BAB II BPS Malaka Ok
BAB II BPS Malaka Ok
2015
BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALAKA
Pada kondisi fisik dasar dijabarkan letak geografis dan administratif, sumberdaya
tanah, sumberdaya udara dan sumberdaya air.
Rincian letak geografis Kabupaten Malaka dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:
Gambar 2.1
Peta Administrasi Kabupaten Malaka
Adapun secara administrasi jumlah desa yang berbatasan darat langsung dengan
Republic Democratic Timor Leste (RDTL) adalah sebanyak 4 Desa di 1 Kecamatan yaitu
Kobalima Timur.Untuk jelas mengenai batas administrasi dengan Republik Demokratic
Timuor Leste (RDTL) dapat dilihat pada tabel 2.2berikut.
Tabel 2.2
Kecamatan dan Desa-Desa Perbatasa Kabupaten Malaka Tahun 2014
1 KOBALIMA TIMUR
Alas Utara Wefahi 18,40
Kota Biru Taman Kakaluk 20,05
Alas Kotabot 27,06
Alas Selatan Lalebun 30,60
Luas Total Desa-desa Perbatasan 96,11
Sumber ; Bappeda Kab. Malaka 2014
2.1.2.1 Topografi
Gambar 2.2
Peta Topografi Kabupaten Malaka
2.1.2.2 Kelerengan
Daerah dengan kemiringan lereng 0-8 %, yang merupakan dataran landai, terdapat di
pesisir pantai selatan yakni Kecamatan Wewiku, Malaka Barat, sebagian besar
Kecamatan Weliman, Malaka Tengah dan Kobalima.
Daerah kemiringan lereng 8-15%, merupakan daerah datar yang meliputi sebagian
Kecamatan Kobalima, Kobalima Timur, kemudian sebagian Kecamatan Malaka
Timur, Laenmanen, Kecamatan Rinhat, Malaka Tengah dan Botin Leobele.
Daerah dengan kemiringan lereng 15-30%, yaitu daerah landai atau bergelombang
yang meliputi daerah lembah yang terletak diantara pegunungan, terdapat di
sebagian besar Kecamatan Sasitamean dan Kecamatan Io Kufeu, kemudian sebagian
Kobalima Timur, Malaka Timur, Rinhat dan Botin Leobele.
Daerah dengan kemiringan lereng 30-45%, yaitu daerah yang bergelombang dan
berbukit terdapat sedikit di kecamatan Malaka Timur.
Rincian kelerengan wilayah Kabupaten Malaka dapat dilihat pada tabel 2.3 dan gambar
2.3
Tabel 2.3
Kemiringan Lahan Wilayah Kabupaten Malaka
Luas
No Kemiringan lereng
Ha %
1 0 - 3% 29.881,96 26,77
2 3 - 8% 20.809,91 18,65
Gambar 2.3
Peta Lereng Kabupaten Malaka
2.1.2.3 Klimatologi
Gambar 2.4
Peta Curah Hujan Kabupaten Malaka
Jenis tanah di Kabupaten Malaka didominasi oleh Aluvial Latosol dan Renzina. Jenis
tanah Aluvial seluas 46.,828,74 Ha, sebagian besar tersebar di Kecamatan Malaka Barat,
Wewiku, Malaka Tengah, Kobalima dan Kobalima Timur. Jenis tanah latosol seluas
39.194,82 Ha sebagian besar tersebar di Kecamatan Rinhat, Sasitamean, Laenmanen,
Malaka Timur dan Botin Leobele. Sementara jenis tanah Renzina seluas 21.829,18 Ha
sebagian besar tersebar di Kecamatan Weliman, Malaka Tengah dan Io Kufeu. Selain
ketiga jenis tanah tersebut, di kabupaten Malaka terdapat pula jenis tanah Grumosol dan
Mediteran, meskipun luasannya hanya sedikit. Jenis tanah Grumosol terdapat di
Kecamatan Laenmanen seluas 209.82 Ha, sementara Jenis tanah Mediteran terdapat di
Kecamatan Io Kufeu dan Rinhat seluas 1.690,66 Ha. Rincian lokasi dan luasan berbagai
jenis tanah di Kabupaten Malaka dapat dilihat di tabel 2.4 dan gambar 2.5
Tabel 2.4
Jenis Tanah di Kabupaten Malaka beserta Luasannya
NO JENIS TANAH LUAS (HA)
1 Aluvial 46,828.74
2 Grumosol 209.82
3 Latosol 39,194.82
4 Mediteran 1,690.66
5 Renzina 21,829.18
6 Lainnya 1,852.61
JUMLAH 111,605.83
Sumber: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian ,
2011
Gambar 2.5
Peta Jenis Tanah Kabupaten Malaka
2.1.2.5 Geologi
Tabel 2.5
Jenis Batuan di Kabupaten Malaka Beserta Luasannya
12 Lainnya 16.25
JUMLAH 111,654.91
Sumber: RTRW Belu, 2010
Gambar 2.6
Peta Geologi Kabupaten Malaka
Kabupaten Malaka termasuk Kabupaten yang rawan terhadap bahaya bencana alam
longsor. Semakin ke utara, potensi rawan longsor semakin tinggi, sebaliknya, semakin
ke selatan, potensi rawan longsor semakin rendah. Wilayah yang sangat rawan terhadap
bencana alam longsor adalah sebagian kecil Kecamatan Sasitamean dan Laenmanen
dengan luas wilayah 346.97 Ha. Wilayah yang rawan longsor sebagian besar tersebar di
Kecamatan Rinhat, Sasitamean, Io Kufeu, Laenmanen, Botin Leobele, Malaka Timur,
Kobalima dan Kobalima Timur dengan luasan 47.855,51 Ha. Sementara wilayah yang
kurang rawan longsor banyak tersebar di Kecamatan Weliman dan Malaka Tengah
dengan luasan 24.192,58 Ha. Dan wilayah yang tidak rawan longsor terletak di
sepanjang tepi Laut Timor, yakni tersebar di Kecamatan Wewiku, Malaka Barat, Malaka
Tengah, Kobalima dan Kobalima Timur dengan luasan 39.210,69 Ha. Rincian lokasi dan
luasan Zona Rawan Longsor di Kabupaten Malaka dapat dilihat di tabel 2.6 dan gambar
2.7
Tabel 2.6
JUMLAH 111,605.75
Gambar 2.7
Peta Rawan Longsor Kabupaten Malaka
2.1.3.1 Hidrologi
Hidrologi terdiri atas ketersediaan air hujan, ketersediaan air sungai, ketersediaan mata
air, ketersediaan tampungan air.
Air hujan juga biasa digunakan masyarakat Malaka apabila kekurangan air, tetapi
penggunaan air hujan sekarang sudah jarang digunakan apalagi frekuensi hujan yang
turun juga sangat jarang sehingga penggunaan air hujan hanya di lakukan oleh beberapa
orang saja. Selain itu penggunaan air hujan juga sering digunakan untuk menyiram
tanaman dan lain-lain. Penggunaan air hujan hanya terdapat di desa-desa terpencil yang
kekurangan air sedangkan untuk di kota-kota besar tidak terdapat penggunaan air
hujan.
Aliran sungai yang besar biasanya mengalir sepanjang tahun, tetapi ada juga sungai
yang kering pada musim kemarau. Hal ini terjadi karena fluktuasi curah hujan yang
sangat kontras antar bulan dan dipengaruhi juga oleh kondisi geologi serta morfologi
wilayah.
Terdapat 7 sungai di wilayah Kabupaten Malaka dengan nama dan panjang sungai
seperti terlihat pada Tabel 2.7
Tabel 2.7
Nama Dan Panjang Sungai tiap KecamatanKabupaten Malaka
Panjang
No Kecamatan Nama Sungai
(km)
1. Malaka Barat Benenain 100
Mota delek 15
2. Malaka Tengah Baen 30
Wedik 10
3. Malaka Timur Talimetan 8
Motahoar 7
4. Kobalima Motabalu 28
Sungai-sungai seperti yang disebutkan di atas sudah banyak yang digunakan untuk
irigasi namun beberapa diantaranya masih bersifat irigasi non teknis. Saat ini telah
dibangun irigasi teknis (sistem irigasi Malaka) mulai dari jaringan irigasi primer,
jaringan irigasi sekunder sampai jaringan irigasi tersier yang memanfaatkan air dari
Bendungan Benenai (sungai Benenain di Kecamatan Malaka Barat) yang mampu
mengairi daerah irigasi seluas 10.000 Ha bahkan sampai 15.000 Ha mencakup wilayah
pelayanan Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan
Kobalima.
