Anda di halaman 1dari 24

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan
“Dokumen AMDAL Pabrik Rokok” sebagai salah satu tugas untuk memenuhi mata kuliah
Kimia Lingkungan. Dengan penuh kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan berkat dan rahmatnya


2. Orang Tua penulis yang dengan segenap hati mendukung, memberikan doa dan kasih
saying.
3. Dr. Triastuti Sulistyaningsih, S.Si., M.Si. selaku dosen mata kuliah Kimia Lingkungan.

Penulis sadar bahwa dalam dokumen ini tak lepas dari kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, penulis berharap dokumen AMDAL ini dapat menjadi manfaat dan referensi untuk
pembaca.

Semarang, 11 Desember 2018

Penulis

1
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................................................................. 1


Daftar Isi ....................................................................................................................................................... 2
Latar Belakang .............................................................................................................................................. 3
BAB 1 ........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
1. BAHAN-BAHAN PEMBUATAN ROKOK .................................................................................... 5
2. JENIS-JENIS ROKOK : ................................................................................................................... 5
3. PROSES INDUSTRI ROKOK ......................................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................................................... 9
A. RONA LINGKUNGAN ................................................................................................................... 9
B. SKOPPING (PELINGKUPAN) ..................................................................................................... 10
BAB III ....................................................................................................................................................... 12
A. METODE ........................................................................................................................................ 12
B. PENDUGAAN DAMPAK ............................................................................................................. 12
C. PEMBAHASAN DAMPAK ........................................................................................................... 13
a. Karakter Limbah dalam Proses Produksi Rokok ........................................................................ 14
b. Penanganan Limbah Industri Rokok dalam Manajemen Industri ............................................... 14
BAB IV ....................................................................................................................................................... 20
1. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN ........................................................................... 20
1.1 Tahap Prakontruksi ....................................................................................................................... 20
1.2 Tahap Kontruksi............................................................................................................................ 20
C. TAHAP PENGELOLAHAN LINGKUNGAN .............................................................................. 21
PENUTUP .................................................................................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................. 24

2
Latar Belakang
Industri rokok di tanah air telah memainkan peranan dan dampak perekonomian yang
tidak kecil di tengah masyarakat. Sejarah panjang industri rokok yang sudah mengakar ratusan
tahun lalu sejak zaman penjajahan telah membuat industri ini kuat dan besar.1

Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah
China, AS, dan Rusia. Jumlah batang rokok yang dikonsumsi di Indonesia mengalami
peningkatan dari 182 miliar batang pada 2001 (Tobacco Atlas 2002) menjadi 260,8 miliar batang
pada 2009 (Tobacco Atlas 2012), 2 sementara pada tahun 2013 tercatat 341,9 miliar batang.3

Tingginya jumlah perokok di Indonesia menyebabkan industri rokok menjadi salah satu
penyumbang pajak terbesar. Menurut data Kementerian Keuangan, pada tahun 2008 industri
rokok menyumbang Rp 51,3 triliun dan terus meningkat menjadi Rp 83,3 triliun dalam APBN-P
2012.6 Susiwijono Moegiarso selaku Direktur Penerimaan dan Peraturan Kepabeanan dan Cukai
Kementerian Keuangan seperti meyebutkan penerimaan di sektor cukai masih didominasi produk
tembakau, di antaranya rokok, dari penerimaan cukai Februari 2014 sebesar Rp 12,9 triliun, 98
persen disumbang oleh hasil tembakau. Dalam RAPBN-P 2015, penerimaan cukai rokok
ditargetkan mencapai 136,12 triliun. Target ini meningkat Rp 15,56 triliun dibandingkan target
yang tercatat di APBN 2015, yang hanya Rp 120,56 triliun.

Pembangunan pabrik yang pesat di Kabupaten Kudus memberikan pula dampak


negatif berupa meningkatnya tekanan terhadap lingkungan. Hal ini terjadi karena pembangunan
yangkurang memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan setempat, yang
padaakhirnya meningkatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. Pencemaran dan kerusakan
lingkungan hidup tersebut menjadi beban sosial, yang pada akhirnya masyarakat dan pemerintah
yang harus menanggung biaya pemulihannya.

Apabila hal ini dibiarkan terus menerus akan berakibat pada masalah-masalah yang
semakin kompleks dan sulit penanganannya. Oleh karenanya pembangunan yang harus
dilakukan adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan yaitu pembangunan
yangmemadukan lingkungan hidup dengan sumber daya alam, untuk mencapai
keberlanjutan pembangunan yang menjadi jaminan bagi kesejahteraan dan mutu hidup
generasi masa kini dan generasi masa depan.

Salah satu upaya yang dilakukan untuk meminimasi dampak negatif yang timbul
darisuatu kegiatan maka dilakukan penyusunan kajian kelayakan lingkungan berupa AMDAL
(Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup) atau UKL & UPL (UpayaPengelolaan
Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup). Kedua instrumen lingkungan ini
disatu sisi merupakan kajian kelayakan lingkungan bagi kegiatan yang akan memulai usaha
tetapi disisi lain juga merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk memulai usaha tetapi disisi
lain juga merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin memulai usaha.

