Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Dimanapun kita berada tidak akan lepas dari ancaman bahaya, baik itu dari segi
ancaman secara fisik, biologis maupun kimiawi. Seiring dengan perkembangan teknologi
yang semakin pesat, maka tingkat ancaman tersebut juga semakin meningkat. Perlu
kewaspadaan tinggi agar keamanan, kesehatan dan keselamatan tetap terjaga dengan baik.
Jika manusia merasa aman, selamat dan sehat, maka setiap orang dapat melanjutkan
aktivitas mereka secara efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tidak terorganisir dan banyak
terdapat bahaya, kerusakan dan sakit yang tak terhindarkan, mengakibatkan hilangnya
pendapatan dan produktivitas juga jadi berkurang.
Menurut ILO, setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan
lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2
juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat kerja. Angka menunjukkan,
biaya manusia dan sosial dari produksi terlalu tinggi (International Labour Organization,
2013).
Seperti yang telah kita ketahui, bahan-bahan kimia yang biasa kita temui tidak lepas
dari bahaya bagi manusia maupun bagi lingkungan sekitar. Ada yang bersifat mudah
terbakar, beracun, berbau tajam yang berdampak pada kesehatan, merusak benda-benda di
sekitarnya bahkan dapat mematikan makhluk hidup. Sebagian besar masyarakat masih
sering menyepelekan hal – hal seperti ini, contohnya dengan menempatkan bahan – bahan
tersebut pada wadah yang tidak dilengkapi dengan simbol – simbol yang bertujuan untuk
memberi keterangan mengenai sifat dan bahaya zat tersebut. Tanpa adanya simbol
tersebut, maka tidak ada peringatan secara visual yang kemudian membuat kesehatan dan
keselamatan manusia menjadi terancam. Kesehatan dan keselamatan manusia dari bahan
– bahan kimia berbahaya ini dipandang perlu menjadi perhatian bagi semuanya.
Di bidang yang lain, kecelakaan lalu lintas merupakan salah satu penyebab
kematian ketiga terbesar di Indonesia setelah HIV/AIDS dan TBC. Jumlah kendaraan
bermotor yang meningkat setiap tahunnya dan kelalaian manusia, menjadi faktor utama
terjadinya peningkatan kecelakaan lalu lintas. Data Kepolisian RI menyebutkan, pada
2012 terjadi 109.038 kasus kecelakaan dengan korban meninggal dunia sebanyak 27.441
orang, dengan potensi kerugian sosial ekonomi sekitar Rp 203 triliun - Rp 217 triliun per
tahun (2,9% - 3,1%) dari Pendapatan Domestik Bruto/PDB Indonesia). Sedangkan pada
2011, terjadi kecelakaan sebanyak 109.776 kasus, dengan korban meninggal sebanyak
31.185 orang. Manurut Garner Ted C. Libres, MA Lourdes I. Galves, Cathleen Joyce N.
Cordero (2008) bahwa tingkat kecelakaan juga memprihatinkan di dunia internasional.
Menurut WHO pada tahun 2009 tercatat 1,3 juta jiwa meninggal akibat kecelakaan lalu
lintas (Herawati, 2019).
Dari data kecelakaan lalu lintas jalan yang dihimpun dan diinvestigasi oleh KNKT
Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, selama kurun waktu 10 tahun dari tahun
2007 sampai dengan tahun 2016 telah terjadi 64 kali kecelakaan transportasi lalu lintas
jalan, atau ± 6 kali terjadi kecelakaan per tahun (Saputra, 2017).
Dalam keselamatan di jalan raya terdapat tiga pilar yang mendasari yaitu
pengemudi, kendaraan dan jalan raya. Penyebab kecelakaan yang terbesar disebabkan oleh
faktor manusia (pengemudi). Sedangkan penyebab kecelakaan akibat kendaraan biasanya
karena faktor jalan raya (geometrik) dan kurangnya fasilitas pelengkap dari badan jalan
tersebut sehingga perlu dilakukan suatu manajemen keselamatan jalan. Meski bukan
menjadi faktor penyumbang terbesar pada kecelakaan, namun peran dari fasilitas
pelengkap jalan dalam hal ini rambu – rambu lalu lintas sangat penting dalam
meningkatkan keselamatan dalam berkendara di jalan raya.

1.2. Tujuan
1. Untuk mengkaji dan mendeskripsikan tentang rambu – rambu kesehatan dan
keselamatan pada manusia.
2. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai rambu – rambu kesehatan dan
keselamatan pada manusia.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Rambu – Rambu Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Safety Sign)


