Jaundice
Jaundice
JAUDICE (IKTERUS)
Diajukan sebagai salah satu tugas Kepaniteraan Klinik Senior
Dibagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Unsyiah / RSUDZA Banda
Aceh
Disusun Oleh :
Hendri Saputra
9971112500
PEMBIMBING:
Dr. Raihan ,Sp.A
1
BAB I
PENDAHULUAN
Kata ikterus (jaundice) berasal dari kata Perancis ‘jaune’ yang berarti
kuning. Ikterus adalah perubahan warna kulit, sklera mata atau jaringan lainnya
(membrane mukosa) yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh bilirubin yang
atau direk.1
cukup bulan dan pada bayi 80% bayi kurang bulan. Ikterus ini pada sebagian lagi
dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubuin meningkat lebih
Ikterus ini pada sebagian penderita dapat bersifat fisiologis dan pada
sebagian lagi mungkin bersifat patologis yang dapat menimbulkan gangguan yang
menetap atau menyebabkan kematian. Oleh karena itu, setiap bayi dengan ikterus
pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubin meningkat > 5 mg/dL (>
2
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Definisi
darah, sehingga kulit (terutama) dan atau sklera bayi (neonatus) tampak
kekuningan. Pada orang dewasa, ikterus akan tampak apabila serum bilirubin > 2
mg/dL (> 17 μmol/L), sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum
Jaundice’) apabila kadar serum bilirubin terhadap usia neonatus >95 % menurut
Normogram Bhutani.3
3
Gambar 1. Normogram Bhutani
2.2. Etiologi
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan
sepsis.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat
4
Protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke sel
hepar.
3. Gangguan transportasi
Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke
sel otak.
5. Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar.
dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab
lain.1,2
oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin
darah dan sebagian lagi dari hem bebas atau proses eritropoesis yang tidak efektif.
biliverdin serta beberapa zat lain. Biliverdin inilah yang mengalami reduksi dan
menjadi bilirubin bebas atau bilirubin IX α (Gbr. 2). Zat ini sulit larut dalam air
tetapi larut dalam lemak, karenanya mempunyai sifat lipofilik yang sulit
diekskresi dan mudah melalui membran biologik seperti plasenta dan sawar darah
otak. 1
5
Bilirubin bebas tersebut kemudian bersenyawa dengan albumin dan
terikat oleh reseptor membran sel hepar dan masuk ke dalam hepar. Segera setelah
ada dalam sel hepar terjadi persenyawaan ligandin (protein Y), protein Z dan
terjadinya konjugasi. Proses ini timbul berkat adanya enzim glukoronil transferase
yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk. Jenis bilirubin ini dapat larut
dalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresi melalui ginjal. Sebagian besar
saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urubilinogen dan keluar dengan tinja
sebagai sterkobilin. Dalam usus, sebagian di absorpsi kembali oleh mukosa usus
6
Gambar 2. Metabolisme Bilirubin pada Neonatus.
Ikterus Fisiologis
pusat adalah sebesar 1-3 mg/dl dan akan meningkat dengan kecepatan kurang dari
5 mg/dl/24 jam; dengan demikian ikterus baru terlihat pada hari ke 2-3, biasanya
mencapai puncaknya antara hari ke 2-4, dengan kadar 5-6 mg/dl untuk selanjutnya
menurun sampai kadarnya lebih rendah dari 2 mg/dl antara lain ke 5-7 kehidupan.
Ikterus akibat perubahan ini dinamakan ikterus “fisiologis” dan diduga sebagai
akibat hancurnya sel darah merah janin yang disertai pembatasan sementara pada
sama atau sedikit lebih lambat daripada pada bayi aterm, tetapi berlangsung lebih
lama, pada umumnya mengakibatkan kadar yang lebih tinggi, puncaknya dicapai
antara hari ke 4-7, pola yang akan diperlihatkan bergantung pada waktu yang
7
ekskresi bilirubin. Kadar puncak sebesar 8-12 mg/dl tidak dicapai sebelum hari ke
5-7 dan kadang-kadang ikterus ditemukan setelah hari ke-10. Diagnosis ikterus
fisiologik pada bayi aterm atau preterm, dapat ditegakkan dengan menyingkirkan
diagnosis awal dari banyak penyakit neonatus. Ikterus patologis dalam 36 jam
10 mg/dl pada umur ini. Jadi, ikterus neonatorum dini biasanya disebabkan oleh
penyakit hemolitik.