3
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Nama Proyek
Nama Perusahaan : PT Jaya Factory
Jenis Perusahaan : Pabrik Rokok
Alamat : Panjang Kecamatan Bae Kabupaten Kudus
Telepon/Fax : 085290745516
Penanggung Jawab Proyek : Meilia Riva Nur Aini
Jabatan : Presiden Direktur
Lama Pembangunan : 3 Tahun

B. Luas Lahan
Pabrik yang akan dibangun membutuhkan lahan seluas 12 Ha. Lahan ini nantinya
akan digunakan untuk pembangunan kantor, pabrik produksi, taman, dan tempat
pengolahan limbah pabrik rokok.
Kantor = 1 Ha
Pabrik Produksi = 7 Ha
Tempat Pengolahan Limbah = 2 Ha
Tempat Parkir = 1 Ha
Taman = 1 Ha

C. Biaya
Biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan pabrik Rokok “PT. Jaya Factory”
adalah 17 Triliun Rupiah. Dengan rincian dana sebagai berikut :
Pembangunan Pabrik Produksi dan Kantor = Rp 5.250.000.000.000,00
Penyediaan Alat Produksi = Rp 10.650.000.000.000,00
Penyediaan Alat Pengolahan Limbah = Rp 850.000.000.000,00
Pembangunan Taman =Rp 250.000.000.000,00

D. Deskripsi Proyek
Rokok adalah hasil olahan tembakau yang terbungkus, dihasilkan dari tanaman
Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan species lainnya atau sintetisnya yang
mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan (Heryani,2014).
Industri rokok di Indonesia merupakan industri yang paling terbesar. Di Indonesia
sendiri, penggunaan tembakau sebagai rokok baru dikenal sejak kedatangan penjajah dari
Eropa. Penjajah pada saat itu memperkenalkan daun tembakau yang dikeringkan kepada
bangsa kita. Awalnya kebiasaan ini masih dianggap aneh namun lama kelamaan
tembakau sudah menjadi sesuatu yang didambakan oleh mayoritas penduduk di negeri ini
karena zat aditif yang ada pada rokok telah membuatnya kecanduan. Bahkan dari tahun

4
1990-1997, pertumbuhan jumlah perokok di Indonesia telah mencapai 44 % dan
merupakan yang tertinggi di dunia (Suryo,2007).
Perkembangan rokok sangatlah pesat dari awal ditemukan sampai berkembang
diberbagai lapisan dunia. Dilihat dari segi bungkusnya yang berawal rokok terbungkus
daun tembakau itu sendiri, kertas, klobot (daun jagung), daun aren. Dari segi bahan baku
yang dipakai untuk pembuatan rokok pada awalnya hanya tembakau saja, kemudian
ditambah dengan cengkeh dan ada lagi yang ditambah dengan kemenyan. Dari segi cara
pembuatannya yang berawal dibuat dengan manual dengan tangan yang panjang dan
diameternya tidak sama, kemudian berkembang lagi pembuatannya sudah menggunakan
mesin sehingga memiliki panjang dan diameter yang teratur dan lebih efisien dalam
pengerjaan, hasil, maupun waktu yang digunakan untuk memproduksi rokok tersebut
(Yunus,2009).
Pembangunan proyek pabrik rokok ini berlokasi di Kecamatan Bae. Wilayah ini
lumayan jauh dari pusat Kota Kudus. Apalagi pabrik rokok sangat membantu sebagai
devisa Negara.

1. BAHAN-BAHAN PEMBUATAN ROKOK


Bahan baku yang digunakan untuk membuat rokok adalah sebagai berikut :
1. Tembakau
Jenis tembakau yang dibudidayakan dan berkembang di Indonesia termasuk dalam
species Nocitiana Tabacum (Santika,2011).
2. Cengkeh
Bagian yang biasa digunakan adalah bunga yang belum mekar. Bunga cengkeh
dipetik dengan tangan oleh para pekerja, kemudian dikeringkan dibawah sinar
matahari, kemudian cengkeh ditimbang dan dirajang dengan mesin sebelum
ditambahkan ke dalam campuran tembakau untuk membuat rokok kretek
(Anonim,2013).
3. Saus Rahasia
Saus ini terbuat dari beraneka rempah dan ekstrak buah-buahan untuk menciptakan
aroma serta cita rasa tertentu. Saus ini yang menjadi pembeda antara setiap merk
dan varian kretek (Anonim,2013).
4. Filter
Filter hanya digunakan pada rokok putih atau rokok yang dibuat dengan mesin.
Filter rokok yang terbuat dari asetat selulosa berfungsi untuk menahan tar dan
partikel rokok yang berasal dari rokok yang dihisap, namun dalam jumlah sangat
sedikit. Filter juga berfungsi untuk mendinginkan rokok sehingga menjadi mudah
dihisap (Mustikaningrum,2010).

2. JENIS-JENIS ROKOK :
1. Rokok berdasarkan bahan pembungkus :
- Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kulit jagung

5
- Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.
- Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.
- Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun tembakau
- Rokok daun nipah
2. Rokok berdasarkan bahan baku atau isi :
- Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang
diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
- Rokok kretek : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau dan
cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
- Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa tembakau, cengkeh,
dan kemenyan yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan aroma tertentu.
3. Rokok berdasarkan proses pembuatannya :
- Sigaret Kretek Tangan (SKT) : rokok yang proses pembuatannya dengan cara
digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan atau alat bantu sederhana.
- Sigaret Kretek Mesin (SKM) : rokok yang proses pembuatannya menggunakan
mesin. Material rokok dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok. Keluaran
yang dihasilkan mesin pembuat rokok berupa rokok batangan. Mesin pembuat
rokok mampu menghasilkan keluaran sekitar enam ribu sampai delapan ribu
batang rokok per menit.
4. Rokok berdasarkan penggunaan filter :
- Rokok Filter : rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat gabus.
- Rokok Non Filter : rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus.

