Anda di halaman 1dari 9

Multinational Corporation (MNC)

I. PERUSAHAAN MULTINATIONAL DAN PERKEMBANGANNYA

a. Perusahaan Multinasional
Adalah perusahaan yang memproduksi dan menjual produknya di dua negara
atau lebih, sehingga aktivitas utamanya melibatkan lebih dari dua mata uang yang
berbeda. Pada umumnya perusahaan multinasional memiliki kantor pusat di suatu
negara dan didukung oleh beberapa anak perusahaan di beberapa negara. Saat ini
kemampuan penguasaan teknologi informasi & informasinya sendiri, menjadikan suatu
negara unggul dlm perdagangan internasional.
Tantangan lain muncul dengan dikembangkannya artificial material yg
diperkirakan menggantikan bahan baku alam, sehingga comparatif advantage suatu
negara atas kepemilikan natural resources tidak dapat lagi dipertahankan.
Pemanfaatan teknologi komunikasi yang maju seperti internet dan electronic
commerce atau pemasaran berbasis elektronik kini memberikan keunggulan tersendiri.
Perusahaan multinasional dapat memanfaatkan multi media dan internet untuk
memasarkan produknya ke seluruh penjuru dunia.

b. Perkembangan Perusahaan Multinasional


Dalam perkembangannya perusahaan multinasional dapat dibedakan menjadi
tiga dasar motif utama pendirian perusahaannya, yaitu:
Pertama, perusahaan multinasional yang memperluas usahanya dalam rangka
mencari bahan baku (raw material seeker). Contoh : PT. Freeport yang melakukan
eksplorasi timah dan emas di Irian Jaya, Exxon Mobil yang mengusahakan pengeboran
minyak di kawasan Sumatera, Caltex yang memperoleh hak untuk pengolahan &
penambangan minyak di Riau Sumatera dan sebagainya.
Kedua, perusahaan multinasional memiliki motif untuk pasar (market seeker).
Perusahaan semacam ini go internasional karena memang pasar domestik tidak cukup
luas sehingga untuk memenuhi kapasitas penuh dan economic of scale nya, perusahaan
terpaksa menjadi perusahaan multinasional. Contoh : Ericsson yang memproduksi
handphone dari Swedia dimana jika hanya mengandalkan pasar domestik saja maka
ericsson tidak cukup kuat karena jumlah penduduk yang sedikit. Tetapi kini ericsson
telah menjadi perusahaan yang sangat kuat sebagai pesaing utama motorola dari
Amerika Serikat.
Ketiga, perusahaan multinasional yang beroperasi secara internasional dlm
usaha utk meminimumkan biaya atau sering disebut dengan cost minimizer. Perusahaan
semacam ini go internasional karena ingin memanfaatkan keunggulan yang dimiliki dan
memperoleh keringanan berupa pembebasan pajak, melakukan transfer price,
memperoleh biaya tenaga kerja yg murah / bahkan meminimumkan biaya investasi –
rendahnya harga tanah. Contoh : perusahaan Nike, Reebok dan perusahaan lain
pembuat mainan anak-anak di Indonesia semata-mata ingin memanfaatkan biaya bahan
baku dan tenaga kerja yg lebih rendah dibanding di negaranya sendiri di Amerika
Serikat.

