Anda di halaman 1dari 11

JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan Vol. 4 No.

1 Tahun 2019 | 1 – 11

JPK : Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


http://journal.umpo.ac.id/index.php/JPK/index
ISSN 2527-7057 (Online)
ISSN 2549-2683 (Print)
Sosialisasi Konsep Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah
Melalui Media di Lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammad Salisul Khakim  1, Medi Trilaksono Dwi Abadi  2

Informasi artikel ABSTRAK


Sejarah Artikel : Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan strategi media di lingkungan
Diterima November 2018 persyarikatan Muhammadiyah dalam mensosialisasikan konsep negara Pancasila
Revisi Desember 2018 dalam sudut pandang Muhammadiyah, yang sejalan dengan nilai-nilai Islam dan
Dipublikasikan Januari tidak bertentangan dengan ideologi Pancasila. Secara spesifik, sosialisasi ini
2019 bermaksud untuk membangun pesrsepsi masyarakat terkait konsep “Negara
Pancasila sebagai Darul Ahdi wa Syahadah”. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif, dengan sumber data primer dan sekunder. Data primer
Keywords : diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara mendalam di media-media
Socialization sosial dan pendidikan, seperti Suara Muhammadiyah, Televisi Muhammadiyah,
Muhammadiyah radio Muhammadiyah, termasuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Pimpinan
State Pancasila Pusat Muhammadiyah. Data sekunder diperoleh dengan mencari studi literatur
Darul Ahdi Wa Syahadah berupa buku, jurnal, dan dokumen-dokumen lain yang terkait dengan hubungan
integrasi organisasi ini dengan negara Indonesia. Lokasi penelitian ini dilakukan di
Daerah Istimewa Yogyakarta, karena merupakan pusat gerakan-gerakan
Muhammadiyah dan merupakan representasi wilayah dari skala nasional. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa sosialisasi tidak dijalankan secara terstruktur,
namun setiap kegiatan yang telah dilakukan oleh media di lingkungan
persyarikatan Muhammadiyah tersebut mengandung unsur pembangunan
kesejahteraan negara di berbagai aspek kehidupan, yang merupakan bagian dari
konsep Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wa Syahadah.
How to Cite : ABSTRACT
Muhammad Salisul Socialization of the Pancasila State Concept as Darul Ahdi Wa Syahadah
Khakim & Medi through Media at the Persyarikatan Muhammadiyah. This study aims to explain
Trilaksono Dwi Abadi. the media strategy in the Muhammadiyah community environment in disseminating
(2019). Sosialisasi Konsep the concept of the Pancasila state in the Muhammadiyah perspective, which is in
Negara Pancasila sebagai line with Islamic values and does not conflict with the Pancasila ideology.
Darul Ahdi Wa Syahadah Specifically, this socialization intends to build public perception regarding the
melalui Media di concept of "Pancasila State as Darul Ahdi wa Syahadah". This study uses a
Lingkungan Persyarikatan qualitative approach, with primary and secondary data sources. Primary data is
Muhammadiyah. Jurnal obtained by conducting observations and in-depth interviews on social media and
Pancasila dan education, such as Suara Muhammadiyah, Television Muhammadiyah,
Kewarganegaraan, 4(1), Muhammadiyah radio, including Muhammadiyah Higher Education and
pp. 1-11. DOI: Muhammadiyah Central Leadership. Secondary data was obtained by looking for
http://dx.doi.org/10.24269/ literature studies in the form of books, journals, and other documents related to the
jpk.v4.n1.2019.pp1-11 relationship of integration of this organization with the Indonesian state. The
location of this research was conducted in the Special Region of Yogyakarta,
because it was the center of the Muhammadiyah movements and was a regional
representation of the national scale. The results of this study indicate that
socialization is not carried out in a structured manner, but every activity carried
out by the media in the Muhammadiyah community environment contains elements
of state welfare development in various aspects of life, which are part of the
Pancasila State concept as Darul Ahdi wa Syahadah

Alamat korespondensi:
Universitas Aisyiyah Yogyakarta

E-mail:
salisul.khakim@gmail.com1; muhammad.salis@unisayogya.ac.id 2
Copyright © 2019 Universitas Muhammadiyah Ponorogo

DOI: http://dx.doi.org/ 10.24269/jpk.v4.n1.2019.pp1-11 Email: jpk@umpo.ac.id


Muhammad Salisul Khakim, dkk | Sosialisasi Konsep Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah
melalui Media di Lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah

PENDAHULUAN aliran transformasi sosial lebih kompleks dan


Muhammadiyah sebagai organisasi karenanya juga lebih sulit dipaparkan.
masyarakat Islam yang modernis perlu Kompleksitasnya terletak pada pilihan agenda
melakukan pendekatan kepada masyarakat yang bercorak populis dan berorientasi kepada
Indonesia yang bersifat multikultural, dengan masyarakat. Kompleksitas juga terletak pada
tujuan untuk membangun perspektif dari nilai- nada politisnya yang tampak mengarah kepada
nilai religius yang terintegrasi dengan ideologi pembentukan masyarakat yang kuat vis a vis
negara. Organisasi ini memiliki peran dan negara, dan tidak sekadar diarahkan kepada
pengaruh besar dalam sejarah perkembangan proses rekonsiliasi politik antara Islam dan
dan pembangunan bangsa Indonesia sejak negara.
sebelum merdeka hingga sampai saat ini, namun Muhammadiyah sebagai organisasi yang
identitas Muhammadiyah perlu ditegaskan agar modernis dan reformis juga perlu memperjelas
tetap konsisten seiring dengan perkembangan integritas jati dirinya sebagai persyarikatan yang
zaman dan banyak pengaruh kepentingan yang tidak berseberangan atau bertentangan dengan
masuk ke dalam persyarikatan tersebut. identitas dasar negara, terlebih lagi dalam
Muhammadiyah dalam menghadapi maksud untuk membuat negara berdasarkan
permasalahan tersebut perlu menegaskan bahwa syariat Islam. Muhammadiyah dinilai berada
persyarikatan yang sudah berdiri lebih dari satu pada posisi kaum intelektual muslim yang
abad tersebut memiliki integritas yang kuat bersifat nasionalis, artinya lebih kepada
dalam membangun bangsa, yang ditunjukkan pembangunan identitas Islamic society dan
pada Muktamar Muhammadiyah pada tahun bukan pembangunan Islamic state.
2015 lalu yang mengusung konsep “Negara Permasalahan di atas tidak hanya
Pancasila sebagai Darul Ahdi wa Syahadah”. merupakan representatif dari masalah yang ada
Integritas Muhammadiyah menunjukkan bahwa dalam persyarikatan Muhammadiyah, namun
jati dirinya menjadi bagian dari ideologi bangsa juga merupakan permasalahan yang bersifat
yang masih diyakini hingga sampai saat ini, nasional, karena masyarakat muslim terutama
bahkan sikap persyarikatan ini terus yang memiliki pemikiran sejalan dengan
melaksanakan perannya sebagai gerakan yang ideologi Muhammadiyah memiliki andil besar
ingin mencapai cita-cita negara Indonesia, dalam proses berbangsa dan bernegara.
dengan mewujudkan Baldatun Thayyibatun wa Penyelesaian permasalahan di atas bukan hanya
Rabbun Ghafur. tanggung jawab bagi pimpinan Muhammadiyah
Latar belakang permasalahan dalam saja, melainkan juga setiap anggota dan elemen
penelitian ini dapat dilihat dari kurangnya yang ada dalam persyarikatan Muhammadiyah,
pemahaman masyarakat yang menyatakan bahkan juga termasuk pemerintah yang perlu
bahwa ideologi Pancasila di negara multikultural membuka ruang publik bagi Muhammadiyah
ini memiliki pemikiran yang sama dengan nilai- sebagai bentuk demokrasi yang turut
nilai Islam, sehingga dalam hal ini berpartisipasi dalam proses pembangunan.
Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat Latar belakang di atas menjadi landasan
Islam penting untuk terlibat dalam membangun terkait dengan pentingnya penelitian ini
kesadaran masyarakat. Organisasi ini telah dilaksanakan, sehingga dapat menjelaskan
membuat kebijakan terkait negara Pancasila identitas Muhammadiyah yang memiliki
yang sejalan dengan paham pergerakan pemikiran yang terintegrasi dalam berpartisipasi
organisasi, namun masih perlu membuat strategi membangun bangsa yang lebih maju dan
dalam melakukan manajemen komunikasi beradab. Muhammadiyah perlu menegaskan
sebagai upaya untuk melakukan sosialisasi yang sikapnya dalam berbangsa melalui sosialisasi
dapat membangun persepsi masyarakat, baik konsep Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wa
yang beragama Islam maupun tidak. Syahadah, sehingga peneliti dalam hal ini
Sosialisasi tersebut perlu dilakukan tertarik untuk mengambil judul penelitian yaitu
sebagai upaya Muhammadiyah dan masyarakat “Sosialisasi Muhammadiyah dalam
Islam untuk mewujudkan rekonsiliasi gerakan Pembentukan Persepsi Negara Pancasila sebagai
pembaruan, sehingga menciptakan kondisi yang Darul Ahdi wa Syahadah”. Penelitian ini
dinamis dalam pemerintahan demokrasi di diharapkan dapat menjelaskan kepada
Indonesia. Effendy (2011: 195) menjelaskan masyarakat bahwa Muhammadiyah sebagai
bahwa dalam perspektif rekonsiliasi gerakan salah satu identitas nasional yang sejalan dengan
pembaruan, pernyataan-pernyataan intelektual ideologi negara Indonesia, sehingga terwujud

2| JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


Muhammad Salisul Khakim, dkk | Sosialisasi Konsep Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah
melalui Media di Lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah

kondisi dinamis bangsa dengan sistem Orde Baru kemudian melahirkan kontestasi
pemerintahan demokrasi dan bentuk negara hegemonik baru atas makna Islam. Dengan tidak
kesatuan. Tujuan dalam penelitian ini meliputi ada lagi asas tunggal Pancasila, Islamisme
dua hal, yaitu untuk mengetahui perspektif kembali mampu menampilkan dirinya di pentas
Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat politik nasional.
Islam dalam memandang Pancasila sebagai Politik Islam masuk kembali dengan
ideologi, serta memahami dan menganalisa posisi yang sejajar dengan politik yang
strategi sosialisasi Muhammadiyah dalam digunakan oleh rezim pemerintahan, kedua hal
membangun persepsi Negara Pancasila sebagai ini menjadi semakin kuat dengan masuknya para
Darul Ahdi wa Syahadah. tokoh-tokoh muslim yang juga memegang
Hasil dan rekomendasi penelitian kekuasaan, namun bukan maksud untuk
sebelumnya yang berkaitan dengan peran menjatuhkan ideologi yang sudah lama dijadikan
penting media di lingkingan persyarikatan dasar negara. Effendy (2011: 182)
Muhammadiyah dalam proses pembangunan mengungkapkan bahwa pandangan intelektual
kesejahteraan negara. Konsep Negara Pancasila muslim aliran pembaruan teleologis,
sebagai Darul Ahdi wa Syahadah yang digagas memandang Islam tidak boleh berdiri dalam
pada Muktamar Muhammadiyah pada 2015 lalu posisi yang berhadap-hadapan dengan negara.
diperlukan untuk memperjelas identitas dan Dalam hal ini, yang khususnya sangat penting
integritas Muhammadiyah dalam berbangsa dan adalah tidak menempatkan Pancasila sebagai hal
bernegara. Masyarakat Muslim yang bertentangan dengan Islam. Melainkan,
(Muhammadiyah) telah memiliki peran besar keduanya harus dipandang sebagai saling
dalam perjuangan dan pembangunan bangsa melengkapi. Pandangan khusus ini tumbuh dari
sampai saat ini, dan hal inilah yang perlu pemahaman religio-politik bahwa tiap sila dalam
dijadikan sebagai dasar bagi Muhammadiyah Pancasila (kepercayaan kepada Tuhan,
untuk membangun persepsi masyaarakat kemanusiaan, nasionalisme, demokrasi dan
Indonesia. keadilan sosial) sejalan dengan ajaran-ajaran
Sejarah dan perkembangan bangsa Islam.
Indonesia telah banyak dibentuk dari berbagai Muhammadiyah menurut Nashir (2007:
kalangan atau golongan masyarakat, baik yang 20-21) dapat dikatakan juga memiliki
memiliki pemikiran nasionalis, islamis, dan pemahaman intelektual muslim yang mengarah
komunis/sosialis. Abdillah (2011: 140) pada pembaruan, yang bersifat reformis dan
berpendapat bahwa dalam sejarah Indonesia modernis, sehingga persyarikatan ini
kontemporer cendikiawan, termasuk mendukung penuh Pancasila sebagai dasar
cendikiawan muslim, memiliki peran yang negara dan pedoman bagi warga negara dalam
cukup penting dalam kehidupan bernbangsa dan kehidupan sehari-hari. Ideologi Muhammadiyah
bernegara. Pada masa persiapan kemerdekaan memerlukan kristalisasi dalam substansinya,
sampai akhir 1950-an hampir semua yakni memahami kandungan isi ideologi
cendikiawan bahkan ikut dalam kegiatan politik. tersebut, setalah itu dilakukan usaha-usaha untuk
Karena keterlibatan mereka dalam dunia politik mensosialisasikan dan menanamkannya dalam
didukung baik oleh faktor internal maupun kesadaran dan alam pikiran seluruh anggota, dan
eksternal dan mereka pun dapat lebih jauh lagi menjadikan sebagai landasan
mengekspresikan idealisme mereka dengan idealisme, pemikiran, dan langkah dalam seluruh
bebas, maka keterlibatan mereka itu dinilai gerak Muhammadiyah secara kelembagaan.
sebagai hal yang sangat positif dan bahkan Nashir (dalam Materi Revitalisasi
merupakan tuntutan sejarah. Ideologi, Tanwir I 2007: 22-23) mengungkapkan
Berkaitan dengan keberlanjutan bahwa revitalisasi ideologi Muhammadiyah
peristiwa tersebut pada era orde baru, Umar diperlukan karena secara faktual terdapat
(2016: 12) menjelaskan bahwa krisis ekonomi masalah-masalah yang bersifat ideologis.
tahun 1997-1998 memaksa Soeharto untuk turun Pertama, yaitu karena melemahnya pemahaman
dari kekuasaannya setelah 32 tahun berkuasa, mengenai Muhammadiyah sebagai gerakan
sekaligus melahirkan krisis hegemoni di Islam dalam berbagai aspek yang mendasar
Indonesia. Dengan jatuhnya Orde Baru, sehingga kehilangan arah dan komitmen dalam
Pancasila dan UUD 1945 tidak lagi menjadi asas ber-Muhammadiyah. Kedua, gejala
tunggal dan sesuatu yang sakral, kendati masih melemahnya spirit, militansi, identitas, dan visi
dipertahankan sebagai dasar negara. Jatuhnya gerakan pada bagian anggota persyarikatan.

JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan |3


Muhammad Salisul Khakim, dkk | Sosialisasi Konsep Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah
melalui Media di Lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah

Ketiga, gejala menurunnya ketaatan dan 66-67) adalah bidang pendidikan, dengan
komitmen pada misi, pemikiran, kebijakan, dan merawat semua yang telah ada dan dibesarkan.
kepentingan Muhammadiyah. Keempat, Hanya saja kiprah di bidang pendidikan tidak
melemahnya solidaritas kolektif yang ditandai cukup hanya menekankan pada sisi akademis
kurangnya ukhuwah, silaturahmi, dan sinergi (academic excellence) tapi juga pada saat yang
antar anggota. Kelima, menguatnya tarikan dan bersamaan sebuah lembaga pendidikan itu harus
kepentingan politik yang masuk ke lingkungan juga mengembangkan aspek karakter dari anak
persyarikatan. Keenam, kecenderungan didiknya (character building). Pendidikan itu
sebagian anggota Muhammadiyah lebih perlu dipandang sebagai sebuah industri yang
mengutamakan kiprahnya untuk membesarkan harus dikelola dengan profesional dan dengan
organisasi, usaha, dan kegiatan lain di luar paradigma baru. Dengan demikian, perlu
Muhammadiyah yang menyebabkan tidak dikembangkan sebuah kurikulum dan
sebandingnya jumlah anggota yang berkiprah methodologi yang pas dan sesuai untuk
untuk persyarikatan serta kurang tergarapnya memastikan dua aspek tersebut tergarap secara
usaha-usaha persyarikatan secara optimal. sekaligus.
Ketuju, semakin mudahnya berbagai paham Nashir (2014: 61-62) berpendapat
pemikiran dari luar yang masuk ke dalam bahwa ideologi Muhammadiyah memiliki
Muhammadiyah yang dapat melemahkan karakter reformis modernis dan Islam yang
karakter khusus Muhammadiyah ketika tidak berkemajuan, yaitu perpaduan antara pemurnian
diiringi dengan peneguhan ideologis yang dan pengembangan yang bersifat tengahan atau
menyangkut paham dan sistem perjuangan moderat dalam meyakini, memahami, dan
Muhammadiyah. melaksanakan ajaran Islam, sehingga senantiasa
Penelitian lain yang berkaitan dengan aktual dan menjadi agama untuk peradaban.
kajian ini di antaranya adalah penelitian yang Ideologi ini memadukan nilai-nilai islam yang
dilakukan oleh Bayuni (2010: 60), yang substantif (esensi, isi) dan wadah (struktur,
memandang bahwa Muhammadiyah pada awal rukun) antara teks dan konteks, antara
sejarahnya membawa misi mempersiapkan pemurnian dan pengembangan; serta
masyarakat Muslim di tanah air menyongsong menyatukan seluruh dimensi ajaran Islam
kehidupan modern/urban. Ia merupakan (aqidah, akhlak, ibadah, dan mu’amalah
kekuatan progresif tapi tidak radikal dalam duniawiyah) ke dalam kesatuan sistem ajaran
tindakan, walaupun pemikiran-pemikirannya yang harus diwujudkan dalam kehidupan
mungkin dianggap revolusioner untuk ukuran pribadi, keluarga, dan masyarakat.
saat itu. Ia menjalankan misi perubahan bukan Berkaitan degan hal tersebut, Nashir
melalui revolusi fisik atau mengandalkan (2014: 65) menegaskan bahwa Muhammadiyah
kekerasan, melainkan melalui gerakan dakwah menerima Pancasila sebagai ideologi negara dan
dan pendidikan. Muhammadiyah sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
organisasi yang berorientasi pada agenda- hasil konsensus nasional (dar al-ahdi) dan lahan
agenda pembaruan, menurut Muhtadi (2010: 52) berdakwah serta bertajdid (dar al-syahadah)
sejatinya selalu meninjau ulang rumusan ajaran sejalan misi utama Muhammadiyah. Hal yang
Islam, baik dalam wilayah mahdlah maupun paling penting ialah agar negara Indonesia terus
ghair mahdlah. Peninjauan ulang ini diusahakan selalu dijiwai, dibingkai,
dimaksudkan untuk menakar relevansi serta dipengaruhi, dan diarahkan oleh nilai-nilai luhur
kesanggupan para pemeluk Islam untuk agama sehingga menjadi Baldatun Thayyibatun
melaksanakan setiap tuntutan ajaran sesuai wa Rabbun Ghafur. Arif dan Aulia (2017: 212)
dengan realitas yang dihadapi. juga berpendapat bahwa Muhammadiyah dan
Perkembangan zaman yang tidak bisa warganya sebagai bagian dari masyarakat dan
dihindari menjadi realitas sekaligus tuntutan bangsa Indonesia memiliki komitmen untuk
bagi setiap individu untuk dapat selalu tetap menjaga agreement pendiri bangsa.
beradaptasi terhadap perubahan, yang perlu Komitmen dari Muhammadiyah harus terlibat
diaktualisasikan tanpa menghilangkan nilai atau dalam proses-proses yang berkaitan dengan
ajaran Islam secara murni dan sikap organisasi membangun dan memajukan bangsa, seperti
Muhammadiyah yang reformis. Salah satu dalam bentuk peran serta melalui kegiatan-
bidang utama yang seharusnya menjadi strategic kegiatan dalam amal usaha Muhammadiyah,
themes dari pembaruan di tubuh Muhammadiyah serta terlibat dalam hal-hal yang bersifat sosial
di masa mendatang, menurut Sudhamek (2010: kemasyarakata

4| JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


Muhammad Salisul Khakim, dkk | Sosialisasi Konsep Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah
melalui Media di Lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah

METODE mendengar dan bertanya, yang dilakukan pada


Penelitian ini dimulai dengan melakukan obyek penelitian. Data kedua/sekunder
identifikasi permasalahan sosial yang sedang bersumber dari sumber tertulis seperti buku dan
terjadi di masyarakat Indonesia yang majalah ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan
multikultural, kemudian dibuat rumusan dokumen resmi terkait dengan sosialisasi yang
masalah untuk membuat konsep solusi jawaban dilakukan Muhammadiyah dalam membangun
atas permasalahan tersebut. Rumusan masalah persepsi Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi
ini mencoba untuk membangun pesrsepsi wa Syahadah.
masyarakat terkait konsep Negara Pancasila Sementara itu, menurut Nawawi
sebagai Darul Ahdi wa Syahadah, yang (2012:167) menjelaskan bahwa teknik
merupakan keanekaragaman identitas nasional pengambilan sampel yang disesuaikan dengan
yang terintegrasi dengan negara. Hal ini tujuan penelitian disebut sebagai teknik
selanjutnya dibandingkan dengan menggunakan purposive sampling, yaitu sampel atau informan
teori-teori yang sudah ada, untuk menemukan yang sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu yang
persamaan dan perbedaan dalam mencari solusi ditetapkan berdasarkan tujuan tersebut. Teknik
atas permasalahan tersebut. Tahap penelitian ini menentukan bahwa informan yang menjadi
selanjutnya menentukan metode penelitian yang obyek dalam penelitian ini meliputi media-
meliputi penentuan lokasi penelitian dan obyek media sosial dan pendidikan, seperti Suara
penelitian, serta menentukan model penelitian, Muhammadiyah, televisi Muhammadiyah, radio
teknik pengumpulan data hingga analisi data. Muhammadiyah, termasuk Perguruan Tinggi
Penelitian ini menggunakan model pendekatan Muhammadiyah dan Pimpinan Pusat
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian Muhammadiyah.
yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak Analisis data, menurut Miles dan
menggunakan prosedur analisis atau cara Huberman sebagaimana yang dikutip dalam
kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif Ulber (2010: 339), mengemukakan bahwa
didasarkan pada upaya membangun pandangan analisis data terdiri dari tiga alur yang terjadi
mereka yang diteliti yang rinci, dibentuk dengan secara bersamaan. Pertama, reduksi data, yaitu
kata-kata, gambaran holistik dan rumit proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
(Moleong, 2012: 6). Pendekatan kualitatif ini penyederhanaan, pengabstraksian, dan
dijelaskan dengan metode deskriptif, yang transformasi data kasar yang muncul dari
diartikan menurut Nawawi (2012: 67) sebagai catatatn-catatan tertulis di tangan. Kedua,
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki penyajian data, yaitu sekumpulan informasi
dengan menggambarkan keadaan subyek/obyek tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan penarikan kesimpulan dan pengambilan
lain-lain) pada saat sekarang berdasarkan fakta- tindakan. Ketiga, menarik kesimpulan, yaitu
fakta yang tampak. verifikasi sesingkat pemikiran kembali yang
Model penelitian ini dilakukan dengan melintas dalam pikiran penganalisis selama dia
melakukan pengamatan dan wawancara menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-
mendalam dengan nara sumber di media-media catatan lapangan, atau mungkin begitu saksama
yang melakukan sosialisasi terkait konsep dengan peninjauan kembali untuk
Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wa mengembangkan kesepakatan intersubjektif.
Syahadah yang ada di Daerah Istimewa Moleong (2012: 330) juga menjelaskan
Yogyakarta. Sementara itu, dokumern terkait bahwa Triangulasi menjadi cara yang terbaik
dengan gerakan-gerakan Muhammadiyah dalam untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan
proses bernegara juga menjadi bagian penting konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks
dalam model penelitian kualitatif ini. suatu studi pada waktu mengumpulkan data
Teknik pegumpulan data dalam penelitian tentang berbagai kejadian dan hubungan dari
ini dilakukan dengan berdasarkan pada sumber berbagai pandangan. Peneliti dapat mengecek
primer dan sekunder, dengan menentukan kembali temuannya dengan jalan
informan penelitian yang representatif sesuai membandingkannya dengan berbagai sumber,
dengan obyek penelitian yang terkait sosialisasi metode, atau teori.
konsep Muhammadiyah di atas. Menurut
Moleong (2012: 157), data utama/primer HASIL DAN PEMBAHASAN
bersumber dari hasil wawancara dan Muhammadiyah memandang Indonesia
pengamatan dengan upaya kegiatan melihat, dengan persepsi Negara Pancasila sebagai Darul

JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan |5


Muhammad Salisul Khakim, dkk | Sosialisasi Konsep Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah
melalui Media di Lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah

Ahdi Wa Syahadah. Konsep negara ini secara antiterorisme, antikekerasan, antipenindasan,