3. PROSES INDUSTRI ROKOK


a. Proses produksi rokok sigaret kretek
Sesuai dengan jenis rokok yang dihasilkan, maka proses pembutan rokok
juga berbeda antara rokok kretek dengan rokok putih. Akan tetapi, perbedaan
tersebut sebenarnya hanyalah pada alat produksi, dimana industri rokok kretek
lebih banyak menggunakan tenaga manusia, sementara pada rokok putih lebih
bnayak menggunakan mesin. Perbedaan kedua adalah pada bahan baku dan bahan
penolong yang digunakan, yang tidak begitu relevan dengan proses pembuatan
rokok. Secara umum proses pembuatan rokok pada dasarnya juga hamper sama
dengan industri rokok lainnya, yaitu melalui tahap-tahap sebagai berikut :

Tahap I :Perencanaan dan pembuatan bahan baku


Pada tahap ini dilakukan proses pengeringan tembakau dan perendaman
cengkeh. Tembakau yang sudah dipilih, dikeringkan agar mudah diiris/dipotong
sesuai dengan ketentuan. Untuk rokok kretek tangan proses ini dilakukan dengan
mesin pemotong sederhana, sedangkan pada industri rokok kretek mesin sudah
menggunakan mesin pemotong yang lebih canggih. Pada saat yang bersamaan
juga dilakukan perendaman cengkeh selama 4 jam agar cengkeh lembek dan tidak

6
pecah saat dipotong. Cengkeh yang sudah direndam dikeringkan selama 1 malam,
kemudian dipotong dengam mesin pemotong sederhana. Setelah dipotong
kemudian dijemur lagi agar cengkeh cukup kering. Cengkeh yang sudah kering
dan tembakau yang sudah diiris-iris keduanya dicampur menjadi satu. Proses ini
dilakukan dengan tangan atau mesin. Setelah dicampur kemudian dilakukan
pensausan dengan menggunakan alat penyemprot sederhana. Proses ini
menghasilkan tembakau sawut.

Tahap II : Pembuatan rokok batangan


Tahap selanjutnya adalah penggulungan (melinting) tembakau dan
cengkeh yang sudah diberi saus dengan kertas penggulung. Untuk jenis rokok
kretek tangan penggulungannya dilakukan dengan alat penggulung sederhana dari
kayu, sedangkan dengan alat penggulung sederhana dari kayu, sedangkan untuk
rokok mesin dan rokok putih proses ini dilakukan dengan menggunakan mesin
yang relative lebih canggih. Rokok yang sudah digulung dipotong ujungnya
menurut ukuran yang sudah ditentukan.

Tahap III : Pemilihan rokok/sortir


Rokok yang sudah jadi biasanya dipilih lagi, apakah sudah memenuhi
standart yang sudah ditentukan atau belum. Jika ternyata belum memenuhi
standart, rokok tersebut dikembalikan lagi pada tahap II, diulangi lagi agar sesuai
dengan standart yang diharapkan. Setelah digiling (dilinting) rokok kemudian
dijemur untuk mengeringkan lem yang terdapat pada gulungan rokok sekaligus
untuk membersihkan rokok dari kutu.

Tahap IV : Pembungkusan (pengepakan)


Rokok yang sudah diseleksi dan memenuhi standar kemudian dibungkus
dengan kertas celopant untuk dipak/dibungkus sesuai dengan isi yang ditentukan.
Pada bungkus rokok yang sudah dilem rapi kemudian dibubuhi pita cukai. Pada
pembuatan rokok kretek mesin proses ini juga sudah dibantu dengan mesin
tertentu.

Tahap V : Pengepresan dan pengebosan


Setelah rokok dibungkus dengan celopant kemudian dipak lalu dipres
yang terdiri dari 10/20 bungkus rokok. Selanjutnya dalah pembungkusan rokok
dalam tempat yang lebih besar lagi (ngebos) yang dapat memuat puluhan pres
rokok. Untuk rokok kretek mesin proses ini juga sudah dibantu dengan mesin.

7
Tahap VI : Penyimpanan di gudang
Rokok yang sudah selesai lalu dikirimkan ke gudang-gudangn rokok
untuk dijual ke agen-agen untuk dipasarkan kepada konsumen.

b. Proses produksi rokok sigaret filter


Dalam proses produksi, rokok sigaret filter lebih banyak menggunakan
mesin dari pada tenaga manusia. Produksi rokok sigaret filter juga melalui
beberapa tahapan yaitu :

Tahap I : Pengisian Bahan Baku

Bahan baku (tembakau, cengkeh, saus) yang sudah dicampur yang


prosesnya sama dengan tahap I dalam proses produksi rokok sigaret kretek,
dimasukkan ke dalam mesin pembuat rokok sigaret, kemudian diproses ke dalam
mesin yang akan memproses rokok sigaret menjadi rokok filter.

Tahap II : Pembungkusan

Setelah menjadi rokok filter kemudian dibawa ke mesin pengepakan,


selanjutnya dimasukkan kedalam mesin pemasang bandrol pita cukai, setelah
selesai masuk mesin pembungkus. Untuk memasukkan ke dalam box digunakan
tenaga manusia. Untuk selanjutnya rokok filter disimpen didalam boss. Disamping
bahan baku utama juga memerlukan bahan penolong lainnya seperti : kertas
pembungkus, kertas sigaret, kertas paper, saus, alcohol, filter batangan, aluminium
foil, bandroll dll.

