Anda di halaman 1dari 25

ORANG-ORANG BUTA DAN GAJAH

Di seberang Ghor ada sebuah kota. Semua penduduknya buta. Seorang raja dengan pengikutnya
lewat dekat kota itu; ia membawa tentara dan memasang tenda di gurun. Ia mempunyai seekor
gajah perkasa, yang dipergunakannya untuk berperang dan menimbulkan ketakjuban rakyat.

Penduduk kota itu ingin sekali melihat gajah tersebut, dan beberapa di antara orang-orang buta
itupun berlari-lari bagaikan badut-badut tolol berusaha mendekatinya.

Karena sama sekali tidak mengetahui bentuk dan ujud gajah, merekapun meraba-raba sekenanya,
mencoba membayangkan gajah dengan menyentuh bagian tubuhnya.

Masing-masing berpikir telah mengetahui sesuatu, sebab telah menyentuh bagian tubuh tertentu.

Ketika mereka kembali ke tengah-tengah kaumnya, orang-orang pun berkerumun di sekeliling


mereka. Orang-orang itu keliru mencari tahu tentang kebenaran dari rekan-rekannya sendiri yang
sebenarnya telah tersesat.

Kerumunan orang itu bertanya tentang bentuk dan ujud gajah: dan mendengarkan segala yang
diberitahukan kepada mereka.

Orang yang tangannya menyentuh telinga gajah ditanya tentang bentuk gajah. Jawabnya, “Gajah itu
lebar, kasar, besar, dan luas, seperti babut.”

Dan orang yang meraba belalainya berkata, “Saya tahu keadaan sebenarnya. Gajah itu bagai pipa
lurus dan kosong, dahsyat dan suka menghancurkan.”

Orang yang menyentuh kakinya berkata, “Gajah itu perkasa kokoh, bagaikan tiang.”

Masing-masing telah meraba satu bagian saja. Masing-masing telah keliru menangkapnya. Tidak ada
pikiran yang mengetahui segala: pengetahuan bukanlah sahabat Si Buta. Semuanya membayangkan
sesuatu, yang sama sekali keliru.

Makhluk tidak mengetahui perihal ketuhanan. Tak ada Jalan dalam pengetahuan ini yang bisa
ditempuh dengan kemampuan biasa.

cerita ini sangat menarik buat saya, karena menggambarkan keadaan kebenaran bagi setiap orang.
memang benar setiap orang mempunyai kebenaran versinya masing2. demikian pula saat kita
berbeda pendapat,kemungkinan besar karena kita sedang memegang ‘bagian’ tertentu dari sebuah
kebenaran.

Karena kebenaran itu sangatlah subjektif,maka itu tidaklah bijak jika kita memaksakan pendapat
dan kehendak kita kepada orang lain,karena bisa jadi mereka juga sedang meyakini kebenaran versi
mereka ,sebagaimana kita juga sedang meyakini kebenaran versi kita.
kebenaran selalu punya banyak wajah,kebenaran sejati mutlak hanyalah milik Allah semata,selain
Allah semua yg lainnya hanya bisa mendekati kebenaran ,bukan menjadi kebenaran itu sendiri.

Jika kita mampu melihat sebuah masalah dari dua sisi atau lebih,kita sudah dapat dikatakan sebagai
orang bijak. karena orang bodoh hanya melihat satu sisi dari sebuah permasalahan saja.

GAJAH DAN 7 ORANG BUTA

Ini adalah cerita tentang orang yang sering berbeda pendapat :)

Dahulu kala, terdapatlah seorang raja yang mengalami kerepotan dengan para menterinya. Mereka
terlalu banyak berbantah sehingga nyaris tak satupun keputusan dapat diambil. Para menteri itu
mengikuti tradisi politik kuno, masing-masing menyatakan bahwa dirinyalah yang paling benar dan
yang lainnya salah. Meskipun demikian, ketika sang raja yang penuh kuasa menggelar perayaan
festival umum, mereka semua bisa sepakat untuk cuti bersama.

Festival yang luar bisa itu digelar di sebuah stadion besar. Ada nyanyian dan tarian, akrobat, badut,
musik dan banyak lagi. Dan di puncak acara, di kerumunan banyak orang, dengan para menteri yang
tentunya menempati tempat duduk terbaik, sang raja menuntun sendiri gajah ke tengah arena. Di
belakang gajah itu berjalanlah tujuh orang buta yang telah diketahui oleh umum sebagai orang-
orang yang buta sejak lahir.

Sang raja meraih tangan orang buta pertama, menuntunnya untuk meraba belalai gajah itu dan
memberitahunya bahwa itulah gajah. Raja lalu membantu orang buta kedua untuk meraba gading
sang gajah, orang buta ketiga meraba kupingnya, yang keempat meraba kepalanya, yang kelima
meraba badannya, yang keenam meraba kaki, dan yang ketujuh meraba ekornya, lalu menyatakan
kepada masing-masing orang buta bahwa itulah yang dinamakan gajah.

Lalu raja kembali kepada si buta pertama dan memintanya untuk menyebutkan dengan lantang
seperti apakah gajah itu.

"menurut pertimbangan dan pendapat saya yang ahli ini," kata si buta pertama, yang meraba belalai
gajah, "saya nyatakan dengan keyakinan penuh bahwa 'seekor gajah' adalah sejenis ular, marga
python asiaticus."
"Sungguh omong kosong," seru si buta kedua yang meraba gading gajah. "Seekor 'gajah' terlalu
keras untuk dianggap sebagai seeokr ular. Fakta sebenarnya, dan daya tak pernah salah, gajah itu
seperti bajak petani."

"Jangan melucu," cemooh si buta ketiga yang meraba kuping gajah. "Seekor 'gajah'adalah seperti
daun kipas yang besar."

"Kalian idiot tak berguna!" tawa si buta keempat yang meraba kepala gajah. "Seekor 'gajah'sudah
pasti adalah sebuah gentong air yang besar."

"Mustahil! Benar-benar mustahil!," cibir si buta kelima yang meraba badan gajah. "Seekor
'gajah'adalah sebuah batu karang besar."

"Dasar orang-orang picik!" seringai si buta terakhir yang meraba ekor gajah. "Aku akan memberitahu
kalian apa sebenarnya 'gajah' itu. Seekor gajah adalah semacam pecut pengusir lalat. Aku tahu, aku
dapat merasakannya."

"Sampah! Gajah itu seekor ular.". "Tidak bisa! Itu gentong air!". "Bukan! Gajah itu…" Dan para buta
itu pun mulai berbantah dengan sengitnya, semuanya bicara berbarengan, menyebabkan kata-kata
melebur menjadi teriakan-teriakan yang lantang dan panjang. Tatkala kata-kata penghinaan mulai
mengudara, lantas datanglah jotosan. Para buta itu tidak yakin betul siapa yang mereka jotos, tetapi
tampaknya itu tidak terlalu penting dalam tawuran semacam itu. Mereka sedang berjuang demi
prinsip, demi integritas, demi kebenaran. Kebenaran masing-masing pada kenyataannya.

