Anda di halaman 1dari 5

[TINJAUAN PUSTAKA]

Penilaian Kemampuan Clinical Reasoning Mahasiswa Kedokteran


Menggunakan Clinical Performance Examination dan
Objective Structured Clinical Examination
Rika Lisiswanti, Topaz Kautsar Tritama
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Kemampuan penalaran klinis/clinical reasoning dalam pendidikan kedokteran adalah kemampuan mahasiswa untuk
mengintegrasikan pengetahuan teoritis dan pengetahuan klinisnya pada pasien untuk membentuk representasi masalah
dari suatu kasus secara analitis dan kemudian memberikan solusi terhadap masalah tersebut. Kemampuan ini sangat
penting bagi mahasiswa kedokteran yang merupakan salah satu kemampuan yang harus dipunyai sebagai seorang dokter.
Kemampuan penalaran ini dalam pendidikan dapat dinilai dengan berbagai macam cara penilaian yang disesuaikan dengan
institusi pendidikan kedokteran. Artikel ini membahas tentang cara penilaian kemampuan penalaran klinis mahasiswa
kedokteran melalui ujian pemeriksaan klinis dalam bentuk Clinical Performance Examination (CPX) dan Objective Structured
Clinical Examination (OSCE), merupakan bentuk pemeriksaan kinerja klinis yang dapat digunakan untuk mengevaluasi
penalaran klinis. Dengan pendekatan menggunakan metode ujian pemeriksaan klinis, dapat dilakukan evaluasi terhadap
kemampuan penalaran klinis mahasiswa kedokteran, dengan melakukan pendekatan sistematik terhadap tanda dan gejala
yang didapatkan dari pasien.

Kata kunci: clinical performance examination, mahasiswa kedokteran, objective structured clinical examination, penalaran
klinis

The Evaluation of Clinical Reasoning Ability of Medical Faculty Students Using


Clinical Performance Examination and Objective Structured Clinical
Examination
Abstract
The clinical reasoning ability in the terms of the study of medicine defined as the ability of the students to integrate their
theoretical and clinical knowledge unto a patient to form the analytic representation of certain problems in said case, in
purpose of giving solution to solve the given problems. This ability, in the dimension of medicinal study has many ways to
be measured, which is often situated based on the given institution of medical education. This article evaluates the clinical
reasoning abilities of medical students through Clinical Performance Examination (CPX) and Objective Structured Clinical
Examination (OSCE), one of the methods of clinical performance checks that is able to evaluate clinical reasoning. Using the
approach of clinical performance check, it is possible to evaluate the clinical reasoning ability of medical faculty students, by
having them done a systematic approach towards the sign and symptoms acquired from the patient.

Key word: clinical reasoning, clinical performance examination, medical students, objective structured clinical examination

Korespondensi: Topaz Kautsar Tritama, S.Ked, Alamat Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1, HP 082269614442,
email : topazkautsart@gmail.com

Pendahuluan menentukan diagnosis yang tepat dan


Clinical reasoning adalah kemampuan memberikan terapi yang sesuai dengan kondisi
penalaran yang dituntut dari seorang dokter pasien tersebut. Kemampuan ini menentukan
agar mampu mengaplikasikan keilmuannya kemampuan dari mahasiswa kedokteran dalam
dalam penegakan diagnostik dan pemberian mengaplikasikan keilmuannya dalam praktik
terapi terhadap pasien. Dalam pendidikan nyata pada tahapan pendidikan
kedokteran, clinical reasoning diartikan sebagai klinis/kepaniteraan klinik dan pada tahapan
kemampuan mahasiswa dalam profesi.1
mengaplikasikan berbagai teori dan Perhatian utama yang sering
kemampuan klinis pada skenario atau kasus diungkapkan oleh mahasiswa kedokteran pada
pasien yang dihadapi, untuk kemudian awal masa profesi adalah kurangnya persiapan