8
BAB II
RONA LINGKUNGAN
A. RONA LINGKUNGAN
Rona lingkungan merupakan kondisi lingkungan pada saat ini yaitu kondisi alam
atau komponen-komponen lingkungan awal sebelum perencanaan dan pembangunan fisik
dimulai. Hal-hal yang termuat di dalam rona lingkungan yaitu biogeofisik kimia, social,
budaya dan ekonomi.
Rona lingkungan hidup pada umumnya sampai beraneka ragam dalam bentuk,
ukuran, tujuan, dan sasaran. Rona lingkungan hidup juga berbeda menurut letak geografi,
keanekaragaman faktor lingkungan hidup dan pengaruh manusia. Karena itu
kemungkinan timbulnya dampak lingkungan hidup pun berbeda-beda sesuai dengan rona
lingkungan yang ada.
Rona lingkungan disebut pula Envinronmetal Setting atau Envinronmetal Baseline
yang merupakan keadaan lingkungan sebelum proyek dibangun. Untuk studi evaluasi
(SEL) rona lingkungan dapat disebut sebagai keadaan lingkungan sewaktu dilakukan
penelitian. Penyusunan deskripsi dari rona lingkungan merupakan bagian dasar yang
sangat penting dalam ptoses AMDAL seperti halnya dengan peny usunan deskripsi
proyek.
Rona lingkungan merupakan gambaran keadaan lingkungan ditempat proyek yang
akan dibangun didaerah sekitarnya. Rona lingkungan alam dan lingkungan buatan
manusia (permukiman, pertanian, dan lain sebagainya).
Secara administratif, lokasi area pemabangunan pabrik rokok dengan luas sekitar
12 Ha terletak di Desa Panjang, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus Jawa Tengah. Area
proyek ini merupakan lahan kosong bekas perkebunan tebu warga setempat. Ketinggian
area ini relative sama yaitu 720 mdpl. Secara umum areal proyek berada di dataran yang
sedang. Kondisi jalan baru menggunakan aspal sehingga dapat dikatakan bahwa kondisi
jalan bagus.
Adapun kondisi fisik lokasi kegiatan industri rokok ini adalah sebagai berikut :
a. Iklim
Lokasi area kerja mempunyai suhu sebesar 28-30℃ dengan kelembaban udara rata-
rata sebesar 50% (pengukuran dilakukan pada siang hari).
b. Tanah
Secara fisik, jenis tanah di area proyek merupakan tanah merah yang cukup subur.
Topografi area tersebut mencapai 720 mdpl. Tingkat keasaman tanah sebesar 7 yang
berarti tanah tersebut mempunyai PH normal.
c. Flora dan fauna yang ditemukan
Flora :
Tanaman tebu : 200
Tanaman pisang :5
Rumput : 20
9
Tanaman jati :5
Tanaman petai cina :4
Tanaman putri malu : 20
Rumput teki : 30
Rumput gajah : 25
Fauna :
Kupu-kupu :7
Semut : 30
Belalang :9
Ular :1
Lebah :3
Burung sriti :7
Capung :3
Kadal :4

B. SKOPPING (PELINGKUPAN)
No. Komponen Kegiatan Lokasi Jenis Jenis Dampak Potensial Yang Ditimbulkan
ekosistem Biologi Geofisik- Sosial
Kimia
1 Pra Konstruksi Areal Kebun dan Berkurangnya Peningkatan Lahan untuk
 Pembebasan Untuk tanaman penyerapan kepadatan mata
Lahan fasilitas perkarangan air, lahan lalu lintas, pencaharian
 Perataan Lahan produksi hijau terdapat debu berkurang
berkurang, dan
habitat flora kebisingan
dan fauna
berkurang
2 Tahap Konstruksi Dari Lahan Terjadinya Kebisingan,
 Mobilisasi dan sumber kering erosi tanah, getaran,
demobilisasi peralatan, terjadinya peningkatan
peralatan, material, pencemaran kadar debu,
material dan dan udara, tanah peningkatan
tenaga kerja tenaga dan air kepadatan
kerja lalu lintas,
hingga meningkatkan
areal resiko
produksi kecelakaan,
menimbulkan
kerusakan
jalan raya
3 Tahap Operasi Areal Penurunan Debu, Lowongan
 Pengolahan fasilitas kualitas kebisingan kerja
bahan mentah produksi udara, tanah, bertambah,
 Pengolahan dan air gangguan

10
limbah rokok kesehatan
manusia,
kesempatan
berusaha,
pendapatan
masyarakat
meningkat,
4 Tahap Pasca Operasi Areal Peningkatan Penurunan Penurunan
fasilitas kualitas kepadatan pendapatan
produksi udara, air dan lalu lintas masyarakat
tanah

