Anda di halaman 1dari 12

Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004

INDAH PERMATA SARI


Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Jembatan merupakan bagian yang sangat diperlukan dalam sistem jaringan
transportasi darat sehingga akan menunjang pembangunan nasional. Tujuan
pembangunan jembatan adalah sebagai akses bagi orang atau kendaraan supaya
bisa melewati rintangan (sungai atau lembah). Selain itu, jembatan juga menjadi
alternatif untuk menyambung ruas jalan sehingga dapat memperpendek arah.

Berdasarkan bentangnya, jembatan dikategorikan sebagai jembatan bentang


pendek apabila memiliki panjang kurang dari 40 m, jembatan bentang menengah
apabila memiliki panjang antara 40 m sampai 125 m dan jembatan bentang
panjang apabila memiliki panjang lebih dari 125 m. Selain berdasarkan
bentangnya, jembatan juga dikategorikan berdasarkan fungsinya, diantaranya
adalah jembatan jalan raya yang difungsikan untuk memikul beban lalu lintas
kendaraan baik kendaraan berat maupun ringan; jembatan penyeberangan yang
difungsikan untuk penyeberangan jalan, memberikan ketertiban pada jalan yang
dilewati jembatan penyeberangan tersebut, memberikan keamanan, dan
mengurangi faktor kecelakaan bagi penyeberang jalan; jembatan kereta api yang
difungsikan untuk perlintasan kereta api; jembatan darurat yang difungsikan untuk
kepentingan darurat yang biasanya hanya sementara; dan jembatan pejalan kaki
yang hanya boleh dilewati oleh lalu lintas pejalan kaki dan kendaraan ringan
seperti sepeda, gerobak, kendaraan yang ditarik hewan, motor, dan kendaraan
bermotor ringan dengan maksimum roda tiga.

Di Indonesia, walaupun sarana untuk pejalan kaki sangat terbatas, tipe jembatan
pejalan kaki juga dijumpai. Jembatan pejalan kaki tersebut banyak dijumpai
terutama di daerah pedesaan yang lokasinya terpencil. Namun sayang, beberapa
media melansir bahwa kondisi beberapa jembatan pejalan kaki tersebut sudah
tidak layak fungsi.

1
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2

Dengan pentingnya jembatan dalam transportasi darat, ketidaklayakan fungsi


jembatan akan sangat mengganggu aktifitas masyarakat. Salah satu contoh
terganggunya aktifitas warga akibat jembatan rusak terjadi di Lahat. Seperti
dilansir dari Sindonews pada tanggal 20 April 2013, Jembatan Sungai Lematang,
seperti yang terdapat pada Gambar 1.1, rusak karena alas jembatan tersebut
terlepas akibat hantaman angin kencang yang disertai hujan deras. Meskipun
kondisi jembatan yang sudah rusak berat, warga tetap melewati jembatan
sepanjang 140 m tersebut. Jembatan tersebut tetap dilalui warga karena apabila
warga memilih alternatif menyebrang sungai dengan perahu, terlebih pada saat
mengangkut hasil panen, dinilai memiliki resiko yang cukup besar mengingat
debit air sungai yang pada saat itu sedang pasang.

Gambar 1.1 Jembatan Sungai Lematang (Sindonews, 2013)

Selain Jembatan Sungai Lematang di Lahat, seperti dilansir dari Sindonews pada
8 April 2015, Jembatan gantung yang membentang di atas Sungai Cimuntur, Blok
Karangpaningan, Dusun Lintungpaku, Desa Karang Pawitan, Kecamatan Kawali,
Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, seperti tergambar pada Gambar 1.2, kondisinya
rusak berat dan memprihatinkan. Jembatan dari anyaman bambu tersebut
terancam putus karena tanggul penyangga fondasi di ujung jembatan gantung
mengalami longsor. Jembatan Sungai Cimuntur dengan bentang 25 m dan lebar 1
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
3

m adalah akses warga menuju Desa Cintanagara, Kecamatan Jatinagara.


Akibatnya, jembatan tersebut menjadi rawan kecelakaan apabila ada yang
melewatinya. Banyak warga yang hendak melintas mengurungkan niatnya karena
takut jembatan putus pada saat mereka berada di tengah-tengah.

Gambar 1.2 Jembatan Cimuntur (Sindonews, 2015)

Peristiwa rusaknya jembatan pejalan kaki juga terjadi di Desa Rantau Serik,
Kecamatan Tiang Pumpung Kepungut, Kabupaten Musi Rawas (Gambar 1.3).
Dilansir dari Sindonews pada tanggal 15 Oktober 2013, hancurnya beton
penyangga tali baja seling dipangkal jembatan gantung tersebut, mengakibatkan
ambrolnya jembatan sehingga menyebabkan satu korban jiwa dan 20 orang
terpental ke Sungai Muara Beliti. Padahal, jembatan gantung tersebut baru saja
direhab Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga (PUBM) dua bulan sebelum kejadian
tersebut. Diduga, rusaknya beton penyangga karena overload penyeberang
jembatan yang mobilitasnya sangat tinggi.

