Anda di halaman 1dari 22

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Sektor Kontruksi Bidang Elektronika dan

Komunikasi
Jabatan Kerja : Ahli Kelaikan Fungsi Elektrikal Bangunan Gedung
Buku Informasi : Menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Dan Lingkungan (SMK3-L) Bidang Konstruksi

Tim Pembuatan Modul,


Narasumber:
Cakra Negara, ST, MT (PUPR), Dr. Ir. Trihono Kadri, MS (LPJKP), Ir. Kennedy
Nainggolan, MM (LPJKP), Fajaruddin Lubis, SE, MP. (LPJKP), Ir. Leonard Sihombing
(LPJKP), Dr. Khadik Triyanto,SH, MH (LPJKP), Ir. Achmad Sutowo Sutopo, MARS,
AUt. HAEI (HAEI), Puji Muhardi (APEI), Soewarto, BE. (AKLI), Ir. S. Gunawan, M.Sc
(HTII), Martunus Haris (PIPI)

Penanggung Jawab : Ir. Suryawinata, MM., IPM., AU., AUt., MPM (LPJKP)
Ketua : Ir. Bambang Agus Hidayat, MM (ITBU)
Wakil Ketua : Ir. Deddy Haryadi Z (HTII)
Sekretaris : Asito Gunawan, S.Kom, (APEI)
Wakil Sekretaris : Syamsu Marlin, ST., MT. (UBK)
Ketua Sub Tim. Elektrikal : Ir. Hamid Tarhan., M.Kom (APEI)
Wakil Ketua : Ir. Anung Haryono, MT. (PBK)
Ketua Sub Tim. Mekanikal : Ir. Didit Sumardiyanto, MT. (UTA’45)
Wakil Ketua : Bantu Hotsan Simanullang, ST., MT. (ITBU)

Anggota :
Ir. Ikhsan Kamil, M.Kom (PNJ), Ir. Johansyah, MT. (UKRIDA), Sarah Setiawan (HDII),
Safitri Widiastuti (HDII), Permana Andi Paristiawan, ST. MT. (UBK), Prian Gagani, ST.
MT. (UMJ), Haris Wahyudi, ST. MT.(UMB), Ir. Mia MT Djaya, MM (APEI), Edy Setiawan,
ST. CSE (A2K4), Willy Purbaya, ST. (APEI), Ir. Erlangga (HAEI), Ir. Suparjo (HAEI), Ir.
Joko Tri Mulyantoro (PBK), Tony Kurniawan, ST. MT. (STT PLN), Wahyu, ST. (APPI),
Herwin Hutapea, S.ST. MT. (UTA’45)

Editor : M.Nasrullah
Desain Sampul dan Tata Letak : M. Nasrullah

Cetakan ke-1 : Agustus 2018

Hak Pengarang dan Penerbit dilindungi Undang-undang

Diterbitkan oleh
Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Provinsi DKI Jakarta
Jl. Rajawali, Cipinang Indah II, Kel.Pondok Bambu,
Kec. Duren Sawit, Jakarta Timur 13430
Telp/Fax. (021) 8601789, 22088155
Website : www.lpjkdki.id
BUKU INFORMASI
AHLI KELAIKAN FUNGSI ELEKTRIKAL
BANGUNAN GEDUNG

MENERAPKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN


DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (SMK3-L)
BIDANG KONSTRUKSI
BAB I
MENERAPKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN
DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (SMK3-L)
BIDANG KONSTRUKSI

I. UMUM
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada
khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat
makmur dan sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu
pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Menurut Permen PU No.9 Tahun 2008, definisi K3 adalah Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dengan pengertian pemberian perlindungan kepada setiap orang yang berada di
tempat kerja, yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan
kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja.
K3 tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik industri jasa maupun industri
manufaktur. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia merdeka menimbulkan
konsekuensi meningkatkan intensitas kerja yang mengakibatkan pula meningkatnya resiko
kecelakaan di lingkungan kerja. Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan
yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam bentuk
maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan pembangunan yang
dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14 tahun 1969 tentang pokok- pokok
mengenai tenaga kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun
2003 tentang ketenagakerjaan.
Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap pekerja atau buruh
mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja,
moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai
nilai agama. Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah peraturan
perundangan-undangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja sebagai pengganti
peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai
sudah tidak memadai menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada. Peraturan
tersebut adalah Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja
yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan kerja, baik di darat, di dalam
tanah, permukaan air, di dalam air maupun udara yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia.

1.1 Lingkungan Hidup (LH)


Pengertian Lingkungan Hidup menurut Encyclopedia Of Science & Technology
(1960) adalah “Sejumlah kondisi di luar dan mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan organisme”. Sedangkan menurut Encyplopaedia Americana (1974)
adalah “Pengaruh yang ada di atas/sekeliling organisme”, dan menurut A.L. Slamet

1
Riyadi (1976) lingkungan didefenisikan sebagai “tempat pemukiman dengan segala
sesuatunya dimana organismenya hidu beserta segala keadaan dan kondisi yang
secara langsung maupun tidak dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan
maupun kesehatan dari organisme itu.
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, yang dimaksud dengan lingkungan hidup adalah kesatuan rung dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, keberlangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan serta makhluk hidup lain.

1.2 Penerapan Ketentuan SMK3L


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (SMK3L)
merupakan rangkaian proses pekerjaan yang mempunyai siklus yang dimulai dari
suatu perencanaan, dilanjutkan dengan aplikasi, pemantapan terhadap aplikasi dari
suatu perencanaan, dilanjutkan dengan aplikasi, pemantauan terhadap aplikasi dan
peninjauan kembali terhadap perencanaan yang telah dibuat.
Menurut Permen PU No.9 tahun 2008, Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan
yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan,
pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan
kerja, guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman efisien dan produktif.