Selain sungai, di Kabupaten Malaka juga terdapat mata air yang biasa digunakan warga
untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, sehingga sangat penting
sehinggapemanfaatan sumber mata air yang ada di Kabupaten Malaka perlu
dioptimalkan. Adapun data-data sumber mata air yang ada di Kabupaten Malaka dapat
dilihat pada tabel 2.8 dan gambar 2.8 berikut ini :
Tabel 2.8
Nama Lokasi, Sumber, dan Debit Mata Air
Kabupaten Malaka
LOKASI DEBI
NAMA T
KETERANGAN
KECAMATAN DESA Kpg./Dsn. MATA AIR L/dt
Di Turap, diesel
1 Sasitamean Asmanlea Loleon 1 Oenoah 1
rusak
2 Oeboakmatin 0,5
3 Oefatureuk 2
Klatun 4 Klatun 7
5 Naebone
6 Naibone
7 Beaneno
2 Weliman Weliman Weliman 8 Weliman 660 Di Turap
9 Wesei
10 Leunklot
Malaka
Wehali Laran 11 Matankanuan 5 Di Turap
3 Tengah
12 Wetiaau 7 Di Turap
13 Weau 10 Belum diturap
Wemaromak
14 3 Di Turap
(feto)
LOKASI DEBI
NAMA T KETERANGAN
KECAMATAN DESA Kpg./Dsn. MATA AIR L/dt
Wemaromak
15 2 Di Turap
(mane)
Kamanasa Betun 16 Wetubaki 8 Di Turap
17 Wehanok
Malaka
Bonibais Baunasa 18 Inkatis 5 Di Turap
4 Timur
Wemeda Babahane 19 Babahane 2 Di Turap
Numponi 20 Basnaba 2
Lakekun
Lakekun 21 Wematek 0,5 Di Turap
5 Kobalima Barat
Litamali Litamali 22 Wemasu 1 3 Di Turap
Rainawe Rainawe 23 Webua 1 Di Turap
24 Webua 2 3 Di Turap
25 Weseli 2,5
26 Wemariuk
27 Webualaran
28 Seli
29 Weseli
30 Wesalan
31 Weheda/wehali
Botin
32 Oe Bitee 2
6 Leobele
Kobalima
33 Debudila
7 Timur
34 Wenaes
35 Wederok
36 Weasurahuk
37 Wefahi
38 Wefuru
39 Welakuran
40 Weferik
41 Abatoan
42 Weati
43 Weheda
44 Sahulu
8 Rinhat 45 Webora
46 Biudukfoho
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2010-2030
Gambar 2.8
Peta Hidrologi Kabupaten Malaka
Tampungan air yang ada di Kabupaten Malaka berupa embung dan bendungan.
Tampungan air yang ada tersebut digunakan untuk kebutuhan air baku, irigasi dan lain-
lain. Adapun data-data untuk tampungan air tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.9
Nama Lokasi
Tahun
No Waduk/Embung
Kecamatan Desa/Kel/Dusun Pembuatan
Irigasi
Saat ini di Kecamatan Malaka Barat telah dibangun Bendungan Benenai yang dilengkapi
dengan sistem irigasi Malaka dengan kapasitas bendungannya yang mampu mengairi
daerah irigasi seluas 10.000 Ha yang mencakup wilayah Kecamatan Malaka Barat,
Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Weliman, Kecamatan Wewiku dan Kecamatan
Kobalima.
Penggunaan lahan wilayah Kabupaten Malaka saat ini secara garis besar terbagi atas
dua kelompok utama jenis penggunaan, yaitu penggunaan lahan basah/sawah dan
penggunaan lahan kering. Penggunaan lahan basah antara lain terdiri dari irigasi teknis
setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa dan sawah tadah hujan. Kategori
penggunaan lahan terbesar lainnya adalah tegalan/ladang dan padang rumput. Selain
itu terdapat penggunaan fasilitas-fasilitas sosial maupun umum seperti perumahan,
pertokoan, perkantoran, perdagangan dan jasa, peribadatan, kesehatan, taman rekreasi
dan RTH.
Tabel 2.10
Luas Tanah Menurut Penggunaan di Kabupaten Malaka Tahun 2014
No Penggunaan Lahan Luas (ha) %
Ternak hewan besar (Kuda, Sapi, Kerbau, ) dan kecil (Kambing, Domba, Babi)
terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka
Tengah, Sasitamean, Malaka Timur, Laenmanen, dan Kobalima.
Ternak unggas (Ayam Kampung dan Itik) terdapat di Kecamatan Malaka
Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasitamean, Malaka Timur,
Laenmanen, dan Kobalima.
Selain itu terdapat kawasan-kawasan yang dijadikan tempat untuk beternak hewan
besar, kecil dan unggas adalah sebagai berikut :
Industri Aneka:
Jenis industri kecil pada kelompok industri aneka yang menonjol adalah: industri tenun,
anyaman lontar, anyaman tali gewang, anyaman lidi kelapa, anyaman dari tali sisal,
industri kapok, alat musik tradisional, serta industri pakaian jadi dari tekstil. Industri-
industri tersebut terdapat di hampir seluruh kecamatan kecuali kecamatan Botin
Leobele, Io Kufeu, Raimanuk, dan Kobalima Timur
Nampaknya yang menjadi andalan pada sektor industri di kabupaten malaka adalah
industri rumah tangga, dimana sub-sektor ini memegang peranan yang cukup penting
bagi pemasukan pendapatan daerah. Industri rumah tangga yang dimaksudkan diatas
meliputi antara lain : tenun ikat, anyam-anyaman, industri tahu/tempe, dan lain-lain.
Walau hanya berstatus industri rumah tangga, tetapi sudah terpasarkan keluar daerah
seperti tenun ikan dan anyam-anyaman. Industri-industri tersebut terdapat di hampir
semua kecamatan kecuali kecamatan Sasita Mean, Botin Leobele, Io Kufeu, Laenmanen,
Kobalima, dan Kobalima Timur.
Masin Lulik
Terdapat bukit-bukit yang terbentuk dari luapan lahar / lumpur dingin yang
terus menerus keluar dari perut bumi. Dan terdapat ribuan kelelawar dan kera.
Tempat ini menurut kepercayaan merupakan tempat tujuan jiwa-jiwa orang
yang meninggal sehingga tempat itu cukup sakral dan cukup
menakjubkan.Tempat ini terletak di Kecamatan Kobalima.
a. Memiliki sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas
berdasarkan peta/data geologi;
b. Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan kegiatan
pertambangan secara berkelanjutan; dan/atau
c. Merupakan bagian proses upaya merubah kekuatan ekonomi potensial menjadi
kekuatan ekonomi riil.
Kawasan pertambangan meliputi peruntukan mineral dan batu bara, peruntukkan
minyak dan gas bumi, peruntukkan panas bumi, dan peruntukkan air tanah di kawasan
pertambangan.Dikabupaten Malaka Jenis bahan tambang yang ada adalah Peruntukkan
Mineral Sesuai dengan UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, usaha pertambangan Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang
berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.
terdapat 1 (satu) pos lintas batas yang direncanakan sebagai hasil kesepakatan
bilateral, dijaga oleh petugas dari TNI, Polri, Imigrasi, Beacukai dan Karantina, yaitu :
Berdasarkan data Kecamatan dalam Angka tahun 2014 tercatat bahwa jumlah
penduduk Kabupaten Malaka adalah 171.079 jiwa. Kecamatan dengan penduduk
terbanyak adalah Malaka Tengah yakni sebanyak 35.869 jiwa, sedangkan Kecamatan
dengan penduduk paling sedikit adalah Botin Loebele yakni sebanyak 4.760 jiwa.
Rincian Jumlah Penduduk Menutut Kecamatan di Kabupaten Malaka dapat dilihat pada
tabel 2.11 dan grafik 2.1
Tabel 2.11
Jumlah PendudukMenurut Kecamatan di Kabupaten Malaka Tahun 2013
Penduduk (jiwa)
No Nama Kecamatan
2013
1 Kobalima Timur 6.285
2 Laenmanen 11.330
3 Io Kufeu 7.681
4 Kobalima 17.347
5 Malaka Timur 9.424
6 Rinhat 14.562
7 Wewiku 17.877
8 Botin Leobele 4.760
9 Sasitamean 8.225
10 Malaka Barat 20.030
11 Weliman 17.689
12 Malaka Tengah 35.869
Jumlah 171.079
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2013
Grafik 2.1
Jumlah PendudukMenurut Kecamatan di Kabupaten Malaka
Tahun 2013
40000
35000
30000
25000
20000
15000
Penduduk (jiwa)
10000
5000
0
Berdasarkan data Kecamatan dalam Angka tahun 2014 tercatat bahwa terdapat
pertambahan penduduk setiap tahunnya. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel 2.12
berikut :
Tabel 2.12
Berdasarkan data Kecamatan dalam Angka tahun 2014 tercatat bahwa penduduk
Kabupaten Malaka yang terbanyak berdasarkan golongan umurnya adalah penduduk
dengan usia 5-9 tahun sebanyak 24954 jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah
penduduk berusia 70-74 tahun sebanyak 2676 jiwa. Rincian Penduduk Menurut
Struktur Umur dapat dilihat di tabel 2.13dan grafik 2.2
Tabel 2.13
0-4 911 1422 1032 1908 1200 2050 2196 593 1025 2371 2471 4096 21275
5-9 963 1745 1133 2403 1390 2115 2773 660 1145 3079 2665 4883 24954
10-14 743 1389 933 2290 1225 1819 2332 607 1050 2661 2305 4539 21893
15-19 528 923 611 1718 1225 1113 1550 354 615 2046 1581 3670 15934
20-24 439 676 451 1147 525 883 911 249 428 958 1224 2104 9995
25-29 537 725 529 1191 631 926 1044 264 454 1006 1378 2214 10899
30-34 435 670 459 1027 543 922 1073 239 409 1132 1156 2220 10285
35-39 417 648 455 975 558 944 1071 318 549 1188 1195 2158 10476
40-44 294 680 384 1154 543 932 1087 297 511 1116 833 2039 9870
45-49 288 594 432 992 456 836 944 273 472 984 835 1829 8935
50-54 229 441 305 774 450 656 798 234 402 981 617 1664 7551
55-59 138 413 242 515 302 432 606 182 316 691 434 1260 5531
60-64 130 308 232 428 258 362 518 151 259 575 368 988 4577
65-69 94 282 204 340 230 282 382 125 217 471 268 846 3741
70-74 61 183 126 222 145 160 323 98 169 365 186 638 2676
75+ 78 231 153 236 194 130 269 118 203 404 173 720 2909
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2013
Grafik 2.2
75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39 Jiwa
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000
Menurut lapangan usaha utama, mayoritas penduduk Kabupaten Malaka yang berusia 15 tahun ke atas adalah petani, yakni sebanyak 58.822 orang,
atau 75,35% dari keseluruhan penduduk Kabupaten Malaka yang berusia 15 tahun ke atas. Uraian lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 2.14
berikut.