Dari kasus-kasus kerusakan jembatan pejalan kaki tersebut, dapat dilihat bahwa
pada kenyataannya jumlah kerusakan jembatan yang ada di Indonesia sangat
banyak dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda. Meskipun kondisi jembatan
sudah sangat mengkhawatirkan untuk dilalui, masyarakat tetap saja menggunakan
jembatan tersebut untuk mencapai tempat tujuan mereka. Hal itu menandakan
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
4

Gambar 1.3 Jembatan gantung di Desa Rantau Serik yang ambrol (Sindonews,
2013)
bahwa keberadaan jembatan pejalan kaki sangat dibutuhkan bagi masyarakat
untuk menghubungkan tempat-tempat yang sulit dijangkau.

Upaya pembangunan jembatan-jembatan pejalan kaki yang sangat dibutuhkan


bagi masyarakat, meskipun terkadang kurang menjadi prioritas pemerintah
daerah, perlu digalakkan. Faktor utama yang perlu diperhatikan pada tahap
perencanaan jembatan pejalan kaki adalah apabila lokasi pembangunan jembatan
pejalan kaki susah untuk dijangkau, proses penyediaan alat dan material menjadi
terhambat dan akan sangat mahal. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut
adalah dengan penggunaan material lokal yang banyak terdapat di sekitar lokasi
pembangunan jembatan pejalan kaki sebagai bahan utama pembuatan jembatan.
Salah satu material yang banyak terdapat di daerah pedesaan adalah bambu.

Bambu adalah material yang makin diminati akibat kelangkaan kayu dan harga
besi yang semakin tinggi. Meskipun material bambu seringkali diasosiasikan
dengan material murah, namun saat ini bambu telah dan akan menjadi material
bangunan masa depan. Bambu memiliki nilai ekologis yang baik dan merupakan
material konstruksi yang berkelanjutan. Jika dibandingkan dengan kayu,
menanam bambu hanya membutuhkan waktu 3-6 tahun untuk dapat digunakan
sebagai material konstruksi. Bambu juga memiliki properti mekanikal yang baik.
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
5

Seiring dengan perkembangannya, teknologi seputar bambu mulai berkembang,


seperti munculnya teknologi sambungan bambu yang dapat mengoptimalisasi
kekuatan bambu serta teknologi pengawetan bambu sehingga menjadikan bambu
sebagai material konstruksi lebih permanen.

Sebagai material ringan yang memiliki kekuatan yang tinggi, bambu berpotensi
dijadikan material struktur untuk bentang yang lebar. Selain itu, karakter bambu
yang fleksibel (mudah dibentuk), berpotensi untuk dibentuk dengan bentuk
lengkung dimana bentuk tersebut cukup sulit dicapai dengan material konstruksi
lainnya untuk dapat dimanfaatkan.

Pemanfaatan bambu sebagai material utama dari struktur jembatan sudah


digunakan dari struktur yang paling sederhana hingga seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi struktur yang rumit.
Menurut Emery (2003), jembatan bambu yang sederhana sudah pernah dibangun
di Ecuador, China, Peru, Cambodia, dan negara-negara lainnya.

Salah satu jembatan bambu yang pertama didirikan adalah Jembatan Anlan
(Gambar 1.4), yang disebut juga dengan "Jembatan Suami Istri". Jembatan ini
terletak di bendungan air pada Dujiangyan Dam, melintasi sungai dengan panjang
500 m. Saat ini jembatan ini sudah dipindah ke tempat yang lebih rendah sejarak
lebih dari 100 m dari lokasi awalnya, dengan struktur bambu yang digunakan pada
awalnya diganti dengan baja dan struktur kayu pada dermaga diganti dengan tiang
beton. Menurut catatan, jembatan ini dibangun lebih awal dari pada Dujiangyan
Dam itu sendiri.