II. KHUSUS

2. Elemen Kompetensi 1 : Melakukan pekerjaan persiapan penerapan SMK3-L

2.1. Peralatan APD dan APK dipilih sesuai dengan kebutuhan


2.1.1. APD (Alat Pelindung Diri)
APD (Alat Pelindung Diri) atau Pesonal Protective Equipment adalah peralatan yang
harus dipakai membuat perlindungan dan melindungi keselamatan pekerja saat
melakukan pekerjaan yang berpotensi menimbulkan bahaya atau kemungkinan
terjadinya kecelakaan kerja.
Pada dasarnya APD bisa diklasifikasikan menjadi tiga group yaitu Alat Pelindung
Kepala, Alat pelindung tubuh, dan Alat Pelindung anggota tubuh. Berikut adalah
beberapa jenis APD :
1. Baju kerja/Rompi
Baju kerja berfungsi untuk melindungi badan dari percikan serpihan logam, api
las, adukan, air, debu, atau kotoran lainnya akibat kerja yang mungkin dapat
mengakibatkan luka atau penyakit.

2
Gambar 1.1 Baju/Rompi APD
2. Safety Helmet
Safety helmet, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda
keras selama bekerja.

Gambar 1.2 Helm safety


3. Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin
atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.

Gambar 1.3 Sepatu safety


4. Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada
lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.

Gambar 1.4 Kacamata safety


5. Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah
tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.

Gambar 1.5 Masker

3
6. Sarung Tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang
berhubungan dengan bahan yang keras.

Gambar 1.6 Sarung tangan


7. Alat pelindung telinga, digunakan untuk melindungi telinga dari kebisingan
yang ditimbulkan dari pengoperasian peralatan kerja.

Gambar 1.7 Alat pelindung telinga


8. Tali Pengaman berfungsi untuk melindungi anggota tubuh dari cedera akibat
jatuh dari ketinggian pada saat bekerja

Gambar 1.8 Safety Belt


2.1.2. APK (Alat Pemadam Kebakaran) atau Alat Pemadam Api merupakan suatu
alat proteksi kebakaran yang digunakan untuk memadamkan api yang berbentuk
tabung pemadam maupun bentuk selam pemadam baik dengan pengoperasian
secara manual mapupun secara otomatis yang berisi bahan pemadam api berupa
powder (Bubuk), foam (busa), air liquid gas (gas cair).

Alat Pemadam Api (APA). APK ini sangat umum dikenal orang dan sangat mudah
ditemui di berbagai tempat. APA hampir dibutuhkan disemua tempat dimana disitu
berpotensi akan adanya api yang tak dikehendaki dan tak dapat dikendalikan

Gambar 1.9 Alat pemadam api

4
2.1.3. Perlengkapan P3K. P3K adalah merupakan bagian dari sistem management
K3 yang dapat memberikan pertolongan darurat bila terjadi accident atau kecelakaan.

Gambar 1.10 Kotak P3K


2.1.4. Emergency Lamp / Hazard. Pada area-area kerja dimana bergabung dengan
area publik, misal jalan raya maka penggunaan emergency lamp sangat penting
sekali. Dengan demikian, pihak lain yang kebetulan melewati area kerja, dengan
melihat adanya emergency lamp akan berusaha menghindar ataupun mengurangi
kecepatan. Sehingga potensi kecelakaan dapat dihindari.

Gambar 1.11 Lampu Emergency

2.2. Mengidentifikasi APD dan APK


Fungsi APD dan APK adalah untuk menghindari atau mengeliminasi terjadinya
kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat pekerjaan yang dilakukan maka sangat
diperlukan adanya perlengkapan yang akan melindungi pekerja dari adanya
kecelakaan dan gangguan kesehatan tersebut. Sebagaimana layaknya yang kita lihat
dalam dunia konstruksi, disamping kemanfaatannya juga akan ditemui kemungkinan
dampak bahaya atau kecelakaan yang terjadi.
Hal ini dapat terjadi dari berbagai kemungkinan, baik dari faktor peralatan maupun
faktor manusia disekitarnya. Sehingga akan menjadi keharusan untuk melindungi
para pekerja yang terlibat dengan alat pelindung diri (APD) dan Alat Pelindung Kerja
(APK).
Pada dasarnya banyak jenis kecelakaan kerja yang sering terjadi pada bangunan
gedung. Untuk mengidentifikasi kecelakaan perlu adanya ketelitian karena terkait
dengan pemilihan APD dan APK yang digunakan. Berikut adalah beberapa jenis
kecelakaan kerja yang sering terjadi pada bangunan gedung :
1. Jatuh dari ketinggian yang disebabkan oleh:
- Bekerja pada tangga yang konstruksinya tidak kuat
- Bekerja pada tangga yang kedudukannya pada lantai tidak stabil
- Bekerja pada perancah yang tidak kuat (tiang/papan bordes patah)

5
2. Jatuh tergelincir, karena :
- Bekerja pada perancah yang tidak menggunakan papan penahan gelincir
- Bekerja pada lantai yang licin
3. Luka, dikarenakan :
- Tertimpa benda jatuh atau galian tanah longsor
- Terkena benda tajam pada saat menggunakan alat seperti gergaji, ketam dan
sejenisnya
4. Terkilir/salah urat, karena salah posisi badan pada saat mengangkat benda-
benda yang berat.
5. Gangguan pernapasan, akibat menghisap debu semen atau bahan kimia lainnya.

