Anda di halaman 1dari 3

Bab III

Selanjutnya saya akan membahas tentang “ DARI GUE KE KOTA “ sebelum saya
membahas inti dari bab ini bung karna pernah berkata "Kalau perempuan itu baik,
maka jayalah negara. Tetapi kalau perempuan itu buruk, maka runtuhlah
negara."

Ilmu pengetahuan (wetenschap) sudah lama membantah pendapat setengah orang, bahwa adanya
manusia di muka bumi ini barulah 6.000 tahun atau kurang lebih 7.600 tahun saja. Ilmu geologi,
anthropologi, archeologi, histori dan praehistori menetapkan dengan bukti-bukti yang nyata, yang
dapat diraba, bahwa manusia itu telah ratusan ribu tahun mendiami muka bumi ini: Sir Arthur Keith
misalnya menghitung zaman manusia itu pada kurang lebih 800.000 atau 900.000 tahun. Setidak-
tidaknya tak kurang dari 300.000 tahun (I.H.Jeans). Hanya saja harus diketahui, bahwa manusia
purbakala itu belum begitu sempurna sebagai manusia zaman sekarang.

Manusia-manusia purbakala itu pada mulanya hidup di dalam rimba-rimba dan gua-
gua.Mereka belum mempunyai perkakas, mereka belum kenal besi, mereka belum cukup
cerdas membuat rumah. Sebab di zaman yang pertama itu, manusia hidup dari memburu
dan mencari ikan, seperti binatang-binatang juga ada yang memburu ikan,seperti binatang-
binatang juga ada yang memburu dan mencari ikan. Mereka selalu berpindah-pindah
tempat, tempat yang sudah habis binatangnya dan ikannya mereka tinggalkan, untuk
mencari lain tempat yang banyak binatangnya dan banyak ikannya pula. Mereka adalah
hidup secara “nomade”, yang selalu berpindah kian kemari, jadi yang tak perlu mempunyai
“rumah”. Hutan dan gua, itulah rumah mereka.
Di dalam tingkat yang pertama itu, mereka belum mempunyai masyarakat. Mereka hidup
berkawan-kawanan, di dalam persekutuan-persekutuan kecil yang dinamakan horde
(ke1ompok), dengan tak ada pertalian apa apa melainkan pertalian kerja bersama dan
perlindungan bersama, dengan tak ada “moral”. melainkan moral cari makan dan cari
hidup. Mereka tak banyak ubahnya dari pada anjin-ganjing serigala atau gajah-gajah, yang
juga hidup di dalam
gerombolan-gerombolan kelompok. Mereka sebagai anjinganjing dan gajah-gajah itu,
selalu berpindah kian-kemari menurut keperluan pencaharian hidup dan keselamatan hidup.
Kalau pada satu tempat, buruan dan ikan sudah habis,ditinggalkanlah tempat itu, dan
dicarinyalah tempat lain.Di dalam kelompok inilah perempuan telah mulai menjadi
makhluk yang ditaklukkan. “Pembahagian pekerjaan adalah sebabnya ketaklukan itu. Laki-
laki semuanya pergi kiankemari, semuanya memburu, mencari ikan, semuanya berkelahi
dengan binatang-binatang buas atau dengan kelompok-kelompok manusia yang lain, tetapi
perempuan hanya sebagian saja yang ikut pekerjaan itu: Perempuan yang hamil atau yang
membawa anak-anak kecil, tak dapat ikut lari-lari, tak dapat ikut memburu atau berjuang. Ia
bersamasama laki-laki. yang sudah kakek-kakek tinggal di dalam gua atau di bawah pohon
“kediamannya”, menunggu kaum lakilaki pulang dari perburuan atau perkelahiannya itu. Ia
bergantung kepada laki-laki, dan menilik kekasaran dan kebinatangan semua makhluk yang
masih liar, maka niscaya nasib perempuan di waktu itu pada umumnya sangat tersiasia. Ia
diperintah saja oleh laki-laki itu, diperkudakan, disuruh mencari daun-daunan dan akar
akaran, disuruh memelihara api siang dan malam, dibebani dengan segala pekerjaan yang
tidak termasuk perburuan dan pencarian ikan. Ia, menurut August Bebel
“Perempuan adalah budak sebelum ada budak”. Ia adalah bernasib sama dengan anjing
betina, yang kalau yang jantan tak senang, terus digigit dan dihantam saja, -atau
ditinggalkan oleh anjing jantan itu mentah-mentahan. Malah kadangkadang ia dibunuh,
sebagaimana kakek-kakek dan nenek-nenekpun dibunuh, karena terlalu membebani
kelompok INI.Hukum persuami-isterian belum ada di dalam kelompok itu.
Menurut Prof. Bachofen adalah di dalam kelompok itu “promiskuiteit”, artinya: bahwa di
dalam kelompok itu.
Hantam-kromo campuran saja laki-laki dan perempuan mencari kepuasan syahwat satu
dengan yang lain. Hantamkromo saja urusan syahwat itu, -mana yang disukai pada sesuatu
saat, itulah yang jadi. Menurut Eisler, di dalam kelompok tidak ada anarkhi seksuil yang
absolut. Lakilaki selalu «berkawin» buat sementara dengan perempuan yang ia senangi.

