Anda di halaman 1dari 120

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka.

2015

BAB II
GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALAKA

2.1 KONDISI FISIK DAN SUMBER DAYA ALAM

Pada kondisi fisik dasar dijabarkan letak geografis dan administratif, sumberdaya
tanah, sumberdaya udara dan sumberdaya air.

2.1.1. Letak Geografis dan Administratif

Kabupaten Malaka adalah salah satu kabupaten dari 22 kabupaten/kota di Provinsi


NTT, yang terletak di daratan Timor. Posisi geografis Kabupaten Malaka dalam daratan
Timor Provinsi NTT adalah di bagian paling timur dan berbatasan langsung dengan
Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Sedangkan dalam posisi astronomis,
wilayah Kabupaten Malaka terletak antara koordinat 124º 38’ 32.17” BT– 125º 5’
21.38” BT dan 9º 18’ 7.19” LS – 9º 47’26.68” LS.

Kabupaten Malaka secara geografis meliputi wilayah dengan batas-batas sebagai


berikut:

• Sebelah utara :berbatasan dengan Kecamatan Naneut Duabesi dan Kecamatan


Raimanuk Kabupaten Belu

• Sebelah selatan :berbatasan dengan Laut Timor

• Sebelah timur :berbatasan dengan wilayah Negara Republik Demokratik


TimorLeste

• Sebelah barat :berbatasan dengan wilayah Kecamatan Insana dan Kecamatan


Biboki Tampah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan
wilayah Kecamatan Kokbaun, Kecamatan Fatukopa, Kecamatan
Toianas, Kecamatan Amanatun Utara Kabupaten Timor Tengah
Selatan (TTS).

Rincian letak geografis Kabupaten Malaka dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Gambar 2.1
Peta Administrasi Kabupaten Malaka

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Secara administratif, Kabupaten Malaka yang memiliki luas wilayah mencapai


1.160,63km2, terbagi atas 12 kecamatan serta 127 Desa/Kelurahan. Kecamatan dengan
wilayah terluas adalah Kecamatan Malaka Tengah dengan luas wilayah 168,69 km2 atau
14,53% dari luas wilayah Kabupaten Malaka. Sedangkan yang terkecil adalah
Kecamatan Botin Loebele dengan luas wilayah 39,03 km2 atau 3,36% dari luas wilayah
Kabupaten Malaka. Rinciannya dapat dilihat di tabel 2.1 berikut:
Tabel 2.1

Luas tiap KecamatanKabupaten Malaka


Jumlah
No Nama Kecamatan Luas (Km2) Persentase (%)
Desa/Kelurahan

1 Kobalima Timur 4 96.11 8.28


2 Laenmanen 9 94.02 8.10
3 Io Kufeu 7 67.79 5.84
4 Kobalima 8 120.95 10.42
5 Malaka Timur 6 83.28 7.18
6 Rinhat 20 151.72 13.07
7 Wewiku 12 97.90 8.44
8 Botin Leobele 5 39.03 3.36
9 Sasitamean 9 65.48 5.64
10 Malaka Barat 16 87.41 7.53
11 Weliman 14 88.25 7.60
12 Malaka Tengah 17 168.69 14.53
Jumlah 127 1160.63 100.00
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2010-2030

Adapun secara administrasi jumlah desa yang berbatasan darat langsung dengan
Republic Democratic Timor Leste (RDTL) adalah sebanyak 4 Desa di 1 Kecamatan yaitu
Kobalima Timur.Untuk jelas mengenai batas administrasi dengan Republik Demokratic
Timuor Leste (RDTL) dapat dilihat pada tabel 2.2berikut.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Tabel 2.2
Kecamatan dan Desa-Desa Perbatasa Kabupaten Malaka Tahun 2014

Ibukota Luas Wilayah


No Kecamatan / Desa Kecamatan / Desa
/ Kelurahan ( Km² )

1 KOBALIMA TIMUR
Alas Utara Wefahi 18,40
Kota Biru Taman Kakaluk 20,05
Alas Kotabot 27,06
Alas Selatan Lalebun 30,60
Luas Total Desa-desa Perbatasan 96,11
Sumber ; Bappeda Kab. Malaka 2014

2.1.2. Sumberdaya Tanah

2.1.2.1 Topografi

Keadaan topografi Kabupaten Malaka bervariasi antara ketinggian 0 sampai dengan


+806 m.dpal (meter di atas permukaan air laut). Variasi ketinggian rendah (0-269
m.dpal) mendominasi wilayah bagian selatan, yaitu kecamatan Wewiku, Malaka Barat,
sebagian Malaka Tengah dan Kobalima.. Sementara pada bagian tengah wilayah ini
terdiri dari area dengan dataran sedang (270-537 m.dpal), yaitu sebagian Kecamatan
Weliman, Malaka Tengah, Kobalima, dan Botin Loebele. Dataran tinggi (538-806 m.dpal)
di Kabupten Malaka menempati kawasan bagian utara, yakni Kecamatan Laenmanen, Io
Kufeu, sebagian Kecamatan Sasitamean, Malaka Timur dan Kobalima Timur. Bentuk
topografi wilayah Kabupaten Malaka merupakan daerah datar berbukit-bukit hingga
pegunungan dengan sungai-sungai yang mengalir ke utara dan selatan mengikuti arah
kemiringan lerengnya. Sungai-sungai yang ada di Kabupaten Malaka mengalir dari
bagian selatan dan bermuara di Selat Ombai dan Laut Timor. Rincian keadaan Topografi
di Kabupaten Malaka dapat dilihat di gambar 2.2 berikut.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Gambar 2.2
Peta Topografi Kabupaten Malaka

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.1.2.2 Kelerengan

Pada umumnya kemiringan lahan wilayah Kabupaten Malaka didominasi


kemiringannya antara 0–15%. Keadaan kemiringan lahan wilayah Kabupaten Malaka
akan dikelompokkan menjadi 5 kelas dengan masing-masing lokasi sebagai berikut:

 Daerah dengan kemiringan lereng 0-8 %, yang merupakan dataran landai, terdapat di
pesisir pantai selatan yakni Kecamatan Wewiku, Malaka Barat, sebagian besar
Kecamatan Weliman, Malaka Tengah dan Kobalima.
 Daerah kemiringan lereng 8-15%, merupakan daerah datar yang meliputi sebagian
Kecamatan Kobalima, Kobalima Timur, kemudian sebagian Kecamatan Malaka
Timur, Laenmanen, Kecamatan Rinhat, Malaka Tengah dan Botin Leobele.
 Daerah dengan kemiringan lereng 15-30%, yaitu daerah landai atau bergelombang
yang meliputi daerah lembah yang terletak diantara pegunungan, terdapat di
sebagian besar Kecamatan Sasitamean dan Kecamatan Io Kufeu, kemudian sebagian
Kobalima Timur, Malaka Timur, Rinhat dan Botin Leobele.
 Daerah dengan kemiringan lereng 30-45%, yaitu daerah yang bergelombang dan
berbukit terdapat sedikit di kecamatan Malaka Timur.
Rincian kelerengan wilayah Kabupaten Malaka dapat dilihat pada tabel 2.3 dan gambar
2.3

Tabel 2.3
Kemiringan Lahan Wilayah Kabupaten Malaka
Luas
No Kemiringan lereng
Ha %

1 0 - 3% 29.881,96 26,77

2 3 - 8% 20.809,91 18,65

3 8 - 15% 37.258,60 33,38

4 15 - 25% 18.843,97 16,88

5 25 - 40% 4.758,49 4,26

6 >40% 54,85 0,05

Total 111.607,79 100,00

Sumber: Hasil Analisi, 2014

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Gambar 2.3
Peta Lereng Kabupaten Malaka

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.1.2.3 Klimatologi

Daerah Kabupaten Malaka dengan temperatur rata-rata 24-34°C beriklim tropis,


umumnya berubah–ubah tiap setengah tahun berganti dari musim kemarau dan musim
penghujan dengan musim kemarau yang lebih dominan. Kondisi curah hujan di
Kabupaten Malaka bervariasi antara 16-172 mm/bulan. Curah hujan rendah(16-68
mm/bulan) mendominasi wilayah bagian timur, yakni Kecamatan Kobalima Timur,
Kobalima, Botin Loebele, Malaka Timur, Malaka Tengah, Malaka Barat, Weliman dan
Wewiku dengan luasan wilayah sebesar72.788,56 Ha. Curah hujan sedang (69-119
mm/bulan) terdapat di wilayah bagian barat, yakni Kecamatan Rinhat, Io Kufeu dan
Sasitamean dengan luasan wilayah sebesar33.389,17 Ha.Sementara curah hujan tinggi
(120-172 mm/bulan) terdapat di sebagian besar Kecamatan Laenmanen dengan luasan
wilayah sebesar5.428,25 Ha.Rincian kondisicurah hujan di Kabupaten Malaka dapat
dilihat pada gambar 2.4

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Gambar 2.4
Peta Curah Hujan Kabupaten Malaka

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.1.2.4 Jenis Tanah

Jenis tanah di Kabupaten Malaka didominasi oleh Aluvial Latosol dan Renzina. Jenis
tanah Aluvial seluas 46.,828,74 Ha, sebagian besar tersebar di Kecamatan Malaka Barat,
Wewiku, Malaka Tengah, Kobalima dan Kobalima Timur. Jenis tanah latosol seluas
39.194,82 Ha sebagian besar tersebar di Kecamatan Rinhat, Sasitamean, Laenmanen,
Malaka Timur dan Botin Leobele. Sementara jenis tanah Renzina seluas 21.829,18 Ha
sebagian besar tersebar di Kecamatan Weliman, Malaka Tengah dan Io Kufeu. Selain
ketiga jenis tanah tersebut, di kabupaten Malaka terdapat pula jenis tanah Grumosol dan
Mediteran, meskipun luasannya hanya sedikit. Jenis tanah Grumosol terdapat di
Kecamatan Laenmanen seluas 209.82 Ha, sementara Jenis tanah Mediteran terdapat di
Kecamatan Io Kufeu dan Rinhat seluas 1.690,66 Ha. Rincian lokasi dan luasan berbagai
jenis tanah di Kabupaten Malaka dapat dilihat di tabel 2.4 dan gambar 2.5

Tabel 2.4
Jenis Tanah di Kabupaten Malaka beserta Luasannya
NO JENIS TANAH LUAS (HA)

1 Aluvial 46,828.74

2 Grumosol 209.82

3 Latosol 39,194.82

4 Mediteran 1,690.66

5 Renzina 21,829.18

6 Lainnya 1,852.61

JUMLAH 111,605.83

Sumber: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian ,
2011

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Gambar 2.5
Peta Jenis Tanah Kabupaten Malaka

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.1.2.5 Geologi

Jenis batuan yang dijumpai di Kabupaten Malakadapat dikelompokkan sebagai berikut:


 Batu Gamping Koral
Elemen penyusun utama batu ini adalah koral berupa coelentera. Batuan ini
merupakan perkembangan dari colonial koral, oleh sebab itu batuan ini belum
banyak mengalami pencampuran oleh dengan mineral lain. Jenis batu gamping koral
ini banyak ditemukan di Kecamatan Laenmanen, Malaka Timur dan Kobalima Timur
dengan luas keseluruhan 19.631,30 Ha.
 Batuan Ultra Basa
Batuan ultra basa adalah batuan beku yang kandungan silika dan kaliumnya rendah
dan tinggi akan kandungan FeO dan mineral mafik. Jenis batuan ultra basa ini
banyak ditemukan di Kecamatan Kobalimadengan luas keseluruhan 7.113,40 Ha.
 Formasi Aitutu
Formasi ini banyak dijumpai di Kecamatan Rinhat, Sasitamean dan Botin Leobele
dengan luas keseluruhan 20.420,50 Ha. Bagian bawah terdiri dari selang-seling batu
dengan Nepal dan batu gamping. Bagian atas terdiri dari pergantian pelapisan
kolsilulit (batu gamping serpihan) dengan serpih yang berwarna kelabu.
 Formasi Bisane
Formasi Bisane merupakan serpih kelabu yang berumur Perem. Formasi ini terdapat
di KecamatanKobalima dan Malaka Timur dengan luas keseluruhan 1.672,20 Ha.
 Formasi Maubisse Lava
Formasi maubisse lava terdiri dari batugamping merah kecoklatan sampai ungu
berselingan tipis baturijang.Formasi ini hanya terdapat di Kecamatan Kobalima
Timur dengan luas keseluruhan 57,72 Ha.
 Formasi Maubisse Lava Bantal
Formasi maubisse lava bantalbersusunan basal dan spilit serta batuan volkanik
trakit, senit forfir dan andesite leuko. Formasi ini banyak dijumpai di Kecamatan
Wewiku, Malaka Barat, Malaka Tengah, Weliman dan Kobalima dengan luas
keseluruhan 35.544,27 Ha.
 Formasi Noele
Formasi Noeleterdiri dari napal pasiran, konglo merat dan tufa dasit.Formasi ini
hanya terdapat di Kecamatan Laenmanen dengan luas keseluruhan 341,53 Ha.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 Formasi Noil Toko


Formasi Noil Tokoterdiri dari konglomerat, batu gamping konglomeratan, batu
gamping globigerina, batu pasir gampingan, napal, tuf, tufa gampingan dan
serpih.Hasil pelapukanformasi ini membentuk jenis tanah Rendzina da Grumosol.
Formasi ini terdapat di Kecamatan Malaka Timur dan Kobalima Timur dengan luas
keseluruhan 641,78 Ha.
 Formasi Wailuli
Formasi Wailuli terdiri dari kalkarenit, serpih lanauan, napal dan grewake. Formasi
ini tersebar di banyak tempat, yakni Kecamatan Io Kufeu, Sasitamean, Laenmanen,
Kobalima, Kobalima Timur, Botin Leobele, Malaka Tengah, Weliman dan
Rinhatdengan luas keseluruhan 21.985,62 Ha.
 Kompleks Bobonaro
Kompleks Bobonaro terdiri dari dua satuan batuan yaitu lempung serpihan dan
bongkahan-bongkahan asing yang bermacam-macam jenis dan ukuran. Kontak
dengan formasi di atasnya adalah tektonik (ketidaksejaaran). Kompleks bobonaro
dapat dijumpai di Kecamatan Malaka Tengah, Kobalima dan Io Kufeu dengan luas
keseluruhan 4225.70 Ha.
 Formasi Konglomerat dan Kerakal
Formasi ini terdiri dari konglomerat, kerikil, kerakal dan bongkah dengan selingan
batupasir berstruktur silang siur. Formasi batuan ini memiliki luasan 4.64 Ha.
Rincian lokasi dan luasan berbagai jenis batuan di Kabupaten Malaka dapat dilihat di
tabel 2.5 dan gambar 2.6

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Tabel 2.5
Jenis Batuan di Kabupaten Malaka Beserta Luasannya

NO JENIS BATUAN LUAS (HA)

1 Batu Gamping Koral 19,631.30

2 Batuan Ulta Basa 7,113.40

3 Formasi Aitutu 20,420.50

4 Formasi Bisane 1,672.20

5 Formasi Maubisse Lava 57.72

6 Formasi Maubisse Lava Bantal 35,544.27

7 Formasi Noele 341.53

8 Formasi Noil Toko 641.78

9 Formasi Wailuli 21,985.62

10 Kompleks Bobonaro 4,225.70

11 Konglomerate & Kelakar 4.64

12 Lainnya 16.25

JUMLAH 111,654.91
Sumber: RTRW Belu, 2010

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Gambar 2.6
Peta Geologi Kabupaten Malaka

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.1.2.6 Zona Rawan Bencana Alam

Kabupaten Malaka termasuk Kabupaten yang rawan terhadap bahaya bencana alam
longsor. Semakin ke utara, potensi rawan longsor semakin tinggi, sebaliknya, semakin
ke selatan, potensi rawan longsor semakin rendah. Wilayah yang sangat rawan terhadap
bencana alam longsor adalah sebagian kecil Kecamatan Sasitamean dan Laenmanen
dengan luas wilayah 346.97 Ha. Wilayah yang rawan longsor sebagian besar tersebar di
Kecamatan Rinhat, Sasitamean, Io Kufeu, Laenmanen, Botin Leobele, Malaka Timur,
Kobalima dan Kobalima Timur dengan luasan 47.855,51 Ha. Sementara wilayah yang
kurang rawan longsor banyak tersebar di Kecamatan Weliman dan Malaka Tengah
dengan luasan 24.192,58 Ha. Dan wilayah yang tidak rawan longsor terletak di
sepanjang tepi Laut Timor, yakni tersebar di Kecamatan Wewiku, Malaka Barat, Malaka
Tengah, Kobalima dan Kobalima Timur dengan luasan 39.210,69 Ha. Rincian lokasi dan
luasan Zona Rawan Longsor di Kabupaten Malaka dapat dilihat di tabel 2.6 dan gambar
2.7

Tabel 2.6

Tingkat Kerawanan terhadap Bencana Alam LongsorKabupaten Malaka

NO JENIS TANAH LUAS (HA)

1 Tidak Rawan Longsor 39,210.69

2 Kurang Rawan Longsor 24,192.58

3 Rawan Longsor 47,855.51

4 Sangat Rawan Longsor 346.97

JUMLAH 111,605.75

Sumber: RTRW Kabupaten Belu, 2010

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Gambar 2.7
Peta Rawan Longsor Kabupaten Malaka

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.1.3. Sumberdaya Air

2.1.3.1 Hidrologi

Hidrologi terdiri atas ketersediaan air hujan, ketersediaan air sungai, ketersediaan mata
air, ketersediaan tampungan air.

2.1.3.1.1 Ketersediaan Air Hujan

Air hujan juga biasa digunakan masyarakat Malaka apabila kekurangan air, tetapi
penggunaan air hujan sekarang sudah jarang digunakan apalagi frekuensi hujan yang
turun juga sangat jarang sehingga penggunaan air hujan hanya di lakukan oleh beberapa
orang saja. Selain itu penggunaan air hujan juga sering digunakan untuk menyiram
tanaman dan lain-lain. Penggunaan air hujan hanya terdapat di desa-desa terpencil yang
kekurangan air sedangkan untuk di kota-kota besar tidak terdapat penggunaan air
hujan.

2.1.3.1.2Ketersediaan Air Sungai

Aliran sungai yang besar biasanya mengalir sepanjang tahun, tetapi ada juga sungai
yang kering pada musim kemarau. Hal ini terjadi karena fluktuasi curah hujan yang
sangat kontras antar bulan dan dipengaruhi juga oleh kondisi geologi serta morfologi
wilayah.

Terdapat 7 sungai di wilayah Kabupaten Malaka dengan nama dan panjang sungai
seperti terlihat pada Tabel 2.7

Tabel 2.7
Nama Dan Panjang Sungai tiap KecamatanKabupaten Malaka
Panjang
No Kecamatan Nama Sungai
(km)
1. Malaka Barat Benenain 100
Mota delek 15
2. Malaka Tengah Baen 30
Wedik 10
3. Malaka Timur Talimetan 8
Motahoar 7
4. Kobalima Motabalu 28

Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2010-203

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Sungai-sungai seperti yang disebutkan di atas sudah banyak yang digunakan untuk
irigasi namun beberapa diantaranya masih bersifat irigasi non teknis. Saat ini telah
dibangun irigasi teknis (sistem irigasi Malaka) mulai dari jaringan irigasi primer,
jaringan irigasi sekunder sampai jaringan irigasi tersier yang memanfaatkan air dari
Bendungan Benenai (sungai Benenain di Kecamatan Malaka Barat) yang mampu
mengairi daerah irigasi seluas 10.000 Ha bahkan sampai 15.000 Ha mencakup wilayah
pelayanan Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan
Kobalima.

2.1.3.1.3Ketersediaan Mata Air

Selain sungai, di Kabupaten Malaka juga terdapat mata air yang biasa digunakan warga
untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih, sehingga sangat penting
sehinggapemanfaatan sumber mata air yang ada di Kabupaten Malaka perlu
dioptimalkan. Adapun data-data sumber mata air yang ada di Kabupaten Malaka dapat
dilihat pada tabel 2.8 dan gambar 2.8 berikut ini :

Tabel 2.8
Nama Lokasi, Sumber, dan Debit Mata Air
Kabupaten Malaka
LOKASI DEBI
NAMA T
KETERANGAN
KECAMATAN DESA Kpg./Dsn. MATA AIR L/dt

Di Turap, diesel
1 Sasitamean Asmanlea Loleon 1 Oenoah 1
rusak
2 Oeboakmatin 0,5
3 Oefatureuk 2
Klatun 4 Klatun 7
5 Naebone
6 Naibone
7 Beaneno
2 Weliman Weliman Weliman 8 Weliman 660 Di Turap
9 Wesei
10 Leunklot
Malaka
Wehali Laran 11 Matankanuan 5 Di Turap
3 Tengah
12 Wetiaau 7 Di Turap
13 Weau 10 Belum diturap
Wemaromak
14 3 Di Turap
(feto)

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

LOKASI DEBI
NAMA T KETERANGAN
KECAMATAN DESA Kpg./Dsn. MATA AIR L/dt

Wemaromak
15 2 Di Turap
(mane)
Kamanasa Betun 16 Wetubaki 8 Di Turap
17 Wehanok
Malaka
Bonibais Baunasa 18 Inkatis 5 Di Turap
4 Timur
Wemeda Babahane 19 Babahane 2 Di Turap
Numponi 20 Basnaba 2
Lakekun
Lakekun 21 Wematek 0,5 Di Turap
5 Kobalima Barat
Litamali Litamali 22 Wemasu 1 3 Di Turap
Rainawe Rainawe 23 Webua 1 Di Turap
24 Webua 2 3 Di Turap
25 Weseli 2,5
26 Wemariuk
27 Webualaran
28 Seli
29 Weseli
30 Wesalan
31 Weheda/wehali
Botin
32 Oe Bitee 2
6 Leobele
Kobalima
33 Debudila
7 Timur
34 Wenaes
35 Wederok
36 Weasurahuk
37 Wefahi
38 Wefuru
39 Welakuran
40 Weferik
41 Abatoan
42 Weati
43 Weheda
44 Sahulu
8 Rinhat 45 Webora
46 Biudukfoho
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2010-2030

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Gambar 2.8
Peta Hidrologi Kabupaten Malaka

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.1.3.1.4. Ketersediaan Tampungan Air

Tampungan air yang ada di Kabupaten Malaka berupa embung dan bendungan.
Tampungan air yang ada tersebut digunakan untuk kebutuhan air baku, irigasi dan lain-
lain. Adapun data-data untuk tampungan air tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.9

Nama Lokasi, Sumber, dan Debit Embungdi Kabupaten Malaka

Nama Lokasi
Tahun
No Waduk/Embung
Kecamatan Desa/Kel/Dusun Pembuatan
Irigasi

1 Embung Kusa Malaka Timur Kusa 1993


2 Embung Oeniareu Malaka Timur Oeniareu 1996
3 Embung Bonan Malaka Timur Bonan 1996
4 Embung Okleo Rinhat Biudukfoho 2001
5 Embung Tniumanu Laen Manen Tniumanu 2008
6 Embung Halioan Malaka Tengah Barene 2008
7 Embung Saenama Rinhat Saenama 2009
8 Embung Boen Rinhat Boen 2009
9 Embung Biris Rinhat Biris 2010
10 Embung Fatukbesi Malaka Tengah Kakaniuk -
11 Embung Umutnana Sasitamean Umutnana -
12 Embung Naisau Sasitamean Naisau 2009
Embung
13 Fatukmetak Malaka Timur Sanleo -
14 Embung Meotroy Laenmanen Meotroy 2009
15 Embung Bereama Kobalima Babulu Selatan -
16 Embung Babulu I Kobalima Babulu 2009
Embung Alas
17 Selatan Kobalima Timur Alas Selatan -
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Belu Tahun 2010-2030

Saat ini di Kecamatan Malaka Barat telah dibangun Bendungan Benenai yang dilengkapi
dengan sistem irigasi Malaka dengan kapasitas bendungannya yang mampu mengairi
daerah irigasi seluas 10.000 Ha yang mencakup wilayah Kecamatan Malaka Barat,
Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Weliman, Kecamatan Wewiku dan Kecamatan
Kobalima.