Dengan demikian perlu adanya pengetahuan tentang APD dan APK guna untuk
mengklasifikasikan alat yang tepat untuk digunakan dalam berbagai macam
kecelakaan. Cara mengidentifikasi alat yang digunakan adalah :
a. Pekerjaan dengan aktivitas turun-naik yang dominan sepatu harus dipilih dari
kulit/kain/karet/plastik lentur, tidak mudah sobek
b. Pekerjaan dibagian bawah konstruksi harus dipilih topi keras (helmet) dengan
plastik penutup kepala keras dan tidak mudah pecah (heavy duty)
c. Pekerjaan di atas ketinggian lebih dari 3 meter harus dipilih tali pengaman jenis
harness
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan air sepatu harus dipilih dari karet/plastik
lentur, tidak mudah sobek dan waterproof
e. Pekerjaan yang berhubungan dengan bahan kimia sarung tangan harus dipilih
sarung tangan dengan dari bahan karet lentur dan tidak mudah sobek

Dan berikut adalah langkah-langkah memilih alat yang tepat untuk digunakan dalam
berbagai kecelakaan yang sudah diklasifikasikan :
1. Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang akan dilakukan
2. Memilih jenis APD dan APK sesuai dengan pekerjaan yang akan dilakukan
3. Memeriksa kondisi APD dan APK apakah ada yang rusak atau tidak

2.3. Kelaikan peralatan APD dan APK diperiksa


Sebagai standar dalam pelaksanaan pekerjaan, keselamatan dan kesehatan kerja
adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Sesuai fungsinya APD dan APK
adalah sebagai isolasi tubuh dari bahaya di tempat kerja. Oleh karena itu kelaikan
peralatan sangan perlu diperhatikan. Bekerja optimalnya peralatan sangat tergantung
dari layak atau tidaknya peralatan tersebut.
Ada beberapa syarat APD dapat dinyatakan layak antara lain :
a. Pakaian kerja, pakaian terbuat dari bahan kain katun agar dapat menyerap
keringat dan diberi tempelan bagian yang dapat pantul cahaya (scotch light).
Sehingga bila malam hari akan terlihat lebih menyolok. Sebaiknya dipilih warna
yang menyolok, misal : oranye
b. Pelindung Kepala (Helmet), helmet juga ada berbagai jenis, sebaiknya terbuat
dari bahan yang ringan tapi cukup kuat, misal plastik. Akan lebih baik bila bagian

6
dalam diberi pelapis sehingga nyaman dipakai dan pengikat dalam bisa diatur
sesuai dengan ukuran kepala pemakai.
c. Pelindung Mata dan Wajah, pelindung mata tersedia dalam berbagai bentuk :
- Untuk melindungi mata dari pekerjaan pengelasan, berbentuk kedok las yang
memenuhi seluruh wajah. Dibuat dari bahan fiber dan pada bagian mata diberi
kaca dengan pelindung khusus untuk mengurangi radiasi dari sinar
pengelasan.
- Untuk melindungi mata dari percikan partikel, misal dalam pekerjaan
mengerinda dapat berbentuk seperti kaca mata yang dapat menutupi seluruh
mata. Dibuat dari plastik agar ringan dan tidak terlalu mengganggu aktifitas
kerja.
d. Sarung Tangan/Pelindung tangan, sarung tangan terdapat beberapa bentuk
yaitu:
- Penutup jari dan telapak terbuat dari kain atau kulit, cukup fleksible tapi
memberi perlindungan yang agak terbatas.
- Pentup telapak dan sebagian lengan, terbuat dari kulit atau plastik dengan
kualifikasi tertentu dan dapat memberi perlindungan yang cukup maksimal.
e. Pelindung Kaki ( Safety Shoes ), safety shoes umumnya terbuat dari kulit dan
pelindung logam dibagian depan kaki. Sehingga mampu memberi perlindungan
kepada kaki dari kejatuhan benda. Sebaiknya dipilih sepatu yang tidak hanya
menutup mata kaki, namun yang sampai di bawah lutut dan bagian bawah celana
masuk ke dalam sepatu.
f. Pelindung Pendengaran/Telinga, ada dua jenis yaitu:
- Earplug, yang dapat memberi perlindungan cukup baik langsung menutup
telinga dengan bentuk yang tak terlalu besar. Terbuat dari bahan plastik yang
ringan sehingga tidak terlalu mengganggu aktifitas kerja.
- Earmurf, bentuknya menutupi seluruh daun telinga yang dimaksudkan agar
dapat memberi perlindungan untuk tempat kerja dengan kebisingan yang
cukup tinggi.
Seperti halnya dengan APD, APK juga sangat penting untuk diperhatikan
kelaikannya. Berikut adalah syarat kelaikan APK yang harus selalu diperhatikan:
a. Alat Pemadam Api (APA), penggunaan yang tepat tentunya bergantung pada
luasan area yang diproteksi dan jenis sumber api yang berpotensi menjadi
kebakaran. Di samping ada hal penting yang perlu bahwa ada masa
kedaluwarasa dari APA, untuk perlu selalu ada inspeksi yang rutin dilakukan.
Setidaknya pada 6 bulan harus dilakukan inspeksi dari kondisi APA. Sebaiknya
inspeksi dilakukan oleh petugas Dinas Pemadam Kebakaran setempat.
b. Perlengkapan P3K, kelengkapan dari P3K bervariasi sesuai scope pekerjaan
yang dihadapi. Ada yang berbentuk lengkap dengan perangkat obat-obatan
sampai tenaga medis yang capable.
Berikut adalah hal hal yang perlu diperhatikan dan diperiksa pada sabuk keselamatan
kerja

