Anda di halaman 1dari 5

FILOSOFI PENGARUH MEROKOK TERHADAP SALURAN PERNAPASAN

Oleh :
Indra Sampe Parimba
NIM 011918096301
Latar Belakang
Merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu secara terus
menerus diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan
dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial, politik, utamanya aspek kesehatan. Sekitar 1,5
juta orang dari rumah tangga perokok yang berobat penyakit Hipertensi dengan biaya yang
dihabiskan mencapai Rp.219 miliar sebulan atau Rp.2,6 triliun lebih setahun. Rumah tangga
perokok juga mengeluarkan belanja untuk berobat penyakit Asma sebesar Rp.1,1 triliun,
penyakit TBC Rp.636 miliar, penyakit pernafasan lain Rp.4,3 triliun, dan penyakit Jantung 2,6
triliun. Jika biaya rawat inap tidak disubsidi, maka total biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat
akibat penyakit yang berkaitan dengan tembakau adalah Rp.15,44 triliun (Kemenkes RI, 2011).
Pengaruh rokok bukan hanya bagi perokok aktif tapi juga bagi perokok pasif.
Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan terpapar asap rokok
di lingkungannya dan disebut sebagai perokok pasif. Sedangkan kita tahu bahwa anak yang
terpapar asap rokok dapat mengalami peningkatan risiko terkena bronkitis, pneumonia, asma
serta kelambatan pertumbuhan paru-paru. Orang dewasa bukan perokok pun yang terus menerus
terpapar juga akan mengalami peningkatan resiko kanker paru (Kemenkes RI, 2011).
Tujuan
1. Mengetahui filsafat kedokteran pengaruh merokok terhadap saluran pernapasan
2. Mengetahui efek dari merokok pada saluran pernapasan
Manfaat
Diharapkan melalui makalah ini dapat berguna sebagai acuan untuk pemahaman lebih
lanjut mengenai filsafat dalam kedokteran terutama mengenai pengaruh merokok terhadap
saluran pernapasan dan dampak yang ditimbulkan dari merokok terhadap saluran pernapasan
sehingga mendorong pembaca untuk tidak merokok, berhenti merokok dan menjaga kebersihan
udara dari asap rokok.
Tinjauan Teoritis
Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap
dan/atau dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan
dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang
asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan (Permenkes No. 28,
2013). Asap rokok mengandung lebih dari 7300 zat kimia yang didistribusikan antara gas dan
tar, banyak yang bersifat karsinogen. Zat kimia tersebut antara lain yaitu hidrokarbon seperti
isoprene, benzene dan benzoapyrene, Nikotin, karbon monoksida, nitric oksida, hydrogen
sianida, logam berat (arsen, kadnium, kromium, besi, merkuri, nikel, vanadium) bahkan juga
Formalin (Feldman & Anderson, 2013). Ada 25 jenis penyakit yang ditimbulkan karena
kebiasaan merokok seperti Emfisema, Kanker Paru, Bronkhitis Kronis dan Penyakit Paru lainnya
(Kemenkes RI, 2011).
Filsafat Kedokteran adalah ilmu tentang dimensi epistemology, metafisika dan
metodologi kedokteran, terapeutik dan eksperimental, diagnostic, terapeutik dan paliatif
(Stempsey, 2008). Filsafat dalam kedokteran meliputi analisis filosofis dari masalah-masalah
kedokteran, penyakit, kesehatan dan perawatan. Ini adalah penggunaan dan penerapan dari
filsafat pada kesehatan, penyakit dan perawatan medis. Ini adalah sebuah kegiatan yang
tujuannya adalah untuk mempelajari prinsip-prinsip dan ide-ide umum yang terletak dibalik
pandangan, pengertian dan keputusan kita tentang kesehatan, penyakit dan perawatan (Tosam,
2014).
Kondisi Klinis
Berbagai evidence based menyatakan bahwa mengkonsumsi tembakau dapat
menimbulkan penyakit kanker (Pharinx, Larinx, Paru), dan sistem pernafasan (Bronchitis,
Chronis, Emfisema, Paru Obstruktif Kronik, Tuberkulosis Paru, Asma, Radang Paru, dan
penyakit saluran nafas lainnya) (Kemenkes RI, 2011).
Data statistic pada mortalitas yang dikaitkan dengan merokok yang terutama berdasarkan
frekuensi dari malignansi dan gangguan degenerative dari sistem kardiovaskular dan paru-paru.
Pernyataan ini berdasarkan pada meningkatnya kesadaran hubungan antara merokok dan
predisposisi terhadap infeksi saluran pernapasan, yang mempengaruhi bukan hanya frekuensi
dan keparahan tetapi juga menghambat efikasi dari terapi anti infeksi (Feldman & Anderson,
2013).
Pembahasan
Terdapat empat mode refleksi filsafat pada kedokteran. Pertama, filsafat dan kedokteran
adalah sebuah dialog antar disiplin, dimana keduanya menyimpan identitas masing-masing
