Mandi Taman
Upacara mandi bagi pengantin laki-laki dan perempuan yang dilakukan setelah acara
bersanding berlangsun. Tujuanya adalah agar pengantin terhindar dari perbuatan jahat,
tercipta saling pengertian dan dapat bekerjasama dan mendapat cahaya mata (anak) yang
shaleh dan berbudi pengerti baik serta terhindar dari perbuatan jahat.
Mandi taman ini dilakukan oleh hampir semua pengantin baru. Terutama oleh adat
perkawinan masyarakat melayu. Upacara ini dipimpin oleh mak andam atau mak inang.
Perlengkapan yang harus di persiapkan dalam mandi pelangi ini adalah. Pertama, dua buah
talam besar yang terbuat dari tembaga yang biasa disebut talam tidak berkelim tepi, kedua,
sebuah pasu kecil atau tempayan kecil yang berisi air sumur atau air sungai. Ketiga, sebuah
pasu kecil atau tempayan kecil yang berisikan air, pada lehernya dililit dengan daun kelapa
muda yang di anyam disebut “ JARI-JARI Lipan”. air dalam tempayan ini dinamakan air
tolak bala. Keempat, sebuah cermin muka atau kaca muka. Kelima, dua batang lilin.
Keenam, sebutir kelapa yang sudah dikupas kulit luarnya dan dibentuk seperti puncak
gunung. Di tengah-tengah puncak gunung itu dililit pula tiga lembar benang berwarna
putih, hitam dan merah tua, ketujuh, selembar daun kelapa muda disimpulhidup.
Kedelapan, air langir. Kesembilan dua lembar kain panjang. Selembar untuk penampis
pemandi pengganti dan selembar lagi untuk menyarung kedua pengantin setelah selesai
dimandikan.
Caranya adalah kedua pengantin berdiri di atas talam dengan berpakaian kain pelakat
(dikemban) dan diberi selendang bagi perempuan untuk menutup dada. Di atas kepala
mereka dibentangkan kain putih atau kain panjang yang terlebih dahulu dipegang oleh dua
orang. Berikutnya kedua pengantin di bawa ke tempat masing-masing yaitu kamar
masing-masing untuk diganti pakaianya dengan pakaian baju kurung (baju menutup aurat)
tanpa mengenakan perhiasan kedua pengantin di dudukan di depan pelaminan yaitu di atas
peterakne. Peterakne adalah tempat dudukpengantin yang tidak bertingkat dan letaknya di
depan pelaminan. Disanalah mereka duduk sambil mendengarkan doa yang dibacakan oleh
pak imam.
Lebih lengkap Zainal Arifin (2010) mengilustrasikan tata cara dan prosesnya
pelaksanaan mandi berdimbar atau mandi taman ini. Dalam proses pemandian ini selalu di
barengi dengan pantun-pantun yang berisikan nasehat kepada kedua calon pengantin.
Adapun proses mandi ini meliputi beberapa langkah yaitu :
Langkah kedua adalah penganti berkerik, kedua bidan memandu kedua pengantin
berkerikik membersihkan diri dari segala bentuk daki agar bersih.
Langkah ketiga adalah memakai kain basahan (namun pada saat sekarang ini sudah
digunakan pakaian lengkap). kedua pengantin mengganti pakaian dengan kain basah untuk
mandi dilapanca persada, kedua bidan menutup keliling panca persada oleh kain agar tidak
terlihat oleh orang. Kesopanan orang melayu tidak suka membuka sembarang badan,
seperti yang terdapat dalam pantun berikut.:
Langkah keempat, adalah memijak telur, kedua bidan tetap memandikan kedua
pengantin untuk meminjak telur. Keduanya berdiri masing-masing meminjak sebutir telur
hingga pecah, tepung tawar yang ada merupakan saksi.
Langkah kelima adalah memasang lilin. Kedua pengantin secara serentak memasang
lilin, kemudian bidan membawa lilin mengelilingi pengantin tuju kali dan kemudian
berebut pula menghembuskan lilin. Dengan penerangan lilin dihasilkan cahayan terang
meliputi kedamaian rumah tangga selalu rukun.
Langkah keenam adalah melilit benang, oleh bidan benang, oleh bidan benang diukur
setinggi badan masing-masing pengantin. Untuk laki-laki 4 helai setinggi badan dan untuk
perempuan 3 helai setinggi badan. 7 helai benang ini dijadikan satu lalu dililitkan ketubuh
sepasang pengantin menjadi satu dan diikat. Hal ini bermakna agar jodohnya tetap hingga
ke anak cucu.
Langkah kesembilan adalah mandi air bunga dan air jernih. Benang yang diikat tadi
oleh bidan dibuka kembali, kemudian kedua bidan mencucurkan air bunga di kepala
pengantin selama 3 kali cucuran sembari membacakan doa dan selanjutnya baru di
mandikan dengan air biasa. Pada saat inilah yang hadir juga saling bersiraman. Jika ada
jejaka yang suka dengan anak dara dan jika anak tersebut membalas siraman tersebut
kepada sang jejaka maka disinilah gayung bersambut. Disini pula awal pertemuan
terkadang sampai kejenjang pernikahan.
Langkah kesebelas adalah setelah bergantian pakaian maka sang istripun berbenah dan
dan bersolek di bantu oleh bidang. Walau dalam keadaan bagaimanapun sang istri harus
berpenampilan cantik. Seperti ungkapan berikut :
Saat ini tradisi mandi berdimbar sudah mulaidilupakan dan juga jarang dilaksanakan
karena masyarakat lebih suka hal-hal yang praktis, disamping paraahli yang membidani
mandi berdimbar ini sudah tidak ada lagi/mininggal, kalaupun ada tidak hanya beberapa
orang. (lihat Zainal Arifin : 2010).
Saat mandi ini semua keluarga turut menyiramkan air ketubuh kedua pengantin.
Begitu juga kedua pengantin memercikan air kepada para keluarga pada dasarnya tujuan
mandi berdimbar adalah merupakan ajaran dan peringatan kepada kedua calon pengantin
agar melaksanakan mandi besar (junup). sebab, belakangan ini mandi junup, dianggap
sepele bahkan setelah melakukan hubungan sangat jarang untuk melaksanakan mandi
besar.
Padahal sebuah kitab yang sahih terdapat bagian yang menjelaskan tentang ancaman
menunda mandi junup tanpa alasan. Isi dari penjelasan itu adalah ketika seorang menunda
mandi junupnya maka ia tidak akan didekati oleh malaikat yang bernama rahmad. Dalam
kitab tersebut dituliskan sabda rosululah SAW. Yang menjelaskan terdapat tiga orang yang
tidak akan didekati oleh malaikat rahmat yakni orang yang mabuk, orang junup, orang
yang berlumuran minyak wangi bernama khaluq. Krtika seseorang akan madi junup maka
ia harus menetapkan niat mandi junup terlebih dahulu.