau unjuk kerja yang akan diukur
3) Penilaian yang komprehensif membutuhkan beraneka
prosedur
4) Penilaian membutuhkan pengetahuan mengenai
keterbatasannya
5) Penilaian merupakan suatu cara untuk mendapatkan apa yang
diinginkan, bukan akhir dari proses itu sendiri

c. Faktor-faktor Hasil Belajar


Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya
tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor
intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada di
dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah
faktor yang ada di laur individu, Slameto (2013:54)
Berikut adalah pemaparan Sri Anitah (2007:2.7) tentang faktor
intern dan faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar :
1) Faktor dari dalam diri siswa
Faktor dari dalam diri siswa yang berpengaruh terhadap
hasil belajar diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat,
usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dna kesehatan serta
kebiasaan siswa. Salah satu hal yang penting dalam kegiatan
belajar yang harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa
belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya.
Minat belajar berkaitan dengan seberapa besar individu
merasa suka atau tidak suka terhadap suatu materi yang
dipelajari siswa. Minat inilah yang harus dimuncuilkan lebih
awal dari dalam diri siswa.
Motivasi dan perhatian siswa dapat dikondisikan oleh
guru. Setiap individu memiliki kecakapan (ability) yang
berbeda-beda. Kecakapan tersebut dikelompokkan
berdasarkan kecepatan belajar; yakni yang sangat cepat,
sedang dan lambat. Demikian pula pengelompokan
kemampuan siswa berdasarkan kemampuan penerimaan,
misalnya proses pemahamannya harus dengan cara visual,
verabl, dan atau harus dibantu dnegan alat/media.
2) Faktor dari luar siswa
Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil
belajar di antaranya adalah lingkungan fisik dan non fisik
(termasuk suasana dalam belajar, seperti riang gembira,
menyenangkan), lingkungan sosial budaya, lingkungan
keluarga, program sekolah (termasuk dukungan komite
sekolah), guru, pelaksana pembelajaran dan teman sekolah.
Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap
proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manager
atau sutradara dalam kelas. Dalam hal ini guru memiliki
kompetensi dasar yang disyaratkan dalam profesi guru.
Kemudian, Slameto (2013:54-72) lebih merinci tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi hasil belajar baik secara intern maupun
secara ekstern. Di antaranya sebagai berikut :
1) Faktor-faktor Intern
a) Faktor Jasmaniah
(1)Faktor kesehatan
(2)Cacat tubuh
b) Faktor Psikologis
a) Intelegensi
b) Perhatian
c) Minat
d) Bakat
e) Motif
f) Kematangan
g) Kesiapan
c) Faktor kelelahan
2) Faktor-faktor ekstern
a) Faktor keluarga
(1)Cara orang tua mendidik anak
(2)Relasi antara anggota keluarga
(3)Suasana rumah
(4)Keadaan ekonomi keluarga
(5)Pengertian orang tua
(6)Latar belakang kebudayaan
b) Faktor sekolah
a) Kurikulum
b) Relasi guru dengan siswa
c) Disiplin sekolah
d) Alat pelajaran
e) Waktu sekolah
f) Standar pelajaran di atas ukuran
g) Keadaan gedung
h) Metode belajar
i) Tugas rumah
c) Faktor masyarakat
a) Kegiatan siswa di dalam masyarakat
b) Mass media
c) Teman bergaul
d) Bentuk kehidupan masyarakat

