BAB 1
PENDAHULUAN
Di Indonesia, walaupun sarana untuk pejalan kaki sangat terbatas, tipe jembatan
pejalan kaki juga dijumpai. Jembatan pejalan kaki tersebut banyak dijumpai
terutama di daerah pedesaan yang lokasinya terpencil. Namun sayang, beberapa
media melansir bahwa kondisi beberapa jembatan pejalan kaki tersebut sudah
tidak layak fungsi.
1
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2
Selain Jembatan Sungai Lematang di Lahat, seperti dilansir dari Sindonews pada
8 April 2015, Jembatan gantung yang membentang di atas Sungai Cimuntur, Blok
Karangpaningan, Dusun Lintungpaku, Desa Karang Pawitan, Kecamatan Kawali,
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, seperti tergambar pada Gambar 1.2, kondisinya
rusak berat dan memprihatinkan. Jembatan dari anyaman bambu tersebut
terancam putus karena tanggul penyangga fondasi di ujung jembatan gantung
mengalami longsor. Jembatan Sungai Cimuntur dengan bentang 25 m dan lebar 1
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3
Peristiwa rusaknya jembatan pejalan kaki juga terjadi di Desa Rantau Serik,
Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut, Kabupaten Musi Rawas (Gambar 1.3).
Dilansir dari Sindonews pada tanggal 15 Oktober 2013, hancurnya beton
penyangga tali baja seling dipangkal jembatan gantung tersebut, mengakibatkan
ambrolnya jembatan sehingga menyebabkan satu korban jiwa dan 20 orang
terpental ke Sungai Muara Beliti. Padahal, jembatan gantung tersebut baru saja
direhab Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga (PUBM) dua bulan sebelum kejadian
tersebut. Diduga, rusaknya beton penyangga karena overload penyeberang
jembatan yang mobilitasnya sangat tinggi.
Dari kasus-kasus kerusakan jembatan pejalan kaki tersebut, dapat dilihat bahwa
pada kenyataannya jumlah kerusakan jembatan yang ada di Indonesia sangat
banyak dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda. Meskipun kondisi jembatan
sudah sangat mengkhawatirkan untuk dilalui, masyarakat tetap saja menggunakan
jembatan tersebut untuk mencapai tempat tujuan mereka. Hal itu menandakan
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4
Gambar 1.3 Jembatan gantung di Desa Rantau Serik yang ambrol (Sindonews,
2013)
bahwa keberadaan jembatan pejalan kaki sangat dibutuhkan bagi masyarakat
untuk menghubungkan tempat-tempat yang sulit dijangkau.
Bambu adalah material yang makin diminati akibat kelangkaan kayu dan harga
besi yang semakin tinggi. Meskipun material bambu seringkali diasosiasikan
dengan material murah, namun saat ini bambu telah dan akan menjadi material
bangunan masa depan. Bambu memiliki nilai ekologis yang baik dan merupakan
material konstruksi yang berkelanjutan. Jika dibandingkan dengan kayu,
menanam bambu hanya membutuhkan waktu 3-6 tahun untuk dapat digunakan
sebagai material konstruksi. Bambu juga memiliki properti mekanikal yang baik.
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5
Sebagai material ringan yang memiliki kekuatan yang tinggi, bambu berpotensi
dijadikan material struktur untuk bentang yang lebar. Selain itu, karakter bambu
yang fleksibel (mudah dibentuk), berpotensi untuk dibentuk dengan bentuk
lengkung dimana bentuk tersebut cukup sulit dicapai dengan material konstruksi
lainnya untuk dapat dimanfaatkan.
Salah satu jembatan bambu yang pertama didirikan adalah Jembatan Anlan
(Gambar 1.4), yang disebut juga dengan "Jembatan Suami Istri". Jembatan ini
terletak di bendungan air pada Dujiangyan Dam, melintasi sungai dengan panjang
500 m. Saat ini jembatan ini sudah dipindah ke tempat yang lebih rendah sejarak
lebih dari 100 m dari lokasi awalnya, dengan struktur bambu yang digunakan pada
awalnya diganti dengan baja dan struktur kayu pada dermaga diganti dengan tiang
beton. Menurut catatan, jembatan ini dibangun lebih awal dari pada Dujiangyan
Dam itu sendiri.
Selain itu, The Bamboo Bridge and Koh Paen, berlokasi beberapa blok di selatan
Mekong, adalah satu dari jembatan bambu tertua di dunia. Jembatan ini terbuat
dari bambu yang menghubungkan pulau Koh Paen dengan Mekong (Gambar 1.5).