Selain itu, The Bamboo Bridge and Koh Paen, berlokasi beberapa blok di selatan
Mekong, adalah satu dari jembatan bambu tertua di dunia. Jembatan ini terbuat
dari bambu yang menghubungkan pulau Koh Paen dengan Mekong (Gambar 1.5).
Di Indonesia sendiri jembatan bambu sudah pernah dibangun pada tahun 1910.
Jembatan bambu ini dibangun melintasi Sungai Serayu (Gambar 1.6).
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
6

Gambar 1.4 Jembatan Anlan di China (Anlan Bridge.com)

Gambar 1.5 Jembatan bambu Kampong Cham, Kamboja (Wikimedia)

Gambar 1.6 Jembatan bambu melintasi Sungai Serayu


(http://luk.staff.ugm.ac.id/itd/bangunan)
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
7

Jembatan bambu modern telah dibangun oleh beberapa arsitek bambu terkemuka
di dunia. Jembatan bambu modern tersebut diantaranya adalah Jembatan Guadua
di Colombia (Gambar 1.7) yang didesain oleh Jorg Stamm atau Jembatan bambu
di Crosswaters Ecolodge di Huizhou, China (Gambar 1.8) yang didesain oleh
Simon Velez. Di Indonesia, jembatan bambu modern sudah dibangun, yaitu
Jembatan Kulkul yang terletak di Green School, Bali (Gambar 1.9).

Gambar 1.7 Jembatan Guadua, Colombia (Emery, 2003)

Gambar 1.8 Jembatan bambu di Crosswaters Ecolodge di Huizhou, China


(Facebook)
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
8

Gambar 1.9 Jembatan Kul Kul, Bali (Wikimedia)

Jembatan bambu pernah didesain oleh Morisco (1999) yang dibuat untuk
keperluan pameran di Universitas Mataram (Gambar 1.10). Jembatan bambu ini
memiliki lebar 2,5 m dan bentang 12 m terbuat dari Bambu Galah dengan
diameter 7-8 cm dan mampu dibebani dengan tiga buah mobil.

Dari berbagai jembatan bambu modern yang telah dibangun, dan dari jembatan
bambu yang selama ini sudah dirancang, belum ada yang dirancang menggunakan
standar perencanaan bambu yaitu ISO 22156:2004.

Gambar 1.10 Jembatan bambu Morisco (www.moriscobamboo.com)

Berdasarkan latar belakang tersebut, perencanaan jembatan untuk pejalan kaki


dilakukan pada tugas akhir ini. Tujuannya adalah untuk memberikan informasi
mengenai perancangan jembatan untuk pejalan kaki dengan standar perencanaan
bambu ISO 22156:2004 yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Tipe jembatan
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
9

yang dipilih dalam perencanaan jembatan bambu ini adalah tipe balanced arc
bridge dengan penggabungan dua buah desain jembatan yang didesain oleh Jorg
Stamm yaitu Jembatan Kul Kul di Bali dan Jembatan Guaua di Cucuta. Tipe ini
dipilih dengan alasan bahwa jembatan balanced arc bridge tersebut memiliki
estetika yang tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


Tugas akhir ini mendesain jembatan dengan material utama bambu yang
memadukan dua buah desain yang telah dilakukan sebelumnya oleh arsitek Jorg
Stamm pada Jembatan Guadua di Cucuta dan Jembatan Kul Kul di Bali.
Selanjutnya, akan merumuskan tentang bagaimana karakter bambu untuk
jembatan dengan peraturan ISO 22156:2004.

1.3 Tujuan
Tujuan tugas akhir ini adalah untuk merencakan jembatan bambu balanced arc
bridge perpaduan desain Jembatan Guadua di Cucuta dengan Jembatan Kul Kul di
Bali oleh Jorg Stamm dengan bentang 20 m dengan menggunakan standard ISO
22156 : 2004.

1.4 Batasan
Batasan-batasan perancangan yang digunakan dalam tugas akhir ini antara lain:
1. Beban yang ditinjau sebagai dasar analisis berupa beban mati (DL), beban
hidup (LL), beban angin (W), serta beban kendaraan.
2. Analisis yang digunakan untuk jembatan berupa analisis tiga dimensi (3D).
Dalam perancangan ini, analisis menggunakan permodelan yang dibantu
dengan perangkat lunak SAP2000 V.11.
3. Jembatan pejalan kaki yang digunakan dalam perancangan ini adalah
jembatan bambu Jorg Stamm dengan lebar jembatan sebesar 2 m, tinggi
jembatan sebesar 2,5 m pada tengah bentang, dan panjang bentang sepanjang
20 m.
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
10

4. Material utama jembatan adalah Bambu Petung (Dendrocalamus asper)


dengan diameter 8 cm dengan tebal 0,8 cm; 12 cm dengan tebal 1,2 cm; dan
19 cm dengan tebal 1,9 cm dengan perhitungan tegangan ijin menggunakan
ISO 22156:2004.
5. Sifat-sifat mekanika yang diperoleh dari data sekunder literatur dengan judul
Analisis Statistik Sifat Mekanika Bambu Petung oleh Saputra dan Irawati
(2012).
6. Lantai jembatan terbuat dari bambu.

