Anda di halaman 1dari 9

1.

Miksi
Rasa nyeri kadang mengakibatkan ibu nifas tidak ingin untuk berkemih (miksi) tetapi,
hrus diusahakan untuk tetap berkemih secara teratur. Hal ini dkarenakan kandung kemih
yang penuh dapat menyebabkan gangguan kontraksi uterus yang dapat menyebabkan
perubahan uterus. Buang air kecil (BAK) sebaiknya dilakukan secara spontan / mandiri.
BAK yang normal pada masa nifas adalah BAK spontan setiap 3 – 4 jam.
2. Defekasi
BAB normal 3 – 4 hari masa nifas. Feses yang dalam beberapa hari yang tidak
dikeluarkan akan mengeras dan dapat mengakibatkan terjadinya konstipasi. Setelah
melahirkan, ibu nifas dapat mengeluh mengalami kesulitan untuk buang air besar (BAB),
yang dsebabkan pengosongan usus besar sebelum melahirkan serta factor individual
misanya nyeri pada luka perineum ataupun perasaan takut jika BAB menimbulkan
robekan pada jahitan perineum.
Hubungan antara nyeri luka perineum dengan tingkat kecemasan dalam defikasi bersifat
kompleks. Nyeri luka perineum dapat mempengaruhi respon psikologis, hal ini
dipengaruhi oleh factor persepsi serta pengalaman masa lalu terhadap nyeri. Apabila ibu
nifas mengalami luka perineum tida bisa beradaptasi, maka akan menimbulkan
kecemasaan dalam melakukan defekasi. Kecemasan dalam defekasi pada masa nifas
dapat dipengaruhi oleh adanya nyeri luka perineum. Luka yang terjadi secara spontan
maupun karena tindakan (episiotomy) dapat mempengaruhi kemampuan / keinginan
berdefekasi. Pada ibu nifas yang mengalami perlukaan saat persalinan, apabila tidak bisa
beradaptasi dan mengatasi nyeri yang dirasakan, maka akan muncul kecemasan untuk
BAB. Kecemasan yang timbul dapat disebabkan karena adanya rasa takut jahitan pada
luka akan lepas dan juga takut akan rasa nyeri (Susanti, 2012).
A. Pengertian Eliminasi
Menurut Kamus Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran, penghilangan, penyingkiran,
penyisihan. Dalam bidang kesehtan, eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolism tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Eliminasi pada manusia
digolongkan menjadi 2 macam yaitu :
1. Defekasi
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk hidup untuk
membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah padat yang berasal dari sistem
pencernaan (Dianawuri, 2009)

2. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi. Miksi
ini sering disebut buang air kecil.

B. Kebutuhan Eliminasi Pada Masa Nifas dan Menyusui


1. Buang Air Kecil / Miksi
Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air kecil.
Semakin lama urine ditahan maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan
harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasanya ibu malas
buang air kencing karena takut akan merasa sakit. Segera buang air kecil setelah
melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi post partum.
Buang air kecil sendiri sebaiknya dilakukan secepatnya. Miksi normal bila dapat
BAK spontan setiap 3 – 4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter
uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskolo spingter ani selama
persalinan. Lakukan katerisasi apabila kandung kemih penuh dan suit berkemih.

2. Buang Air Besar / Defekasi


Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar. Buang air
besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak
boleh ditahan – tahan. Untuk memperlancar buang air besar, anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih, olahraga, berikan obat
rangsangan per oral / per rektal atau lakukan klisma bilamana perlu.