Tabel 2.14
Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama dan Kecamatan di Kabupaten Malaka, 2010
Listrik, Jasa-
Pertanian Pertambangan Industri Konstruksi Perdagangan Komunikasi Keuangan Jumlah
No Kecamatan Gas&Air Jasa
Tabel 2.15
Penduduk 5 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Malaka, 2010
Tidak/Belum SLTA/MA/
Tidak/Belum IslamSD/MI/ SLTP/MTs/ SM DIV-
No Nama Kecamatan Pernah DI-DIII S2-S3
Tamat SD Sederajat Sederajat Sederajat Kejuruan S1
Sekolah
10 Malaka Barat 5010 4096 4777 1939 1266 102 140 128 0
12 Malaka Tengah 7315 6532 8219 4026 3084 262 334 364 10
Berdasarkan data Kecamatan dalam Angka tahun 2014 tercatat bahwa penduduk Kabupaten
Malaka berjumlah 171.079 jiwa yang terdiri atas 83.492 jiwa laki-laki dan 87.587 jiwa
perempuan. Tabel 3. berikut menunjukkan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di
Kabupaten Malaka pada tahun 2013. Tampak bahwa secara keseluruhan jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Malaka, kaum perempuan dengan persentase51,20%
lebih banyak daripada kaum laki-laki dengan persentase48,80%. Rincian Penduduk Menurut
jenis kelamin dapat dilihat di tabel 2.16 dan grafik 2.3
Tabel 2.16
Jumlah PendudukMenurut Jenis KelaminKabupaten Malaka Tahun 2013
Nama Penduduk (jiwa)
No
Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Grafik 2.3
Jumlah PendudukMenurut Kecamatan dan Jenis KelaminKabupaten Malaka Tahun 2013
Malaka Tengah
Weliman
Malaka Barat
Sasitamean
Botin Leo Bele
Wewiku
Perempuan
Rinhat
Laki-Laki
Malaka Timur
Kobalima
Io Kufeu
Laenmanen
Kobalima Timur
Berdasarkan data Kecamatan dalam Angka tahun 2014 tercatat bahwa penduduk Kabupaten
Malaka yang terbanyak berdasarkan agama yang dianut adalah penganut agama Katolik
sebanyak 145.954 jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah penganut agama Budha
sebanyak 21 jiwa. Rincian Penduduk Menurut Pemeluk Agama dapat dilihat di tabel 2.17
Tabel 2.17
Penduduk Menurut Pemeluk Agama Kabupaten MalakaTahun 2013
Berdasarkan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011, masih terdapat
banyak penduduk miskin yang tersebar di berbagai Kecamatan di Kabupaetn Malaka. Rincian
tersaji di tabel 2.18
Tabel 2.18
Catatan :
Pola sebaran penduduk di Kabupaten Malaka tidak tersebar secara merata. Kecamatan yang
paling padat penduduknya adalah Kecamatan Malaka barat, yakni 248 jiwa/Km2. Sementara,
kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Kobalima Timur, yakni 65
jiwa/Km2. Uraian lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 2.19 berikut:
Tabel 2.19
Kepadatan
Nama Penduduk
No Penduduk
Kecamatan (jiwa)
(jiwa/Km2)
6 Rinhat 14562 96
Perkiraan jumlah penduduk ini penting dalam suatu perencanaan, karena kependudukan
merupakan salah satu penentu dalam mengkondisikan perkembangan suatu wilayah baik dari
segi fisik maupun non fisik. Dengan mengetahui perkembangan suatu penduduk di suatu
wilayah maka akan dapat diketahui prediksi dari kebutuhan akan fasilitas dan utilitas
penunjang serta perkiraan kebutuhan ruangnya. Dengan mengetahui prediksi akan kebutuhan
fasilitas, utilitas dan ruangnya maka akan relatif lebih mudah untuk memberikan arahan
perkembangan sehingga akan didapat keteraturan secara fisik dan non fisik.
Pertumbuhan penduduk di kabupaten Malaka dari tahun 2011-2014 rata-rata 0,014 pertahun.
Sehingga nilai rata-rata pertumbuhan inilah yang menjadi dasar dalam memproyeksikan
hingga akhir tahun perencanaan. Dimana hingga akhir tahun perencanaan jumlah penduduk
kabupaten Malaka diperkirakan berjumlah 714.696 jiwa. Berikut proyeksi penduduk dapat di
lihat pada tabel 2.20
Tabel 2.20.
Penduduk (jiwa)
No Kecamatan
2015 2020 2025 2030 2035
Ditinjau dari segi Budaya dan Antropologis, penduduk Kabupaten Malaka dalam susunan
masyarakatnya terbagi atas 4 sub etnik yang besar yaitu : Ema Tetun, Ema Kemak, Ema Bunak
dan Ema Dawan Manlea. Keempat sub etnik mendiami lokasi-lokasi dengan karakteristik
tertentu dengan kekhasan penduduk bermayoritas penganut agama Kristen Katolik. Masing-
masing etnik tersebut mempunyai bahasa dan praktek budaya yang saling berbeda satu sama
lain dan kesamaan dilain segi. Kendati demikian, masyarakat Malaka dapat dengan mudah
hidup rukun dikarenakan aspek kesamaan-kesamaan spesifik. Mata pencaharian utama adalah
bertani yang masih dikerjakan secara ekstensif tradisional.
Dari aspek ekologis, kondisi tanah Malaka sangat subur karena selain memiliki lapisan tanah
jenis berpasir dan hitam juga dikondisikan dengan curah hujan yang relatif merata sepanjang
tahun. Daerah Malaka yang subur tersebut membuatnya potensial untuk dikembangkan
menjadi daerah peternakan dan pertanian. Sub sektor perikanan dengan kawasan pantai yang
membentang dari Malaka bagian selatan sampai utara turut mempengaruhi pemerataan
pekerjaan dan pendapatan. Selain itu dari sub sektor kehutanan kontribusi yang diperoleh juga
signifikan dengan beberapa jenis pohonseperti cendana, eukaliptus, kayu merah dan jati. Dari
sektor dan sub sektor lainnya seperti perdagangan dan jasa, industri dan lainnya juga
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan PDRB dan peningkatan PAD.
Masyarakat Malaka memiliki budaya dan adat istiadat yang turun menurun dan yang selalu
diupayakan agar tetap lestari.
Pada zaman dahulu kesenian tradisional ditampilkan pada saat upacara-upacara adat. Dan
sekarang ditampilkan pada saat penerimaan tamu, acara-acara resmi lainya.dikabupaten
malaka setiap tahun diadakan pagelaran seni budaya malaka yang mana menampilkan semua
kesenian daerah baik yang tradisional maupun yang sudah dimodifikasi diantaranya :
Tarian Likurai
Tebe
Bidu
Selain itu terdapat beberapa upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten
Malaka yaitu
Jumlah total pendapatan dalam APBD Kabupaten Belu dari tahun ke tahun terus
meningkat. Pada tahun 2013 ini diperkirakan sejumlah Rp. 366.210.292.863,-Kondisi
keuangan dan perekonomian Kabupaten Belu secara lengkap dapat dilihat dalam table 2.5. di
bawah ini.
Tabel 2.5. Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Belu Tahun 2009 - 2013
Tahun
No Anggaran
2009 2010 2011 2012 2013*
A Pendapatan
1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 22.095.998.629 33.447.006.092 34.802.681.366 47.085.113.257 22.101.735.361
2 Dana Perimbangan (Transfer) 475.602.087.209 471.084.561.811 511.229.980.728 643.122.500.147 327.879.415.066
3 Lain-lain Pendapatan yang sah 22.765.967.914 53.874.909.264 116.415.294.814 54.358.881.521 16.229.142.436
Jumlah Pendapatan 520.464.053.752 558.406.477.167 662.447.956.908 744.566.494.925 366.210.292.863
B Belanja 527.059.297.710 541.861.924.542 675.994.854.748 724.185.825.805 192.311.760.574
1 Belanja Tidak Langsung 286.538.980.583 345.794.334.990 416.349.074.972 429.883.643.484 150.988.530.118
2 Belanja Langsung 240.520.317.127 196.067.589.552 259.645.779.776 294.302.182.321 41.323.230.456
Jumlah Belanja 527.059.297.710 541.861.924.542 675.994.854.748 724.185.825.805 192.311.760.574
Surplus/Defisit Anggaran (6.595.243.958) 16.544.552.625 (13.546.897.840) 20.380.669.120 173.898.532.289
*: Tahun 2013 masih belum dilakukan PAK dan pemeriksaan oleh BPKP
Sumber : Dinas PPKAD Kabupaten Belu 2013
Dalam lima tahun terakhir anggaran sanitasi dalam APBD Kabupaten Belu bergerak stagnan di kisaran Rp 3000 - 4000 per kapita, dengan
nilai ter tinggi pada tahun 2013 yakni Rp 4924 per kapita. Nilai ini tentunya masih jauh dari ideal untuk pembangunan sanitasi yang layak, yakni
sekitar 47.000 per kapita. Secara lengkap, kondisi anggaran sanitasi per kapitan dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 2.6. RekapitulasiRealisasi Belanja Sanitasi seluruh SKPD Kabupaten Belu Tahun 2009 – 2013
Tahun
No Uraian
2009 2010 2011 2012 2013
1 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 ) 1.785.027.909 1.932.285.337 2.124.993.455 2.572.695.364 813.553.309
1.1 Air Limbah Domestik
1.2 Sampah rumah tangga 1.459.657.000 1.427.400.646 1.492.408.182 2.283.295.364 416.662.536
1.3 Drainase lingkungan 325.370.909 489.884.691 564.705.273 277.095.000 396.890.773
1.4 PHBS 15.000.000 67.880.000 12.305.000 0
2 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) 2.605.309.091 2.596.206.363 2.759.734.545 4.144.013.636 3.616.616.091
2.1 DAK Sanitasi 844.800.000 858.110.000 931.150.000 1.117.325.000 1.175.933.000
2.2 DAK Lingkungan Hidup 70.909.091 1.596.206.363 1.627.724.545 1.763.688.636 248.999.091
2.3 DAK Air Minum 2.534.400.000 1.000.000.000 1.132.010.000 1.263.000.000 2.191.684.000
3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi - - - - -
Bantuan Keuangan Provinsi untuk
4 - - - - -
Sanitasi
Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1+2+3) 4.390.337.000 4.528.491.700 4.884.728.000 6.716.709.000 4.430.169.400
Total Belanja Langsung 34.412.884.155 69.686.293.885 109.913.894.550 46.092.226.250 447.237.862.170
% APBD murni terhadap Belanja Langsung 12,76% 6,50% 4,44% 14,57% 0,99%
Tabel 2.7. Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Belu Tahun 2009 - 2013
T a h uTna h u n
No
No Deskripsi
Deskripsi 2009 2010 2011 2012 2012 2013 2013
1.000.000.00
11 Total
Total
Belanja
Belanja
Sanitasi
Sanitasi
Kab.