2.4. Patofisiologi
bilirubin pada sel hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila
8
peningkatan sirkulasi enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma juga
dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi
apabila kadar protein Y berkurang atau pada keadaan proten Y dan protein Z
terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak
jaringan tubuh. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang
bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat
menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut
pada susunan saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar bilirubin
indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak
ternyata tidak hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung
pula pada keadaan neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar
daerah otak apabila pada bayi terdapat keadaan imaturitas, berat lahir rendah,
hipoksia, hiperkarbia, hipoglikemia, dan kelainan susunan saraf pusat yang terjadi
9
Pembentukan Bilirubin
merah sudah habis masa hidupnya - pada orang dewasa 120 hari, dan pada bayi
70-90 hari – dan menjadi terlalu rapuh untuk bertahan lebih lama dalam sistem
sirkulasi, membran sel nya pecah dan hemoglobin yang lepas difagositosis oleh
hemoglobin pertama kali dipecah menjadi globin dan heme, dan cincin heme
dibuka untuk memberikan besi bebas yang di transpor kedalam darah oleh
transferin dan rantai lurus dari 4 inti pirol yaitu substrat yang nantinya pigmen
empedu akan dibentuk. Pigmen pertama yang dibentuk adalah biliverdin, melalui
proses oksidasi heme dengan bantuan enzim heme oksigenase, tetapi ini dengan
cepat direduksi oleh enzim biliverdin reduktase menjadi bilirubin bebas, yang
Transportasi Bilirubin
terikat oleh reseptor membran sel hepar dan masuk ke dalam hepar. Segera setelah
ada dalam sel hepar terjadi persenyawaan ligandin (protein Y), protein Z dan
terjadinya konjugasi.2
Konjugasi Bilirubin
yang kemudian menghasilkan bentuk bilirubin direk. Jenis bilirubin ini dapat larut
10
dalam air dan pada kadar tertentu dapat diekskresi melalui ginjal. Sebagian besar
saluran pencernaan dan selanjutnya menjadi urobilinogen dan keluar dengan tinja
sebagai sterkobilin. Dalam usus, sebagian di absorpsi kembali oleh mukosa usus
Ekskresi Bilirubin
feses. Sekali berada didalam usus, kira-kira setengah dari bilirubin berkonjugasi
diubah oleh kerja bakteri menjadi urobilinogen yang mudah larut. Beberapa
Bayi baru lahir (BBL) tampak kuning apabila kadar bilirubin serumnya kira-kira 6
mg/dl atau 100 mikro mol/L (1 mg mg/dl = 17,1 mikro mol/L). salah satu cara
pemeriksaan derajat kuning pada BBL secara klinis, sederhana dan mudah adalah
dada, lutut dan lain-lain. Tempat yang ditekan akan tampak pucat atau kuning.
11
Berdasarkan Kramer dibagi :
Ikterus dimulai dari kepala, leher dan seterusnya. Dan membagi tubuh bayi
baru lahir dalam lima bagian bawah sampai tumut, tumit-pergelangan kaki dan
bahu pergelanagn tangan dan kaki seta tangan termasuk telapak kaki dan telapak
tangan.
tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain.
12
Tabel 2. Perkiraan klinis derajat ikterus2
Usia Ikterus terlihat pada Klasifikasi
Hari 1 Setiap ikterus yang terlihat Ikterus berat
Hari 2 Lengan dan tungkai
Hari 3 dst. Tangan dan kaki
2.6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan fisik secara visual, dan
a. Visual
Metode visual memiliki angka kesalahan yang tinggi, namun masih dapat
digunakan apabila tidak ada alat. Pemeriksaan ini sulit diterapkan pada neonatus
masih boleh digunakan untuk tujuan skrining dan bayi dengan skrining positif
13
WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara
dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat
dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang
kurang.
- Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di
- Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang
tampak kuning.
b. Bilirubin Serum
bilirubin adalah tindakan ini merupakan tindakan invasif yang dianggap dapat
c. Bilirubinometer Transkutan
gelombang 450 nm. Cahaya yang dipantulkan merupakan representasi warna kulit
14
Pemeriksaan bilirubin transkutan (TcB) dahulu menggunakan alat yang
amat dipengaruhi pigmen kulit. Saat ini, alat yang dipakai menggunakan
Penelitian ini dilakukan di Inggris, melibatkan 303 bayi baru lahir dengan usia
konsentrasi bilirubin serum >14.4 mg/dL (249 umol/l). Dari penelitian ini
didapatkan bahwa pemeriksaan TcB dan Total Serum Bilirubin (TSB) memiliki
cukup besar, sehingga TcB tidak dapat digunakan untuk mengukur TSB. Namun
skrining. Hasil analisis biaya yang dilakukan oleh Suresh dkk. (2004) menyatakan
tindakan skrining sebelum bayi dipulangkan tidak efektif dari segi biaya dalam
kadar serum bilirubin total, tanpa harus mengambil sampel darah. Namun alat ini
15
hanya valid untuk kadar bilirubin total < 15 mg/dL (<257 µmol/L), dan tidak
• Bilirubin direk
tergantung usia bayi dan tingginya kadar bilirubin. Kadar serum albumin juga
perlu diukur untuk menentukan pilihan terapi sinar ataukah tranfusi tukar.2
16
2.7. Tatalaksana
2.7.1. Ikterus Fisiologis
Bayi sehat, tanpa faktor risiko, tidak diterapi. Perlu diingat bahwa pada bayi
sehat, aktif, minum kuat, cukup bulan, pada kadar bilirubin tinggi, kemungkinan
terjadinya kernikterus sangat kecil. Untuk mengatasi ikterus pada bayi yang sehat,
- Pada bayi yang pulang sebelum 48 jam, diperlukan pemeriksaan ulang dan
- Tentukan apakah bayi memiliki faktor risiko berikut: berat lahir < 2,5 kg, lahir
- Ambil contoh darah dan periksa kadar bilirubin serum dan hemoglobin,
- Bila kadar bilirubin serum berada pada atau di atas nilai dibutuhkannya
17
2.7.2 Ikterus patologis
HEMOLITIK
darah ABO antara bayi dan ibu atau adanya defisiensi G6PD pada bayi. Tata
laksana untuk keadaan ini berlaku untuk semua penyebab ikterus hemolitik3,7
kadar hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%) dan tes Coombs
untuk dilakukan tes Coombs, segera rujuk bayi bila ikterus telah
terlihat sejak hari 1 dan hemoglobin < 13 g/dL (hematokrit < 40%).
Persiapkan transfer
Segera kirim bayi ke rumah sakit tersier atau senter dengan fasilitas
transfusi tukar
mengapa perlu dirujuk dan terapi apa yang akan diterima bayi3,7.
18
Nasehati ibu:
Bila hemoglobin < 10 g/dL (hematokrit < 30%), berikan transfusi darah.
Bila ikterus menetap selama 2 minggu atau lebih pada bayi cukup bulan
atau 3 minggu lebih lama pada bayi kecil (berat lahir < 2,5 kg atau lahir
(prolonged jaundice).
selama 4 minggu. Bila hemoglobin < 8 g/dL (hematokrit < 24%), berikan
transfusi darah3,7.
mencari penyebab.
