MK : SEMINAR MANAJEMEN
DHEO RIMBANO, SE., M.Si
JURNAL
1. Validitas dan Reliabilitas Suatu Instrumen Penelitian (Zulkifli Matondang, 2009)
Volume dan Halaman : Vol. 06, Hal. 87 – 97
2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Kuantitatif (Febrianawati Yusup,
2018)
Volume dan Halaman : Vol. 07, Hal. 17 – 23
3. Meyakinkan validitas data melalui triangulasi pada penelitian kualitatif (Bachtiar S.
Bachri, 2010)
Volume dan Halaman : Vol. 10, Hal. 46 – 62
4. Metode penelitian kualitatif dalam bidang bimbingan dan konseling (Galang Surya
Gumilang, 2016)
Volume dan Halaman : Vol. 02, Hal. 144 – 159
❖ Latar Belakang
Penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang
dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
Permasalahan menjadi sumber segala sesuatu dalam suatu penelitian. Dari
permasalahan muncullah tujuan penelitian yang mengandung variabel-variabel
penelitian. Untuk mengukur suatu variabel diperlukan alat ukur yang biasa disebut
instrumen. Djaali (2000: 9) menyatakan bahwa secara umum yang dimaksud dengan
instrumen adalah suatu alat yang karena memenuhi persyaratan akademis maka dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau mengumpulkan data
mengenai suatu variabel.
Nurkancana (1992: 141) menyatakan bahwa suatu alat pengukur dapat
dikatakan alat pengukur yang valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa
yang hendak diukur secara tepat. Sedangkan menurut (Arikunto, 2010) menyatakan
Instrumen dikatakan reliabel saat dapat mengungkapkan data yang bisa dipercaya.
Penelitian pada hakikatnya adalah berusaha mendapatkan informasi tentang
sistem yang ada (beroperasi) pada objek yang sedang diteliti, maka peneliti perlu
menentukan cara menemukan informasi tentang sistem yang sedang dicari itu. Cara
menemukan informasi itulah yang bervariasi baik dengan menggunakan metode
kuantitatif, kualitatif, maupun menggabungkan dari kedua metode tersebut. Istilah
penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller (1986) pada mulanya bersumber pada
pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif bahwa
metodologi kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
Penelitian kualitatif melibatkan penggunaan dan pengumpulan berbagai bahan
empiris, seperti studi kasus, pengalaman pribadi, instropeksi, riwayat hidup,
wawancara, pengamatan, teks sejarah, interaksional dan visual: yang menggambarkan
momen rutin dan problematis, serta maknanya dalam kehidupan individual dan kolektif
(Denzim & Lincoln,1994).
Adapun penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, serta
mengembangkan dan menguji teori. Mc Millan dan Schumacer mengutip pendapat
Walberg (1986), ada lima langkah pengembangan pengetahuan melalui penelitian,
yaitu: (1) mengidentifikasi masalah penelitian, (2) melakukan studi empiris, (3)
melakukan replika atau pengulangan, (4) menyatukan (sintesis) dan mereview, (5)
menggunakan dan mengevaluasi oleh pelaksana. Sedangkan proses yang
dilakukannya adalah (1) Sistematis: langkahlangkah tertentu secara urut/runtut, (2)
Logis: menggunakan logika berfikir yang objektif, dan (3) Empiris: berdasarkan
kenyataan (obyeknya nyata/objektif).
Baik tidaknya suatu instrumen penelitian ditentukan oleh validitas dan
reliabilitasnya. Validitas dan reliabilitas instrumen tidak serta-merta ditentukan oleh
instrumen itu sendiri. Menurut Sugiyono (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi
validitas dan reliabilitas suatu alat ukur (instrumen) selain instrumen adalah pengguna
alat ukur yang melakukan pengukuran dan subjek yang diukur. Namun, faktor-faktor
tersebut dapat diatasi dengan jalan menguji instrumen dengan uji validitas dan
reliabilitas yang sesuai.
BAB II
TEORI PENELITIAN
II.1. Jurnal 1
❖ Silvirius (1991: 5) menyatakan bahwa tes adalah suatu prosedur sistematis untuk
mengamati dan mencandrakan satu atau lebih karakteristik seseorang dengan
menggunakan skala numerik atau sistem kategori.
❖ Suryabrata (2000: 41) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya menunjuk
kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan ukurnya
sesuatu tes.
❖ Nur (1987: 47) menyatakan bahwa reliabilitas ukuran menyangkut seberapa jauh
skor deviasi individu, atau skor-z, relatif konsisten apabila dilakukan
pengulangan pengadministrasian dengan tes yang sama atau tes yang ekivalen
II.2. Jurnal 2
Validitas instrumen dapat dibuktikan dengan beberapa bukti. Bukti-bukti tersebut
antara lain secara konten, atau dikenal dengan validitas konten atau validitas isi, secara
konstruk, atau dikenal dengan validitas konstruk, dan secara kriteria, atau dikenal
dengan validitas kriteria.