11
BAB III
KERANGKA ACUAN
A. METODE
Untuk metode studi yang digunakan yaitu metode Fisher-Davish

B. PENDUGAAN DAMPAK
Pendugaan dampak lingkungan akibat adanya proyek pembangunan pabrik rokok
terdapat dua tahap yaitu :
1. Pada tahap pra-kontruksi
Bagian utama yang dibangun dari pabrik ini mencakup tempat produksi, tempat
pembuangan limbah, dan tempat pengolahan limbah. Pada tahap prakontruksi ini
dapat menimbulkan beberapa pendugaan dampak, diantaranya :
a. Dampak Fisik
Pembangunan pabrik rokok akan berdampak terhadap suatu komunitas
hewan dan tumbuhan. Hal tersebut tercermin dengan adanya proses perataan
lahan yang menimbulkan hilangnya resapan air. Selain itu, kegiatan survei
lapangan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan adalah kegiatan
pengukuran dan pemasangan patok serta berkurangnya jumlah pohon
menyebabkan meningkatnya suhu udara dan menurunnya kelembaban udara serta
terjadi perubahan suhu dan pH tanah.
b. Dampak Kimia
Adanya proses pembangunan pabrik rokok yang membutuhkan material
bangunan dan pengangkutan bahan material tersebut menimbulkan adanya
pencemaran udara berupaasap kendaraan dan pekerjaan perataan tanah (timbunan)
pada musim kemarau berpotensi menimbulkan hamburan debu dan pada musim
hujan berpotensi meningkatkan tingkat TSS pada perairan. Hamburan debu yang
ada di udara dan terbawa angina akan dihirup oleh warga. Hal tersebut dapat
menyebabkan penyakit saluran pernapasan. Pekerjaan konstruksi juga banyak
dilakukan menggunakan alat-alat yang menggunakan tenaga diesel, dan dalam
pelaksanaannya bisa menimbulkan asap. Oleh karena wilayah kegiatannya cukup
luas dan dalam waktu yang lama, maka dampak penurunan kualitas udara ini
merupakan dampak penting untuk ditelaah.
c. Dampak Biologi
Pembangunan pabrik rokok akan berdampak pada fauna dan flora yang ada
disekitar area lahan pabrik. Pembangunan pohon dan perataan lahan sekaligus
akan berpengaruh terhadap faunanya karena kehilangan habitatnya.
2. Tahap Pasca Konstruksi
Pada tahap pasca konstruksi air sungai yang ada disekitar pabrik rokok akan
tercemar oleh limbah yang dihasilkan dari proses produksi rokok yang akan dialirkan
ke sungai, dan akan menimbulkan dampak pada tumbuhan, hewan maupun

12
masyarakat sekitar. Selain itu, hasil buangan limbah juga akan dialirkan ke sungai
tersebut.
a. Dampak Fisik
Dampak nyata yang ditimbulkan dari proses produksi pabrik rokok berasal
dari pembuangan limbah cair pada sungai yang berada di belakang pabrik.
Limbah cair yang dihasilkan dari produksi pabrik rokok akan menimbulkan
perubahan warna, bau, sekaligus rasa perairan sungai yang dialiri.
Pada pasca konstruksi proses pengolahan bahan baku rokok menggunakan
tenaga mesin yang berpotensi menimbulkan suara bising. Kebisingan ini terutama
akan dirasakan oleh warga yang tinggal disekitar pabrik. Selain dari suara mesin
yang bekerja pada proses produksi, proses pengangkutan bahan baku pembuatan
rokok dengan menggunakan truk juga akan menimbulkan kebisingan. Kegiatan
ini akan berdampak terhadap kenyamanan warga sekitar kawasan pabrik rokok
tersebut.
b. Dampak Kimia
Pembungan limbah cair dari hasil produksi pabrik cat ke sungai juga akan
berpengaruh terhadap factor kimia dari perairan tersebut, diantaranya yaitu
kandungan COD yang tinggi dan tahan terhadap oksidasi biologis. Karena COD
dan BOD tinggi, maka DO rendah yang akan mempengaruhi kuliatas air di
perairan. Hal tersebut akan berdampak pada ekosistem perairannya yang mulai
dari keracunan yang dapat menyebabkan kamatian secara besar-besaran.
c. Dampak Biologi
Pembuangan limbah cair ke sungai akan mempengaruhi organisme yang
terdapat di dalam sungai. Namun, yang menjadi perhatian penting akibat
pembuangan limbah cair ke sungai yaitu ekosistem sungai tersebut. Zat-zat kimia
yang terkandung di dalam limbah cair pabrik rokok dapat mematikan organisme
perairan sepertiikan dan tumbuhan air. Selain itu juga akan berpengaruh terhadap
kandungan BOD dan COD perairan sungai tersebut. Kandungan BOD dan COD
menjadi rendah yang akan berpengaruh terhadap DO. Tingginya kadar BOD dan
COD menyebabkan rendahnya kandungan DO pada perairan sungai tersebut.

C. PEMBAHASAN DAMPAK
Limbah yang dihasilkan akibat proses industri rokok adalah :
1. Limbah padat
Limbah padat yang dihasilkan meliputi :
- Ganggang dan jengkok tembakau dan cengkeh dari penyiapan bahan baku
- Aaki bekas, kemasan bekas, pallet bekas dari penyiapan bahanbaku proses
produksi.
- Keranjang bekas/tikar bekas, lumpur eks IPAL dari proses penyiapan bahan baku
dan hasil IPAL

13
- Filter bekas/sortiran, kayu bekas pallet dari proses produksi dan penyiapan bahan
baku.
- Pasir, kerikil, metal dari proses penyiapan bahan baku.
- Sampah rumah tangga (domestik).
- Tali raffia, plak-ban-botol bekas, dll dari kegiatan perkantoran dan proses
produksi.

2. Limbah Cair
Sumber utama limbah cair berasal dari pencucian, pembilasan tangki serta
peralatan proses produksi rokok yaitu :
- Air cucian dan admoist pada proses pelunakan cengkeh
- Air cucian dan admoist pada proses pelunakan gagang tembakau
- Air cucian dan residual dari pross ekstraksi bahan–bahan pembuat saos dari bahan
rempah-rempah alami dan campurannya pada proses Assembling Flavor
- Air cucian peralatan proses produksi (ex casing drum) pada primary process
- Air cucian lem dari secondary process
- Air limbah ex utility : blow down boiler
- Limbah Domestik (MCK)
- Limbah oli bekas

Sumber limbah lainnya adalah pencemaran udara dan pembutan sos rokok yang
menggunakan air dalam proses pembuatannya pada pabrik berskala besar.