d. Jenis-jenis Hasl Belajar


Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan,
baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom (dalam Nana Sudjana
2009:22) secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah. Yakni
ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.
Berikut dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga
aspek hasil belajar tersebut antara lain :
1) Ranah Kognitif
a) Tipe hasil belajar : Pengetahuan
Cakupan dalam pengetahuan hafalaan termasuk pola
pengetahuan yang sifatnya faktual, di samping
pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat
kembali.
b) Tipe hasil belajar : Pemahaman
Tipe hasil belajar yang lebih tinggi dari pada pengetahuan
adalah pemahaman. Pemahaman memerlukan kemampuan
menangkap makna atau arti dari suatu konsep.
c) Tipe hasil belajar : Aplikasi
Aplikasi adalah penggunaan abstraksi pada situasi konkret
atau situasi khusus.
d) Tipe hasil belajar : Analisis
Analisis adalah usaha memilah suatu integritas menjadi
unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hierarki
atau susunannya.
e) Tipe hasil belajar : Sintesis
Sintesis adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian
ke dalam bentuk menyeluruh. Berpikir sintesis adalah
berfikir divergen.
f) Tipe hasil belajar : Evaluasi
Evaluasi adalah pemberian keputusan tentang nilai sesuatu
yang mungkin dilihat dari segi tujuan, gagasan, cara
bekerja, pemecahan, metode, dan materi. Dalam tipe hasil
belajar evaluasi, tekanan pada pertimbangan sesuatu nilai,
mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya dengan
menggunakan kriteria tertentu.
2) Ranah Afektif
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe
hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam bertingkah laku
seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivsai
belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan
belajar, dan hubungan sosial.
Ada beberapa jenis kategori ranah afektif sebagai hasil
belajar. Kategorinya dimulai dari tingkat yang dasar atau
sederhana sampai tingkat yang kompleks.
a) Reciving/ attending, yakni semacam kepekaan dalam
menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang
kepada siswa dalam bentuk masalah, situasi, gejala.
Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk
menerima stimulus, kontrol, dan seleksi gejala atau
rangsangan dari luar.
b) Responding atau jawaban yakni reaksi yang diberikan
oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar.
c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam
evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima
nilai, latar belakang, atau pengalaman untuk menerima
nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam
suatu sistem organisasi, termasuk hubungan suatu nilai
dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai yang
telah dimilikinya. Yang termasuk dalam organisasi
ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai.
e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni
keterpaduan semua nilai yang telah dimiliki seseorang,
yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya. Disini termasuk keseluruhan nilai dan
karakteristiknya.
3) Ranah Psikomotorik
Hasil belajar psikomotorik tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Ada
enam tingkatan keterampilan, yaitu :
a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang
tidak sadar)
b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c) Kemampuan perseptual, termasuk di dalamnya
membedakan visual, membedakan audiktif, motoris
dan lain-lain
d) Kemampuan dibidang fisik, misalnya ketakutan,
keharmonisan, dan ketepatan
e) Gerakan-gerakan skill mulai dari keterampilan
sederhana sampai pada keterampilan kompleks
f) Kemampuan yang berkenaan dengan komunikasi
non-dercursive seperti gerakan ekspresif dan
interpretatif
Dalam penelitian ini penggunaan model pembelajaran Think
Pair Share (TPS) adalah mengukur hasil belajar siswa yang berupa
aspek kognitif.

4. Hipotesis Penelitian
Sugiyono (2015:96) menyatakan bahwa, “Hipotesis merupakan
jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan”. Kemudian Hadari Nawawi (2015:47) menyatakan bahwa,
“Hipotesis dapat diartikan juga sebagai dugaan pemecahan masalah yang
mungkin benar dan mungkin pun salah”.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa hipotesis
adalah jawaban semnetara atas masalah penelitian yang masih harus diuji
kebenarannya melalui penelitian. Hipotesis dalam penelitian ini adalah
“Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran think pair share
(TPS) terhadap hasil belajar siswa pada pembelajaran tematik kelas IV A
SD Negeri 26 Pontianak Tenggara”

D. METODE PENELITIAN
1. Prosedur Penelitian
Suatu penelitian digunakan metode yang tepat dan sesuai dengan
masalah yang diteliti, karena daengan pemilihan dan penggunaan metode
yang tepat tersebut akan dapat dihindari berbagai makna. Untuk
mencapai hasil yang diharapkan dalam penelitian tentu memerlukan
suatu metode ynag sesuai dengan tujuan masalah yang akan
diungkapkan. Menurut John. W Creswell, (2012:2) “Research is a
proces in which you engage in a small set of logical steps”. Artinya
penelitian adalah proses dimana Anda terlibat dalam satu set langkah
logis.
a. Metode Penelitian
Sudjana (2005:52) mengungkapkan bahwa, “Metode Penelitian
merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitain yang
didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandanagan filosofis
dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi”. Karena keiatan
tersebut dilakukan setiap melaksanakan penelitian, maka beberapa ahli
menyebutnya sebagai tradisi penelitian (research traditions).
Sugiyono (2017:6) menyatakana bahwa “Metode penelitian pada
dasarnya merupakan suatu cara ilmiah untuk mendapatkan data yang
valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan
suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam
bidang pendidikan”. Menurut Alan Bryma (2012:46) menyatakan “A
research method is simply a technique for collecting data”. Artinya,
metode penelitian adalah suatu teknik sederhana untuk
mengumpulkan data. Dari pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan
bahwa metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan oleh
peneliti dalam mengukmpulkan data penelitiannya dengan tujuan
untuk mendapatkan jawaban serta memecahkan masalah yanhg telah
dirumuskan dalam penelitian.
Menurut Hadari Nawawi (2012:65), ada 4 metode penelitian
yang biasa digunakan, yaitu :
1) Metode Deskriptif
2) Metode Filosofis
3) Metode Historis
4) Metode Eksperimen
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode eksperimen. Metode eksperimen menurut Donald Ary, et al
(2010: 301) adalah “An experimental design is the general plan for
carrying out a study with an active independent variable”. Artinya,
desain eksperimental adalah rencana umum untuk melaksanakan studi
dengan variabel independen yang aktif. Menurut Sugiyono (2012:11)
menyatakan bahwa “Metode Penelitian Eksperimen adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakukan
tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali”. Alasan
peneliti menggunakan metode eksperimen dalam penelitian ini adalah
untuk membuktikan bahwa apakah ada pengaruh penggunaan metode
pembelajaran think pair share (TPS) terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran tematik kelas IV A SD Negeri 26 Pontianak Tenggara.