❖ (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012) indikator bahwa suatu instrumen telah valid
adalah ahli sudah menerima instrumen, baik secara isi maupun formatnya, tanpa
ada perbaikan kembali. Jika setelah revisi ahli masih meminta ada perbaikan,
maka revisi masih perlu dilakukan hingga ahli benar-benar menerima instrumen
tanpa perbaikan lagi.
❖ (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012) Jika definisi telah berlandaskan teori yang
tepat, dan pertanyaan atau pernyataan item soal telah sesuai, maka instrumen
dinyatakan valid secara validitas konstruk.
❖ (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012) Ada dua jenis validitas kriteria: 1) Validitas
Kriteria Prediktif dan 2) Validitas Kriteria Bersamaan (Concurrent).
Reliabilitas instrumen dapat diuji dengan beberapa uji reliabilitas. Beberapa uji
reliabilitas suatu instrumen yang bisa digunakan antara lain test-retest, ekuivalen, dan
internal consistency. Test-Retest menggunakan teori uji t (Sugiyono, 2014) dengan
rumus :
Pada Jurnal III ini peneliti lebih mengutamakan pokok bahasan pada judul
dimana “meyakinkan validitas data melalui triangulasi pada penelitian kualitatif”.
Penelitian kualitatif bersifat induktif, peneliti membiarkan permasalahan-
permasalahan muncul dari data atau dibiarkan terbuka untuk interpretasi. Untuk
mendapatkan data yang lengkap, para peneliti naturalistis menggunakan teknik
triangulasi. Triangulasi mencari dengan cepat pengujian data yang sudah ada dalam
memperkuat tafsir dan meningkatkan kebijakan serta program yang berbasis pada bukti
yang telah tersedia. Dengan cara menguji informasi dengan mengumpulkan data
melalui metoda berbeda, oleh kelompok berbeda dan dalam populasi berbeda,
penemuan mungkin memperlihatkan bukti penetapan lintas data, mengurangi
dampaknya dari penyimpangan potensial yang bisa terjadi dalam satu penelitian
tunggal.
Hasil jurnal ini menjelaskan :
❖ triangulasi bukan bertujuan mencari kebenaran, tapi meningkatkan pemahaman
peneliti terhadap data dan fakta yang dimilikinya
❖ triangulasi dilakukan berdasarkan (berbasis) data yang ada
❖ Jika dijumpai hasil triangulasi yang tidak “match” dengan hasil data awal, maka
perlu dilakukan triangulasi lagi dengan pendekatan berbeda dingga ditemukan hasil
yang benar-benar signifikan.
❖ Data yang dinyatakan valid melalui triangulasi akan memberikan keyakinan
terhadap peneliti tentang keabsahan datanya, sehingga tidak ragu dalam
pengambilan kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan.
❖ Kesimpulan
Penelitian kualitatif merupakan penelitian saintifik yang objektivistik dan
berorientasi pada metode refleksif. penelitian kualitatif menggunakan instrumen
pengumpulan data yang sesuai dengan tujuannya.
Instrumen merupakan suatu alat yang karena memenuhi persyaratan akademis
maka dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu obyek ukur atau
mengumpulkan data mengenai suatu variabel. Instrumen yang valid dan reliabel dapat
menghasilkan data yang valid dan reliabel pula sehingga membawa pada kesimpulan
yang sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Validitas mempermasalahkan sejauh mana pengukuran tepat dalam mengukur
apa yang hendak diukur. Sedangkan, reliabilitas mempermasalahkan sejauh mana
suatu pengukuran dapat dipercaya karena keajegannya. Dalam salah satu metode
untuk mengetahui validitas data dapat dilakukan dengan menggunakan triangulasi.
Triangulasi merupakan metode sintesa data terhadap kebenarannya dengan
menggunakan metode pengumpulan data yang lain atau berbagai paradigma
triangulasi. Data yang dinyatakan valid melalui triangulasi akan memberikan keyakinan
terhadap peneliti tentang keabsahan datanya, sehingga tidak ragu dalam pengambilan
kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan.
Dalam bimbingan dan konseling, penelitian kualitatif sangat mudah untuk
diaplikasikan untuk melihat gejala fenomenal-fenomena riil. Tetapi realitasnya,
penelitian kualitatif hanya sebagai penyeimbang karena para peneliti dan praktisi
bimbingan dan konseling cenderung memilih penelitian kuantitatif.