7
a. Apakah gesper pengait berfungsi dengan baik.
b. Apakah sabuk keselamatan kerja masih kuat.
c. Apakah tali-tali yang ada di sabuk pengaman masih lengkap.
d. Apakah tali-tali yang ada di sabuk keselamatan kerja masih baik dan kuat.
e. Jika kondisi sabuk keselamatan yang tersedia sudah tidak layak dipakai segera
laporkan kepada pihak yang berwenang untuk segera diganti.
Demikian halnya dengan APK, sangat penting untuk diperiksa kelaikannya. Cara
memeriksa kelaikan APK yang tersedia, misalnya untuk kelengkapan kotak P3K,
maka hal-hal yang perlu diperiksa pada kotak P3K adalah sebagai berikut :
a. Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya dengan melihat tanggal kadaluarsa
yang biasanya diterakan pada kemasan obat tersebut.
b. Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan warna.
c. Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan rasa.
d. Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan baunya.
Jika menemukan obat-obatan yang sudah mendekati atau melewati masa
kadaluarsanya segera hubungi dan laporkan kepada petugas yang bertanggung
jawab terhadap kotak P3K beserta kelengkapannya.
2.4. Perlengkapan P3K disiapkan
P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) adalah upaya pertolongan dan
perawatan sementara terhadap korban kecelakaan sebelum mendapat pertolongan
yang lebih sempurna dari paramedik. Seperti kita ketahui bahwa kecelakaan adalah
sesuatu yang bisa terjadi begitu saja dan tidak disangka-sangka. Oleh karena itu
harus diantisipasi dengan menyediakan obat atau kotak P3K.
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.15/ MEN/ VIII/
2008 tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat Kerja setiap
perusahan harus menyediakan kelengkapan kotak P3K yaitu :
1. Kasa steril 11. Gelas untuk cuci mata
2. Perban 12. Kantong plastik bersih
3. Plester 13. Aquades
4. Kapas 14. Povidon lodin
5. Kain segitiga/mittela 15. Alkohol 70%
6. Gunting 16. Buku panduan kotak P3K
7. Peniti 17. Buku catatan
8. Sarung tangan sekali pakai 18. Daftar isi kotak
9. Pinset 19. Sabun cairan
10. Lampu senter 20. Obat pereda
Berikut adalah kegunaan dari berbagai kelengkapan tersebut :
- Kassa steril untuk membalut luka (lecet, terkena pisau yang berdarah) yang telah
dibersihkan dan diberi cairan antiseptic agar tidak terkena infeksi.
- Plester perakat untuk merekatkan kassa steril penutup luka.
- Perban perekat untuk melapis luka setelah diperban
- Sabun cairan untuk membersihkan luka dari kotoran yang menempel pada luka.
- Obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa nyeri bila anggota badan terkilir.

8
Ada beberapa hal yang harus selalu diperhatikan terkait kotak P3K antara lain
1. Mengamati tanggal kadaluarsa setiap komponen yang terdapat di dalam kotak
P3K
- Kotak P3K diusahakan terbuat dari bahan yang ringan dan mudah dibawa
- Pemakai harus paham tentang cara pakai alat P3K
2. Tujuannya agar ketersediaan dan kelengkapan kotak P3K setiap saat siap
dipakai bila sewaktu-waktu terjadi kecelakaan
3. Memeriksa tanggal kadaluarsa, indikasi obat dan kelengkapannya, serta kondisi
obat-obatan.
- Memeriksa tanggal kadaluarsa, agar dapat diketahui masa kadaluarsa obat
dan kelengkapan yang terdapat di dalam kotak P3K, sehingga aman untuk
digunakan.
- Memeriksa indikasi obat dan perlengkapan lainnya, sehingga dapat
digunakan sebagaimana mestinya saat dibutuhkan.
- Memeriksa kondisi kemasan obat-obatan dan barang, dipastikan agar tidak
terkontaminasi dengan lingkungan sekitarnya

3. Elemen Kompetensi 2 : Mengidentifikasi potensi bahaya

3.1. Sumber-sumber bahaya di lapangan diidentifikasi secara cermat


Sebelum melakukan pekerjaan, pekerja perlu memahami potensi bahaya dan
sumber-sumber di lapangan yang dapat menimbulkan bahaya. Ada beberapa hal
terkait bahaya di lapangan kerja
- Frekewensi dan tingkat keparahan Kecelakaan Kerja
- Kecelakaan Lalu Lintas
- Kebakaran dan Peledakan
- Keselamatan Produk (Product Safety)
- Keselamatan Kontraktor
- Emisi dan Pencemaran Udara
- Limbah Industri
Berdasarkan faktor penyebabnya, bahaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
- Faktor manusia (human factor)
- Faktor mesin/peralatan (mechanical factor)
- Faktor alam/lokasi kerja/cuaca/, dan lain-lain (nature factor)
Untuk itu perlu adanya kemampuan untuk identifikasi sumber-sumber bahaya yang
mungkin terjadi dilapangan. Cara mengidentifikasi sumber bahaya dilapangan
dengan tepat adalah :
a. Jatuh dari ketinggian, sesuai hasil identifikasi disebabkan oleh:
• Bekerja pada tangga yang konstruksinya tidak kuat.
• Bekerja pada tangga yang kedudukannya pada lantai tidak stabil.
• Bekerja pada perancah yang tidak kuat (tiang/papan bordes patah).
b. Jatuh tergelincir, sesuai hasil identifikasi disebabkan karena
• Bekerja pada perancah yang tidak menggunakan papan penahan gelincir.
• Bekerja pada lantai yang licin