14
Bila buang air besar bayi pucat atau urin berwarna gelap, persiapkan
kepindahan bayi dan rujuk ke rumah sakit tersier atau senter khusus untuk
Bila tes sifilis pada ibu positif, terapi sebagai sifilis kongenital3,7
TERAPI SINAR
Mekanisme kerja
Bilirubin tidak larut dalam air. Cara kerja terapi sinar adalah dengan
mengubah bilirubin menjadi bentuk yang larut dalam air untuk dieksresikan
melalui empedu atau urin. Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya, terjadi reaksi
kimia lainnya bernama lumirubin yang dengan cepat dibersihkan dari plasma
terapi sinar pada manusia. Sejumlah kecil bilirubin plasma tak terkonyugasi
diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang diekskresikan lewat urin. Foto isomer
bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk asalnya dan secara langsung bisa
dieksreksikan melalui empedu. Hanya produk foto oksidan saja yang bisa
15
Gambar 3. Mekanisme fototerapi7
biasa digunakan adalah 6-12 watt/cm2 per nm. Cahaya diberikan pada jarak 35-
50 cm di atas bayi. Jumlah bola lampu yang digunakan berkisar antara 6-8 buah,
terdiri dari biru (F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight
fluorescent tubes. Cahaya biru khusus memiliki kerugian karena dapat membuat
bayi terlihat biru, walaupun pada bayi yang sehat, hal ini secara umum tidak
khusus pada bagian tengah unit terapi sinar standar dan dua tabung daylight
15
mg/dL µmol/l mg/dL µmol/l
a. Faktor risiko meliputi: bayi kecil (berat lahir < 2,5 kg atau lahir sebelum
b. Bila kuning terlihat pada bagian tubuh manapun pada hari pertama dan
terlihat pada lengan, tungkai, tangan dan kaki pada hari kedua, maka
Tabel 4. Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah8
16
Berat Badan (gr) Kadar Bilirubin (mg/dL)
1500 – 2000 10 – 12
2000 – 2500 13 – 15
Hangatkan ruangan tempat unit terapi sinar ditempatkan, bila perlu, sehingga
Nyalakan mesin dan pastikan semua tabung fluoresens berfungsi dengan baik.
(flickering):
o Ganti tabung setelah 2000 jam penggunaan atau setelah 3 bulan, walaupun
Gunakan linen putih pada basinet atau inkubator, dan tempatkan tirai putih di
17
Pemberian Terapi sinar
o Bila berat bayi 2 kg atau lebih, tempatkan bayi dalam keadaan telanjang
- Selama menyusui, pindahkan bayi dari unit terapi sinar dan lepaskan
penutup mata
lain (contoh: pengganti ASI, air, air gula, dll) tidak ada gunanya.
18
o Bila bayi menerima cairan per IV atau ASI yang telah dipompa (ASI
perah), tingkatkan volume cairan atau ASI sebanyak 10% volume total per
o Bila bayi menerima cairan per IV atau makanan melalui NGT, jangan
Perhatikan: selama menjalani terapi sinar, konsistensi tinja bayi bisa menjadi
lebih lembek dan berwarna kuning. Keadaan ini tidak membutuhkan terapi
khusus.
o Pindahkan bayi dari unit terapi sinar hanya untuk melakukan prosedur
o Bila bayi sedang menerima oksigen, matikan sinar terapi sinar sebentar
untuk mengetahui apakah bayi mengalami sianosis sentral (lidah dan bibir
biru)
Ukur suhu bayi dan suhu udara di bawah sinar terapi sinar setiap 3 jam. Bila
suhu bayi lebih dari 37,5 0C, sesuaikan suhu ruangan atau untuk sementara
pindahkan bayi dari unit terapi sinar sampai suhu bayi antara 36,5 0C - 37,5
0
C.
o Bila kadar bilirubin serum mendekati jumlah indikasi transfusi tukar (tabel
4), persiapkan kepindahan bayi dan secepat mungkin kirim bayi ke rumah
19
sakit tersier atau senter untuk transfusi tukar. Sertakan contoh darah ibu
dan bayi.
Bila bilirubin serum tidak bisa diperiksa, hentikan terapi sinar setelah 3 hari.
o Observasi bayi selama 24 jam dan ulangi pemeriksaan bilirubin serum bila
klinis.
o Bila ikterus kembali ditemukan atau bilirubin serum berada di atas nilai
untuk memulai terapi sinar , ulangi terapi sinar seperti yang telah
dilakukan. Ulangi langkah ini pada setiap penghentian terapi sinar sampai
Bila terapi sinar sudah tidak diperlukan lagi, bayi bisa makan dengan baik dan
Ajarkan ibu untuk menilai ikterus dan beri nasihat untuk membawa kembali
20
Tabel 5. Komplikasi terapi sinar
Kelainan Mekanisme yang mungkin terjadi
Intensitas radiasi, kurva spektrum emisi dan luas tubuh bayi yang terpapar.