Saat prajurit raja melerai tawuran membuta diantara orang-orang buta itu, kerumunan hadirin di
stadion terpaku diam dan wajah para menteri tampak malu. Setiap orang yang hadir menangkap
pesan yang ingin disampaikan oleh raja melalui pelajaran itu.

Bayangkanlah seperti apa jadinya jika ketujuh orang buta itu, alih-alih mempertentangkan data-data
mereka, malah menggabungkan pengalaman. Mereka akan menarik suatu kesimpulan bahwa
'seekor gajah' adalah sesuatu yang seperti batu karang besar, yang ditopang oleh empat batang
pohon. Di bagian belakang batu karang itu ada seutas pecut pengusir lalat, dan di depannya ada
gentong air besar. Di setiap sisi gentong air itu terdapat dua daun kipas, dengan dua bajak yang
mengapit seekor piton panjang! Bukan gambaran yang buruk-buruk amat akan seekor gajah, bagi
orang yang tak akan pernah melihatnya.
Masing-masing dari kita hanya mengetahui sebagian saja dari kebenaran. Bila kita memegang teguh
pengetahuan kita yang terbatas itu sebagai kebenaran mutlak, kita tak ubahnya seperti salah satu
dari orang buta yang meraba satu bagian dari seekor gajah dan menyimpulkan bahwa pengalaman
parsial mereka itu sebagai sebuah kebenaran, dan yang lainnya salah. Jadi, jangan menganggap
bahwa diri kita 100% dan oranglain 100% salah. Belajarlah untuk tetap menghargai sudut pandang
oranglain.osted by : Selly Wijayanti

Cara Mencari Kebenaran Universal dan Ajaran Benar atau Salah dalam Agama

Apa itu kebenaran? Bagaimana mencari kebenaran? Darimanakah sumber pembuktiannya?


Bagaimana cara membuktikan bahwa ini benar dan salah? Bagaimana membedakan yang salah dari
yang benar? dan sebaliknya yang benar dari yang salah? Mengapa ada banyak ajaran saling
bertentangan dan masing-masing mengaku paling benar? Mengapa karena beda pendapat saja
orang bisa saling caci maki bahkan saling membunuh? Mengapa jika diungkapkan fakta sejarah
tentang nabinya orang tidak berterimakasih tetapi berbalik memusuhi? Mengapa orang beragama
senang memelihara ketololan dan kebodohan dalam agamanya, lebih percaya kitab kuno, opini
ulama dan mistik tanpa bukti ketimbang fakta sejarah yang terang benderang?

Semua ini karena pencarian kebenaran dan penentuan benar salah dalam agama itu paling kacau
dari semua disiplin pengetahuan manusia! Jika sains ilmu pengetahuan bisa menetapkan standar
pencarian kebenaran ilmiah, mengapa orang beragama yang katanya bermoral benar itu justru tidak
bisa?

Inilah metode universal untuk menemukan kebenaran, dalam bidang-bidang pemikiran yang sangat
luas dan kadang subyektif, seperti dalam agama dan filosofi.

Meraba Kebenaran dari Pengalaman Nyata

Alam semesta ini masih penuh misteri. Manusia terbatas akal dan pengetahuannya. Maka ada
banyak kebenaran yang belum terungkap di alam semesta ini. Kita ini buta dan belum banyak
memahami alam semesta dan realita. Masih banyak yang belum kita ketahui. Tanyakan para
ilmuwan, maka mereka akan mengakui bahwa banyak hal yang tidak mereka ketahui. Dunia dan
kosmos ini memang masih penuh misteri yang belum terpecahkan, tidak terkecuali kebenaran dan
agama.
Kondisi pencarian kebenaran adalah mirip seperti kisah berikut ini ini:

Alkisah, beberapa orang buta ingin mencari tahu apa itu gajah. Maka mereka dihadapkan pada
seekor gajah.

Orang buta pertama memegang belalainya, dan kesimpulannya, gajah itu seperti pipa.

Orang buta kedua memegang perutnya, dan kesimpulannnya, gajah itu seperti tembok yang kasar.

Orang ketiga dan seterusnya memiliki kesimpulan masing-masing, ada yang bilang seperti tombak
karena memegang gadingnya, seperti ranting pohon berbulu karena memegang ekornya, tiang
karena memegang kakinya, dan seterusnya.

Semuanya bertahan pada pendapat masing-masing. Bisa jadi lantaran karena perbedaan itu mereka
bertengkar jika yang satu berusaha memaksakan kehendak pada yang lain.

Semua pendapat benar.

Semua parsial tetapi bisa dimaklumi.

Kemudian orang-orang buta itu memutuskan untuk berdialog, saling berdiskusi satu sama lain,
mereka mendapatkan gambaran yang lebih utuh tentang seekor gajah. Model gajah itu secara
umum seperti apa, bahwa gajah itu ternyata binatang besar dengan kulit tebal dan punya kaki
telinga dan belalai gading. Namun masih sangat banyak lagi tentang gajah yang belum mereka
ketahui, perilakunya, cara makannya, anatominya, fisiologinya, dan seterusnya. Ketika ada fakta
baru yang ditemukan, harus pas dengan model besar itu, sebab jika tidak pasti ada yang salah dan
model besarnya itu harus direvisi.

Mencari kebenaran itu mirip seperti kisah diatas. Kita ini buta dan harus melakukan observasi
dengan jujur dan mencari pengalaman nyata jika hendak mendapatkan kebenaran. Apalagi kita
mencari kebenaran tentang TUHAN yang membuat trilyunan bintang dengan semua variasi dan
kemungkinan makhluknya. Mana bisa Tuhan demikian digambarkan dengan model padang pasir
abad 7 atau kerajaan Majapahit abad sekian?

Perluasan pengetahuan dan wawasan kosmos, penemuan fakta baru, semua itu memperluas dan
merevisi model tentang Tuhan, tentu semakin baik dan semakin mendekati kebenarannya, sekalipun
kebenaran itu tidak mungkin dipahami oleh akal manusia. Intinya, jangan mengatakan suatu
pandangan itu salah hanya karena tidak masuk akal, atau karena tidak cocok dengan model besar
yang kita sudah pelajari dari agama nenek moyang kita abad 7 Masehi. Dunia berkembang. Apa
yang kita pahami berkali-kali lipat lebih maju dari nenek moyang kita.

Pengalaman manusia itu selalu parsial. Sebagian.

Pengalaman itu benar, fakta, tetapi belum seluruhnya.

Kita sedang mencari model besar keseluruhannya.