Menurut Health & Safety Authority (HSA) dalam Guide to the Safety, Health and
Welfare at Work (General Application) Regulations 2007 (Amended May 2010), rambu-
rambu K3 atau safety sign adalah tanda-tanda yang mengacu pada objek tertentu, aktivitas
atau situasi dan memberikan informasi atau petunjuk tentang keselamatan, kesehatan atau
keduanya, di tempat kerja dengan papan, warna, tanda penerangan, sinyal akustik,
komunikasi lisan, atau sinyal tangan.
Safety sign adalah suatu tanda atau petunjuk yang berisi perintah, peringatan, atau
informasi mengenai keselamatan kerja. Menurut Industrial Accident Prevention
Association (IAPA) (2007) safety sign adalah sebuah media visual berupa gambar untuk
ditempatkan di area kerja yang memuat pesan-pesan agar setiap karyawan selalu
memperhatikan aspek-aspek keselamatan dan kesehatan kerja.
Safety sign merupakan peralatan yang bermanfaat untuk melindungi kesehatan dan
keselamatan karyawan dan pengunjung yang sedang berada di tempat kerja. Beberapa
istilah yang digunakan dalam safety sign, sebagai berikut (HSE dalam HSE books “The
Health and Safety (Safety Signs and Signals) Guidance on Regulations”, 2009) :
a. Sign boards (papan rambu-rambu), sebuah tanda yang memberikan informasi atau
instruksi dengan kombinasi bentuk, warna dan simbol atau piktogram yang
diperlihatkan dengan intensitas pencahayaan yang cukup. Dalam prakteknya
kebanyakan papan disertai dengan teks tambahan (misalnya “Fire Exit” disertai dengan
simbol orang bergerak).
b. Prohibition Sign (rambu-rambu larangan), sebuah tanda yang melarang untuk
berperilaku yang dapat menimbulkan bahaya (misalnya “selain petugas dilarang
masuk”)
c. Warning Sign (rambu-rambu peringatan), sebuah tanda peringatan terdapat hazard atau
bahaya (misalnya “Awas!! listrik bertegangan tinggi)
d. Mandatory Sign (rambu-rambu perintah), sebuah tanda perintah untuk perilaku tertentu
(misalnya “Gunakan Pelindung Mata”)
e. Emergency Escape or First-Aid Sign (rambu-rambu jalur darurat atau pertolongan
pertama), sebuah tanda yang memberikan informasi jalur darurat/pintu keluar darurat,
pertolongan pertama, atau fasilitas penyelamatan (misalnya “emergency exit”)
f. Safety Colour (warna keselamatan), merupakan warna yang memiliki arti khusus
(misalnya kuning berarti hati-hati atau mengambil tindakan pencegahan)
g. Symbol or Pictogram (symbol atau piktogram), digunakan pada papan rambu- rambu
atau rambu-rambu penerangan (misalnya trefoil ionizing radiation warning system)
h. Illuminated Sign (rambu-rambu penerangan), tanda terbuat dari bahan transparan atau
tembus yang menyala dari dalam atau belakang untuk memberikan tampilan yang
bercahaya pada permukaan (misalnya rambu- rambu keluar darurat)
i. Acoustic Signal (sinyal akustik), merupakan sinyal suara yang ditransmisikan tanpa
pemakaian manusia atau suara buatan (misalnya alarm kebakaran)
j. Verbal Communication (komunikasi verbal), merupakan pesan lisan yang
dikomunikasikan oleh suara manusia atau suara buatan
k. Hand Sign (sinyal tangan), gerakan atau posisi lengan atau tangan memberikan sinyal
yang diakui sebagai tanda bahaya
l. Fire Safety Sign (rambu-rambu kebakaran), rambu-rambu (termasuk rambu- rambu
penerangan atau sinyal akustik) dimana :
1) Memberikan informasi mengenai jalan keluar darurat jika terjadi kebakaran
2) Memberikan informasi mengenai identifikasi atau lokasi peralatan pemadam
kebakaran
3) Memberikan peringatan jika terjadi kebakaran.
Prinsip-prinsip dasar dari penerapan safety sign di lingkungan kerja ada 4 (empat),
diantaranya (HSA, 2010) :
a. Tujuan dari safety sign adalah untuk menarik perhatian dengan cepat dan jelas untuk
objek dan situasi yang mempu menyebabkan hazard tertentu.
b. Safety sign tidak boleh digunakan sebagai pengganti tindakan perlindungan.
c. Safety sign hanya boleh digunakan untuk memberikan informasi terkait dengan
keselamatan.
d. Efektivitas safety sign bergantung khususnya pada penyediaan informasi yang lengkap
dan teratur berulang-ulang untuk semua karyawan.
Pengelompokan safety sign dikelompokan menjadi 3 (tiga) bagian, yakni :
a. Perintah, yaitu yang berisi suatu kewajiban atau larangan yang harus dilakukan atau
dihindari.
b. Waspada, yaitu suatu peringatan atau notice akan suatu bahaya atau hal-hal yang harus
diperhatikan.
c. Informasi, berupa petunjuk atau pemberitahuan mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja.
Penerapan safety sign di tempat kerja memiliki bebrapa manfaat, diantaranya (HSA,
2010):
a. Menarik perhatian terhadap adanya K3
b. Menunjukkan adanya potensi bahaya yang mungkin tidak terlihat
c. Menyediakan informasi umum dan memberikan pengarahan
d. Mengingatkan para karyawan dimana harus menggunakan peralatan perlindungan diri
e. Mengindikasi dimana peralatan darurat keselamatan berada
f. Memberikan peringatan waspada terhadap beberapa tindakan yang atau perilakunya
tidak diperbolehkan.
Standar Safety Sign
Terdapat beberapa standar acuan dalam pembuatan dan pemasangan safety sign di
lingkungan kerja, diantaranya :
a. ISO 3864-1: 2011, Graphical symbols – Safety colours and safety signs – Part 1:
Design principles for safety signs and safety markings
ISO 3864-1 : 2011 menetapkan warna identifikasi keselamatan dan prinsip-prinsip
desain untuk tanda-tanda keselamatan dan tanda-tanda keselamatan yang digunakan
dalam tempat kerja dan di tempat umum yang bertujuan untuk pencegahan kecelakaan,
perlindungan kebakaran, informasi bahaya kesehatan dan evakuasi darurat. Hal ini
juga menetapkan prinsip-prinsip dasar yang akan diterapkan ketika mengembangkan
standar yang mengandung tanda-tanda keselamatan. ISO 3864-1 : 2011 berlaku untuk
semua lokasi isu-isu keselamatan yang berhubungan dengan orang-orang. Namun,
standar ini tidak berlaku untuk sinyal yang digunakan untuk memandu kereta api,
jalan, sungai, laut dan lalu lintas udara, serta untuk sektor-sektor yang memiliki
peraturan berbeda.
b. ISO 3864-2 : 2004, Graphical symbols – Safety colours and safety signs – Part 2 :
Design principles for product safety labels
ISO 3864-2 : 2004 menetapkan prinsip tambahan dari ISO 3864-1 untuk desain label
keselamatan untuk produk, yaitu setiap item yang diproduksi dan ditawarkan untuk
dijual dalam kegiatan perdagangan, namun terbatas untuk produk konsumen dan
peralatan industri. Tujuan dari label keselamatan produk adalah untuk mengingatkan
orang mengenai bahaya tertentu dan untuk mengidentifikasi bagaimana bahaya dapat
dihindari. ISO 3864-2 : 2004 berlaku untuk semua produk di semua industry dimana
pertanyaan terkait dengan keselamatan dapat diajukan. Namun, hal ini tidak berlaku
untuk label keselamatan yang digunakan untuk bahan kimia, pengangkutan zat-zat
berbahaya dan sektor-sektor yang memiliki peraturan yang berbeda. Prinsip desain
dalam ISO 3864-2 : 2004 digunakan oleh semua Komite Teknis ISO dan siapa saja
yang merancang label keselamatan produk dalam pengembangan standar label
keselamatan produk untuk industri atau jasa mereka. Peraturan di beberapa Negara
mungkin berbeda dari beberapa persyaratan yang terdapat dalam ISO 3864-2 : 2004.
Untuk memfasilitasi standardisasi internasional label keselamatan produk, ISO 3864-
2 : 2004 harus direvisi.
c. ISO 3864-3 : 2012, Graphical symbols – Safety colours and safety signs – Part 3 :
Design principles for graphical symbols for use in safety signs
ISO 3864-3 : 2012 memberikan prinsip-prinsip, kriteria dan acuan untuk desain
simbol grafis untuk digunakan dalam tanda-tanda keselamatan sebagaiman
didefinisikan dalam ISO 3864-1, dan untuk elemen tanda keselamatan label
keselamatan produk sebagaimana didefinisikan dalam ISO 3864-2.
d. ISO 3864-4 : 2011, Graphical symbols – Safety colours and safety signs – Part 4 :
Colorimetric and photometric properties of safety sign materials
ISO 3864-4 : 2011 menetapkan persyaratan kolorimetri dan fotometri dan cara uji
warna tanda-tanda keselamatan yang harus digunakan dalam tempat kerja dan tempat
umum. Spesifikasi kolorimetri dan fotometri untuk keselamatan dan warna kontras
ditentukan dalam ISO 3864-1. Persyaratan fisik bahwa tanda-tanda keselamatan harus
memenuhi terutama terkait warna siang hari dan lingkungan normal. ISO 3864-4 :
2011 juga mencakup persyaratan kolorimetri dan cara uji untuk tanda-tanda
keselamatan dan berpendar yang juga beroperasi di lingkungan gelap. ISO 3864-4 :
2011 berlaku untuk semua lokasi dimana isu-isu keselamatan yang berhubungan
dengan orang-orang. Namun, standar ini tidak berlaku untuk sinyal yang digunakan
untuk memandu kereta api, jalan, sungai, laut dan lalu lintas udara, serta untuk sektor-
sektor yang memiliki peraturan berbeda. Sifat kolorimetri dan fotometri dari tanda-
tanda keselamatan retroreflektif, bahan retroreflektif dikombinasikan dengan
fluorescent atau bahan berpendar, atau tanda-tanda keselamatan bercahaya diaktifkan
oleh sumber radioaktif tidak ditentukan dalam ISO 3864-4 : 2011.
e. ANSI Z535.1 - 2006 Safety Signs and Colour at Work
f. ANSI Z535.4 American National Standart for Product Safety Signs and Labels
g. BS 5378-1 : 1980 Safety Signs and Colours Specifications for Colour and Design
h. BS 5499 : 2002 Graphical symbols and signs. Safety Signs, including Fire Safety
Signs
Landasan Hukum Safety Sign
Kewajiban memasang safety sign di tempat kerja tertuang pada Undang- undang
Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 14 poin b yang berbunyi
“Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang
diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat
dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli kesehatan kerja”. Dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 tahun 2012 tentang Penerapan
SMK3, Lampiran II Kriteria Audit SMK3 poin 6.4.4 yang berbunyi “Rambu-rambu K3
harus dipasang sesuai standar dan pedoman teknis”.
Ketentuan Umum Safety Sign
a. Safety Colour (warna keselamatan)
Dalam sebuah safety sign warna juga ditetapkan sebagai pedoman pesan yang
akan disampaikan oleh sebuah safety sign. Ada warna yang menjadi background atau
latar belakang, ada juga warna tulisan yang tertera diatasnya. Kombinasi warna yang
kontras juga dimaksudkan agar tulisan mudah terlihat dan terbaca. Arti warna safety
sign didasarkan pada ANSI Z535.1-2006 (IAPA, 2007):
1) Merah, dikombinasikan dengan warna kontras putih dan warna simbol hitam.
Warna merah berarti suatu larangan, tanda bahaya dan juga dipakai sebagai tanda
pemadam api
2) Kuning, dikombinasikan dengan warna kontras dan simbol hitam. Warna kuning
berarti peringatan, perhatian/waspada atau potensi beresiko bahaya
3) Hijau, dikombinasikan warna kontras dan simbol putih. Warna hijau berarti pintu
keluar darurat, pertolongan pertama, dan juga zona aman
4) Biru, dikombinasikan warna kontras dan simbol putih. Warna biru berarti suatu hal
yang wajib ditaati
5) Putih, dikombinasikan dengan warna kontras dan simbol hitam. Warna putih
digunakan untuk menyampaikan pesan yang bersifat informasi umum
Sumber: Health Safety Authority (2009)
b. Simbol atau piktogram
Simbol atau bentuk geometri sebuah safety sign juga mempunyai arti tersendiri
terhadap pesan yang akan disampaikan. Ada 3 (tiga) bentuk geometri yang digunakan
pada safety sign, diantaranya (HSA, 2010) :