9
c. Luka, sesuai hasil identifikasi disebabkan oleh karena
• Tertimpa benda jatuh atau galian tanah longsor.
• Terkena benda tajam pada saat menggunakan alat seperti gergaji, ketam dan
sejenisnya.
d. Terkilir/salah urat, sesuai hasil identifikasi disebabkan karena salah posisi
badan pada saat mengangkat benda-benda yang berat
e. Gangguan pernapasan, sesuai hasil identifikasi diakibatkan menghisap debu
semen atau bahan kimia lainnya
Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu adanya perumusan tindakan pencegahan
kecelakaan kerja antara lain sebagai berikut :
1. Melakukan perencanaan dan organisasi, dalam bentuk:
a. Melakukan perencanaan teknis dalam mengatasi kegagalan kerja
b. Menyesuaikan batasan waktu yang kaku
c. Memberi tugas / pekerjaan kepada kontraktor yang professional
d. Melakukan pengawasan pekerjaan
e. Membina kerjasama yang baik di antara pekerja
2. Melakukan analisa pelaksanaan pekerjaan
a. Mengidentifikasi rusaknya pekerjaan dalam pelaksanaan
b. Mengidentifikasi penggunaan material yang tidak sesuai
c. Mengidentifikasi kesalahan/kerusakan proses material
d. Mengidentifikasi kerusakan lainnya
3. Melakukan analisa peralatan yang disebabkan oleh
a. tidak tersedianya peralatan yang diperlukan
b. kerusakan peralatan yang digunakan
c. tidak tersedianya alat dan perlengkapan keselamatan kerja
4. Menyusun manajemen dan metode kerja, yang disebabkan karena
a. Tidak memadainya persiapan pelaksanaan pekerjaan
b. Tidak memadainya pengecekan/pengujian peralatan
c. Tidak memadainya atau tidak tepatnya metode, prosedur, dan instruksi
kerjanya
d. Mempekerjakan tenaga kerja yang tidak memenuhi syarat keahlian /
keterampilan
e. Tidak memadainya pengawasan terhadap pekerjaan
f. Mengawasi Perilaku Pekerja, yang disebabkan:
g. Tidak bertanggung jawab
h. Melakukan pekerjaan yang bukan wewenangnya
i. Perilaku yang ceroboh

3.2. Kebutuhan rambu-rambu diidentifikasi


Selain kotak P3K, pekerja juga perlu memahami rambu-rambu K3. Beberapa contoh
jenis rambu-rambu K3, adalah:
a. Rambu-rambu Tanda Larangan
- Tanda dilarang masuk

10
Gambar 1.11 Rambu tanda dilarang masuk

- Tanda dilarang merokok

Gambar 1.12 Rambu tanda dilarang merokok

- Tanda dilarang menyalakan api

Gambar 1.13 Rambu tanda dilarang menyalakan api

b. Rambu-rambu Tanda Perintah


- Tanda perintah menggunakan baju kerja
- Tanda perintah menggunakan penutup telinga.
- Tanda perintah menggunakan sarung tangan

Gambar 1.14 Rambu perintah menggunakan sarung tangan

- Tanda perintah menggunakan penutup hidung (masker)


- Tanda perintah menggunakan helm

Gambar 1.15 Rambu perintah menggunakan helm

11
- Tanda perintah menggunakan sepatu kerja

Gambar 1.16 Rambu perintah sepatu kerja

c. Rambu-rambu Tanda Aman.


- Tanda fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)

Gambar 1.17 Rambu fasilitas kotak P3K

- Tanda lokasi telepon darurat

Gambar 1.18 Rambu lokasi telpon darurat

3.3. Tindakan pencegahan kecelakaan dirumuskan


Untuk mengantisipasi jatuhnya korban, perlu adanya tindakan untuk melakukan
pencegahan kecelakaan kerja antara lain :
a. Menyingkirkan bahaya
Apabila dalam suatu situasi kerja terlihat adanya bahaya yang diperkirakan bisa
menimbulkan kecelakaan, maka seorang pelaksana harus segera menghentikan
pekerjaan tersebut dan memberikan peringatan kepada pekerja yang
bersangkutan untuk memperbaiki cara kerja atau perlengkapan kerja yang
digunakan. Misalkan jika ada pekerja yang melakukan pekerjaan tepat di bawah
para pekerja lain di atasnya, maka seorang pelaksana harus segera
menghentikan pekerjaan tersebut, dan memindahkan pekerja yang
bersangkutan pada pekerjaan lainnya yang dianggap lebih aman.
b. Penggunaan alat pelindung
Pada situasi kerja yang riskan terhadap kecelakaan, kontraktor harus
menyediakan dan mewajibkan para pekerjanya untuk menggunakan alat
pelindung badan seperti topi pengaman (helmet), sabuk pengaman (safety belt)
dan lain-lainnya.
c. Pemasangan rambu-rambu K3
Rambu-rambu K-3 harus dipasang pada tempat-tempat kerja yang bisa
menimbulkan kecelakaan kerja. Pada proyek pembangunan gedung berlantai
banyak (gedung tingkat) rambu-rambu untuk menggunakan topi pengaman