Kab.
Belu
Belu 844.800.000 0 931.150.000 1.117.325.000
1.117.325.000
1.175.933.000
1.175.933.000
22 Jumlah
Jumlah
Penduduk
Penduduk 190.157 188.835 189.347 193.478 193.478
203.291 203.291
Untuk melihat angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Belu selama lima tahun
terakhir, dapat dilihat dari Produk Domestic Regional Brutto (PDRB). Dari tabel di bawah
ini akan terihat wa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Belu.Hal ini mengindikasikan
bahwa roda perekonomian di Kabupaten Belu bergerak dengan cepat. Secara lengkap,
kondisi data perekonomian umum Kabupaten Belu dalam lima tahun terakhir dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tahun
No. Deskripsi
2009 2010 2011 2012 2013
1 PDRB harga
konstan (struktur 974.399.443.000,- 1.022.047.575.000,- 1.059.914.220.000,- - -
perekonomian Rp)
2 Pendapatan
perkapita 4.832.175.000,- 5.257.921.000,- 5.399.774.000,- - -
Kabupaten (Rp)
4 Pertumbuhan
4,74% 4,89% 3.98% - -
Ekonomi (%)
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Rencana sistem jaringan prasarana wilayah terdiri atas sistem jaringan prasarana
transportasi, sistem jaringan prasarana energi, sistem jaringan prasarana
telekomunikasi, sistem jaringan prasarana sumber daya air, sistem jaringan prasarana
lainnya, rencana sistem jaringan prasarana wilayah lainnya dapat meliputi jaringan
prasarana lingkungan, mencakup prasarana pengelolaan lingkungan yang terdiri atas
sistem jaringan persampahan, sumber air minum kota, jalur evakuasi bencana, dan
sistem jaringan prasarana kabupaten lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan
pengembangan kabupaten.
Dari uraian diatas maka rencana jaringan jalan arteri primer dengan
status jalan nasional di Kabupaten Malaka adalah :
1) ruas Jalan Webua/Kecamatan Malaka Tengah –
Motamasin/Kecamatan Kobalima Timur (P.125) sebagai penghubung
menuju Pintu Lintas Batas RI – RDTL (PLB) III Motamasin;
2) Ruas jalan yang menghubungkan Kupang – RDTL (Timor Leste)
melalui Kupang – TTS – TTU – Simpang Haliulik – Boas – Uarau –
Wemasa – Motamasin – Timor Leste sebagai ruas jalan yang
menghubungkan pintu lintas batas (PLB) Motamasin dengan RDTL.
3) Ruas jalan provinsi menjadi jalan nasional pada ruas jalan ;
Webua/Kecamatan Malaka Tengah – Besikama/Kec. Malaka Barat –
Lamea/Kec. Wewiku menuju Boking (TTS) – Kupang, sebagai
penghubung menuju ibukota provinsi NTT.
4) Ruas jalan kabupaten menjadi jalan strategis nasional pada ruas jalan
Metamauk – Fatusakar menuju Laktutus (Fatubesi Kab. Belu).
Sebagai jalan sabuk perbatasan antar negara RI – RDTL.
Ruas Jalan, Status Jalan Eksisting, dan panjang jalan Sabuk Perbatasan
Kabupaten Malaka
Total 28,00
Gambar 3.2
Terminal Pedesaan di Betun Malaka Tengah
Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,
sekurang-kurangnya berjarak 30 meter.
e) Rencana Pengembangan Prasarana Angkutan Umum
Rencana jaringan angkutan Umum di Kabupaten Malaka meliputi rencana
jaringan angkutan dalam Kota Betun dan sekitarnya. Untuk meningkatkan
layanan transportasi ke seluruh wilayah di Kabupaten Malaka dalam
memenuhi kebutuhan transportasi orang dan barang maka perlu
merencanakan kebutuhan trayek angkutan umum. Trayek angkutan umum
yang ada di kabupaten Malaka antara lain :
1. Betun – Atambua
2. Betun – Kupang
3. Betun – Wetamanuk
4. Betun – Besikama dan
5. Betun – Kapitu
2.4.2.2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi
listrik. Adapun dalam rangka menghitung kebutuhan listrik hingga akhir tahun
perencanaan 2028 digunakan beberapa asumsi sebagai berikut :
Berdasarkan hal tersebut diatas dalam rangka pemenuhan kebutuhan listrik dan
pendistribusian kebutuhan listrik perlu memperhatikan perkiraan kebutuhan
listrik yang telah dihitung, sehingga diharapkan seluruh penduduk Kabupaten
Malaka dapat menikmati kebutuhan listrik.
Tabel 3.5
Proyeksi Kebutuhan Listrik Kabupaten MalakaTahun 2015 – 2030
Kebutuhan (Watt)
No Penggunaan
2010 2015 2020 2025 2030
1 Rumah
Tangga 2172882 2574783 3051022 3615346 4284049
Kapling Besar
2 Rumah
Tangga
4512908 5347627 6336737 7508795 8897641
Kapling
Sedang
3 Rumah
Tangga 4512908 5347627 6336737 7508795 8897641
Kapling Kecil
4 Jumlah
Perumahan 11198699 13270037 15724496 18632937 22079330
5 Komersial
15% 1679805 1990506 2358674 2794941 3311900
6 Sosial 15%
1119870 13270037 1572450 1863294 2207933
7 Daya Hilang
10% 1119870 1327004 1572450 1863294 2207933
8 Cadangan
10% 1119870 1327004 15724496 1863294 2207933
9 Penerangan
Jalan 1,5% 4479480 5308015 6289798 7453175 8831732
Untuk dapat menunjang kebutuhan listrik Kabupaten Malaka dalam jangka waktu
beberapa tahun kedepan maka rencana serta arahan pengembangan sistem
jaringan prasarana energi meliputi :
f. Untuk wilayah terisolasi dan tidak layak secara ekonomis untuk dibangun
jaringan distribusi tenaga listrik, diprioritaskan untuk dibangun sistim
pembangkit tenaga listrik Hybrid; dan
Tabel 3.6
Kebutuhan saluran
No Penggunaan
2015 2020 2025 2030
Kebutuhan (Liter/hari)
Per Kebo
Cada
Jumlah Peru- Ekon kan- Indust -
Sosial -
Pnddk mahan omi tora ri cora
ngan
n n
No Thn Total
Terlaya
15
ni 120 60% 35% 10% 2% 5%
%
(Jiwa)
Dengan melihat proyeksi kebutuhan air bersih maka arahan pengembangan sumber daya
air bersih kabupaten Malaka antara lain :
Peningkatan kapasitas debit air melalui pemeliharaan sumber mata air, daerah
tangkapan air serta sistem jaringan sungai.
Pelestarian mata air yang terdapat pada masing - masing kecamatan.
Harus dapat memenuhi persyaratan kualitas sebagai air minum, baik secara
fisik, kimia dan biologis serta cukup secara kuantitas untuk memenuhi segala
kebutuhan yang diperlukan terutama pada jam puncak. Secara kualitas
penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan fisik, kimiawi dan
biologis, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak mengandung zat-zat kimia
dalam jumlah berlebih serta tidak mengandung bakteri yang dapat
membahayakan kesehatan. Secara kuantitatif, kapasitas sumber air harus
dapat menjamin kontinuitas suplai air dan cadangan yang cukup terutama
pada jam puncak dan hari maksimum serta cadangan air bagi kebutuhan
pemadam kebakaran dan keperluan khusus lainnya.
(KLHS) sebagai konsep dasar dalam pengelolaan sampah. Sampai saat ini
pengelolaan sampah di Kabupaten Malaka masih belum optimal pengelolaan
sampah yang terdapat lokasi TPA dan TPS untuk wilayah Kabupaten Malaka dan
penyediaan sampah komunal di kawasan permukiman yang masih minim.