Sumber: Health Safety Authority (2009)


c. Kombinasi antara warna dan simbol
Simbol atau bentuk geometri dikombinasikan dengan safety colour akan
menghasilkan sebuah safety sign yang bermakna, sebagai berikut (HSA, 2010) :
1) Warna merah dikombinasikan dengan bentuk lingkaran, memiliki makna larangan.
Warna merah harus muncul di sekitar tepi dan di garis melintang dan harus
menutupi setidaknya 35% dari permukaan tanda
2) Warna merah dikombinasikan dengan bentuk segiempat, memiliki makna sebagai
tanda pemadam api. Warna merah harus menutupi setidaknya 50% dari permukaan
tanda
3) Warna kuning dikombinasikan dengan bentuk segitiga, memiliki makna peringatan
dan juga bisa digunakan sebagai tanda untuk potensi bahaya. Segitiga warna
kuning harus memiliki garis tepi warna hitam. Warna kuning harus menutupi
setidaknya 50% dari permukaan tanda
4) Warna hijau dikombinasikan dengan bentuk segiempat, memiliki makna zona
aman atau perlengkapan keselamatan. Warna hijau harus mencakup setidaknya
50% dari permukaan tanda
5) Warna biru dikombinasikan dengan bentuk lingkaran, memiliki makna perintah
yang wajib ditaati. Warna biru harus menutupi setidaknya 50% dari permukaan
tanda
6) Warna biru dikombinasikan dengan bentuk segiempat, memiliki makna informasi
atau petunjuk
Tabel 2.4 Kombinasi simbol dan warna beserta maknanya

Sumber: Health Safety Authority (2009)


d. Ukuran dan Jenis Huruf
Dalam memasang safety sign di area kerja, selain harus memperhatikan warna
dan jenis pictogram. Ada hal lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan, yaitu
jenis dan ukuran huruf yang digunakan supaya dapat terbaca dengan baik dalam jarak
baca yang aman. Jarak baca aman safety sign berhubungan dengan dua hal, yaitu jarak
baca aman minimum dan tinggi huruf yang digunakan. Jarak baca aman minimum
adalah jarak terdekat yang memungkinkan seseorang membaca peringatan yang
terdapat pada safety sign dan masih punya banyak waktu untuk menghindari bahaya
tersebut. sedangkan untuk tinggi huruf yang digunakan, karena huruf memakai
besaran poin, maka harus dilakukan konversi dari poin ke mm, dimana diperoleh
bahwa 1 mm sama dengan 3.9 poin (Lorco, 2010). Lihat Tabel 2.6.
Tabel 2.5 Jarak baca, tinggi huruf, dan ukuran huruf
Jarak Baca Minimum (m) Tinggi huruf (cm) Ukuran Huruf (poin)
< 1,2 0,4 16
1,8 0,6 23
2,4 0,8 31
3,0 1,0 39
4,6 1,5 58
6,1 2,0 78
9,1 3,0 117
12,2 4,1 160
18,3 6,1 238
24,4 8,1 316
30,5 10,2 398
38,1 12,7 495
45,7 15,2 593
61 20,3 792
Sumber : Lorco (2010)
Jenis huruf yang digunakan dalam pembuatan safety sign, menggunakan huruf
yang tepat, mudah, enak dibaca dan memiliki estetika. Sehingga pekerja yang
membaca safety sign dapat mudah memahami pesan yang disampaikan (Safety Sign
Indonesia, 2013). Jenis huruf yang paling direkomendasikan adalah Arial, Helvetica,
Folio Medium, Futura, Univers, atau yang setara. Gunakan huruf kapital untuk huruf
pertama dan huruf kecil untuk sisanya, untuk kata-kata peringatan bisa menggunakan
huruf besar semua misalnya Bahaya atau BAHAYA untuk memperingatkan bahaya
(IAPA, 2007) (Afianto, 2013).
Petunjuk Pemasangan Safety Sign
Dalam memasang safety sign di tempat kerja harus memperhatikan tata cara
pemasangan safety sign dengan benar, supaya pesan dari safety sign yang terpasang di
tempat kerja dapat sampai ke pekerja. berikut ini petunjuk pemasangan safety sign di
tempat kerja (HSE, 2009) :
a. Safety sign harus terlihat jelas, ditempatkan pada jarak pandang dan tidak tertutup atau
tersembunyi
b. Kondisikan safety sign dengan penerangan yang baik. Siapapun yang berada di area
kerja harus bisa membaca safety sign dengan mudah dan mengenali warna
keselamatannya
c. Pencahayaan juga harus cukup membuat bahaya yang akan ditonjolkan menjadi
terlihat dengan jelas
d. Siapapun yang ada di area kerja harus memiliki waktu yang cukup untuk membaca
pesan yang disampaikan dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk menjaga
keselamatan
e. Posisikan safety sign yang berhubungan bersebelahan, tetapi jangan
menempatkan lebih dari empat safety sign dalam area yang sama
f. Pisahkan safety sign yang tidak berhubungan
g. Pastikan bahwa safety sign pengarah terlihat dari semua arah. Termasuk panah arah
pada rambu keluar disaat arah tidak jelas atau membingungkan. safety sign arah arus
ditempatkan secara berurutan sehingga rute yang dilalui selalu jelas
h. Safety sign yang di atap harus berjarak 2.2 meter dari lantai.
Petunjuk Pemeliharaan Safety Sign
Safety Sign yang sudah terpasang di tempat kerja memerlukan pemeliharaan agar
dalam kondisi baik. Petunjuk pemeliharaan safety sign menurut Industrial Accident
Prevention Association (IAPA) (2007), yakni :
a. Mengganti safety sign yang pudar, rusak atau memiliki tanda-tanda usang
b. Mengubah safety sign yang kurang dipahami atau sering diabaikan
c. Menghapus safety sign yang berlebihan atau tidak diperlukan lagi
d. Mengecat area dimana safety colour telah pudar.
2.2. Bahan Berbahaya Dan Beracun (B-3).
Bahan berbahaya dan beracun (B-3) didefinisikan sebagai bahan berbahaya
dan/atau beracun yang karena sifatnya atau konsentrasinya baik secara langsung atau tidak
langsung dapat mencemarkan lingkungan atau merusak lingkungan hidup, kesehatan
hidup manusia serta, makhluk lain. Dari definisi tersebut di atas dapat ditafsirkan bahwa
B-3 dapat berupa bahan baku (alamiah), atau bahan olahan (produk), atau sisa dari suatu
proses (limbah) yang bersumber dari kegiatan industri atau domestik (rumah tangga).
Ditinjau dari strukturnya, maka B-3 bisa berupa bahan yang memiliki sifat fisika dan
kimia. Sifat fisika (fisik) pada umumnya dilihat karena bentuknya, seperti: runcing/tajam,
keras, licin, gas dan lain-lain. Sedangkan sifat kimia dilihat dari mudahnya bereaksi, baik
dengan struktur tubuh makhluk hidup (manusia, hewan dan tumbuhan), maupun benda-
benda mati.
Dampak yang diakibatkan oleh sifat fisik pada umumnya berupa perusakan fisik,
seperti luka, sesak napas, pingsan, bahkan sampai tak sadarkan diri. Adapun dampak dari
sifat kimia antara lain: kebakaran, ledakan, keracunan, korosif tehadap benda (peralatan),
dan lain-lain. Berdasarkan dampak yang disebabkannya, maka B-3, terutama berdasarkan
sifat kimianya, dapat dikelompokkan sebagai berikut:
Bahan Beracun (Toxic)
Dalam jumlah kecil, bahan ini menimbulkan keracunan dan bersifat bahaya
terhadap kesehatan manusia atau makhluk hidup lainnya, bahkan dapat menyebabkan
kematian apabila terserap ke dalam tubuh lewat pernapasan atau kulit.
Tabel 1. Beberapa Contoh Bahan Kimia Beracun