Makin banyak orang-orang buta itu mencoba mencari pengalaman dan berdiskusi dengan rekan
lain, makin banyak yang mereka dapatkan. Demikian pula dalam beragama, jangan hanya
mendengar dari satu guru saja, sebab itu sangat parsial, dan jika sesat kita yang celaka. Dengarkan
pendapat pastur, pendeta, bhiksu, imam, ulama berbagai aliran, bahkan pengikut ajaran sesat, dan
lihatlah bukti perbuatan mereka, kalau perlu dengarkan semuanya. Semua agama itu menyimpan
kebenaran dan memiliki kekurangan mereka masing-masing!

Kebenaran itu indah dan universal. Kebenaran itu seperti model besar yang merajut berbagai
ekstrim dan paradoks semesta, kebenaran itu menyambung dan merangkum berbagai hal menjadi
satu gambaran utuh yang indah dengan pola yang jelas. Sebuah lukisan kita anggap indah kalau ada
satu pola yang mendasari lukisan atau foto itu, ada tema yang kita bisa tangkap, ada beberapa
kontras dan penonjolan, beda dan kontras warna tetapi ada temanya. Demikianlah kebenaran itu
selalu indah dan universal.

Selain itu, kebenaran itu selalu sederhana. Kebenaran tidak rumit. Kebenaran cukup dengan
beberapa kata saja. Sebaliknya ratusan alasan selalu dibutuhkan untuk mendukung suatu kepalsuan.

Variasi kebenaran sangat banyak. Hitam adalah hitam, putih adalah putih, tetapi ada 16 juta warna
diantaranya.

Kebenaran sebagai gambar besar selalu sederhana.

Jadi berusahalah memahami gambar besarnya lebih dahulu sebelum mendalami variasinya.
Berusahalah memahami berbagai konsep agama sebelum terjebak dalam berbagai tatacara salah
satu agama.

Kesalahan kita adalah, kita hanya mendalami satu ajaran agama, tidak mau memahami konsep
besar kebenaran yang hanya bisa kita peroleh dengan mempelajari berbagai agama lain.

Kemudian, jika ada hal baru ditemukan, hal baru itu harus cocok dan pas dengan gambar besar
kebenaran, bukan bertolak belakang atau beda prinsip sehingga membingungkan. Kalau selalu tidak
pas, maka kemungkinan ada yang salah pada gambar besar kita. Kita perlu revisi model besarnya,
bukan menolak faktanya.

Contoh mudah adalah dalam agama. Kita diajari turun temurun dan percaya si Nabi A adalah utusan
Tuhan, tetapi giliran kita baca kisah hidupnya, kok banyak pembunuhan dia lakukan, lho kok banyak
perampokan dia lakukan, kok perang agama? kok di bagian lain dicantumkan ukuran syurga dan
neraka itu seperti sebuah timbangan antara yang baik dan jahat, tetapi apa mungkin syurga itu isinya
campur aduk setengah bajingan setengah orang baik, apalagi ada si Nabi A di syurga itu, apa tidak
dirampok dan dibunuh semua isi syurga itu nantinya oleh Si Nabi? Terus bagaimana itu ukuran baik-
jahat, dan seterusnya, terjadi begitu banyak kontradiksi. Contoh lain, kalau Tuhan itu katanya maha
pengampun dan maha baik, lo kok ada ajaran lain ia mengancam kutukan dan azab neraka, atau
minta tebusan dosa dengan darah kambing domba?

Harus dimaklumi bahwa agama itu berisi berbagai teori dan pendapat para pemuka dan tokohnya,
sehingga pecah belah menjadi banyak. Ada kepentingan politik masuk disitu. Kebingungan selalu
menjadi masalah agama dari sejak dahulu. Sebabnya adalah karena orang diajar agar tidak
mengenali kebenaran. Ada agenda misterius di balik adanya agama. Orang beragama tidak diajari
cara mengenali kebenaran dan model besarnya. Hal inilah yang menyebabkan kerancuan dan
kekacauan dalam agama. Ditemukan banyak kontradiksi dalam ajaran agama yang kita percayai.
Semua karena kita tidak diajari kebenaran oleh pemuka agama kita, melainkan kepalsuan atau
kebodohan turun temurun. Mungkin para pemuka ini salah membuat model besar kebenarannya,
atau mereka sengaja mengajarkan yang salah demi kepentingan politik atau pribadi mereka! Pemuka
agama tidak mau kehilangan umat, karena mereka pasti akan kehilangan kekuasaan dan
penghasilan.

Bisa juga karena para pemuka agama tidak tahu kepalsuan itu. Ada grand design rancangan agama
yang sengaja dibuat salah dari dasarnya. Ini bisa jadi jika yang memfirmankan itu bukan Tuhan tetapi
alien, seperti aku buktikan dalam artikel-artikel bahwa ada berbagai ALIEN yang mewahyukan
agenda mereka di planet ini. Jadi kalau misalnya Alien Pemdun mewahyukan Agama Pemdun melalui
blog ini, mungkin kalian tidak terima, tetapi bagaimana kalau Agama Pemdun dinyatakan resmi,
dilengkapi ancaman neraka bagi yang tidak percaya, dipropagandakan tiap hari melalui media
massa, dan yang murtad atau menjelekkan dimasukkan penjara, lalu bagaimana? Bukanlah Agama
Pemdun akan lancar jaya?

Agama itu kacau karena ada agenda alien-alien misterius di baliknya.


Agama adalah juga produk peradaban manusia dengan semua kelemahan manusia, bukan semua
firman Tuhan. Darimanakah asal ajaran? dari penafsiran para pendiri madzhab atau sekte. Berbagai
madzhab dan sekte dengan ajaran berbeda adalah bukti bahwa manusia lah yang membuat ajaran
agama.

Pada umumnya, kontroversi dalam ajaran agama terjadi, karena yang diajarkan itu bukan kebenaran
tetapi kepalsuan dan penipuan ajaran, karena model besarnya yang salah. Gambaran besar salah,
maka faktanya yang ditemukan selalu tidak pas dalam model itu. Gambaran besar "gajahnya" itu
salah!

Pengungkapan Kebenaran dalam Agama

Berkaca dengan melihat cerita orang buta mencari kebenaran tentang gajah di atas, kitapun harus
melakukan hal yang serupa dalam pencarian kebenaran dalam agama, mencari yang benar dari
berbagai kekacauan dan pertentangan ajaran sekarang ini.

1. Jika dalam ilmu pengetahuan dikenal pembuktian ilmiah melalui percobaan dan pengamatan
untuk mendapatkan kebenaran, maka dalam agama diperlukan pembuktian "ilmiah" yang lain yaitu
pengalaman pribadi kita yang kemudian kita buktikan dalam hidup, dan yang kemudian bisa
dibuktikan ulang oleh orang lain.

Fakta ilmiah dalam sains dan pengalaman nyata dalam agama itu bukti utama, main proof, prime
evidence dalam pencarian kebenaran.