Di Indonesia sendiri jembatan bambu sudah pernah dibangun pada tahun 1910.
Jembatan bambu ini dibangun melintasi Sungai Serayu (Gambar 1.6).
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6
Jembatan bambu modern telah dibangun oleh beberapa arsitek bambu terkemuka
di dunia. Jembatan bambu modern tersebut diantaranya adalah Jembatan Guadua
di Colombia (Gambar 1.7) yang didesain oleh Jorg Stamm atau Jembatan bambu
di Crosswaters Ecolodge di Huizhou, China (Gambar 1.8) yang didesain oleh
Simon Velez. Di Indonesia, jembatan bambu modern sudah dibangun, yaitu
Jembatan Kulkul yang terletak di Green School, Bali (Gambar 1.9).
Jembatan bambu pernah didesain oleh Morisco (1999) yang dibuat untuk
keperluan pameran di Universitas Mataram (Gambar 1.10). Jembatan bambu ini
memiliki lebar 2,5 m dan bentang 12 m terbuat dari Bambu Galah dengan
diameter 7-8 cm dan mampu dibebani dengan tiga buah mobil.
Dari berbagai jembatan bambu modern yang telah dibangun, dan dari jembatan
bambu yang selama ini sudah dirancang, belum ada yang dirancang menggunakan
standar perencanaan bambu yaitu ISO 22156:2004.
yang dipilih dalam perencanaan jembatan bambu ini adalah tipe balanced arc
bridge dengan penggabungan dua buah desain jembatan yang didesain oleh Jorg
Stamm yaitu Jembatan Kul Kul di Bali dan Jembatan Guaua di Cucuta. Tipe ini
dipilih dengan alasan bahwa jembatan balanced arc bridge tersebut memiliki
estetika yang tinggi.
1.3 Tujuan
Tujuan tugas akhir ini adalah untuk merencakan jembatan bambu balanced arc
bridge perpaduan desain Jembatan Guadua di Cucuta dengan Jembatan Kul Kul di
Bali oleh Jorg Stamm dengan bentang 20 m dengan menggunakan standard ISO
22156 : 2004.
1.4 Batasan
Batasan-batasan perancangan yang digunakan dalam tugas akhir ini antara lain:
1. Beban yang ditinjau sebagai dasar analisis berupa beban mati (DL), beban
hidup (LL), beban angin (W), serta beban kendaraan.
2. Analisis yang digunakan untuk jembatan berupa analisis tiga dimensi (3D).
Dalam perancangan ini, analisis menggunakan permodelan yang dibantu
dengan perangkat lunak SAP2000 V.11.
3. Jembatan pejalan kaki yang digunakan dalam perancangan ini adalah
jembatan bambu Jorg Stamm dengan lebar jembatan sebesar 2 m, tinggi
jembatan sebesar 2,5 m pada tengah bentang, dan panjang bentang sepanjang
20 m.
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10
1.5 Manfaat
Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia konstruksi dan
bagi masyarakat. Bagi dunia konstruksi, tugas akhir ini dapat menjadi referensi
bambu sebagai material utama konstruksi jembatan. Karena selain bambu mudah
didapatkan di lingkungan sekitar lokasi konstruksi jembatan, harganya yang relatif
murah dan kekuatan bambu yang kuat dapat memberikan keuntungan yang
signifikan bagi penyedia jasa konstruksi jembatan.
Bagi masyarakat, tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi referensi bahwa
jembatan bambu bukan jembatan dengan material konstruksi ekonomi kelas ke
bawah. Apabila jembatan bambu didesain dengan arsitektur yang baik, maka
jembatan bambu dapat menjadi jembatan “kelas mahal” yang memiliki nilai
estetika tinggi.
Perancangan jembatan bambu pejalan kaki pada tugas akhir ini menggunakan
struktur tipe balanced arc bridge dari perpaduan rancangan arsitek Jorg Stamm
pada Jembatan Guadua di Cucuta dan Jembatan Kul Kul di Bali dengan tegangan
ijin yang digunakan menggunakan peraturan ISO 22156:2004 dan perhitungan
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12
detail penampang menggunakan SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Kayu untuk
Bangunan Gedung 2002 dengan nilai koefisien menurut Spesifikasi Desain Untuk
Konstruksi Kayu SNI 7973:2013. Jembatan bambu ini dirancang dengan Bambu
Petung. Perancangan ini belum pernah dilakukan sebelumnya berdasarkan
referensi sehingga bersifat asli.