Sumber : (Utomo, 2012)


Bahan Oksidator
Bahan-bahan ini kaya dengan oksigen sehingga dapat membantu dan
mempercepat proses pembakaran, karena bisa menghasilkan oksigen yang dapat
menyebabkan kebakaran bahan-bahan lain. Beberapa contoh bahan kimia oksidator
seperti: permanganat, perklorat, dikromat, peroksida, persulfat. Oksida-oksida lain dapat
terbentuk pula pada penyimpanan pelarut (solvent) organik seperti: eter, ester dan keton.
Bahan Korosif
Bahan ini reaktif terhadap zat lain sehingga dapat mengakibatkan kerusakan
apabila berkontak dengan jaringan hidup atau bahan lain. Bahan-bahan ini meliputi asam-
asam, alkali-alkali dan bahan-bahan kuat lainnya. Dilihat dari wujud/fasenya, bahan kimia
korosif ada tiga macam, yaitu:
a. Bahan korosif padatan, misalnya: kaustik soda, NaOH; kalium hidroksida, KOH;
kalsium hidroksida, Ca(OH)2.
b. Bahan korosif cairan, misalnya: asam sulfat, H2SO4; asam cuka, CH3COOH; asam
klorida, HCl; asam nitrat, HNO3.
c. Bahan korosif gas, misalnya: ammonia, NH3; formaldehida, HCOH; asam klorida,
HCl; asam asetat, CH3COOH; belerang oksida, SO2/SO3; klorin, Cl2; ozon, O3.
Tabel 2. Beberapa Contoh Bahan Korosif Berdasarkan Wujud

Sumber : (Utomo, 2012)


Bahan Yang Reaktif Terhadap Air
Bahan ini mudah bereaksi dengan air dengan mengeluarkan panas dan gas mudah
terbakar. Beberapa contoh bahan ini antara lain:
a. Alkali (natrium, Na; kalium, K) dan alkali tanah (Calsium, Ca)
b. Logam halida anhidrat (aluminium tribromida, AlBr3)
c. Logam oksida anhidrat (CaO). Bahan-bahan tersebut di atas harus dijauhkan dari air
atau disimpan dalam ruangan yang kering dan bebas dari kebocoran bila hujan.
Bahan Mudah Terbakar
Bahan ini adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen dan
menimbulkan kebakaran. Tingkat bahaya ditentukan oleh titik bakarnya (titik nyala).
Makin rendah titik bakarnya justru makin berbahaya. Reaksi pembakaran yang
berlangsung sangat cepat dan juga dapat menghasilkan ledakan. Dilihat dari wujudnya,
bahan ini dapat berupa:
a. Padatan mudah terbakar, misalnya: belerang, fosfor, kertas/rayon, hidrida logam,
kapas dan padatan berupa serbuk halus (seperti debu: kapuk, kapas, gandum).
b. Cairan mudah terbakar, seperti: eter, alkohol, aseton, benzena, heksan dan lain-lain.
Bahan-bahan tersebut pada umumnya digunakan sebagai bahan pelarut organik, pada
suhu kamar akanmenguap, dan dalam perbandingan tertentu dapat terbakar oleh
adanya api terbuka atau loncatan listrik. Bahan-bahan pelarut organik banyak
ditemukan dalam industri, seperti pada:
Industri cat : petroleum, eter, alkohol, aseton, ester, heksan, isobutil, keton
dan lain-lain.
Industri kertas : karbon disulfida
Pabrik alkohol : metanol, etanol.
Pengolahan minyak : bensin, benzena, toluena dan ksilena
Industri obatobatan : aseton, eter, alkohol
Laboratorium kimia : hampir semua pelarut organik
c. Gas mudah terbakar: gas alam sebagai bahan bakar, hidrogen, asetilen (untuk
pengelasan), etilen oksida (gas untuk sterilisasi) dan lain-lain.
Tabel 3. Beberapa Contoh Bahan Oksidator Dan Reduktor
No. Oksidator Reduktor
1. Kalium Klorat, Natrium Nitrat Karbon, Belerang
2. Asam Nitrat Etanol
3. Kalium Permanganat Gliserol
4. Krom Trioksida Hidrazin
Sumber : (Utomo, 2012)
Bahan Eksplosif (Mudah Meledak)
Bahan ini adalah padatan atau cairan atau campuran keduanya yang karena suatu
reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu
tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan yang dahsyat. Ada beberapa macam bahan
eksplosif, antara lain:
a. Bahan eksplosif buatan, yaitu bahan yang sengaja dibuat untuk tujuan peledakan atau
bahan peledak, seperti: trinitrotoluene (TNT); nitrogliserin; ammonium nitrat. Bahan-
bahan tersebut sangat pekaterhadap panas dan pengaruh mekanis (gesekan atau
tumbukan).
b. Bahan eksplosif karena sifatnya, yaitu karena tidak stabil atau reaktif seperti: nitro,
diazo, peroksida, azida dan lain-lain.
c. Debu eksplosif, seperti: debu karbon (dalam industri batu bara); zat warna diazo
(dalam pabrik zat warna); magnesium (dalam pabrik baja).
d. Campuran eksplosif, yaitu karena terjadinya campuran beberapa bahan oksidator dan
reduktor dalam suatu reaktor atau dalam penyimpanan (gudang).
Tabel 4. Beberapa Contoh Bahan Eksplosif
No. Bahan Produksi/Digunakan Industri
1. Ammonium Nitrat, TNT Peledak
2. Campuran Amunisi
3. Asetilen, 41ermanga, Oksigen Gas
4. Natrium Nitrat, Kalium Klorat, Karbon Petasan (Mercon)
5. Kalium Klorat, Belerang Korek Api
6. Azo, Diazo Zat Warna
Sumber : (Utomo, 2012)
Gas Bertekanan
Tabel 5. Penggunaan Gas Bertekanan Dan Bahayanya

Sumber : (Utomo, 2012)