C. Fisiologi Dalam Elimnasi Pada Ibu Nifas


1. Fisiologi Defekasi Pada Ibu Nifas
Rectum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang mempunyai
kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membuang air besar kira – kira pada waktu
yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh refleks gastro-kolika yang biasanya
bekerja sesudah makan pagi. Setelah makanan ini mencapai lambung dan setelah
pencernaan dimulai maka peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon,
dan sisa makanan dari hari kemarinya, yang waktu malam mencapai sebelum sekum
mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rectum, serentak peristaltic keras
terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum. Tekanan intra-
abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan kontraksi diafragma dan otot
abdominal, sfinkter anus mengendor dan kerjanya berakhir.
a. Eleminasi bowel
Eleminasi bowel adalah pembuangan sisa metabolism makanan dari dalam tubuh
yang tidak dibutuhkan lagi dalam bentuk bowel (feses). Organ – organ yang
berperan dalam pembuangan eliminasi bowel adalah saluran gastrointestinal yang
dimulai dari mulut sampai anus.
b. Anatomi dan Fisiologi
1) Saluran Gastrointestinal Bagian Atas
Makanan yang masuk akan dicerna secara mekanik dan kimiawi dan di
lambung dengan bantuan enzim, asam lambung. Selanjutnya makanan yang
sudah dalam bentuk chime ke usus halus.
2) Saluran Gastrointestinal Bagian Bawah
Saluran Gastrointestinal bawah meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus
terdiri atas Duodenum. Yeyenum, dan Ileum yang panjangnya kira-kira 6
meter dan diameter 2,5 cm. usus besar terdiri atas cecum,colon, dan retum
yang kemudian bermuara pada anus.panjang usus besar sekitar 1,5 meter dan
diameternya kira kira 6 cm. usus menerima zat makann yang sudah berbentuk
cyne (setengah padat) dari lambung untuk mengabsorpsi air,nutrient dan
elektrolit. Usus sendiri mengekresi mucus,potassium,bikarbonat dan enzim.
Cyne bergerak karena adanya peristaltic usus dan akan berkumpul menjadi
feses diusus besar.dari kita makan sampai mencapai rectum normalnya
diperlukan waktu 12 jam. Gerakkan colon terbagi menjadi 3 yaitu: Haustral
Shuffing adalah gerakan mencampur cyme untuk membantu absorpsi air,
Kontraksi Haustral adalah gerkan untuk mendorong materi cair dan semi
padat sepanjang calon, gerakan peristaltic adalah berupa gelombang.gerakan
maju menuju anus.
c. Proses Defekasi
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolisme berupa
feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus. Dalam proses
Defekasi terjadi dalam 2 macam reflek yaitu:
1) Refleks Defekasi Intrinsik.
Refleks ini berasal dari feses yang masuk ke rectum sehigga distensi rectum,
yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus mensentrikus dan
terjadilah gerkan peristaltic. Setelah feses tiba dianus, secara sistematik
spinter intema relaksasi maka terjadilah defekasi.
2) Refleks Deflaksasi Parasimpatis.
Feses yang masuk akan merangsang saraf rectum yang kemudian diteruskan
ke spinal cord. Dari spindal cord kemudian alihkan ke colon
desenden,sigmoid an rectum yang menyebabkan intesifnya peristaltic,
relaksasi spnter internal maka terjadilah defekasi.
Dorongan feses juga dipengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan
diafragma, dan kontraksi otot elevator. Defekasi dipermudah oleh fleksi otot
femur dan posisi jongkok. Gas yang dihasilkan dlam proses pencernan
normalnya 7-10 liter/ 24 jam. Jenis gas yang dikeluarkan adalah CO2, Metana,