2.2. PENGGUNAAN LAHAN

Penggunaan lahan wilayah Kabupaten Malaka saat ini secara garis besar terbagi atas
dua kelompok utama jenis penggunaan, yaitu penggunaan lahan basah/sawah dan
penggunaan lahan kering. Penggunaan lahan basah antara lain terdiri dari irigasi teknis
setengah teknis, irigasi sederhana, irigasi desa dan sawah tadah hujan. Kategori

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

penggunaan lahan terbesar lainnya adalah tegalan/ladang dan padang rumput. Selain
itu terdapat penggunaan fasilitas-fasilitas sosial maupun umum seperti perumahan,
pertokoan, perkantoran, perdagangan dan jasa, peribadatan, kesehatan, taman rekreasi
dan RTH.
Tabel 2.10
Luas Tanah Menurut Penggunaan di Kabupaten Malaka Tahun 2014
No Penggunaan Lahan Luas (ha) %

1 Air Danau/Situ 2.06 0.002


2 Air Laut 0.02 0
3 Air Rawa 561.78 0.503
4 Air Tambak 290.17 0.26
5 Air Tawar Sungai 2,052.21 1.839
6 Hutan Bakau 1,922.02 1.722
7 Hutan Rawa 3,232.32 2.896
8 Hutan Rimba 4,856.54 4.351
9 Padang Rumput 6,725.31 6.026
10 Pasir/Bukit Pasir Darat 36.95 0.033
11 Pasir/Bukit Pasir Laut 158.28 0.142
12 Perkebunan/Kebun 5,844.68 5.237
13 Permukiman dan Tempat
Kegiatan 3,767.99 3.376
14 Sawah 13.09 0.012
15 Sawah Tadah Hujan 1,020.38 0.914
16 Semak Belukar/Alang Alang 58,715.24 52.609
17 Tegalan/Ladang 22,195.91 19.887
18 (blank) 212.84 0.191
Grand Total 111,607.79 100

2.2.1. Kawasan Pertanian


Kawasan pertanian merupakan kawasan yang diperuntukan bagi tanaman pangan.
Kawasan peruntukan pertanian ini ditetapkan dengan kriteria:
a. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;
b. Ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;
c. Mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau
d. Dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.
Dari adanya kriteria tersebut maka untuk menentukan arahan kawasan budidaya
pertanian dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.2.1.1. Kawasan Pertanian Lahan Basah


Kawasan pertanian lahan basah ini merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi
tanaman pangan lahan basah di mana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah
maupun teknis, dalam hal ini yang dimaksud adalah sawah. Pengembangan kegiatan
pertanian tanaman pangan lahan basah lebih diutamakan pada intensifikasi pertanian,
sehingga dengan luas lahan yang ada, produksi bahan pangan dapat ditingkatkan.
Luasan kawasan pertanian lahan basah Kabupaten Malaka adalah 1.033,47 Ha (0,926 %
dari luas Kabupaten Malaka), dimana terletak di Daerah Irigasi Malaka, Kecamatan
Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, dan Kecamatan Weliman.
2.2.1.2. Kawasan Pertanian Lahan Kering
Kawasan pertanian lahan kering merupakan kawasan yang diperuntukan bagi tanaman
pangan lahan kering, untuk tanaman palawija, tanaman tahunan, perkebunan, dan
peternakan serta padang pengembalaan ternak. Kawasan pertanian lahan kering yang
ada di Kabupaten Malaka memiliki luasan 22.195,91 Ha atau 19,887% dari luas
Kabupaten Malaka keseluruhan, dimana daerah lahan kering/tegalan diarahkan di
seluruh kecamatan dekat dengan permukiman penduduk dan pada lereng permukaan
lahan yang relatif landai. Areal tanam padi ladang ini juga terdapat di beberapa
kecamatan yaitu: Malaka Barat, Malaka Tengah, dan Kobalima. Untuk jagung baboto
terdapat di Kecamatan Malaka Timur.
2.2.1.3. Kawasan Pertanian Hortikultura
Kawasan hortikultura yang ada di Kabupaten Malaka terdiri dari tanaman buah-buahan
dan sayur-sayuran. Adapun perinciannya dapat dilihat di bawah ini:
a. Buah-buahan:
 Advokat terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Malaka Tengah, Sasita
Mean, Malaka Timur, Laenmanen, dan Kobalima.
 Belimbing terdapat di Kecamatan Kobalima.
 Jeruk Besar terdapat di Kecamatan Rinhat, Wewiku, Weliman, Sasita Mean,
Malaka Timur, Laenmanen, dan Kobalima
 Jambu Biji terdapat di seluruh wilayah di Kabupaten Malaka.
 Jambu Air terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Weliman, dan Malaka Tengah.
 Mangga harummanis terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku,
Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, dan
Kobalima.
 Nangka/Cempedak terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Weliman,
Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, dan Kobalima.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 Pepaya terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman,


Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, dan Kobalima.
 Nenas terdapat di Kecamatan Rinhat, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean,
Malaka Timur, Laenmanen, dan Kobalima.
 Pisang terdapat di seluruh kawasan Malaka.
 Salak terdapat di seluruh Kabupaten Malaka terutama di daerah irigasi,
Kecamatan Rinhat, Sasita Mean, Lamaknen, Io Kufeu, Botin Leo Bele,
Laenmanen dan Raihat.
 Sawo terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Malaka.
 Markisa/Konyal terdapat di seluruh Kabupaten Malaka.
 Sirsak terdapat di Kecamatan Malaka Barat,Rinhat, Weliman, Malaka Timur,
dan Kobalima.
 Sukun terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Malaka.
b. Sayur-sayuran:
 Bawang Merah terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Malaka Tengah, Sasita
Mean, Malaka Timur, Laenmanen, dan Kobalima,
 Bawang Putih terdapat di Kecamatan Malaka Tengah, Malaka Timur, dan
Kobalima.
 Kubis terdapat di daerah – daerah Irigasi dan di seluruh Kabupaten Malaka.
 Petsai/Sawi terdapat di daerah – daerah Irigasi dan di seluruh Kabupaten
Malaka.
 Wortel terdapat di daerah – daerah Irigasi dan di seluruh Kabupaten Malaka.
 Kacang Panjang terdapat di daerah – daerah Irigasi dan di seluruh Kabupaten
Malaka.
 Cabe Besar terdapat di daerah – daerah Irigasi dan di seluruh Kabupaten
Malaka.
 Cabe Rawit terdapat di daerah – daerah Irigasi dan di seluruh Kabupaten
Malaka.
 Tomat terdapat di daerah – daerah Irigasi dan di seluruh Kabupaten Malaka.
 Terung terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Weliman, Malaka
Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, dan Kobalima.
 Kangkung terdapat di daerah – daerah Irigasi dan di seluruh Kabupaten
Malaka.
 Semangka terdapat di daerah – daerah Irigasi dan di seluruh Kabupaten
Malaka.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.2.1.4. Kawasan Perkebunan


Kawasan perkebunan disini merupakan bagian dari kawasan pertanian lahan kering
yang mana pada kawasan perkebunan ini memiliki pengertian kawasan yang
diperuntukkan bagi tanaman tahunan atau perkebunan yang menghasilkan baik bahan
pangan maupun bahan baku industri. Arahan pengembangan sub sektor kawasan
perkebunan padaprinsipnya dapat dikembangkan di tiap kecamatan yang disesuaikan
dengan ketersediaan dan daya dukung lahan pada kecamatan yang bersangkutan.
Kawasan perkebunan yang terdapat di Kabupaten Malaka seluas 5.844,68 Ha.

Kawasan perkebunan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Malaka adalah komoditi


kapuk, kemiri, kelapa, kopi, jambu mete, kakao, pinang, dan tembakau. Dengan rincian
sebagai berikut :

 Kelapa terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman,


Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, dan Kobalima.
 Kelapa dalam terdapat di Kecamatan Wewiku, Weliman, Malaka Barat,
Malaka Tengah, (Kawasan Besikama), Kecamatan Kobalima, Kecamatan
Kobalima Timur (Alkani sampai Alas Selatan).
 Jambu Mente terdapat di Kecamatan Rinhat, Sasita Mean (bagian bawah),
Malaka Timur, Laenmanen, Kobalima, Io Kufeu, Botin Leobele, dan Kobalima
Timur.
 Kopi terdapat di Kecamatan Rinhat, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean,
Malaka Timur, Kobalima, Io Kufeu, Botin Leobele, dan Kobalima Timur.
 Kakao terdapat di Besikama Kecamatan Malaka Barat.
 Kemiri terdapat di Kecamatan Rinhat, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean,
Malaka Timur, Laenmanen, Kobalima, Io Kufeu, Botin Leobele, dan Kobalima
Timur.
 Kapuk terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman,
Malaka Tengah, Sasitamean, Malaka Timur, Laenmanen, Kobalima, Io Kufeu,
Botin Leobele, dan Kobalima Timur.
 Pinang terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman,
Malaka Tengah, Sasitamean, Malaka Timur, Laenmanen, Raimanuk, Kobalima,
Io Kufeu, Botin Leobele, dan Kobalima Timur.
 Vanili terdapat di Kecamatan Sasitamean, Botin Leo Bele, Io Kufeu, dan
Kobalima Timur.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 Jarak Pagar terdapat di seluruh Kecamatan di Kabupaten Malaka.


 Siri Daun/siri buah terdapat di Kecamatan Wewiku, Weliman, Malaka Tengah,
Sasita Mean, Laenmanen, Io Kufeu, dan Botin Leobele,
 Tembakau terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Wewiku, Weliman, Sasita
Mean, Io Kufeu, dan Botin Leobele.
 Nilam terdapat di Kecamatan Malaka Barat.

2.2.1.5. Kawasan Peternakan


Kawasan peternakan yang ada di Kabupaten Malaka terdapat di Kecamatan Malaka
Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasitamean, Malaka Timur,
Laenmanen, dan Kobalima, Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:

 Ternak hewan besar (Kuda, Sapi, Kerbau, ) dan kecil (Kambing, Domba, Babi)
terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka
Tengah, Sasitamean, Malaka Timur, Laenmanen, dan Kobalima.
 Ternak unggas (Ayam Kampung dan Itik) terdapat di Kecamatan Malaka
Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasitamean, Malaka Timur,
Laenmanen, dan Kobalima.
Selain itu terdapat kawasan-kawasan yang dijadikan tempat untuk beternak hewan
besar, kecil dan unggas adalah sebagai berikut :

 Kawasan pengembangan ternak Kapitan Meo terdapat di Desa Tesa, Kapitan


Meo, Teun, Tsain.
 Sedangkan untuk sentra pemotongan ternak terdapat di Kecamatan Malaka
Tengah (Betun).
2.2.1.6. Kawasan Perikanan
Kawasan perikanan yang ada di Kabupaten Malaka diarahkan di Kecamatan Wewiku
(Desa Alkani, Weoe, Webriamata, Badarai), Weliman (Desa Wesey), Malaka Tengah
(Desa Kletek, Naimana, Fahiluka, Kamanasa), Malaka Barat (Desa Umatos, Rabasa,
Rabasa Hain), Kobalima(Desa Lakekun, Latamali), (di Kawasan-kawasan Pesisir).
Adapun kawasan-kawasan di atas digunakan untuk kawasan perikanan budidaya
seperti tambak dan juga untuk kawasan perikanan tangkap.

2.2.1.7. Kawasan Industri


Sektor Industri pengolahan sebenarnya mencakup sub-sektor industri migas dan sub-
sektor industri non migas; namun yang ada di kabupaten Malaka hanyalah industri non

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

migas. Perkembangan kelompok industri maupun peluang usaha yang dapat


dikembangkan di kabupaten Malaka adalah:

 Industri Kecil Hasil pertanian dan Kehutanan (IPHK) :


Jenis industri ini yang berkembang adalah : industri keripik (ubi dan pisang), perabot
rumah tangga dan kayu, aneka ukiran kayu dan kerajinan kayu cendana, pengolahan dan
pengawetan daging, industri kopi bubuk, industri roti dan kue-kue, kasur dan bantal,
serta industri tahu & tempe. Yang terdapat di hampir seluruh Kecamatan kecuali
kecamatan Weliman, Botin Leobele, Io Kufeu, dan Kobalima Timur.

 Industri Aneka:
Jenis industri kecil pada kelompok industri aneka yang menonjol adalah: industri tenun,
anyaman lontar, anyaman tali gewang, anyaman lidi kelapa, anyaman dari tali sisal,
industri kapok, alat musik tradisional, serta industri pakaian jadi dari tekstil. Industri-
industri tersebut terdapat di hampir seluruh kecamatan kecuali kecamatan Botin
Leobele, Io Kufeu, Raimanuk, dan Kobalima Timur

 Industri Logam, Mesin dan Kimia (ILMK):


Jenis industri berskala kecil yang menonjol dalam kelompok industri ini meliputi :
industri garam rakyat/yodium, barang dari semen, barang dari tanah liat (bata, genteng,
tembikar), vulkanisir ban, serta jasa perbengkelan dan elektronik.

Nampaknya yang menjadi andalan pada sektor industri di kabupaten malaka adalah
industri rumah tangga, dimana sub-sektor ini memegang peranan yang cukup penting
bagi pemasukan pendapatan daerah. Industri rumah tangga yang dimaksudkan diatas
meliputi antara lain : tenun ikat, anyam-anyaman, industri tahu/tempe, dan lain-lain.
Walau hanya berstatus industri rumah tangga, tetapi sudah terpasarkan keluar daerah
seperti tenun ikan dan anyam-anyaman. Industri-industri tersebut terdapat di hampir
semua kecamatan kecuali kecamatan Sasita Mean, Botin Leobele, Io Kufeu, Laenmanen,
Kobalima, dan Kobalima Timur.

2.2.1.8. Kawasan Pariwisata


Kawasan pariwisata meliputi peruntukan pariwisata budaya dan pariwisata alam.

1. Peruntukan Pariwisata Budaya


Peruntukkan pariwisata budaya di Kabupaten Malaka, seperti : Rumah Adat Loro
Dirma di Kecamatan Malaka Timur, Perkampungan Adat Kamanasa di Kecamatan
Malaka Tengah, Perkampungan Adat Bolan di Kecamatan Malaka Tengah,

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Perkampungan Adat Haitimuk di Kecamatan Weliman. Di tempat-tempat ini


terdapat banyak megalitik yang mempunyai keunikan yang cukup menarik dan
menakjubkan serta peninggalan leluhur yang mempunyai kekuatan gaib tersendiri.

2. Peruntukkan Pariwisata Alam


Peruntukkan pariwisata alam di Kabupaten Malaka, seperti :

 Masin Lulik
Terdapat bukit-bukit yang terbentuk dari luapan lahar / lumpur dingin yang
terus menerus keluar dari perut bumi. Dan terdapat ribuan kelelawar dan kera.
Tempat ini menurut kepercayaan merupakan tempat tujuan jiwa-jiwa orang
yang meninggal sehingga tempat itu cukup sakral dan cukup
menakjubkan.Tempat ini terletak di Kecamatan Kobalima.

 Cagar Alam Maubesi terletak di Kecamatan Kobalima


 Kolam Weluli terletak di Kecamatan Kobalima
 Mata Air Weliman terletak di Kecamatan Weliman
 Danau Mantasik terletak di KecamatanBotin Leobele
 Hutan Saluhu terletak di Kecamatan Kobalima Timur
 Pantai Motadikin terletak di Kecamatan Malaka Tengah
 Gua Lourdes Kamanasa terletak di Kecamatan Malaka Tengah
 Kelelawar Hasan Maubesi terletak di Kecamatan Kobalima
 Pantai Beirasi terletak di Kecamatan Malaka Barat
 Pantai Abudenok terletak di Kecamatan Malaka Barat
 Gua Maria Loro Haitimuk terletak di Kecamatan Weliman
 Pantai Taberek terletak di Kecamatan Wewiku
 Obyek Wisata Nanebot terletak di Kecamatan Rinhat

2.2.1.9. Kawasan Pertambangan


Kawasan pertambangan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kawasan
pertambangan yang secara ekonomis mempunyai potensi bahan tambang. Pada
dasarnya penambangan adalah proses pemanfaatan sumber daya alam untuk memenuhi
kebutuhan hidup manusia. Semakin besar eksploitasi sumber daya alam akan semakin
besar pula gangguan terhadap keseimbangan lingkungan dengan demikian
kemungkinan terjadinya degradasi semakin besar pula, metoda penambangan akan
mempengaruhi besar kecilnya perubahan terhadap bentang alam.
Kawasan peruntukan pertambangan ditetapkan dengan kriteria:

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

a. Memiliki sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas
berdasarkan peta/data geologi;
b. Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan kegiatan
pertambangan secara berkelanjutan; dan/atau
c. Merupakan bagian proses upaya merubah kekuatan ekonomi potensial menjadi
kekuatan ekonomi riil.
Kawasan pertambangan meliputi peruntukan mineral dan batu bara, peruntukkan
minyak dan gas bumi, peruntukkan panas bumi, dan peruntukkan air tanah di kawasan
pertambangan.Dikabupaten Malaka Jenis bahan tambang yang ada adalah Peruntukkan
Mineral Sesuai dengan UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, usaha pertambangan Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang
berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.

Penambangan mineral di Kabupaten Malaka meliputi:

a. Pertambangan mineral logam; seperti


 Emas sekunder (Placer) terdapat di KecamatanBotin Leo Bele (Kereana)
b. Pertambangan mineral bukan logam; seperti
 Gypsum lokasinya tersebar di Seluruh Kabupaten Malaka.
c. Pertambangan batuan seperti:
 RembesanMinyak terdapat di Kecamatan Kobalima (pantai selatan,kada),
Malaka tengah dan Malaka Barat.
 Mangan lokasinya tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Malaka
 Batu Marmer terdapat di Kecamatan Malaka Timurdan Kobalima.
 Batu Lempung lokasinya tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Malaka.
 Batu Gamping di Kecamatan Malaka Timur dan Malaka Tengah, Sasitamean,
Laen Manen,
 Batu Setengah Permata di Desa Sanleo dan tersebar di sepanjang sungai di
Kabupaten Malaka.
2.2.1.10. Kawasan Perbatasan
Panjang garis batas negara, darat RI – RDTL di sektor Kabupaten Malaka adalah 21 km.
Berada di wilayah kecamatan Kobalima Timur dengan 4 Desa batas.Secara topografi
sepanjang kawasan perbatasan merupakan daerah berbukit dan beberapa tempat
terdapat lembah dengan sungai-sungai musiman yang besar. Sebagian besar (sekitar
80%) adalah lahan tandus dengan liputan semak malakakar atau tanah kering,
sementara di bagian selatan terdapat sekitar 20% lahan subur. Di sepanjang perbatasan

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

terdapat 1 (satu) pos lintas batas yang direncanakan sebagai hasil kesepakatan
bilateral, dijaga oleh petugas dari TNI, Polri, Imigrasi, Beacukai dan Karantina, yaitu :

a. Pos batas Motamasin, di kecamatan Kobalima Timur


Selain itu juga terdapat 1 (satu) pasar tradisional yang direncanakan sebagai hasil
kesepakatan bilateral ekonomi/perdagangan, yaitu di Motamasin di Kecamatan
Kobalima Timur. Kawasan perbatasan di Kabupaten Malaka meliputi 1 (satu) kawasan
yaitu kawasan perbatasan selatan Motamasin.

2.3. SUMBERDAYA MANUSIA (KEPENDUDUKAN)

Sumberdaya manusia (kependudukan) mencakup kuantitas dan pertumbuhan


sumberdaya manusia serta komposisi dan kualitas sumberdaya manusia.

2.3.1. Kuantitas Dan Pertumbuhan Sumberdaya Manusia

2.3.1.1. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data Kecamatan dalam Angka tahun 2014 tercatat bahwa jumlah
penduduk Kabupaten Malaka adalah 171.079 jiwa. Kecamatan dengan penduduk
terbanyak adalah Malaka Tengah yakni sebanyak 35.869 jiwa, sedangkan Kecamatan
dengan penduduk paling sedikit adalah Botin Loebele yakni sebanyak 4.760 jiwa.
Rincian Jumlah Penduduk Menutut Kecamatan di Kabupaten Malaka dapat dilihat pada
tabel 2.11 dan grafik 2.1

Tabel 2.11
Jumlah PendudukMenurut Kecamatan di Kabupaten Malaka Tahun 2013
Penduduk (jiwa)
No Nama Kecamatan
2013
1 Kobalima Timur 6.285
2 Laenmanen 11.330
3 Io Kufeu 7.681
4 Kobalima 17.347
5 Malaka Timur 9.424
6 Rinhat 14.562
7 Wewiku 17.877
8 Botin Leobele 4.760
9 Sasitamean 8.225
10 Malaka Barat 20.030
11 Weliman 17.689
12 Malaka Tengah 35.869
Jumlah 171.079
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2013

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Grafik 2.1
Jumlah PendudukMenurut Kecamatan di Kabupaten Malaka
Tahun 2013
40000
35000
30000
25000
20000
15000
Penduduk (jiwa)
10000
5000
0

2.3.1.2. Pertambahan Dan Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data Kecamatan dalam Angka tahun 2014 tercatat bahwa terdapat
pertambahan penduduk setiap tahunnya. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel 2.12
berikut :
Tabel 2.12

Pertumbuhan Penduduk di Kabupaten Malaka tahun 2011-2013


Penduduk (jiwa) Pertumbuhan
No Nama Kecamatan
2011 2012 2013 Penduduk (%)

1 Kobalima Timur 6036 6197 6285 0.04


2 Laenmanen 11007 10984 11330 0.03
3 Io Kufeu 7461 7601 7681 0.03
4 Kobalima 16960 17326 17347 0.02
5 Malaka Timur 9307 9312 9424 0.01
6 Rinhat 13641 14282 14562 0.07
7 Wewiku 17597 17734 17877 0.02
8 Botin Leo Bele 4677 4734 4760 0.02
9 Sasitamean 8017 8224 8225 0.03
10 Malaka Barat 19675 19875 20030 0.02
11 Weliman 1244 17156 17689 13.22
12 Malaka Tengah 34994 35469 35869 0.03
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2013

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.3.2. Komposisi Dan Kualitas Sumberdaya Manusia

2.3.2.1. Penduduk Menurut Struktur Umur

Berdasarkan data Kecamatan dalam Angka tahun 2014 tercatat bahwa penduduk
Kabupaten Malaka yang terbanyak berdasarkan golongan umurnya adalah penduduk
dengan usia 5-9 tahun sebanyak 24954 jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah
penduduk berusia 70-74 tahun sebanyak 2676 jiwa. Rincian Penduduk Menurut
Struktur Umur dapat dilihat di tabel 2.13dan grafik 2.2

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Tabel 2.13

Penduduk Kabupaten Malaka Menurut Golongan Umur Tahun 2013

Golongan Kobalima Io Malaka Botin Malaka Malaka


Laenmanen Kobalima Rinhat Wewiku Sasitamean Weliman Jumlah
Umur Timur Kufeu Timur Leobele Barat Tengah

0-4 911 1422 1032 1908 1200 2050 2196 593 1025 2371 2471 4096 21275
5-9 963 1745 1133 2403 1390 2115 2773 660 1145 3079 2665 4883 24954
10-14 743 1389 933 2290 1225 1819 2332 607 1050 2661 2305 4539 21893
15-19 528 923 611 1718 1225 1113 1550 354 615 2046 1581 3670 15934
20-24 439 676 451 1147 525 883 911 249 428 958 1224 2104 9995
25-29 537 725 529 1191 631 926 1044 264 454 1006 1378 2214 10899
30-34 435 670 459 1027 543 922 1073 239 409 1132 1156 2220 10285
35-39 417 648 455 975 558 944 1071 318 549 1188 1195 2158 10476
40-44 294 680 384 1154 543 932 1087 297 511 1116 833 2039 9870
45-49 288 594 432 992 456 836 944 273 472 984 835 1829 8935
50-54 229 441 305 774 450 656 798 234 402 981 617 1664 7551
55-59 138 413 242 515 302 432 606 182 316 691 434 1260 5531
60-64 130 308 232 428 258 362 518 151 259 575 368 988 4577
65-69 94 282 204 340 230 282 382 125 217 471 268 846 3741
70-74 61 183 126 222 145 160 323 98 169 365 186 638 2676
75+ 78 231 153 236 194 130 269 118 203 404 173 720 2909
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2013

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Grafik 2.2

Penduduk Kabupaten MalakaMenurut Golongan Umur Tahun 2013

Penduduk Kab.Malaka Menurut Golongan Umur


Tahun 2013

75+
70-74
65-69
60-64
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39 Jiwa
30-34
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
0 5000 10000 15000 20000 25000 30000

Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2013

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.3.2.2. Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Menurut lapangan usaha utama, mayoritas penduduk Kabupaten Malaka yang berusia 15 tahun ke atas adalah petani, yakni sebanyak 58.822 orang,
atau 75,35% dari keseluruhan penduduk Kabupaten Malaka yang berusia 15 tahun ke atas. Uraian lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 2.14
berikut.