a. Karakter Limbah dalam Proses Produksi Rokok


Karakter limbah cair yang berasal dari proses produksi rokok adalah TSS, Ph,
Amonia, BOD, COD, Fenol, minyak lemak serta parameter lainnya, bergantung pada
jenis bahan baku penolong yang digunakan.
Limbah industri rokok dapat dikategorikan menjadi :
1. Sisa kantong bahan baku (container)
2. Air bekas cucian tembakau dan cengkeh
3. Sludge hasil pengolahan IPAL
4. Air kotor bekas penggunaan pembuatan saus rokok
5. Emisi udara
6. Filter bekas dari sortiran rokok
7. Air buangan dari laboratorium

b. Penanganan Limbah Industri Rokok dalam Manajemen Industri


Seyogyanya dalam penanganan limbah industri rokok dari sisi manajemen
industri adalah dengan melibatkan fungsi engineering, produksi, PPIC, mutu,
maintenance, lingkungan dan bagian lain yang relevan sehingga pendekatan teknik
yang aspiral bisa dirubah menjadi komprehensif. Di samping fungsi juga perlu
diperhatikan komitmen terhadap kapasitas dengan perspektif baru.

14
Kunci masalah lingkungan yang berhubungan dengan industri rokok adalah
penanganan terhadap limbah yang dihasilkan akibat prose produksi rokok.
Penanganan limbah tersebut mengacu pada Baku Mutu Limbah yang diperbolehkan
industri tersebut. Baku Mutu limbah untuk industri rokok (yang sudah beroperasi)
adalah sebagai berikut :

Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan Atau Kegiatan


Industri Rokok Dan Atau Cerutu

A. Baku Mutu Air Limbah bagi Industri Rokok dan/atau Cerutu yang Sumber Air
Limbahnya Berasal dari Proses Primer Basah dan Proses Sekunder, Termasuk yang
Hanya Berasal dari Proses Primer Basah (Kategori I) :
Parameter Kadar Paling Tinggi (mg/l)
TSS 100
Ph 6,0-9,0
Amonia 3,0
BOD 150
COD 300
Fenol 0,5
Minyak Lemak 5,0

B. Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok dan atau Cerutu yang Air Limbahnya
Berasal dari Sumber Air Limbah Kategori I dan Air Limbah Domestik (Kategori II)

Parameter Kadar Paling Tinggi (mg/l)


TSS 100
Ph 6,0-9,0
Amonia 10
BOD 100
COD 200
Fenol 0,5
Minyak Lemak 5,0

C. Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok dan atau Cerutu yang Sumber Air
Limbanya Berasal dar Proses Primer Kering dan atau Proses Sekunder, Termasuk
Industri Cerutu dan Rokok Tanpa Cengkeh (Kategori III)

Parameter Kadar Paling Tinggi (mg/l)


TSS 100
Ph 6,0-9,0
Amonia 2,0
BOD 80
COD 160

15
Fenol 0,5
Minyak Lemak 5,0

D. Baku Mutu Air Limbah Bagi Industri Rokok dan atau Cerutu yang Sumber Air
Limbahnya Berasal dari Sumber Air Limbah Kategori III dan Air Limbah Domestik
(Kategori IV).

Parameter Kadar Paling Tinggi (mg/l)


TSS 100
Ph 6,0-9,0
Amonia 10
BOD 60
COD 120
Fenol 0,5
Minyak Lemak 5,0

Baku Tingkat Kebisingan


Peruntukan Kawasan / Lingkungan Tingkat Kebisingan db (A)
Kesehatan
a. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdadangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintahan dan Fasilitas 60
Umum
7. Rekreasi 70
8. Khusus :
- Bandar Udara
- Stasiun Kereta Api 60
- Pelabuhan Laut 70
- Cagar Budaya
b. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah Sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolaha atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55

Baku Mutu Udara Ambien


Parameter Satuan BML
CO Ppm 30
Sox Ppm 0,06
NOx Ppm 0,4
Debu Mg/m3 0,23

16
Berdasarkan hal tersebut diatas, penanganan limbah pabrik rokok yang dapat
disesuaikan dengan situasi dan kondisi industri. Penanganan limbah industri adalah
sebagai berikut :

1. Penanganan Limbah Padat


- Dijual untuk dimanfaatkan (Re-sale-able)
- Daur ulang dan dimanfaatkan kembali (Recycle-able dan Re-use-able)
- Dibuat kompos (Compost-able)
- Dibakar (Combustible)
- Limbah yang tidak berpengaruh (Innert waste) untuk tanah urug
- Masuk ke TPS atau dibuang ke TPA
- Dijual untuk di daur ulang, kompensasi untuk masyarakat sekitar (Comdev dan
CSR)
2. Penanganan Limbah Cair
- Pengolahan secara fisik – kimia (penyaringan, sedimentasi, penetralan pH,
koagulasi-flokulasi,dsb)
- Pengolahan secara biologis (anaerobik dan aerobik)
- Pengolahan lanjutan (absorsi)
- Pemanfaatan lumpur
- Limbah oli bekas ditampung dalam drum diserahkan ke pihak ketiga yg berijin
- Kompensasi ke masyarakat sekitar(Comdev dan CSR)

17
3. Pengolahan Limbah Cair di IPAL
WASTE WATER

Screen

Collecting Tank
(80 m3)

Pre-Sedimentasi
(30 m3)

Cair

Bio Reaktor 0
(700 m3)

Bio Reaktor 1
(600 m3)
Return
Padat sludge
Bio Reaktor 2
(300 m3)

Sedimentasi
(175 m3)

Padat Cair

Thickener Penjernihan
Padat
(80 m3) (175 m3)

Cair

Filter Press
(1m3/press) Kolam Ikan

PENGOMPOSAN SUNGAI

4. Pengendalian di dalam Pabrik untuk mengurangi pencemaran


Mengurangi pencemaran kebiasaan pemeliharaan lingkungan pabrik yang baik
dan juga dengan menggunakan kembali air pencucian pada produksi rokok atau proses
pencucian berikutnya akan menghemat jumlah pemakaian air. Jumlah pemakaian
terbanyak adalah untuk pendinginan, air ini harus diupayakan untuk tidak terkontak
atau terkontaminasi dengan bahan baku, bahan penolong ataupun air proses.
Pemisahan anatara limbah cair yang tidak terkontaminasi dan yang terkontaminasi
serta pengurangan jumlah pemakaian air untuk pencucian peralatan dengan
menggunakan peralatan penyemprotan bertekanan tinggi harus dilaksanakan.