H2S, dan Nitrogen Feses normalnya berwarna coklat karena pengaruh dari
mikroorganisme. Konsistensinya lemben namun berbentuk
d. Masalah Eleminasi Defekasi Pada Masa Nifas dan Menyusui
1) Konstipasi
Ganguan eliminasi yang diakibatkan adanya feses yang kering dan keras
melalui usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur,
penggunaan laksasif yang lama, stress, psikologis, obat-obatan, aktivitas,usia.
2) Fecal Infaction
Masa keras yang dilipatan rectum yang mengakibatkan oleh retensi dan
akumulasi material berkepanjangan
3) Diare
Keduanya feses cairan dan meningkatkan frekuensi BAB akibat cepatnya
chyme melewati usus, sehingga usus besar tidak mempuyai waktu yang ukup
menyerap air.
4) Inkontinensia Alvi
Hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas yang
melalui saraf spnter anus
5) Kembung
Flastus yang berlebihan didaerahkan intestinal sehingga menyebabkan
disentesi intestinal, dapat disebabkan karena konstipasi, penggunaan obat-
obatan dan mengkonsumsi makanan yang banyak mengndung gas.
6) Hemoroid
Pelebaran vena didaerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan didaerah
terebut.
2. Fisiologi Miksi Pada Masa Nifas dan Menyusui
Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya pross eliminasi urine adalah ginjal,
ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi ari dua lagkah utama yaitu:
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat
diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul reflex
saraf yang disebut refleks miksi (refleks) yang berusaha mengosongkan kandung
kemih atau jika gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan
untuk berkemih.
a. Eleminasi Urine
Eliminasi urine niormalnya adalah pengeluaran cairan. Proses pengeluaran ini
sangat bergantung pada fungsi-fungsi organ eliminasi urine seperti ginjal, ureter,
bladder, dan uretra. Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urine.
Ureter mengalirkan urine ke bladder. Dalam bladder urine ditampung sampai
mencapai batas tertentu yan kemudian dikeluarkan melalui uretra.
b. Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Ginjal adalah dua organ kecil berbentuk seperti kacang buncis yang terletak pada
sisi-sisi abdomen antara tulang rusuk kedua belas dan tulang belakang lumbal
ketiga.ginjal kanan terletak lebih rendah dri ginjal kiri karena hati menekannya
kebawah. Ginjal terdiri atas kapsul ginjal, cortex renalis (kulit luar) medulla
renalis, renalis, dan sinus renalis. Cortex renalis adalah bagian luar anteriom
kapsul ginjal. Bagian ini berwarna pucat dan memiliki permukaan berbintik-bintik
kecil. Nephron terletak pada bagian ini. Medulla renaliis adalah bagian pusat dan
biasanya disebut dengan pyramid ginjal. Pyramid pada bagian ini meruncing
dengan dasar menghadap cortex dan puncak menghadap tengah ginjal. Bagian
nephron dan tubulus renal terletak pada ruang ini.Renal sinus merupakan bagian
interior yang terhubung dengantakik ginjal yang disebut dengan hilum. Nephron
adalah unit fungsional ginjal. Masing-masing ginjal mengandung sekitar 1 juta
nephron( Burtucci,1995).
c. Masalah – masalah Eliminasi Pada Ibu Nifas
1) Retensi Urine
Merupakan penumpukan urine dalam bladder dan ketidak mampuan
bladder untuk mengosongkan kandung kemih.
2) Inkontinensia Urine
Merupakan ketidak mampuan otot spinter eksteral sementara atau menetap
untuk mengintrol eksresi urine. Merupakan ketidak sanggupan menahan
kemih (mengompol) yang diakibatkan ketidakmapuan untuk
mengendalikan spinter eksterna. Biasanya terjadi pada anak-anak dan juga
pada rang jompo.