II. EFEK STRATEGI GLOBALISASI


1
Multinational Corporation (MNC)

Kemajuan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi seakan-akan


membuat dunia semakin sempit. Perjalanan dari suatu negara ke negara lain dapat
ditempuh dalam waktu yang lebih singkat. Adanya internet memungkinkan terjadinya
informasi antar negara dalam hitungan menit atau bahkan detik. Digunakannya teknologi
satelit dalam berkomunikasi, menjadikan pembicaraan internasional seakan seperti
pembicaraan lokal. Dunia seakan menjadi tanpa batas.
Integrasi perdagangan di pasar barang dan jasa selain dipicu oleh adanya trend
global ke arah perekonomian pasar bebas, juga sangat dipengaruhi oleh lahirnya kerjasama
ekonomi regional (misal APEC-Asia Pasific Economic Cooperation, NAFTA-North American
Free Trade Agreement, EU-Europan Union) dan organisasi perdagangan dunia (WTO-World
Trade Organization) yang mendorong setiap negara anggotanya untuk melonggarkan atau
bahkan menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan internasional. Ekspansi
perusahaan-perusahaan multinasional ke beberapa negara, khususnya negara berkembang
juga mempercepat proses integrasi perdagangan dunia.
Perusahaan yang bermain di bisnis global harus mempertimbangkan resiko
perubahan kurs mata uang dalam setiap pengambilan keputusan strategisnya. Makin marak
perdagangan internasional dan investasi ke mancanegara telah membuat kurs mata uang
makin volatil dan perusahaan harus mampu menetralisir volatilitas ini untuk mengurangi
resiko usaha. Manajemen perusahaan perlu menempuh upaya-upaya pengamanan untuk
menghindarkan dari resiko perubahan kurs mata uang misal dengan melakukan hedging,
netting, pembelian opsi dsb.
Selain itu aspek negara perlu juga dipertimbangkan demi eksistensi perusahaan
dalam jangka panjang. Strategi mendekati pelanggan harus didukung dengan analisa
menyeluruh mengenai prospek pasar (volume dan pertumbuhannya), resiko politik (misal
adanya upaya nasionalisasi oleh pemerintah negara tuan rumah, perbedaan peraturan
antara perusahaan lokal dan asing, stabilitas politik dan keamanan), dsb. Dengan
mencermati setiap kekhasan yang ada di pasar mancanegara dan mendesain strategi yang
mengakomodasi kekhasan tersebut, daya saing produk atau jasa yang ditawarkan
perusahaan akan lebih terjamin.

III. MENGAPA ADA BISNIS INTERNATIONAL

Keberadaan bisnis internasional dapat dijelaskan melalui beberapa teori sebagai berikut :
a. Teori Keunggulan Komparatif
Setiap negara akan memfokuskan aktifitasnya pada objek, dimana ia memiliki
keunggulan komparatif dibanding negara lain dalam menghasilkan objek tersebut.
Spesialisasi ini akhirnya akan memunculkan kebutuhan untuk melakukan perdagangan
internasional akan menikmati manfaat berupa peningkatan kualitas, kuantitas dsb.

Contoh, Jepang dan Amerika memiliki keunggulan komparatif dalam penguasaan


teknologi, canggih dibandingkan Indonesia dan vietnam. Sebaliknya Indonesia dan

2
Multinational Corporation (MNC)

Vietnam memiliki keunggulan komparatif dalam upah pekerja yang relatif murah
dibanding
upah pekerja di Jepang dan Amerika. Oleh karena itu Jepang dan Amerika cocok bermain
di industri padat modal (misal otomotif, elektronik, dsb). Indonesia dan Vietnam lebih
tepat di industri padat karya (misal sepatu, garmen, tekstil dsb).

b. Teori Ketidaksempurnaan Pasar


Perdagangan internasional mungkin tidak akan terwujud apabila seluruh
sumber daya produksi dapat berpindah atau dipindahkan dari suatu negara ke negara
lain tanpa batas. Mobilitas faktor-faktor produksi yang sangat tinggi dan fleksibel akan
menyetarakan biaya dan tingkat keuntungan serta menghilangkan keunggulan
komparatif suatu negara. Sayangnya, kondisi pasar yang sempurna tidak akan terwujud
sehingga muncullah adanya perdagangan internasional ini.