Tabel 2.14

Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama dan Kecamatan di Kabupaten Malaka, 2010

Listrik, Jasa-
Pertanian Pertambangan Industri Konstruksi Perdagangan Komunikasi Keuangan Jumlah
No Kecamatan Gas&Air Jasa

1 Kobalima Timur 2591 1 278 2 6 22 61 0 248 3209


2 Laenmanen 3943 551 573 0 59 65 217 0 341 5749
3 Io Kufeu 3283 0 5 0 19 10 60 1 180 3558
4 Kobalima 6009 515 280 6 73 235 400 4 838 8360
5 Malaka Timur 3725 102 40 2 30 92 178 3 332 4504
6 Rinhat 5348 157 572 2 77 63 178 0 328 6725
7 Wewiku 5946 24 1280 8 63 155 346 0 545 8367
8 Botin Leo Bele 1330 0 317 1 38 30 77 0 113 1906
9 Sasitamean 2949 7 516 3 69 125 157 0 304 4130
10 Malaka Barat 5641 0 723 5 84 298 375 4 539 7669
11 Weliman 7656 2 582 2 32 129 222 5 369 8999
12 Malaka Tengah 10401 6 722 17 174 1126 768 68 1606 14888
Kabupaten Malaka 58822 1365 5888 48 724 2350 3039 85 5743 78064
Sumber: Sensus Penduduk 2010, BPS Kabupaten Belu

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.3.2.3. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Berdasarkan data Penduduk 5 Tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang


ditamatkan di Kabupaten Malaka pada tahun 2010, penduduk yang menamatkan
pendidikan di tingkat SD/MI/sederajat memiliki jumlah paling banyak, yakni 41.936
orang. Dan penduduk yang menamatkan pendidikan di tingkat S2-S3 memiliki jumlah
paling sedikit, yakni 18 orang. Rincian Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan dapat
dilihat di tabel 2.15

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Tabel 2.15

Penduduk 5 Tahun ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Malaka, 2010

Tidak/Belum SLTA/MA/
Tidak/Belum IslamSD/MI/ SLTP/MTs/ SM DIV-
No Nama Kecamatan Pernah DI-DIII S2-S3
Tamat SD Sederajat Sederajat Sederajat Kejuruan S1
Sekolah

1 Kobalima Timur 1204 1343 1882 381 514 12 34 16 0

2 Laenmanen 2261 2459 3254 691 626 72 75 56 1

3 Io Kufeu 1088 920 1334 209 213 34 18 8 0

4 Kobalima 3320 3753 4277 1756 1443 151 141 112 4

5 Malaka Timur 2055 1874 2582 719 508 112 79 49 1

6 Rinhat 4183 2701 3193 797 512 43 60 36 1

7 Wewiku 4534 3874 3916 1364 964 55 191 90 0

8 Botin Leobele 2059 1531 2180 303 194 21 53 35 0

9 Sasitamean 1922 1770 2199 466 467 23 63 45 1

10 Malaka Barat 5010 4096 4777 1939 1266 102 140 128 0

11 Weliman 4936 3481 4123 1369 894 49 98 44 0

12 Malaka Tengah 7315 6532 8219 4026 3084 262 334 364 10

Jumlah 39887 34334 41936 14020 10685 936 1286 983 18

Sumber: Belu dalam Angka, 2013

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.3.2.4. Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Berdasarkan data Kecamatan dalam Angka tahun 2014 tercatat bahwa penduduk Kabupaten
Malaka berjumlah 171.079 jiwa yang terdiri atas 83.492 jiwa laki-laki dan 87.587 jiwa
perempuan. Tabel 3. berikut menunjukkan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di
Kabupaten Malaka pada tahun 2013. Tampak bahwa secara keseluruhan jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin di Kabupaten Malaka, kaum perempuan dengan persentase51,20%
lebih banyak daripada kaum laki-laki dengan persentase48,80%. Rincian Penduduk Menurut
jenis kelamin dapat dilihat di tabel 2.16 dan grafik 2.3

Tabel 2.16
Jumlah PendudukMenurut Jenis KelaminKabupaten Malaka Tahun 2013
Nama Penduduk (jiwa)
No
Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Kobalima Timur 3019 3266 6285

2 Laenmanen 5672 5658 11330

3 Io Kufeu 3676 4005 7681

4 Kobalima 8547 8800 17347

5 Malaka Timur 4660 4764 9424

6 Rinhat 7178 7384 14562

7 Wewiku 8827 9050 17877

8 Botin Leobele 2257 2503 4760

9 Sasitamean 4066 4159 8225

10 Malaka Barat 9504 10526 20030

11 Weliman 8546 9143 17689

12 Malaka Tengah 17540 18329 35869

Jumlah 83492 87587 171079

Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2013

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Grafik 2.3
Jumlah PendudukMenurut Kecamatan dan Jenis KelaminKabupaten Malaka Tahun 2013

Malaka Tengah
Weliman
Malaka Barat
Sasitamean
Botin Leo Bele
Wewiku
Perempuan
Rinhat
Laki-Laki
Malaka Timur
Kobalima
Io Kufeu
Laenmanen
Kobalima Timur

0 5000 10000 15000 20000

2.3.2.5. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Berdasarkan data Kecamatan dalam Angka tahun 2014 tercatat bahwa penduduk Kabupaten
Malaka yang terbanyak berdasarkan agama yang dianut adalah penganut agama Katolik
sebanyak 145.954 jiwa, sedangkan yang paling sedikit adalah penganut agama Budha
sebanyak 21 jiwa. Rincian Penduduk Menurut Pemeluk Agama dapat dilihat di tabel 2.17

Tabel 2.17
Penduduk Menurut Pemeluk Agama Kabupaten MalakaTahun 2013

No Nama Kecamatan Katolik Kristen Protestan Islam Hindu Budha

1 Kobalima Timur 6190 70 25 0 0


2 Laenmanen 9550 1777 3 0 0
3 Io Kufeu * * * * *
4 Kobalima 16390 456 298 203 0
5 Malaka Timur 8548 873 3 0 0
6 Rinhat 13518 1041 3 0 0
7 Wewiku 14631 3236 10 0 0
8 Botin Leobele 4661 99 0 0 0
9 Sasitamean 8064 138 23 0 0
10 Malaka Barat 16578 3388 60 4 0
11 Weliman 16016 1673 0 0 0
12 Malaka Tengah 31808 2743 1273 24 21
Jumlah 145954 15494 1698 231 21
Sumber : Kecamatan Dalam Angka, 2013

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.3.2.6. Jumlah Rumah Tangga Miskin

Berdasarkan hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) tahun 2011, masih terdapat
banyak penduduk miskin yang tersebar di berbagai Kecamatan di Kabupaetn Malaka. Rincian
tersaji di tabel 2.18

Tabel 2.18

Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Malaka, 2011

No Nama Kecamatan SM* M* HM* RML* Jumlah

1 Kobalima Timur 81 123 299 876 1379


2 Laenmanen 293 251 579 1562 2685
3 Io Kufeu 170 222 426 989 1807
4 Kobalima 210 271 689 1736 2906
5 Malaka Timur 108 125 360 1419 2012
6 Rinhat 220 307 692 1947 3166
7 Wewiku 364 371 847 1659 3241
8 Botin Leobele 64 90 198 522 874
9 Sasitamean 80 120 368 1170 1738
10 Malaka Barat 204 308 880 2702 4094
11 Weliman 323 379 938 2004 3644
12 Malaka Tengah 295 373 1032 3606 5306
Jumlah 2412 2940 7308 20192 32852
Sumber : Pendataan Program Perlindungan Sosial 2011 (PPLS11), BPS, dalam Belu dalam Angka,
2013.

Catatan :

*) SM = Sangat Miskin/ Very Poor ( <0,8 x GK**)

*) M = Miskin/ Poor ( 0,8 – GK )

*) HM= Hampir Miskin/ Almost Poor ( GK – 1,2GK)

*) RML= Rentan Miskin Lainnya/ (1,2GK – 1,6GK)

**) GK = Garis Kemiskinan/ Poverty Line

2.3.3. Pola Sebaran Dari Sumberdaya Manusia

Pola sebaran penduduk di Kabupaten Malaka tidak tersebar secara merata. Kecamatan yang
paling padat penduduknya adalah Kecamatan Malaka barat, yakni 248 jiwa/Km2. Sementara,

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

kecamatan yang paling jarang penduduknya adalah Kecamatan Kobalima Timur, yakni 65
jiwa/Km2. Uraian lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 2.19 berikut:

Tabel 2.19

Kepadatan Penduduk kabupaten Malaka Menurut KecamatanTahun 2013

Kepadatan
Nama Penduduk
No Penduduk
Kecamatan (jiwa)
(jiwa/Km2)

1 Kobalima Timur 6285 65

2 Laenmanen 11330 121

3 Io Kufeu 7681 113

4 Kobalima 17347 143

5 Malaka Timur 9424 113

6 Rinhat 14562 96

7 Wewiku 17877 183

8 Botin Leo Bele 4760 122

9 Sasitamean 8225 126

10 Malaka Barat 20030 248

11 Weliman 17689 200

12 Malaka Tengah 35869 213

2.3.4. Perkembangan dan Proyeksi Jumlah Penduduk

Perkiraan jumlah penduduk ini penting dalam suatu perencanaan, karena kependudukan
merupakan salah satu penentu dalam mengkondisikan perkembangan suatu wilayah baik dari
segi fisik maupun non fisik. Dengan mengetahui perkembangan suatu penduduk di suatu
wilayah maka akan dapat diketahui prediksi dari kebutuhan akan fasilitas dan utilitas
penunjang serta perkiraan kebutuhan ruangnya. Dengan mengetahui prediksi akan kebutuhan
fasilitas, utilitas dan ruangnya maka akan relatif lebih mudah untuk memberikan arahan
perkembangan sehingga akan didapat keteraturan secara fisik dan non fisik.

Pertumbuhan penduduk di kabupaten Malaka dari tahun 2011-2014 rata-rata 0,014 pertahun.
Sehingga nilai rata-rata pertumbuhan inilah yang menjadi dasar dalam memproyeksikan

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

hingga akhir tahun perencanaan. Dimana hingga akhir tahun perencanaan jumlah penduduk
kabupaten Malaka diperkirakan berjumlah 714.696 jiwa. Berikut proyeksi penduduk dapat di
lihat pada tabel 2.20

Tabel 2.20.

Proyeksi Penduduk Kabupaten Malaka Tahun 2015 – 2035

Penduduk (jiwa)
No Kecamatan
2015 2020 2025 2030 2035

1 Kobalima Timur 7.157 9.905 13.709 18.972 26.256


2 Laenmanen 12.903 17.857 24.712 34.201 47.332
3 Io Kufeu 8.747 12.106 16.753 23.186 32.088
4 Kobalima 19.755 27.340 37.836 52.364 72.468
5 Malaka Timur 10.732 14.853 20.555 28.447 39.370
6 Rinhat 16.583 22.950 31.762 43.957 60.834
7 Wewiku 20.358 28.175 38.992 53.964 74.683
8 Botin Leo Bele 5.421 7.502 10.382 14.369 19.885
9 Sasitamean 9.367 12.963 17.940 24.828 34.361
10 Malaka Barat 22.810 31.568 43.689 60.463 83.677
11 Weliman 20.144 27.879 38.582 53.396 73.897
12 Malaka Tengah 40.848 56.531 78.236 108.274 149.846
Jumlah 194.825 269.627 373.150 516.419 714.696
Sumber: Hasil analisa hitungan proyeksi 2014

2.4. TATANAN SOSIAL DAN ADAT ISTIADAT YANG MASIH BERLAKU

Ditinjau dari segi Budaya dan Antropologis, penduduk Kabupaten Malaka dalam susunan
masyarakatnya terbagi atas 4 sub etnik yang besar yaitu : Ema Tetun, Ema Kemak, Ema Bunak
dan Ema Dawan Manlea. Keempat sub etnik mendiami lokasi-lokasi dengan karakteristik
tertentu dengan kekhasan penduduk bermayoritas penganut agama Kristen Katolik. Masing-
masing etnik tersebut mempunyai bahasa dan praktek budaya yang saling berbeda satu sama
lain dan kesamaan dilain segi. Kendati demikian, masyarakat Malaka dapat dengan mudah
hidup rukun dikarenakan aspek kesamaan-kesamaan spesifik. Mata pencaharian utama adalah
bertani yang masih dikerjakan secara ekstensif tradisional.

Dari aspek ekologis, kondisi tanah Malaka sangat subur karena selain memiliki lapisan tanah
jenis berpasir dan hitam juga dikondisikan dengan curah hujan yang relatif merata sepanjang

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

tahun. Daerah Malaka yang subur tersebut membuatnya potensial untuk dikembangkan
menjadi daerah peternakan dan pertanian. Sub sektor perikanan dengan kawasan pantai yang
membentang dari Malaka bagian selatan sampai utara turut mempengaruhi pemerataan
pekerjaan dan pendapatan. Selain itu dari sub sektor kehutanan kontribusi yang diperoleh juga
signifikan dengan beberapa jenis pohonseperti cendana, eukaliptus, kayu merah dan jati. Dari
sektor dan sub sektor lainnya seperti perdagangan dan jasa, industri dan lainnya juga
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan PDRB dan peningkatan PAD.
Masyarakat Malaka memiliki budaya dan adat istiadat yang turun menurun dan yang selalu
diupayakan agar tetap lestari.

Pada zaman dahulu kesenian tradisional ditampilkan pada saat upacara-upacara adat. Dan
sekarang ditampilkan pada saat penerimaan tamu, acara-acara resmi lainya.dikabupaten
malaka setiap tahun diadakan pagelaran seni budaya malaka yang mana menampilkan semua
kesenian daerah baik yang tradisional maupun yang sudah dimodifikasi diantaranya :

 Tarian Likurai
 Tebe
 Bidu
Selain itu terdapat beberapa upacara adat yang biasa dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten
Malaka yaitu

 Upacara Cukur Rambut


 Upacara Perkawinan Adat
 Upacara Adat uor sai a (Kelahiran Bayi)s
 Upacara Pembuatan Rumah Adat
 Sau Batar / Hamis (panen raya jagung)
 Upacara Pendinginan Rumah Pemali
 Upacara Pemakaman, dll.

2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah

Jumlah total pendapatan dalam APBD Kabupaten Belu dari tahun ke tahun terus
meningkat. Pada tahun 2013 ini diperkirakan sejumlah Rp. 366.210.292.863,-Kondisi
keuangan dan perekonomian Kabupaten Belu secara lengkap dapat dilihat dalam table 2.5. di
bawah ini.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Tabel 2.5. Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Belu Tahun 2009 - 2013
Tahun
No Anggaran
2009 2010 2011 2012 2013*
A Pendapatan
1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 22.095.998.629 33.447.006.092 34.802.681.366 47.085.113.257 22.101.735.361
2 Dana Perimbangan (Transfer) 475.602.087.209 471.084.561.811 511.229.980.728 643.122.500.147 327.879.415.066
3 Lain-lain Pendapatan yang sah 22.765.967.914 53.874.909.264 116.415.294.814 54.358.881.521 16.229.142.436
Jumlah Pendapatan 520.464.053.752 558.406.477.167 662.447.956.908 744.566.494.925 366.210.292.863
B Belanja 527.059.297.710 541.861.924.542 675.994.854.748 724.185.825.805 192.311.760.574
1 Belanja Tidak Langsung 286.538.980.583 345.794.334.990 416.349.074.972 429.883.643.484 150.988.530.118
2 Belanja Langsung 240.520.317.127 196.067.589.552 259.645.779.776 294.302.182.321 41.323.230.456
Jumlah Belanja 527.059.297.710 541.861.924.542 675.994.854.748 724.185.825.805 192.311.760.574
Surplus/Defisit Anggaran (6.595.243.958) 16.544.552.625 (13.546.897.840) 20.380.669.120 173.898.532.289

*: Tahun 2013 masih belum dilakukan PAK dan pemeriksaan oleh BPKP
Sumber : Dinas PPKAD Kabupaten Belu 2013

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Dalam lima tahun terakhir anggaran sanitasi dalam APBD Kabupaten Belu bergerak stagnan di kisaran Rp 3000 - 4000 per kapita, dengan
nilai ter tinggi pada tahun 2013 yakni Rp 4924 per kapita. Nilai ini tentunya masih jauh dari ideal untuk pembangunan sanitasi yang layak, yakni
sekitar 47.000 per kapita. Secara lengkap, kondisi anggaran sanitasi per kapitan dapat dilihat pada table di bawah ini.

Tabel 2.6. RekapitulasiRealisasi Belanja Sanitasi seluruh SKPD Kabupaten Belu Tahun 2009 – 2013

Tahun
No Uraian
2009 2010 2011 2012 2013
1 Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 ) 1.785.027.909 1.932.285.337 2.124.993.455 2.572.695.364 813.553.309
1.1 Air Limbah Domestik
1.2 Sampah rumah tangga 1.459.657.000 1.427.400.646 1.492.408.182 2.283.295.364 416.662.536
1.3 Drainase lingkungan 325.370.909 489.884.691 564.705.273 277.095.000 396.890.773
1.4 PHBS 15.000.000 67.880.000 12.305.000 0
2 Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 ) 2.605.309.091 2.596.206.363 2.759.734.545 4.144.013.636 3.616.616.091
2.1 DAK Sanitasi 844.800.000 858.110.000 931.150.000 1.117.325.000 1.175.933.000
2.2 DAK Lingkungan Hidup 70.909.091 1.596.206.363 1.627.724.545 1.763.688.636 248.999.091
2.3 DAK Air Minum 2.534.400.000 1.000.000.000 1.132.010.000 1.263.000.000 2.191.684.000
3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi - - - - -
Bantuan Keuangan Provinsi untuk
4 - - - - -
Sanitasi
Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1+2+3) 4.390.337.000 4.528.491.700 4.884.728.000 6.716.709.000 4.430.169.400
Total Belanja Langsung 34.412.884.155 69.686.293.885 109.913.894.550 46.092.226.250 447.237.862.170

% APBD murni terhadap Belanja Langsung 12,76% 6,50% 4,44% 14,57% 0,99%

Sumber : APBD Kab. Belu tahun 2009 – 2013, diolah

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Tabel 2.7. Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Belu Tahun 2009 - 2013

T a h uTna h u n

No
No Deskripsi
Deskripsi 2009 2010 2011 2012 2012 2013 2013

1.000.000.00
11 Total
Total
Belanja
Belanja
Sanitasi
Sanitasi
Kab.
Kab.
Belu
Belu 844.800.000 0 931.150.000 1.117.325.000
1.117.325.000
1.175.933.000
1.175.933.000

22 Jumlah
Jumlah
Penduduk
Penduduk 190.157 188.835 189.347 193.478 193.478
203.291 203.291

Sumber : APBD Kab. Belu tahun 2009 – 2013, diolah

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Untuk melihat angka pertumbuhan ekonomi Kabupaten Belu selama lima tahun
terakhir, dapat dilihat dari Produk Domestic Regional Brutto (PDRB). Dari tabel di bawah
ini akan terihat wa pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Belu.Hal ini mengindikasikan
bahwa roda perekonomian di Kabupaten Belu bergerak dengan cepat. Secara lengkap,
kondisi data perekonomian umum Kabupaten Belu dalam lima tahun terakhir dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.8. Tabel Peta Perekonomian Kabupaten BeluTahun 2009 - 2013

Tahun
No. Deskripsi
2009 2010 2011 2012 2013

1 PDRB harga
konstan (struktur 974.399.443.000,- 1.022.047.575.000,- 1.059.914.220.000,- - -
perekonomian Rp)

2 Pendapatan
perkapita 4.832.175.000,- 5.257.921.000,- 5.399.774.000,- - -
Kabupaten (Rp)

4 Pertumbuhan
4,74% 4,89% 3.98% - -
Ekonomi (%)

Sumber : Bappeda Kab. Belu Tahun 2013

2.4. Tata Ruang Wilayah


2.4.1. Struktur Ruang

Struktur ruang kabupaten bertujuan dalam penentuan hirarki dan penetapan


fungsi kawasan baik perkotaan maupun perdesaan, serta pembagian satuan
wilayah pengembangan. Adanya hierarki perkotaan berarti ada keterkaitan suatu
perkotaan dengan perkotaan lainnya. Perkotaan yang memiliki hierarki lebih
tinggi akan lebih besar pengaruh jangkauannya dan akan mempengaruhi
perkotaan yang hierarkinya lebih rendah.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Rencana Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten Malaka

Arahan pengembangan sistem perkotaan di Kabupaten Malaka dilihat


dari adanya keterkaitan kawasan perkotaan satu dengan lainnya
bertujuan untuk memperkuat kelompok kawasan-kawasan perkotaan
yang terdapat di Kabupaten Malaka. Mengingat kawasan-kawasan
perkotaan sangat strategis peranannya dalam pengembangan wilayah
secara keseluruhan, maka kawasan-kawasan perkotaan perlu diarahkan
ke pertumbuhan dan pengembangannya agar mampu saling berinteraksi
melalui keterkaitannya dan keteraturan fungsi-fungsi
pengembangannya.

Kota adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas daerah


bercirikan perkotaan, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat kota menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasai
masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten dibahas berdasarkan sistem


perkotaan wilayah Kabupaten Malaka meliputi: penetapan pusat - pusat
kegiatan perkotaan di wilayah kabupaten yang merupakan simpul
pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat.

Rencana pengembangan sistem perkotaan yang ada di Kabupaten


Malakayaitu :
 Pusat Kegiatan Lokal PKLyaitu di Perkotaan Betunmerupakan
ibukota Kecamatan Malaka Tengah yang juga merupakan ibukota
kabupaten Malaka.
 Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) yaitu di Perkotaan Maroma
Rai yang merupakan ibukota Kecamatan Kobalima Timur, dan
Kmilaran (Kecamatan Weliman).