12
(helmet) harus dipasang di setiap sudut dan pintu masuk ke area kerja. Demikian
pula rambu-rambu penggunaan sabuk pengaman (safety belt) harus dipasang
pada setiap tingkat perancah tempat kerja.
d. Anjuran dan peringatan
Setiap akan memulai pekerjaan sebaiknya dilakukan penjelasan singkat tentang
pentingnya cara kerja yang aman dan penggunaan alat pengaman kepada
semua pekerja serta hasil evaluasi terhadap K-3 pada hari sebelumnya (safety
briefing).
Tindakan yang harus dikuasai dalam melakukan pencegahan kecelakaan kerja
adalah menguasai tindakan yang tidak aman (unsafe action) dengan melakukan
penelitian dan perbaikan dengan seksama dalam hal:
a) Pengawasan
b) Analisis jabatan
c) Menanamkan disiplin kerja
d) Latihan kerja
e) Penempatan pekerja yang sesuai dengan jurusan, keahlian/keterampilan, dan
bakatnya masing-masing
f) Pemeriksaan kesehatan pada setiap permulaan kerja dan secara berkala.
Cara merumuskan tindakan pencegahan kecelakaan kerja adalah sebagai berikut :
1) Melakukan perencanaan dan organisasi Kerja
2) Melakukan analisa pelaksanaan pekerjaan
3) Melakukan analisa peralatan
4) Menyusun manajemen dan metode kerja
5) Mengawasi perilaku pekerja

4. Elemen Kompetensi 3 : Menerapkan K3

4.1. APD Digunakan sesuai dengan kebutuhan


Ada beberapa jenis-jenis APD yang sudah dijelaskan pada sub bab sebelumnya.
Masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda antara lain sebagai berikut:
1. Pelindung Kepala (Helmet) berfungsi untuk melindungi tubuh, khususnya kepala
dari kemungkinan adanya benda asing yang jatuh di tempat kerja
2. Sepatu kerja berfungsi untuk melindungi kaki dari luka akibat terjepit, terkena
benda-benda tajam, kejatuhan benda-benda keras dan sejenisnya. Penggunaan
sepatu juga harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.
3. Topi keras (helm) sangat berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda-
benda yang mungkin jatuh
4. Sarung tangan berfungsi untuk melindungi tubuh, khususnya tangan dari benda
tajam.
5. Pelindung mata berfungsi untuk melindungi tubuh, khususnya mata dan wajah
dari sinar yang terlalu kuat, serta dari partikel-partikel yang timbul.
6. Pelindung Kaki (Safety Shoes) berfungsi untuk melindungi tubuh, khususnya kaki
dari kejatuhan benda, listrik, lantai licin. Cara memakai pakaian kerja sesuai
aturan adalah sebagai berikut:

13
a. Ambil sepatu sebelah kanan, masukkan kaki kanan kita, lakukan hal yang
sama dengan sepatu sebelah kiri.
b. Safety Shoes harus dipakai di kaki sesuai standar dan ikatkan tali sepatu
secara kuat namun mudah untuk dilepas.
c. Untuk karakteristik bidang injak gunakan jenis Safety Shoes yang sesuai.
d. Gunakan selalu kaos kaki agar kulit kaki tidak mengalami kontak langsung
dengan bagian dalam Safety Shoes.
e. Safety Shoes harus sudah digunakan semenjak mulai masuk ke area
pekerjaan.
Untuk menggunakan APD sesuai dengan standar an kebutuhan memerlukan
pemahaman tentang cara penggunaan.
1) Apabila bekerja diketinggian, maka kita perlu memakai Ikat pinggang pengaman
atau biasa disebut ’full body harnes’, bersifat mengikat seluruh badan pekerja,
sehingga terhindar dari bahaya jatuh pada saat bekerja di ketinggian (gedung).
2) Apabila bekerja di tempat yang bising dan berdebu, misalnya tempat
penggergajian kayu atau sedang mengetam kayu, maka alat pelindung diri yang
harus digunakan adalah : helem, masker penutup hidung dan mulut, serta alat
penyumbat telinga.
3) Untuk mereka yang sedang mengerjakan atau sedang mengoneksi arus
tegangan menengah, wajib memakai sarung tangan khusus anti tegangan listrik.
4) Untuk pekerjaan pengelasan diperlukan kedok las dan kacamata las.

Cara memilih APD yang akan digunakan sesuai kebutuhan adalah


1) Langkah-langkah pemilihan sepatu kerja:
a. Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang akan dilakukan
b. Memilih jenis sepatu kerja yang harus digunakan
c. Memilih ukuran sepatu kerja yang sesuai/cocok
d. Memeriksa kondisi sepatu
2) Langkah-langkah pemilihan Topi Keras (Helmet):
a. Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang akan dilakukan
b. Memeriksa kondisi helmet
3) Langkah-langkah pemilihan Sarung tangan:
a. Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang akan dilakukan
b. Memilih jenis sarung tangan yang harus digunakan
c. Memeriksa kondisi sarung tangan
4) Langkah-langkah pemilihan Baju Kerja:
a. Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang akan dilakukan
b. Memilih jenis baju kerja yang harus digunakan
c. Memeriksa kondisi baju kerja
5) Langkah-langkah pemilihan Penutup Hidung/Masker:
a. Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang akan dilakukan
b. Memilih jenis sarung tangan yang harus digunakan
c. Memeriksa kondisi sarung tangan
6) Langkah-langkah pemilihan Kacamata:
a. Mengidentifikasi jenis pekerjaan yang akan dilakukan
b. Memilih jenis kacamata yang harus digunakan
c. Memeriksa kondisi kacamata