b. Bentuk Penelitian
Sugiyono (2017:108-109) menyatakan bahwa, “Ada empat
bentuk penelitian yang dapat digunakan berdasarkan metode
eksperimen, yaitu :
1) Pre-Experimental Design
a) One-Shot Case Study
b) One Group Pretest-Posttest
c) Intac-Group Comparison
2) True Eksperimental Design
a) Posttest-Only Control Design
b) Pretest-Control Group Design
3) Factorial Experimental
4) Quasi Experimental Design
a) Time Series Design
b) Nonequivalent Control Group Design
Berdasarkan pendapat tersebut, maka bentuk penelitian yang
digunakan adalah bentuk penelitian Pre-Experimental Design,
menuerut Sugiyono (2017:109), Pre-Experimental Design adalah
bentuk penelitian yang masih terdapat pengaruh variabel luar yang
ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel independen”. Dalam
penelitian ini peneliti akan memberikan pre-test untuk mengukur hasil
belajar sebelum siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran think pair share (TPS), kemudian dilanjutkan
dengan memberikan siswa perlakuan menggunakan model
pembelajaran think pair share (TPS) dan selanjutnya memberikan
post-test untuk mengukur hasil belajar setelah siswa mendapat
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran think pair share
(TPS). Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah One Group Pretest-Posttest Design. Rancangan ini hanya
meliputi 1 kelompok yang diberikan Pre-test dan Post-test. Menurut
Donald Ary Lucy Cheser Jacobs, Chris Sorensen, dan Asghar
Razavich (2010:303), “The one-group pretest-posstest design usually
involves three steps: 1). Administering a pretest measuring the
dependent variable; 2). Applying the experimental treatment X to the
subjects: and 3). Administering a postest.” Artinya, satu kelompok
desain pretest-posttest biasanya melibatkan tiga langkah, yaitu: 1).
Pemberian pretest mengukur variabel dependen; 2). Menerapkan
perlakuan X eksperimental untuk mata pelajaran; dan 3). Pemberian
posttest. Mengukur variabel dependen, bagan rancangannya adalah
sebagai berikut :

Tabel 1.1 Rancangan penelitian One Group Pretets-Posttest


Design

Pre-test Treatment Post-test

O1 O2 O3 O4 X O5 O6 O7 O8

Keterangan :
O1 O2 O3 O4 = nilai pre-test (kondisi hasil belajar siswa sebelum
diberi perlakuan)

O5 O6 O7 O8 = nilai post-test (kondisi hasil belajar siswa setelah


diberi perlakuan)

X = perlakuan yang diberikan

Alasan peneliti akan menggunakan One Group Pretets-Posttest


Design pada penelitian ini karena penelitian yang digunakan satu
kelas, yaitu kelas eksperimen. Kelas eksperimen mendapat perlakuan
berupa pemberian tes yaitu pre-test (sebelum perlakuan) dan post-test
(sesudah perlakuan) perlakuan diberikan pada kelas eksperimen
dengan menggunakan model pembelajaran think pair share (TPS).