Limbah rumah tangga adalah seluruh limbah, baik berbentuk cair, gas akibat
pembakaran maupun padat, akibat aktivitas sehari-hari dalam kehidupan rumah
tangga. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
173/Menkes/Per/VIII/77 Bab I pasal 1 butir j, menyebutkan bahwa buangan
rumah tangga adalah buangan yang berasal bukan dari industri, melainkan
berasal dari rumah tangga, kantor, hotel, restaurant, tempat ibadah, tempat
hiburan, pasar dan pertokoan serta rumah sakit.
Berdasarkan sumbernya, air limbah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu limbah
domestik dan limbah non domestik/industri. Air limbah domestik adalah air
limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga maupun kegiatan sosial lainnya,
sedangkan limbah non domestik merupakan air buangan yang dihasilkan dari
proses produksi pada kegiatan industri.
Air limbah yang termasuk dalam golongan limbah domestik meliputi air limbah
bekas mencuci, mandi, kegiatan dapur dan kakus (WC). Untuk limbah WC
umumnya sebagian besar masyarakat sudah memiliki sarana sanitasi berupa WC
pribadi (rumah tangga). Untuk limbah rumah tangga lainnya berupa air buangan
bekas cuci, mandi dan dapur umumnya pembuangan dilakukan dengan dua pola.
Pertama dengan menggunakan saluran rumah/selokan dan dialirkan ke saluran
drainase tepi jalan, yang kedua dengan langsung membuang ke pekarangan
rumah. Keadaan ini kurang baik bagi kesehatan lingkungan, karena air tersebut
menimbulkan genangan yang menimbulkan bau dan merusak pemandangan.
Selain itu juga sangat potensial bagi penyebaran penyakit, karena menjadi tempat
bersarangnya nyamuk, lalat dan tikus.
Berdasarkan kondisi eksisting yang ada, terlihat bahwa sebagian besar rumah
tangga yang ada di kabupaten Malaka belum mempunyai saluran pembuangan air
limbah. Kondisi tersebut mempunyai potensi untuk mencemari lingkungan di
wilayah permukiman yang bersangkutan.
3. Pola Ruang
Pola ruang wilayah merupakan bentuk hubungan antar berbagai aspek sumberdaya manusia,
sumberdaya alam, sumberdaya buatan, sosial-budaya, ekonomi, teknologi, informasi, administrasi,
pertahanan keamanan, fungsi lindung, budidaya dan estetika lingkungan, dimensi ruang dan waktu
yang dalam kesatuan secara utuh menyeluruh serta berkualitas membentuk tata ruang.
Pola pemanfaatan ruang diwilayah Kabupaten Malaka meliputi rencana pola ruang kawasan
lindung dan budidaya.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam
wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pola ruang dan luasan dari rencana pola ruang wilayah
kabupaten Malaka dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Rencana Pola Ruang Kabupaten Malaka
Kawasan Lindung
Dari Tabel 4.1 diatas diketahui luas wilayah kabupaten Malaka adalah 111.956,77 ha, dari luas total
tersebut dibagi menjadi 2 (dua) pola ruang yaitu pola ruang untuk kawasan lindung dan pola ruang
untuk kawasan budidaya, untuk lebih jelas dapat dilihat pada sub bab berikutnya.
Rencana pola ruang kawasan lindung mencakup kawasan hutan lindung, kawasan yang
memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat,
kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam,
kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya.
Sesuai dengan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung menetapkan
bahwa kawasan lindung hanya boleh dibangun prasarana dengan kapasitas dua persen dari luas
lahan. Untuk menjamin kelestarian lingkungan dan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya alam
maka perlu dimantapkan bagian-bagian wilayah yang akan atau tetap memiliki fungsi
lindung.Adapun luas kawasan lindung di Kabupaten Malaka 23.236,23 ha atau sekitar 20,75 %
dari luas total Kawasan Kabupaten Malaka, untuk lebih jelasnya mengenai kawasan lindung yang
ada di Kabupaten Malaka dapat di lihat pada Tabel berikut.
Tabel 4.2
Kawasan Lindung
1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi
nilai skor 175 atau;
2. Kawasan hutan yang mempunyai tingkat kelerengan 40% atau lebih; dan atau ;
3. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 1000-2000 meter/dpl
(pasal 55 ayat 1 PP26/2008).
Kawasan hutan lindung yang direncanakan di Kabupaten Malaka berdasarkan ketetapan SK Mentri
No. 423 tanggal 15 Juni 1999 yang terdapat di Kabupaten Malaka seluas 14.995,95 ha, dan tersebar
di beberapa kecamatan, kawasan hutan lindung itu antara lain Selie, Lakaan, Fatukasar, Bifem nesi
son Mahole, Oenunu, Sm Kateri, dan Ca Maubesy. Penjabaran luasan kawasan hutan lindung
Kabupaten Malaka dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.3
Sumber : Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Pertikanan Kabupaten Malaka, 2014
Berdasarkan kondisi saat ini pengelolaan dan pengembangan kawasan hutan lindung sebagai
berikut :
Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres No.32/1990 melalui pemetaan,
pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya.
Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam kawasan hutan lindung.
Pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan dengan
reboisasi.
Pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar tidak mengganggu
fungsi lindung.
resapan air yang dimaksud adalah kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi (pada
kawasan budidaya). Adapun kriteria kawasan resapan air sebagai berikut :
tepi kiri kanan sungai kecil (lebar < 10 m) dan selebar 10 meter untuk sungai yang melewati
pemukiman, sungai yang melewati pemukiman ini dapat dilakukan dengan membuat jalan inspeksi
selebar 10 meter.
Sumber mata air di Kabupaten Malaka, umumnya tersebar merata di setiap kecamatan yang ada di
Kabupaten Malaka.
A. Suaka Margasatwa
Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan yang
merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dengan
keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi dan cukup
Gambar 4.3.
luas. Kawasan suaka margasatwa ini memiliki kriteria
Suaka Margasatwa Kateri di Kecamatan
sebagai berikut: Malaka Tengah
1. Merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan
upaya konservasinya;
2. Memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi;
3. Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu; atau
4. Memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.
Kawasan suaka margasatwa yang berada di Kabupaten Malaka adalah SuakaMargasatwa Kateri
seluas 4.669,32 Ha, yang terletak di Wilayah Kecamatan Malaka Tengah, dan Botin Leobelea.Suaka
margasatwa Kateri terdiri dari jenis flora yang tumbuh berupa jati (tectona grandis), kesambi
(schleisera oleosa), gewang (corypha), asam (tamarindus indica), pulai (alstonia sp), kapok
(gossampinus malabarica), kedondong hutan (lamea grandus), dan bambu (bambusa sp), sedangkan
jenis faunanya yaitu rusa timor (cervus timorensis), kus-kus (phalnger orientalis), ulung-ulung/
elang laut perut putih (haliaeetus leucogaster), burung hantu (tarsius sp), elang (elanus sp), alap-
alap (falco mollucensis), tekukur (streptopelia chinensis) dan biawak timor (varanus timorensis).
Pada kawasan ini rencana pengelolaannya harus terus diupayakan untuk pelestarian, perlindungan
hutan, serta mempertahankan sebagai kawasan wisata alam dan perlindungan satwa.
B. Cagar Alam
Kawasan cagar alam yaitu kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan,
satwa dan tipe ekosistem, mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusun,
mempunyai kondisi alam baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum
terganggu manusia, mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif
dengan daerah penyangga yang cukup luas, mempunyai ciri khasdan dapat merupakan satu-
satunya contoh disuatu daerah, serta keberadaanya memerlukan upaya konservasi.
Pada prinsipnya kawasan cagar alam ini merupakan kawasan lindung yang ditetapkan fungsinya
untuk menjaga kelestarian alam terutama satwa langka dan dilindungi. Dari adanya prinsip
tersebut maka didapat kriteria sebagai berikut adalah:
Rencana pengelolaan kawasan cagar alam antara lain Cagar Alam Maubesi di Kecamatan
Kobalima
dilakukan dengan :
1. Kondisi cagar alam ini dalam kondisi baik, namun tetap diperlukan pengawasan dan
pemantauan secara berkelanjutan agar tidak terjadi kerusakan terhadap ekosistemnya
khususnya konversi lahan mejadi tambak oleh masyarakat;
2. Untuk menghindari kerusakan, maka perlu dipertahankan hutan hujan tropis yang lengkap
vegetasinya dari perdu hingga kanopi;
3. Pengembangan fungsi tambahan, yaitu sebagai obyek wisata pariwisata penelitian, out bond
dan sebagainya. Dengan tidak mengurangi fungsi perlindungan;
4. Apabila terdapat alih fungsi lindung, maka harus dikembalikan ke fungsi semula sebagai
perlindungan bawahannya;
5. Program pengelolaan, hutan kemasyarakatan dengan konsep berkelanjutan dan konsep desa
hutan;
6. Melestarikan ekosistem yang masih berkembang, antara lain:
a. Vegetasi hutan dengan pepohonan didominasi jenis bakau (rhizophora sp), api-api
(avicenia sp), nyiri (xylocarpus granatum), kesambi (schleisera oleosa), gewang (corypha
gebanga), lontar (borrasus flabelifer), butak (excoelcasia sp), dan ketapang (terminalia
catappa).
b. Satwa liar yang terdapat di kawasan Cagar Alam ini terdiri biawak timor (varanus
timorensis), monyet (macacairus), buaya (crocodylus porosus), kalong (pterropus
vamppyrus), burung pelican (pelicanus roseus), elang laut perut putih (haliaetus
leucogaster), raja udang (alcedo athis), dara laut (sterna sp), bangau hitam (ciconia
episcopus), kuntul/bangau putih (egretta sp), gagak (corvus sp), burung hantu (tarsius sp).
