Tugas Parfum
Tugas Parfum
Oleh :
Parfum adalah campuran dari essential oil, pelarut, serta bahan kimia lainnya
yang dapat memberikan bau atau wangi tertentu sesuai dengan senyawa aroma yang
dicampurkan.
Pembagian kualitas bahan dasar parfum berdasarkan daya menguap bahan (volatilitas),
yaitu :
a. Tinggi (top notes) sangat mudah menguap dengan skala 1-14, seperti :
minyak citrus
b. Menengah (middle notes) tidak terlalu mudah menguap denagn skala 15--60,
contohnya : terpene
c. Rendah atau dasar (basic notes) sukar menguap denagn skala 60-100,
contohnya minyak kesturi, vanilin
Parfum atau yang biasa disebut minyak wangi jika dibagi berdasarkan bahan
pembuatannya terbagi menjadi 2 jenis, yaitu parfum alami dan parfum sintetis.
1. Parfum Alami
Parfum alami adalah parfum yang terbuat dari bahan alami. Salah satu bahan
yang sering digunakan adalah minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan minyak nabati
berupa cairan beraroma yang mudah menguap yang diperoleh dari hasil penyulingan
daun, batang, akar, bunga, atau bagian lain dari tanaman. Selain itu, untuk memperoleh
minyak atsiri dapat diperoleh dengan cara lain yaitu ekstraksi menggunakan pelarut
organik ataupun dengan cara dipres dan secara enzimatik. Indonesia sebenarnya
merupakan salah satu negara penghasil minyak atsiri terbesar di dunia. Di Indonesia,
minyak atsiri yang dihasilkan antara lain minyak sereh, minyak daun cengkeh, minyak
kenanga, minyak akar wangi, minyak kayu cendana, minyak nilam, dan sebagainya.
Selain itu bahan yang sering digunakan untuk parfum alami adalah buah-
buahan. Di Indonesia sendiri, seorang peneliti dari Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta Budi S.Daryono, mencoba berinovasi dengan mengembangkan kultivar
(cultivated variety) baru dari buah gama melon parfum. Aroma wangi yang sangat kuat
dari buah tersebut berpotensi sebagai bahan baku parfum alami. Kultivar gama melon
parfum ini dapat dijadikan subtitusi bahan baku parfum yang selama ini berasal dari
bahan sintetik yang cenderung tidak ramah lingkungan, berbahaya, dan beracun.
Contoh minyak atsiri yang didapa dari tanaman, baik bunga, buah, dll, antara
lain adalah :
e. Buah : lemon
g. Resin, balsam, gum (bahan yang tidak menguap tetapi mengandung minyak
menguap yang beraroma dan kental) : gum styrax, balsam peru, benzoin.
Selain minyak atsiri, bahan alami parfum juga berasal dari sekresi binatang
(proses untuk membuat dan melepaskan substansi kimiawi dalam bentuk lendir yang
dilakukan oleh sel tubuh dan kelenjar), antara lain :
a. Ambergris : Bahan ini berasal dari sperma ikan paus yang terlepas disaat
kematiannya. Karena itu, pemanfaatannya tidak membahayakan hewan yang
sangat dilindungi ini. Ambergris digunakan sebagai penguat wewangian yang
mudah menguap. Ambergris lebih ringan dari air, mengapung bebas di lautan.
Benda ini dikumpulkan di tengah laut atau diambil setelah tersapu ke tepi
pantai. Saat dibawa ke laboratorium pembuat parfum, warnanya menjadi abu-
abu pucat atau putih. Dan setelah benda ini dikeringkan selama beberapa
bulan, bau amisnya berubah menjadi aroma ambergris.
b. Ambergris Castoreum : Salah satu bahan baku wewangian ini berasal dari
sepasang kelenjar dalam tubuh berang-berang. Si kelenjar menghasilkan
minyak yang melindungi bulu berang-berang dari pengaruh perubahan cuaca.
Castoreum adalah penguat terbaik parfum dan dipakai dengan larutan alcohol.
Bahan ini terutama dipakai pada wewangian pria.
c. Castoreum Musk : Dalam istilah dunia parfum, musk adalah sekresi aroma
yang diproduksi kelenjar perut rusa jantan tak bertanduk (musk deer). Rusa
ini hidup di Asia Tengah dan di Pegunungan Himalaya.
d. Musk Civet (Kesturi) : Spesies Kesturi yang dipakai dalam dunia parfum
berasal dari barat daya Ethiopia. Hewan ini punya kantong perut berbentuk
bulan sabit, yang terletak di dekat alat vitalnya. Kantong perutnya
menghasilkan viverreum yaitu substansi kental berwarna
kecoklatan beraroma keras.