c. Rancangan Penelitian
Untuk mengantisipasi timbulnya masalah dalam melakukan
penelitian di lapangan, maka langkah-langkah yang dilakukan oleh
peneliti untuk memperoleh data selama melakukan penelitian di
Sekolah Dasar mitra yang terdiri dari tahap persiapan, tahap
pelaksanaan, dan tahap akir sebagai berikut :
1) Tahap Persiapan
a) Melakukan observasi ke SD Negeri 26 Pontianak
Tenggara meliputi wawancara dengan guru wali kelas IV
A tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan serta
penerapan model pembelajaran think pair share (TPS)
pada pembelajaran tematik.
b) Perumusan masalah penelitian yang didapat dari hasil
wawancara.
c) Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa : Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan kisi-kisi
soal Pre-test dan Post-test, kunci jawaban dan pedoman
penskoran.
d) Melakukan konsultasi instrumen penilaian.
e) Merevisi instrumen penilaian berdasarkan hasil konsultasi.
f) Menentukan jadwal penelitian disekolah tempat penelitian.
2) Tahap Pelaksanaan
a) Memberikan soal Pre-test pada kelas eksperimen.
b) Melaksanakan kegiatan pembelajaran tematik dengan
model pembelajaran think pair share (TPS) di kelas
eksperimen.
c) Memberikan soal Post-test
d) Melakukan penskoran.
3) Tahap Analisis
a) Menskor hasil Pre-test dan Post-test.
b) Menghitung rata-rata hasil tes siswa.
c) Menghitung standar deviasi Pre-test dan Post-test.
d) Data berdistribusi normal, maka digunakan uji t-test.
e) Menghitung effect size.
f) Membuat kesimpulan.

2. Populasi dan Sampel


a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut
Sugiyono (2012: 117) menyatakan bahwa, Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. John W. Creswell
(2012: 142) menyatakan bahwa, “A population is a group of
individuals who have teh same characteristic”. Artinya populasi
merupakan kelompok individu yang memiliki karakteristik yang sama.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa populasi adalah objek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik yang digunakan sebagai sumber data dalam penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV Sekolah
Dasar Negeri 26 Pontianak Tenggara.

b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.
Menurut Sugiyono (2015: 118) menyatakan bahwa, “Sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut”. Sugiyono (2012: 119) membagi teknik sampling ke dalam
beberapa jenis yaitu :
1) Probability Sampling
a) Sample random sampling
b) Proportionate stratified random sampling
c) Disproportionate stratified random sampling
d) Area (cluster) sampling (sampling menurut daerah)
2) Non Probability Sampling
a) Sampling sistematis
b) Sampling kuota
c) Sampling incidental
d) Purposive sampling
e) Sampling jenuh
f) Snowball sampling
John W. Creswell (2012: 142) mengatakan, “A sample is a
subgroup of the target population that the researcher plans to study
for generalizing about the target population”. Artinya sampel adalah
kelompok kecil dari suatu populasi tertentu yang peneliti rencanakan
untuk dipelajari untuk digeneralisasikan tentang populasi tertentu.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulakan bahwa
sampel adalah bagian atau wakil dari populasi yang menjadi sumber
data sesungguhnya dan benar-benar objektif. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik nonprobability
sampling dengan jenis sampling jenuh yang merupakan teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Menurut Sugiyono (2012: 124-125) “Penggunaan sampling
jenuh sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari
30 orang”. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV
A Sekolah Dasar Negeri 26 Pontianak Tenggara.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data


a. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Nurgiyantoro, Gunawan, dan Marzuki (2015:25),
“Data merupakan informasi yang berkaitan dengan keadaan,
keterangan, dan atau ciri khas tentang suatu hal pada subjek penelitian
yang dapat dijadikan bahan analisis”. Dari pendapat tersebut, dapat
dimaknai bahwa data merupakan informasi yang dijadikan bahan
analisis pada suatu penelitian. Berdasarkan penjelasan yang telah
dipaparkan, maka data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Data berupa nilai hasil belajar pre-test siswa.
2) Data berupa nilai hasil belajar post-test siswa.
Sugiyono (2015:193) menyatakan bahwa, “Bila dilihat dari
sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber
primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber
sekunder adalah sumber yang tidak langsung meberikan data kepada
pengumpul data. Sedangkan menurut Suharsini Arikuntoro (2013:172)
menyatakan bahwa, yang dimaksud dengan sumber data dalam
penelitian adalah subjek dari mana data dapat di peroleh”. Secara
umum, penentuan sumber data didasarkan atas jenis data yang telah
ditentukan. Sumber data dapat digolongkan ke dalam sumber primer
dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data pokok yang
langsung dikumpulkan peneliti dari objek penelitian. Sedangkan
sumber sekunder adalah sumber data tambahan yang penurut peneliti
menunjang data pokok.
Dalam melaksanakan penelitian maka diperlukan teknik
pengumpul data yang tepat sehingga dapat memperoleh hasil yang
objektif. Hadari Nawawi (2012: 100-101), membagi enam teknik
penelitian sebagai cara yang dapat ditempuh untuk mengumpulkan
data. Keenam teknik itu adalah sebagai berikut :
1) Teknik Observasi Langsung
2) Teknik Obeservasi Tidak Langsung
3) Teknik Komunikasi Langsung
4) Teknik Komunikasi Tidak Langsung
5) Teknik Pengukuran
6) Teknik Studi Dokumenter
Dari enam teknik penelitian yang dipaparkan sebagai cara untuk
mengumpulkan data yaitu :
a) Teknik Observasi Langsung
Menurut Hadari Nawawi (2012:100), “Teknik ini adalah cara
mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan
pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang
pelaksanaannya langsung pada tempat di mana suatu peristiwa,
keadaan dan situasi sedang terjadi”.
b) Teknik Pengukuran
Menurut Hadari Nawawi (2012:101), “Teknik ini adalah cara
mengumpulkan data yang bersifat kuantitatif untuk mengetahui
tingkat atau derajat tertentu dibandingkan dengan norma tertentu
pula sebagai satuan ukur yang relevan”.

b. Alat Pengumpulan Data


Untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian maka
diperlukan alat pengumpul data. Berdasarkan teknik pengumpul data
yang digunakan, maka pada penelitian ini alat pengumpul data yang
digunakan adalah sebagai berikut.
1) Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan sebagai alat pengumpul
data pada penelitian ini berupa lembar observasi yang diisi oleh
guru selaku observer selama peneliti melaksanakan pembelajaran.
Lembar observasi ini bertujuan untuk mengukur ketepatan langkah-
langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan pada kelas
penelitian.
2) Tes
Pada teknik pengukuran, alat pengumpul data yang
digunakan sebagai alat pengukuran adalah tes lisan dan tes tertulis.
Suharsimi Arikuntoro (2013:150) mengatakan, “Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok”. Tes yang digunakan adalah teas sebelum pembelajaran
(pre-test) dan tes sesudah pelaksanaan pembelajaran (post-test)
menggunakan model pembelajaran think pair share (TPS) pada
kelas penelitian. Pre-test digunakan untuk mengukur kemampuan
awal siswa, sedangkan post-test digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa setelah diberikan perlakuan berupa penggunaan
model pembelajaran think-pair-share.
Agar tes dapat digunakan sebagai alat pengumpul data yang
baik dan tepat maka harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a) Validitas
Sugiyono (2013:121) menaytakan bahwa, “Validitas
berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa
yang seharusnya diukur”. Louis Cohen (2000:105) mengatakan
bahwa, “Validity is an important key to effective research, if a
piece of research is invalid then it is worth les. Validity is that
requirement for both quantitative and qualitative/naturalistic
research”. Artinya, validitas adalah kunci penting untuk
penelitian yang efektif, jika suatu penelitian tidak valid maka itu
tidak berharga. Dengan demikian validitas merupakan
persyaratan untuk penelitian kuantitatif dan
kualitatif/naturalistik.
Dalam penelitian ini yang akan digunakan untuk
mengukur hasil belajar siswa adalah instrumen berbentuk tes,
oleh sebab itu instrumen dalam penelitian ini harus memiliki
validitas isi. Validitas isi digunakan untuk melihat kesesuaian
antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator
pencapaian kompetensi, materi dan soal-soal tes. Agar soal yang
digunakan memiliki validitas isi maka penyusunan tes harus
berdasarkan Kurikulum 2013 dan isi bahan ajar serta soal-soal
dalam tes disesuaikan dengan kompetensi dasar.

