1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, didapatkan beberapa rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apa itu penelitian kombinasi?
2. Apa asumsi filosofis yang digunakan dalam metode penelitian kombinasi?
3. Apa saja prosedur yang harus ditempuh dalam melakukan penelitian sequential
eksplanatory?
4. Bagaimana menerapkan metode kombinasi sequential eksplanatory ini pada
penelitian pendidikan matematika?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui pengertian penelitian kombinasi
2. Mengetahui asumsi filosofis penelitian kombinasi
3. Mengetahui prosedur yang harus dilalui dalam melakukan penelitian kombinasi
sequential eksplanatory
4. Mengetahui contoh penerapan penelitian sequential eksplanatori dalam
penelitian pendidikan matematika
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
8. Peneliti tambah menambah wawasan dan pemahaman yang mungkin terluput
jika hanya menggunakan satu metode tunggal
9. Dengan menggunakan metode campuran, maka generalisasi hasil dapat
ditingkatkan.
10. Pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang digunakan bersama akan
menghasilkan pengetahuan yang lebih lengkap yang diperlukan untuk
menginformasikan teori dan praktik.
Sementara kelemahan-kelemahan pendekatan penelitian campuran menurut
Sarwono (2011) adalah sebagai berikut.
1. Jika melakukan hanya satu penelitian, maka yang bersangkutan akan
menemukan kesulitan karena harus melakukan penelitian dengan dua metode
yang berbeda apalagi jika penelitian gabungan dilakukan secara bersamaan.
2. Peneliti harus belajar berbagai metode dan pendekatan dan memahami
bagaimana caranya menggabung kedua metode berbeda tersebut secara tepat
3. Para penganut aliran satu metode menganjurkan bahwa sebaiknya seorang
peneliti harus selalu hanya menggunakan satu pendekatan saja, kuantitatif atau
kualitatif saja.
4. Biaya penelitian akan menjadi lebih mahal.
5. Waktu yang digunakan akan menjadi lebih lama.
6. Detail-detail tertentu akan tetap harus dikerjakan oleh ahli metodologi
penelitian,
4
1. Pragmatisme tidak hanya diterapkan untuk satu sistem filsafat atau realitas saja.
2. Setiap peneliti memiliki kebebasan memilih. Dalam hal ini, mereka bebas untuk
memilih metode, teknik, dan prosedur penelitian yang dianggap terbaik untuk
memenuhi kebutuhan dan tujuan mereka.
3. Kaum pragmatis tidak melihat dunia sebagai kesatuan yang mutlak. Artinya para
peneliti metode campuran dapat menerapkan berbagai pendekatan dalam
mengumpulkan dan menganalisis data ketimbang hanya menggunakan satu
pendekatan saja (misalnya, kuantitatif atau kualitatif).
4. Kebenaran adalah apa yang terjadi pada saat itu. Kebenaran tidak didasarkan
kepada dualitas antara kenyataan yang berada di luar pikiran dan kenyataan yang
ada dalam pikiran.
5. Para peneliti pragmatis selalu melihat apa dan bagaimana meneliti berdasarkan
sebab-akibat yang akan mereka terima, dimana mereka ingin menjalankan
penelitian tersebut.
6. Kaum pragmatis setuju bahwa penelitian selalu muncul dalam konteks sosial,
historis, politis, dan lain sebagainya.
7. Kaum pragmatis percaya akan dunia eksternal yang berada diluar pikiran
sebagaimana yang berda di dalam pikiran manusia.
8. Pragmatisme dapat membuka pintu untuk menerapkan metode yang beragam,
paradigma yang berbeda-beda, dan asumsi yang bervariasi, serta bentuk yang
berbeda dalam pengumpulan dan analisis data.
5
dengan asumsi bahwa mengumpulkan berbagai jenis data yang dianggap terbaik
dapat memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang masalah yang diteliti.
Tujuan rancangan ini secara keseluruhan adalah untuk membantu data
kualitatif menerangkan secara detail hasil kuantitatif awal. Penelitian ini dapat
dimulai dengan survey secara luas agar dapat dilakukan generalisasi terhadap
hasil penelitian dari populasi yang telah ditentukan. Kemudian pada tahap
selanjutnya, dilakukan wawancara kualitatif secara terbuka agar dapat
mengumpulkan pandangan-pandangan dari partisipan (Creswell 2016: 293).
Metode kuantitatif berperan untuk memperoleh data kuantitatif yang terukur
yang dapat bersifat deskriptif, komparatif, assosiatif, komparatif assosiatif dan
structural dan metode kualitatif berperan untuk membuktikan, memperdalam,
memperluas, memberi makna, dan menggugurkan data kuantitatif yang telah
diperoleh pada tahap awal (Sugiyono, 2015: 283).