Fakta itu jelas, tidak bisa menipu. Membunuh adalah membunuh, sebuah kesalahan jika dilakukan
sengaja main hakim sendiri dengan tujuan politik atau niat pribadi yang tidak baik, misalnya ingin
hartanya orang. Tidak peduli itu dilakukan oleh yang digelari ulama, nabi atau tuhan sekalipun, tetap
saja itu perbuatan salah, bukan benar, tetapi sejarah itu adalah kebenaran. Kita mau bunuh orang
atau apapun tetap saja itulah faktanya.

Tidak boleh kita mengkafirkan atau mengatakan sesat karena orang mengalami pengalaman nyata!
Itu Apalagi kemudian kita membakar rumahnya atau menyerang dia.
2. Kebenaran itu dibuktikan dalam fakta perbuatan, bukan sekedar opini atau wacana. Banyak sekali
orang menuduh sesat karena ajaran seseorang berbeda dari ajaran standar agama yang dianggap
sah. Ahok wakil gubernur DKI 2012 itu terpilih sekalipun banyak orang menuduhnya karena non
muslim, diskriminasi cina, dan seterusnya. Setelah ia mulai memerintah dan menegakkan cara
antikorupsi melalui pengawasan anggaran, barulah orang terbuka matanya. Demikian pula dengan
agama. Jangan sekali-kali mengatakan orang sesat hanya karena ia berpendapat.

Bukti kebenaran haruslah jika itu dipraktekkan. Lebih baik atau tidak? Lebih universal atau tidak?
Mana buktinya?

Isa mengatakan "pohon dikenal dari buahnya"

3. Mencari gambar besar kebenaran, pengalaman kita dan kelompok kita sendiri tidak cukup. Kita
wajib dan harus mau diskusi dan tukar menukar pendapat dengan orang lain. Diskusinya dengan
pengikut agama LAIN, bahkan ekstrimnya dengan aliran yang kita anggap sesat, bukan sekedar
dengan sesama yang sudah sealiran.

Dari situ kita bisa mengenali gambar besar berbagai agama dan membedakan putih dan hitam.

4. Mencari kebenaran menggunakan hati nurani. Ada pendapat menunjukkan bahwa kita manusia
itu sebenarnya makhluk moral, bisa membedakan mana baik dan salah. Kita sebut sebagai nurani,
ada sesuatu dalam kita yang bisa membedakan antara benar dan salah.

Karena kecewa pada pertikaian antar agama, ada orang yang mengatakan kita tidak butuh agama,
sebab agama tidak bisa menuntun pada baik-salah, sedangkan nurani sendiri bisa. Agama tidak
diperlukan lagi, kata mereka. Agama haruslah menuntun pada kebenaran berdasarkan pada nurani.

5. Mengapa pengikut agama itu bisa jadi fanatik buta dan melakukan hal-hal bodoh seperti
mengkafirkan, mencaci maki, mengancam dan bahkan membunuh orang?

Jawabnya adalah karena mereka ditipu. Diajari dengan ajaran kebohongan. Diajari teori yang
bernama dogma doktrin syahadat akidah itu, sebagai 'pengakuan iman' yang adalah teori pendapat
manusia yang tanpa bukti disuruh dijadikan kebenaran mutlak. Alasan lain karena agama itu
dimasuki kepentingan politik dan ekonomi, karena pemimpin agama itu hendak berkuasa sehingga
mengucapkan wasiat supaya semua kafir harus diusir, atau menginginkan harta benda orang Yahudi
Khaybar sehingga kota itu dikepung lelaki dibunuh dan anak istri mereka diperbudak. Pemimpin itu
bukan lagi mengutamakan pertimbangan moral akhlak baik buruk, melainkan kepentingan duniawi.

6. Metode penyesatan dan tipu menipu massal sering dilakukan dalam agama. Karena kepentingan
politik menegakkan rezim agama, atau perjuangan kelompok melawan ancaman agama lain, atau
kepentingan politik ekonomi di atas, maka metode tipu tipu psikologi massa dilakukan dalam agama.
Caranya metode tipu menipu dalam agama, pertama, dengan memaksakan doktrin standar dan
ancaman Allah yang penuh azab dan murka karena teror adalah cara efektif menembus filter bawah
sadar sehingga manusia banyak bisa ditipu supaya tidak sadar benar dan salah.

Manusia juga bisa ditipu dengan cara dialihkan pada yang lain, itulah metode hipnosis massal yang
kedua, dengan iming-iming harta, kekuasaan, wanita (tiga itu paling diimpikan manusia), dan ajaran
teori bohong tanpa bukti bahwa kalau berjihad akan masuk surga dan mendapat bidadari.

Jadi kebenaran yang sudah terang benderangpun bisa dibuat redup dan gelap karena faktor tipuan
massal secara terkoordinir dan sistematis ini dalam berbagai level, baik level supranatural, dunia,
ekonomi, politik, bahkan kenyataan bisa direkayasa untuk menutupi kebenaran. Agama adalah
lahan subur penipuan oleh oknum-oknum cerdas yang tidak kelihatan atau yang lebih pintar dari
kita. Penipuan agama dan ideologi semacam ini sudah dilakukan ribuan tahun sampai hari ini.
Kenyataannya, Setan bisa mengaku jadi Tuhan dan siapa tidak mau mengaku akan disebut murtad
kafir dan dibunuh. Orang tidak tahu makna kurban itu apa, tidak bisa membedakan dari tatacara
tumbal sajen pada dewa dewi kegelapan, dan sebagainya. Bahkan mengapa babi haram dan asal
usul puasa harus 30 hari saja masih gelap sampai hari ini. Pokoknya harus dilakukan tanpa tahu salah
atau benar. Web blog ini banyak dikunjungi karena pengunjung penasaran dengan hal-hal sederhana
di atas dan aku tahu jawabannya secara sederhana. Perhatikan begitu banyak blog muter-muter
kesana kemari hendak membuktikan hitam adalah bukan hitam,. namun jelas di blog ini aku to the
point.

Contoh, di planet bumi ini ada sebuah kelompok yang disebut illuminati dan new world order
adalah para master praktisi dalam memenjarakan manusia dalam sebuah ilusi bukan kebenaran.
Mereka adalah tokoh-tokoh kaya dan berkuasa, para raja dan ratu, industrialis dan orang terkemuka.
Mereka bekerjasama dengan alien-alien jahat dalam rangka melanjutkan kekuasaan mereka secara
total atas planet Bumi. Merekalah sumber penyesatan, pencipta berbagai ajaran agama aneh-aneh
yang ditujukan supaya manusia pecah belah dan mudah diadu.

7. Agama itu adalah kajian mengenai nasib dan hidup manusia sekarang dan selamanya di akhirat.
Kajian ini universal dan perlu dipikirkan dengan serius. Bodoh dan ceroboh jika tidak memikirkan
urusan sepenting itu. Memang banyak agama tidak berhasil karena kebodohan manusia dan banyak
yang diperalat para penipu. Tetapi semua perjuangan dan evolusi manusia pada akhirnya akan
mendapatkan hasilnya, karena pada akhirnya akan ditemukan agama yang bisa merumuskannya dan
membuktikan ada hidup setelah mati di akhirat.