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang meliputi : Besikama


(Kecamatan Malaka Barat), Kaputu (Kecamatan Sasitamean), Boas
(Malaka Timur), dan Raihenek (Kecamatan Kobalima).
 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang meliputi Fatuao
(Kecamatan Io Kufeu), Eokpuran (Kecamatan Laen Manen),
Sarina (Kecamatan Botin Leo Bele), Biudukfoho (Kecamatan
Rinhat), dan Hanemasin (Kecamatan Wewiku).
Berdasarkan pertimbangan diatas, maka rencana sistem perkotaan di wilayah
Kabupaten Malaka adalah sebagaimana yang terlihat pada tabel
dan Peta 3.1. berikut ini

Tabel 3.1.

Rencana Sistem Perkotaan Kabupaten Malaka tahun 2014 – 2034.

PKL PKLp PPK PPL

Betun di  Maroma Rai di  Raihenek di kec.  Fatuaodi kecamatanIo


Kecamatan Kecamatan Kobalima Kobalima Kufeu
Malaka Tengah
Timur
 Kaputu di kec.  Sarina di Kecamatan
 Kmilaran di
Sasitamean Botin Leo Bele
kecamatan Weliman
 Boas di kec.  Biudukfoho di
Malaka Timur Kecamatan Rinhat
 Besikama di  Hanemasin di
Kecamatan Kecamatan Wewiku
Malaka Barat  Eokpuran di
Kecamatan Laen
manen
Sumber : Hasil Analisa Tim RTRW 2014

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Tabel 3.2.

Rencana Fungsi Utama Sistem Perkotaan Malaka Tahun 2014 – 2034

Wilayah/Kawasan Hirarki/Fungsi Fungsi Utama

Betun di Kecamatan PKL  Pemerintahan


Malaka Tengah  Perdagangan dan Jasa
 Pendidikan
 Kesehatan
 Pusat Kebudayaan
Maroma Rai di kecamatan PKLp  Perdagangan dan Jasa
Kobalima Timur
 Industri
 Pertanian
 Peternakan
 PMB Logam (Pertambangan
Minral non Logam)
Kmilaran di Kecamatan PKLp  Perkebunan
Weliman  Pertanian Hortikultura
 Penunjang Agropolitan
 Kebudayaan
 PMB Logam
Kaputu di kecamatan PPK  Perkebunan
 Pertanian
Sasitamean
 Peternakan
 PMB Logam
Besikama di PPK  Peternakan
Kecamatan Malaka  Pertanian
Barat  Perkebunan
 PMB Logam

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Wilayah/Kawasan Hirarki/Fungsi Fungsi Utama

Raihenek di Kecamatan PPK  Agropolitan


Kobalima  Minapolitan
 Pariwisata Bahari
 Pertambangan minyak tanah
 PMB Logam
Boas di Kecamatan PPK  Perkebunan
Malaka Timur  Pertanian Hortikultura
 Penunjang Agropolitan
 Kebudayaan
 PMB Logam
Fatuao di Kecamatan Io PPL  Perkebunan
Kufeu  Pertanian Holtikultura
 Peternakan
 PMB Logam
Sarina di Kecamatan PPL  Pertanian Hortikultura
Botin Leo Bele  Perkebunan
 Pertambangan mineral bukan
logam
 Pertambangan emas
Biudukfoho di PPL  Perkebunan
Kecamatan Rinhat  Pertanian Hortikultura
 Hutan produksi terbatas
Hanemasin di PPL  Pertanian Sawah
Kecamatan Wewiku  Pertanian Hortikultura
 Penunjang Agropolitan
 Pariwisata bahari terpadu
 PMB Logam

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Wilayah/Kawasan Hirarki/Fungsi Fungsi Utama

Eokpuran di PPL  Perkebunan


Kecamatan Laen  Pertanian
manen  Peternakan
 PMB Logam
Sumber : Hasil Analisa Tim RTRW 2014

2.4.2. RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA WILAYAH KABUPATEN


MALAKA

Rencana sistem jaringan prasarana wilayah terdiri atas sistem jaringan prasarana
transportasi, sistem jaringan prasarana energi, sistem jaringan prasarana
telekomunikasi, sistem jaringan prasarana sumber daya air, sistem jaringan prasarana
lainnya, rencana sistem jaringan prasarana wilayah lainnya dapat meliputi jaringan
prasarana lingkungan, mencakup prasarana pengelolaan lingkungan yang terdiri atas
sistem jaringan persampahan, sumber air minum kota, jalur evakuasi bencana, dan
sistem jaringan prasarana kabupaten lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan
pengembangan kabupaten.

2.4.2.1. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi terdiri atas transportasi


darat, laut dan udara, yang masing-masing akan dibahas satu persatu di bawah ini.

 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Transportasi


Darat

Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana transportasi darat terdiri atas


rencana pengembangan jaringan jalan, pengelolaan jalan, hierarki jalan, rencana

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

pengembangan prasarana terminal penumpang, rencana pengembangan prasarana


angkutan umum.

a) Rencana Pengembangan Jaringan Jalan


Sebagai upaya meningkatkan layanan transportasi di Kabupaten Malaka
maka perlu direncanakan jaringan jalan yang dapat menjangkau seluruh
wilayah dengan standart kelayakan jalan yang ditetapkan. Adapun
pengembangan jaringan jalan di Kabupaten Malaka antara lain :
 Melakukan pelebaran jaringan jalan kolektor primer dan lokal primer
sehingga ukuran jalan memenuhi persyaratan yang diharuskan.
 Melakukan peningkatan kualitas perkerasan jalan sehingga dapat
meningkatkan kenyamanan terhadap pengguna jalan dan sekaligus
memperlancar layanan transportasi di Kabupaten Malaka, diantaranya
pada jalan yang menghubungkan antara :
Besikama – Wanibesak; Webua – Motamasin; Rainino – Kaputu; Kakase –
Biudukfoho; Fatukbesi – Fatuknutuk; Weliman – Biudukfoho; Numponi –
Uabau; Kaputu – Umasukaer; Boas – Uarau – Wemasa – Motamasin.
 Penataan estetika koridor jalan pada jalan perkotaan di Betun sebagai
ibukota kabupaten.
 Pengembangan jalan baru, lebar jalan direncanakan berdasarkan
kepada volume lalu lintas yang melintas di ruas jalan tersebut. Semakin
besar volume lalu lintas maka lebar jalur lalu lintas akan semakin lebar
pula. Lebar jalur lalu lintas harus direncanakan sedemikian sehingga
kinerja ruas jalan tersebut dalam batas yang dipersyaratkan yaitu
derajat kejenuhan kurang dari 0,75. Untuk jaringan jalan yang volume
lalu lintasnya masih sangat rendah maka perencanaan lebar jalur lalu
lintas direncanakan mengacu kepada ketentuan lebar minimal
sebagaimana yang di tuangkan pada PP. No. 34 Tahun 2006.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

b) Rencana Pengelolaan Jalan


Pengelolaan jalan di Kabupaten Malaka saat ini dikelola oleh Pemerintah
Kabupaten dan Pemerintah Propinsi. Namun untuk ke depannya,
direncanakan ada peningkatan status jalan dari yang semula jalan
kabupaten menjadi jalan propinsi dan yang jalan propinsi menjadi jalan
nasional.
 Peningkatan status jalan kabupaten menjadi jalan propinsi di : ruas
Jalan Weliman/Kecamatan Weliman – Biudukfoho/Kecamatan Rinhat
(/K.04) sebagai penghubung antara Kecamatan Weliman dan
Kecamatan Rinhat menuju perbatasan antara kabupaten Malaka dengan
Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS),
 Peningkatan status jalan kabupaten menjadi jalan provinsi di ruas jalan
Umasukaer – Kaputu – Rainino (/K04) sebagai penghubung antara
kabupaten Malaka dengan kabupaten TTU dan Belu menuju Kupang
melalui TTS.
 Peningkatan status jalan propinsi menjadi jalan nasional pada ruas Jalan
1) Webua/Kecamatan Malaka Tengah – Motamasin/Kecamatan
Kobalima Timur (P.125) sebagai penghubung menuju Pintu Lintas Batas
RI – RDTL (PLB) III Motamasin.
 Peningkatan status jalan Provinsi menjadi jalan nasional pada ruas jalan
Webua/kecamatan Malaka Tengah – Besikama/kecamatan Malaka
Barat – Lamea/kecamatan Wewiku menuju Boking (TTS) menuju
Kupang sebagai penghubung menuju ibukota provinsi NTT
 Peningkatan status jalan kabupaten menjadi jalan strategis nasional
pada ruas jalan Metamauk – Futusakar menuju Laktutus (Fatubesi,
kabupaten Belu) sebagai jalan sabuk perbatasan antar negara RI –
RDTL.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 Peningkatan status jalan kabupaten : Simpang Uarau – Maromarai –


Kotabot terkoneksi dengan jalan sabuk perbatasan sebagai jalan
strategis nasional.
 Peningkatan status jalan provinsi simpang Halilulik – Teun – Simpang
Webua menuju Motamasin diperbatasan RI – RDTL (PLB) menjadi jalan
Nasional
c) Rencana Fungsi Jalan

Berdasarkan fungsinya, jalan – jalan yang ada di Kabupaten Malaka terdiri


dari jalan dengan fungsi :

 Rencana Pengembangan Jalan Arteri Primer


Yang dimaksud dengan jalan Arteri Primer adalah sistem jaringan jalan
yang menghubungkan pusat kegiatan nasional (PKN) dengan pusat
kegiatan nasional (PKN), dan pusat kegiatan nasional (PKN) dengan
pusat kegiatan wilayah (PKW). Sedangkan jalan yang menghubungkan
pusat kegiatan wilayah (PKW) dengan pusat kegiatan wilayah (PKW)
tetap menjadi jalan kolektor primer 1, jalan arteri primer dan jalan
kolektor primer 1 adalah jalan nasional.

Ketentuan teknis tentang jalan arteri sistem primer dijelaskan dalam


Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
disebutkan bahwa:
a. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal
60 km / jam dengan lebar badan jalan minimal 11 meter;
b. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari
volume lalu lintas rata-rata;
c. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu
oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal;

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

d. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi;


e. Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan
tertentu; serta

f. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau


kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

Dari uraian diatas maka rencana jaringan jalan arteri primer dengan
status jalan nasional di Kabupaten Malaka adalah :
1) ruas Jalan Webua/Kecamatan Malaka Tengah –
Motamasin/Kecamatan Kobalima Timur (P.125) sebagai penghubung
menuju Pintu Lintas Batas RI – RDTL (PLB) III Motamasin;
2) Ruas jalan yang menghubungkan Kupang – RDTL (Timor Leste)
melalui Kupang – TTS – TTU – Simpang Haliulik – Boas – Uarau –
Wemasa – Motamasin – Timor Leste sebagai ruas jalan yang
menghubungkan pintu lintas batas (PLB) Motamasin dengan RDTL.
3) Ruas jalan provinsi menjadi jalan nasional pada ruas jalan ;
Webua/Kecamatan Malaka Tengah – Besikama/Kec. Malaka Barat –
Lamea/Kec. Wewiku menuju Boking (TTS) – Kupang, sebagai
penghubung menuju ibukota provinsi NTT.
4) Ruas jalan kabupaten menjadi jalan strategis nasional pada ruas jalan
Metamauk – Fatusakar menuju Laktutus (Fatubesi Kab. Belu).
Sebagai jalan sabuk perbatasan antar negara RI – RDTL.

 Rencana pengembangan jalan lingkar


1. Rencana pengembangan jalan lingkar yang berfungsi sebagai jalan
arteri primer yang ada di Kabupaten Malaka terletak pada ruas jalan
yang mengelilingi perkotaan Betun Kecamatan Malaka Tengah, yaitu
ruas jalan Webua – Harekakae – Kletek – Bereliku – Naimana –

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Forekmodok – Atokama – Umaklolok – Umasukaer – Wehali –


Kamanasa – Bebua.
2. Peningkatan jalan sabuk perbatasan RI dan RDTL total panjang 28
kilometer yang meliputi ruas – ruas jalan sebagai berikut: (Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.4.
Tabel 3.4

Ruas Jalan, Status Jalan Eksisting, dan panjang jalan Sabuk Perbatasan

Kabupaten Malaka

Status Jalan Saat Panjang


No. Ruas Jalan
ini (km)

1 Fatusakar – Metamauk Kabupaten 28,00

Total 28,00

Sumber : Hasil Analisa Tim RTRW 2014

 Rencana Pengembangan/peningkatan fungsi Jalan Kolektor Primer


Rencana pengembangan sistem kolektor primer penetapannya pada
jaringan jalan/ruas jalan yang sudah ada yaitu: jaringan jalan yang
menghubungkan Kupang – RDTL (Timor Leste), melalui ruas jalan yang
menghubungkan Malaka Tengah – Weliman – Biudukfoho – Nunfutu -
Boking – Kolbano – Amanuban Selatan – Amarasi – Kupang Barat
(Selatan Timor)danruas jalan Rainino – Kaputu – Umasakaer sebagai
penghubung antara perbatasan Kabupaten Malaka dengan Kabupaten
TTU menuju PKlp Betun.
 Rencana Pengembangan Jalan Lokal Pimer
Rencana pengembangan jalan lokal primer untuk ruas jalan yang
menghubungkan antar wilayah (ibukota) kecamatan, diantaranya: jalan

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

yang menghubungkan antar ibukota Kecamatan atau dengan kegiatan


yang memiliki skala kecamatan di Kabupaten Malaka.Ketentuan teknis
tentang jalan Lokal sistem Primer dijelaskan dalam Pasal 15 Peraturan
Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang memaparkan bahwa :
a. Jalan lokal primer di desain berdasarkan kecepatan rencana minimal
20 km / jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter; dan
b. Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh
terputus.

Pengembangan jalan lokal yang ada di Kabupaten Malaka, adalah sebagai


berikut:

a. Jalan-jalan dalam kota Betun Kecamtan Malaka Tengah


b. Jalan-jalan yang menghubungkan antar desa dalam kecamatan, antar
kecamatan.

d) Rencana Pengembangan Prasarana Terminal Penumpang


Keberadaan terminal dalam sistem transportasi mempunyai fungsi yang
sangat penting dalam memperlancar pergantian moda angkutan dari satu
titik ke titik tujuan. Terminal Penumpang adalah prasarana transportasi
jalan untuk keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang,
perpindahan intra dan/atau antar moda transportasi serta mengatur
kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum. Sedangkan Terminal
Barang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan membongkar
dan memuat barang serta perpindahan intra dan/atau antar moda
transportasi.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Gambar 3.2
Terminal Pedesaan di Betun Malaka Tengah

Kabupaten Malaka memiliki beberapa terminal Pedesaan pada masing –


masing kecamatan di Kabupaten Malaka. Dengan melihat kondisi serta
fungsi terminal saat ini yang belum optimal, maka arahan kedepannya
sebagai prasarana penunjang sektor transportasi maka perlu adanya upaya
pengembangan terminal dan perubahan ststus dari terminal kelas pedesaan
ke terminal tipe C dan tipe B. Terminal Penumpang Tipe C, berfungsi
melayani kendaraan umum untuk angkutan pedesaan, sedangkan terminal
tipe B berfungsi melayani kendaraan umum untuk angkutan antar kota
dalam propinsi, angkutan kota dan/atau angkutan pedesaan. Penentuan
lokasi terminal penumpang harus memperhatikan:
 Rencana kebutuhan lokasi simpul yang merupakan bagian dari rencana
umum jaringan transportasi jalan.
 Rencana umum tata ruang
 Kepadatan lalu lintas dan kapasitas jalan di sekitar terminal
 Keterpaduan moda transportasi baik intra maupun antar moda.
 Kondisi topografi, lokasi terminal.
 Kelestarian lingkungan.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Persyaratan Lokasi Terminal Tipe C


 Terletak di dalam wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II dan dalam
jaringan trayek angkutan pedesaan.
 Terletak di jalan kolektor atau lokal dengan kelas jalan paling tinggi IIIA.
Tersedia lahan yang sesuai dengan permintaan angkutan.
 Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,
sesuai kebutuhan untuk kelancaran lalu lintas di sekitar terminal.

Persyaratan Lokasi Terminal Tipe B


 Terletak di Kota atau Kabupaten dan dalam jaringan trayek angkutan
kota dalam propinsi.
 Terletak di jalan arteri atau kolektor dengan kelas jalan sekurang-
kurangnya kelas IIIB.
 Jarak antara dua terminal penumpang Tipe B atau dengan terminal tipe
A sekurang-kurangnya 15 km di Pulau Jawa, 30 km di Pulau lainnya.
 Tersedia luas lahan sekurang-kurangnya 3 ha untuk terminal di Pulau
Jawa dan Sumatera, dan 2 ha di pulau lainnya.
 Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,
sekurang-kurangnya berjarak 50 meter di Pulau Jawa dan 30 meter di
pulau lainnya.

Fasilitas utama terminal yang terdiri dari:


 Jalur pemberangkatan kendaraan umum
 Jalur kedatangan kendaraan umum
 Tempat tunggu kendaraan umum
 Tempat istirahat sementara kendaraan umum
 Bangunan kantor terminal

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar, menara pengawas,


loket penjualan karcis, rambu-rambu dan papan informasi, yang
memuat petunjuk jurusan, tarif, dan jadwal perjalanan, pelataran parkir
kendaraan pengantar dan taksi.
 kamar kecil/toilet
 musholla
 kios/kantin
 ruang pengobatan
 ruang infromasi dan pengaduan telepon umum
 tempat penitipan barang
 Taman.
 Kegiatan sirkulasi penumpang, pengantar, penjemput, sirkulasi barang
dan pengelola terminal.
 Macam tujuan dan jumlah trayek, motivasi perjalanan, kebiasaan
penumpang dan fasilitas penunjang

Dengan mempertimbangkan kriteria diatas maka pengembangan prasarana


terminal di Kabupaten Malaka antara lain :
 Peningkatan kualitas terminalPedesaan di beberapa desa.
 Peningkatan pengelolaan terminal tipe melalui kelembagaan
 Memisahkan lokasi terminal yang tergabung dengan fasilitas
perdagangan dan jasa sehingga tidak berdampak terhadap arus masuk
dan keluar kendaraan
 Pengembangan status terminal dari terminal pedesaan menjadi
terminal kelas C dan terminal kelas B, di Betun sebagai ibukota
kecamatan dan ibukota Kabupaten Malaka.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 Mempunyai jalan akses masuk atau jalan keluar ke dan dari terminal,
sekurang-kurangnya berjarak 30 meter.
e) Rencana Pengembangan Prasarana Angkutan Umum
Rencana jaringan angkutan Umum di Kabupaten Malaka meliputi rencana
jaringan angkutan dalam Kota Betun dan sekitarnya. Untuk meningkatkan
layanan transportasi ke seluruh wilayah di Kabupaten Malaka dalam
memenuhi kebutuhan transportasi orang dan barang maka perlu
merencanakan kebutuhan trayek angkutan umum. Trayek angkutan umum
yang ada di kabupaten Malaka antara lain :
1. Betun – Atambua
2. Betun – Kupang
3. Betun – Wetamanuk
4. Betun – Besikama dan
5. Betun – Kapitu
2.4.2.2. Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi

Kebutuhan listrik PLN di Kabupaten Malaka diperkirakan akan semakin


meningkat. Hal ini sejalan dengan perkembangan kawasan perencanaan pada
saat ini dan masa mendatang. Untuk memprediksikan kebutuhan listrik pada
tahun 2034, dipakai standar sebagai berikut :

a. Kebutuhan Ekonomi : 60%


b. Kebutuhan Sosial : 35%
c. Kebutuhan Perkantoran : 5%
d. Penerangan Jalan : 10%
e. Cadangan : 10%
Rencana pengembangan sistem jaringan prasarana energi meliputi energi listrik.
Salah satu kebutuhan yang harus diperhatikan untuk aktivitas sehari-hari adalah

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

listrik. Adapun dalam rangka menghitung kebutuhan listrik hingga akhir tahun
perencanaan 2028 digunakan beberapa asumsi sebagai berikut :

 PLN sudah mampu membangun jaringan sampai ke semua kecamatan


 Jumlah kebutuhan 1 unit rumah minimal 450 (watt) VA.
 Jumlah Kebutuhan untuk kegiatan dan fasilitas sosial dan niaga, daya listrik
yang diperlukan sebesar 10% dari kebutuhan rumah tangga,
 Jumlah kebutuhan penerangan jalan umum (PJU) sebesar 10 % dari total
fasilitas

Berdasarkan asumsi tersebut, maka perkiraan jumlah kebutuhan daya listrik


untuk melayani kebutuhan penduduk kabupaten Malaka tahun 2035 sebesar
40.846.761 VA yang terbagi untuk perumahan 22.079.330 VA , fasilitas sosial dan
niaga 5.519.833 VA dan penerangan jalan umum sebesar 8.831.732 VA..

Berdasarkan hal tersebut diatas dalam rangka pemenuhan kebutuhan listrik dan
pendistribusian kebutuhan listrik perlu memperhatikan perkiraan kebutuhan
listrik yang telah dihitung, sehingga diharapkan seluruh penduduk Kabupaten
Malaka dapat menikmati kebutuhan listrik.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Tabel 3.5
Proyeksi Kebutuhan Listrik Kabupaten MalakaTahun 2015 – 2030
Kebutuhan (Watt)
No Penggunaan
2010 2015 2020 2025 2030

1 Rumah
Tangga 2172882 2574783 3051022 3615346 4284049
Kapling Besar
2 Rumah
Tangga
4512908 5347627 6336737 7508795 8897641
Kapling
Sedang
3 Rumah
Tangga 4512908 5347627 6336737 7508795 8897641
Kapling Kecil
4 Jumlah
Perumahan 11198699 13270037 15724496 18632937 22079330

5 Komersial
15% 1679805 1990506 2358674 2794941 3311900
6 Sosial 15%
1119870 13270037 1572450 1863294 2207933

7 Daya Hilang
10% 1119870 1327004 1572450 1863294 2207933
8 Cadangan
10% 1119870 1327004 15724496 1863294 2207933

9 Penerangan
Jalan 1,5% 4479480 5308015 6289798 7453175 8831732

Total 9518894 23222565 27517868 15837996 40.846.761


Sumber: PLN kabupaten Malaka dan hasil analisa 2014

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Untuk dapat menunjang kebutuhan listrik Kabupaten Malaka dalam jangka waktu
beberapa tahun kedepan maka rencana serta arahan pengembangan sistem
jaringan prasarana energi meliputi :

a. Pengembangan sumber energi tenagasurya di Kabupaten Malaka terutama


pada daerah – daerah yang sulit terjangkau melalui program – program
sosialisasi serta bantuan peralatan skala rumah tangga

b. Agar dapat memacu perkembangan yang lebih pesat di masa mendatang,


perlu adanya pelayanan listrik yang lebih merata hingga ke rumah-rumah di
pelosok dalam kawasan hunian yang belum terlayani

c. Peningkatan pemenuhan kebutuhan energi listrik untuk penerangan jalan


umum (PJU) pada jaringan-jaringan jalan yang sudah ada maupun jalan baru;

d. Untuk pembangunan rumah skala besar harus memperhatikan bahwa


kawasan yang akan dibangun harus benar-benar berada di luar wilayah
konservasi untuk menghindari radiasi dari medan listrik;

e. Pengembangan jaringan baru diprioritaskan pada daerah-daerah yang secara


ekonomis masih layak untuk dibangun jaringan tenaga listrik, misalnya
potensi air terjun dapat dikembangkan untuk pembangunan Mikrohidro.

f. Untuk wilayah terisolasi dan tidak layak secara ekonomis untuk dibangun
jaringan distribusi tenaga listrik, diprioritaskan untuk dibangun sistim
pembangkit tenaga listrik Hybrid; dan

g. Meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga terjadi


pemerataan pelayanan diseluruh wilayah Kabupaten Malaka, sehingga dapat
diasumsikan bahwa setiap KK akan memperoleh layanan jaringan listrik,
sehingga tidak ada masyarakat yang belum terlayani.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

h. Dalam peningkatan pelayanan jaringan listrik perlu diperhatikan adanya


ketentuan pembangunan jaringan listrik, dimana dalam pengembangan
jaringan listrik khususnya untuk pengembangan jaringan SUTT dan SUTET
diperlukan areal konservasi pada sekitar jaringan yaitu sekitar 20 meter pada
setiap sisi tiang listrik untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan bagi
masyarakat.