14
4.2. Rambu-rambu ditempatkan sesuai dengan hasil identifikasi sumber-sumber
bahaya
Cara mengidentifikasi kondisi lapangan yang perlu dipasang rambu-rambu adalah:
1. Rambu Gunakan Helem dipasang dengan tujuan agar pekerja terlindung dari
kemungkinan kepala terbentur atau terkena lemparan benda keras yang dapat
mengakibatkan cedera kepala. Jika rambu ini tidak dipatuhi maka kemungkinan
kepala pekerja akan terbentur atau terkena lemparan benda keras yang dapat
mengakibatkan cedera kepala baik ringan, sedang maupun berat, bahkan dapat
mengakibatkan kematian
2. Rambu Dilarang Masuk dipasang dengan tujuan untuk menyeleksi setiap
personil yang keluar masuk daerah yang dimaksud dari rambu, hal ini disamping
untuk menjaga kemungkinan hilangnya suatu barang juga untuk menjaga
keselamatan dari orang yang akan masuk daerah tersebut. Jika rambu ini tidak
dipatuhi, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah pekerja akan dicurigai
melakukan perbuatan yang negatif, atau juga pekerja akan mengalami kejadian
yang mengancam keselamatannya.
3. Rambu Dilarang Merokok atau Dilarang Menyalakan Api dipasang dengan tujuan
untuk mencegah terjadinya kebakaran yang diakibatkan oleh rokok atau
penyalaan api, jika rambu ini tidak dipatuhi maka kemungkinan aktivitas merokok
atau menyalakan api yang dilakukan akan dapat menyebabkan kebakaran yang
tentunya sangat tidak diharapkan.
4. Rambu Awas Ada Barang Mudah Terbakar atau Bahan yang Mudah Terbakar
ditempatkan untuk mencegah terbakarnya barang atau bahan yang dimaksud
oleh rambu tersebut, jika rambu ini tidak dipenuhi maka akan timbul
kemungkinan barang yang mudah terbakar benar-benar mengalami kebakaran.
5. Rambu Awas Ada Polusi Zat Kimia / Gunakan Masker dipasang dengan tujuan
agar setiap orang yang mendekati area tersebut menggunakan masker agar
terhindar dari menghirup polusi yang ditimbulkan oleh zat kimia, jika rambu ini
tidak dipatuhi, maka kemungkinan yang akan timbul adalah pekerja akan terkena
kontaminasi atau polusi yang ditimbulkan oleh zat kimia yang dimaksud.
6. Rambu Awas Ada Lalu Lintas Alat Berat ditempatkan pada jalur yang dilalui oleh
alat-alat berat, jika rambu ini tidak dipenuhi maka kemungkinan yang akan terjadi
adalah pekerja yang bersangkutan dapat terserempet, terlindas maupun
terbentur alat berat di saat alat-alat berat tersebut melakukan manuver.
7. Rambu Awas Bidang Licin atau Awas Tergelincir dipasang pada lokasi menuju
ke tempat yang menyimpan potensi orang atau barang mudah tergelincir, jika
rambu ini tidak dipatuhi, maka kemungkinan yang akan terjadi adalah pekerja
maupun peralatan atau barang yang dibawa oleh pekerja akan tergelincir dan
tentunya akan menimbulkan kerusakan pada bahan maupun peralatan yang
dibawa termasuk juga kerugian yang dialami oleh pekerja yang berupa luka dan
sebagainya.
8. Rambu Awas Ada Aktivitas Pengerekan Barang atau Lift dipasang didekat
aktivitas pekerjaan pengerekan atau lift, jika rambu ini tidak dipatuhi, maka
kemungkinan yang akan timbul adalah pekerja akan terkena benturan lift maupun
terkena jatuhan benda-benda yang diangkut menggunakan lift.

15
9. Rambu Tempat Penyimpanan Barang-Barang Berbahaya ditempatkan pada
bangunan dimana barang-barang berbahaya tersebut disimpan atau radius
tertentu yang diijinkan, jika rambu ini tidak dipenuhi dan pekerja bertindak teledor,
maka kemungkinan pekerja akan terkena dampak yang ditimbulkan oleh barang-
barang berbahaya tersebut. Pada dasarnya rambu ini bersifat informatif saja.
10. Rambu Pos Pengamanan dipasang dengan tujuan memberikan informasi
kepada setiap personil bahwa ditempat rambu dipasang adalah pos
pengamanan sehingga setiap personil yang memerlukan keterlibatan bagian
keamanan segera dapat menuju tempat tersebut.
11. Rambu Tempat Penyimpanan Kotak P3K dipasang dengan tujuan memberikan
informasi kepada setiap personil bahwa ditempat rambu dipasang adalah tempat
penyimpanan kotak P3K sehingga setiap personil yang memerlukan kotak P3K
segera dapat menuju tempat tersebut.
12. Rambu Tempat Penyimpanan Alat Pemadam Kebakaran dipasang dengan
tujuan memberikan informasi kepada setiap personil bahwa ditempat rambu
dipasang adalah tempat penyimpanan alat pemadam kebakaran sehingga setiap
personil yang memerlukan alat pemadam kebakan jika terjadi kebakaran segera
dapat menuju tempat tersebut.
13. Rambu Awas Benda Jatuh dipasang dengan tujuan agar setiap personil yang
akan melewati area yang dimaksud untuk lebih berhati-hati atau bahkan
menghindar mengambil jalur lain untuk menghindar dari kejatuhan benda, jika
rambu ini tidak dipatuhi maka pekerja yang melewati area yang berada pada
radius jatuhan benda dari atas akan terkena atau kejatuhan benda dari atas yang
akan mengakibatkan kecelakaan kerja yang sebenarnya tidak perlu terjadi.
14. Rambu Jalur Lewat Kendaraan dipasang dengan tujuan agar setiap personil
yang akan melewati area yang dimaksud untuk lebih berhati-hati atau bahkan
menghindar mengambil jalur lain untuk menghindar dari kemungkinan
terserempet kendaraan, jika rambu ini tidak dipenuhi maka kemungkinan yang
akan terjadi adalah pekerja yang bersangkutan dapat terserempet, terlindas
maupun terbentur atau tertabarak kendaraan yang lalu lalang melewati jalur
tersebut.