8. Ada agama yang bisa membuktikan ada hidup setelah mati di akhirat seperti itu: AGAMANYA ISA
ALMASIH. Isa Almasih yang hidup etis dan spiritual. Selama hidupnya hanya kebaikan ia lakukan
tidak ada kejahatan. Bahkan (menurut para sahabatnya), Isa itu mati disalib, tetapi cara matinya
yang sadis itupun karena karena jadi kurban kejahatan agama-syariat Yahudi meskipun Isa tidak
bersalah apapun. Isa Almasih yang mati dan hidup lagi membuktikan ada hidup setelah mati, bukan
mati masuk kuburan.
Isa itu hidup-mati-hidup lagi berkemenangan.

Aku sudah menulis banyak aspek agamanya Isa Almasih di blog ini.

Turunkan salib dan patung Isa yang kalian pasang di dinding itu. Kalian yang tidak tahu masih
memajang simbol kepalsuan, patung telanjang disalib itu di atas pintu kalian. Memalukan! Untuk apa
kalian pajang penderitaan Isa? Itu simbol kemenangan Iblis, bukan simbol kemenangan Isa Almasih.
Isa menjadi kurban darah terakhir yang memungkas kemenangan atas sistem agama syariah Yahudi
yang gemar kurban darah dan nyawa itu!

Orang-Orang Buta Dan Gajah

| |

Di seberang Ghor ada sebuah kota. Semua penduduknya buta. Seorang raja dengan pengikutnya
lewat dekat kota itu; ia membawa tentara dan memasang tenda di gurun. Ia mempunyai seekor
gajah perkasa, yang dipergunakannya untuk berperang dan menimbulkan ketakjuban rakyat.

Penduduk kota itu ingin sekali melihat gajah tersebut, dan beberapa di antara orang-orang buta
itupun berlari-lari bagaikan badut-badut tolol berusaha mendekatinya.

Karena sama sekali tidak mengetahui bentuk dan ujud gajah, merekapun meraba-raba sekenanya,
mencoba membayangkan gajah dengan menyentuh bagian tubuhnya.

Masing-masing berpikir telah mengetahui sesuatu, sebab telah menyentuh bagian tubuh tertentu.
Ketika mereka kembali ke tengah-tengah kaumnya, orang-orang pun berkerumun di sekeliling
mereka. Orang-orang itu keliru mencari tahu tentang kebenaran dari rekan-rekannya sendiri yang
sebenarnya telah tersesat.

Kerumunan orang itu bertanya tentang bentuk dan ujud gajah: dan mendengarkan segala yang
diberitahukan kepada mereka.

Orang yang tangannya menyentuh telinga gajah ditanya tentang bentuk gajah. Jawabnya, "Gajah itu
lebar, kasar, besar, dan luas, seperti babut."

Dan orang yang meraba belalainya berkata, "Saya tahu keadaan sebenarnya. Gajah itu bagai pipa
lurus dan kosong, dahsyat dan suka menghancurkan."

Orang yang menyentuh kakinya berkata, "Gajah itu perkasa kokoh, bagaikan tiang."

Masing-masing telah meraba satu bagian saja. Masing-masing telah keliru menangkapnya. Tidak ada
pikiran yang mengetahui segala: pengetahuan bukanlah sahabat Si Buta. Semuanya membayangkan
sesuatu, yang sama sekali keliru.

Catatan :


Hahahaha� demikianlah kondisi kita sama persis dengan para buta yang sedang meraba-raba dan
coba menggambarkan gajah dengan imajinasinya. Seperti itulah kita semua menggambarkan Tuhan,
dan kita saling ejek, saling hujat, saling bantai demi sebuah khayalan.

Banyak sahabat saya diantarannya bapak Rahmad Darmawan, bapak Domingus Koro yang merasa
prihati dengan status-status dan juga catatan-catatan di FB yang menghina dan mencaci maki Nabi
dan agama. Orang itu juga sama seperti orang buta di dalam kisah ini yang juga sedang meraba-raba
Tuhan dan sedang mempertontonkan konsepnya tentang Tuhan.

Bagi mereka yang sudah �melek� tentu saja kelakuaan para buta ini membuat lucu sekaligus
memprihatinkan, hebatnya jikalau di ingatkan dengan gaya dan bahasa yang lebih pintar mereka
beragumen. Saya sering berkata ya mau bagaimana orang buta��. Sambil menggeleng-geleng,
Buta aja belagu�.. hahaha

Ketika saya masih mondok di padepokan pak War, pada suatu malam ketika kami sedang santai pak
War datang dan duduk bersama, pak War dengan gayanya bertanya :

�Ayo siapa yang tahu arti La ila ha illa lah?�

Kami serentak 3 orang menjawab, �Tiada Tuhan selain Allah�

Pak War tertawa, �Ya benar yang mengartikan itu nantinya akan dipanggang di neraka hahahaha�

Beliau diam sejenak membiarkan bermain-main dengan pikiran dalam Tanya


�Tiada apa-apa yang ada hanya Allah. Hanya Allah�

�Hah ?????� saya mengerinyit bingung

Tapi waktu itu saya masih takut untuk bertanya, jadi saya diam saja. Dan menyimpan kebingungan
saya, dan kelak melalui tokoh Spiritual lintas Agama Indonesia Bapak Anand Krishna saya mengerti
wejangan pak War malam itu.

Ah beruntunglah saya meski saya buta, tetapi saya tidak kolot, meski jika ada yang tidak saya setujui
hal itu mungkin karena kedangkalan pemahaman saya, lah wong namanya juga orang buta. Dan saya
tidak menolak hal yang tidak saya setujui itu, saya menyimpannya, mana tahu dikemudian hari saya
mendapatkan pemahaman baru. Dan apa yang tidak saya setujui dapat saya pahami dan mengerti.

Refrensi :

K I S A H - K I S A H�� S U F I �Kumpulan kisah nasehat para guru sufi� selama seribu tahun yang
lampau oleh Idries Shah (terjemahan: Sapardi Djoko Damono) Penerbit: Pustaka Firdaus, 1984

SUBJEKTIVITAS PERMASALAHAN
Suatu hari di Sekolah Luar Biasa (SLB), seorang guru memperkenalkan seekor gajah kepada
tiga siswanya yang tuna netra. Guru tersebut mengajak tiga siswanya yang buta itu
mendekati gajah, dan sebelum ia menjelaskan kepada siswanya tentang bentuk gajah, pak
guru menyuruh ketiga siswanya untuk memegang dan meraba-raba gajah. Kemudian pak
guru bertanya kepada siswa yang pertama:

“Setelah engkau memegang dan meraba gajah, katakanlah kepadaku, seperti apakah
bentuk gajah?”.