6
4. Interpretasi
Peneliti metode campuran menginterpretasikan hasil follow-up dalam
bagian pembahasan hasil penelitian. Interpretasi mengikuti bentuk pelaporan
kuantitatif pertama, hasil fase pertama dan kemudian kualitatif, yaitu hasil fase
kedua. Pada model sequential eksplanatory temuan kualitatif digunakan untuk
membantu menerangkan temuan kuantitatif (Creswell 2016: 300). Kesalahan
yang sering dilakukan oleh peneliti pemula adalah penggabungan dua database.
Tujuan rancangan adalah agar data kualitatif dapat membantu memberikan
gagasan yang lebih mendalam dan lebih banyak untuk hasil kuantitatif. Oleh
karena itu dalam pembahasan sebaiknya memperinci bagaimana hasil kualitatif
membantu memperluas atau menerangkan hasil kuantitatif (Creswell 2016: 301).
5. Validitas
Seperti pada semua metode penelitian campuran, peneliti perlu
menentukan validitas skor dari ukuran kuantitatif dan membahas validitas
temuan kualitatif. Dalam penelitian sequential eksplanatori akurasi penelitain
dapat terganggu karena peneliti tidak memperhitungkan dan menimbang semua
pilihan untuk menindaklajuti penelitian kuantitatif.
Pengumpulan
Masalah dan Landasan Hasil Penentuan
dan Analisis
potensi, Rumusan Teori dan Pengujian Sumber Data
Data
Masalah Hipotesis Hipotesis Penelitian
Kuantitatif
Kuantitatif
1. Masalah dan Potensi
Penelitian kuantitatif berangkat dari masalah atau potensi yang sudah
jelas (Sugiyono, 2015: 284). Masalah adalah peyimpangan dari apa yang
diharapkan dengan apa yang terjadi. Penyimpangan dapat berbentuk
penyimpangan antara teori dan praktik, penyimpangan antara aturan dengan
pelaksanaan. Potensi adalah sesuatu bila dikembangkan akan dapat
7
meningkatkan nilai tambah (Sugiyono 2015: 284). Penelitian yang berangkat
dari potensi hasil penelitian dapat berguna untuk pengembangan atau
peningkatan kemajuan.
Masalah yang akan diteliti memiliki beberapa kriteria, yaitu: (1) setiap
masalah yang akan diangkat harus ada yang melatarbelakangi; (2) Masalah yang
dikemukakan harus ditunjukkan dengan fakta yang dapat dipercaya. Dalam
penelitian kuantitatif, penyajian masalah berangkat dari variabel dependen,
misalnya dari prestasi belajar matematika siswa yang rendah. Kemudian dicari
faktor-faktor atau variabel yang menyebabkan. Berdasarkan analisis tertentu
ditemukan banyak variabel yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Selanjutnya dilakukan identifikasi masalah. Identifikasi masalah adalah
deskripsi seluruh masalah pada setiap variabel independen yang diduga
mempengaruhi variabel independen. Identifikasi masalah dinyatakan dengan
kalimat pernyataan.
Peneliti kemudian memilih beberapa masalah yang akan diteliti dari
banyak masalah yang telah diidentifikasi tadi, maka peneliti peru membatasi
beberapa masalah atau variabel independen saja Setelah variabel yang akan
diteliti sudah ditetapkan, selanjutnya dibuat rumusan masalah. Rumusan masalah
merupakan pertanyaan penelitian yang memandu peneliti untuk menentukan
teori yang digunakan, perumusan hipotesis, penyusunan intrumen, pengumpulan
data, analisis data, dan membuat kesimpulan dan saran.
2. Landasan Teori dan Hipotesis
Setelah masalah dirumuskan, maka peneliti mencari dan memilih terori
yang relvan sehingga dapat digunakan untuk memperjelas masalah, memberi
definisi operasional, merumuskan hipotesis dan mengembangkan instrument.
Jumlah teori yang digunakan tergantung pada jumlah variabel yang diteliti.
3. Pengumpulan dan Analisis Data Kuantitatif
Tahapan selanjutnya adalah pembuktian hipotesis berdasarkan data yang
telah diperoleh. Sebelum data dikumpulkan perlu ditetapkan populasi dan
sampelnya dan disusun instrument penelitian yang valid dan reliable sesuai
dengan jumlah variabel yang diteliti (Sugiyono, 2015: 286). Setelah instrument
pengumpulan data dinyatakan valid dan reliable dilanjutkan dengan
8
pengumpulan data. Satelah data terkumpul dilanjutkan dengan menganalisis data
yang diperoleh sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
4. Hasil Pengujian Hipotesis
Penyajian data merupakan langkah terakhir dalam metode penelitian
kuantatif. Data kuantitatif yang telah dianalisis dan diuji hipotesis disajikan
dalam bentuk tabel, grafik, dan narasi singkat. Penyajian data meliputi deskripsi
data kuantitatif nilai setiap variabel, setiap indikator, bahkan butir instrument.