2. Parfum Sintesis
Dalam pembuatan parfum sintesis digunakan lebih dari 500 bahan kimia. Tetapi,
kebanyakan dari bahan-bahan tersebut merupakan bahan kimia yang berbahaya. Bahan
kimia yang digunakan dalam parfum ini 95% berbahan dasar petroleum yang
merupakan turunan benzena, aldehid atau zat lainnya yang terkenal beracun. Bahan-
bahan kimia yang terdapat dalam parfum banyak yang menyebabkan gangguan
pernafasan bahkan sampai kerusakan otak.
Kita bisa mencium aroma parfum karena bahan molekul sintesis dari parfum
masuk lewat saluran pernapasan, yang langsung memberikan jalan menuju otak. Karena
itu, otak atau organ bisa terganggu akibat aroma parfum ini. Sebenarnya, otak
dilindungi oleh mekanisme yang tak bisa ditembus zat berbahaya. Tetapi, hal ini tidak
sepenuhnya bisa melindungi otak. Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa sistem
ini dapat membiarkan sejumlah racun lingkungan, termasuk bahan kimia beracun dan
berbahaya yang dalam parfum yang dapat masuk ke otak. Dan jika sudah masuk ke
dalam otak, beberapa racun baru bisa dihilangkan dalam waktu lama dan dengan
pengobatan intensif. Kerusakan otak bisa berupa peradangan dan munculnya plak otak.
Keduanya merupakan gangguan paling berbahaya pada otak.
Komposisi zat-zat di dalam parfum pada umumnya adalah etil alkohol (50-
90%), akuades/ air suling (5-20%), dan fragrance (10-30%). Etil alkohol dalam
komposisi ini berfungsi sebagai pelarut. Di dalam parfum, selain etil alkohol
sebagai pelarut sering ditambahkan zat-zat seperti: aseton, benzaldehida, benzil asetat,
benzil alkohol, etil asetat, dll. Zat-zat ini memiliki efek negatif bagi kesehatan.
Selain itu fragrance (wewangian) sintesis juga memiliki efek negatif, antara lain :
Komposisi kimia dalam parfum dibagi menjadi 3, yaitu: zat pengikat (fixatives), zat
penwangi (odoriferous substances), pelarut/pengencer (diluent).
Zat pengikat yang baik akan larut sempurna dalam etanol, minyak atsiri,
dan persyaratan aromatik berwujud cair. Selain itu zat pengikat harus mudah
digunakan dalam parfum beralkohol dan bahan berupa bubuk atau padatan.
Selain itu zat pengikat harus mampu menghasilkan campuran wangi atau bau yg
harmonis. Selain itu zat pengikat harus berada dalam keadaan murni sehingga
efektif jika digunakan dalam jumlah kecil.
Pada umumnya zat pengikat berasal dari bahan nabati, hewani dan
sentetis. Zat pengikat nabati berasal dari golongan gum, resin, lilin dan beberapa
minyak atsiri bertitik didih tingi.
Pada umumnya parfum mengandung zat pewangi 2% (weak parfume) sampai 10%
atau 22,5% (strong parfume) dan selebihnya adalah bahan pengencer dan zat
pengikat.
3. Pelarut/pengencer (diluent)
Pelarut yang umum digunakan adalah etanol. Fungsi dari bahan pengencer
adalah menurunkan konsentrasi zat pewangi dalam parfum sampai konsentrasi
tertentu sehingga dihasilkan intensitas wangi yang dikehendaki.
2. Enfleurage
Menyatukan wewangian dan minyak tapi dengan cara yang berbeda,
yaitu penyerapan wewangian melalui lemak dan benzoin. Cara ini dapat
menghasilkan parfum setara bunga. Pada proses ini absorbsi minyak atsiri oleh
lemak dilakukan pada suhu rendah, sehingga minyak terhindar dari kerusakan
yang disebabkan oleh panas.
Metode ini banyak diterapkan untuk mengekstraksi beberapa jenis
minyak bunga, seperti: melati, sedap malam, mawar, yang masih melanjutkan
kegiatan fisiologisnya dan memproduksi minyak setelah bunga dipetik.
Proses ini menghasilkan rendemen minyak lebih tinggi tetapi proses
memakan waktu yang lama dan membutuhkan orang yang terampil dan sudah
berpengalaman untuk melakukannya.