c. Teori Siklus Produk


Setiap perusahaan global umumnya mulai dirintis dari negara asalnya untuk
memenuhi pasar domestiknya. Pertumbuhan dan besar pasar domestik yang terbatas
memberikan inspirasi bagi pengusaha untuk mengekspor produknya ke negara lain.
Keberhasilan perusahaan menembus & mengembangkan pasar ekspornya,
menyadarkan pemerintah negara tujuan ekspor ini mulai memproteksi pasar dalam
negerinya guna melindungi eksistensi perusahaan-perusahaan lokal.
Kondisi demikian tadi memaksa perusahaan pengekspor untuk merumuskan
kembali strategi perdagangan internasionalnya. Langkah yang umum ditempuh
adalah melakukan penanaman modal asing (foreign direct investment – PMA) di pasar
luar negeri atau membentuk usaha patungan (joint venture) dengan perusahaan lokal.
Uraian diatas merupakan penjelasan konseptual mengapa terjadi bisnis
internasional. Secara lebih konkret terdapat banyak alasan yang menjadi motif bagi
pelaku bisnis internasional, yaitu antara lain :
c.1. Memperluas pasar untuk mencari sumber-sumber permintaan baru.
c.2. Bisnis internasional memberikan keuntungan yg lebih besar dari pasar domestik.
c.3. Mengoptimalkan skala ekonomis untuk meningkatkan efisiensi usaha.
c.4. Memanfaatkan faktor-2 produksi yg lebih murah.
c.5. Meraih keuntungan monopoli.
c.6. Bereaksi thd pembatasan pemerintah domestik.
c.7. Diversifikasi resiko usaha
c.8. Bereaksi thd perubahan kurs mata uang
c.9. Mencari kestabilan iklim politik

IV. PROSES EKSPANSI BISNIS KE MANCANEGARA

Proses ekspansi bisnis internasional biasanya dilakukan secara bertahap.


Langkah awal yang ditempuh untuk melayani pasar luar negeri adalah mengekspor produk.

3
Multinational Corporation (MNC)

Strategi ini dipandang cocok untuk menjajaki potensi pasar luar negeri karena kadar resiko
relatif kecil. Sembari mengekspor produknya, perusahaan dapat mencermati dan
menganalisis berbagai aspek yang mempengaruhi penjualan di pasar luar negeri, misal :
kondisi supply and demand, kebiasaan membayar, keberadaan lembaga-lembaga keuangan,
stabilitas politik dan keamanan dan sebagainya.
Ketika ekspor dipandang kurang mampu mengoptimalkan penerimaan
perusahaan. Hal ini karena adanya perantara independen yaitu perusahaan pengimpor.
Biasanya setelah memahami seluk beluk pasar luar negeri, perusahaan pengekspor akan
mendirikan perwakilan penjualan dan membuka fasilitas-fasilitas pelayanan serta
menetapkan saluran distribusi. Perwakilan penjualan dapat didirikan sendiri oleh perusahaan
pengekspor atau mengajak perusahaan pengimpor untuk menjadi mitra bisnis.
Apabila pasar diproyeksikan dapat terus bertumbuh dan besarnya memadai
perusahaan akan berpikir untuk melakukan kegiatan produksi dipasar luar negeri (PMA).
Penanaman modal asing umumnya harus melibatkan pengusaha atau pemerintah lokal baik
dalam kepemilikan saham maupun kepengurusan di dewan direktur. Pendirian pabrik diluar
negeri berarti mendekatkan perusahaan ke pasar sehingga dapat meningkatkan
kemampuan perusahaan untuk menangkap setiap perubahan selera dan tuntutan
konsumen.
Ada cara lain yang terkadang ditempuh perusahaan asing untuk memasuki
pasar luar negeri, yaitu pemberian lisensi (licensing) dan hak waralaba (franchising). Baik
licensing maupun franchising, perusahaan asing memberi hak kepada perusahaan lokal
untuk memproduksi produknya sesuai dengan formula aslinya. Sebagai kontra prestasinya
perusahaan pemberi lisensi (licensor) dan hak waralaba (franchisor) akan memperoleh
royalti atau fee dari perusahaan penerima lisensi (licensee) dan penerima hak waralaba
(franchisee).