sebagai disiplin yang berbeda, contohnya membandingkan dan membedakan metode penelitian
atau mencari persamaan atau perbedaan pada subjek. Kedua, filsafat pada kedokteran adalah
penerapan dari pengenalan cabang-cabang filsafat kepada masalah-masalah kedokteran.
Contohnya proses diagnostic dapat diuji untuk kelogisannya atau konsep analisis kesehatan dan
penyakit untuk perkiraan metafisikal dan status epistemological. Ketiga, filsafat kedokteran yang
paling tidak jelas (samar-samar) dari keempat mode, terdiri dari refleksi tidak formal pada
praktek kedokteran tentang sesuatu hal sebagai keterampilan diagnostic atau hubungan dokter
dan pasien, juga meliputi penulisan-penulisan yang berdasarkan pada kebijaksanaan klinik.
Keempat, proper (tepat) yang hanya fokus pada apa yang khas dari yang dihadapi manusia
seperti kesehatan, penyakit, kematian dan keinginan untuk pencegahan dan penyembuhan
(Stempsey, 2008).
Berdasarkan mode refleksi filsafat pada kedokteran, pengaruh merokok pada saluran
pernapasan meliputi :
1. Meningkatkan resiko infeksi saluran pernapasan karena asap rokok bisa meningkatkan
virulensi mikroba, timbulnya resistensi antibiotic, mengubah komposisi mikroba saluran
pernapasan dan mengganggu pertahanan saluran pernapasan yang melibatkan mukosiliar,
makrofag alveolar dan sel limfosit (Feldman & Anderson, 2013).
2. Menyebabkan terjadinya inflamasi dan perubahan struktur pada saluran pernapasan central
dan perifer. Secara umum inflamasi dan perubahan struktur pada saluran pernapasan
meningkat bersama dengan keparahan penyakit dan menetap meskipun berhenti merokok.
Akibatnya terjadi sumbatan saluran pernapasan yang menetap dan progresif (PPOK)
(Laborin, 2009).
3. Menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan paru seperti emfisema sampai kanker paru
(Margaritopoulos et all, 2015).
Kelainan-kelainan yang terjadi di atas oleh karena merokok pada akhirnya bisa
menimbulkan efek yang paling buruk yaitu kematian (Feldman & Anderson, 2013).
Berhenti merokok adalah pengobatan yang paling efektif dan tidak membutuhkan biaya
yang besar terhadap pengobatan PPOK. Lebih lanjut berhenti merokok dikaitkan dengan
penurunan faktor resiko terjadinya stroke, penyakit jantung coroner, beberapa jenis kanker dan
dihubungkan dengan peningkatan harapan hidup. Berhenti merokok juga bisa mencegah
kehilangan fungsi paru terutama pada pasien PPOK ringan (Laborin, 2009).
Para perokok pada hakekatnya lebih termotivasi untuk berhenti merokok jika mereka
menyadari bahwa keluhan-keluhan pernapasan mereka disebabkan oleh merokok dan bahwa
mereka beresiko untuk terjadinya PPOK (Laborin, 2009). Selain itu setiap orang berhak untuk
menghirup udara bersih tanpa asap rokok (Kemenkes RI, 2011).
Penutup
Melalui refeleksi filsafat kedokteran bisa diketahui pengaruh merokok pada saluran
pernapasan yang melibatkan saluran pernapasan atas sampai saluran pernapasan bawah.
Pengaruh dari asap rokok ini mulai dari yang ringan sampai yang berat yaitu bisa menyebabkan
kematian karena kerusakan saluran pernapasan. Diharapkan dengan adanya makalah ini bisa
menjadi bahan pertimbangan untuk berhenti merokok selain untuk kesehatan para perokok tetapi
juga bagi mereka yang tidak merokok karena setiap orang berhak untuk menghirup udara bersih
tanpa asap rokok.
Daftar Pustaka
Feldman C., & Anderson R., 2013. Review Cigarette smoking and mechanisms of susceptibility
to infections of the respiratory tract and other organ systems. Journal of Infection,
(67):169-184.
Laborin R.L. 2009. Review Smoking and Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
Parallel Epidemics of the 21st Century. International Journal of Environmental Research
and Public Health.
Margaritopoulos G.A., Vasarmidi E., Jacob J., 2015. Smoking and Interstitial Lung Diseases.
European Respiratory Review, (24):428-435.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tahun
2013 tentang Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada
Kemasan Produk Tembakau. Jakarta : Peraturan Menteri Kesehatan RI.
Pusat Promosi Kesehatan Kementrian Kesehatan Indonesia. 2011. Pedoman Pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Stempsey W.E. 2008. Philosophy of Medicine is What Philosophers of Medicine Do.
Perspective in Biology and Medicine, Vol.5, No.3:379-391.
Tosam M.J. 2014. The Role of Philosophy in Modern Medicine. Open Journal of Philosophy,
Vol.4, No.1:75-84.

Anda mungkin juga menyukai