18
5. Pengurangan Limbah Industri dnegan Penerapan Clean Technology
Selama ini praktek pengelolaan lingkungan di industri fokus pada pengelolaan
(treatment) yang dikenal dengan end of pipe (EOP) dari sisi bisnis pendekatan ini tidak
mendatangkan keuntungan ekonomis karena investasi, operasi, pemeliharaan, dan
pembuangan (disposal) yang dikeluarkan bersifat pusat biaya (cost centre). Disamping
itu juga menjadi beban karena sulitnya memenuhi atau memelihara konsistensi
pemenuhan regulasi (comply with regulation) yang menjadi tujuan utama pendekatan
ini.
Beberapa pendekatan yang dilakukan dalam pengurangan limbah industri
1. Pemilihan jenis teknologi yang digunakan dalam dunia usaha (4R : reduse, reuse.
Recycling, recovery).
Implementasinya mulai dari pemilihan bahan baku, penyimpanan bahan baku,
disain pabrik, teknologi proses,dan teknologi pengolahan limbah.
2. Mengatasi masalah lingkungan dengan EOP (End of Pipe) dan CTP (Clea
Technology Process).
EOP : menangani limbah yang terjadi sebagai akibat kegiatan industri, terutama
ditujukan kepada industri-industri yang ada (existing).
CTP : meminimalkan limbah dalam arti mulai dari Pemilihan dan Penanganan
Bahan Baku, Disain Pabrik dengan prinsip-prinsip 4R, pemilihan teknologi proses
yang bersih dan hemat energy serta pengolahan limbah sejak awal sudah harus
dipikirkan. Pada beberapa decade terakhir lebih banyak perusahaan yang
memanfaatkan Clean Technologies, guna memperoleh keuntungan dan
keunggulan dalam bidang industri yang mereka masuki. Penekanan yang
digunakan oleh industri dalam penerapan clean technologies ini berupa penekanan
outside dan inside perusahaan.

19
BAB IV
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL) DAN RENCANA PEMANTAUAN
LINGKUNGAN (RPL) PEMBANGUNAN PABRIK ROKOK “JAYA FACTORY“

1. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

1.1 Tahap Prakontruksi


Kegiatan pra kontruksi meliputi survei pendahuluan, pembebasan lahan serta penyusunan
tata letak ruangan dalam lokasi kegiatan
a. Survei Pendahuluan
Survei pendahuluan dimaksudkan untuk mencari lokasi pembangunan pabrik. Survei
pendahuluan juga mengkaji terhadap kesesuaian pembangunan pabrik dengan tata
ruang wilayah, sehingga tidak menimbulkan pertentangan dengan masyarakat dan
pemerintahan.
b. Pembebasan Lahan
Lahan tempat pembangunan pabrik terlebih dahulu harus dibebaskan sehingga tidak
menimbulkan permasalahan dikemudian hari terhadap kepemilikan lahan.
c. Penyusunan Tata Ruang Dalam Lokasi
Penyusunan tata ruang dalam lokasi memperhatikan keterbatasan lahan yang dimiliki.
Penyusunan tata letak dalam lokasi memperhatikan arah dan kecepatan angina, tata
letak bangunan genset, kantor, gudang bahan baku, gudang penyimpanan serta dan
kawasan hijau.

1.2 Tahap Kontruksi


a. Rekruitmen Tenaga Kerja
Penyerapan tenaga kerja terbanyak diperlukan untuk kegiatan pembangunan
proyek yaitu untuk pembukaan lahan, pembangunan gedung. Kebutuhan tenaga kerja
operasional diharapkan dapat menyerap tenaga kerja setempat semaksimal mungkin dan
bila belum mampu memenuhi kebutuhan akan diusahakan tenaga kerja pendatang. Pada
tahap ini dibutuhkan tenaga kerja berjumlah 600 orang buruh bangunan, 20 orang tenaga
pelaksana dan 4 orang supervisior.
b. Mobilisasi Alat Berat
Jenis alat berat yang dibutuhkan dalam kegiatan untuk pembangunan proyek pabrik
adalah sebagai berikut :
Kegiatan pembukaan lahan
- Bulldozer : 3 unit
- Greding/grader : 5 unit
- Pemadatan (compactor) : 2 unit
- Loader : 1 unit

Kegiatan pembangunan proyek

20
- Bulldozer : 8 unit
- Loader : 5 unit
c. Pematangan Lahan
Kegiatan ini akan merubah fungsi lahan secara keseluruhan yang berupa lahan
terbuka bekas perkebunan tebu menjadi pabrik rokok.
d. Pembangunan Fisik
Pembangunan fisik ini akan menurunkan kualitas lingkungan yang berupa catas
tanah, catas udara, kualitas air sungai, berkurangnya penyerapan air dan menimbulkan
kebisingan.