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 185


Topaz dan Rika|Penilaian Kemampuan Clinical Reasoning Mahasiswa Kedokteran

untuk memulai praktik di tempat kerja.2 masalah. Teori pembelajaran yang mendasari
Masalah ini sangat kompleks sehingga banyak penalaran klinis adalah teori pembelajaran
lulusan setelah masuk ke tempat kerja di tahun adult learning dan social cognitive theory. Teori
pertama, mengakui bahwa mereka tidak pembelajaran ini bisa diterapkan dalam
memiliki cukup kesiapan untuk berlatih sebagai pembelajaran penalaran klinik di kepaniteraan
dokter di tim layanan kesehatan dan program klinik seperti pada saat seminar ilmiah, laporan
pelatihan telah gagal untuk mempersiapkan pagi dan di bangsal.6,7
mereka dengan tepat.3 Hal ini menunjukkan Berikut adalah langkah dalam
bahwa tingkat profesionalisme seorang dokter pelaksanaan penalaran klinis. Langkah pertama
terlepas dari kompetensinya, sangat bervariasi, dalam penalaran klinis adalah identifikasi
maka diperlukan suatu tolak ukur dengan masalah, dimana dilakukan evaluasi terhadap
reliabilitas yang adekuat untuk menilai keadaan umum pasien, serta informasi lainnya
pengetahuan teoritis dan kemampuan aplikasi yang didapatkan secara verbal maupun non
tindakan klinis yang universal.4 verbal.8 Hal yang penting untuk diketahui
Pada tahapan pendidikan akademik bahwa pasien dapat mengungkapkan berbagai
maupun tahapan profesi dokter, seorang keluhan yang bukan merupakan masalah
mahasiswa kedokteran tidak hanya dituntut utama yang menimbulkan keluhan utama atas
untuk mengetahui konsep penyakit, namun penyakitnya.9 Pada tahapan ini, diharapkan
juga mampu melakukan penalaran klinis yang dokter mampu memberikan evaluasi yang
memadai terhadap berbagai kemungkinan dari optimal dalam waktu yang singkat dengan
tanda dan gejala suatu penyakit. Penalaran berbagai metode yang baik, antara lain
adalah sebuah proses untuk mendapatkan anamnesis dan evaluasi secara visual.10
kesimpulan dari bukti yang diberikan oleh Setelah mendapatkan informasi-
pasien, sedangkan penalaran klinis adalah informasi yang relevan terhadap kasus yang
proses kognitif dalam bentuk aplikasi teoritis didapat, penalaran klinis digunakan dalam
dan kemampuan klinis seorang dokter dalam menentukan keluhan utama pasien dengan
mengevaluasi, mendiagnosis, dan mengobati menentukan informasi penting dari masalah
pasien berdasarkan informasi dan kondisi yang yang diderita pasien dan memberikan prioritas
didapatkan.5 terhadap masalah yang paling mendesak pada
pasien tersebut. Kemudian mengidentifikasi
Isi dan menyusun prioritas masalah yang didapat
Kemampuan penalaran klinis merupakan adalah tahapan aplikasi kedua dari penalaran
sesuatu yang sangat penting dalam pendidikan klinis.11 Penalaran klinis juga diperlukan dalam
kedokteran. Seorang dokter dalam prakteknya mengolah informasi yang didapat untuk
dari hari ke hari selalu membutuhkan kemudian menentukan diagnosis penyakit dan
keterampilan penalaran klinis. Selain penalaran aplikasi tindakan klinis serta evaluatif yang
klinis kemampuan untuk mensintesis, dapat dilakukan sebagai tindakan pengobatan
memprioritaskan, menyimpulkan dan atas masalah yang didapatkan dari pasien.12
interpretasi data dari pasien juga diperlukan. Hingga saat ini, evaluasi kemampuan
Penalaran klinis bukan diajarkan secara penalaran klinis mahasiswa kedokteran
eksplisit tetapi penalaran klinis merupakan umumnya dilakukan melalui ujian tertulis
melibatkan kemampuan kognitif mahasiswa antara lain dengan uji konkordansi naskah
dan menggunakan pengetahuannya untuk (script concordancetest), Multiple Choice
memecahkan masalah klinis. Hal pertama yang Question (MCQ), oral examination, long case
harus dipunyai mahasiswa adalah pengetahuan examination, portfolio.12 Ujian tersebut
tentang kedokteran. Kemudian mahasiswa diketahui mampu memberikan penilaian yang
didorong untuk memutuskan dan memecahkan adekuat terhadap pengetahuan teoritis dari