b) Reliabilitas
Sugiyono (2013:121) menyatakan bahwa, “Reliabilitas
adalah instrumen yanng bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang
sama”. Menurut Koretz (dalam val klenowski, 2002:85),
“Define as the reliability as the consistency of measurement
reliability to be meaningful measurement must be reasonably
consistent and replicable”. Artinya reliabilitas arus sesuai
dengan konsistensi dan pengukuran. Suatu data dapat dikatakan
reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam objek yang sama
menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila
dipecah menjadi dua menunjukan data yang tidak berbeda.untuk
mengetahui reliabilitas tes maka sebelum soal tes digunakan,
peneliti akan menguji soal terlebih dahulu dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
s 2t −∑ piqi
r i=
k
( k−1) { s2t }
Keterangan :
r i = reliabilitas internal seluruh instrument
k = jumlah item dalam instrumen
pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1
q i = 1- pi

s2t = varians total

Untuk melihat relaibilitas tes yang telah disusun maka


digunakanlah kriteria nilai reliabilitas yaitu sebagai berikut.
Untuk menghitung varians butir dapat menggunakan rumus
sebagai berikut :
2
2 (∑ x )
2
∑x − n
s=t
n

Selanjutnya menurut Ruseffendi (dalam Asep Jihad dan


Abdul Haris, 2008:181), kriteria nilai reliabilitas yaitu sebagai
berikut :
r 11 ≤ 0,20 = sangat rendah
0,20<r 11 ≤ 0,40 = rendah
0,40<r 11 ≤ 0,70 = sedang
0,70<r 11 ≤ 0,90 = tinggi
0,90<r 11 ≤ 1,00 = sangat tinggi
c) Tingkat Kesukaran Soal
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal, menurut
Suharsimi Arikuntoro (2013:223) menggunakan rumus berikut :
B
P=
JS
Keterangan :
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria interpretasi tingkat kesukaran menurut Sudjana


(dalam Asep Jihad dan Abdul Haris, 2012: 182) yaitu sebagai
berikut :
TK Tingkat kesukaran
0,00 - 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah

d) Daya Pembeda
Untuk menghitung daya pembeda soal, menurut Suharsimi
Arikunto (2013:228) mengunakan rumus berikut :

BA BB
DP= −
JS JB
Keterangan :
DP = daya pembeda
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta atas yang menjawab soal dengan benar
BB = banyaknya peserta bawah yang menjawab soal dengan
benar
Adapun kalsifiaksi daya pembeda menurut Suharsimi
Arikunto (2013: 232) adalah sebagai berikut :

1) D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)


2) D : 0,21 – 0,40 : cukup (satistifactory)
3) D : 0,41 – 0,70 : baik (good)
4) D : 0,71 – 1,00 : baik sekali (excellent)
5) D : negatif, semuanya tidak baik. Jadi, semua butir
soal yang mempunyai nilai D sebaiknya dibuang saja.

4. Teknik Analisis Data


Analisis data digunakan untuk menjawab rumusan masalah yang
terdapat pada penelitian sehingga diperoleh kesimpulan yang tepat.
Untuk menganalisis data pada penelitian ini, langkah-langkah yang
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Analisis Data Pra-Penelitian
1) Menghitung skor nilai Pra-Penelitian
2) Menghitung rata-rata ( X́ ¿ hasil pre-test pada kelas eksperimen
dengan menggunakan rumus :

X́ =
∑ f i Xi
∑ fi
Keterangan :
X́ = nilai rata-rata
f i = frekuensi
Xi = titik tengah
∑ fi = jumlah data/sampel
(Sugiyono, 2017:54)
3) Menghitung Standar Deviasi (SD) hasil pre-test pada kelas
eksperimen dengan rumus :
2

SD=
√ ∑ f 1 ( Xi− X́ )
n−1
Keterangan :
SD = Standar Deviasi
X́ = nilai rata-rata
Xi = titik tengah
fi = frekuensi
n = jumlah sampel
¿Sugiyono, 2017:58)
b. Analisis Data Hasil Penelitian
Setelah diberikan perlakuan pada kelas eksperimen maka
selanjutnya data post-test diolah untuk menjawab rumusan masalah
serta dapat menentukan kesimpulan yang tepat dalam penelitian ini.
1) Untuk menjawab sub masalah pada nomor 1 yaitu apakah
terdapat pengaruh penggunaan metode pembelajaran think
pair share (TPS) terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran tematik kelas IV A SD Negeri 26 Pontianak
Tenggara, maka dilakukan teknik pengolahan data dengan
menggunakan rumus t-test.
Adapun tahapan yang dilalui sebelum dilakukan perhitungan
t-test sebagai berikut :

a) Menghitung skor post-test pada kelas eksperimen.