Intensitas cahaya yang diperlukan 6-12 nm. Terdapat hubungan antara dosis
dengan degradasi bilirubin sampai dosis saturasi tercapai. Hal ini bisa dicapai
W/cm2 per nm cahaya yang sesuai. Di atas titik saturasi, peningkatan intensitas
tetapi tidak efektif untuk menurunkan konsentrasi bilirubin di bawah 100 mol/l.
Penurunan sebanyak 50% dapat dicapai dalam 24 jam dengan kadar bilirubin >15
21
mg/dL menggunakan cahaya biru yang memiliki spektrum emisi yang sama
Faktor lain adalah usia bayi, umur gestasi, berat badan dan etiologi ikterus.
Terapi sinar paling efektif untuk bayi prematur yang sangat kecil dan paling tidak
efektif untuk bayi matur yang sangat kecil (gangguan pertumbuhan yang sangat
berat) dengan peningkatan hematokrit. Selain itu, makin tinggi kadar bilirubin
Faktor yang mengurangi efikasi terapi sinar adalah paparan kulit yang
tidak adekuat, sumber cahaya terlalu jauh dari bayi (radiasi menurun secara
terbalik dengan kuadrat jarak), lampu fluoresens yang terlalu panas menyebabkan
perusakan fosfor secara cepat dan emisi spektrum dari lampu yang tidak tepat.
TRANFUSI TUKAR
yang dilanjutkan dengan pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama
21
1. Darah yang digunakan golongan O.
2. Gunakan darah baru (usia < 7 hari), whole blood. Kerjasama dengan dokter
kandungan dan Bank Darah adalah penting untuk persiapan kelahiran bayi
harus golongan O dengan rhesus (-), crossmatched terhadap ibu. Bila darah
4. Pada inkomptabilitas ABO, darah donor harus golongan O, rhesus (-) atau
rhesus yang sama dengan ibu dan bayinya. Crossmatched terhadap ibu dan
bayi yang mempunyai titer rendah antibodi anti A dan anti B. Biasanya
5. Pada penyakit hemolitik isoimun yang lain, darah donor tidak boleh berisi
7. Tranfusi tukar biasanya memakai 2 kali volume darah (2 volume exchange) ---
melalui kateter vena umbilikalis/ vena saphena magna. Darah dikeluarkan dan
dimasukkan bergantian.
22
b. ISOVOLUMETRIC. Darah secara bersamaan dan simultan dikeluarkan
mg/dL mg/dL
Hari ke-1 15 13
Hari ke-2 25 15
Hari ke-3 30 20
Indikasi
23
Pelaksanaan tranfusi tukar:
< 1000 10 – 12
1000 – 1500 12 – 15
1500 – 2000 15 – 18
2000 – 2500 18 – 20
Keterangan:
24
Pada penyakit hemolitik segera dilakukan tranfusi tukar apabila ada indikasi:
a. Kadar bilirubin tali pusat > 4,5 mg/dL dan kadar Hb < 11 gr/dL
b. Kadar bilirubin meningkat > 6 mg/dL/12jam walaupun sedang mendapatkan
terapi sinar
c. Selama terapi sinar bilirubin meningkat > 6 mg/dL/12jam dan kadar Hb 11 –
13 gr/dL
d. Didapatkan anemia yang progresif walaupun kadar bilirubin dapat dikontrol
secara adekuat dengan terapi sinar3
25
d. Bila memungkinkan 2 jam sebelumnya berikan infus albumin terutama jika
kadar albumin < 2,5 gr/dL. Diharapkan kapasitas ikatan albumin-bilirubin di
dalam darah meningkat sebelum tranfusi tukar sehingga resiko kernikterus
menurun, kecuali ada kontra indikasi atau tranfusi tukar harus segera
dilakukan
e. Pemeriksaan laboratorium pra tranfusi tukar antara lain semua elektrolit,
dekstrostik, Hb, hematokrit, retikulosit, trombosit, kadar bilirubin indirek,
albumin, golongan darah, rhesus, uji coombs direk dan indirek, kadar G6PD
dan enzim eritrosit lainnya serta kultur darah
f. Koreksi gangguan asam basa, hipoksia, dan hipotermi sebelum memulai
tranfusi tukar
g. Periksa ulang apakah donor yang diminta telah sesuai dengan permintaan (cek
label darah)3
26
FARMAKOTERAPI
Farmakoterapi telah digunakan untuk mengelola hiperbilirubinemia dengan
penghancuran heme, atau untuk mengikat bilirubin dalam usus halus sehingga
1. imunoglobulin intravena telah digunakan pada bayi-bati dengan Rh yang berat dan
transfusi tukar.