Gas bertekanan disimpan dalam tekanan tinggi, baik gas yang ditekan, gas cair atau
gas yang dilarutkan dalam pelarut di bawah tekanan. Gas bertekanan ini banyak digunakan
dalam 41ermanga maupun laboratorium. Bahaya dari gas ini adalah efek dari tekanan
tinggi dan juga mungkin bersifat racun, aspiksian, korosif dan mudah terbakar.
Bahan Reaktif Terhadap Asam
Bahan yang mudah bereaksi dengan asam menghasilkan panas dan gas yang mudah
terbakar atau gas beracun dan korosif serta eksplosif. Bahan-bahan ini adalah alkai-alkali
atau senyawa-senyawa alkali. Misal: kalium klorat (KClO3), kalium 42ermanganate
(KMnO4).
Bahan Radioaktif
Bahan ini mempunyai kemampuan memancarkan sinar-sinar radioaktif dari zat itu
sendiri. Radiasi yang dipancarkan adalah sinar alfa, sinar beta, sinar gamma, sinar netron
dan lain-lain. Bahaya radioaktif terutama terkait dengan sinar radiasinya. Radiasi ini jika
masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan efek somatik dan genetik.Efek somatik bisa
bersifat akut dan bisa pula kronis. Efek kronis akibat radiasi dosis rendah, sedangakan efek
akut akibat radiasi dosis tinggi dari 200 Rad sampai 5000 Rad. Pada efek akut mungkin
terjadi sindroma sistem syaraf sentral dan sindroma kelainan darah. Keberadaan bahan
radioaktif antara lain dalam bidang kedokteran, bidang industri dan bidang pertanian.
Dalam bidang kedokteran banyak dipakai cairan zat radioaktif yang dimasukkan ke dalam
tubuh atau isotop-isotop untuk penyinaran. Dalam bidang industri, bahan radioaktif
dipakai untuk menelusuri jejak proses dalam rangka pengendalian atau dipakai langsung
dalam produksi seperti mempercepat proses polimerisasi. Sedangkan dalam bidang
pertanian isotop radioaktif dipakai untuk menelusuri proses seperti penyerapan air,
pemupukan dan lain-lain.
Logam Berat
Keberadaan logam berat bisa berupa logam murni, paduan atau dalam bentuk
senyawa. Dalam keadaan murni berupa padatan pada suhu kamar, dalam bentuk serbuk,
bongkahan atau dalam bentuk lain, kecuali merkurium (raksa) dalam bentuk cairan. Begitu
pula logam paduan dapat berupa padatan atau cairan/larutan.Dalam bentuk senyawa pada
umumnya memiliki warna khas sesuai dengan formula senyawanya.
Tabel 6. Logam Berat Dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan

Sumber : (Utomo, 2012)


Simbol B-3 (Bahan Berbahaya Dan Beracun)
Simbol B-3 Simbol suatu gambar tertentu untuk menandakan sifat / karateristik
bahaya B-3 dalam suatu pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan atau pengangkatan.
a. Bentuk dasar, ukuran dan bahan.
Bentuk dasar simbol adalah bujur sangkar dengan sudut putar 450 sehingga
membentuk belah ketupat. Keempat sisi belahketupat tersebut dibuat garis sejajar
yang menyambung sehingga membentuk bidang belah ketupat. Warna garis yang
membentuk belah ketupat sama dengan warna gambar simbol. Pada bagian bawah
simbol terdapat blok segilima dengan bagian atas mendatar dan sudut terlancip
berhimpit dengan garis sudut bawah belah ketupat bagian dalam. Panjang garis bagian
sudut terlancip adalah 1/3 dari garis vertikal simbol dengan lebar ½ dari panjang garis
horizontal belah ketupat. Ukuran simbol yang dipasang pada kemasan minimal
berukuran 10 cm x 10 cm, sedangkan simbol pada kendaraan pengangkut B-3/limbah
B-3 dan tempat penyimpanan minimal 25 cm x 25 cm. Simbol harus dibuat dari bahan
yang tahan terhadap goresan dan atau bahan kimia yang kemungkinan akan
mengenainya. Warna simbol kendaraan pengangkut B-3/limbah B-3 harus dengan cat
yang dapat berpendar (fluorescence).
b. Jenis-jenis simbol
1) B-3 mudah meledak: warna dasar bahan oranye, simbol gambar berwarna hitam
menunjukkan bahan meledak terletak ditepi antara sudut atas dan sudut kiri belah
ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan “MUDAH MELEDAK”
diapit dua garis sejajar berwarna hitam sehingga membentuk dua bangun segitiga
sama kaki pada bagian dalam belah ketupat.
2) B-3 mudah terbakar: terdiri dari dua bentuk, yaitu cairan dan padatan.
 Cairan mudah terbakar: bahan dasar berwarna merah, gambar simbol berupa
lidah api berwarna putih, gambarberada di bawah sudut atas garis ketupat bagian
dalam, pada bagian tengah terdapat tulisan “CAIRAN MUDAH TERBAKAR”.
 Padatan mudah menguap: simbol berwarna merah dan putih berjajar vertikal
berselingan, pada bagian tengah terdapat tulisan “PADATAN MUDAH
TERBAKAR”.
3) B-3 reaktif: warna dasar kuning dengan blok segilima berwarna merah, simbol
berupa lingkaran hitam dengan asap berwarna hitam mengarah ke atas terletak pada
suatu permukaan garis berwarna hitam dan di bawah gambar simbol terdapat
tulisan “REAKTIF” berwarna hitam.
4) B-3 beracun: bahan dasar berwarna putih dengan blok segi lima berwarna merah,
simbol berupa gambar tengkorak manusiadengan tulang bersilang berwarna hitam,
di bawah gambar simbol tertulis “BERACUN” berwarna hitam.
5) B-3 korosif: bagian dalambelah ketupat terbagi dua oleh garis horisontal menjadi
dua bidang segitiga, bagian atas berwarna putih terdapat dua gambar tetesan limbah
korosif dan gambar lengan yang terkena tetesan bahan korosif, sedangkan bagian
atas tedapat tulisan “KOROSIF” berwarna putih dan blok segilima berwarna
merah.
6) B-3 menimbulkan infeksi: warna dasar bahan adalah putih, simbol infeksi
berwarna hitam berada di bawah sudut atas garis belah ketupat bagian dalam dan
terdapat tulisan “INFEKSI” berwarna hitam di atas blok segilima berwarna merah.
7) B-3 campuran: bahan dasar berwarna putih, gambar simbol berupa tanda seru
berwarna hitam terletak di bawah sudut atas garis belah ketupat bagian dalam, pada
bagian tengah bawah terdapat tulisan “CAMPURAN” berwarna hitam di atas blok
segilima berwarna merah.
Label B-3
Label merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi untuk memberikan
informasi dasar mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu B-3 yang berada di
dalam kemasan. Adapun kriteria label meliputi bentuk, identitas dan kemasan kosong
(Utomo, 2012).
Tabel 7. Simbol Bahaya Yang Berasal Dari Bahan Berbahaya Dan Beracun
SIMBOL KETERANGAN

Nama : Irritant
Lambang : Xi
Arti : Bahan yang dapat menyebabkan iritasi, gatal-gatal
dan dapat menyebabkan luka bakar pada kulit.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit.
Contoh : NaOH, C6H5OH, Cl2