7. Rencana yang diterapkan adalah membatasi merambahnya kawasan budidaya;
8. Program pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan tujuan memberikan pemahaman
tentang pentingnya hutan selain mempunyai fungsi ekologis juga secara tidak langsung
memiliki nilai ekonomis.
Gambar 4.5.
Buku Putih
HutanSanitasi
Bakau di(BPS) Kabupaten Malaka.
Kecamatan
Kobalima
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015
lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan
terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.
Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Malaka direncanakan di bagian pantai selatan yang
memiliki hutan bakau yang terdapat di kecamatan Malaka Tengah seluas 3.125 Ha, Kecamatan
Kobalima seluas 3.246 Ha, Kecamatan Malaka Barat dan Wewiku seluas 2.042,3 Ha.
Pengelolaan untuk kawasan pantai berhutan bakau (mangrove) dilakukan dengan cara:
a. Melestarikan keberadaan hutan bakau untuk mencegah terjadinya kerusakan ekosistem;
b. Melakukan penanaman bibit bakau;
c. Mengurangi alih fungsi lahan baik untuk kawasan budidaya tambak maupun permukiman;
d. Melarang penebangan hutan oleh penduduk;
e. Mengurangi pembuangan limbah industri yang dapat merusak wilayah pesisir;
f. Pengembangan fungsi tambahan, yaitu sebagai obyek wisata pariwisata penelitian, out bond
dan sebagainya. Dengan tidak mengurangi fungsi perlindungan.
Di tempat-tempat ini terdapat banyak megalitik yang mempunyai keunikan yang cukup menarik
dan menakjubkan serta peninggalan leluhur yang mempunyai kekuatan gaib tersendiri :
Pada kawasan cagar budaya diperlukan pembatasan penggunaan lahan yang lainnya, sehingga
diharapkan upaya pelestarian kawasan cagar budaya dapat diterapkan. Rencana pengelolaan
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi :
a. Pada kawasan sekitar cagar budaya harus di konservasi untuk kelestarian dan keserasian
benda cagar budaya, berupa pembatasan pembangunan, pembatasan ketinggian, dan
menjadikan benda cagar budaya tetap terlihat dari berbagai sudut pandang;
b. Cagar budaya juga memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan, sehingga diperlukan
pengembangan jalur wisata yang menjadikan lokasi benda cagar budaya sebagai salah satu
obyek wisata yang menarik dan menjadi salah satu tujuan atau obyek penelitian benda
purbakala dan tujuan pendidikan dasar-menengah;
c. Benda cagar budaya berupa bangunan yang fungsional, seperti: perumahan dan berbagai
bangunan peninggalan Belanda harus di konservasi dan direhabilitasi untuk bangunan yang
sudah mulai rusak; serta
d. Penerapan sistem insentif bagi bangunan yang dilestarikan dan pemberlakuan sistem
disinsentif bagi bangunan yang mengalami perubahan fungsi.
e. Penetapan kawasan yang dilestarikan baik di perkotaan maupun perdesaan disekitar benda
cagar budaya. Juga menjadikan benda cagar budaya sebagai orientasi bagi pedoman
pembangunan pada kawasan sekitarnya.
B. KawasanRawan Banjir
Kawasan rawan banjir ditetapkan dengan kriteria kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau
berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Wilayah Kabupaten Malaka yang rawan banjir
meliputi Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Kobalima, Kecamatan Weliman, Kecamatan Wewiku
dan Kecamatan Malaka Tengah.
a. Pelestarian dan pengelolaan Salah Satu Kawasan Banjir di Kecamatan Malaka Barat dan Kondisi
Tanggul yang Sudah Jebol
Daerah Aliran Sungai secara lintas wilayah;
b. Pembuatan tanggul pada kawasan Daerah Aliran Sungai dengan prioritas pada kawasan
dataran dan rawan banjir;
c. Mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan kawasan resapan air; serta
d. Melakukan koordinasi dalam hal pengelolaan dan pengembangan drainase dengan wilayah
lain.
3). Membuat saluran pembuangan yang terkoneksi dengan baik pada jaringan primer, sekunder
maupun tersier, serta tidak menyatukan fungsi irigasi untuk drainase.
Untuk lebih jelasnya kawasan rawan longsor, dan rawan banjir di Kabupaten Malaka dapat dilihat
pada Peta 4.2 dan Peta 4.3 berikut.
rawan terhadap abrasi pantai ini yaitu di pantai selatan yaitu di Kecamatan Kobalima, Malaka
Tengah, Malaka Barat, Kobalima Timur dan Wewiku. Adapun salah satu cara untuk mencegah
terjadinya abrasi pantai adalah dengan penanaman kembali hutan mangrove yang telah rusak.
Berdasarkan Permen PU Nomor 16 tahun 2009 tentang penyusunan RTRW Kabupaten disebutkan
bahwa rencana pengembangan kawasan budidaya terdiri atas :
a) kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: hutan
produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi yang dapat dikonversi;
b) kawasan hutan rakyat;
c) kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: pertanian
lahan basah, pertanian lahan kering, dan hortikultura;
d) kawasan peruntukan perkebunan, yang dirinci berdasarkan jenis komoditas
perkebunan yang ada di wilayah kabupaten;
e) kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan:
perikanan tangkap, budi da ya perikanan, dan pengolahan ikan;
f) kawasan peruntukan pertambangan, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: mineral
dan batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi, serta air tanah di kawasan pertambangan;
g) kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi kawasan: peruntukan industri
besar, industri sedang, dan industri rumah tangga;
h) kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: pariwisata
budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan;
i) kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan:
permukiman perkotaan dan peruntukan permukiman perdesaan. sebagai kawasan budi
daya maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing -
masing permukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di pegunungan,
dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya; dan
j) kawasan peruntukan lainnya.
Yang dimaksud dengan kawasan budidaya itu sendiri adalah kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan. Adapun luas kawasan budidaya di Kabupaten Malaka adalah 92.302,64 ha
atau sekitar 80.95 % dari luas kawasan Kabupaten Malaka. Untuk lebih jelas mengenai luasan
kawasan budidaya dapat di lihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.4
Kawasan Budidaya
Kawasan Budidayaperuntukan hutan di Kabupaten Malaka terdiri atas: kawasan peruntukan hutan
produksi; kawasan peruntukan hutan produksi konversi; kawasan peruntukan hutan produksi
terbatas; dan kawasan peruntukan hutan rakyat.
Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor
kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor 125 (seratus dua puluh
lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh empat). Kawasan peruntukan hutan produksi tetap
ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan
dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat). Kawasan peruntukan hutan
produksi yang dapat dikonversi ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis
tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat);
dan/ataumerupakan kawasan yang apabila dikonversi mampu mempertahankan daya dukung dan
daya tampung lingkungan.
Kriteria teknis kawasan peruntukan hutan produksi terbatas, kawasan peruntukan hutan produksi
tetap, dan kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi ditetapkan oleh menteri,
yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kehutanan. Sedangkan Kawasan peruntukan hutan
rakyat ditetapkan dengan kriteria: kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada
tanah yang dibebani hak milik. Kriteria teknis kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan oleh
menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kehutanan.
b. Beberapa hutan produksi yang ada ternyata menunjukkan adanya tingkat kerapatan tegakan
tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan percepatan reboisasi;
c. Pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan
kesempatan kerja yang lebih banyak;
d. Pengelolaan kawasan hutan produksi dengan pengembangan kegiatan tumpang ari atau
budidaya sejenis dengan tidak mengganggu tanaman pokok.
e. Peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan hutan kerakyatan;
f. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan
lainnya;
g. Pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis hutan sehingga memungkinkan untuk
diambil hasil non kayu, seperti buah dan getah;
h. Peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem tebang pilih, tebang gilir dan rotasi
tanaman yang mendukung keseimbangan alam; serta
i. Mengarahkan kawasan hutan produksi yang ada di kawasan perkotaan untuk membentuk
hutan kota.
4.2.2 Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan pertanian merupakan kawasan yang diperuntukan bagi tanaman pangan dan tanaman
holtikultura. Kawasan peruntukan pertanian ini ditetapkan dengan kriteria:
Luasan kawasan pertanian lahan basah (tanaman pangan) Kabupaten Malaka adalah13.968 ha atau
sekitar 15,13 % dari luas kawasan budidaya di Kabupaten Malaka,dimana terletak di Daerah Irigasi
Malaka, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Weliman. Selain lahan
pertanian lahan basah yang telah ada, direncanakan pula kawasan pertanian lahan basah di sekitar
daearah irigasi malaka seluas 10.000 Ha yang terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Malaka Tengah,
dan Kobalima.
Kawasan pertanian lahan kering yang ada di Kabupaten Malaka memiliki luasan 25.481,23 ha, atau
sekitar 27,61 % dari luas total kawasan budidya di Kabupaten Malaka, Daerah lahan kering/tegalan
diarahkan di seluruh kecamatan dekat dengan permukiman penduduk dan pada lereng permukaan
lahan yang relatif landai.Areal tanam padi ladang ini jugaterdapat di beberapa kecamatan yaitu:
Malaka Barat, Malaka Tengah, dan Kobalima. Untuk jagung baboto terdapat di Kecamatan Malaka
Timur.
Kawasan hortikultura yang ada di Kabupaten Malaka terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayur-
sayuran. Adapun perinciannya dapat dilihat di bawah ini:
Buah-buahan:
Advokat terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Malaka Tengah, Sasita Mean,
Malaka Timur, Laenmanen, dan Kobalima.
Belimbing terdapat di Kecamatan Kobalima.
Jeruk Besar terdapat di Kecamatan Rinhat, Wewiku, Weliman, Sasita Mean, Malaka
Timur, Laenmanen, dan Kobalima.