V. DAMPAK PERUSAHAAN MULTINASIONAL

a. Positif
Dampak positif atas kehadiran MNC, yaitu :
a.1. Untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi negara penerima.
a.2. Menutup defisit neraca traksaksi berjalan secara lebih netral. Artinya dibandingkan
dengan pinjaman asing dan portfolio invetsment asing maka FDI (Foreign Direct
Investment) banyak terbukti telah menolong penutupan defisit neraca trasaksi
berjalan dari negara berkembang dengan baik.
a.3. Memberikan efek multiplier positif pada peningkatan pertumbuhan kegiatan industri
pasokan dan industri komponen.
a.4. Memberikan efek multiplier yang tinggi pada penyerapan tenaga kerja trampil
(lulusan program pasca sarjana dan sarjana) dan tenaga ahli khusus.

a.5. Mempercepat proses transfer teknologi pada perusahaan mitra lokal dan
perusahaan lokal yang terkait.
a.6. Mengurangi tingkat korupsi karena perusahaan MNC umumnya merupakan
perusahaan yang go publik.

4
Multinational Corporation (MNC)

b. Negatif
Alasan utama banyaknya negara berhati-hati sebelum mengizinkan operasi
suatu perusahaan multinasional di negaranya adalah dampak-dampak negatif yang
mungkin ditimbulkannya. Salvatore paling tidak menyebutkan 6 dampak ini di dalam
bukunya,
Terhadap negara asal :
a.1. Hilangnya sejumlah lapangan kerja domestik. Ini karena perusahaan multinasional
mengalihkan sebagian modal dan aktivitas bisnisnya ke luar negeri.
a.2. Ekspor teknologi, yang oleh sebagian pengamat, secara perlahan-lahan akan
melunturkan prioritas teknologi negara asal dan pada akhirnya mengancam
perekonomian negara bersangkutan.
a.3. Kecenderungan praktik pengalihan harga sehingga mengurangi pemasukan
perpajakan
a.4. Mempengaruhi kebijakan moneter domestik.
Terhadap negara tuan rumah:
a.1. Keengganan cabang perusahaan multinasional untuk mengekspor suatu produk
karena negara tersebut bukan mitra dagang negara asalanya.
a.2. Mempengaruhi kebijakan moneter negara yang bersangkutan.
a.3. Budaya konsumsi yang dibawa perusahaan tersebut bisa mengubah budaya
konsumsi konsumen local dan pada akhirnya mematikan unit-unit usaha
tradisional.

Penanggulangan Dampak negatif Perusahaan Multinasional


Perusahaan multinasional, seperti halnya perusahaan komersial lainnya akan
tetap dan selalu bersifat profit oriented. Disini akan timbul suatu masalah dalam
kaitannya dengan penanggulangan dampak negative perusahaan multinasional.
Program-program penanggulangan dampak negative, bisa dicontohkan asuransi
kesehatan pegawai, pajak lingkungan hidup (di luar negeri), jamsostek, reservasi
lingkungan, akan dianggap sebagai suatu inefisiensi karena sifat profit orientednya tadi,
dimana perusahaan berusaha mencari keuntungan yang sebesar-besarnya sebagai
bentuk pertanggungjawabannya terhadap shareholder. Sehingga tidak akan tercapai
titik temu antara tujuan perusahaan dengan tujuan masyarakat. Disinilah pemerintah
mengambil peranannya. Namun, tidak selamanya hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah
apalagi pemerintah yang korup. Demi peningkatan usaha penanggulangan dampak
negatif MNC, harus dicari akar masalah dari hambatan atas penanggulangan ini. Ekonom
dan peraih nobel, Joseph E stiglitz dalam bukunya Making Globalization Works (2006)
mengemukan 4 dilema yang dialami perusahaan sehingga mereka sebenarnya tidak
mau melakukan usaha penanggulangan dampak negatif atas aktivitas yang mereka
lakukan.

a.1. Sifatnya yang profit oriented, sebagaimana penjelasannya di atas.


a.2. Kompetisi. Ini mengakibatkan perusahaan harus melakukan operasi seefisien
mungkin dengan cara menghasilkan untung yang sebesar-besarnya dan menekan
biaya dalam waktu singkat agar dapat tetap survive. Dalam kondisi seperti ini,