Nama : Harmful
Lambang : Xn
Arti : Bahan yang dapat merusak kesehatan tubuh bila
kontak langsung dengan tubuh atau melalui inhalasi.
Tindakan : Jangan dihirup, jangan ditelan dan hindari
kontak langsung dengan kulit.
Contoh : Etilen glikol, Diklorometan.
Nama : Toxic
Lambang : T
Arti : Bahan yang bersifat beracun, dapat menyebabkan
sakit serius bahkan kematian bila tertelan atau terhirup.
Tindakan : Jangan ditelan dan jangan dihirup, hindari
kontak langsung dengan kulit.
Contoh : Metanol, Benzena.
Nama : Very Toxic
Lambang : T+
Arti : Bahan yang bersifat sangat beracun dan lebih
sangat berbahaya bagi kesehatan yang juga dapat
menyebabkan sakit kronis bahkan kematian.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan tubuh dan
sistem pernapasan.
Contoh : Kalium sianida, Hydrogen sulfida,
Nitrobenzene dan Atripin.
Nama : Corrosive
Lambang : C
Arti : Bahan yang bersifat korosif, dapat merusak
jaringan hidup, dapat menyebabkan iritasi pada kulit,
gatal-gatal dan dapat membuat kulit mengelupas.
Tindakan : Hindari kontak langsung dengan kulit dan
hindari dari benda-benda yang bersifat logam.
Contoh : HCl, H2SO4, NaOH (>2%)
Nama : Flammable
Arti : Bahan kimia yang mempunyai titik nyala rendah,
mudah terbakar dengan api bunsen, permukaan metal
panas atau loncatan bunga api.
Tindakan : Jauhkan dari benda-benda yang berpotensi
mengeluarkan api.
Contoh : Minyak terpentin.
Nama : Highly Flammable
Lambang : F
Arti : Mudah terbakar di bawah kondisi atmosferik biasa
atau mempunyai titik nyala rendah (di bawah 21°C) dan
mudah terbakar di bawah pengaruh kelembapan.
Tindakan : Hindari dari sumber api, api terbuka dan
loncatan api, serta hindari pengaruh pada kelembaban
tertentu.
Contoh : Aseton dan Logam natrium.
Nama : Extremely Flammable
Lambang : F+
Arti : Bahan yang amat sangat mudah terbakar. Berupa
gas dan udara yang membentuk suatu campuran yang
bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal.
Tindakan : Jauhkan dari campuran udara dan sumber
api.
Contoh : Dietil eter (cairan) dan Propane (gas).
Nama : Explosive
Lambang : E
Arti : Bahan kimia yang mudah meledak dengan adanya
panas atau percikan bunga api, gesekan atau benturan.
Tindakan : Hindari pukulan/benturan, gesekan,
pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa
oksigen atmosferik.
Contoh : KClO3, NH4NO3, Trinitro Toluena (TNT).
Nama : Oxidizing
Lambang : O
Arti : Bahan kimia bersifat pengoksidasi, dapat
menyebabkan kebakaran dengan menghasilkan panas
saat kontak dengan bahan organik dan bahan pereduksi.
Tindakan : Hindarkan dari panas dan reduktor.
Contoh : Hidrogen peroksida, Kalium perklorat.
Nama : Dengerous For the Environment
Lambang : N
Arti : Bahan kimia yang berbahaya bagi satu atau
beberapa komponen lingkungan. Dapat menyebabkan
kerusakan ekosistem.
Tindakan : Hindari kontak atau bercampur dengan
lingkungan yang dapat membahayakan makhluk hidup.
Contoh : Tributil timah klorida, Tetraklorometan,
Petroleum bensin.

Nama : Flammable Solid


Arti : Padatan yang mudah terbakar.
Tindakan : Hindari panas atau bahan mudah terbakar
dan reduktor, serta hindari kontak dengan air apabila
bereaksi dengan air dan menimbulkan panas serta api.
Contoh : Sulfur, Picric acid, Magnesium.
Nama : Flammable Liquid
Arti : Cairan yang mudah terbakar.
Tindakan : Hindari kontak dengan benda yang
berpotensi mengeluarkan panas atau api.
Contoh : Petrol, Acetone, Benzene.

Nama : Flammable Gas


Arti : Simbol pengaman yang digunakan pada tempat
penyimpanan material gas yang mudah terbakar.
Tindakan : Jauhkan dari panas atau percikan api.
Contoh : Acetelyne, LPG, Hydrogen.

Nama : Spontaneously Combustible Substances


Arti : Material yang dapat secara spontan mudah
terbakar.
Tindakan : Simpan di tempat yang jauh dari sumber
panas atau sumber api.
Contoh : Carbon, Charcoal-non-activated, Carbon black.

Nama : Dengerous When Wet


Arti : Material yang bereaksi cukup keras dengan air.
Tindakan : Jauhkan dari air dan simpan di tempat yang
kering/tidak lembab.
Contoh : Calcium carbide, Potassium phosphide, Maneb.
Nama : Oxidizer
Arti : Material yang mudah menimbulkan api ketika
kontak dengan material lain yang mudah terbakar dan
dapat menimbulkan ledakan.
Contoh : Calcium hypochlorite, Sodium peroxide,
Ammonium dichromate.

Nama : Organic Peroxide


Arti : Merupakan simbol keamanan bahan kimia yang
digunakan dalam transportasi dan penyimpanan
peroksida organik.
Contoh : Benzol peroxide, Methyl ethyl ketone peroxide,
Dicetyl perdicarbonate.

Nama : Non Flammable Gas


Arti : Simbol pengaman yang digunakan pada
transportasi dan penyimpanan material gas yang tidak
mudah terbakar.
Contoh : Oksigen, Nitrogen, Helium.

Nama : Poison
Arti : Simbol yang digunakan pada transportasi dan
penyimpanan bahan-bahan yang beracun (belum tentu
gas).
Contoh : Cyanohydrin, Calcium cyanide, Carbon
tetrachloride.
Nama : Inhalation Hazard
Arti : Bahan-bahan yang dapat merusak sistem inhalasi
atau pernapasan.
Tindakan : Jangan dihirup.

Nama : Infection Substance


Arti : Bahan yang mengandung organism penyebab
penyakit.
Contoh : Tisue dari pasien, tempat pengembangbiakan
virus, bakteri, tumbuhan atau hewan.

Nama : Radioactive
Arti : Bahan yang mengandung material atau kombinasi
dari material lain yang dapat memancarkan radiasi
secara spontan.
Contoh : Uranium, 90Co, Tritium.

Nama : Marine Pollutant


Arti : Polutan laut.
Tindakan : Tidak membuang limbah ke saluran air atau
sungai yang mengalir ke laut.
Nama : Poison Gas
Arti : Simbol yang digunakan pada transportasi dan
penyimpanan material gas yang beracun.
Tindakan : Jauhkan dari pernapasan kita.
Contoh : Chlorine, Methil bromide, Nitric oxide.

Sumber : (Hidayat et al., 2015)