C. TAHAP PENGELOLAHAN LINGKUNGAN


a. Kualitas air dan tanah
- Dampak penting yang timbul berupa :
Penurunan kualitas air karena adanya pencemaran air sungai yang berada di
sekitar pabrik akibat aktivitas pembangunan pabrik. Dan penurunan kualitas tanah
yang berada disekitar tempat pembangunan proyek.
- Sumber dampak :
Pembangunan pabrik dan proses berjalannya pengolahan pabrik
- Tolak ukur dampak
Penurunan kualitas air dan tanah sebagai akibat dari meningkatnya konsentrasi B3
dan adanya perubahan sifat fisik dan kimia pada sungai.
- Pengolahan lingkungan
Melakukan analisis jenis B3 dalam sungai dan tanah disekitar tempat
pembangunan pabrik, apabila B3 yang terkandung didalam sungai dan tanah
memiliki toksisitas yang tinggi maka perlu perlu diadakan penanganan material
proyek untuk mencegah perluasan pencemaran limbah B3 yang berbahaya.
- Tujuan pengolahan lingkungan
Mencegah dan mengendalikan penurunan kualitas air dan tanah sebagai akibat
dari adanya pembangunan proyek
- Biaya pengolahan lingkungan
Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa
- Institusi pengelola
Pelaksana : pemrakarsa
Pengawas : Badan Lingkungan Hidup Kota Kudus
Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup Kota Kudus
b. Udara
- Dampak penting
Penurunan kualitas udara
- Sumber dampak
Debu dan asap yang timbul akibat berjalannya proyek pembangunan pabrik
- Tolak ukur dampak

21
Kandungan asap dan debu yang ada pada udara
- Pengolahan lingkungan
Meminimalisasikan timbulan debu yang ada
- Tujuan pengolahan dampak
Menurunkan efek dari penurunan kualitas udara
- Biaya pengolahan lingkungan
Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa
- Institusi pengelola
Pelaksana : pemrakarsa
Pengawas : Badan Lingkungan Hidup Kota Kudus
Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup Kota Kudus

c. Biota Darat
- Dampak Penting
Penurunan jumlah dan keanekaragaman Flora dan Fauna yang berada di lokasi
pembangunan pabrik
- Sumber Dampak
Hilangnya habitat flora dan fauna tersebut akibat pengalihfungsian lahan menjadi
pabrik cat
- Tolak Ukur Dampak
Banyaknya flora dan fauna serta keanekaragaman flora dan fauna yang berada
pada lahan tersebut.
- Pengelolaan Lingkungan
Melakukan penyelamatan terhadap flora dan fauna endemic, melakukan kegiatan
penghijauan dengan menanam tanaman hias dan tanaman peneduh. Tanaman
penghijauan ditanam pada lahan terbuka seluas 1 Ha, pada taman yang telah
dipersiapkan.
- Tujuan Pengolahan Lingkungan
Mengurangi penurunan jumlah dan keanekaragaman flora dan fauna
- Biaya Pengolahan Lingkungan
Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa
- Institusi Pengelola
Pelaksana : pemrakarsa
Pengawas : Badan Lingkungan Hidup Kota Kudus
Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup Kota Kudus
d. Ketenagakerjaan
- Dampak penting
Penyerapan tenaga kerja dan peluang usaha bagi masyarakat sekitar.
- Sumber Dampak
Pembangunan proyek dan pengoperasian pabrik

22
- Tolak Ukur Dampak
Jumlah tenaga kerja yang bekerja di proyek dan jumlah pengangguran yang ada
- Pengelolahan Lingkungan
Perekrutan tenaga kerja yang mengutamakan penduduk sekitar dan tenaga local
pada usia produktif.
- Biaya Pengolahan Lingkungan
Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa
- Institusi Pengelola
Pelaksana : pemrakarsa
Pengawas : Badan Lingkungan Hidup Kota Kudus
Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup Kota Kudus

e. Pandangan Masyarakat
- Dampak Penting
Munculnya pandangan negative dari masyarakat akibat adanya gangguan
kenyamanan, kebisingan, dan kesehatan.
- Sumber Dampak
Limbah cair B3 yang menurunkan kualitas fisik, kimia, dan biologi serta
mobilitas peralatan dan material bangunan.
- Tolak Ukur Dampak
Pandangan masyarakat terhadap pembangunan proyek dan tingkat kerusakan.
- Pengelolahan Lingkungan
Membuat jalan proyek sendiri
- Biaya Pengolahan Lingkungan
Biaya pelaksanaan bersumber dari pemrakarsa
- Institusi Pengelola
Pelaksana : pemrakarsa
Pengawas : Badan Lingkungan Hidup Kota Kudus
Pelaporan : Badan Lingkungan Hidup Kota Kudus

23
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Tentang Tembakau dan Cengkeh. Gudang Garam. 19 September 2014.
http://www.gudanggaramtbk.com/kretek/ tentang_tembakau_dan_cengkeh

Heryani, R. 2014. Kumpulan Undang – Undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Khusus Kesehatan. Jakarta : CV. Trans Info Media

Mustikaningrum, S. 2010. Perbedaan Kadar Trigliserida Darah pada Perokok dan Bukan Perokok.
(Skripsi). Universitas Sebelas Maret. Semarang.

Santika, E. 2011. Mengintip Kisah Dibalik Tembakau. Nasionalis Rakyat merdeka news Online.
19 September 2014. http://nrmnews.com/2011/12/01/house-of-sampoerna-mengintip-
kisah-dibaliktembakau/

Suryo. S, 2007. Filosofi Rokok, Sehat,Tanpa Berhenti Merokok. Yogyakarta: Pinus Book Publisher

24

Anda mungkin juga menyukai