3. Distilasi
Distilasi atau penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang
berupa cairan atau padatan dari 2 macam campuran atau lebih berdasarkan titik
uapnya dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yg tidak larut dalam air
dan tidak rusak oleh uap.
Berbagai bahan wewangian dilumatkan dan dimasukkan kedalam mesin
penyuling, lalu dicampur dengan air dan dipanaskan hingga mendidih. Melalui
pipa leher angsa, uapnya didinginkan dan menjadi cairan. Air terletak dibagian
bawah, sedangkan essencenya yang berupa minyak mengambang dibagian atas.
Dari essence itu, biasanya kemudian dipisahkan. Namun kadang-kadang air
bercampur essence itu dijual dalam bentuk murni.
Cara penyulingan dengan sistem ini adalah dengan memasukkan bahan baku,
baik yang sudah dilayukan, kering ataupun bahan basah ke dalam ketel penyuling
yang telah berisi air kemudian dipanaskan. Uap yang keluar dari ketel dialirkan
dengan pipa yang dihubungkan dengan kondensor. Uap yang merupakan campuran
uap air dan minyak akan terkondensasi menjadi cair dan ditampung dalam wadah.
Selanjutnya cairan minyak dan air tersebut dipisahkan dengan separator pemisah
minyak untuk diambil minyaknya saja.
Cara ini biasa digunakan untuk menyuling minyak aromaterapi seperti mawar
dan melati. Tetapi, mawar, melati dan sejenisnya akan lebih cocok dengan sistem
enfleurasi, bukan destilasi..
Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus. Cara ini
sebenarnya mirip dengan syisstem rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak
bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air.
Cara ini adalah cara yang paling banyak dilakukan pada dunia industri karena
membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi. Metode
kukus ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang keluar dari
separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar meminimkan kehilangan
air. Sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan karena terbebas dari proses hidrolisa
terhadap komponen minyak atsiri dan proses difusi minyak dengan air panas. Selain
itu dekomposisi minyak akibat panas akan lebih baik dibandingkan dengan metode
uap langsung (Direct Steam Distillation).
Metode penyulingan dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan uap dan panas
yang stabil oleh karena tekanan uap yang konstan
Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan air maupun api namun
hanya uap bertekanan tinggi yang difungsikan untuk menyuling minyak. Prinsip kerja
metode ini adalah membuat uap bertekanan tinggi didalam boiler, kemudian uap
tersebut dialirkan melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan baku. Uap yang
keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan kondensat yang berisi
campuran minyak dan air dipisahkan dengan separator yang sesuai berat jenis minyak.
Penyulingan dengan metode ini biasa dipakai untuk bahan baku yang membutuhkan
tekanan tinggi pada proses pengeluaran minyak dari sel tanaman, misalnya gaharu,
cendana, dll.
5. Ekstraksi
Mengingat tidak semua bunga atau tanaman dapat didistilasi, misalnya
mawar centifolia, narcissus, atau mimosa, maka para ahli mengembangkan
teknik ekstraksi. Bahan-bahan parfum tidak dilumatkan tapi dicampur dengan
air dan diputar berulang-ulang hingga mengeluarkan pelarut. Pelarut ini
kemudian ke ruang hampa udara, dipanaskan, dijadikan uap dan seterusnya
sama dengan proses distilasi. Hasil ekstraksi dengan pelarut menguap ini
masih memiliki bau asli bunga alamiah dan lebih baik mutunya dibandingkan
dengan bunga hasil penyulingan.
6. Ekspresi/Pengepresan
Ekspresi atau pengepresan adalah teknik terakhir. Cara ini digunakan
untuk mengekstraksi minyak citrus dan buah-buahan semacam jeruk orange,
lemon, dan mandarin. Dengan tekanan pengepresan, sel--sel yg mengandung
minyak akan pecah dan minyak akan mengalir ke permukaan bahan. Minyak
alami dari buah-buahan ini terdapat dalam kelenjar kecil dibagian kulitnya.
Dengan pengupasan dan pemerasan, minyak yang merupakan essence
wewangian dan air itu dapat keluar. Prinsip yang sama diterapkan dalam
pabrikasi parfum.
http://www.rumahparfum.com/content.php?page=about
http://www.scribd.com/doc/99071395/produk-industri-kimia-dan-pencemaranya
http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/09/kultivar-gama-melon-parfum-
untuk-bahan-industri-parfum
http://berkataroma.com/page3.php
http://aldis-asia.blogspot.com/2011/06/alat-distilasi-minyak-atsiri-skala_07.html