Jambu Biji terdapat di seluruh wilayah di Kabupaten Malaka.
Jambu Air terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Weliman, dan Malaka Tengah.
Mangga harummanis terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku,
Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, dan Kobalima.
Nangka/Cempedak terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Weliman, Malaka
Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Kobalima.
Pepaya terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka
Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, dan Kobalima.
Nenas terdapat di Kecamatan Rinhat, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean,
Malaka Timur, dan Kobalima.
Pisang terdapat di kawasan Malaka seluruhnya.
Salak terdapat di seluruh Kabupaten Malaka terutama di daerah irigasi, Kecamatan
Rinhat, Sasita Mean, Io Kufeu, dan Botin Leo Bele.
Sawo terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Malaka.
Markisa/Konyal terdapat di seluruh Kabupaten Malaka.
Sirsak terdapat di Kecamatan Malaka Barat,Rinhat, Weliman, Malaka Timur, dan
Kobalima.
Sukun terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Malaka.
Sayur-sayuran:
Bawang Merah terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Malaka Tengah, Sasita Mean,
Malaka Timur, dan Kobalima.
Bawang Putih terdapat di Kecamatan Malaka Tengah, Malaka Timur, dan Kobalima.
Kubis terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten Malaka.
Petsai/Sawi terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten
Malaka.
Wortel terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten Malaka.
Kacang Panjang terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten
Malaka.
Cabe Besar terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten
Malaka.
1. Pengembangan sistem agropolitan yang terletak pada kawasan agropolitan malaka dan
pengembangan kawasan perdesaan khususnya pada pusat sentra produksi pertanian,
diarahkan di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Weliman,
Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Rinhat.
2. Pengembang
Gambar 4.8
an sektor
Kawasan Pertanian di Kecamatan Malaka Tengah
pertanian untuk kegiatan
agribisnis, agrowisata dan industri pengolahan hasil pertanian menjadi makanan dan
sejenisnya;
3. Pengembangan komoditas unggulan.
Rencana pengelolaan kawasan holtikutura di Kabupaten Malaka adalah sebagai berikut:
a). Mengutamakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan memiliki kemampuan
pemasaran yang luas terutama eksport;
b). Kawasan ini sebaiknya tidak diadakan alih fungsi lahan kecuali untuk kegiatan pertanian
dengan catatan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memiliki kemampuan penyerapan
tenaga kerja yang lebih luas;
c). Beberapa bagian kawasan hortikultura khususnya sayuran terletak pada ketinggian diatas
1.000 meter dpl, dan banyak memiliki kelerengan > 40%. Kawasan ini harus dilakukan
peningkatan konservasi lahan dengan mengolah secara teknis dan vegetatif; serta
d). Kawasan holtikultura buah-buahan harus dikembangkan dengan memperhatikan nilai
ekonomi yang tinggi.
Rencana pengelolaan kawasan pertanian secara keseluruhan yang ada di Kabupaten Malaka
meliputi :
1). Sawah beririgasi teknis harus dipertahankan luasannya. Perubahan fungsi sawah ini hanya
diijinkan pada kawasan perkotaan dengan perubahan maksimum 50 % dan dilakukan
perubahan atau alih fungsi harus sudah dilakukan peningkatan fungsi irigasi setengah teknis
atau sederhana menjadi teknis dua kali luas sawah yang akan dialihfungsikan dalam
pelayanan daerah irigasi yang sama. Pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan
hanya pada sepanjang jalan utama (arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran perubahan
maksimum 20 % dari luasan sawah yang ada, dan harus dilakukan peningkatan irigasi
setengah teknis atau sederhana menjadi irigasi teknis, setidaknya dua kali luasan area yang
akan diubah dalam pelayanan daerah irigasi yang sama.
2). Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan
abadi maka tidak boleh dilakukan alih fungsi.
3). Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan peningkatan
menjadi sawah beririgasi teknis;
4). Pencetakan sawah baru yang disertai perbaikan saluran pada wilayah-wilayah yang rawan
kekeringan;
5). Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan
produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan agrowisata;
6). Kawasan pertanian lahan kering secara spesifik dikembangkan dengan memberikan tanaman
tahunan yang produktif, dan kawasan ini merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan
untuk kawasan terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan Rencana Detail Tata
Ruang;
7). Penggunaan dan pengolahan kawasan holtikultura diarahkan untuk memanfaatkan lahan
sesuai kaidah-kaidah lingkungan.
4.2.2.3 Kawasan Peruntukan Perkebunan
Kawasan perkebunan disini merupakan bagian dari
kawasan pertanian lahan kering yang mana pada kawasan
perkebunan ini memiliki pengertian kawasan yang
diperuntukkan bagi tanaman tahunan atau perkebunan
yang menghasilkan baik bahan pangan maupun bahan baku
indistri.
bersangkutan.Kawasan perkebunan yang terdapat di Kabupaten Malaka seluas 28.455,67 ha, atau
sekitar 30,83 % dari luas kawasan budidya di Kabupaten Malaka.
Kawasan perkebunan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Malaka adalah komoditi kapuk,
kemiri, kelapa, kopi, jambu mente, kakao, pinang, dan tembakau. Dengan rincian sebagai berikut:
Selain itu h atau yg dihibahkan oleh perseorangan yang diperuntukkan bagi penggembalaan
ternak masyarakat skala kecil sehingga ternak dapat leluasa berkembang biak adalah sebagai
berikut:
Kawasan usaha peternakan Kapitan Meo(310 ha) dan peternakan Tinu manu (500 ha)berada
di Kecamatan Laenmanen;
Kawasan usaha peternakan Umaloo Rai Kletuk di kecamatan Sasitamean dan Io Kufeu (750
ha) ;
Kawasan usaha peternakan Wekakoli berada di kecamatan Malaka Tengah dan Weliman
(1500 ha) ;
Kawasan usaha peternakan Naetasik di kecamatan Rinhat (500 ha) ; dan
Kawasan usaha peternakan Laloren berada di Kecamatan Kobalima, dan Malaka Timur
(1000 ha).
Dengan adanya kawasan - kawasan penggembalaan umum maka ternak dapat berkembang biak
dan diharapkan dapat ningkatkan pendapatan petani ternak dan pemerataan kesempatan kerja.
Untuk memelihara kelestarian dan produktifitas ternak telah tersedia Pusat Pelayanan
Sedangkan untuk sentra pemotongan ternak yang dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan
(RPH) terdapat di Betun kecamatan Malaka Tengah, dan ada di Tempat Pemotongan Hewan (TPH)
di kecamatan Laemanen, Weliman, dan Wewiku.
Kawasan perikanan tangkap di laut diarahkan pada wilayah perairan laut di sepanjang pesisir
pantai (panjang garis pantai 82,94 km ). meliputi Kecamatan Wewiku, Malaka Barat, Malaka
Tengah, Kobalima dan Kobalima Timur,Jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan antara lain
tuna,Cakalang, Tongkol, Tenggiri, Alu-Alu, Gergahing, Kakap Merah, Kakap Putih, Kerapu Lumpur,
Kerapu Karang, Kerapu Balong, Kerapu Sunu, Kerapu Bebek, Cendro, Tetengkek, Kembung,
Terbang, Belanak, Tembang, Tembang Kobi, Tembang Kaleng, Julung-Julung (Nipi), Golok-Golok,
Terubuk, Lemuru, Lemadang, Lencam, Biji Nangka, Kurisi, Swanggi, Serinding Tembakau, Layang,
Kwee, Talang-Talang, Pinjalo, Jenaka, Bentong, Gerot-Gerot, Selanget, Baronang, Selar, Teri,
Paperek, Pari, Manyung, Merah Bambangan, Kakap/Baramundi Bream, Ekor Kuning, Cucut,
Layar,Parang-Parang, Madidihang.
Kawasan perikanan budidaya tambak diarahkan di Kecamatan Wewiku luas areal 393 ha.
Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah 1300 ha, dan Kecamatan Kobalima 745 ha.
Adapun jenis ikan yang dibudidayakan adalah Ikan Bandeng.
Kawasan perikanan budidaya air laut diarahkan pada wilayah perairan laut di kawasan sepanjang
garis pantai meliputi Kecamatan Wewiku, Malaka Barat, Kecamatan Kobalima dan Kobalima Timur
Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Tengah.
budidaya tambak 393 ha dan garis dan panjangpantai 82,94 km), Kecamatan Malaka Tengah
(areal budidaya tambak 1300 ha), dan Kecamatan Kobalima (areal budidaya tambak 745 ha).
c. Pembangunan PPI sebagai sarana pendukung operasi perikanan tangkap, pembinaan oleh
Pemerintah, pengumpulan data statistik perikanan dan menjamin harga jual produk
perikanan tangkap melalui pelayanan TPI.
d. Mengembangkan teknologi perikanan tangkap dan rehabilitasi ekosistem perairan melalui
pembangunan rumpon dangkal / terumbu karang buatan, pembangunan tambatan perahu
dan tempat perlindungan ikan serta memberikan informasi lokasi potensi ikan yang potensial
/ lintasan migrasi ikan.
e. Meningkatkan pendapatan petani khususnya saat ikan melimpah, melalui pembangunan
Pasar Ikan Higienis, TPI dan timbangan kompas.
f. Meningkatkan produksi hasil penangkapan ikan nelayan, melalui modifikasi alat tangkap
ikan.
g. Mempermudah koordinasi dalam memanfaatkan hasil laut, melalui Sarana Kelembagaan
Sektor Perikanan.
h. Mengendalikan dan mengatur pemanfaatan potensi sumber daya perikanan agar lebih sesuai
dengan kaidah pemanfaatan sumber daya perikanan yang berkelanjutan (sustainable
fisheries/MSY) serta prinsip keadilan melalui pengaturan jalur penangkapan ikan,
pengendalian jumlah kapal, ukuran kapal, alat tangkap yang dipergunakan dan kuota jumlah
tangkapan yang diperbolehkan.
i. Melindungi kawasan konservasi seperti kawasan hutan bakau yang merupakan tempat
pemijahan ikan
4.2.3 Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kawasan
pertambangan yang secara ekonomis mempunyai potensi bahan tambang, mencakup bahan
tambang mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi, air tanah di kawasan
pertambangan. Pada dasarnya penambangan adalah proses pemanfaatan sumber daya alam untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Semakin besar eksploitasi sumber daya alam akan semakin
besar pula gangguan terhadap keseimbangan lingkungan dengan demikian kemungkinan
terjadinya degradasi semakin besar pula, metoda penambangan akan mempengaruhi besar
kecilnya perubahan terhadap bentang alam.Kawasan peruntukan pertambangan ditetapkan dengan
kriteria:
a. Memiliki sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan
peta/data geologi;
b. Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan kegiatan
pertambangan secara berkelanjutan; dan/atau
c. Merupakan bagian proses upaya merubah kekuatan ekonomi potensial menjadi
kekuatan ekonomi riil.