2.4.2.3.Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Telekomunikasi

Penggunaan fasilitas telematika oleh masyarakat meliputi prasarana


telekomunikasi dan informatika. Rencana pengembangan prasarana
telematika diarahkan pada peningkatan jangkauan pelayanan dan
kemudahan mendapatkannya. Dalam hal ini, penyediaan tower BTS (Base
Transceiver Station) sangat penting menjangkau ke pelosok perdesaan
sebagai prasarana pendukung.

Dengan semakin berkembangnya teknologi, untuk peningkatan kebutuhan


dan pelayanan masyarakat perlu dilakukan peningkatan jumlah dan mutu
telematika pada tiap wilayah, yaitu :

1. Penggunaan tower bersama;


2. Menerapkan teknologi telematika berbasis teknologi modern;
3. Pembangunan teknologi telematika pada wilayah - wilayah pusat
pertumbuhan;
4. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan
setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota kabupaten;serta
5. Mengarahkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS
untuk beberapa operator telepon selular dengan pengelolaan secara
bersama pula.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Arahan pengembangan prasarana telekomunikasi meliputi telepon untuk


rumah tangga, telepon umum, jaringan telepon seluler, sedangkan arahan
pengembangan prasarana informatika yaitu upaya tersedianya jaringan
yang memberi layanan informasi berbasis teknologi internet dalam bentuk
warung internet (Warnet), serta peningkatan sistem informasi
pengembangan daerah di Kabupaten Malaka. dari hasil proyeksi maka
tingkat kebutuhan jaringan telepon untuk Kabupaten Malaka adalah :

Tabel 3.6

Kebutuhan Jaringan Telepon, Tahun 2015 – 2035

Kebutuhan saluran
No Penggunaan
2015 2020 2025 2030

1 Telepon Pribadi 9903 11735 13905 16477

2 Telepon Umum 99 117 139 165

3 Wartel 413 489 579 687

Jumlah 10415 12341 14624 17328

Sumber: Kantor Telkom kabupaten Malaka dan hasil analisa2014

Dari adanya beberapa arahan diatas maka di dapat rencana pengembangan


sistem jaringan prasarana telematika di Kabupaten Malaka, meliputi :

1. Prasarana telematika yang dikembangkan, meliputi:


a. Sistem kabel;
b. Sistem seluler; dan
c. Sistem satelit.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2. Rencana sistem jaringan prasarana telematika akan terus ditingkatkan


perkembangannya hingga mencapai pelosok wilayah yang belum terjangkau
sarana prasarana telematika mendorong kualitas perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan.
3. Rencana penyediaan infrastruktur telematika, berupa tower Base
Transceiver Station (BTS) khususnya pada wilayah yang lelum mendapatkan
pelayanan
4. Melakukan kerja sama dengan provider lainnya khususnya yang belum
melayani wilayah Kabupaten Malaka
5. Untuk meningkatkan pelayanan di wilayah terpencil, pemerintah memberi
dukungan dalam pengembangan kemudahan jaringan telematika.
6. Penyediaan layanan internet pada wilayah – wilayah prioritas terutama pada
lokasi – lokasi wisata.
7. Arahan pengelolaan berada di bawah otoritas tersendiri sesuai dengan
peraturan perundangan, antara lain meliputi:
a. Menerapkan teknologi telematika berbasis teknologi modern;
b. Pembangunan teknologi telematika pada wilayah-wilayah pusat
pertumbuhan;
c. Membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang
menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota
kabupaten; serta
d. Mengarahkan untuk memanfaatkan secara bersama pada satu tower BTS
untuk beberapa operator telepon seluler dengan pengelolaan secara
bersama pula.
e. Peningkatan kerja sama antar pihak swasta dan investor dalam
mengembangkan sistem jaringan telematika Kabupaten Malaka.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

2.4.2.4 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Sumber Daya Air

Rencana sistem prasarana pengairan meliputi rencana sistim jaringan pengairan


serta fungsi dan pelayanan prasarana pengairan, berdasarkan hasil analisa,
kebutuhan air bersih di Kabupaten Malaka sampai pada tahun 2035 dapat dilihat
pada tabel berik
Tabel 3.7

Kebutuhan Jaringan Air bersih Tahun 2015 – 2035

Kebutuhan (Liter/hari)
Per Kebo
Cada
Jumlah Peru- Ekon kan- Indust -
Sosial -
Pnddk mahan omi tora ri cora
ngan
n n
No Thn Total

Terlaya
15
ni 120 60% 35% 10% 2% 5%
%
(Jiwa)

58.890.00 294. 171.7 73.6 9.81 24.5 203.09


1 2015 490.750 0 450 63 13 49.075 5 38 3.779
67.559.28 337. 197.0 84.4 11.2 28.1 235.10
2 2020 562.994 0 796 48 49 56.299 60 50 0.449
76.228.68 381. 222.3 95.2 12.7 31.7 273.27
3 2025 635.239 0 143 34 86 63.524 05 62 1.516
84.897.96 424. 247.6 106. 14.1 35.3 318.98
4 2030 707.483 0 490 19 122 70.748 50 74 7.274
Sumber: Hasil analisa 2014.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Dengan melihat proyeksi kebutuhan air bersih maka arahan pengembangan sumber daya
air bersih kabupaten Malaka antara lain :
 Peningkatan kapasitas debit air melalui pemeliharaan sumber mata air, daerah
tangkapan air serta sistem jaringan sungai.
 Pelestarian mata air yang terdapat pada masing - masing kecamatan.

A. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Sumberdaya Air


Sistem jaringan prasarana sumberdaya air dilakukan dengan meningkatkan
sarana dan prasarana sumber daya airsebagai pendukung pengembangan
sentra-sentra pertanian pada kawasan agropolitan, agroindustri dan wisata.
Untuk ke depannya, rencana sistem jaringan prasarana sumberdaya air
antara lain :

1. Melestarikan sumber mata air yang tersedia melalui upaya konservasi


2. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya air yang sudah ada meliputi :
a. Wilayah Sungai (WS) yang terdiri atas :
 WS Benenain yang merupakan berhulu di gunung aentis
(Kabupaten TTS) dan merupakan jaringan sumber daya air
lintas kabupaten yang melintasi kabupaten kabupaten TTS,
kabupaten TTU, dan kabupaten Malaka.
 WS lainnya yang terdiri atas : sungai Motadelek, sungai Baen,
sungai Motahoar, sungai Motabulu, (tambahan sungai di
kabupaten Malaka)
b. Daerah aliran sungai (DAS) pada WS yang berada di kabupaten
Malaka terdiri atas: DAS Babulu, DAS Benenain, DAS Motamasin,
dan DAS Motadelek.
c. Cekungan air tanah (CAT) meliputi : CAT Sukabitetek , dan CAT
Besikama,

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

d. Daerah Irigasi (DI) yang terdiri atas :


 DI yang merupakan kewenangan Pemerintah terdiri atas : DI
Malaka (6.700 ha).
 DI yang merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi NTT
terdiri atas : DI Alas (1650 ha), DI Fatubesi (1650 ha), dan DI
Weliman (1089 ha).
 DI yang merupakan kewenangan pemerintah Kabupaten
Malaka terdiri atas : DI Bakateu (100 ha), DI Buitasik (150 ha),
DI Derok 9 (100 ha), DI Eturaifou (125 ha), DI Lakekun I & II
(250 ha), DI Raimea (400 ha), DI Tolok (600 ha), DI Tubaki (300
ha), DI Wemaromak (200 ha), DI Webua (100 ha), DI Webuni
(100 ha), DI Wamatek (200 ha).
3. Mengembangkan jaringan irigasi ke kawasan pertanian potensial yang
direncanakan, dengan upaya mengubah lahan-lahan yang Belum
dimanfaatkan secara optimal, seperti semak Belukar, untuk menjadi
lahan pertanian atau perkebunan;
4. Meningkatkan peran penyuluhan pertanian dan peningkatan kerjasama
dengan masyarakat dalam upaya pemeliharaan jaringan irigasi dan
sumber air bakunya;
5. Memperbaiki sistem drainase dan daerah tangkapan air dengan
mengalihkan arah aliran air yan ada;
6. Penyediaan prasarana sumber daya air pada wilayah – wilayah yang
masih minim penyediaan air minum meliputi :
a. rencana sistem jaringan air bersih yang dilayani PDAM dan non
PDAM (Hippam);dan
b. pemenuhan kebutuhan akan air bersih baik dari PDAM dan irigasi
dilakukan dengan peningkatan jaringan sampai ke wilayah yang

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Belum terjangkau, sedangkan irigasi dengan peningkatan saluran


dari sistem setengah teknis dan sederhana ditingkatkan menjadi
irigasi teknis;
c. upaya penanganan untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih
yaitu dengan pengembangan waduk, dam dan embung dan
pompanisasi;
d. upaya penanganan untuk meningkatkan layanan fasilitas air bersih
dengan pemanfaatan air bawah tanah di daerah dilakukan dengan
cara:
 perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah
resapan air;
 perluasan daerah tanggapan air; dan
 pengadaan program pembinaan Daerah Tangkapan Air
(Catchment Area) dan pelestarian sumber air di dalam
pemanfaatan sumber air bawah tanah;

B. Fungsi dan pelayanan prasarana sumberdaya air


Pelayanan prasarana sumberdaya air dilakukan dengan pemanfaatan air
sumber, pemanfaatan air bawah tanah.

a) Pemanfaatan Air Sumber


Keberadaan air sumber di Kabupaten Malaka cukup banyak akan tetapi
pengelolaan sumber air yang ada belum optimal. Sehingga pengelolaan
kedepan meliputi:
 Mengidentifikasi keberadaan sumber mata air baru di setiap
kecamatan
 Melindungi terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan
air;

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 Meningkatkan daya resap air ke dalam tanah melalui upaya


reboisasi; dan
 Membatasi perkembangan permukiman pada kawasan-kawasan
sempadan sungai, pantai, waduk/danau, mata air, dan resapan air.
 Penetapan kawasan konservasi untuk wilayah – wilayah sekitar
mata air
b) Pemanfaatan Air Bawah Tanah
Pemanfaatan air bawah tanah di Kabupaten Malaka lebih didominasi
untuk kepentingan perumahan berupa sumur, sedangkan pemanfaatan
dalam skala besar berupa air kemasan. Dari pemanfaatan air bawah
tanah ini didapat suatu rencana konservasi cekungan air tanah, sebagai
berikut :
1) Zona Aman pada akuifer kedalaman > 40 m bawah muka tanah
(bml). Pengambilan air tanah dibatasi maksimum
500m3/hari/sumur. Air tanah pada akuifer kedalaman < 40 m bmt
hanya diperuntukan bagi keperluan rumah tangga dengan
pengambilan maksimum 100m3/bulan/sumur.
2) Zona Aman pada akiufer kedalaman > 40 m bawah muka tanah
(bmt). Pengambilan air tanah dibatasi maksimum
300m3/hari/sumur. Air tanah pada akuifer kedalaman < 40 m bmt
hanya diperuntukan bagi keperluan rumah tangga dengan
pengambilan maksimum 100m3/bulan/sumur.
3) Zona Aman pada akiufer kedalaman > 40 m bawah muka tanah
(bmt). Pengambilan air tanah dibatasi maksimum
200m3/hari/sumur. Air tanah pada akuifer kedalaman < 40 m bmt
hanya diperuntukan bagi keperluan rumah tangga dengan
pengambilan maksimum 100m3/bulan/sumur.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

4) Zona Aman pada akiufer kedalaman > 40 m bawah muka tanah


(bmt). Pengambilan air tanah dibatasi maksimum
100m3/hari/sumur. Air tanah pada akuifer kedalaman < 40 m bmt
hanya diperuntukan bagi keperluan rumah tangga dengan
pengambilan maksimum 100m3/bulan/sumur.
5) Zona Aman pada akiufer kedalaman > 40 m bawah muka tanah
(bmt). Pengambilan air tanah dibatasi maksimum
50m3/hari/sumur. Air tanah pada akuifer kedalaman < 40m bmt
hanya diperuntukan bagi keperluan rumah tangga dengan
pengambilan maksimum 100m3/bulan/sumur.
6) Zona Aman, khusus diperuntukan bagi sumber baku air bersih
perkotaan. Terdapat 7 sumur bor untuk sumber baku PDAM dengan
jumlah pengambilan 93,63 liter/detik. Pengambilan air tanah untuk
keperluan industri dapat dipertimbangan setelah dilakukan kajian
teknis hidrogeologi.
7) Zona Aman kualitas air tanah umumnya payau hingga asin.
Pengambilan air tanah dalam pada semua kedalaman disarankan
debit maksimum 50m3/hari/sumur. Air tanah dangkal yang tawar
hanya diperuntukan bagi keperluan rumah tangga dengan debit
maksimum 100m3/bulan/sumur.
8) Zona Aman dengan produktifitas akuifer rendah dan kualitas air
tanah asin. Air tanah kurang layak dikembangkan, kecuali pada
akuifer dangkal dapat dimanfaatkan untuk keperluan rumah tangga
dengan debit maksimum 100m3/bulan/sumur.
9) Zona Resapan, tidak dikembangkan bagi berbagai peruntukan,
kecuali untuk keperluan rumah tangga dengan pengambilan
maksimum 100m3/bulan/sumur, sedangkan untuk keperluan lain

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

dapat dipertimbangkan setelah dilakukan kajian teknis


hidrogeologi atau merupakan mata air. Peruntukan lahan
diupayakan untuk perkebunan atau hutan.

2.4.2.5.Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Pengelolaan


Lingkungan

 Rencana Pengembangan Air Bersih

Pengembangan jaringan air bersih di Kabupaten Malaka bertujuan untuk :

 Melayani wilayah perkotaan.


 Menciptakan tarikan perkembangan wilayah.
 Melayani wilayah-wilayah dengan ketersediaan air yang terbatas (tidak
mencukupi kebutuhan).
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyediaan jaringan air bersih bagi
permukiman penduduk adalah sebagai berikut :

 Harus dapat memenuhi persyaratan kualitas sebagai air minum, baik secara
fisik, kimia dan biologis serta cukup secara kuantitas untuk memenuhi segala
kebutuhan yang diperlukan terutama pada jam puncak. Secara kualitas
penyediaan air bersih harus memenuhi persyaratan fisik, kimiawi dan
biologis, yaitu tidak berasa, tidak berbau, tidak mengandung zat-zat kimia
dalam jumlah berlebih serta tidak mengandung bakteri yang dapat
membahayakan kesehatan. Secara kuantitatif, kapasitas sumber air harus
dapat menjamin kontinuitas suplai air dan cadangan yang cukup terutama
pada jam puncak dan hari maksimum serta cadangan air bagi kebutuhan
pemadam kebakaran dan keperluan khusus lainnya.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 Pendistribusian air dari instalasi dan reservoir ke daerah pelayanan harus


dapat terjamin kontinuitasnya dengan tekanan yang cukup.

Dengan mempertimbangkan pesatnya perkembangan jumlah penduduk dan


aktivitas yang ada, maka dalam rencana penyediaan sistem air bersih di
Kabupaten belum dikembangkan pada wilayah permukiman perkotaan dan
perdesaan. Rencana penyediaan air bersih untuk permukiman penduduk di
Kabupaten Malaka adalah sebagai berikut :
 Sistem sambungan langsung dengan sumber dari PDAM direncanakan
melayani kawasan perkotaan, pusat kegiatan komersil, industri maupun
pusat pemerintahan. Daerah-daerah ini merupakan daerah yang menjadi
kawasan perkotaan yang tersebar di setiap kecamatan di Kabupaten Malaka.
 Sistem sambungan halaman (kran/hidran umum) dengan sumber dari PDAM,
direncanakan melayani daerah diluar kawasan perkotaan. Daerah ini
meliputi daerah-daerah yang tidak termasuk dalam kawasan perkotaan
Kabupaten Malaka. Untuk pengelolaannya dapat dilakukan oleh PDAM
sendiri atau di serahkan kepada masyarakat dengan membentuk kelompok
pemakai air.
 Sistem penyediaan air dengan swadaya murni dari masyarakat, sistem ini
direncanakan untuk wilayah yang belum mendapat pelayanan dari PDAM.

 Rencana Pengembangan Sampah

Penanganan persampahan direncanakan dikelola perkotaan atau kecamatan.


Timbunan sampah di Kabupaten Malaka belum sampai dengan akhir tahun
perencanaan akan mengalami peningkatan yang cukup pesat. Arahan rencana
sistem pengelolaan persampahan disesuaikan dengan sistem perwilayah yang
ada dan dengan memperhatikan konsep Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

(KLHS) sebagai konsep dasar dalam pengelolaan sampah. Sampai saat ini
pengelolaan sampah di Kabupaten Malaka masih belum optimal pengelolaan
sampah yang terdapat lokasi TPA dan TPS untuk wilayah Kabupaten Malaka dan
penyediaan sampah komunal di kawasan permukiman yang masih minim.

Berdasarkan kajian KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis), Merujuk pada


Standar Nasional Indonesia (SNI) dalam penentuan lokasi TPA hal-hal atau
faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi TPA antara lain:
 Tercakup dalam perencanaan tata ruang kabupaten dan daerah
 Jenis tanah kedap air
 Daerah yang tidak produktif untuk pertanian
 Dapat dipakai minimal untuk 5 – 10 tahun
 Tidak membahayakan atau mencemari sumber air
 Jarak dari pusat pelayanan +/- 10 km
 Merupakan daerah yang bebas banjir.

Selain pertimbangan SNI, pertimbangan lainnya dalam menentukan lokasi dan


jenis TPA adalah :
 Pencapaian keseimbangan pelayanan dari berbagai sudut lokasi/wilayah
 Dapat memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan
 Memunculkan “nilai ekonomis sampah” yang secara tidak langsung
diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi
terjadinya pencemaran lingkungan akibat sampah
 TPA yang dikembangkan adalah TPA dengan kualifikasi antara lain:
1. Tidak menimbulkan bau
2. Dapat minimalkan bahaya terhadap kesehatan, karena insect (lalat) dan
roden tidak dapat berkembang biak
3. Terhindar dari bahaya terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran kecil
4. Kebutuhkan lahan relatif kecil

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

5. Setelah kapasitas TPA penuh, dalam beberapa jangka waktu tertentu


lokasi TPA dapat dimanfaatkan untuk kepentingan lainnya, seperti
taman, tempat rekreasi, lapangan olah raga, dan lain-lain.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka rencana pengelolaan persampahan di


Kabupaten Malaka sebagai berikut :

 Penetapan TPA baru di Kecamatan Malaka Tengah sebagai TPA untuk


penanganan sampah Perkotaan Betun dan sekitarnya.

 Penambahan jumlah TPS, dan perluasan jangkauan pelayanan terutama di


Kecamatan-kecamatan yang memungkinkan.
 Mengembangkan usaha daur ulang sampah, kertas dan plastik (sampah
kering).
 Mengolah sampah organik menjadi kompos guna mendukung peningkatan
hasil pertanian
 Menangani limbah rumah tangga dengan fasilitas sanitasi per KK juga
sanitasi umum pada wilayah perkotaan dan perdesaan;
 Sistem pengelolaan TPA yang dikembangkan adalah controlled landfill dan
sanitary landfill.
 Peningkatan kesadaran (peran serta) masyarakat dalam menjaga kebersihan
lingkungan.
 Penambahan sarana pengangkutan dan petugas persampahan, terutama
diwilayah perkotaan.
 Pengomposan sampah-sampah organik dan pembangunan fasilitas tempat
pemisahan jenis sampah organik dan anorganik yang dilakukan oleh
masyarakat mulai dari rumah-rumah sampai tempat-tempat umum, dimana
pemerintah menyediakan sarana tong sampah untuk memilah-milah sampah
tersebut.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 Pemerintah mengeluarkan aturan-aturan yang diperlukan dan yang lebih


tegas mengenai pembuangan sampah ini, antara lain memberikan denda
kepada pihak yang membuang sampah sembarangan, tarif pengelolaan dan
lain-lain.
 Melakukan sosialisasi dan penyuluhan pada stakeholders di masing-masing
lingkungan diikuti dengan pengawasan yang berkelanjutan
 Rencana Pengembangan Sanitasi Lingkungan

Limbah rumah tangga adalah seluruh limbah, baik berbentuk cair, gas akibat
pembakaran maupun padat, akibat aktivitas sehari-hari dalam kehidupan rumah
tangga. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
173/Menkes/Per/VIII/77 Bab I pasal 1 butir j, menyebutkan bahwa buangan
rumah tangga adalah buangan yang berasal bukan dari industri, melainkan
berasal dari rumah tangga, kantor, hotel, restaurant, tempat ibadah, tempat
hiburan, pasar dan pertokoan serta rumah sakit.

Berdasarkan sumbernya, air limbah dibedakan menjadi dua jenis, yaitu limbah
domestik dan limbah non domestik/industri. Air limbah domestik adalah air
limbah yang berasal dari aktivitas rumah tangga maupun kegiatan sosial lainnya,
sedangkan limbah non domestik merupakan air buangan yang dihasilkan dari
proses produksi pada kegiatan industri.

Air limbah yang termasuk dalam golongan limbah domestik meliputi air limbah
bekas mencuci, mandi, kegiatan dapur dan kakus (WC). Untuk limbah WC
umumnya sebagian besar masyarakat sudah memiliki sarana sanitasi berupa WC
pribadi (rumah tangga). Untuk limbah rumah tangga lainnya berupa air buangan
bekas cuci, mandi dan dapur umumnya pembuangan dilakukan dengan dua pola.
Pertama dengan menggunakan saluran rumah/selokan dan dialirkan ke saluran
drainase tepi jalan, yang kedua dengan langsung membuang ke pekarangan

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

rumah. Keadaan ini kurang baik bagi kesehatan lingkungan, karena air tersebut
menimbulkan genangan yang menimbulkan bau dan merusak pemandangan.
Selain itu juga sangat potensial bagi penyebaran penyakit, karena menjadi tempat
bersarangnya nyamuk, lalat dan tikus.

Berdasarkan kondisi eksisting yang ada, terlihat bahwa sebagian besar rumah
tangga yang ada di kabupaten Malaka belum mempunyai saluran pembuangan air
limbah. Kondisi tersebut mempunyai potensi untuk mencemari lingkungan di
wilayah permukiman yang bersangkutan.

Berdasarkan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, untuk dapat mewujudkan


perkotaan yang Zero run off maka arahan sistem pembuangan air di wilayah
Kabupaten Malaka diarahkan menggunakan sistem sanitasi On-site (On-site
system), yaitu sistem pembuangan yang dilakukan dengan cara mengalirkan air
buangan ke dalam bak penampung (septic-tank). Pemilihan ini sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Cq Direktorat
Teknik Penyehatan, yaitu untuk kawasan permukiman dengan kepadatan
penduduk < 150 jiwa/ha, maka sistem pengolahan air limbah yang diarahkan
adalah model On-site System dengan pertimbangan ketersedian lahan kosong yang
cukup besar.

