Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Adab Bertamu


Dalam ajaran Islam ada dua konsep yang harus ditegakkan, yaitu Hablum
minallah dan Hablum minannas, Hablum Minallah artinya melakukan hubungan dengan
Allah, sedangkan Hablum minannasartinya melakukan hubungan antar sesama
manusia. Bertemu termasuk salah satu dari kegiatan hablum minannas.

Bertamu adalah berkunjung ke rumah orang lain dalam rangka mempererat


silaturahim. Maksud orang lain di sini adalah tetangga, saudara, teman, dan
sebagainya. bertemu tentu ada maksud dan tujuannya adalah silahturahmi.

‫ط‬ َ ‫ َم ْن اَ َحب ا َ ْن يُ ْب‬: ‫سلَّ َم‬


َ ‫سـ‬ َ ُ‫صلَّى للا‬
َ ‫علَ ْي هه َو‬ ُ ‫قَالَـ َر‬
َ ‫س ْو ُل للاه‬
ْ ‫ص‬
.ُ‫ـل َر هح َمه‬ ‫سـاَلَهُ هفى اَث َ هر هه فَ ْل َي ه‬
َ ‫لَهُ هفى هر ْز هق هه َويُ ْن‬
﴾‫﴿رواه البخارى ومسـلم عن أبى هريرة‬
Artinya :“Sabda Rasulullah saw.”Burung siapa yang menginginkan diperluas rezekinya dan
diperpanjang umurnya maka sebaiknya ia bersilaturahmi.” (H.R Bukhari Muslim)1

B. Cara Bertamu yang Baik

Cara bertamu yang baik menurut Islam antara lain sebagai berikut:

1. Berpakaian yang rapi dan pantas

Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan rumah
dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan
rumah, demikian pula sebaliknya.

2. Jangan mengintip ke dalam rumah


3. Mengucapkan salam maksimal sebanyak tiga kali

Jika telah tiga namun belum ada jawaban dari tuan rumah, hendaknya pulang
dahulu dan datang pada lain kesempatan.

4. Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita.

1
Prof.Dr.Abdul Wahab khalaf, ‘’Hadits-Hadits Nabi’’, Gema Risalah, Perss,Bandung,1996.hal 197.
Dalam hal ini, perempuan yang berada di rumah sendirian hendaknya juga tidak
memberi izin masuk tamunya. Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia
hanya seorang diri sama halnya mengundang bahay bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu,
tamu cukup ditemui diluar saja.

5. Masuk dan duduk dengan sopan


Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, hendaknya tamu masuk dan
duduk dengan sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi
diri, tidak memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi
(terutama bagi tamu asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah.
6. Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Apabila tuan rumah memberikan jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan
tersebut dengan senang hati, tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu.
Jika sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa
dirinya tidak terbiasa menikmati makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah telah
mempersilahkan untuk menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah
menunggu sampai berkali-kali tuan rumah mempersilahkan dirinya.
7. Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memilih

Islam telah memberi tuntunan bahwa makan dan minum hendaknya dilakukan
dengan tangan kanan, tidak sopan dengan tangan kiri (kecuali tangan kanan berhalangan).
Cara seperti ini tidak hanya dilakukan saat bertamu saja. Mkelainkan dalam berbagai
suasana, baik di rumah sendiri maupun di rumah orang lain.

8. Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran

Sementara ada orang yang merasa malu apabila piring yang habis digunakan untuk
makan tampak bersih, tidak ada makann yang tersisa padanya. Mereka khawatir dinilai
terlalu lahap. Islam memberi tuntunan yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti perasaan
manusia yang terkadang keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk menikmati
hidangan tuan rumah, hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan.

C. Adab Berteman
1. menunjukkan rasa gembira ketika bertemu.
Hal ini menjadi salah satu tanda pertemanan yang baik. Orang-orang yang
bermusuhan cenderung saling membenci ketika bertemu sehingga lebih sering
menghindar dari pertemuan. Teman yang baik tidak hanya menunjukkan rasa gembira,
tetapi juga saling menjaga perasaan masing-masing ketika bertemu dengan menghindari
sikap atau kata-kata yang tidak mengenakkan.
2. mendahului mengucapkan salam.
Seorang teman tidak sungkan-sungkan untuk mendahului barulah salam meskipun
mungkin ia lebih tinggi kedudukannya secara sosial. Seorang teman cenderung
menempatkan diri setara dengan tidak memandang yang lain lebih rendah dari dirinya.
Tentu saja secara moral, pihak yang mendahului mengucapkan salam adalah lebih baik.
3. Ramah dan lapang dada ketika duduk bersama.
Hubungan pertemanan memang sangat menyenangkan terutama karena tidak ada
jarak di antara mereka. Hal seperti ini memungkinkan terjalinnya keakraban satu sama
lain dan keramahan yang tulus. Jika terjadi hal-hal yang khilaf, seorang teman akan
cenderung mudah memaafkan karena umumnya tidak menginginkan pertemannnya
menjadi renggang.
4. Ikut melepas saat teman berdiri.
Sikap ini menunjukkan penghargaan atau penghormatan terhadap teman. Dalam
konteks pertemanan, seseorang tidak lazim diperlakukan seperti bawahan sebagaimana
dalam sebuah struktur tertentu, misalnya pabrik. Artinya hubungan pertemanan tidak bisa
disamakan dengan hubungan kerja antara atasan dan bawahan. Seorang teman
memperlakukan temannya sebagaimana ia ingin diperlakukan sama dengan teman
tersebut. Dan inilah hakikat pertemanan yakni kesetaraan.
5. Memperhatikan saat temana berbicara dan tidak mendebat di saat sedang berbicara.
Sikap ini juga menunjukkan penghargaan atau penghormatan terhadap teman
sebagai wujud dari kesetaraan. Dalam pertemanan kedua belah pihak tidak ingin saling
menyakiti. Hal-hal yang bisa merusak pertemanan akan dihindari sebanyak mungkin.
Teman yang baik bisa melebihi kebaikan saudara sendiri. Hal ini sering terjadi di dalam
masyarakat.
6. Menceritakan hal-hal yang baik.
Sebagaimana diuraikan dalam poin kelima bahwa dalam pertemanan kedua belah
pihak tidak ingin saling menyakiti. Salah satu caranya adalah menceritakan hal-hal yang
baik dan bukan menceritakan hal-hal yang bisa menimbulkan rasa malu, tersakiti ataupun
menyinggung perasaannya. Jika hal seperti ini bisa dijaga dengan baik tentu hubungan
pertemanan akan langgeng, dan bahkan bisa berlanjut hingga ke anak cucu.

7. Tidak memotong pembicaraannya dan memanggil dengan nama yang disenangi.


Memotong pembicaraan seorang teman tanpa alasan yang kuat bisa berarti tidak
menghormatinya. Hal seperti ini sebaiknya dihindari untuk menjaga hubungan baik antar
teman. Demikian pula memanggil teman sebaiknya dengan panggilan yang ia senangi.
Seseorang mungkin biasa dipanggil sesuai dengan pekerjaannya. Tetapi apabila panggilan
seperti ini sebetulnya tidak dia senangi, maka sebaiknya dihindari.
Datrar Pustaka

Prof.Dr.Abdul Wahab khalaf, ‘’Hadits-Hadits Nabi’’, Gema Risalah, Perss,Bandung,1996.hal


197.

Anda mungkin juga menyukai