5
Multinational Corporation (MNC)

tentu perusahaan akan menghindari segala biaya yang tidak esensial bagi operasi
seperti, misalkan biaya pembangunan rumah sakit bagi warga sekitar.
a.3. Kekuatan ekonomi dan politik, mengingat kekuatan peusahaan multinasional yang
luar biasa secara ekonomi dan politik, perusahaan semacam ini bisa saja “membeli”
negara-negara yang memang sedang membutuhkan modal dari mereka.
Contohnya Freeport di Papua dan Exxon di Aceh. Dilema akan terjadi karena
semakin perusahaan

ini berperan dalam pembangunan sosial ekonomi semakin pembangunan


ditentukan oleh praktik-praktik untuk memenuhi interest dari perusahaan tersebut.
Misalnya Freeport memang membangun rumah-rumah sakit,jalan sekolah, tetapi
warga sekitar tetap mengeluh. Mereka mengeluh karena kenyataannya fasilitas-
fasilitas tersebut untuk melayani kepentingan pegawai dan staf perusahaan saja.
a.4. Kolusi perusahaan-pemerintah. Perusahaan bisa melakukan lobi-lobi kepada para
birokrat, baik daerah maupun pusat untuk membuat undang-undang yang
memenuhi interest dan kebutuhan mereka. Tidak jarang biaya untuk melakukan
lobi-lobi ini melebihi biaya investasi lainnya. Perusahaan perminyakan seringkali
mengurangi biaya kompensasi dan konservasi alam dengan cara menyuap pejabat
publik. Lagipula kebijakan tersebut adalah banyak dipengaruhi pejabat publik dan
perusahaan saja, tetapi minim partisipasi masyarakat sehingga tidak jarang
mengabaikan hak-hak publik. Contoh yang bagus adalah kasus Freeport di
Indonesia, “Dalam 20 tahun berikutnya, proses pemakaian tanah yang tidak
transparan—dan pemindahan paksa komunitas lokal—berlanjut pada 1995,
anggota-anggota masyarakat memahami untuk pertama kalinya bahwa, menurut
sumber-sumber pemerintah, mereka telah menyerahkan tanah-tanah ulayat di
wilayah Timika (hampir 1 juta hektar) kepada pemerintah untuk penempatan
transmigrasi, termasuk kota Timika dan lokasi Freeport yang baru, Kuala
Kencana.” (Aderito de Jesus Soares, jurnal LIBERTASAUN V/2005)

VI. DAFTAR PERUSAHAAN MULTINASIONAL


1. General Motors
2. Google
3. Grup Volkswagen
4. Halliburton
5. Hearst Corporation
6. Heckler & Koch
7. Honda
8. HSBC
9. Hutchison Whampoa Limited
10. Hyundai
11. IBM
12. Intel Corporation
13. Jardine Matheson
14. KFC
15. Kyocera

6
Multinational Corporation (MNC)

16. LG Electronics
17. McDonald’s
18. Mercedes Benz
19. Acer Inc.
20. Adidas
21. Prudential plc
22. Puma
23. Shell
24. Schlumberger
25. Sony
26. Steyr Mannlicher
27. Swire Group
28. The Walt Disney Company
29. Toshiba
30. Total S.A.
31. Toyota
32. Wal-Mart Stores, Inc.
33. Yahoo!
34. BMW
35. Bombardier
36. British Petroleum
37. Chevron Corporation
38. Coca-Cola
39. Dell
40. Enron
41. Exxon
42. Fiat
43. Allianz
44. AOL
45. Apple Computer
46. AT&T
47. Nissan
48. Nokia
49. NTT
50. Nortel Networks
51. Opel
52. Parmalat
53. Pepsi
54. Petrobras
55. Philips
56. Prentice Hall
57. Fonterra
58. Freeport
59. General Electric
60. Microsoft