Kawasan pertambangan meliputi peruntukan mineral dan batu bara, peruntukkan minyak dan gas
bumi, peruntukkan panas bumi, dan peruntukkan air tanah di kawasan pertambangan.
Dikabupaten Malaka Jenis bahan tambang yang ada adalah Peruntukkan Mineral Sesuai dengan UU
No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, usaha pertambangan Mineral
adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak
dan gas bumi, serta air tanah.
Batu gamping di Kecamatan Malaka Timur dan Malaka Tengah, Sasitamean, dan
Laen Manen,
Batu setengah permata tersebar di sepanjang sungai di Kabupaten Malaka.
Kawasan Permukiman Perkotaan adalah kawasan yang dominasi kegiatannya difungsikan untuk
kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada
wilayah sekitarnya.
Untuk Kabupaten Malaka yang termasuk dalam kawasan permukiman perkotaan yang terdpat di
kabupaten Malaka adalah pemukiman yang berada di ibukota kecamatan terutama pada lingkup
wilayah kecamatan. Kawasan ini secara rinci dijabarkan dalam RDTRK masing-masing kecamatan,
sesuai dengan peraturan Daerah mengenai batas wilayah Kecamatan dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri no. 2 Tahun 1987 tentang rencana tata ruang wilayah. Dengan demikian ketentuan
luas masing-masing Kecamatan akan berbeda-beda tergantung pada kondisi geografi wilayah yang
bersangkutan.Rencana pengelolaan kawasan permukiman antara lain meliputi:
1. Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat menjadikan sebagai tempat
hunian yang aman, nyaman dan produktif, serta didukung oleh sarana dan prasarana
permukiman;
2. Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman sesuai
hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;
3. Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan
memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis
kegiatan usaha;
4. Permukiman perdesaan yang berlokasi di pedesaan daerah perdesaan pengunungan
dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai pengolahan hasil.
Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis Pengelolaannya adalah
pertanian tanaman pangan dan perikanan darat, serta pengolahan hasil
5. Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh
sarana dan prasarana permukiman yang memadai;
6. Penyediaan permukiman selain disediakan oleh pengembang (Developper) dan masyarakat,
juga diarahkan pada penyediaan Kasiba/Lisiba berdiri sendiri, perbaikan kualitas permukiman
dan Pengelolaan perumahan secara vertikal;
7. Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan
antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau;
8. Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan
kecamatan; serta
Berdasarkan analisa menurut kepadatan Bruto per kecamatan, maka Pengelolaan kawasan
permukiman direkomendasikan sebagai berikut :
Kawasan Industri dikembangkan berdasarkan ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, permintaan
pasar, ketersediaan bahan baku, infrastruktur dan perkembangan wilayah. Pengelolaan kawasan
industri sangat diperlukan untuk mendorong pertumbuhan industri, menciptakan iklim yang
kondusif dan memberikan status hukum yang jelas serta jaminan keberlangsungan usaha
berkenaan dengan lokasi yang ditempati. Kawasan industri yang terdapat di Kabupaten Malaka
adalah kawasan peruntukkan industri rumah tangga (industri kecil). Kegiatan industri Kabupaten
Malaka yang terdiri dari aneka industri kecil menunjukkan tingkat perkembangan yang positif dari
tahun ke tahun, baik dalam jumlah industri maupun tenaga kerja. Perkembangan kelompok
industri maupun peluang usaha yang dapat dikembangkan di Kabupaten Malaka adalah:
Industri Aneka:
Jenis industri kecil pada kelompok industri aneka yang menonjol adalah: industri tenun,
anyaman lontar, anyaman tali gewang, anyaman lidi kelapa, anyaman dari tali sisal, industri
kapok, alat musik tradisional, serta industri pakaian jadi dari tekstil. Industri-industri tersebut
terdapat di hampir seluruh kecamatan.
Nampaknya yang menjadi andalan pada sektor industri di kabupaten Malaka adalah industri rumah
tangga, dimana sub-sektor ini memegang peranan yang cukup penting bagi pemasukan pendapatan
daerah. Industri rumah tangga yang dimaksudkan diatas meliputi antara lain : tenun ikat, anyam-
anyaman, industri tahu/tempe, dan lain-lain. Walau hanya berstatus industri rumah tangga, tetapi
sudah terpasarkan keluar daerah seperti tenun ikan dan anyam-anyaman.
1. Penetapan Kawasan Strategis Industri dan perdagangan Antar Negara RI – RDTL adalah
Kawasan yang merupakan pintu perbatasan RI – RDTL yaitu kawasan Pengembangan
Kecamatan Kobalima Timur;
2. Pengelolaan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan UKM; dan
3. Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan kemudahan dalam berinvestasi.
4. peningkatan infrastruktur untuk menunjang perkembangan kawasan industri
5. Pembuatan buffer zone sebagai filter polusi sehingga keberlanjutan lingkungan dapat terjaga
6. Penerapan konsep reuse, recycle, reduce, dan replace dalam pengolahan limbah industri
4.2.6 Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan pariwisata yang terdapat di Kabupaten Malaka meliputi peruntukan pariwisata
budaya,pariwisata alam dan pariwisata buatan.
Tabel 4.4
Secara garis besar permasalahan pariwisata yang ada di Kabupaten Malaka adalah belum
optimalnya destimasin Malaka dikenalnya objek-objek wisata yang potensial. Objek-objek tersebut
tersebar di Kecamatan-kecamtan yang disebut di atas, masih terbatasnya penunjang pariwisata,
Sarana dan prasarana pada masing-masing objek juga perlu ditingkatkan.
a. Branding
Branding yang dimaksudkan adalah keterkenalan sebuah objek wisata pada daerah tertentu.
Dalam hal ini wisata yang terkenal di Kabupaten Malaka adalah Masin Lulik. . Dengan adanya
objek wisata yang sudah terkenal tersebut sebagai daya tarik utama para wisatawan. Setelah
itu dapat diperkenalkan objek-objek wisata lain yang potensial yang berada tidak jauh dari
objek wisata tersebut.
b. Differentiation
Yang dimaksud dengan differentiation adalah keunikan tertentu sebuah objek wisata yang
membedakan dengan objek wisata lainnya.
Keunikan tersebut dapat berupa potensi alam, seni budaya atau berupa peninggalan benda
bersejarah.
c. Intangible Asset
Sebuah objek wisata yang memiliki potensi khusus yang secara kasat mata tidak terlihat,
maka objek wisata tersebut dapat dikatakan memiliki Intangible Asset.
Sebuah objek wisata yang memiliki Intangible Asset sangat berpotensi untuk dikembangkan
walaupun secara fisik tidak menonjol.
d. Positioning
Positioning yang dimaksud adalah letak atau posisi sebuah objek wisata terhadap objek-objek
wisata lainnya. Dalam hal ini letak-letak dari objek wisata yang saling berdekatan dapat
dikelompokkan (aglomerasi) sebagai sebuah zona wisata.
Selain itu, arahan pengelolaan pariwisata di Kabupaten Malaka, diperlukan upaya-upaya sebagai
berikut :
a. Pembenahan dan peningkatan kondisi objek wisata maupun pada sistem jaringan jalan yang
menuju ke objek wisata. Disamping juga utilitas yang menunjang objek wisata tersebut.
b. Penetapan kawasan wisata bahari Pantai Selatan meliputi pantai di Kecamatan Wewiku,
Kecamatan Malaka Barat dan Kobalima;
c. Pengelolaan usaha pemasaran pariwisata pada masyarakat luas, baik berupa periklanan di
media masa, bekerjasama dengan sekolah-sekolah, maupun kerjasama dengan para
pengusaha biro perjalanan dengan menawarkan rute-rute wisata terutama pada objek wisata
prioritas.
d. Membuka peluang kerjasama dalam hal pengelolaan objek-objek wisata prioritas.
e. Pengembangan wisata bahari melalui paket wisata
f. Pengelolaan fasilitas wisata pada objek-objek wisata prioritas
g. Pengelolaan sistem transportasi yang menunjang aksesibilitas ke lokasi objek wisata.
h. Melakukan pembinaan pada penduduk setempat dengan membentuk kelompok sadar wisata
(POKDARWIS) dan mengembangkan seni budaya pada lokasi-lokasi potensial, yaitu pada
desa di sekitar objek wisata.