nasional telah dideklarasikan pada saat antiketerbelakangan, dan anti terhadap segala
Muktamar Muhammadiyah tahun 2015 di bentuk pengrusakan di muka bumi.
Makassar, yang setidaknya mencakup dua hal Konteks terkait dengan hal di atas akan
pernyataan deklaratif. Pertama, Muhammadiyah dibahas dalam Pengajian Ramadhan 1437 PP
pada prinsipnya menerima nilai-nilai yang Muhammadiyah, yang akan mengelaborasi lebih
terkandung dalam lima sila sebagai hasil dalam dan lebih luas pemikiran tentang Negara
konsensus atau kesepakatan bersama sebagai Pancasila sebagai Darul Ahdi wa Syahadah
dasar negara. Nilai-nilai sila tersebut dipandang dalam perspektif teologis dan ideologis.
tidak bertentangan dengan ideologi Pemikiran tentang Negara Pancasila
Muhammadiyah yang berdasarkan nilai-nilai dimaksudkan untuk menjadi rujukan dan
yang terkandung dalam ajaran Islam, sehingga orientasi pemikiran serta tindakan bagi seluruh
Muhammadiyah dengan tegas menerima anggota Muhammadiyah dalam kehidupan
Pancasila sebagai ideologi yang dapat berbangsa dan bernegara secara kontekstual
menyatukan seluruh masyarakat bangsa berdasarkan pandangan Islam berkemajuan yang
Indonesia yang multikultural. selama ini menjadi perspektif keislaman
Kedua, menerima Pancasila sebagai Muhammadiyah.
ideologi negara dan Negara Kesatuan Republik Sosialisasi ini juga tidak berhenti pada
Indonesia terbentuk dari hasil konsensus atau saat Muktamar Muhammadiyah tahun 2015
kesepakatan nasional (ahdi) dan negara tersebut, melainkan perlu ditindaklanjuti hingga
kesaksian (syahadah) atau tempat untuk tingkat daerah dengan ukuran dan indikator-
membuktikan bahwa Muhammadiyah terlibat indikator yang jelas. Tujuan dari sosialisasi ini
dalam proses pembangunan negara sejak adalah agar warga Muhammadiyah maupun
sebelum merdeka hingga saat ini. Hal lain yang masyarakat umum menyadari bahwa ajaran-
perlu diketahui dalam memandang negara ajaran dalam agama Islam sejalan dengan nilai-
Pancasila juga adalah tujuan negara yang nilai dalam ideologi Pancasila. Strategi
tercermin dalam sila kelima sejalan dengan sosialisasi Muhammadiyah dalam membangun
tujuan Muhammadiyah dalam bernegara, yaitu persepsi Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi
mewujudkan Baldatun Thayyibatun wa Rabbun wa Syahadah dapat dilakasanakan paling tidak
Ghafur. melalui beberapa media seperti berikut:
Perumusan dan penerimaan ideologi Suara Muhammadiyah
Pancasila sebagai bagian dasar Negara Indonesia Isngadi selaku Direktur Eksekutif Suara
telah berlangsung sejak proses konsensus pada Muhammadiyah (SM) dalam wawancara
sidang Badan Penyelidik Umum Persiapan penelitian ini mengungkapkan bahwa Islam dan
Kemerdekaan Indonesia tahun 1945, bahkan Negara maupun Islam dengan undang-undang
proses persaksian dan partisipasi sudah selesai sejak zaman dahulu. Saat deklarasi
Muhammadiyah juga sudah berlangsung jauh Indonesia merdeka mulai menerima UUD 1945
sejak sebelum Indonesia merdeka pada saat itu sudah selesai bagi Muhammadiyah, yaitu saat
berdirinya organisasi tersebut tahun 1912. Ki Bagus sudah menerima pembukaan UUD
Namun demikian, deklarasi konsep Negara yang sudah seperti yang menggantikan Piagam
Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah Jakarta.
pada tahun 2015 perlu disosialisasikan untuk Sosialisasi tentang Darul Ahdi wa
mempertegas kembali, sebagai bentuk eksistensi Syahadah sudah lama dilakukan oleh Suara
dan keberlangsungan negara Indonesia dengan Muhammadiyah, termasuk sebelum Muktamar
latar belakang yang beranekaragam suku, Makasar 2015 pun sebenarnya media tersebut
budaya, dan agama. sudah merencanakan, namun tanpa
Muhammadiyah (dalam mensosialisasikannya secara eksplisit dengan
muhammadiyah.or.id) sebagai komponen nama Darul Ahdi wa Syahadah. Hal tersebut
strategis umat dan bangsa berkomitmen untuk dapat dilihat dari informasi-informasi yang
membangun Negara Pancasila dengan cara dipublikasikan terkait dengan proses
menggali, mengintegrasikan, permasalahan antara fanatisme Islam dan
mentransformasikan nilai-nilai keislaman dan Kenegaraan yang perlu diselesaikan.
nilai-nilai luhur keindonesiaan dalam kerangka Direktur Eksekutif Suara Muhammdiyah
Islam yang berkemajuan. Islam yang kemajuan ini menjelaskan bahwa medianya mewartakan
yang menggelorakan misi antiperang, kegembiraan Muhamamdiyah, untuk motivasi

6| JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


Muhammad Salisul Khakim, dkk | Sosialisasi Konsep Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah
melalui Media di Lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah

warga Muhammadiyah. Suara Muhammadiyah sebenarnya berkaitan dengan konsep Darul Ahdi
memiliki dua strategi sosialisasi umum yang wa Syahadah.
dapat dikaitkan dengan kepentingan sosialisasi Dalam wawancara penelitian ini, Mukti
materi Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wa berpendapat bahwa: "Umumnya berita-berita
Syahadah, yaitu Suara Muhammadiyah yang ter-update ada yang membahas politik juga, tapi
cetak sejak 1915 dan yang online sejak sekitar kita tetap tidak mendahului apa yang menjadi
2015. Suara Muhammdiyah online berisi relatif keputusan persyarikatan Muhammadiyah.
bebas, dan lebih banyak berita yang diterbitkan Kajian seperti tarjih dan kajian lain 70% kita
dimedia cetak. mengundang setiap minggu itu ada majelis tarjih
Dalam wawancara penelitian ini, Isngadi kita undang Majelis tabligh. Setiap minggu ada
berpendapat: “Sasaranya kalau yang cetak itu gilirannya masing-masing, ekonomi juga, terus
kan isi pembacanya para orang-orang yang lebih sering itu Majelis Pendidikan Dasar
Muhamamdiyah tradisional, ya orang-orang dan Menengah, Muhammadiyah Disaster
yang sudah 50 ke atas. Biasanya mereka Management Center (MDMC), Lembaga
membacanya dengan cermat dan hati-hati. Penanggulangan Bencana (LPB)
Kemudian kalau pembaca SM yang online itu Muhammadiyah yang sering sosialisasi edukasi
lebih beragam, dari orang yang tidak kenal disampaikan di RadioMu."
Muhamamdiyah, orang yang baru belajar Radio Muhammadiyah selalu melakukan
Muhammadiyah, maupun orang peliputan setiap program kerja Muhammadiyah,
Muhammadiyah itu sendiri, tinggal kita seperti Mukatamar dan program kerja rutin
sasarannya kemanalah. Sampai sekarang ini ada lainnya. Setiap majelis juga memiliki rencana
sekitar yang kita rutin kirim itu sekitar 23.500. kerja nasional, dan menyelenggarakan seminar
Setiap agen itu sudah punya daftar nama sendiri, yang disiarkan secara on air. Liputan khusus
kasarannya yang sudah pasti sampai ke pembaca lainnya seperti momentum Muktamar di
itu 23.500 exemplar/setengah bulan, terbit setiap Makassar tahun 2015 yang mensosialisasikan
tanggal 1 dan 15 itu yang sudah rutin. Tapi kalau konsep Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa
kita cetak rutinnya itu sekitar 26.300, tetapi Syahadah.
kalau ada momentum seperti wisuda bisa lebih. Pihak Radio Muhammadiyah menyatakan
Misalnya UMY wisuda 2000 orang ya berarti bahwa program khusus tentang Darul Ahdi
kita cetak tambah 2000 eksemplar kita kirim di Wasyahadah memang belum ada, tetapi lembaga
wisudanya UMY." tersebut mempunyai program Bincang-Bincang
Direktur eksekutif SM ini berpendapat Sore. Program tersebut meghadirkan berbagai
bahwa Visi Suara Muhammadiyah berupa nara sumber yang berkompeten dalam berbagai
peneguhan dan pencerahan serta penggembira. aspek kehidupan. Secara tidak langsung, hal
Maksud dari peneguhan adalah teguh dalam tersebut dapat dikatakan sebagai bentuk dari
keislaman dan kemuhammadiyahan, sedangkan Darul Ahdi Wasyahadah, karena sudah
pencerahan adalah keteguhan yang tercerahkan. merupakan wujud operasional dari ideologi
Peneguhan sifatnya hanya pada diri sendiri, Pancasila, yaitu terutama dalam upaya untuk
sedangkan jika hanya pencerahan sifatnya mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi
terjebak pada pemikiran bebas. Termasuk dalam seluruh masyarakat Indonesia.
Darul Ahdi wa Syahadah yang juga memakai Berikut pernyataan dari Direktur Ekskutif
peneguhan dan pencerahan. RadioMu tersebut: "Kita jelas kalau untuk
Radio Muhammadiyah narasumber ke pimpinan pusat ya langsung bisa
Mukti sebagai Direktur Eksekutif Radio ke narasumber langsung. Kalau kajian tentang
Muhammadiyah (RadioMu) mengungkapkan Darul Ahdi Wasyahadah secara rutin itu
bahwa embrio radio tersebut sudah ada sejak memang belum ada, mungkin ini menarik jadi
2008 berada di bawah Majelis Pustaka dan materi yang harus di angkat kembali untuk
Informasi (MPI) Pimpinan Pusat mengingatkan khususnya anak muda, bahwa
Muhammadiyah, kemudian terus berkembang Darul Ahdi Wasyahadah harus dipahami dan
pada tahun 2012 menjadi resmi masuk di radio disadarkan betul tidak hanya dipahami tetapi
streaming. Radio ini menyiarkan peran dan harus di internalisasi dalam diri anak muda
kontribusi Muhammadiyah dalam berproses semua. Selain itu, di operasionalkan Pancasila
pembangungan negara di berbagai aspek tersebut dalam keidupan sehari-hari di berbagai
kehidupan, walaupun tidak selalu eksplisit bidang, ya ekonomi, di bidang masyarakat yang
menjelaskan bahwa yang disiarkan tersebut di masyarakat, sosial masyarakat."

JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan |7


Muhammad Salisul Khakim, dkk | Sosialisasi Konsep Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah
melalui Media di Lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah

Televisi Muhammadiyah Majlis Diktilitbang


Televisi Muhammadiyah (dalam laman Sosialisai terkait Negara Pancasila
tvmu.tv) memiliki misi untuk melakukan kontrol sebagai Darul Ahdi wa Syahadah dinilai penting
sosial yang kritis, santun, bertanggungjawab dan bagi Arsyad selaku pimpinan dalam Majelis
berwawasan luas melalui televisi berkarakter Pendidikan Tinggi, Penelitian dan
pendidikan dan dakwah yang berbasis Islam Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat
yang berkemajuan. Televisi ini menjadi media Muhammadiyah. Dalam wawancara penelitian
komunikasi antar warga anak bangsa dalam ini Arsyad mengungkapkan bahwa: "Sosialisasi
merajut kebhinekaan dan menjaga nilai-nilai ini saya kira penting. Tapi Kami bekerja tidak
keindonesiaan. Media ini juga menjadi medium berdasarkan itu, karena kita menyusun sejak
yang edukatif, ilmiah, rasional dan relegius serta awal itu dasarnya Muktamar, apa yang harus
membentuk kepribadian bangsa, melalui dilakukan Majelis. Fokus kami lebih pada
program pendidikan dengan kemasan yang akademik. Kalau yang ideologis itu ada pada
menarik dan mudah dicerna. MPK (Majelis Pendidikan Kader), yang lebih
Berdasarkan pada misi tersebut, Televisi banyak menyampaikan hal-hal yang seperti itu.
Muhammadiyah (TVMu) jelas sejalan dengan Saya kira Majelis Pendidikan Karakter (MPK)
agenda sosialisasi niali-nilai kenegaraan dan itu berkewajiban untuk mensosialisasikan, kader
keagamaan, yang berkaitan dengan konsep kan MPK masih pendidikan kader. Justru
Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi wa mereka yang harusnya. Ketika kaderisasi
Syahadah. Televisi yang sudah berdiri sejak pelatihan-pelatihan itu, mereka menyampaikan
2013 ini juga memiliki program-progam yang itu."
berupaya mengusung konsep kenegaraan dan Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan
keagamaan yang sejalan. Pengembangan mengungkapkan belum pernah
Program-program dalam televisi ini di secara khusus menerima pelimpahan
antaranya adalah Program Islam berkemajuan, kewenangan untuk menyampaikan konsep Darul
yang mensosialisasikan nilai-nilai Islam yang Ahdi wa Syahadah hasil dari Muktamar. Pihak
modernis dan sesuai dengan tuntutan dan Diktilitbang menyampaikan bahwa yang biasa
perkembangan zaman. Acara yang pernah dilakukan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah,
ditayangkan dalam program ini di antaranya yaitu Haedar (Ketua Umum PP Muhammadiyah)
adalah talk show yang berjudul Peran yang berceramah untuk menjelaskan ke PTMA
Muhammadiyah dalam Pendidikan di Tanah Air, tentang Darul Ahdi Wasyahadah itu. Pihaknya
Hukum Pidana dalam Islam, Membangun juga menyatakan tidak ada rencana strategi
Persatuan Umat, Kerukunan antar Umat secara khusus untuk mensosialisasikan konsep
Beragama, dan lain sebagainya. Negara Pancasila tersebut.
Program lain yang ada dalam Televisi Pimpinan Majelis Diktilitbang ini
Muhammadiyah yang ikut serta dalam berpendapat bahwa: "Strategi sosialisasi belum
mensosialiosasokan konsep Negara Pancasila ada, dan belum terfikirkan, karena memang hasil
sebagai Darul Ahdi wa Syahadah adalah Muktamar itu hanya keputusan, tidak ada
Program Indonesia Berkemajuan. Acara yang permintaan khusus untuk mensosialisasikan itu.
pernah ditayangkan dalam program ini adalah Ketika Pak Haedar itu ceramah mungkin
talk show yang berjudul Faktor Watak yang asumsinya wis do ngerti, padahal tidak. Bahwa
Menunjang Kemajuan Bangsa, dan Faktor bentuk Negara kita sekarang ini bentuk yang
Agama Untuk Kemajuan Bangsa. terakhir, yang kita terima itu tidak ada yang tahu,
Program Pengajian Bulanan juga menjadi ya kalau pengurusnya kita tahu."
agenda kegiatan dalam Televisi Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan
Muhammadiyah, dan juga sejalan dengan Pengembangan berpendapat bahwa materi
agenda sosialisasi konsep Negara Pancasila, seperti Al-Islam Kemuhammadiyahan (AIK)
walaupun memang tidak memiliki strategi dan merupakan suatu bentuk rekomendasi, dan Darul
rencana yang khusus untuk mensosialisasikan Ahdi wa Syahadah ini mungkin dapat
konsep tersebut. Pada program ini pernah dimasukkan dalam kurikulum AIK tersebut.
menayangkan kajian yang berjudul Islam, TNI Pada sisi lain, Majelis ini juga menyatakan
dan Kedaulatan Bangsa pada 6 Oktober 2017 sedang dalam proses menerbitkan buku, namun
yang disampaikan oleh Panglima TNI Jenderal tidak secara spesifik untuk mensosialisasi Darul
Gatot Nurmantyo. Ahdi wa Syahadah. Bahkan Majelis ini akan
membuat buku AIK yang khusus untuk orang

8| JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


Muhammad Salisul Khakim, dkk | Sosialisasi Konsep Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah
melalui Media di Lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah

Indonesia Timur yang non Islam, karena di bawah Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian,
sasarannya adalah untuk semua, yaitu agar orang dan Pengembangan Pimpinan Pusat
non Muslim juga mengetahui arah pergerakan Muhammadiyah.
Muhammadiyah. Rifandi selaku kepala Biro
Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Kemahasiswaan dan Alumni UNISA dalam
Pengembangan Pimpinan Pusat Muhammadiyah wawancara di penelitian ini mengungkapkan
menilai materi ini penting untuk disosialisasikan bahwa dalam konteks keislaman dan
di Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah, keindonesiaan, radikalisasi menjadi ancaman
dan berharap materi ini juga dapat ditindak karena konsensus negara Indonesia sendiri
lanjuti oleh pimpinan perguruan tinggi terkait berdasarkan pada Pancasila dan tidak
untuk memasukkannya dalam kurikulum berdasarkan pada basis salah satu agama. Dalam
pembelajaran. Pada waktu acara Baitul Arqam, proses pembelajaran penting bagi mahasiswa
pihak Diktilitbang menilai bahwa materi ini untuk memahami nilai kemuhammadiyahan.
harus disampaikan, karena banyak di lingkungan Dalam hal ini, persoalan yang ditanamkan
perguruan tinggi yang sudah mengarah ke adalah lebih pada konteks pemahaman dan
paham radikal. Secara ilmiah, konsep tentang pemikiran Islam, fiqih, aqidah, dan akhlak.
negara versi Yunani, Republik, bahkan konsep Perguruan tinggi ini memberikan pemahaman
negara menurut Islam tersebut bisa dipelajari kebangsaaan pada saat Masa Taaruf (MATAF),
sebagai uswatun khasanah pengetahuannya, termasuk pemahaman pencegahan perilaku
namun jangan sampai memaksakan untuk menyimpang pada umumnya, dengan
menjadi Negara Islam. Pimpinan Majelis pematerinya yang langsung disampaikan oleh
Diktilitbang ini berpendapat bahwa: “Saya kira Kepala Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta
dengan ide ini mungkin perlu, tapi paling kami pada tahun 2017 dan 2018 ini.
minta ke rektor. Kalau dari Majelis enggak ada Pemahaman penting bagi mahasiswa
orangnya, paling menginstruksikan ke rector terkait nilai kenegaraan dan keagamaan agar
untuk mengenalkan konsep Darul Ahdi dapat memaknainya dalam proses kehidupan
Wasyahadah kepada mahasiswa terutama ketika bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
masuk mahasiswa baru. Nah, mahasiswa baru itu Perguruan tinggi menjadi media pembelajaran
penting." yang penting, yang tidak hanya mengajarkan
Perguruan Tinggi Muhammadiyah pengaruh Islam dalam membangun negara,
Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan melainkan juga proses penerimaan masyarakat
Aisyiyah (PTMA) sebagai basis terbesar dalam Muslim terhadap Pancasila. Organisasi-
organisasi masyarakat Islam memegang peranan organisasi internal seperti HIMA Prodi, IMM
penting dalam menjaga dinamika ketahanan dan BEM menjadi media untuk mensosialisasika
nasional dari radikalisme. Perguruan tinggi ini nilai-nilai keislaman dan kenegaraan. Sementara
berdasarkan pada nilai-nilai keislaman dan itu, dari pihak LPPI UNISA juga ikut
kemuhammadiyahan, sehingga arah orientasi menanamkan nilai keagamaan yang ideal,
lulusan mahasiswanya mengarah pada basis pemateri juga dari alumni Lemhamnas maupun
paham berdasarkan nilai-nilai tersebut. Namun dari tokoh-tokoh yang memiliki
demikian, Muhammadiyah sebagai pihak keahlian/kepakaran dalam bidang tersebut.
pengelola dari satuan pendidikan tersebut Proses pembelajaran di UNISA juga
memiliki visi dan misi yang sejalan dengan meliputi materi Darul Ahdi wa Syahadah, yaitu
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam terdapat dalam materi perkuliahan Pendidikan
mewujudkan negara yang baik, adil dan Pancasila dan Kewarganegaraan yang diberikan
sejahtera. pada mahasiswa saat awal perkuliahan. Materi
Perguruan tinggi yang merepresentatifkan tersebut disampaikan pada pertemuan kedua
dalam hal ini adalah perguruan tinggi yang dengan topik Sejarah Pancasila dan Darul Ahdi
berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang wa Syahadah. Topik ini berisi tentang proses
meliputi tiga universitas yang akan dijelaskan pembentukan negara Indonesia, perumusan
lebih lengkap di bawah. Pada prinsip Pancasila sebagai dasar negara, hingga
argumentasi yang disampaikan pada saat keterlibatan Muhammadiyah pada saat
wawancara dari tiga universitas tersebut dapat perjuangan sebelum kemerdekaan, perumusan
dikatakan telah mewakili dalam Perguruan Pancasila, kontribusinya dalam membangun
Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah seluruh bangsa hingga saat sekarang.
Indonesia, karena secara struktural masih berada

JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan |9


Muhammad Salisul Khakim, dkk | Sosialisasi Konsep Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah
melalui Media di Lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah

Setyono selaku Kepala Bidang dengan Islam yang berkemajuan, termasuk


Kemahasiswaan Universitas Ahmad Dahlan kajian-kajian di dalamnya.
(UAD) berpendapat bahwa di perguruan Lembaga kemahasiswaan maupun
tingginya tidak ada Lembaga Dakwah Kampus lembaga keagamaan dalam perguruan tinggi ini
kecuali di bawah IMM. memiliki peran penting dalam menanamkan
Kepala bidang kemahasiswaan UAD nilai-nilai dan konsep Negara Pancasila sebagai
berpendapat dalam wawancara penelitian ini Darul Ahdi wa Syahadah. Hal ini karena secara
bahwa "Kita mengajak para mahasiswa untuk praktis dapat langsung diterima dan
berdiskusi bersama dan melihat fakta yang ada dimanfaatkan secara langsung oleh mahasiswa,
dengan berbagai pemikiran, dengan adanya sehingga mahasiswa dapat memahaminya
ruang ini mahasiswa akan dapat memahami hal dengan mudah.
yang terjadi. Ruang diskusi yang diadakan itu Perguruan tingi ini juga pernah menjadi
sering dengan tema umum, termasuk kajian media penyelenggaraan pengajian yang
keagamaan rutin yang berperan aktif, baik untuk mengangkat tema “Negara Pancasila sebagai
kepentingan perguruan tinggi sendiri maupun Darul Ahdi Wa Syahadah: Perspektif Teologis
untuk masyarakat umum." dan Ideologis” pada tanggal 9 hingga 11 Juni
Prinsip sosialisasi terkait konsep Darul 2016. Berdasarkan pada laman
Ahdi wa Syahadah di UAD juga sama dengan di muhammadiyah.or.id, kajian tersebut bertujuan
UNISA, di perguruan tinggi ini juga memiliki untuk memperoleh pemahaman dan acuan yang
kebijakan kemahasiswaan yang diberikan komprehensif tentang transformasi nilai-nilai
kepada mahasiswa. Mahasiswa baru yang masuk Pancasila, sehingga menjadi rujukan dalam
UAD mengikuti kegiatan Program Pendidikan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasar
Karakter (P2K) dan Masa Taaruf (MASTA) pandangan Islam yang berkemajuan. Tujuan
sebagai pembekalan tentang keorganisasian di lainnya adalah untuk mengembangkan wawasan
kampus maupun persiapan di dunia kerja. Hal ini warga Muhammadiyah sebagai komponen
tentu menjadi momen untuk menanamkan nilai- strategis bangsa dalam menghadapi tantangan
nilai keislaman dan kenegaraan kepada para yang kompleks di tengah dinamika umat, bangsa
mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa. dan perkembangan global. Materi yang
Kepala Divisi Pengembangan Minat dan disampaikan pada kajian tersebut adalah nilai-
Bakat Mahasiswa Universitas Muhammadiyah nilai Pancasila dalam pandangan Islam, negara
Yogyakarta (UMY) yang dipimpin oleh Johari, Pancasila sebagai perwujudan Darus Salam,
mengungkapkan bahwa di negara ini kebebasan transformasi nilai Ketuhanan dalam kehidupan
untuk mengungkapkan identitas agama itu bebas bernegara, transformasi nilai kemanusiaan dan
pasca reformasi, sehingga tumbuh subur di persatuan dalam kehidupan bernegara, serta
Indonesia. Pihak kemahasiswaan di UMY transformasi nilai kerakyatan dan keadilan sosial
melakukan pembinaan tersetruktur kepada dalam bernegara.
mahasiswa, yaitu melalui Divisi Pengembangan
minat dan Bakat Mahasiswa di bawah Wakil SIMPULAN
Rektor 4 Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Muhammadiyah sebagai organisasi
Al-Islam Kemuhammadiyahan. masyarakat Islam memandang bahwa ideologi
Mahasiswa UMY mengikuti perkuliahan Pancasila sejalan dengan nilai-nilai dalam agama
ketika masuk dengan Orientasi Dasar Studi Islam, serta sejalan dengan paham
Islam (OSDI), dalam pertemuan tersebut Muhammadiyah. Muhammadiyah menerima
terdapat sosialisasi terkait pengenalan Islam Pancasila sebagai ideologi negara dan Negara
yang damai menurut Muhammadiyah yang juga Kesatuan Republik Indonesia sebagai hasil
berkemajuan. Selain itu dalam satu semester konsensus nasional dan negara persaksian untuk
kemudian juga terdapat Kajian Intensif Agama terlibat dalam proses pembangunan negara yang
Islam yang melibatkan seluruh mahasiswa sejahtera, adil dan beradab.
selama dua hari. Muhammadiyah menilai penting untuk
Program-program yang ada di UMY sama mensosialisasikan konsep Negara Pancasila
dengan dengan program di perguruan tinggi sebagai Darul Ahdi wa Syahadah tersebut, baik
lainnya, yaitu pada Lembaga Pengkajian dan secara tertulis, lisan, visual, maupun dalam
Pengamalan Islam (LPPI) di bawah Wakil bentuk ideologis dan praktis secara langsung.
Rektor 4 Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Sosialisasi dalam skala nasional pernah
Al Islam Kemuhammadiyahan yang selaras disampaikan pada saat Muktamar

10| JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan


Muhammad Salisul Khakim, dkk | Sosialisasi Konsep Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah
melalui Media di Lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah

Muhammadiyah pada tahun 2015. Sosialisasi Moleong, L.J. 2012. Metodologi Penelitian
tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Kualitatif. Bandung: Remaja
organisasi-organisasi otonom yang berada di Rosdakarya.
bawah Muhammadiyah, seperti Suara
Muhammadiyah, Televisi Muhammadiyah, Muhtadi, Asep. (2010). Menakar Gerakan
Radio Muhammadiyah, serta Majelis Pembaruan Muhammadiyah. MAARIF,
Pendidikan Tinggi, Penelitian dan 5(1), 43-53.
Pengembangan.
Strategi sosialisasi konsep negara ini Nashir, Haedar. 2007. Kristalisasi Ideologi dan
tidak secara eksplisit dilakukan oleh Komitmen Muhammadiyah.
Muhammadiyah, seperti perumusan program Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
kegiatan yang sistematis dan masif, melainkan
sosialisasi tersebut berjalan dengan sendirinya Nashir, Haedar. 2014. Ideologi Muhammadiyah.
tanpa ada arahan dari Pimpinan Pusat Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.
Muhammadiyah kepada organisasi-organisasi
otonom yang berada di bawahnya. Namun Nawawi, Hadari. 2012. Metode Penelitian
demikian, pada prinsipnya setiap kegiatan yang bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press.
telah dilakukan oleh Muhammadiyah
mengandung unsur pembangunan dalam rangka Sudhamek. (2010). Tantangan dan Rejuvenasi
mewujudkan tujuan kesejahteraan bangsa dan Peran Strategis Muhammadiyah.
negara dalam berbagai aspek kehidupan, MAARIF, 5(1), 61-70.
sehingga itu dapat merupakan konsep Negara
Pancasila sebagai Darul Ahdi wa Syahadah Ulber, Silalahi. 2010. Metode Penelitian Sosial.
Bandung: Refika Aditaman.
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, Masykuri. 2011. Islam dan Dinamika Umar, Ahmad R. M. (2016). Dari ‘Negara Islam’
Sosial Politik di Indonesia. Jakarta: ke Politik Demokratis: Wacana dan
Gramedia Pustaka Utama. Artikulasi Gerakan Islam di Mesir dan
Indonesia. Jurnal Masyarakat &
Adam dan Mona. 2016. Pengajian Ramadhan Budaya. 18(1), 1-18.
PP Muhammadiyah: Kolaborasikan
Pemikiran Pancasila sebagai Darul __________. 2018. Islam yang Berkemajuan.
‘Ahdi Wa Syahadah. Diunduh dalam Diunduh dalam
http://www.muhammadiyah.or.id/id/ne http://tvmu.tv/genre/islam-yang-
ws/print/6236/ pengajian-ramadhan-pp- berkemajuan/
muhammadiyah--kolaborasikan-
pemikiran-

Arif, Didik B. dan Aulia, Syifa S. (2017). Studi


tentang negara Pancasila sebagai Darul
Ahdi Wa Syahadah untuk penguatan
materi pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan di Universitas
Ahmad Dahlan. Jurnal Civics. 14(2),
206-217.

Bayuni, Endi. (2010). Muhammadiyah, antara


Gerakan Progresif atau Konservatif.
MAARIF, 5(1), 54-60.

Effendy, Bahtiar. 2011. Islam dan Negara:


Transformasi Gagasan dan Praktik
Politik Islam di Indonesia. Jakarta:
Democracy Project.

JPK: Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan |11

Anda mungkin juga menyukai