7
Multinational Corporation (MNC)

61. Monsanto
62. Nestlé
63. Newmont Mining Corporation
64. Nike, Inc.
65. Nintendo

VII. CONTOH PERUSAHAAN MULTINASIONAL


McDONALD

McDonald's Corporation NYSE: MCD (di Indonesia terkenal dengan sebutan McD,
dibaca Mek-di) adalah rangkaianrumah makan siap saji terbesar di dunia. Hidangan utama di
restoran-restoran McDonald's adalah hamburger, namun mereka juga menyajikan minuman
ringan, kentang goreng, filet ayam dan hidangan-hidangan lokal yang disesuaikan dengan
tempat restoran itu berada.
Restoran McDonald's pertama didirikan pada tahun 1940 oleh dua bersaudara Dick dan Mac
McDonald, namun kemudian dibeli oleh Ray Kroc dan diperluas ke seluruh dunia.
Sampai pada tahun 2004, McDonald's memiliki 30.000 rumah makan di seluruh dunia
dengan jumlah pengunjung rata-rata 50.000.000 orang dan pengunjung per hari dan rumah
makan 1.700 orang.
Lambang McDonald's adalah dua busur berwarna kuning yang biasanya dipajang di luar
rumah-rumah makan mereka dan dapat segera dikenali oleh masyarakat luas.
Restoran McDonald's pertama di Indonesia terletak di Sarinah, Jakarta dan dibuka pada 23
Februari 1991. Berbeda dari kebanyakan restoran McDonald's di luar negeri, McDonald's
juga menjual ayam goreng dan nasi di restoran-restorannya di Indonesia.
Pada 1 Oktober 2009 McDonald's berubah menjadi Tony Jack's Indonesia tetapi tidak
seluruh gerai McDonald's. Terdapat 13 gerai McDonald’s milik Bambang Rachmadi yang
berubah antara lain berlokasi di Sarinah (Thamrin), Melawai Plaza, Blok M
Plaza, Arion, Kelapa Gading, Sunter, Bandung Indah Plaza, Tunjungan Plaza, Bandara
Soekarno-Hatta, ITC Mangga Dua, Citra Land, Gajah Mada Plaza, dan Kebon Jeruk. Tak lama
kemudian, pada tahun 2010 Tony Jack's Indonesia bangkrut dan diambil ahli oleh
McDonald's.
Bisnis perusahaan ini dimulai di tahun 1940 dengan dibukanya sebuah restoran oleh Dick
dan Mac McDonald, di San Bernardino, California. Mereka memperkenalkan "Speedee
Service System" pada tahun 1948, yang kemudian menjadi pinsip dasar restoran siap-
saji moderen. Maskot awal McDonald's, yang bernama Speede, adalah seorang pria dengan
kepala

berbentuk hamburger yang menggunakan topi koki. Speede kemudian digantikan oleh
Ronald McDonald di tahun 1963.
McDonald's saat ini tidak menjadikan tahun 1940 sebagai tahun kelahiran restoran
McDonald's. Mereka memilih 15 April 1955, ketika Ray Kroc membeli lisensi waralaba
McDonald's dari Dick dan Mac di Des Plaines, Illinois, sebagai hari kelahirannya. Kroc
kemudian membeli saham dari McDonald's bersaudara dan memimpin perusahaan ini
melakukan ekspansi ke seluruh dunia. Saham McDonald's mulai dijual kepada publik tahun
1965.
Sifat agresif yang dimiliki Kroc bertentangan dengan keinginan McDonald bersaudara. Kroc

8
Multinational Corporation (MNC)

dan McDonald bersaudara bertikai untuk mengontrol bisnis ini, namun akhirnya McDonald
bersaudara lah yang pergi meninggalkan perusahaan. Pertikaian ini didokumentasikan baik
dalam otobiografi Kroc maupun otobiografi McDonald bersaudara. Situs di mana McDonald
bersaudara pertama kali mendirikan restoran kini dijadikan monumen.
Dengan ekspansi agresifnya ke seluruh penjuru dunia, McDonald's dijadikan sebagai
simbol globalisasi dan penyebargaya hidup orang Amerika.

Anda mungkin juga menyukai