b) Menghitung rata-rata ( X́ ) hasil post-test pada kelas
ekperimen dengan menggunakan rumus :

X́ =
∑ f i Xi
∑ fi
Keterangan :

X́ = nilai rata-rata
fi = frekuensi

Xi = titik tengah
∑ fi = jumlah data/sampel

(Sugiyono, 2017:54)

c) Menghitung Standar Deviasi (SD) hasil post-test pada


kelas ekperimen dengan rumus :

SD=
√ ∑ f 1 ( Xi− X́ )
n−1

Keterangan :
SD = Standar Deviasi

X́ = nilai rata-rata

Xi = titik tengah
fi = frekuensi
n = jumlah sampel
¿Sugiyono, 2017:58)
d) Selanjutnya dilanjutkan dengan perhitungan uji-t yang
digunakan sebagai berikut :

Md
t=
∑ x2 d
√ N ( n−1)

Kriteria :

Md = mean dari perbedaan pre-test dengan post-test

xd = deviasi masing-masing subjek (d – Md)

∑ x 2 d = jumnlah kuadrat deviasi


N = subjek sampel

d.b = ditentukan dengan N-1

(Suharsimi Arikunto, 2013:394-350)


Adapun langkah-langkah sebelum menghitung uji-t sebagai
berikut :

(1)Mencari gain atau perbedaan (d) antara pre-test dengan


post-test sebagai berikut :

Md=
∑d
N
(Suharsimi Arikunto, 2013:350)
Kriteria :
∑d = gain atau perbedaan (d) pre-test dengan post-test
N = subjek sampel

(2)Rumus jumlah kuadrat deviasi sebagai berikut :


2
2 2 (∑ d )
∑x d=∑ d −
N
(Suharsimi Arikunto, 2013:315)
Kriteria :
∑ x2 d = jumlah kuadrat deviasi

∑ d = jumlah gain atau perbedaan pre-test dengan post-


test
∑ d 2 = jumlah gain atau perbedaan pre-test dengan post-
test setelah dikuadratkan
N = jumlah sampel/banyaknya subjek
(3)Untuk menjawab sub masalah nomor 2 yaitu seberapa
besar pengaruh penggunaan model pembelajaran think
pair share (TPS) terhadap hasil belajar siswa pada
pembelajaran tematik kelas IV A SD Negeri 26 Pontianak
Tenggara, maka dilakukan perhitungan dengan rumus
effect size. Rumus effect size dari Cohen yang dikutip oleh
Glass (dalam Leo Sutrisno, dkk. 2008:4.9) adalah sebagai
berikut :
Y´ e−Y´ c
ES=
S´c
Kriteria :
ES = effect size
Y´ e = nilai rata-rata kelompok percobaan
Y´ c = nilai rata-rata kelompok pembanding
Śc = simpangan baku kelompok pembanding

Kriteria besarnya effect size menurut Cohen (dalam


DaliS.Naga,
http//dali.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/399/486
1aARCHE.doc2005) diklasifikasikan sebagai berikut :
ES < 0,2 = efek kecil (selisih rerata kurang dari 0,2)
0,2 < ES < 0,8 = efek sedang (selisih rerata sekitar 0,5)
ES > 0,8 = efek besar (selisih rerata lebih dari 0,8)

E. DAFTAR PUSTAKA
Istarani. (2014). 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada.
Trianto, 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta:
Prestasi Pustaka
Nana Sudjana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
Burhan Nurgiyantoro, Gunawan, Marzuki. 2012. Statistik Terapan
Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjahmada University press.
John W. Creswell. 2012. Educational Research: Planning, Conducting
and Evaluating Quantitative and Qualitative Research. (Online).
(http://gen.lib.rus.ec)
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabet
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabet
Sugiyono. 2017. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabet
Suharsimi Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Suharsimi Arikunto. 2015. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara
Leo Sutrisno. Effect Size. (Online).
(http://www.scribd.com/document/28025523/Effect_Size)
Alan Bryman. 2012. Social Research Methods 4 th Edition. (Online).
(http://gen.lib.rus.ec)
Asep Jihad. Abdul Haris. 2013. Evalausi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo
Donald Ary, Lucy Cheser Jacobs and Christine K. Sorensen. 2010.
Introduction to Research in Education. (Online) (http://gen.lib.rus.ec)
Louis Cohen, 2002. Research Methods in education 5th Edition. New York,
(Online) (http://gen.lib.rus.ec)

Anda mungkin juga menyukai