Siswa pertama yang kebetulan memegang bagian perut gajah menjawab dengan penuh
percaya diri:

“Seperti bedug pak”.

Kemudian pak guru bertanya kepada siswa yang kedua:

“Kalau menurutmu, seperti apakah bentuk gajah?”.

“Seperti cambuk atau cemeti pak”. Jawab siswa kedua dengan mantap karena dia
memegang bagian ekor gajah.

Lain lagi dengan jawaban siswa yang ketiga, dia kebetulan memegang bagian telinga dari
gajah, sehingga dengan penuh keyakinan dia menjawab:

“Seperti kipas pak, pipih dan lebar”.

Sahabat fb Rahimakumullah…

Dalam mensikapi permasalahan hidup sehari-hari, kita kerap kali berdebat, beradu
argument, bertengkar, bahkan dengan egois merasa paling benar sendiri dan sering
menyalahkan orang lain. Padahal masing-masing kita adalah orang buta yang berpendapat
berdasarkan persepsi kita masing-masing. Tidak salah jika ketiga siswa buta di atas
membuat kesimpulan tentang bentuk gajah dengan jawaban yang beragam; seperti bedug,
seperti cemeti, atau seperti kipas. Yang salah adalah jika kita egois dan memaksakan
pemikiran, pendapat, dan keinginan kita kepada seseorang.

Sahabat fb Rahimakumullah…
Jika ternyata saat ini ada problematika yang kita perdebatkan dengan sahabat, kekasih,
atau orang yang kita cintai, maka bicarakanlah baik-baik dari hati ke hati. Mari kita
membiasakan diri dengan berdiskusi dan bermusyawarah dengan baik. Dengan segenap
kata-kata santun tanpa perdebatan yang tiada ujungnya. Semoga dengan itu akan ketemu
benang merahnya, dan mufakatpun tercapai. Sungguh ilmu Allah swt. Itu Maha luas. Kita
ibarat orang buta yang mencoba meraba-raba kebenaran, akan tetapi kebenaran sejati
adalah mutlak milik Allah, kompromikan semua perbedaan-perbedaan itu, agar kita bisa
menemukan BENTUK GAJAH secara UTUH.

Allah SWT berfirman:

‫َحمَة َف ِبمَا‬ َِ ‫ت‬


ْ ‫ّللا ِمنَ ر‬ َ ‫م لِ ْن‬ َ ‫ضوا ْال َق ْلبِ َغلِيظَ َفظًّا ُك ْن‬
ْ ‫ت وَلَ ْو لَ ُه‬ ُّ ‫ن ََل ْن َف‬
ْ ‫ك ِم‬
َ ِ‫ح ْول‬ ْ ‫م َف‬
ُ ‫اع‬
َ ‫ف‬ ْ ‫َاست َْغ ِف ْر َع ْن ُه‬
ْ ‫مو‬ْ ‫لَ ُه‬
ْ ‫ه‬
‫م‬ ُ ‫او ْر‬ َ ْ َ
َ ‫ت ف ِإ َذا اْل ْم ِر فِي و‬َ ‫ل َعز َْم‬ َ َ َ
ْ ‫ّللا َعلى ف َتوَك‬ َ َ
ِ ‫ّللا إِن‬ َ ُّ ِ ‫م َتوَكِلِينَ ُي‬ ْ
ُ ‫ال‬
ِ ‫َش‬ َ ‫حب‬

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya (QS. Ali Imran [3]: 159):

َ‫اس َتجَا ُبوا وَال َ ِذين‬


ْ ‫م‬ْ ‫ص ََل َة وَأَ َقا ُموا لِرَبِ ِه‬
َ ‫م ال‬ ُ ‫شورَى وَأَ ْم ُر‬
ْ ‫ه‬ ُ ‫م‬ َ ‫م َو ِم‬
ْ ‫ما بَ ْي َن ُه‬ ُ ‫ون َرز َْقنَا‬
ْ ‫ه‬ َ ‫ُي ْن ِف ُق‬

Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan
shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antar mereka. (QS. asy-
Syura [42]: 38)

Abu Hurairah ra berkata: Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih banyak
musyawarahnya dari pada Rasulullah saw terhadap para sahabatnya.

Diposkan 30th May 2012 oleh Hisyam Burhanuddin

Label: Cerita Inspiratif

KIsah Dibalik Pepatah Cina, Mang Ren Mo Xiang ( 盲人摸象 )

Written By Kebajikan ( De 德 ) on Jumat, 09 Agustus 2013 | 12.14


Sekali waktu ada enam orang buta yang tinggal di sebuah desa di India. Mereka semua sudah buta
semenjak masih kecil, jadi mereka sama sekali tidak tahu bagaimana wujud dari seekor gajah
tersebut.

Setiap hari mereka hanya pergi ke jalan terdekat untuk mengemis. Mereka sudah sering mendengar
tentang gajah, tapi mereka belum pernah melihat sebenarnya gajah itu seperti apa, sehingga mereka
ingin mengetahui bentuknya.

Suatu pagi, ada seekor gajah yang lewat di jalan tempat mereka berdiri. Ketika mereka mendengar
bahwa ada seekor gajah yang lewat, mereka pun meminta penuntun gajah untuk menghentikan
binatang itu untuk sementara waktu, supaya mereka bisa melihatnya dengan cara menyentuhnya.

Penuntun gajah kemudian memberhentikan gajah itu dekat mereka, agar mereka dapat menyentuh
gajah tersebut.

Orang buta yang pertama menempelkan tangannya di sisi gajah dan berkata, "Yah, Gajah ini adalah
seperti dinding."

Orang buta yang kedua kemudian menyentuh salah satu dari gading gajah dan berkata, "Tidak, saya
pikir Anda sangat keliru, gajah itu bulat, halus dan sedikit tajam di atasnya. Dia bukan seperti dinding
tapi seperti tombak."

Orang buta yang ketiga lalu memegang belalai gajah. "Kalian berdua benar-benar salah," katanya.
"Gajah ini jelas seperti ular."

Orang buta yang keempat membuka kedua tangannya di sekitar salah satu kaki gajah dan
memegang bagian kaki gajah, "Oh, betapa butanya Anda!" teriaknya. "Ini sangat jelas bahwa dia
bulat dan tinggi seperti pohon juga seperti tiang yang kokoh."

Orang buta yang kelima ini badannya sangat tinggi dan ia meraba salah satu bagian telinga gajah,
dan berkata, ”Bukan, gajah itu seperti kipas yang amat besar dan persis seperti penggemar. Bahkan
orang harus melihat bahwa gajah ini tidak seperti hal-hal yang Anda sebutkan."
Orang buta yang keenam maju ke depan untuk menyentuh gajah. Dia memegang ekor binatang itu
dan berkata, "Oh, betapa bodohnya kalian semua, gajah ini tidak seperti dinding, atau tombak, atau
ular, atau pohon, juga bukan seperti kipas. Setiap orang bisa dengan jelas melihat dengan matanya
bahwa gajah itu persis seperti tali. "

Setelah itu penuntun membawa gajah pergi dari situ, sementara enam orang laki-laki buta itu masih
duduk di pinggir jalan sepanjang hari. Mereka saling berdebat satu sama lain mengenai pendapatnya
tentang gajah. Mereka tidak mau saling mengalah satu sama lainnya, karena masing-masing percaya
pada apa yang telah disentuhnya tadi.