1.5 Manfaat
Tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi dunia konstruksi dan
bagi masyarakat. Bagi dunia konstruksi, tugas akhir ini dapat menjadi referensi
bambu sebagai material utama konstruksi jembatan. Karena selain bambu mudah
didapatkan di lingkungan sekitar lokasi konstruksi jembatan, harganya yang relatif
murah dan kekuatan bambu yang kuat dapat memberikan keuntungan yang
signifikan bagi penyedia jasa konstruksi jembatan.

Bagi masyarakat, tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi referensi bahwa
jembatan bambu bukan jembatan dengan material konstruksi ekonomi kelas ke
bawah. Apabila jembatan bambu didesain dengan arsitektur yang baik, maka
jembatan bambu dapat menjadi jembatan “kelas mahal” yang memiliki nilai
estetika tinggi.

1.6 Keaslian Penelitian


Qoharrudin (2003) melakukan perancangan jembatan bambu serupa dengan judul
Perancangan Struktur Jembatan Rangka Bambu sebagai Prasarana Penunjang
Pengembangan Daerah Terpencil. Perancangan tersebut menggunakan Bambu
Wulung dengan diameter 8 cm sebagai material utama. Pembebanan oleh
Qoharrudin (2003) berupa beban primer dan beban sekunder, dimana beban
primer meliputi beban mati, beban hidup (beban kendaraan pick up), dan beban
kejut serta beban sekunder meliputi beban angin dan gaya akibat rem.
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
11

Danastri (2013) melakukan perancangan jembatan bambu pejalan kaki struktur


rangka dengan judul Perancangan Jembatan Pejalan Kaki dengan Struktur Truss
Tipe Warren (with Verticals) Menggunakan Bambu Petung. Perancangan tersebut
meninjau tiga panjang bentang yaitu 10 m, 15 m, dan 20 m.

Pradana (2013) melakukan perancangan dek jembatan gantung pejalan kaki


dengan judul Perancangan Deck Jembatan Gantung Pejalan Kaki dengan
Struktur Truss Bambu Petung untuk Bentang 30, 40, dan 50 Meter. Jembatan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jembatan pejalan kaki tipe bentang
luar bebas (side span free). Struktur deck yang ditinjau berupa struktur rangka
batang (truss) dengan bentang 30, 40, dan 50 m, lebar 2 m, dan tinggi 1,5 m.
Kabel utama (main cable) berdiameter 22 mm dan kabel penggantung (hanger)
berdiameter 16 mm digunakan pada ketiga bentang jembatan.

Wijaya (2013) melakukan analisis dan perancangan jembatan bambu


menggunakan tipe cable stayed dengan judul Analisis dan Perancangan Jembatan
Bambu dengan Struktur Tipe Cable Stayed. Dek jembatan dirancang
mengggunakan struktur bambu sedangkan pilon jembatan dan abutmen dirancang
menggunakan struktur beton bertulang. Jenis bambu yang digunakan adalah
Bambu Petung dengan lebar jembatan 1,8 m dan tinggi jembatan 2 m. Jembatan
didesain dengan panhang bentang 40 m, 50 m, dan 60 m.

Majid (2015) melakukan perancangan jembatan bambu pejalan kaki struktur


rangka dengan judul Perancangan Jembatan Pejalan Kaki Rangka Bambu Petung
Tipe Howe-Truss Bentang 20 Meter dengan Optimasi Ketinggian Camber. Pada
perancangan tersebut dilakukan perancangan jembatan penyeberangan pejalan
kaki rangka bambu petung tipe howe-truss dengan trial ketinggian camber yakni:
0; 0,5; 1,0 dan 1,5 m

Perancangan jembatan bambu pejalan kaki pada tugas akhir ini menggunakan
struktur tipe balanced arc bridge dari perpaduan rancangan arsitek Jorg Stamm
pada Jembatan Guadua di Cucuta dan Jembatan Kul Kul di Bali dengan tegangan
ijin yang digunakan menggunakan peraturan ISO 22156:2004 dan perhitungan
Perancangan Jembatan Bambu Tipe Balanced Arc Bridge Berdasarkan ISO 22156:2004
INDAH PERMATA SARI
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
12

detail penampang menggunakan SNI Tata Cara Perencanaan Struktur Kayu untuk
Bangunan Gedung 2002 dengan nilai koefisien menurut Spesifikasi Desain Untuk
Konstruksi Kayu SNI 7973:2013. Jembatan bambu ini dirancang dengan Bambu
Petung. Perancangan ini belum pernah dilakukan sebelumnya berdasarkan
referensi sehingga bersifat asli.

Anda mungkin juga menyukai