Dengan demikian nilai masing-masing variabel, indikator, dan butir instrument
dapat diketahui.
Penyajian beikutnya adalah penyajian data terhadap hasil pengujian
hipotesis. Semua hipotesis yang telah diuji perlu disajikan. Apabila hipotesis itu
terkait dengan pengujian hubungan antar variabel maka perlu disajikan dalam
bentuk gambar hubungan variabel, diberi angka korelasi dan diberi narasi
singkat.
Kualitatif
5. Penentuan Sumber Data
Berdasarkan data yang diperoleh dari metode penelitian kuantitatif,
selanjutnya peneliti menentukan sumber data yang diharapkan dapat melengkapi
temuan pada tahap I (Sugiyono, 2015: 288). Selanjutnya sumber data dapat
dipilih secara purposive (siapa yang paling mengetahui tentang apa yang
ditanyakan) (Moleong, 2016: 36) dan bersifat snowball (jumlahnya berkembang
semakin banyak). Sumber data selain orang juga bisa dapat berupa peristiwa,
dan proses yang sedang berlangsung.
6. Pengumpulan dan Analisis Data Kualitatif
Setelah sumber data diperoleh melalui purposive dan snowball, maka
selanjutnya peneliti kualitatif melakukan pengumpulan data dengan wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Analisis data dan pengujian kredibilitas data dapat
dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data dan setelah selesai
pengumpulan data. Hasil data kualitatif diharapkan diperoleh data kualitatif yang
kredibel untuk melengkapi data kuantitatif yang diperoleh (Sugiyono 2015:
288).
9
7. Analisis Data Kuantitatif dan Kualitatif
Setelah data kuantitatif dan kualitatif diperoleh, maka selanjutnya kedua
kelompok akan dianalisis lagi. Analisis dapat dilakukan dengan cara
menggabungkan data yang sejenis sehingga data kuantitatif diperluas dan
diperdalam dengan data kualitatif. Analisis juga dapat dilakukan dengan cara
membandingkan data kuantitatif, dan kualitatif, sehingga data kuantitatif akan
dapat ditunjukkan persamaan dan perbedaannya dengan data kualitatif
(Sugiyono, 2015: 289). Analisis juga dapat dilakukan secara deskriptif-
eksploratif sehingga diperoleh data kualitatif baru yang sama sekali terpisah
dengan data kuantitatif.
8. Kesimpulan Hasil Penelitian
Langkah terakhir dalam penelitian sequential eksplanatory adalah
pembuatan laporan penelitian yang didalamnya ada kesimpulan dan memberikan
saran. Kesimpulan yang diberikan adalah untuk menjawab secara singkat
rumusan masalah berdasarkan fakta yang ditemukan di lapangan (Sugiyono,
205: 289). Bila rumusan masalah ada lima butir maka kesimpulan juga lima
butir. Berdasarkan kesimpulan tersebut selanjutnya peneliti memberikan saran
untuk memperbaiki keadaan berdasarkan hasil penelitian.
10
Prodi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana,
Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Tujuan 1. Mengetahui tingkat ketuntasan kemampuan pemecahan
Penelitian masalah pada siswa yang mendapat pembelajaran
model SAVI berpendekatan kontekstual
2. Mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa
yang mendapat pembelajaran model SAVI
berpendekatan kontekstual, yang mendapat
pembelajaran model SAVI dan kelas dengan
pembelajaran konvensional,
3. Mengetahui pengaruh karakter kerja keras siswa yang
mendapat pembelajaran model SAVI berpendekatan
kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah
siswa
4. Mengungkap pengaruh karakter kerja keras siswa yang
mendapat pembelajaran model SAVI berpendekatan
kontekstual terhadap kemampuan pemecahan masalah
siswa
5. Mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah
siswa setelah pembelajaran matematika materi
aritmetika sosial dengan pengajaran model SAVI
berpendekatan kontekstual ditinjau dari karakter kerja
keras siswa berdasarkan kategori atas, menengah dan
bawah.