2.3. Rambu Lalu Lintas.
Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan
rambu lalu lintas adalah bagian dari perlengkapan jalan yang berupa lambang, huruf,
angka, kalimat, yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau petunjuk bagi
pengguna jalan (Firgian et al., 2014). Menurut Keputuan Menteri Perhubungan No. KM
61 tahun 1993 Tentang Rambu – Rambu Lalu Lintas di Jalan, rambu lalu lintas adalah
salah satu alat perlengkapan jalan dalam bentuk tertentu yang memuat lambang, huruf,
angka, kalimat dan/atau perpaduan di antaranya, yang digunakan untuk memberikan
peringatan, larangan, perintah dan petunjuk bagi pemakai jalan. Rambu lalu lintas dibuat
untuk menciptakan kelancaran, keteraturan dan keselamatan dalam berkendara. Marka
jalan dan rambu – rambu merupakan obyek untuk menyampaikan informasi atau perintah
maupun petunjuk bagi pemakai jalan (Suyanto, n.d.).
Beberapa peraturan dan perundangundangan yang dikeluarkan untuk membantu
proses pelaksanaan transportasi, terutama yang menyangkut pengaturan,
penyeleranggaran, dan pelaksanaannya adalah:
1. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 61 Tahun 1993 tentang Rambu Rambu
Lalu Lintas di Jalan.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 1993 tentang Prasarana dan
Lalu Lintas Jalan .
3. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2014 tentang
Rambu Lalu Lintas.
4. Ditjen Bina Marga (1990). Petunjuk Perencanaan Marka Jalan.
5. Ditjen Bina Marga (1991). Tata Cara Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan.
6. Ditjen Perhubungan Darat. Direktorat Bina Sistem Transportasi Perkotaan tentang
Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan.
Alat yang dapat mengendalikan lalu lintas, khususnya untuk meningkatkan
keamanan dan kelancaran pada sistem jalan, maka marka dan rambu lalu lintas merupakan
obyek fisik yang dapat menyampaikan informasi (peringatkan, peringatkan, larangan dan
petunjuk) kepada pemakai jalan serta dapat mempengaruhi pengguna jalan. Rambu lalu-
lintas di jalan yang selanjutnya disebut rambu adalah salah satu dari perlengkapan jalan,
berupa lambang, peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan.
Dalam keberadaan rambu dilapangan ada beberapa syarat agar rambu dapat
berfungsi dengan baik. Beberapa syarat tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a) Dapat terlihat dengan jelas.
b) Memaksakan perhatian.
c) Menyampaikan maksud yang jelas dan sederhana.
d) Memberikan waktu yang cukup untuk menanggapinya/bereaksi.
e) Mudah di pahami (Firgian et al., 2014).
Berdasarkan jenis dan funginya, maka rambu – rambu lalu lintas dapat dibedakan
menjadi empat yaitu :
1. Peringatan
Rambu peringatan digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada
bahaya atau tempat berbahaya di bagian jalan didepannya. Rambu peringatan
ditempatkan sekurang – kurangnya pada jarak 50 meter atau pada jarak tertentu sebelum
tempat bahaya dengan memperhatikan kondisi lalu lintas, cuaca dan keadaan jalan yang
disebabkan oleh faktor geografis, geometris, dan permukaan jalan. Bentuk rambu
peringatan adalah bujur sangkardan empat peregi panjang. Warna dasar rambu
peringatan berwarna kuning dengan lambang atau tulisan berwarna hitam. Rambu
peringatan dapat dilengkapi dengan papan tambahan. Jarak antara rambu dan
permulaan bagian jalan yang berbahaya, dapat dinyatakan dengan papan tambahan
apabila jarak antara rambu dan permulaan bagian jalan yang berbahaya tersebut tidak
dapat diduga oleh pemakai jalan dan tidak sesuai dengan keadaan biasa. Adapun jumlah
rambu peringatan sesuai dengan Keputuan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun
1993 lampiran I adalah 70 macam, mulai dari peringatan tikungan ke kiri sampai
Peringatan Bahaya Tanah Longsor. Rambu – rambu untuk peringatan berbentuk bujur
sangkar dengan warna dasar kuning dan tanda hitam. Beberapa contoh rambu
peringatan adalah sebagai berikut :
 
Tikungan ke kiri Banyak tikungan

 
Tikungan ke kanan Tikungan memutar

 
Tikungan ganda Penyempitan jalan

 
Tikungan tajam Penyempitan jalan sebelah
kanan

 
Tikungan tajam ganda Jembatan

 Cekungan
Jalan menurun landai

 Jalan cembung/ Alat pembatas


Jalan menurun curam kecepatan

Jalan menanjak landai Jalan bergelombang

 

Jalan menanjak curam Lontaran kerikil

 

Jalan licin Bagian tepi rawan


runtuh(Longsor)

 Persimpangan tiga
Lampu lalu lintas

 Persimpangan tiga
Persimpangan 4 arah

Persimpangan tiga serong


Persimpangan tiga berganda

 Persimpangan 4 arah
Persimpangan tiga berganda

 Bundaran
Persimpangan tiga serong

Persimpangan tiga lengan 
serong Jalan memisah

 
Penggabungan jalan Jalan menyatu

 
Penggabungan jalan Jalan memisah

 
Persimpangan 3 arah Penyebrangan pejalan kaki

 
Persimpangan 3 arah Area banyak pejalan kaki
 
Area pejalan kaki anak-anak Pekerjaan dihadapan

 
Pesepeda Batas tinggi ruang bebas

 
Binatang ternak Batas lebar ruang bebas

 
Binatang liar Perlintasan kereta api dengan
palang pintu

 
Hati-hati (Ditegaskan dengan Perlintasan kereta api tanpa
penjelasan memakai rambu palang pintu
tambahan)

 Perlintasan kereta api dua sepur
Daerah pesawat terbang rendah


Rambu pengarah tikungan ke
kiri atau ke kanan

Angin samping


Rambu peringatan rintangan

Jalan dua arah atau objek berbahaya di sisi kiri
jalan (rambu kiri) atau sisi kanan
jalan (rambu kanan)


Jembatan angkat

Rambu peringatan rintangan
atau objek berbahaya pada
pemisal lajur atau jalur

Perlintasan kereta api satu sepur
2. Larangan
Rambu larangan digunakan untuk menyatakan perbuatan yang dilarang
dilakukan oleh pemakai jalan. Rambu larangan ditempatkan sedekat mungkin dengan
titik larangan dimulai. Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan
dapat ditempatkan rambu petunjuk lain pada jarak yang layak sebelum titik larangan
dimulai. Rambu larangan dapat dilengkapi dengan papan tambahan. Bentuk rambu
larangan dapat berupa segi delapan sama sisi, segitiga sama sisi dengan titik – titik
sudutnya dibulatkan, silang dengan ujung-ujungnya diruncingkan, lingkaran dan empat
persegi panjang. Adapun warna dasar rambu larangan berwarna putih dan lambang atau
tulisan berwarna hitam ataumerah. Adapun jumlah rambu peringatan sesuai dengan
Keputuan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993 lampiran I adalah 49 macam,
mulai dari Larangan Berjalan Terus (STOP) sampaiDilarang Mendahului Dari Sebelah
Kiri. Beberapa contoh rambu larangan adalah sebagai berikut :

 
Larangan masuk bagi kendaraan Kendaraan bermotor dilarang
bermotor dan tidak bermotor masuk

 
Sepeda motor dilarang masuk Sepeda dilarang masuk

 Larangan untuk truk dengan


Mobil dilarang masuk panjang tertentu
 
Batas ketinggian Dilarang berhenti

 
Batas ruang lebar Dilarang parkir

 
Batas tonase Batas maksimal kecepatan

 
Batas tonase sumbu muatan Batas jarak antar kendaraan
3. Perintah
Rambu perintah digunakan untuk menyatakan perintah yang wajib dilakukan
oleh pemakai jalan. Rambu perintah wajib ditempatkan sedekat mungkin dengan titik
kewajiban dimulai. Untuk memberikan petunjuk pendahuluan pada pemakai jalan dapat
ditempatkan rambu petunjuk pada jarak yang layak sebelum titik kewajiban dimulai.
Rambu perintah juga dapat dilengkapi dengan papan tambahan. Warna dasar rambu
perintah berwarna biru dengan lambang atau tulisan berwarna putih serta merah untuk
garis serong sebagai batas akhir perintah. Adapun jumlah rambu peringatan sesuai
dengan Keputuan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993 lampiran I adalah 22
macam, mulai dari Perintah Mengikuti Arah Kiri sampai Batas Akhir Memakai Rantai
Pada Ban. Beberapa contoh rambu perintah dan lokasi utilitas umum.