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 186


Topaz dan Rika|Penilaian Kemampuan Clinical Reasoning Mahasiswa Kedokteran

kandidat ujian, namun tidak dapat memberikan tersebut menimbulkan respon positif dimana
penilaian atas kemampuan aplikasi tindakan mahasiswa dan institusi pendidikan menyadari
klinis mahasiswa karena ini juga merupakan pentingnya untuk mempelajari dan
elemen dari penalaran klinis. Sedangkan uji menyediakan simulasi untuk menerapkan teori
langsung berhadapan dengan pasien adalah pada tindakan klinis yang dipelajari selama
Mini-CEX, Clinical Performance Examination tahapan pendidikan. Hal ini menimbulkan
(CPX) dan pemeriksaan klinis terstruktur dampak positif yang signifikan dimana pola
dengan tujuan atau Objective Structured belajar-mengajar keterampilan dan penalaran
Clinical Examination (OSCE).13 klinis dengan menggunakan simulasi serta
Terdapat berbagai macam jenis ujian aplikasi atau praktik teori dalam konteks
yang digunakan untuk menilai kemampuan klinik.13
aplikasi tindakan klinis mahasiswa yang diuji. Di Korea, CPX mengadopsi sistem
Ujian-ujian ini dibedakan berdasarkan interstasi, di mana mahasiswa kedokteran
efektivitas dan reliabilitasnya sebagai acuan menyimpan catatan setelah pertemuan pasien.
menilai kemampuan dalam tahapan Sistem ini kemudian diadopsi sebagai bagian
pendidikan yang sesuai dengan keadaan dan dari tahapan ujian CPX pada berbagai instansi
kondisi institusi pendidikan penguji. pendidikan kedokteran. Catatan yang dibuat
Pemeriksaan kinerja klinis atau Clinical mahasiswa adalah catatan post-encounter;
Performance Examination (CPX) dan yaitu catatan pendataan dari informasi yang
pemeriksaan klinis terstruktur dengan tujuan didapat selama mahasiswa berhadapan dengan
atau Objective Structured Clinical Examination pasien ujian, yang terdiri atas penilaian pasien
(OSCE) adalah bentuk ujian yang diketahui dan diagnosis, pengobatan dan rencana
mampu menilai penalaran klinis mahasiswa edukasi sebagai alat ajuvan untuk menilai
kedokteran dengan menilai keterampilan penalaran klinis.13 Walaupun catatan post-
aplikasi tindakan klinis kandidat ujian terhadap encounter mahasiswa dinilai dapat dijadikan
pasien/skenario kasus yang diberikan institusi sebagai tolak ukur penalaran klinis pada ujian
pendidikan. Ujian OSCE juga digunakan untuk CPX, keterbatasan dari metode ini adalah
menilai kompetensi keterampilan klinis penilai tidak mampu mengevaluasi beberapa
mahasiswa dan penalaran klinis mahasiswa elemen yang tidak dapat didokumentasi secara
pada tahap sarjana atau pre klinik. Sedangkan tertulis pada catatan post-encounter tersebut
CPX banyak diguanakan pada tahap klinik.13 antara lain prosedur pemeriksaan fisik dan
Kedua metode ujian ini memiliki kemampuan anamnesis, dan hanya
beberapa kelebihan dan kekurangan. Pada saat menyatakan kesimpulan, sehingga sulit untuk
diperkenalkan di Korea pada tahun 2009, menilai keseluruhan proses dibalik
diketahui bahwa kekurangan dari ujian dengan membangun diagnosis dari wawancara yang
kedua metode ini menyebabkan mahasiswa telah dilakukan.14-16
mengalami kesulitan untuk lulus karena pola Selama ujian OSCE, mahasiswa
belajar yang teoritis, tetapi diuji secara mengumpulkan riwayat penyakit pasien dari
aplikatif. Berbagai keterampilan yang dipelajari pasien standar serta menemukan dokumentasi
secara teoritis oleh mahasiswa dan belum yang terkait, menentukan differensial diagnosis
pernah diaplikasikan secara nyata sebelumnya dan merencanakan tindakan selanjutnya pada
menyebabkan mahasiswa tidak mampu pasien tersebut. Penilaian penalaran klinis
berpikir kritis, analitik yang merupakan pada ujian OSCE dapat dinilai performa secara
komponen penting yang diperlukan dalam holistik seperti pada saat interpretasi data,
tahapan penilaian penalaran klinis. Di sisi lain, proses dan logika. Penilaian secara holistik ini
ketidakmampuan mahasiswa dalam dapat dinilai dengan menggunakan global
berpartisipasi dengan baik pada kedua ujian rating. Tetapi kekurangan OSCE adalah