Metode Metode campuran/kombinasi (mixed method) tipe sequential
Penelitian explanatory dengan penggabungan metode kuantitatif dan
kualitatif secara berurutan. Penelitian kuantitatif pada tahap
pertama mengikuti model quasi-experimental yang didesain
dalam bentuk non-equivalent (pretest and post-test) control-
group design (Creswell, 2014).
Treatment Model pembelajaran Somatis, Auditorial, Visual, dan
Intellectual (SAVI)
11
Populasi Siswa SMP Negeri 1 Soe
Teknik a. Teknik pengumpulan data kuantitatif pada penelitian ini
pengumpulan menggunakan tes, kuesioner/angket dan observasi.
data b. Pengumpulan data kualitatif menggunakan lembar hasil
pekerjaan siswa dan wawancara untuk mendeskripsikan
kemampuan pemecahan masalah berdasar-kan kategori
karakter kerja keras pada siswa yang diajarkan dengan
model SAVI berpendekatan kontekstual
Analisis Data Analisis data kuantitatif menggunakan uji t satu sampel, uji
anova, dan regresi linier sederhana.
Simpulan 1) Kemampuan pemecahan masalah siswa pada kelas yang
mendapatkan model pembelajaran model SAVI
berpendekatan kontekstual mencapai ketuntasan
minimal.
2) Kemampuan pemecahan masalah siswa mencapai
ketuntasan baik secara individual maupun klasikal
3) Terdapat pengaruh antara karakter kerja keras siswa
terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa dengan
besar pengaruhnya adalah 56,3% sedangkan sisanya
43,7% kemampuan pemecahan masalah siswa
dipengaruhi oleh faktor yang lain.
4) Karakter kerja keras siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model SAVI berpendekatan kontekstual
umumnya berada pada kelompok menengah yakni 73%,
sedangkan untuk kelompok atas 10% dan kelompok
bawah hanya 16%. Karakter kerja keras pada kelas
dengan pembelajaran model SAVI berpendekatan
kontekstual yang rata-rata berada pada kelompok
menengah berpengaruh baik terhadap kegiatan
pembelajaran sehingga mengakibatkan kemampuan
pemecahan mereka baik.
5) Kemampuan pemecahan masalah siswa berdasarkan
12
pengkategorian karakter kerja keras setelah diajarkan
menggunakan model SAVI berpendekatan kontekstual
menunjukkan bahwa karakter kerja keras siswa yang
berada pada kelompok atas mempunyai kemampuan
pemecahan masalah lebih baik dari kelompok
menengah dan lebih baik dari kelompok bawah. Hal ini
berarti bahwa jika karakter kerja kerasnya makin baik
maka kemampuan pemecahan masalahnya juga makin
baik.
13
etnomatematika
3. Mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah
siswa ditinjau dari adversity quotient
Metode Metode campuran/kombinasi (mixed method) tipe sequential
Penelitian explanatory dengan penggabungan metode kuantitatif dan
kualitatif secara berurutan. Penelitian kuantitatif pada tahap
pertama mengikuti model quasi-experimental yang didesain
dalam bentuk non-equivalent (pretest and post-test) control-
group design (Creswell, 2014).
Treatment Model pembelajaran Somatis, Auditorial, Visual, dan
Intellectual (SAVI)
Populasi Siswa SMP Negeri 1 Soe
Teknik c. Teknik pengumpulan data kuantitatif pada penelitian ini
pengumpulan menggunakan tes, kuesioner/angket dan observasi.
data d. Pengumpulan data kualitatif menggunakan lembar hasil
pekerjaan siswa dan wawancara untuk mendeskripsikan
kemampuan pemecahan masalah berdasar-kan kategori
karakter kerja keras pada siswa yang diajarkan dengan
model SAVI berpendekatan kontekstual
Analisis Data Analisis data kuantitatif menggunakan uji t satu sampel, uji
anova, dan regresi linier sederhana.
Simpulan 6) Kemampuan pemecahan masalah siswa pada kelas yang
mendapatkan model pembelajaran model SAVI
berpendekatan kontekstual mencapai ketuntasan
minimal.
7) Kemampuan pemecahan masalah siswa mencapai
ketuntasan baik secara individual maupun klasikal
8) Terdapat pengaruh antara karakter kerja keras siswa
terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa dengan
besar pengaruhnya adalah 56,3% sedangkan sisanya
43,7% kemampuan pemecahan masalah siswa
dipengaruhi oleh faktor yang lain.
14
9) Karakter kerja keras siswa yang diajarkan dengan
menggunakan model SAVI berpendekatan kontekstual
umumnya berada pada kelompok menengah yakni 73%,
sedangkan untuk kelompok atas 10% dan kelompok
bawah hanya 16%. Karakter kerja keras pada kelas
dengan pembelajaran model SAVI berpendekatan
kontekstual yang rata-rata berada pada kelompok
menengah berpengaruh baik terhadap kegiatan
pembelajaran sehingga mengakibatkan kemampuan
pemecahan mereka baik.