konsentrasi UDPGT dan ligandin serta dapat meningkatkan jumlah tempat ikatan
telah diteliti. Zat ini adalah anallog sintesis heme. Protoporphyrin telah terbukti
efektif sebagai inhibitor kompetitif dari heme oksigenase, enzim ini diperlukan
untuk katabolisme heme menjadi biliverdin. Dengan zat-zat ini heme dicegah dari
4. Pada penelitian terhadap bayi kurang dan cukup bulan, bayi dengan atau tanpa
sehat cukup bulan yang mendapat ASI, seperti asam L-aspartik dan kasein
27
pengeluaran bilirubin feses dan ikterus menjadi berkurang dibandingkan dengan
bayi kontrol.
2.8 Pencegahan
1. Primer
AAP merekomendasikan pemberian ASI pada semua bayi cukup bulan dan
hampir cukup bulan yang sehat. Dokter dan paramedis harus memotivasi ibu untuk
menyusukan bayinya sedikitnya 8-12 kali sehari selama beberapa hari pertama.1,3
Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dengan proses
pada neonatus. Lingkungan yang kondusif bagi ibu akan menjamin terjadinya proses
AAP juga melarang pemberian cairan tambahan (air, susu botol maupun
2. Sekunder
28
Semua wanita hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah ABO dan
Rhesus serta menjalani skrining antibodi isoimun. Bila ibu belum pernah menjalani
pemeriksaan golongan darah dan Rhesus. Apabila golongan darah ibu adalah O dengan
Rh-positif, perlu dilakukan pemeriksaan darah tali pusat. Jika darah bayi bukan O, dapat
b.Penilaian Klinis
Dokter harus memastikan bahwa semua neonatus dimonitor secara berkala untuk
tata laksana ikterus. Ikterus harus dinilai sekurang-kurangnya setiap 8 jam bersamaan
Pada bayi baru lahir, ikterus dapat dinilai dengan menekan kulit bayi sehingga
memperlihatkan warna kulit dan subkutan. Penilaian ini harus dilakukan dalam ruangan
yang cukup terang, paling baik menggunakan sinar matahari. Penilaian ini sangat kasar,
umumnya hanya berlaku pada bayi kulit putih dan memiliki angka kesalahan yang
tinggi. Ikterus pada awalnya muncul di bagian wajah, kemudian akan menjalar ke
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Behrman R.E.; Kliegman R.M., Nelson W.E., Vaughan V.C. (ed); Icterus
Neonatorum in Nelson Textbooks of Pediatrics, XVII Edition; W.B. Saunders
Company, Philadelphia, Pennsylvania 19106, 1992; pages 641-647.
2. Asil Aminullah; Ikterus dan Hiperbilirubinemia pada Neonatus dalam A.H.
Markum (ed), Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I, edisi 6, Balai Penerbit FKUI,
Jakarta, 1999, hal : 313-317.
3. Risa Etika, dr. SpA. Hiperbilirubinemia Pada Neonatus, Divisi Neonatologi
Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo – Surabaya
4. Rusepno Hassan, Husein Alatas (ed), Perinatologi dalam Buku Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak FKUI, Buku 3, edisi 7, Bab 32, Infomedia, Jakarta, 1997, hal :
1101-1115.
5. Glaser K.L., Jaundice and Hyperbilirubinemia in the Newborn in Pediatrics, in
www.medstudents-pediatrics.htm, 2001; page 1-3.
6. Arfin Behrman Kligman, Nelson; Dalam Ilmu Kesehatan Anak, volume I, edisi 15,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1999, hal 610-617.
7. American Academy of Pediatrics. Subcommittee on Hyperbilirubinemia.
Management of hyperbilirubinemia in the newborn infant 35 or more weeks of
gestation. Pediatrics 2004 ; 114 : 294.
30