4.3. Laporan Penerapan K3


Dalam membuat bahan laporan penerapan K3 yang diperlukan data kelengkapan
APD dan APK, data pemeriksaan kelengkapan APD dan APK dan Data kondisi APD
dan APK. Bahan-bahan yang perlu dikelompokkan untuk menyusun laporan
penerapan K3 meliputi :
1) Data Pemeriksaan Bahaya, yang berisikan data hasil:
 Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur.
 Inspeksi dilaksanakan bersama oleh wakil pengurus dan wakil tenaga kerja
yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi potensi bahaya.
 Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas di tempat yang
diperiksa.
 Daftar simak (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat
inspeksi.
 Laporan inspeksi diajukan kepada pengurus dan Panitia Pembina K3.

16
 Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektifitasnya
2) Data Pemantauan Lingkungan Kerja, yang berisikan data hasil:
 Pemantauan lingkungan kerja dilaksanakan secara teratur dan hasilnya
dicatat dan dipelihara.
 Pemantauan lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis, radiasi dan
psikologis.
3) Data Pemeriksaan, Pengukuran Dan Pengujian Peralatan
 Terdapat sistem yang terdokumentasi mengenai identifikasi, kalibrasi,
pemeliharaan dan penyimpanan untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji
mengenai kesehatan dan keselamatan kerja.
 Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas yang berkompeten.

4) Data Hasil Pemantauan Kesehatan


 Kesehatan tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja yang mengandung
bahaya harus dipantau.
 Perusahaan telah mengidentifikasi keadaan di mana pemeriksaan kesehatan
perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk membantu
pemeriksaan ini.
 Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter pemeriksa yang ditunjuk sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
 Catatan mengenai pemantauan kesehatan dibuat sesuai dengan perturan
perundangan yang berlaku.
Untuk menyusun laporan penerapan K3 diperlukan langkah - langkah sebagai
berikut:
1) Melakukan Pencatatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
 Perusahaan mempunyai prosedur untuk mengidentifikasi, mengumpulkan,
mengarsipkan, memelihara dan menyimpan catatan keselamatan dan
kesehatan kerja.
 Undang-undang, peraturan, standar dan pedoman teknis yang relevan
dipelihara pada tempat yang mudah didapat.
 Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk menjaga kerahasiaan
catatan.
 Catatan mengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan dipelihara.
 Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan catatan rehabilitasi kesehatan
dipelihara.
2) Mengumpulkan Data Dan Laporan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
 Data keselamatan dan kesehatan kerja yang terbaru dikumpulkan dan
dianalisa.
 Laporan rutin kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dibuat dan
disebarluaskan di dalam perusahaan.
3) Membuat Pelaporan Keadaan Darurat
 Terdapat prosedur proses pelaporan sumber bahaya, personil perlu diberitahu
mengenai proses pelaporan sumber bahaya terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja.

17
4) Membuat Pelaporan Kecelakaan Kerja
 Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua kecelakaan
dan penyakit akibat kerja serta kecelakaan di tempat kerja dilaporkan.
 Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagaimana ditetapkan
oleh peraturan perundangan yang berlaku.
5) Melakukan Penyelidikan Kecelakaan Kerja
 Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang dilaporkan.
 Penyelidikan dan pencegahan kecelakaan kerja dilakukan oleh petugas atau
ahli K3 yang telah dilatih.
 Laporan penyelidikan berisi saran-saran dan jadwal waktu pelaksanaan usaha
perbaikan.
 Tanggung jawab diberikan kepada petugas yang ditunjuk untuk
melaksanakan tindakan perbaikan sehubungan dengan laporan penyelidikan.
 Tindakan perbaikan didiskusikan dengan tenaga kerja di tempat terjadinya
kecelakaan.
 Efektivitas tindakan perbaikan dipantau.

6) Memberi Solusi Penanganan Masalah


 Terdapat prosedur untuk menangani masalah keselamatan dan kesehatan
kerja yang timbul dan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
 Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur penanganan masalah
keselamatan dan kesehatan kerja dan menerima informasi kemajuan
penyelesaian

Referensi:

BUKU ACUAN
1. Judul : Mechanical and Electrical Equipment for Buildings, ninth editions.
Pengarang : Mc. Guinness, Stein danReynolds
Penerbit : John Wiley and Sons, Inc, 605 Third Avenue New York, 10016
Tahun : 2014

2. Judul : Building Construction and Safety Code NFPA 5000, first edition.
Pengarang : Jerry Wooldridge
Penerbit : Committees on Building Code
Tahun : 2003

3. SKKNI NO.208 TAHUN 2013

PERATURAN-PERATURAN TERKAIT
1. Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
2. Undang-Undang nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan
3. Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

18
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no.36 tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Bangunan gedung
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 5 tahun 1996 tentang
Penerapan Audit SMK3 Sistim Manajemen Keselamatan Kerja Perusahaan.
7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no.16/PRT/M/2010 tentang Pemeriksaan berkala
bangunan

NORMA DAN STANDAR


1. Persyaratan Umum Instalasi Listrik (PUIL) 2011

19

Anda mungkin juga menyukai