10) Kemampuan pemecahan masalah siswa berdasarkan
pengkategorian karakter kerja keras setelah diajarkan
menggunakan model SAVI berpendekatan kontekstual
menunjukkan bahwa karakter kerja keras siswa yang
berada pada kelompok atas mempunyai kemampuan
pemecahan masalah lebih baik dari kelompok
menengah dan lebih baik dari kelompok bawah. Hal ini
berarti bahwa jika karakter kerja kerasnya makin baik
maka kemampuan pemecahan masalahnya juga makin
baik.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian metode kombinasi (Mix Methods) adalah penelitian yang
melibatkan pengumpulan, analisis, dan dalam beberapa cara mengintegrasikan data
kuantitatif dan kualitatif dalam satu proyek.
Paradigma pragmatism menitikberatkan pada aplikasi dan solusi atas problem
yang ada. Ketimbang berfokus pada metode, para peneliti pragmatic lebih
menekankan pada pemecahan masalah dan menggunakan semua pendekatan yang
ada untuk memahami masalah tersebut sehingga digunakan pada metode penelitian
campuran. Paradigma pragmatisme memberikan dasar filosofis penelitian sebagai
berikut (Creswell,2015):
1. Pragmatisme tidak hanya diterapkan untuk satu sistem filsafat atau realitas saja.
2. Setiap peneliti memiliki kebebasan memilih. Dalam hal ini, mereka bebas untuk
memilih metode, teknik, dan prosedur penelitian yang dianggap terbaik untuk
memenuhi kebutuhan dan tujuan mereka.
3. Kaum pragmatis tidak melihat dunia sebagai kesatuan yang mutlak. Artinya para
peneliti metode campuran dapat menerapkan berbagai pendekatan dalam
mengumpulkan dan menganalisis data ketimbang hanya menggunakan satu
pendekatan saja (misalnya, kuantitatif atau kualitatif).
4. Kebenaran adalah apa yang terjadi pada saat itu. Kebenaran tidak didasarkan
kepada dualitas antara kenyataan yang berada di luar pikiran dan kenyataan yang
ada dalam pikiran.
5. Para peneliti pragmatis selalu melihat apa dan bagaimana meneliti berdasarkan
sebab-akibat yang akan mereka terima, dimana mereka ingin menjalankan
penelitian tersebut.
6. Kaum pragmatis setuju bahwa penelitian selalu muncul dalam konteks sosial,
historis, politis, dan lain sebagainya.
7. Kaum pragmatis percaya akan dunia eksternal yang berada diluar pikiran
sebagaimana yang berda di dalam pikiran manusia.
16
8. Pragmatisme dapat membuka pintu untuk menerapkan metode yang beragam,
paradigma yang berbeda-beda, dan asumsi yang bervariasi, serta bentuk yang
berbeda dalam pengumpulan dan analisis data.
Salah satu metode penelitian kombinasi yaitu metode penelitian sequential
eksplanatori. Metode penelitian sequential eksplanatori adalah penelitian di mana
peneliti terlebih dahulu melakukan penelitian kuantitatif, menganalisis hasil, dan
kemudian menyusun hasil untuk menerangkannya dengan lebih terperinci dengan
penelitian kualitatif (Creswell 2016: 21). Tujuan rancangan ini secara keseluruhan
adalah untuk membantu data kualitatif menerangkan secara detail hasil kuantitatif
awal. Penelitian ini dapat dimulai dengan survey secara luas agar dapat dilakukan
generalisasi terhadap hasil penelitian dari populasi yang telah ditentukan. Kemudian
pada tahap selanjutnya, dilakukan wawancara kualitatif secara terbuka agar dapat
mengumpulkan pandangan-pandangan dari partisipan (Creswell 2016: 293). Metode
kuantitatif berperan untuk memperoleh data kuantitatif yang terukur yang dapat
bersifat deskriptif, komparatif, assosiatif, komparatif assosiatif dan structural dan
metode kualitatif berperan untuk membuktikan, memperdalam, memperluas,
memberi makna, dan menggugurkan data kuantitatif yang telah diperoleh pada tahap
awal (Sugiyono, 2015: 283).
B. Pengumpulan dan
Pengumpulan dan Tindak Interpretasi
C. Analisis Daya
Analisis Daya Lanjut
Kuantitatif Kualitatif
17
DAFTAR PUSTAKA
18