Anda di halaman 1dari 4

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang
Peristiwa kebakaran adalah bencana yang tidak diinginkan yang dapat
terjadi di mana saja dan kapan saja. Berdasarkan laporan dari Badan Pusat
Statistik Yogyakarta, tercatat selama tahun 2015 terjadi kebakaran bukan lahan
sebanyak 335 kali dengan jumlah kerugian mencapai 20.576.550.000 juta rupiah
dengan kerugian mencapai 2.044.500.000 juta rupiah. Masih tingginya kasus
kebakaran yang terjadi setiap tahunnya mengindikasikan bahwa kebakaran
merupakan masalah serius bagi kehidupan manusia.
Kendala umum yang sering dialami pada saat terjadi kebakaran adalah
kesulitan dalam upaya-upaya penanganannya di lapangan. Mobilitas unit
pemadam kebakaran sangat bergantung pada akses ke lokasi kebakaran, jenis dan
kompleksitas bangunan, meski lokasi mudah dijangkau tetapi karena keterbatasan
peralatan pemadam kebakaran, sehingga mengalami kesulitan dalam mengatasi
pemadamannya.
Pengelolaan bencana kebakaran juga bukan sekedar menyediakan alat
pemadam atau melakukan latihan peran kebakaran, namun diperlukan suatu
program yang terencana dalam suatu sistem manajemen kebakaran yang
merupakan upaya terpadu untuk mengelola risiko kebakaran mulai dari
perecanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan tindak lanjutnya. Upaya untuk
mencegah terjadinya kebakaran diperlukan sarana proteksi kebakaran yang
memadai dan melalui manajemen penanggulangan kebakaran.
Bangunan rumah sakit merupakan salah satu gedung yang memiliki risiko
tinggi terjadi kebakaran. Risiko kebakaran yang terjadi di rumah sakit mempunyai
peringkat tertinggi, dalam hal evakuasi di rumah sakit terdapat kelompok rentan
atau pasien yang dalam kondisi lemah sehingga tidak dapat menyelamatkan
dirinya dari bahaya kebakaran.
Berdasarkan observasi awal di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Betik Hati
diketahui bahwa terdapat beberapa hal yang berpotensi mengakibatkan kebakaran,
seperti pemakaian beberapa macam bahan kimia, penggunaan mesin genset,
penggunaan daya listrik yang sangat besar, penggunaan dan penyimpanan tabung
gas bertekanan tinggi, serta penggunaan kompor dan tabung gas LPG di dapur
rumah sakit.
Berdasarkan berbagai fakta-fakta yang ada, sudah seharusnya sebuah rumah
sakit besar dan telah terakreditasi seperti Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Betik
Hati memiliki kesiapsiagaan dalam sistem proteksi penanggulangan bencana
kebakaran. Diperlukan suatu sistem proteksi kebakaran yang dapat mencegah dan
menanggulangi kebakaran yang keberadaannya harus sesuai dengan ketentuan dan
peraturan yang berlaku.

B. Metode Penilaian
Penilaian yang digunakan menggunakan FRSA (Fire Risk Safety
Asessment). Telaah dokumen pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
melakukan penyelidikan, kajian dan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen
milik rumah sakit yang terkait dengan manajemen serta komponen sistem proteksi
kebakaran. Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
diperoleh melalui observasi (checklist), wawancara, dan telaah dokumen.
BAB II
HASIL

Di Rumah Sakit Ibu dan Anak Puri Betik Hati masih menggunakan Alat
Pemadam Api Ringan sebanyak 25 tabung dengan jenis Oksigen CO2 dan
Powder. Diruangan Instalasi Gizi, Genset, Laboratorium, Rekam Medis, Gas
Medis adalah area berpotensi kebakaran. Seluruh staf sudah diberi sosialisasi
tentang kebakaran oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) dan
dipastikan seluruh staf sudah bisa menggunakan APAR.
Namun di Rumah Sakit Puri Betik Hati belum memiliki heat detector dan
smoke detector. Sehingga Perlu dipasang Heat Detector dan Smoke Detector.
BAB III
KESIMPULAN

Perlu dipasang heat detector, hydrant, dan smoke detector di area Rumah Sakit
Ibu dan Anak Puri Betik agar tingkat keamanan lebih meningkat.

Mengetahui,
Direktur RSIA. Puri Betik Hati

Dr. M. Iqbal. Sp. A

Anda mungkin juga menyukai