 
Berhenti Wajib membelok ke kiri



Beri jalan
Wajib membelok ke kanan



Wajib membelok ke kiri
Wajib lurus



Wajib membelok ke kanan
Wajib mengitari bundaran
 
Wajib memasuki lajur kiri Jalur khusus angkutan umum

 
Wajib memasuki lajur kanan Jalur pejalan kaki

 Jalur pesepeda
Wajib memasuki lajur yang
ditunjuk


Batas wilayah perkotaan

 
Batas minimum kecepatan Batas wilayah perkotaan

 
Jalur pesepeda motor Jalan Tol

Nama Jalan Tol (bermula)

 

Nama Jalan Tol (berakhir) Tempat Pembuangan Sementara

 

Terminal bus Tempat Pembuangan Akhir

 

Stasiun kereta api Kantor pos

 

Pelabuhan Telepon umum

 

Bandar udara Halte bus


 
Stand taksi Terowongan bermula

 
Kendaraan umum selain bus dan Terowongan berakhir
taksi

 Rute evakuasi tsunami


Penyeberangan pejalan kaki

 Rute evakuasi gempabumi


Zona parkir

 Rute evakuasi letusan gunungapi


Zona parkir untuk penyandang
cacat
 
Lokasi berkumpul darurat Wihara

 
Kamp pengungsian Pura

 
Pusat pengungsian Rumah Sakit

 Klinik/Puskesmas
Masjid

 Apotik
Gereja
 
SPBU Pasar

 
Stasiun uji berkala Restoran

 Kafe
Stasiun uji emisi

 Penginapan
Jembatan timbang

 Bengkel
Museum
 
Taman Vila

 Pantai
Rute jelajah alam

 Lapangan olahraga terbuka


Kemah tenda

 Gelanggang olahraga
Kemah karavan

 Kolam renang
Perkemahan
 
Stadion Buntu


Sekolah 
Area putaran


Perpustakaan

Jalan kendaraan bermotor (JLNT)

Satu arah
4. Rambu Petunjuk
Rambu petunjuk digunakan untuk menyatakan petunjuk mengenai jurusan,
jalan, situasi, kota, tempat, pengaturan, fasilitas dan lain-lain bagi pemakai jalan.
Rambu petunjuk ditempatkan sedemikian rupa sehingga mempunyai daya guna
sebesar-besarnya dengan memperhatikan keadaan jalan dan kondisi lalu lintas. Rambu
petunjuk dapat diulangi dengan ketentuan jarak antara rambu dan objek yang
dinyatakan pada rambu tersebut dapat dinyatakan dengan papan tambahan. Rambu
petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas wilayah suatu daerah, situasi
jalan, dan rambu berupa kata-kata serta tempat khusus dinyatakan dengan warna dasar
biru. Rambu petunjuk pendahuluan jurusan rambu petunjuk jurusan dan rambu penegas
jurusan yang menyatakan petunjuk arah untuk mencapai tujuan antara lain kota,
daerah/wilayah serta rambu yang menyatakan nama jalan di nyatakan dengan warna
dasar hijau dengan lambang dan/atau tulisan warna putih. Khusus rambu petunjuk
jurusan kawasan dan objek wisata dinyatakan dengan warna dasar coklat dengan
lambang dan/atau tulisan warna putih. Adapun jumlah rambu peringatan sesuai dengan
Keputuan Menteri Perhubungan No. KM 61 tahun 1993 lampiran I adalah 64 macam,
mulai dari petunjuk Persimpangan Jalan sampai Nama Jalan (Suyanto, n.d.). Beberapa
contoh rambu petunjuk adalah sebagai berikut :

 

Rambu petunjuk 1 (Kode Rambu petunjuk rute Jalan

warna coklat untuk tujuan nasional

wisata)


Masuk tol


Rambu petujuk 2 (Kode
warna putih untuk Jalan tol 
dan biru untuk fasilitas Keluar tol
umum)


Simpang susun dengan jalan

Penanda jarak tol lain

5. Rambu sementara
Rambu jenis baru yang ditetapkan melalui PM.13 tahun 2014 ini digunakan
untuk perambuan sementara di zona konstruksi

 
Tikungan kiri Tikungan kanan
 
Jalan menyempit Pelebaran di sisi kanan

 
Jalan melebar Pengurangan lajur sisi kiri

 
Penyempitan sisi kiri Pengurangan lajur sisi kanan

 
Penyempitan sisi kanan Penambahan lajur di kiri

 
Pelebaran di sisi kiri Penambahan lajur di kanan
 
Penyempitan jalan tertentu Pengalihan ke kiri

 
Jalan licin Pengalihan habis di kanan

 
Permukaan jalan tidak rata Pengalihan habis di kiri

 
Jalan berkerikil Pengalihan dengan pembelahan
arus


Pengalihan ke kanan 
Pembelahan arus habis
 
Pembelahan arus (arah berbeda) Tinggi maksimum

 
Pembelahan arus habis (arah Lebar maksimum
berbeda)


Dua arah


Hati-hati (ditambah dengan
rambu tambahan dibawah)


Petugas kontrol lalu lintas


Konstruksi dihadapan

Rambu Kata
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
1. Bahan – bahan kimia yang bermanfaat bisa berubah menjadi B-3 kemungkinan karena
pemakaiannya tidak tepat atau penangannya yang salah.
2. Rambu – rambu lalu lintas merupakan alat yang dapat mengendalikan lalu lintas,
khususnya untuk meningkatkan keamanan dan kelancaran pada sistem jalan, yang
berfungsi untuk menyampaikan informasi (peringatkan, peringatkan, larangan dan
petunjuk) kepada pemakai jalan serta dapat mempengaruhi pengguna jalan.

3.2. Saran
1. Perlu untuk benar – benar membekali diri dengan pengetahuan atau informasi mengenai
bahan – bahan kimi yang beracun dan berbahaya. Tetap harus waspada dan berhati –
hati dalam menangani bahan – bahan beracun dan berbahaya tersebut, terutama di
lingkungan rumah tangga.
2. Penting untuk mengetahui simbol – simbol ataupun rambu – rambu lalu lintas saat
berkendara di jalan raya untuk menghindari terjadinya kecelakaan dan dapat lebih
meningkatkan keamanan dan keselamatan di jalan raya.
DAFTAR PUSTAKA

Afianto, S. N., 2013. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Dengan Tindakan Pekerja
Dalam Bekerja Sesuai Dengan Safety Sign Boards Yang Terpasang (Studi di Sub Divisi
Wood Working 1 PT. Kutai Timber Indonesia Probolingo). Universitas Jember. Available
from: URL: https://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/78873/Shendi Nur
Afianto - 102110101138_erw.pdf?sequence=1.
Firgian, H., Sulandari, E. and Mayuni, S., 2014. Evaluasi Keberadaan Rambu Dan Marka Jalan
Di Kota Pontianak. Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Tanjungpura Pontianak (on-line), 2: 1–14. Available from: URL:
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/JMHMS/article/download/7075/7242.
Herawati, 2019. Karakteristik Dan Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas Di Indonesia Tahun
2012. Warta Penelitian Perhubungan (on-line), 26: 133. Available from: URL:
http://ojs.balitbanghub.dephub.go.id/index.php/warlit/article/download/875/586.
Hidayat, A., Salsaqila, A. P., Rizki, A. and Agustin, F., 2015. Makalah Kimia Organik :
Peralatan Dan Simbol Bahan Kimia Di Laboratorium. Available from: URL:
https://www.academia.edu/27514412/MAKALAH_KIMIA_Alat_dan_Simbol_di_Labor
atorium_.
International Labour Organization, 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan dan
Kesehatan Sarana untuk Produktivitas. Available from: URL: www.ilo.org.
Saputra, A. D., 2017. Studi Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas Jalan di Indonesia Berdasarkan
Data KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) Dari Tahun 2007-2016. Warta
Penelitian Perhubungan (on-line), 29: 179–190. Available from: URL:
http://ojs.balitbanghub.dephub.go.id/index.php/warlit/article/download/557/319.
Suyanto, W., Pengenalan Rambu - Rambu dan Marka Lalu Lintas bagi Siswa SMK dalam
Rangka Membentuk Perilaku Tertib Berlalu Lintas. Available from: URL:
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/wardan-suyanto-drs-maedd/1-
makalah-pelatihan-ppm-samigaluh.pdf.
Utomo, S., 2012. Bahan Berbahaya Dan Beracun (B-3) Dan Keberadaannya Di Dalam Limbah.
Konversi (on-line), 1: 37–46. Available from: URL:
https://media.neliti.com/media/publications/108282-ID-salah-satuupaya-
penganekaragaman-makanan.pdf.

Anda mungkin juga menyukai