Hingga akhir tahun perencanaan, diharapkan sebagian besar penduduk wilayah


Kabupaten Malaka sudah memiliki sarana sanitasi tersebut. Dengan On-site
system ini, maka sarana yang akan digunakan meliputi :

 Tangki septictank dan sumur resapan;


 Cubluk dengan leher angsa

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

3. Pola Ruang
Pola ruang wilayah merupakan bentuk hubungan antar berbagai aspek sumberdaya manusia,
sumberdaya alam, sumberdaya buatan, sosial-budaya, ekonomi, teknologi, informasi, administrasi,
pertahanan keamanan, fungsi lindung, budidaya dan estetika lingkungan, dimensi ruang dan waktu
yang dalam kesatuan secara utuh menyeluruh serta berkualitas membentuk tata ruang.
Pola pemanfaatan ruang diwilayah Kabupaten Malaka meliputi rencana pola ruang kawasan
lindung dan budidaya.
Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam
wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana
peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pola ruang dan luasan dari rencana pola ruang wilayah
kabupaten Malaka dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1
Rencana Pola Ruang Kabupaten Malaka

POLA RUANG LUAS (HA) %

Kawasan Lindung

Hutan Lindung 4.613,23 4,12

Hutan Suaka 11.464,74 10,24

Kawasan Sempadan Sungai 1.996,97 1,78

Sempadan Pantai 201,45 0,18

Kawasan Resapan Air 17,96 0,02

Hutan Produksi 1.647,25 1,47

Hutan Produksi Terbatas 1.934,86 1,73

Kawasan Hutan Bakau 1.359,78 1,21

TOTAL 23.236,23 20,75

Kawasan Budi daya

Hutan Produksi Konversi 723,85 0,65

Hutan Rakyat 1.818,52 1,62

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Kawasan Perikanan Darat 235,10 0,21

Kawasan Perkebunan 28.455,67 25,42

Kawasan permukiman 12.767,87 11,40

Kawasan Peternakan 5.081,81 4,54

Perikanan 187,77 0,17

Pertanian Lahan Kering 25.481,23 22,76

Pertanian LahanBasah 13.968,72 12,48

TOTAL 88.720,53 79,25

GRAND TOTAL 111.956,77 100,00

Sumber: Hasil Analisa, 2014

Dari Tabel 4.1 diatas diketahui luas wilayah kabupaten Malaka adalah 111.956,77 ha, dari luas total
tersebut dibagi menjadi 2 (dua) pola ruang yaitu pola ruang untuk kawasan lindung dan pola ruang
untuk kawasan budidaya, untuk lebih jelas dapat dilihat pada sub bab berikutnya.

4.1 RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG

Rencana pola ruang kawasan lindung mencakup kawasan hutan lindung, kawasan yang
memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat,
kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam,
kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya.

Sesuai dengan Keppres Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung menetapkan
bahwa kawasan lindung hanya boleh dibangun prasarana dengan kapasitas dua persen dari luas
lahan. Untuk menjamin kelestarian lingkungan dan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya alam
maka perlu dimantapkan bagian-bagian wilayah yang akan atau tetap memiliki fungsi
lindung.Adapun luas kawasan lindung di Kabupaten Malaka 23.236,23 ha atau sekitar 20,75 %
dari luas total Kawasan Kabupaten Malaka, untuk lebih jelasnya mengenai kawasan lindung yang
ada di Kabupaten Malaka dapat di lihat pada Tabel berikut.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Tabel 4.2

Luasan Kawasan Lindungdi Kabupaten Malaka

Kawasan Lindung

Hutan Lindung 4.613,23 4,12

Hutan Suaka 11.464,74 10,24

Kawasan Sempadan Sungai 1.996,97 1,78

Sempadan Pantai 201,45 0,18

Kawasan Resapan Air 17,96 0,02

Hutan Produksi 1.647,25 1,47

Hutan Produksi Terbatas 1.934,86 1,73

Kawasan Hutan Bakau 1.359,78 1,21

TOTAL 23.236,23 20,75

Sumber : Hasil Analisis Rencana 2014

4.1.1 Kawasan Hutan Lindung


Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan
perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air,
pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah (pasal 1 No. 3 Keppres 32/1990
tentang pegelolaan Kawasan Lindung). Kriteria penetapan kawasan lindung adalah :

1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi
nilai skor 175 atau;
2. Kawasan hutan yang mempunyai tingkat kelerengan 40% atau lebih; dan atau ;
3. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 1000-2000 meter/dpl
(pasal 55 ayat 1 PP26/2008).
Kawasan hutan lindung yang direncanakan di Kabupaten Malaka berdasarkan ketetapan SK Mentri
No. 423 tanggal 15 Juni 1999 yang terdapat di Kabupaten Malaka seluas 14.995,95 ha, dan tersebar
di beberapa kecamatan, kawasan hutan lindung itu antara lain Selie, Lakaan, Fatukasar, Bifem nesi

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

son Mahole, Oenunu, Sm Kateri, dan Ca Maubesy. Penjabaran luasan kawasan hutan lindung
Kabupaten Malaka dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.3

Luasan Kawasan Hutan LindungKabupaten Malaka

No Kawasan Hutan Kecamatan Luas (Ha) %

1 Selie Kobalima 374,71 2,50

2 Lakam Malaka Timur 423,00 2,82

3 Fatusakar Kobalima Timur 1.653,88 11,03

4 Bifem Mesi Son Mahole Io Kufeu, Sasitemaen, Laenmanen 2.681,00 17,88

5 Oenunu Rinhat 1.918,02 12,79

6 Sm. Kateri Malaka Tengah, Botin Leobele 4.699,32 31,34

7 Ca. Maubesy Kobalima, Malaka Tengah, Malaka Barat 3.246,00 21,65

Total 14.995,93 100

Sumber : Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Pertikanan Kabupaten Malaka, 2014

Berdasarkan kondisi saat ini pengelolaan dan pengembangan kawasan hutan lindung sebagai
berikut :
 Pemantapan kawasan hutan lindung berdasarkan Keppres No.32/1990 melalui pemetaan,
pengukuhan dan penataan batas di lapangan untuk memudahkan pengendaliannya.
 Pengendalian kegiatan budidaya yang telah berlangsung lama dalam kawasan hutan lindung.
 Pengembalian fungsi hidrologis kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan dengan
reboisasi.
 Pemantauan kegiatan yang diperbolehkan di kawasan hutan lindung agar tidak mengganggu
fungsi lindung.

4.1.2 Kawasan Yang Memberi Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya


Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya meliputi kawasan kawasan bergambut
dan kawasan resapan air. Di Kabupaten Malaka hanya terdapat kawasan resapan air. Kawasan

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

resapan air yang dimaksud adalah kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi (pada
kawasan budidaya). Adapun kriteria kawasan resapan air sebagai berikut :

1. Curah hujan yang tinggi;


2. Struktur tanah yang mudah meresapkan air tanah;
3. Memiliki bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar.
Kawasan resapan air tersebar hampir seluruh wilayah kecamatan kecuali kecamatan : Sasitamean,
Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, dan Malaka Barat.

4.1.3 Kawasan Perlindungan Setempat


Kawasan perlindungan setempat berfungsi untuk melindungi kelestarian suatu manfaat atau suatu
fungsi tertentu, baik yang merupakan bentuk alami maupun buatan, disekitar wilayah perairan
yaitu meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, sekitar waduk/ danau, sekitar mata air dan RTH
(Ruang Terbuka Hijau). Pada kawasan ini tidak diperkenankan dilakukan kegiatan budidaya dan
apabila telah terdapat kegiatan budidaya diupayakan untuk diadakan pemindahan lokasi kegiatan
budidaya.

4.1.3.1 Sempadan Pantai


Penetapan sempadan pantai didasarkan pada Kepres No 32 tahun 1990 mengenai Kriteria
Penetapan Kawasan Lindung adalah daerah sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan
bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat.
Penetapan sempadan pantai ini ditekankan kepada pertimbangan karakteristik pantai. Kawasan
sempadan pantai Kabupaten Malaka meliputi daerah sepanjang pesisir pantai Selatan dengan
penetapan sempadan pantai minimal 100 m dari garis pasang tertinggi air laut ke arah darat.

4.1.3.2 Sempadan Sungai


Penentuan kawasan sempadan sungai bagi perlindungan DAS ditentukan berdasarkan Permen PU
No. 63 Tahun 1993 yaitu sekurang-kurangnya 100 meter dikiri dan kanan sungai besar, dan 50
meter di kiri kanan anak sungai yang berada di luar permukiman, serta sekurang-kurangnya 15
meter di sepanjang kiri-kanan sungai yang berlokasi di kawasan permukiman. Batas kawasan ini
ditetapkan lebih lanjut dalam rencana tata ruang kebupaten khususnya sungai yang melewati
perkotaan yang didominasi permukiman padat. Rencana kawasan sempadan sungai di Kabupaten
Malaka meliputi seluruh kawasan sungai, baik sungai besar maupun sungai kecil. Penetapannya
adalah sempadan sungai 100 m dari tepi kiri kanan sungai besar (lebar ≥ 10 m) dan 50 m dari

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

tepi kiri kanan sungai kecil (lebar < 10 m) dan selebar 10 meter untuk sungai yang melewati
pemukiman, sungai yang melewati pemukiman ini dapat dilakukan dengan membuat jalan inspeksi
selebar 10 meter.

4.1.3.3 Kawasan Sekitar Waduk/Bendungan


Kawasan sekitar waduk adalah kawasan tertentu di
sekeliling waduk atau bendungan yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian
fungsi waduk atau bendungan. Kriteria penetapan
kawasan waduk/bendungan adalah daratan sepanjang
tepian dam, cek dam dan embung yang lebarnya
proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik dam, cek
Gambar 4.1
dam dan embung antara 50-100 meter dari titik pasang
Bendung Benenain di Kecamatan
tertinggi ke arah darat. Malaka Tengah

Rencana kawasan sekitar waduk/bendung di Kabupaten Malaka diarahkan di Bendung Benenain di


Kecamatan Malaka Tengah.Bendung Benenai di lengkapi dengan sistem irigasi Teknis dengan
kapasitas bendungnya yang mampu mengairi daerah irigasi seluas 10.000 Ha yang mencakup
wilayah Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Weliman, Kecamatan
Wewiku dan Kobalima.

4.1.3.4 Kawasan Sekitar Mata Air


Mata air adalah air tanah yang secara alami muncul karena
adanya hubungan antara akuifer dengan permukaan tanah.
Hubungan tersebut bisa berupa rekahan saluran pelarutan
atau pemotongan topografi.
Gambar 4.2
Perlindungan setempat ini difokuskan pada badan air dari
Salah satu mata air di Kec. Weliman
mata air, perlindungan daerah tangkapan mata air atau
recharge area ditentukan dalam perlindungan kawasan resapan air. Untuk perlindungan setempat
kawasan sekitar mata air ditetapkan minimal radius dengan jari-jari 200 meter di sekitar mata
air.Kawasan dengan radius 15 m dari mata air harus bebas dari bangunan kecuali bangunan
penyaluran air.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Sumber mata air di Kabupaten Malaka, umumnya tersebar merata di setiap kecamatan yang ada di
Kabupaten Malaka.

4.1.4 Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya


Di Kabupaten Malaka yang termasuk kawasan ini adalah
suaka margasatwa, cagar alam, kawasan pantai berhutan
bakau, dan kawasan cagar budaya.

A. Suaka Margasatwa
Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan yang
merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dengan
keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi dan cukup
Gambar 4.3.
luas. Kawasan suaka margasatwa ini memiliki kriteria
Suaka Margasatwa Kateri di Kecamatan
sebagai berikut: Malaka Tengah

1. Merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan
upaya konservasinya;
2. Memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi;
3. Merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migran tertentu; atau
4. Memiliki luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan.

Kawasan suaka margasatwa yang berada di Kabupaten Malaka adalah SuakaMargasatwa Kateri
seluas 4.669,32 Ha, yang terletak di Wilayah Kecamatan Malaka Tengah, dan Botin Leobelea.Suaka
margasatwa Kateri terdiri dari jenis flora yang tumbuh berupa jati (tectona grandis), kesambi
(schleisera oleosa), gewang (corypha), asam (tamarindus indica), pulai (alstonia sp), kapok
(gossampinus malabarica), kedondong hutan (lamea grandus), dan bambu (bambusa sp), sedangkan
jenis faunanya yaitu rusa timor (cervus timorensis), kus-kus (phalnger orientalis), ulung-ulung/
elang laut perut putih (haliaeetus leucogaster), burung hantu (tarsius sp), elang (elanus sp), alap-
alap (falco mollucensis), tekukur (streptopelia chinensis) dan biawak timor (varanus timorensis).

Pada kawasan ini rencana pengelolaannya harus terus diupayakan untuk pelestarian, perlindungan
hutan, serta mempertahankan sebagai kawasan wisata alam dan perlindungan satwa.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

B. Cagar Alam
Kawasan cagar alam yaitu kawasan yang ditunjuk mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan,
satwa dan tipe ekosistem, mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusun,
mempunyai kondisi alam baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum
terganggu manusia, mempunyai luas dan bentuk tertentu agar menunjang pengelolaan yang efektif
dengan daerah penyangga yang cukup luas, mempunyai ciri khasdan dapat merupakan satu-
satunya contoh disuatu daerah, serta keberadaanya memerlukan upaya konservasi.

Pada prinsipnya kawasan cagar alam ini merupakan kawasan lindung yang ditetapkan fungsinya
untuk menjaga kelestarian alam terutama satwa langka dan dilindungi. Dari adanya prinsip
tersebut maka didapat kriteria sebagai berikut adalah:

a. Memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan, satwa, dan tipe ekosistemnya;


b. Memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;
c. Memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu
manusia;
d. Memiliki luas dan bentuk tertentu; atau
e. Memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya
memerlukan konservasi.

Di Kabupaten Malaka terdapat kawasan cagar alam adalah


Cagar Alam Maubesi seluas 3.246 Ha yang terletak di
Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, dan
Kecamatan Kobalima. Kawasan ini ditetapkan berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 687/Menhut-
II/2009 tanggal 16 Oktober 2009 sebagai kawasan alam
yang berfungsi mencegah abrasi pantai dan sekaligus
perlindungan satwa liar, dan pembiakan ikan. Gambar 4.4.

Rencana pengelolaan kawasan cagar alam antara lain Cagar Alam Maubesi di Kecamatan
Kobalima
dilakukan dengan :

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

1. Kondisi cagar alam ini dalam kondisi baik, namun tetap diperlukan pengawasan dan
pemantauan secara berkelanjutan agar tidak terjadi kerusakan terhadap ekosistemnya
khususnya konversi lahan mejadi tambak oleh masyarakat;
2. Untuk menghindari kerusakan, maka perlu dipertahankan hutan hujan tropis yang lengkap
vegetasinya dari perdu hingga kanopi;
3. Pengembangan fungsi tambahan, yaitu sebagai obyek wisata pariwisata penelitian, out bond
dan sebagainya. Dengan tidak mengurangi fungsi perlindungan;
4. Apabila terdapat alih fungsi lindung, maka harus dikembalikan ke fungsi semula sebagai
perlindungan bawahannya;
5. Program pengelolaan, hutan kemasyarakatan dengan konsep berkelanjutan dan konsep desa
hutan;
6. Melestarikan ekosistem yang masih berkembang, antara lain:
a. Vegetasi hutan dengan pepohonan didominasi jenis bakau (rhizophora sp), api-api
(avicenia sp), nyiri (xylocarpus granatum), kesambi (schleisera oleosa), gewang (corypha
gebanga), lontar (borrasus flabelifer), butak (excoelcasia sp), dan ketapang (terminalia
catappa).
b. Satwa liar yang terdapat di kawasan Cagar Alam ini terdiri biawak timor (varanus
timorensis), monyet (macacairus), buaya (crocodylus porosus), kalong (pterropus
vamppyrus), burung pelican (pelicanus roseus), elang laut perut putih (haliaetus
leucogaster), raja udang (alcedo athis), dara laut (sterna sp), bangau hitam (ciconia
episcopus), kuntul/bangau putih (egretta sp), gagak (corvus sp), burung hantu (tarsius sp).
7. Rencana yang diterapkan adalah membatasi merambahnya kawasan budidaya;
8. Program pengelolaan hutan bersama masyarakat dengan tujuan memberikan pemahaman
tentang pentingnya hutan selain mempunyai fungsi ekologis juga secara tidak langsung
memiliki nilai ekonomis.

C. Kawasan Pantai Berhutan Bakau


Kawasan pantai berhutan bakau (mangrove) adalah kawasan
pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau
(mangrove) yang berfungsi memberikan perlindungan kepada
perikehidupan pantai dan laut. Kawasan pantai berhutan bakau
ditetapkan dengan kriteria koridor di sepanjang pantai dengan

Gambar 4.5.

Buku Putih
HutanSanitasi
Bakau di(BPS) Kabupaten Malaka.
Kecamatan
Kobalima
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan
terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.

Kawasan pantai berhutan bakau di Kabupaten Malaka direncanakan di bagian pantai selatan yang
memiliki hutan bakau yang terdapat di kecamatan Malaka Tengah seluas 3.125 Ha, Kecamatan
Kobalima seluas 3.246 Ha, Kecamatan Malaka Barat dan Wewiku seluas 2.042,3 Ha.

Pengelolaan untuk kawasan pantai berhutan bakau (mangrove) dilakukan dengan cara:
a. Melestarikan keberadaan hutan bakau untuk mencegah terjadinya kerusakan ekosistem;
b. Melakukan penanaman bibit bakau;
c. Mengurangi alih fungsi lahan baik untuk kawasan budidaya tambak maupun permukiman;
d. Melarang penebangan hutan oleh penduduk;
e. Mengurangi pembuangan limbah industri yang dapat merusak wilayah pesisir;
f. Pengembangan fungsi tambahan, yaitu sebagai obyek wisata pariwisata penelitian, out bond
dan sebagainya. Dengan tidak mengurangi fungsi perlindungan.

D. Kawasan Cagar Budaya


Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang merupakan
lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi
maupun bentukan geologi alami yang khas. Kawasan cagar
budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan dengan kriteria
sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang

dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan.


Gambar 4.6.
Kawasan cagar budaya di Kabupaten Malaka berupa rumah- Kawasan Tradisional Perkampungan
rumah adat seperti : Haitimuk di Kecamatan Weliman

a. Rumah Adat Loro Dirma di Kecamatan Malaka Timur;


b. Perkampungan Adat Kamanasa dan Perkampungan Adat Bolan di Kecamatan Malaka
Tengah;
c. Perkampungan Adat Haitimuk di Kecamatan Weliman;
d. Perkampungan Adat Fatuao di Kecamatan Io Kofeu

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Di tempat-tempat ini terdapat banyak megalitik yang mempunyai keunikan yang cukup menarik
dan menakjubkan serta peninggalan leluhur yang mempunyai kekuatan gaib tersendiri :

Megalitik Kateri : Gua orang Primitif

Telapak Kaki Beibalera (orang Raksasa)

Pada kawasan cagar budaya diperlukan pembatasan penggunaan lahan yang lainnya, sehingga
diharapkan upaya pelestarian kawasan cagar budaya dapat diterapkan. Rencana pengelolaan
kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan, meliputi :

a. Pada kawasan sekitar cagar budaya harus di konservasi untuk kelestarian dan keserasian
benda cagar budaya, berupa pembatasan pembangunan, pembatasan ketinggian, dan
menjadikan benda cagar budaya tetap terlihat dari berbagai sudut pandang;
b. Cagar budaya juga memiliki nilai wisata dan penelitian/pendidikan, sehingga diperlukan
pengembangan jalur wisata yang menjadikan lokasi benda cagar budaya sebagai salah satu
obyek wisata yang menarik dan menjadi salah satu tujuan atau obyek penelitian benda
purbakala dan tujuan pendidikan dasar-menengah;
c. Benda cagar budaya berupa bangunan yang fungsional, seperti: perumahan dan berbagai
bangunan peninggalan Belanda harus di konservasi dan direhabilitasi untuk bangunan yang
sudah mulai rusak; serta
d. Penerapan sistem insentif bagi bangunan yang dilestarikan dan pemberlakuan sistem
disinsentif bagi bangunan yang mengalami perubahan fungsi.
e. Penetapan kawasan yang dilestarikan baik di perkotaan maupun perdesaan disekitar benda
cagar budaya. Juga menjadikan benda cagar budaya sebagai orientasi bagi pedoman
pembangunan pada kawasan sekitarnya.

4.1.5 Kawasan Rawan Bencana Alam


Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Malaka antara lain adalah kawasan rawan tanah
longsor dan kawasan rawan banjir.

A. KawasanRawan Tanah Longsor


Bencana tanah longsor yang terjadi merupakan akibat dari penggundulan kawasan hutan. Kawasan
yang menjadi daerah rawan bencana tanah longsor di Kabupaten Malaka adalah :

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

1. Kecamatan Rinhat, Sasitamean, Io Kufeu, Laenmanaen, Botion Leo Bele, Malaka


Timur, Kobalima, Kobalima Timur
2. Sedangkan daerah yang sangat rawan longsor adalah : Kecamatan Sasitemaen dan
Laen manen.

a. Rencana pengelolaan kawasan rawan longsor meliputi :


1. Pengembalian fungsi lindung khususnya hutan atau kawasan yang mendukung perlindungan
seperti perkebunan tanaman keras dan memiliki kerapatan tanaman yang tinggi;
2. Mengingat di daerah tersebut banyak alih fungsi lahan lindung yang memiliki kemampuan
mendukung perlindungan kawasan maka diperlukan pengelolaan bersama antara
pemerintah dengan masyarakat baik dalam mengelola hutan maupun perkebunan.
3. Selanjutnya pada daerah aliran sungai yang umumnya memiliki kontur tajam atau terjal juga
merupakan kawasan yang mudah terkena longsor. Untuk ini diperlukan pengelolaan DAS
dengan membuat terasering dan penanaman tanaman keras produktif bersama masyarakat.
Mengingat kawasan sepanjang DAS ini sekaligus merupakan kawasan penyangga untuk
mencegah pendangkalan waduk yang disebabkan oleh longsor dan erosi, maka upaya
penamanam vegetasi yang berkayu dengan tegakan tinggi juga harus diikuti oleh
pengembangan tutupan tanah.
4. Dengan melakukan rekayasa teknik bangunan untuk menahan kekuatan getaran, dengan
memperkuat struktur bangunan pada daerah diketahui rentan terhadap gerakan tanah;
5. Membatasi perkembangan penduduk pada daerah rawan longsor/kerentanan tanah
terutama pada wilayah dengan kemiringan 40 % yang diketahui dapat mengakibatkan
bahaya longsor; serta
6. Stabilitasi lereng dengan reboisasi dengan tanaman keras.

B. KawasanRawan Banjir
Kawasan rawan banjir ditetapkan dengan kriteria kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau
berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Wilayah Kabupaten Malaka yang rawan banjir
meliputi Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Kobalima, Kecamatan Weliman, Kecamatan Wewiku
dan Kecamatan Malaka Tengah.

Terhadap kawasan yang dimaksud diatas perlu dilakukan penanganan-penanganan dengan


langkah-langkah sebagai berikut :

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

1. Penyiapan kawasan aman sebagai tempat pengungsian dan evakuasi warga


2. Normalisasi prasarana drainase sebagai pengendali banjir.
3. Melakukan eliminasi terhadap faktor-faktor yang menghalangi pengaliran air permukaan.

Berdasarkan kerawanan terhadap


banjir di atas, maka guna
mengantisipasi bahaya banjir dan
genangan periodik ditetapkannya
rencana pengelolaan pada kawasan

rawan banjir tersebut, diantaranya:


Gambar 4.7,

a. Pelestarian dan pengelolaan Salah Satu Kawasan Banjir di Kecamatan Malaka Barat dan Kondisi
Tanggul yang Sudah Jebol
Daerah Aliran Sungai secara lintas wilayah;
b. Pembuatan tanggul pada kawasan Daerah Aliran Sungai dengan prioritas pada kawasan
dataran dan rawan banjir;
c. Mengoptimalkan fungsi kawasan lindung dan kawasan resapan air; serta
d. Melakukan koordinasi dalam hal pengelolaan dan pengembangan drainase dengan wilayah
lain.