KIsah Dibalik Pepatah Cina, "Mang Ren Mo Xiang ( 盲人摸象 )” ini melambangkan bahwa orang-
orang yang hanya tahu sebagian saja dari suatu hal, tanpa mengetahui inti /makna sebenarnya dari
hal tersebut. Hal ini terkadang tidak hanya orang buta yang melakukan kesalahan tersebut. Bahkan
orang yang dapat melihat kadang-kadang bertindak seperti orang buta.

Jika anda merasa artikel ini bermanfaat, maka anda dipersilahkan untuk mencetak dan mengedarkan
semua artikel yang dipublikasikan pada Blog Kebajikan ( De 德 ) ini. Mengutip atau mengcopy artikel
di Blog ini harus mencantumkan Kebajikan ( De 德 ) sebagai sumber artikel.

Anda mungkin juga meminati:

Terinspirasi Penilaian Yue Fei Tentang Kuda

Wejangan Chi Kung Hua Fo

Mata Hati

Pikiran dari Membaca "Konfusius pada Kebajikan dari Air"

Misteri Penampakan Naga

盲人摸象 Orang Buta & Gajah

皇宫里养着一头大象,国王常常到花园里来玩耍。有一次,国王请来几位盲人,国王说:“
你们摸一摸,猜猜它是什么东西?” Di istana terdapat seekor gajah yang sangat besar, raja sering
ke taman bunga dan bermain dengannya. Pada suatu kali, raja mendatangkan beberapa orang buta,
raja berujar, “Kalian coba tebak apakah ini?”
第一个盲人摸摸象牙说:“它是大萝卜!”

Orang buta pertama meraba gading gajah, “Ini lobak besar!”

“不对!”第二个盲人摸到象耳朵,说,“是个大簸箕。”

“Salah!” Orang buta kedua meraba telinga gajah, “Ini pengki besar!”

第三个盲人摸着尾巴说:“不是簸箕,是绳子。”

Orang buta ketiga meraba ekornya, “Bukan pengki, ini tali.”

第四个盲人摸摸象肚子说:“是堵墙!”

Orang buta keempat meraba perutnya, “Ini dinding!”

第五个盲人摸着象腿说:“明明是柱子。”

Orang buta kelima meraba kaki gajah, “Sudah jelas ini tiang.”

五个盲人争辩不休,都说自己讲得对,国王和大臣看了哈哈大笑。Kelima orang buta ini terus


saling berdebat, semuanya mengatakan dirinya sendiri yang benar, raja dan menteri terbahak-bahak
melihatnya.

比喻不了解全局,以偏概全,称盲人摸象。Peribahasa ini merupakan perumpamaan dari


orang-orang yang tidak memahami kondisi secara keseluruhan, hanya mengetahui sebagian kecil
informasi.

盲人摸象

mángrénmōxiàng blind people touch an elephant (idiom); fig. unable to see the big picture / to
mistake the part for the whole / unable to see the wood for the trees
Moral :

Ibarat menguasai seluk-beluk medan perang, ketahuilah setiap detil dahulu, agar Anda bisa
memahami keseluruhan kondisi, sehingga bisa mengambil keputusan yang tepat, sebagai salah satu
kunci kesuksesan, jangan seperti kisah di atas, yang masing-masing ternyata salah tetapi tetap
mempertahankan pendapatnya masing-masing.

Sumber:

http://www.youban.com/story-334.html

Kisah Enam Orang Buta Melihat Gajah

Kamis, 29 September 2011 | Diposkan oleh Kumpulan Dongeng Seluruh Dunia | di 12.25 | 0
komentar

Dahulu kala hiduplah enam orang buta. Mereka sering mendengar tentang gajah. Namun karena
mereka semua belum pernah melihatnya, mereka ingin sekali tahu seperti apa gajah itu. Maka
mereka beramai-ramai pergi melihat gajah.

Orang buta pertama mendekati gajah. Ia tersandung dan ketika terjatuh, ia menabrak sisi tubuh
gajah yang kokoh. “Oh, sekarang aku tahu!” katanya, “Gajah itu seperti tembok.”

Orang buta kedua meraba gading gajah. “Mari kita lihat...,” katanya, “Gajah ini bulat, licin dan tajam.
Jelaslah gajah lebih mirip sebuah tombak.”

Yang ketiga kebetulan memegang belalai gajah yang bergerak menggeliat-geliat. “Kalian salah!”
jeritnya, “Gajah ini seperti ular!”

Berikutnya, orang buta keempat melompat penuh semangat dan jatuh menimpa lutut gajah. “Ah!”
katanya, “Bagaimana kalian ini, sudah jelas binatang ini mirip sebatang pohon.”

Yang kelima memegang telinga gajah. “Kipas!” teriaknya, “Bahkan orang yang paling buta pun tahu,
gajah itu mirip kipas.”
Orang buta keenam, segera mendekati sang gajah, ia menggapai dan memegang ekor gajah yang
berayun-ayun. “Aku tahu, kalian semua salah.” Katanya. Gajah mirip dengan tali.”

Demikianlah keenam orang buta itu bertengkar. Masing-masing tidak mau mengalah. Semua teguh
dengan pendapatnya sendiri, yang sebagian benar, namun semuanya salah. Mereka semua hanya
meraba bagian tubuh gajah yang berlainan, mereka tidak melihat keseluruhan hewan gajah itu
sendiri.

Label: Cerita Rakyat India

Anti Kemapanan

| |

Awal ketika bermain band adalah saat-saat yang indah, dengan pengetahuan tentang music yang
pas-pasan kumpul-kumpul dengan sahabat sehati saling mengepresikan diri melalu nada-nada
musik. Memainkan musik band lain, meski terasa ngga begitu mirip namun hati tertawa. Ada
keriangan mana kala bersama saling mengerpresikan diri.

Seiring putaran waktu ada obsesi untuk menghasilkan uang dari musik, dan mulai merubah konsep
awal bermain musik yang semua hanya untuk bersenang-senang mengepresikan diri, menjadi
sesuatu yang komersial. Di kemas secara professional dengan segala aturan professional.

Bermain musik seperti baca pidato, dari pukul sekian hingga pukul sekian main di sini, kemudian
pindah ke caf� sana. Jam sekian hingga jam sekian latihan, kemudian buat demo, dan seterusnya.
Bermain musik menjadi perlombaan dengan waktu. Party-party underground dan juga festival-
festival underground menguras energy tersendiri, hingga pada suatu waktu aku terkapar karena
lelah, dan mulai bertanya apa yang sebenarnya kau cari ?, inikah yang kau inginkan ?