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 187


Topaz dan Rika|Penilaian Kemampuan Clinical Reasoning Mahasiswa Kedokteran

membutuhkan waktu yang lama untuk dikuasai oleh seorang dokter. Penalaran klinis
mencapai reliablitas yang tinggi yaitu 8 stasiun adalah kemampuan mahasiswa dalam
dalam waktu 120 menit atau 2 jam. Selain mengaplikasikan berbagai teori dan
global rating pada ujian OSCE juga dapat kemampuan klinis pada skenario atau kasus
digunakan analitik skor atau disebut juga pasien yang dihadapi, untuk kemudian
dengan rubrik dinilai lebih tinggi reliabilitasnya menentukan diagnosis yang tepat dan
dari pada global rating.17 memberikan terapi yang sesuai dengan kondisi
Apabila penilaian penalaran klinis pasien tersebut. Berbagai metode penilaian
dilakukan dengan metode ujian OSCE dan CPX, yang dikembangkan untuk menilaia penalaran
maka kasus yang diterapkan dalam kedua klinis mahasiswa yaitu metode ujian tulis dan
bentuk ujian tersebut harus dikembangkan dan metode performa. Metode performa lebih
disesuaikan agar dapat mengevaluasi mampu menilai penalaran klinis mahasiswa
kemampuan penalaran klinis mahasiswa secara teoritis saja, sedangkan CPX dan OSCE
kedokteran dengan baik dan menyeluruh. Hal mampu menilai aplikasi teori pada tindakan
ini dikarenakan beberapa instansi pendidikan klinis. Tetapi metode ini juga mempunyai
hanya mengujikan kasus yang bersifat tipikal kekurangan yaitu CPX tidak bisa menilai
atau kasus yang ditemukan dalam jumlah besar kemampuan anamnesis mahasiswa dan OSCE
hanya pada suatu area tertentu, yang hanya menilai kasus lokal.
umumnya merupakan area dari instansi
pendidikan itu sendiri. Contohnya, instansi Simpulan
pendidikan yang didirikan di negara tropis lebih Metode penialaian penalaran klinis
banyak menggunakan kasus penyakit tropis dapat diuji dengan pemeriksaan klinis /CPX,
dibandingkan instansi di negara lain. Hal ini dan OSCE dapat menilai kemampuan penalaran
tidak dinilai sebagai bias utama dalam klinis mahasiswa kedokteran, dengan
penerapan OSCE dan CPX karena membatasi melakukan pendekatan sistematik terhadap
penilaian secara objektif hanya dengan kasus tanda dan gejala yang didapatkan dari pasien.
yang familiar terhadap kandidat ujian. Hal ini
kemudian dapat mempengaruhi reliabilitas dan Daftar Pustaka
validitas ujian.18,19 1. Larry DG. Clinical reasoning: defining it,
teaching it, assessing it, studying it. West J
Emerg Med. 2017;18(1):4-7.
Penutup
2. Illing J, Morrow G, Kergon C, Burford B,
Pengembangan penalaran klinis baik Spencer J, Peile E, et al. How prepared are
pengajaran dan penilaian masih terus medical graduates to begin practice? A
dikembangkan karena adanya masalah yaitu comparison of three diverse UK medical
sulitnya meningkatkan kemampuan penalaran schools [internet]. 2016 [diakses tanggal 14
klinis mahasiswa karena kurangnya Maret 2016]. Tersedia dari:
pengetahuan, gagalnya mengaktifkan http://www.gmcuk.org/FINAL How
prepared are medical graduates to begin
priorknowledge kekurangan dalam
practice September 08.29697834.pdf).
mengumpulkan data, dan tidak mampunya 3. Goldacre MJ, Taylor K, Lambert TW. Views
memproses informasi. Berbagai metode of junior doctors about whether their
penilaian yang dikembangkan untuk menilai medical school prepared them well for
penalaran klinis tetapi yang mempunyai work: questionnaire surveys. BMC Med
reliablitas dan validitas yang tinggi.20 Educ. 2010;10(78):1-9.
4. Dent J, Harden RM, Hodges BD, editor. A
practical guide for medical teachers. New
Ringkasan
York: Elsevier; 2013.
Penalaran klinis merupakan 5. Hrynchak P, Takahashi SG, Nayer M. Key-
kompetensi atau kemampuan yang harus feature questions for assessment of clinical