Upaya pencegahan banjir dilakukan dengan tiga cara yakni :

1). Melestarikan kawasan lindung dan kawasan hulu sungai


2). Pembuatan sumur resapan di kawasan perkotaan dan perdesaan, kawasan pertanian yang
dilengkapi dengan embung, bendung maupun cek dam, pembuatan bendungan baru, dan

3). Membuat saluran pembuangan yang terkoneksi dengan baik pada jaringan primer, sekunder
maupun tersier, serta tidak menyatukan fungsi irigasi untuk drainase.

Untuk lebih jelasnya kawasan rawan longsor, dan rawan banjir di Kabupaten Malaka dapat dilihat
pada Peta 4.2 dan Peta 4.3 berikut.

C. KawasanRawan Abrasi Pantai


Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat
merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini dipacu
oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Wilayah Kabupaten Malaka yang

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

rawan terhadap abrasi pantai ini yaitu di pantai selatan yaitu di Kecamatan Kobalima, Malaka
Tengah, Malaka Barat, Kobalima Timur dan Wewiku. Adapun salah satu cara untuk mencegah
terjadinya abrasi pantai adalah dengan penanaman kembali hutan mangrove yang telah rusak.

4.2 RENCANA POLA RUANG KAWASAN BUDIDAYA

Berdasarkan Permen PU Nomor 16 tahun 2009 tentang penyusunan RTRW Kabupaten disebutkan
bahwa rencana pengembangan kawasan budidaya terdiri atas :

a) kawasan peruntukan hutan produksi, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: hutan
produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi yang dapat dikonversi;
b) kawasan hutan rakyat;
c) kawasan peruntukan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: pertanian
lahan basah, pertanian lahan kering, dan hortikultura;
d) kawasan peruntukan perkebunan, yang dirinci berdasarkan jenis komoditas
perkebunan yang ada di wilayah kabupaten;
e) kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan:
perikanan tangkap, budi da ya perikanan, dan pengolahan ikan;
f) kawasan peruntukan pertambangan, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: mineral
dan batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi, serta air tanah di kawasan pertambangan;
g) kawasan peruntukan industri, yang dirinci meliputi kawasan: peruntukan industri
besar, industri sedang, dan industri rumah tangga;
h) kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan: pariwisata
budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan;
i) kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi kawasan peruntukan:
permukiman perkotaan dan peruntukan permukiman perdesaan. sebagai kawasan budi
daya maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing -
masing permukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di pegunungan,
dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya; dan
j) kawasan peruntukan lainnya.
Yang dimaksud dengan kawasan budidaya itu sendiri adalah kawasan yang ditetapkan dengan
fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya manusia, dan
sumber daya buatan. Adapun luas kawasan budidaya di Kabupaten Malaka adalah 92.302,64 ha

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

atau sekitar 80.95 % dari luas kawasan Kabupaten Malaka. Untuk lebih jelas mengenai luasan
kawasan budidaya dapat di lihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4

Luasan Kawasan Budidayadi Kabupaten MalakaTahun 2014

Kawasan Budidaya

Hutan Produksi Konversi 723,85 0,65

Hutan Rakyat 1.818,52 1,62

Kawasan Perikanan 235,10 0,21


Darat

Kawasan Perkebunan 28.455,67 25,42

Kawasan permukiman 12.767,87 11,40

Kawasan Peternakan 5.081,81 4,54

Perikanan 187,77 0,17

Pertanian Lahan Kering 25.481,23 22,76

Pertanian LahanBasah 13.968,72 12,48

TOTAL 88.720,53 79,25

Sumber : Hasil Analisa Rencana 2014

4.2.1 Kawasan Hutan Produksi


Kawasan hutan produksi adalah kawasan hutan yang dibudidayakan dengan tujuan diambil hasil
hutannya baik hasil hutan kayu maupun non kayu. Kawasan ini merupakan kawasan hutan yang
diperuntukkan guna produksi hasil hutan untuk memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya
dan khususnya pembangunan, mendukung pengembangan industri dan ekspor. Kawasan hutan
produksi meskipun merupakan kawasan budidaya tetapi juga memiliki fungsi perlindungan
sebagai daerah resapan air. Kawasan ini tidak boleh dialihfungsikan untuk kegiatan lain, dan harus
dikendalikan secara ketat.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Kawasan Budidayaperuntukan hutan di Kabupaten Malaka terdiri atas: kawasan peruntukan hutan
produksi; kawasan peruntukan hutan produksi konversi; kawasan peruntukan hutan produksi
terbatas; dan kawasan peruntukan hutan rakyat.

Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor
kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor 125 (seratus dua puluh
lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh empat). Kawasan peruntukan hutan produksi tetap
ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan
dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat). Kawasan peruntukan hutan
produksi yang dapat dikonversi ditetapkan dengan kriteria memiliki faktor kemiringan lereng, jenis
tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat);
dan/ataumerupakan kawasan yang apabila dikonversi mampu mempertahankan daya dukung dan
daya tampung lingkungan.

Kriteria teknis kawasan peruntukan hutan produksi terbatas, kawasan peruntukan hutan produksi
tetap, dan kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi ditetapkan oleh menteri,
yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kehutanan. Sedangkan Kawasan peruntukan hutan
rakyat ditetapkan dengan kriteria: kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada
tanah yang dibebani hak milik. Kriteria teknis kawasan peruntukan hutan rakyat ditetapkan oleh
menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kehutanan.

Kawasan Budidayaperuntukan hutan di Kabupaten Malaka secara keseluruhan memiliki luas


kawasan 6.124,48ha, Adapun distribusi kawasan budidaya peruntukan hutan di Kabupaten Malaka
meliputi; hutan produksi diarahkan di Kecamatan Rinhat dengan luas kawasan 1.647,25 ha atau
sekitar 1,78 % dari luas total kawasan budidaya, kawasan hutan produksi konversi diarahkan di
Kecamatan Laenmanen dengan luas kawasan mencapai 723,85 ha atau sekitar 0,78 % dari luas
total kawasan budidaya, kawasan hutan produksi terbatas diarahkan di Kecamatan Laenmanen
dengan luas kawasan mencapai 1.934,86 ha atau sekitar 2,10 % dari luas total kawasan budidaya,
dan kawasan hutan rakyat diarahkan di seluruh Kecamatan di Kabupaten Malaka dengan luasan
keseluruhan mencapai 1.818,52 ha atau sekitar 1,97 % dari luas total kawasan budidaya. Rencana
pengelolaan kawasan hutan produksi meliputi:

b. Beberapa hutan produksi yang ada ternyata menunjukkan adanya tingkat kerapatan tegakan
tanaman yang rendah sehingga harus dilakukan percepatan reboisasi;

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

c. Pengolahan hasil hutan sehingga memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memberikan
kesempatan kerja yang lebih banyak;
d. Pengelolaan kawasan hutan produksi dengan pengembangan kegiatan tumpang ari atau
budidaya sejenis dengan tidak mengganggu tanaman pokok.
e. Peningkatan partisipasi masyarakat sekitar hutan melalui pengembangan hutan kerakyatan;
f. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan hutan serta gangguan keamanan hutan
lainnya;
g. Pengembangan dan diversifikasi penanaman jenis hutan sehingga memungkinkan untuk
diambil hasil non kayu, seperti buah dan getah;
h. Peningkatan fungsi ekologis melalui pengembangan sistem tebang pilih, tebang gilir dan rotasi
tanaman yang mendukung keseimbangan alam; serta
i. Mengarahkan kawasan hutan produksi yang ada di kawasan perkotaan untuk membentuk
hutan kota.
4.2.2 Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan pertanian merupakan kawasan yang diperuntukan bagi tanaman pangan dan tanaman
holtikultura. Kawasan peruntukan pertanian ini ditetapkan dengan kriteria:

a. Memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;


b. Ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;
c. Mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau
d. Dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.
Dari adanya kriteria tersebut maka untuk menentukan arahan kawasan budidaya pertanian
dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:

4.2.2.1 Kawasan Pertanian Lahan Basah (PLB) / Tanaman Pangan


Kawasan pertanian lahan basah ini merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan
lahan basah dimana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah maupun teknis, dalam hal ini
yang dimaksud adalah sawah. Rencana pengembangan kegiatan pertanian tanaman pangan lahan
basah lebih diutamakan pada intensifikasi pertanian, sehingga dengan luas lahan yang ada,
produksi bahan pangan dapat ditingkatkan. Arahan pemanfaatan pertanian lahan basah/sawah
adalah:

 Memperluas lahan sawah beririgasi teknis;


 Menghindari konversi lahan pertanian beririgasi teknis untuk kegiatan lain;

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 Memelihara dan meningkatkan kualitas prasarana pengairan;


 Konversi lahan pertanian diizinkan dengan catatan nilai ekonomi yang ada lebih tinggi atau
untuk kebutuhan mendesak pada lahan sawah tadah hujan;
 Jika kebutuhan mendesak perlu perluasan areal sawah baru.

Luasan kawasan pertanian lahan basah (tanaman pangan) Kabupaten Malaka adalah13.968 ha atau
sekitar 15,13 % dari luas kawasan budidaya di Kabupaten Malaka,dimana terletak di Daerah Irigasi
Malaka, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Weliman. Selain lahan
pertanian lahan basah yang telah ada, direncanakan pula kawasan pertanian lahan basah di sekitar
daearah irigasi malaka seluas 10.000 Ha yang terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Malaka Tengah,
dan Kobalima.

4.2.2.2 Kawasan Pertanian Lahan Kering (PLK)/Tanaman Pertanian Holtikultural


Kawasan pertanian lahan kering merupakan kawasan yang diperuntukan bagi tanaman pangan
lahan kering, holtikultural, tanaman palawija, tanaman tahunan, perkebunan, dan peternakan serta
padang pengembalaan ternak.

Kawasan pertanian lahan kering yang ada di Kabupaten Malaka memiliki luasan 25.481,23 ha, atau
sekitar 27,61 % dari luas total kawasan budidya di Kabupaten Malaka, Daerah lahan kering/tegalan
diarahkan di seluruh kecamatan dekat dengan permukiman penduduk dan pada lereng permukaan
lahan yang relatif landai.Areal tanam padi ladang ini jugaterdapat di beberapa kecamatan yaitu:
Malaka Barat, Malaka Tengah, dan Kobalima. Untuk jagung baboto terdapat di Kecamatan Malaka
Timur.

Kawasan hortikultura yang ada di Kabupaten Malaka terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayur-
sayuran. Adapun perinciannya dapat dilihat di bawah ini:

 Buah-buahan:
 Advokat terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Malaka Tengah, Sasita Mean,
Malaka Timur, Laenmanen, dan Kobalima.
 Belimbing terdapat di Kecamatan Kobalima.
 Jeruk Besar terdapat di Kecamatan Rinhat, Wewiku, Weliman, Sasita Mean, Malaka
Timur, Laenmanen, dan Kobalima.
 Jambu Biji terdapat di seluruh wilayah di Kabupaten Malaka.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 Jambu Air terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Weliman, dan Malaka Tengah.
 Mangga harummanis terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku,
Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, dan Kobalima.
 Nangka/Cempedak terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Weliman, Malaka
Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Kobalima.
 Pepaya terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka
Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, dan Kobalima.
 Nenas terdapat di Kecamatan Rinhat, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean,
Malaka Timur, dan Kobalima.
 Pisang terdapat di kawasan Malaka seluruhnya.
 Salak terdapat di seluruh Kabupaten Malaka terutama di daerah irigasi, Kecamatan
Rinhat, Sasita Mean, Io Kufeu, dan Botin Leo Bele.
 Sawo terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Malaka.
 Markisa/Konyal terdapat di seluruh Kabupaten Malaka.
 Sirsak terdapat di Kecamatan Malaka Barat,Rinhat, Weliman, Malaka Timur, dan
Kobalima.
 Sukun terdapat di seluruh wilayah Kabupaten Malaka.

 Sayur-sayuran:
 Bawang Merah terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Malaka Tengah, Sasita Mean,
Malaka Timur, dan Kobalima.
 Bawang Putih terdapat di Kecamatan Malaka Tengah, Malaka Timur, dan Kobalima.
 Kubis terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten Malaka.
 Petsai/Sawi terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten
Malaka.
 Wortel terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten Malaka.
 Kacang Panjang terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten
Malaka.
 Cabe Besar terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten
Malaka.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 Cabe Rawit terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten


Malaka.
 Tomat terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten Malaka.
 Terung terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Weliman, Malaka Tengah,
Sasita Mean, Malaka Timur, dan Kobalima,
 Kangkung terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten
Malaka.
 Semangka terdapat di daerah – daerah Irigasi/DI dan di seluruh Kabupaten
Malaka.
Pengembangan kawasan pertanian dilakukan dengan cara:

1. Pengembangan sistem agropolitan yang terletak pada kawasan agropolitan malaka dan
pengembangan kawasan perdesaan khususnya pada pusat sentra produksi pertanian,
diarahkan di beberapa kecamatan yaitu Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Weliman,
Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Kobalima dan Kecamatan Rinhat.

2. Pengembang
Gambar 4.8
an sektor
Kawasan Pertanian di Kecamatan Malaka Tengah
pertanian untuk kegiatan
agribisnis, agrowisata dan industri pengolahan hasil pertanian menjadi makanan dan
sejenisnya;
3. Pengembangan komoditas unggulan.
Rencana pengelolaan kawasan holtikutura di Kabupaten Malaka adalah sebagai berikut:

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

a). Mengutamakan komoditas yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan memiliki kemampuan
pemasaran yang luas terutama eksport;
b). Kawasan ini sebaiknya tidak diadakan alih fungsi lahan kecuali untuk kegiatan pertanian
dengan catatan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi dan memiliki kemampuan penyerapan
tenaga kerja yang lebih luas;
c). Beberapa bagian kawasan hortikultura khususnya sayuran terletak pada ketinggian diatas
1.000 meter dpl, dan banyak memiliki kelerengan > 40%. Kawasan ini harus dilakukan
peningkatan konservasi lahan dengan mengolah secara teknis dan vegetatif; serta
d). Kawasan holtikultura buah-buahan harus dikembangkan dengan memperhatikan nilai
ekonomi yang tinggi.
Rencana pengelolaan kawasan pertanian secara keseluruhan yang ada di Kabupaten Malaka
meliputi :

1). Sawah beririgasi teknis harus dipertahankan luasannya. Perubahan fungsi sawah ini hanya
diijinkan pada kawasan perkotaan dengan perubahan maksimum 50 % dan dilakukan
perubahan atau alih fungsi harus sudah dilakukan peningkatan fungsi irigasi setengah teknis
atau sederhana menjadi teknis dua kali luas sawah yang akan dialihfungsikan dalam
pelayanan daerah irigasi yang sama. Pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan
hanya pada sepanjang jalan utama (arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran perubahan
maksimum 20 % dari luasan sawah yang ada, dan harus dilakukan peningkatan irigasi
setengah teknis atau sederhana menjadi irigasi teknis, setidaknya dua kali luasan area yang
akan diubah dalam pelayanan daerah irigasi yang sama.
2). Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan
abadi maka tidak boleh dilakukan alih fungsi.
3). Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan peningkatan
menjadi sawah beririgasi teknis;
4). Pencetakan sawah baru yang disertai perbaikan saluran pada wilayah-wilayah yang rawan
kekeringan;
5). Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan
produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan agrowisata;
6). Kawasan pertanian lahan kering secara spesifik dikembangkan dengan memberikan tanaman
tahunan yang produktif, dan kawasan ini merupakan kawasan yang boleh dialihfungsikan

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

untuk kawasan terbangun dengan berbagai fungsi, sejauh sesuai dengan Rencana Detail Tata
Ruang;
7). Penggunaan dan pengolahan kawasan holtikultura diarahkan untuk memanfaatkan lahan
sesuai kaidah-kaidah lingkungan.
4.2.2.3 Kawasan Peruntukan Perkebunan
Kawasan perkebunan disini merupakan bagian dari
kawasan pertanian lahan kering yang mana pada kawasan
perkebunan ini memiliki pengertian kawasan yang
diperuntukkan bagi tanaman tahunan atau perkebunan
yang menghasilkan baik bahan pangan maupun bahan baku
indistri.

kawasan perkebunan pada prinsipnya dapat dikembangkan Gambar 4.9

di tiap kecamatan yang disesuaikan dengan ketersediaan Kawasan Perkebunan di Besikama


dan daya dukung lahan pada kecamatan yang Kecamatan Malaka Barat

bersangkutan.Kawasan perkebunan yang terdapat di Kabupaten Malaka seluas 28.455,67 ha, atau
sekitar 30,83 % dari luas kawasan budidya di Kabupaten Malaka.

Kawasan perkebunan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Malaka adalah komoditi kapuk,
kemiri, kelapa, kopi, jambu mente, kakao, pinang, dan tembakau. Dengan rincian sebagai berikut:

 Kelapa terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka


Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Kobalima, Io Kufeu, Botin Leobele,
dan Kobalima Timur.
 Kelapa dalam terdapat di Kecamatan Wewiku, weliman, Malaka Barat, Malaka Tengah,
(Kawasan Besikama), Kecamatan Kobalima, dan Kecamatan Kobalima Timur (Alkani
sampai Alas Selatan).
 Jambu Mente terdapat di Kecamatan Rinhat, Sasita Mean (bagian bawah), Malaka
Timur, Laenmanen, Kobalima, Io Kufeu, Botin Leobele, dan Kobalima Timur.
 Kopi terdapat di Kecamatan Rinhat, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka
Timur, Kobalima, Io Kufeu, Botin Leobele,dan Kobalima Timur.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 Kakao terdapat di Besikama Kecamatan Malaka Barat.


 Kemiri terdapat di Kecamatan Rinhat, Weliman, Malaka Tengah, Sasita Mean, Malaka
Timur, Laenmanen, Kobalima, Io Kufeu, Botin Leobele, dan Kobalima Timur.
 Kapuk terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka Tengah,
Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Kobalima, Io Kufeu, Botin Leobele, dan
Kobalima Timur.
 Pinang terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Rinhat, Wewiku, Weliman, Malaka
Tengah, Sasita Mean, Malaka Timur, Laenmanen, Kobalima, Io Kufeu, Botin Leobele,
dan Kobalima Timur.
 Vanili terdapat di Kecamatan Sasitamean, Botin Leo Bele, Io Kufeu, dan Kobalima
Timur.
 Jarak Pagar terdapat di seluruh Kecamatan di Kabupaten Malaka kecuali kawasan
Besikama.
 Siri Daun/siri buah terdapat di Kecamatan Wewiku, Weliman, Malaka Tengah, Sasita
Mean, Laenmanen, Io Kufeu, dan Botin Leobele.
 Tembakau terdapat di Kecamatan Malaka Barat, Wewiku, Weliman, Sasita Mean, Io
Kufeu,dan Botin Leobele.
 Nilam terdapat di Kecamatan Malaka Barat.
Upaya pengelolaan kawasan perkebunan dengan memperhatikan aspirasi masyarakat petani,
antara lain:

1. Merencanakan pengembangan pasar hasil perkebunan yang potensial untuk terminal


agrobisnis, yaitu di Kecamatan Malaka Tengah;
2. Merencanakan pengembangan gudang tembakau dengan lokasi yang berdekatan
dengan sentra tembakau, yaitu Kecamatan Malaka Barat;
3. Merencanakan pengembangan gudang kakao dengan lokasi yang berdekatan dengan
sentra kakao, yaitu Kecamatan Malaka Barat.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

4.2.2.4 Kawasan Peruntukan Peternakan


Kawasan peruntukan peternakan banyak berupa padang
rumput, luasan kawasan peruntukan peternakan di
Kabupaten Malaka mencapai 5.081,81 ha atau sekitar 5,51 %
dari luas total kawasan budidaya di Kabupaten Malaka.

Salah satu penunjang ekonomi Masyarakat Malaka adalah


Gambar 4.10
ternak, beberapa jenis ternak telah dibudidayakan oleh
masyarakat secara turun menurun. Adapun lokasi sebaran Kawasan Peternakan di Kecamatan
Malaka Tengah
jenis yang telah dibudidayakan masyarakat sebagai berikut :
 Ternak hewan besar (kuda, sapi, kerbau) dan ternak hewan kecil (kambing, babi)berada di
KecamatanMalaka Barat, Rinhat, Wewiku,Weliman, Malaka Tengah, Sasitamean, Malaka Timur,
Laenmanen, Kobalima, Io Kufeu, Botin Leo Bele, dan Kobalima Timur.
 Ternak unggas (ayam kampung dan itik) berada di KecamatanMalaka Barat, Rinhat,
Wewiku,Weliman, Malaka Tengah, Sasitamean, Malaka Timur, Laenmanen, dan Kobalima.

Selain itu h atau yg dihibahkan oleh perseorangan yang diperuntukkan bagi penggembalaan
ternak masyarakat skala kecil sehingga ternak dapat leluasa berkembang biak adalah sebagai
berikut:

 Kawasan usaha peternakan Kapitan Meo(310 ha) dan peternakan Tinu manu (500 ha)berada
di Kecamatan Laenmanen;
 Kawasan usaha peternakan Umaloo Rai Kletuk di kecamatan Sasitamean dan Io Kufeu (750
ha) ;
 Kawasan usaha peternakan Wekakoli berada di kecamatan Malaka Tengah dan Weliman
(1500 ha) ;
 Kawasan usaha peternakan Naetasik di kecamatan Rinhat (500 ha) ; dan
 Kawasan usaha peternakan Laloren berada di Kecamatan Kobalima, dan Malaka Timur
(1000 ha).
Dengan adanya kawasan - kawasan penggembalaan umum maka ternak dapat berkembang biak
dan diharapkan dapat ningkatkan pendapatan petani ternak dan pemerataan kesempatan kerja.

Untuk memelihara kelestarian dan produktifitas ternak telah tersedia Pusat Pelayanan

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Kesehatan Hewan (PUSKESWAN) yang telah dibangun sebanyak 6 unit masing-masing di


KecamatanMalaka Barat, Kobalima Timur, Malaka Timur, Kobalima, Malaka Tengah, Weliman,
Rinhat, dan Sasitamean.

Sedangkan untuk sentra pemotongan ternak yang dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan
(RPH) terdapat di Betun kecamatan Malaka Tengah, dan ada di Tempat Pemotongan Hewan (TPH)
di kecamatan Laemanen, Weliman, dan Wewiku.

4.2.2.5 Kawasan Peruntukan Perikanan


A. Peruntukkan Perikanan Tangkap
Kondisi geografis yang dekat dengan daerah pantai
menjadikan Kabupaten Malaka kaya potensi sumberdaya
ikan yang berasal dari laut. Upaya Pengelolaan potensi
laut ini terkait dengan usaha Pemerintah Daerah untuk
mengangkat kelompok nelayan dari jurang kemiskinan
dan menggairahkan kondisi perekonomian secara
umum.Kawasan peruntukan perikanan tangkap terdiri
Gambar 4.11
atas kawasan perikanan tangkap di laut dan kawasan
Kawasan Perikanan Tangkap di Kecamatan
perikanan tangkap di perairan umum.
Kobalima

Kawasan perikanan tangkap di laut diarahkan pada wilayah perairan laut di sepanjang pesisir
pantai (panjang garis pantai 82,94 km ). meliputi Kecamatan Wewiku, Malaka Barat, Malaka
Tengah, Kobalima dan Kobalima Timur,Jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan antara lain
tuna,Cakalang, Tongkol, Tenggiri, Alu-Alu, Gergahing, Kakap Merah, Kakap Putih, Kerapu Lumpur,
Kerapu Karang, Kerapu Balong, Kerapu Sunu, Kerapu Bebek, Cendro, Tetengkek, Kembung,
Terbang, Belanak, Tembang, Tembang Kobi, Tembang Kaleng, Julung-Julung (Nipi), Golok-Golok,
Terubuk, Lemuru, Lemadang, Lencam, Biji Nangka, Kurisi, Swanggi, Serinding Tembakau, Layang,
Kwee, Talang-Talang, Pinjalo, Jenaka, Bentong, Gerot-Gerot, Selanget, Baronang, Selar, Teri,
Paperek, Pari, Manyung, Merah Bambangan, Kakap/Baramundi Bream, Ekor Kuning, Cucut,
Layar,Parang-Parang, Madidihang.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

B. Peruntukkan Perikanan Budidaya


Kawasan perikanan budidaya di Kabupaten Malaka
terdiri atas kawasan perikanan budidaya ikan air
tawar, kawasan perikanan budidaya air payau, dan
kawasan perikanan budidaya air laut.