Di dalam kelompok itu bukan «promiskuiteit» yang orang lihat, begitulah kata Eisler, tapi
«pasanganpasangan yang sementara», tijdelijke paring, atau di dalam bahasa Jerman «Zeit-
Ehe». Benar lelaki mengambil isteri mana saja di dalam kelompok itu yang ia sukai, benar
perempuanpun berbuat begitu tetapi «pasangan-sementara» selalu ada. Laki-laki tidak
menanggung tanggungan sedikit-pun atas akibat-akibatnya «pasangan sementara» itu, tetapi
perempuanlah yang menanggung hamilnya, perempuanlah yang menanggung pemeliharaan
anak, perempuanlah yang menanggung segala konsekwensi «pasangan-sementara» itu. Di
dalam periode kelompok sudahlah perempuan sengsara, -budak yang pertama- sebagai kata
Bebel tadi itu.
Menurut keterangan ahli-ahli ini, maka bagaimapun juga jeleknya nasib perempuan di
dalam kelompok itu, belumlah ia menjadi siksaan jiwa yang begitu sangat sebagai
perempuanperempuan tutupan di zaman sekarang ini. Sebagaimana nasib serigala betina di
dalam kelompok serigala bukan nasib yang jelek sama sekali, -anjing serigala betina masih
banyak kesenangannya dan kemerdekaannya, maka perempuan kelompok pun masih
banyak kesenangannya dan kemerdekaannya.Tetapi lambat laun datanglah perubahan.
periode mencari hidup dengan berburu dan mencari ikan berganti dengan periode, yang
pencaharian hidupnya secara lain. Menurut keterangan ahli-ahli ini, maka bagaimapun juga
jeleknya nasib perempuan di dalam kelompok itu, belumlah ia menjadi
siksaan jiwa yang begitu sangat sebagai perempuanperempuan tutupan di zaman sekarang
ini. Sorot mata perempuan-perempuan kelompok tentu masih sorot mata
“merdeka”, menilik gambar-gambar di dalam gua dari puluhan ribu tahun yang lalu, yang
menggambarkan perempuan ikut“berpesta” dengan kaum laki-laki. Sebagaimana nasib
serigala betina di dalam kelompok serigala bukan nasib yang jelek sama sekali, -anjing
serigala betina masih banyak kesenangannya dan kemerdekaannya, maka perempuan
kelompok pun masih banyak kesenangannya dan kemerdekaannya. Lama sekali periode ini.
Tetapi lambat laun datanglah perubahan. Periode mencari hidup dengan berburu dan
mencari ikan berganti dengan periode, yang pencaharianhidupnya secara lain. Banyak ahli
mengatakan, bahwa periode perburuan dan pencaharian ikan itu, diikuti oleh periode
menternakkan binatang, periode penggembalaan. Binatang-binatang yang orang tangkap di
waktu perburuan itu, yang tidak mati, orang peliharakan, dan ini menjadi asal-asalnya orang
memelihara ternak: memelihara sapi, memelihara kuda,memelihara kambing, memelihara
kerbau. Tetapi setengah lagi kaum ahli, mengatakan bahwa pertanian adalah satu tingkatan
yang lebih dimana menurut parah alih manusia dulu tidaj hanya makan ikan saja, tetapi
niscaya makan juga tumbuh-tumbuhan liar. Dari sini perempuan mencari tumbuh -
tumbuhan, dan lambat-laun terbuka ingatannya akan menanam benih-benih tumbuh -
tumbuhan itu.
perubahan proses pencaharian ini, membawa perubahan besar di dalam nasib perempuan
itu.Mulai sekarang dia menjadi makhluk yang penting, oleh karena dialah mulai sekarang
menjadi pembuat bekal hidup yang penting, yakni ubi, keladi, jagung dan lain sebagainya
yang dia perdapat dengan pertaniannya itu, meski pertaniannya itu masih sederhana
sekali. Dia mulai sekarang menjadi produsen yang berharga. Malahan dialah yang
menjadi induk kemajuan, induknya «kultur», yang mula-mula.
Dialah petani yang pertama, tetapi dia pulalah yang pertama sekali mulai terbuka
ingatannya membuat rumah. Dia, kaum perempuan itu, dialah yang mula-mula terbuka
ingatannya membuat tali guna mengikat bagian-bagian gubugnya, membuat barang-barang
keperluan hidup yang sangat perlu, sebagai misalnya melunakkan kulit binatang yang sudah
kering, menganyam tikar atau menganyam keranjang, memintal serat kayu menjadi
benang, menenun benang itu menjadi kain kasar, membentuk tanah liat menjadi semacam
periuk atau semacam pinggan.  kaum perempuan, dialah yang mula-mula induknya
kultur. Orang laki-laki yang kini banyak tempo terluang, mulai mengerjakan
peternakan. Maka di sini adalah pertanian itu disampingi oleh peternakan. Tapi kecuali di
negeri-negeri yang memang negeri rumput, tak mampu peternakan itu mengalahkan
pertanian. Pertanian tetap sumber hidup yang paling penting.
Maka makin tambah pentingnya arti pertanian di dalam kehidupan dan penghidupan
manusia itu, makin naiklah derajat perempuan, makin naiklah kekuasaannya dan pertama
kali di dalam sejarah kemanusiaan.
zaman selalu berjalan, zaman selalu beralih.
Datanglah tingkat ketiga di dalam sejarah perikemanusiaan itu, yang menggugurkan lagi
kaum perempuan dari singgasananya. 

Bab III
Selanjutnya saya akan membahas tentang “ DARI GUE KE KOTA “ sebelum saya
membahas inti dari bab ini bung karna pernah berkata "Kalau perempuan itu baik,
maka jayalah negara. Tetapi kalau perempuan itu buruk, maka runtuhlah
negara."

Anda mungkin juga menyukai