d. Perubahan Pola Berkemih


1) Frekuensi
2) Urgency
3) Dysuria
4) Polyuria
5) Urinary Supprension
D. Faktor factor Yang Mempengaruhi Eliminasi
1. Faktor – faktor yang mempengaruhi defekasi
a) Umur
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi
juga pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya
sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3 tahun.
Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat
mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony
(berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang dapat
berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya (mengering) feses,
dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga menurunkan tekanan
selama proses pengosongan lambung. Beberapa orang dewasa juga
mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus spinkter ani yang dapat
berdampak pada proses defekasi.
b) Diet
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses. Cukupnya
selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar volume feses.
Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa dicerna. Ketidak
mampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di beberapa bagian jalur
dari pengairan feses. Makan yang teratur mempengaruhi defekasi. Makan
yang tidak teratur dapat mengganggu keteraturan pola defekasi. Individu yang
makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai suatu keteraturan
waktu,respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan polaaktivitas
peristaltik di colon.
c) Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika pemasukan
cairan yang adekuat ataupun pengeluaran contoh: urine,muntah yang
berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk mereabsorbsi air
dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon. Dampaknya chyme menjadi
lebih kering dari normal, menghasilkan feses yang keras. Ditambah lagi
berkurangnya pemasukan cairan memperlambat perjalanan chime di
sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan reabsorbsi cairan dari chyme.
d) Tonus Otot
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.
Aktivitsnya juga merengsang peristaltic yang memfasilitasi pergerakan chime
sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan
tekanan intraabominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan
defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan
(exercise), imobilitas atau gangguan fungsi syaraf.
e) Factor Psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit- penyakit
tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa jadi
mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa orang yagn
cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan frekuensi
diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisamemperlambat motilitas
intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
f) Gaya Hidup
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara. Pelatijan pada
buang air besar pada waktu dini dapat memupk kebiasaan defekasi pada
waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau bisa juga
digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari fasilitas toilet,
kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privasi juga mempengaruhi pola
eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan dengan orang lain pada
suatu rumah sakit mungkin tidak ingin menggunakan bedpen karena privasi
dan kegelisahan akan baunya.
g) Obat-obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengaruh terhadap
eliminasi normal.Beberapa menyebabkan diare; yang lain seperti dosis yang
besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan prosedur pemberian
morphin dan codein, menyebabkan konstipasi. Beberapa obat secara langsung
mempengaruhi eliminasi. Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas
usus danmemudahkan eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan
feses,mempermudah defekasi. Obat-obatan tertentu
seperti dicyclominehydrochloride (Bentyl), menekan aktivitas peristaltik dan
kadang-kadang digunakan untuk mengobati diare.
h) Aktivitas
Tonus otot abdomen, pelvis,dan diafragma akan sangat membantu proses
defekasi. Gerakan peristaltic akan memudahkan bahan fefes bergerak
sepanjang kolon.
i) Prosedur Diagnostik
Klien yang akan dilakukan diagnostic biasanya dipuaskan atau dilakukan
klisma dahulu agar tidak BAB kecuali setelah makan.
j) Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan konstipasi.
k) Anastesi dan Pembedahan
Anestesi umum dapat meghalangi implus parasimpatis, sehingga kaang-
kadang dapat menyebabkan ileus usus. Kondisi ini dapat berlangsung selama
24-28 jam.
l) Nyeri
Pengalaman nyeri waktu BAB seperti adanya hemoroid, faktur ospubis,
episiotomy akan menghalangi keinginan untuk BAB.
m) Kerusakan Sensorik dan Motorik
Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan
stimulus sensorik untuk defekasi.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi miksi pada ibu nifas
a) Pertumbuhan dan perkembangan
b) Psikologis
c) Kebiasaan seseorang
d) Tonus otot
e) Intake cairan dan makanan
f) Kondisi penyakit
g) Pembedahan
h) Pengobatan
i) Pemeriksaan diaknostik

Selain itu juga dopengaruhi oleh

a) Jumlah air yang diminum semakin banyak air yang diminum jumlah urin semakin
banyak.

Apabila banyak air yang diminum, akibatnya penyerapan air kedalam darah sedikit,
sehingga pembuangan air jumlahnya lebih banyak dan air kencing akan terlihat bening
dan encer. Banyak sehingga pembuangan air sedikit dan air kencing berwarna lebih
kuning.

b) Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah


Supaya tekanan osmotic tetap, orang akan sering mengeluarkan urin. Kasus ini terjadi
pada orang yang menderita kencing manis.
c)
E. Tindakan dalam Upaya Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi

Anda mungkin juga menyukai