Kawasan perikanan budidaya air tawar memiliki


luasan kawasan total 187,77 ha atau sekitar 0,20 %
Gambar 4.12
dari luas kawasan budidaya di Kabupaten Malaka, dan
diarahkan di Kecamatan Rinhat seluas 35 Ha, Tambak Kletek

Kecamatan Laenmanen 5,05 Ha, Kecamatan Malaka


Timur seluas 3 Ha, Kecamatan Sasita Mean seluas 2 Ha, Kecamatan Malaka Tengah seluas 2,5 Ha,
Kecamatan Weliman seluas 0,02 Ha, Kecamatan Wewiku seluas 1 Ha, dan Kecamatan Kobalima
seluas 21 Ha.

Kawasan perikanan budidaya tambak diarahkan di Kecamatan Wewiku luas areal 393 ha.
Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah 1300 ha, dan Kecamatan Kobalima 745 ha.
Adapun jenis ikan yang dibudidayakan adalah Ikan Bandeng.

Kawasan perikanan budidaya air laut diarahkan pada wilayah perairan laut di kawasan sepanjang
garis pantai meliputi Kecamatan Wewiku, Malaka Barat, Kecamatan Kobalima dan Kobalima Timur
Kecamatan Wewiku, Kecamatan Malaka Tengah.

C. Peruntukkan Kawasan Pengolahan Ikan


Kawasan pengolahan ikan berupa pengeringan, pengolahan bahkan pengalengan hasil perikanan di
Kabupaten Malaka, dan upaya Pengelolaan potensi sarana perekonomian perikanan dapat
diuraikan sebagai berikut:

a. Memberdayakan potensi desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat untuk


mengembangan budidaya air tawar melalui pembuatan kolam ikan, usaha kolam pancing,
penebaran benih ikan air tawar di bendung Benanai di Kecamatan Malaka Tengah.
b. Pengembangkan kawasan minapolitan perikanan tangkap untuk komoditi yang bernilai
ekonomi tinggi di sepanjang garis pantai 82,94 km meliputi : Kecamatan Wewiku (areal

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

budidaya tambak 393 ha dan garis dan panjangpantai 82,94 km), Kecamatan Malaka Tengah
(areal budidaya tambak 1300 ha), dan Kecamatan Kobalima (areal budidaya tambak 745 ha).
c. Pembangunan PPI sebagai sarana pendukung operasi perikanan tangkap, pembinaan oleh
Pemerintah, pengumpulan data statistik perikanan dan menjamin harga jual produk
perikanan tangkap melalui pelayanan TPI.
d. Mengembangkan teknologi perikanan tangkap dan rehabilitasi ekosistem perairan melalui
pembangunan rumpon dangkal / terumbu karang buatan, pembangunan tambatan perahu
dan tempat perlindungan ikan serta memberikan informasi lokasi potensi ikan yang potensial
/ lintasan migrasi ikan.
e. Meningkatkan pendapatan petani khususnya saat ikan melimpah, melalui pembangunan
Pasar Ikan Higienis, TPI dan timbangan kompas.
f. Meningkatkan produksi hasil penangkapan ikan nelayan, melalui modifikasi alat tangkap
ikan.
g. Mempermudah koordinasi dalam memanfaatkan hasil laut, melalui Sarana Kelembagaan
Sektor Perikanan.
h. Mengendalikan dan mengatur pemanfaatan potensi sumber daya perikanan agar lebih sesuai
dengan kaidah pemanfaatan sumber daya perikanan yang berkelanjutan (sustainable
fisheries/MSY) serta prinsip keadilan melalui pengaturan jalur penangkapan ikan,
pengendalian jumlah kapal, ukuran kapal, alat tangkap yang dipergunakan dan kuota jumlah
tangkapan yang diperbolehkan.
i. Melindungi kawasan konservasi seperti kawasan hutan bakau yang merupakan tempat
pemijahan ikan
4.2.3 Kawasan Peruntukan Pertambangan
Kawasan peruntukan pertambangan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kawasan
pertambangan yang secara ekonomis mempunyai potensi bahan tambang, mencakup bahan
tambang mineral dan batubara, minyak dan gas bumi, panas bumi, air tanah di kawasan
pertambangan. Pada dasarnya penambangan adalah proses pemanfaatan sumber daya alam untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia. Semakin besar eksploitasi sumber daya alam akan semakin
besar pula gangguan terhadap keseimbangan lingkungan dengan demikian kemungkinan
terjadinya degradasi semakin besar pula, metoda penambangan akan mempengaruhi besar
kecilnya perubahan terhadap bentang alam.Kawasan peruntukan pertambangan ditetapkan dengan
kriteria:

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

a. Memiliki sumber daya bahan tambang yang berwujud padat, cair, atau gas berdasarkan
peta/data geologi;
b. Merupakan wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk pemusatan kegiatan
pertambangan secara berkelanjutan; dan/atau
c. Merupakan bagian proses upaya merubah kekuatan ekonomi potensial menjadi
kekuatan ekonomi riil.
Kawasan pertambangan meliputi peruntukan mineral dan batu bara, peruntukkan minyak dan gas
bumi, peruntukkan panas bumi, dan peruntukkan air tanah di kawasan pertambangan.
Dikabupaten Malaka Jenis bahan tambang yang ada adalah Peruntukkan Mineral Sesuai dengan UU
No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara, usaha pertambangan Mineral
adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak
dan gas bumi, serta air tanah.

Penambangan mineral di Kabupaten Malaka meliputi:

a. Pertambangan mineral logam; seperti


 Emas sekunder (Placer) terdapat di Kecamatan Lamaknen, Botin Leo Bele (Kereana)
b. Pertambangan mineral bukan logam; seperti
 Gypsum lokasinya tersebar di Seluruh kecamatan di Kabupaten Malaka.
c. Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi di Kecamatan Kobalima,
Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Laenmanen,
Kecamatan Malaka Timur, Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Io Kufeu,
Kecamatan Sasitamean, Kecamatan Botin Leobele, Kecamatan Rinhat, Kecamatan
Weiliman, dan Kecamatan Wewiku.
d. Pertambangan batuan seperti:
 Rembesan minyak terdapat di Kecamatan Kobalima di Morekren, Malaka tengah
dan Malaka Barat;
 Mangan lokasinya tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Malaka;
 Batu marmer terdapat di Kecamatan Malaka Timur, dan Kobalima;
 Batu lempung lokasinya tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Malaka.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

 Batu gamping di Kecamatan Malaka Timur dan Malaka Tengah, Sasitamean, dan
Laen Manen,
 Batu setengah permata tersebar di sepanjang sungai di Kabupaten Malaka.

Upaya pengelolaan kawasan pertambangan, meliputi:

1. Pengembangan kawasan pertambangan dilakukan dengan mempertimbangkan


potensi bahan galian, kondisi geologi dan geohidrologi dalam kaitannya dengan
kelestarian lingkungan;
2. Melakukan rehabilitasi/reklamasi kawasan bekas pertambangan;
3. Setiap kegiatan usaha pertambangan harus menyimpan dan mengamankan tanah
atas (top soil) untuk keperluan rehabilitasi/reklamasi lahan bekas penambangan;
4. Meminimalisasi penggunaan bahan bakar kayu untuk pembakaran kapur dan
batubata - genting, sebab dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan;
5. Menghindari dan meminimalisir kemungkinan timbulnya dampak negatif dari
kegiatan seMalaka, saat dan setelah kegiatan penambangan, sekaligus disertai
pengendalian yang ketat; serta
6. Pemanfaatan lahan bekas tambang yang disesuaikan dengan Dokumen Lingkungan
(AMDAL, UKL-UPL).
4.2.4 Kawasan Peruntukan Permukiman
Luasan kawasan peruntukan permukiman di Kabupaten Malaka 12.767,87 ha, atau sekitar 13,83 %
dari luas total kawasan budidaya di Kabupaten Malaka.

4.2.4.1 Peruntukan PemukimanPerkotaan


Perkotaan diartikan sebagai pusat permukiman dan
kegiatan penduduk yang mempunyai batasan administrasi
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan serta
permukiman yang memperlihatkan watak dan ciri
kehidupan wilayah. Gambar 4.13

Salah satu sudut kota Betun, Malaka


Tengah

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Kawasan Permukiman Perkotaan adalah kawasan yang dominasi kegiatannya difungsikan untuk
kegiatan yang bersifat kekotaan dan merupakan orientasi pergerakan penduduk yang ada pada
wilayah sekitarnya.

Untuk Kabupaten Malaka yang termasuk dalam kawasan permukiman perkotaan yang terdpat di
kabupaten Malaka adalah pemukiman yang berada di ibukota kecamatan terutama pada lingkup
wilayah kecamatan. Kawasan ini secara rinci dijabarkan dalam RDTRK masing-masing kecamatan,
sesuai dengan peraturan Daerah mengenai batas wilayah Kecamatan dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri no. 2 Tahun 1987 tentang rencana tata ruang wilayah. Dengan demikian ketentuan
luas masing-masing Kecamatan akan berbeda-beda tergantung pada kondisi geografi wilayah yang
bersangkutan.Rencana pengelolaan kawasan permukiman antara lain meliputi:

1. Kawasan permukiman perkotaan dan perdesaan harus dapat menjadikan sebagai tempat
hunian yang aman, nyaman dan produktif, serta didukung oleh sarana dan prasarana
permukiman;
2. Setiap kawasan permukiman dilengkapi dengan sarana dan prasarana permukiman sesuai
hirarki dan tingkat pelayanan masing-masing;
3. Permukiman perdesaan sebagai hunian berbasis agraris, dikembangkan dengan
memanfaatkan lahan pertanian, halaman rumah, dan lahan kurang produktif sebagai basis
kegiatan usaha;
4. Permukiman perdesaan yang berlokasi di pedesaan daerah perdesaan pengunungan
dikembangkan dengan berbasis perkebunan dan hortikultura, disertai pengolahan hasil.
Permukiman perdesaan yang berlokasi di dataran rendah, basis Pengelolaannya adalah
pertanian tanaman pangan dan perikanan darat, serta pengolahan hasil
5. Permukiman perkotaan diarahkan pada penyediaan hunian yang layak dan dilayani oleh
sarana dan prasarana permukiman yang memadai;
6. Penyediaan permukiman selain disediakan oleh pengembang (Developper) dan masyarakat,
juga diarahkan pada penyediaan Kasiba/Lisiba berdiri sendiri, perbaikan kualitas permukiman
dan Pengelolaan perumahan secara vertikal;
7. Membentuk cluster-cluster permukiman untuk menghindari penumpukan dan penyatuan
antar kawasan permukiman, dan diantara cluster permukiman disediakan ruang terbuka hijau;
8. Pengembangan permukiman perkotaan kecil dilakukan melalui pembentukan pusat pelayanan
kecamatan; serta

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Pengembangan permukiman kawasan khusus seperti penyediaan tempat peristirahatan pada


kawasan pariwisata, kawasan permukiman baru sebagai akibat perkembangan infrastruktur,
kegiatan sentra ekonomi, sekitar kawasan industri, dilakukan dengan tetap memegang kaidah
lingkungan hidup dan bersesuaian.

4.2.4.2 Peruntukan PemukimanPedesaan


Pengertian desa ditinjau dari segi kegiatannya adalah
kegiatan ekonomi yang lebih dominan berupa pertanian,
jumlah penduduk relatip kecil, cara hidupnya yang
tradisional dan status serta susunan masyarakatnya yang
homogen.

Kawasan pemukiman pedesaan adalah kawasan yang

mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk


Gambar 4.14
pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi
Salah satu permukiman di pedesaan kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, dengan
di Kabupaten Malaka
tingkat pelayanan pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi skala lokal.Dengan
demikian di Kabupaten Malaka yang termasuk di dalam kawasan ini terletak di semua desa yang
berada dalam kawasan pusat desa. Kawasan pusat desa dalam hubungan ini perlu adanya penataan
ruang khusus yang dijabarkan dalam rencana penataan kawasan yang dijabarkan dalam rencana
penataan kawasan pusat desa.

Berdasarkan analisa menurut kepadatan Bruto per kecamatan, maka Pengelolaan kawasan
permukiman direkomendasikan sebagai berikut :

1. Pada permukiman kepadatan tinggi, dengan mengembangkan daerah permukiman


2. Pada pemukiman sedang, agar dipertahankan
3. Pada permukiman rendah, dengan peningkatan daerah pemukiman, penambahan fasilitas dari
daerah pemukiman.

4.2.5 Kawasan Peruntukan Industri

Kawasan Industri dikembangkan berdasarkan ketersediaan bahan baku, tenaga kerja, permintaan
pasar, ketersediaan bahan baku, infrastruktur dan perkembangan wilayah. Pengelolaan kawasan

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

industri sangat diperlukan untuk mendorong pertumbuhan industri, menciptakan iklim yang
kondusif dan memberikan status hukum yang jelas serta jaminan keberlangsungan usaha
berkenaan dengan lokasi yang ditempati. Kawasan industri yang terdapat di Kabupaten Malaka
adalah kawasan peruntukkan industri rumah tangga (industri kecil). Kegiatan industri Kabupaten
Malaka yang terdiri dari aneka industri kecil menunjukkan tingkat perkembangan yang positif dari
tahun ke tahun, baik dalam jumlah industri maupun tenaga kerja. Perkembangan kelompok
industri maupun peluang usaha yang dapat dikembangkan di Kabupaten Malaka adalah:

 Industri Kecil Hasil pertanian dan Kehutanan (IPHK) :


Jenis industri ini yang berkembang adalah : industri keripik (ubi dan pisang), perabot rumah
tangga dan kayu, aneka ukiran kayu dan kerajinan kayu cendana, pengolahan dan pengawetan
daging, industri kopi bubuk, industri roti dan kue-kue, kasur dan bantal, serta industri tahu &
tempe.

 Industri Kecil Hasil Perikanan


Kawasan industri kecil hasil perikanan diarahkan tersebar di tiap Kecamatan yang termasuk
dalam kawasan peruntukkan perikanan/minapolitan yaitu Kecamatan Wewiku, Kecamatan
Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, dan Kecamatan Kobalima.

 Industri Aneka:
Jenis industri kecil pada kelompok industri aneka yang menonjol adalah: industri tenun,
anyaman lontar, anyaman tali gewang, anyaman lidi kelapa, anyaman dari tali sisal, industri
kapok, alat musik tradisional, serta industri pakaian jadi dari tekstil. Industri-industri tersebut
terdapat di hampir seluruh kecamatan.

 Industri Logam, Mesin dan Kimia (ILMK):


Jenis industri berskala kecil yang menonjol dalam kelompok industri ini meliputi : industri
garam rakyat/yodium, barang dari semen, barang dari tanah liat (bata, genteng, tembikar),
vulkanisir ban, serta jasa perbengkelan dan elektronik. Di Kabupaten Malaka industri jenis ini
yaitu barang dari tanah liat berupa sentra graba yang terdapat di Kecamatan Wewiku Desa
Webriamata dan vulkanisir ban.

Nampaknya yang menjadi andalan pada sektor industri di kabupaten Malaka adalah industri rumah
tangga, dimana sub-sektor ini memegang peranan yang cukup penting bagi pemasukan pendapatan
daerah. Industri rumah tangga yang dimaksudkan diatas meliputi antara lain : tenun ikat, anyam-

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

anyaman, industri tahu/tempe, dan lain-lain. Walau hanya berstatus industri rumah tangga, tetapi
sudah terpasarkan keluar daerah seperti tenun ikan dan anyam-anyaman.

Adapun arahan pengelolaan kawasan industri, yaitu :

1. Penetapan Kawasan Strategis Industri dan perdagangan Antar Negara RI – RDTL adalah
Kawasan yang merupakan pintu perbatasan RI – RDTL yaitu kawasan Pengembangan
Kecamatan Kobalima Timur;
2. Pengelolaan ekonomi dan perdagangan dengan pengutamaan UKM; dan
3. Penetapan skenario ekonomi wilayah yang menunjukkan kemudahan dalam berinvestasi.
4. peningkatan infrastruktur untuk menunjang perkembangan kawasan industri
5. Pembuatan buffer zone sebagai filter polusi sehingga keberlanjutan lingkungan dapat terjaga
6. Penerapan konsep reuse, recycle, reduce, dan replace dalam pengolahan limbah industri
4.2.6 Kawasan Peruntukan Pariwisata
Kawasan pariwisata yang terdapat di Kabupaten Malaka meliputi peruntukan pariwisata
budaya,pariwisata alam dan pariwisata buatan.

3. Peruntukkan Pariwisata Budaya


Peruntukkan pariwisata budaya di Kabupaten Malaka,
seperti :Rumah Adat Loro Dirma di Kecamatan Malaka
Timur, Perkampungan Adat Kamanasa di Kecamatan Malaka
Tengah, Perkampungan Adat Bolan di Kecamatan Malaka
Tengah, Perkampungan Adat Haitimuk di Kecamatan
Weliman,. Di tempat-tempat ini terdapat banyak megalitik
yang mempunyai keunikan yang cukup menarik dan
menakjubkan serta peninggalan leluhur yang mempunyai
kekuatan gaib tersendiri.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

4. Peruntukkan Pariwisata Alam


Peruntukkan pariwisata alam di Kabupaten Malaka,
seperti :

 Kecamatan Kobalima: Masin Lulik, Cagar Alam


Maubesi, Hutan Sahulu, Kelelawar Hasan
Maubesi;
 Kecamatan Weliman: Mata Air Weliman.
 Kecamatan Wewiku : Pantai Teberek
 KecamatanBotin Leobele: Danau Mantasik; Gambar 4.15. Pantai Motadikin
Kecamatan Malaka Tengah
 Kecamatan Malaka Tengah: Pantai Motadikin;
 Kecamatan Malaka Barat: Pantai Beirasi, Pantai Abudenok;
 Kecamatan Rinhat: Obyek Wisata Nanebot;
 Kecamatan Sasitamen : Kolam Alam Montasi
5. Peruntukkan Pariwisata Buatan
Peruntukkan pariwisata buatan di Kabupaten Malaka, seperti :
 Gua Lourdes Kamanasa terletak di Kecamatan Malaka Tengah;
 Gua Maria Loro Haitimuk terletak di Kecamatan Weliman;

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Tabel 4.4

Potensi-potensi Pariwisata per Kecamatan di Kabupaten Malaka

No Kecamatan Potensi Pariwisata


Pantai Motadikin, Kampung adat Ailotuk Laras di Laras desa
1 Malaka Tengah
Wehadi, Kampung adat Io Kofeu, Kampung Adat Bolan, Kampung
Adat Kamanasa, Gua Lourdes Tubaki, Bendung Benanai.
Saluhu, Lumpur Dingin Masin Lulik dan Kelelawar Hasan Maubesi,
2 Kobalima
Benteng Jepang di Roodiki
3 Malaka Barat Pantai Beirasi & Pantai Abudenok
Kampung Adat Haitimuk & Gua Maria Loro Haitimuk, Sumber air
4 Weliman
Weliman
5 Wewiku Pantai Taberek
6 Rinhat Obyek Wisata Nanebot
7 Malaka Timur Ksadan Loro Dirma
Kawasan Lembah Batas Negara (Tasbara), Mota Matira, Kolam
8 Kobalima Timur
Weluli di Metamanik
Sumber : Bappeda kabupaten Malaka, Tahun 2014

Secara garis besar permasalahan pariwisata yang ada di Kabupaten Malaka adalah belum
optimalnya destimasin Malaka dikenalnya objek-objek wisata yang potensial. Objek-objek tersebut
tersebar di Kecamatan-kecamtan yang disebut di atas, masih terbatasnya penunjang pariwisata,
Sarana dan prasarana pada masing-masing objek juga perlu ditingkatkan.

Pengelolaan kawasan pariwisata Kabupaten Malaka memerlukan strategi terpadu yang


menggabungkan antar objek wisata ke dalam suatu zona-zona wisata. Arahan pengelolaan kawasan
wisata ini dilakukan berdasarkan pada pertimbangan :

a. Branding
Branding yang dimaksudkan adalah keterkenalan sebuah objek wisata pada daerah tertentu.
Dalam hal ini wisata yang terkenal di Kabupaten Malaka adalah Masin Lulik. . Dengan adanya
objek wisata yang sudah terkenal tersebut sebagai daya tarik utama para wisatawan. Setelah
itu dapat diperkenalkan objek-objek wisata lain yang potensial yang berada tidak jauh dari
objek wisata tersebut.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

b. Differentiation
Yang dimaksud dengan differentiation adalah keunikan tertentu sebuah objek wisata yang
membedakan dengan objek wisata lainnya.
Keunikan tersebut dapat berupa potensi alam, seni budaya atau berupa peninggalan benda
bersejarah.
c. Intangible Asset
Sebuah objek wisata yang memiliki potensi khusus yang secara kasat mata tidak terlihat,
maka objek wisata tersebut dapat dikatakan memiliki Intangible Asset.
Sebuah objek wisata yang memiliki Intangible Asset sangat berpotensi untuk dikembangkan
walaupun secara fisik tidak menonjol.
d. Positioning
Positioning yang dimaksud adalah letak atau posisi sebuah objek wisata terhadap objek-objek
wisata lainnya. Dalam hal ini letak-letak dari objek wisata yang saling berdekatan dapat
dikelompokkan (aglomerasi) sebagai sebuah zona wisata.

Selain itu, arahan pengelolaan pariwisata di Kabupaten Malaka, diperlukan upaya-upaya sebagai
berikut :

a. Pembenahan dan peningkatan kondisi objek wisata maupun pada sistem jaringan jalan yang
menuju ke objek wisata. Disamping juga utilitas yang menunjang objek wisata tersebut.
b. Penetapan kawasan wisata bahari Pantai Selatan meliputi pantai di Kecamatan Wewiku,
Kecamatan Malaka Barat dan Kobalima;
c. Pengelolaan usaha pemasaran pariwisata pada masyarakat luas, baik berupa periklanan di
media masa, bekerjasama dengan sekolah-sekolah, maupun kerjasama dengan para
pengusaha biro perjalanan dengan menawarkan rute-rute wisata terutama pada objek wisata
prioritas.
d. Membuka peluang kerjasama dalam hal pengelolaan objek-objek wisata prioritas.
e. Pengembangan wisata bahari melalui paket wisata
f. Pengelolaan fasilitas wisata pada objek-objek wisata prioritas
g. Pengelolaan sistem transportasi yang menunjang aksesibilitas ke lokasi objek wisata.
h. Melakukan pembinaan pada penduduk setempat dengan membentuk kelompok sadar wisata
(POKDARWIS) dan mengembangkan seni budaya pada lokasi-lokasi potensial, yaitu pada
desa di sekitar objek wisata.

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.


Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman(PPSP) Kab. Malaka. 2015

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Malaka.

Anda mungkin juga menyukai