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 188


Topaz dan Rika|Penilaian Kemampuan Clinical Reasoning Mahasiswa Kedokteran

reasoning: a literature review. Med Educ. 14.Mavis BE, Wagner DP, Henry RC, Carravallah
2014; 48:870-83. L, Gold J, Maurer J, et al. Documenting
6. Clark A, Estrada C, Kohwles J, Miller C, clinical performance problems among
Morris J, Willet R, et al. How doctor think: medical students: feedback for learner
how to embed clinical reasoning skill in remediation and curriculum enhancement.
educational environment [internet]. Med Educ Online [internet]. 2013 [diakses
Brimingham: University of Alabama; 2014 tanggal 12 Juni 2017];18:1-11. Tersedia dari:
[diakses tanggal 8 Juni 2017]. Tersedia dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles
https://www.sgim.org/File%20Library/SGIM /PMC3724197/
7. Weinstein AR, Powell RP. Introductory 15.Blissett S, Cavalcanti RB, Sibbald M. Should
clinical reasoning curriculum. we teach using schemas? Evidence from a
MedEdPORTAL publications [internet]. 2016 randomised trial. Med Educ. 2012;46(8):
[diakses tanggal 12 juni 2017];12:1-4. 815-22.
Tersedia dari: 16.Pell G, Fuller R, Homer M, Roberts T.
http://doi.org/10.15766/mep_2374- International association for medical
8265.10370 education. How to measure the quality of
8. Mauksch LB, Dugdale DC, Dodson S, Epstein the osce: a review of metrics – AMEE guide
R. Relationship, communication, and no. 49. Med Teach. 2010;32(10): 802-11.
efficiency in the medical encounter: 17.Berger AJ, Gillespie CC, Tewksbury LR,
creating a clinical model from a literature Overstreet IM, Tsai MC, Kalet AL, et al.
review. Arch Intern Med. 2008; 168: 1387- Assessment of medical student clinical
95. reasoning by ”lay” vs physician rates: inter-
9. Harasym PH, Tsai TC, Hemmati P. Current rater reliability using a scoring guide in a
trends in developing medical students' multidisciplinary objective structured
critical thinking abilities. Kaohsiung J Med clinical examination. The American Journal
Sci. 2008;24:341-55. of Surgery. 2012; 203:81-6.
10.Park HK. The impact of introducing the 18.Im S, Do KK, Hyun HK, Hye RR. Assessing
Korean Medical Licensing Examination clinical reasoning abilities of medical
clinical skills assessment on medical students using clinical performance
education. J Korean Med Assoc. 2012;55: examination. Korean Journal of Medical
116-23. Education. 2016;28(1):35-47.
11.Kim JH. The effects and challenges of clinical 19.Yudkowsky R, Otaki J, Lowenstein T, Riddle
skills assessment in the Korean Medical J, Nishigori H, Bordage G, et al. A
License Examination. Korean Med Educ Rev. hypothesis-driven physical examination
2013;15:136-43. learning and assessment procedure for
12.Brannick MT, Erol-Korkmaz HT, Prewett M. medical students: initial validity evidence.
A systematic review of the reliability of Med Educ. 2009;43(8):729-40.
objective structured clinical examination 20.Modi JN, Anshu, Gupta P, Singh T. Teaching
scores. Med Educ. 2011;45(12):1181-9. and assessing clinical reasoning skills. Indian
13.Roh H, Park KH, Jeon YJ, Park SG, Lee J. Pediatrics. 2015;52(9):787-94.
Medical students' agenda-setting abilities
during medical interviews. Korean J Med
Educ. 2015; 27(2): 77-86.

J AgromedUnila | Volume 4| Nomor 1 | Juni 2017 | 189

Anda mungkin juga menyukai