Dimana semua kegembiraan itu?, dulu kita berempat bermain musik karena ingin bermain music,
tidak perduli dengan apa pendapat orang, hanya bermain musik tidak ada maksud yang lain. Namun
sekarang bermain musik seperti menyalakan mesin dan masuk kedalam sirkuit lomba adu hebat.
Apakah ini yang kau cari ?, lantas bahagiakah kau ?.

Dari party-part underground dan juga festival-festival underground aku bertemu dengan sebuah
komunitas kecil punker, dari sanalah aku mengenal istilah Anti Kemapanan. Terkejutnya tak banyak
para punker yang benar-benar mengerti tentang motto mereka itu Anti Kemapanan.

Anti kemapanan = Mandiri.

Anti kemapanan adalah berkarya sesuai dengan hati tanpa memikirkan apa komentar orang, dan
juga tidak tunduk pada industry. Jika industry ingin masuk, maka industry harus mengikuti hati para
pekarya ini. Bukan para pekarya ini yang tunduk dibawah kehendak industry. Anti Kemapanan
adalah sebuah semangat berkarya untuk mencukupi kebutuhan hidup tanpa harus tunduk pada
industry. Dengan demikian karya yang dihasilkan adalah sesuatu yang masih orisinil, masih fresh dan
unik karena tidak mengikuti kehendak industry.

Susah, mungkin karena susah. Akhirnya anti kemapanan itu di implementasikan menjadi sebuah
bentuk perlawanan terhadap masyrakat dalam wujud drug party, anarky dan pada akhirnya
berujung pada kecemburuan social.

Menjadi diri sendiri itulah kekuatan seorang pekarya, berkarya dan berkarya. Berkarya bukan karena
sesuatu harapan melainkan karena dalam proses berkarya itu hati menjadi bahagia. Jangan pernah
menyerah sahabat . Berkaryalah dan berbahagialah !.

Kemaslah karya-karyamu kedalam bentuk Cd music, barang cetakan, buku-buku. Dan jualan sendiri,
jika industry tidak mau menampungnya. Gunakan internet, bergaulah, meski kau senang dengan
music, senang dengan sablonan, senang dengan grafis dan sebagainya, namun bukalah diri,
belajarlah banyak hal. Jangan pikirkan hasil jualan, hanyutlah kedalam proses, kau tidak pernah
dapat membohongi dirimu sendiri proses itulah yang sebenarnya membahagiakan mu. Berkaryalah
dan berbahagialah, sahabat!.

Di publikasikan di http://www.surahman.com untuk para sahabat underground dan punkers yang


tetap setia pada hatinya.

LEBIH BAIK KURANG GAUL DARIPADA SALAH GAUL

| |

�Kesadaran kita merosot karena pergaulan dengan mereka yang tidak menunjang terjadinya
peningkatan kesadaran. Kesadaran kita merosot karena keterikatan dengan keadaan yang tidak
menunjang evolusi batin. Kita sudah salah gaul�. Lebih baik kurang gaul daripada salah gaul�
(Anand Krishna � 108 Mutiara Kehidupan )

Salah satu hal yang menyebabkan saya sukses keluar dari kecanduan drug adalah memutuskan
hubungan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan drug, termasuk pergaulan. Awalnya sangat
berat, terlebih lagi sering teman saya mendatangi saya, saya selalu sembunyi dan menyuruh
keluarga saya untuk mengatakan saya sedang di Jogya.

Hampir 3 bulanan saya tidak keluar rumah, saya masih bingung mau ngapain, be te juga, namun
kemauan untuk keluar dari jeratan drug membuat saya bertahan, untung kemudian saya
mendapatkan pekerjaan d isebuah perusahaan swasta, saya jadi bisa �lari� dari pergaulan lama
saya.

Pergi meninggalkan pergaulan lama memang tidak mudah, bahkan cenderung terasa sakit jika kita
mendengar omongan teman-teman lama tersebut, tetapi itu harus dilakukan. Karena kondisi tanpa
drug ini masih sangat baru, hanya beberapa bulan, sementara kondisi dengan drug sudah sangat
lama hampir 6 tahunan, tentu saja sangat rawan bagi saya untuk mencoba drug lagi jika pemicu-
pemicunya tidak diputuskan.

Berubah bukan pekerjaan yang mudah, berubah menuntut kesungguhan hati. Salah satunya adalah
dengan memutuskan diri dari pergaulan yang tidak menunjang dengan evolusi batin. Meski tidak
mudah namun bukan berarti tidak dapat dilakukan, dan dengan merubah diri berarti telah hilang
satu orang bodoh dari Republik ini. Dan hanya dengan merubah diri itulah kita dapat merubah negeri
tercinta ini.

Anthony de Mello SJ Berkisah :

Sufi Bayazid bercerita tentang dirinya seperti berikut ini: 'Waktu masih muda, aku ini revolusioner
dan aku selalu berdoa: Tuhan, berilah aku kekuatan untuk mengubah dunia!'

'Ketika aku sudah separuh baya dan sadar bahwa setengah hidupku sudah lewat tanpa mengubah
satu orang pun, aku mengubah doaku menjadi: 'Tuhan, berilah aku rahmat untuk mengubah semua
orang yang berhubungan denganku: keluarga dan kawan-kawanku, dan aku akan merasa puas.'

'Sekarang ketika aku sudah menjadi tua dan saat kematianku sudah dekat, aku mulai melihat betapa
bodohnya aku. Doaku satu-satunya sekarang adalah: 'Tuhan, berilah aku rahmat untuk mengubah
diriku sendiri.' Seandainya sejak semula aku berdoa begitu, maka aku tidak begitu menyia-nyiakan
hidupku!'

Setiap orang berpikir mau mengubah umat manusia. Hampir tak seorang pun berpikir bagaimana
mengubah dirinya.
Yuk, dari pada mengossipkan orang lain. Dari pada membicarakan keburukan orang. Lebih baik
energy itu kita gunakan untuk merubah diri. Kita gunakan untuk mengossipkan diri sendiri. Kita
gunakan untuk mencari keburukan diri sendiri. Percaya atau ngga percaya keburukan orang yang kita
lihat sesungguhnya hanyalah proyeksi dari keburukan yang ada di dalam diri sendiri, lebih mudah
memang melihatnya di dalam diri orang ketimbang dari dalam diri sendiri.

Dan Cuma para pemberani saja yang berani mengossipkan diri sendiri. Dan hanya para pemberani
saja yang berani mencari keburukan diri sendiri. Well bagaimana boss ?

Refrensi :

The Pocket Anand Krishna 108 Mutiara Kehidupan � Anand Krishna � Koperasi Global Anand
Krishna

Burung Berkicau, Anthony de Mello SJ, Yayasan Cipta Loka Caraka

��

Anda mungkin juga menyukai