Anda di halaman 1dari 5

6 Siklus Hidup Ascaris Lumbricoides Secara Singkat

Ascaris lumbricoides adalah hewan invertebrata multiseluler yang hidup sebagai parasit dalam tubuh
manusia. Dalam klasifikasi makhluk hidup, A. lumbricoides digolongkan dalam filum Vermes atau cacing.
Klasifikasi animalia A. lumbricoides menempatkannya dalam kelas Nematoda atau kelompok cacing gilig.
Sebutan lain untuk A. lumbricoides adalah cacing perut.

Disebut cacing perut, karena cacing ini dapat ditemukan dalam perut manusia. Sebenarnya banyak
cacing jenis lain yang ditemukan dalam perut manusia, salah satunya adalah Taenia sp dari kelas
Platyhelminthes. Ciri ciri Platyhelminthes adalah tubuhnya pipih menyerupai pita sehingga mudah
dibedakan dari A. lumbricoides. Perbedaan lainnya adalah daur hidup cacing pita ada inang lain seperti
babi, sapi, dan hewan ternak lain. Sedangkan bagi cacing A. lumbricoides, manusia adalah satu satunya
inang.

Struktur dan Sistem Reproduksi

A. lumbricoides memiliki tubuh seperti tabung yang memanjang dan agak pipih dibagian ujungnya. Ada
cacing jenis jantan dan betina. Kedua jenis ini dapat dibedakan berdasarkan bentuk tubuhnya. Salah satu
contohnya adalah ukuran jantan lebih kecil dibandingkan cacing betinanya. Pada bagian anterior (atas,
kepala) cacing A. lumbricoides, ditemukan mulut yang memiliki 3 bibir. Masing – masing memiliki gigi
dibagian dalamnya.

Cara satu satunya cacing A. lumbricoides untuk berkembangbiak adalah dengan cara seksual atau
melalui perkawinan. Oleh karena itu cacing ini memiliki tubuh yang mendukung terjadinya perkawinan
ini. Beberapa ciri dan struktur yang ada pada cacing A. lumbricoides jantan dan betina antara lain:

1. Cacing Jantan

cacing jantan memiliki ukuran tubuh lebih kecil dibandingkan betina – ukuran tubuh cacing A.
lumbricoides jantan berkisar antara 15-30 cm dan diameter 3-5 mm.
Bagian posterior (ekor) melengkung seperti kait

anus dan lubang genital sama

ada sepasang penial setae yang menyerupai jarum didalam cloaca

memiliki preanal dan postanal papillae untuk membantu kopulasi/perkawinan

organ reproduksi terdiri dari testis, vas deferens, seminal vesicle, ejaculatory duct, cloaca dan penial
setae

2. Cacing Betina

Tubuh betina lebih besar dibanding cacing jantannya – ukuran tubuh betina sekitar 20 – 40 cm dengan
diamater antara 6 – 8 mm

Bagian posterior (ekor) lurus

anus dan lubang genital tidak sama – lubang genital ada di sepertiga bagian tubuh dari ujung anterior

tidak memiliki penial setae

tidak memiliki preanal dan postanal papillae untuk membantu kopulasinya

organ reproduksi hampir sama dengan alat reproduksi wanita pada umumnya, yaitu terdiri dari ovarium,
oviduk, uterus dan vagina

Penjelasan singkat tentang organ reproduksi jantan dan betina adalah sebagai berikut:

testis – cacing A. lumbricoides memiliki satu testis saja. Disinilah tempat terjadinya spermatogenesis,
peristiwa pembentukan sperma

vas deferens – saluran dari testis.

seminal vesicle – saluran lurus dari vas deferens dan testis. Saluran ini lebih tebal dibandingkan vas
deferens. Ini juga berfungsi menyimpan sperma yang telah matang

ejaculary duct – Saluran seminal vesicle menuju ke saluran yang lebih pendek dan memiliki banyak otot
disebut ejaculary duct. Saluran ini membuka menuju bagian ujung dari rectum (anus)

cloaca – bagian akhir dari rectum, menerima feses dan sperma untuk dikeluarkan dari tubuh

penial setae – berfungsi untuk menjaga vulva betina tetap terbuka saat kopulasi.
ovarium – cacing betina memiliki 2 buah ovarium, tempat terjadinya oogenesis, atau pembentukan sel
telur

oviduk – saluran dari ovarium ke uterus.

uterus – berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan sel telur yang telah dibuahi

vagina – lubang untuk kopulasi, memiliki vulva yang membuka dan menutup.

Siklus Hidup

Siklus Hidup Ascaris lumbricoides digambarkan sebagai berikut:

1. Proses Perkawinan

Hewan A. lumbricoides memiliki jenis betina dan jantan. Keduanya dapat dibedakan dengan mudah.
Tubuh jantan biasanya lebih kecil dengan salah satu ujung melengkung seperti kait. Sedangkan tubuh
betinanya lebih besar dengan ujung lurus.

Satu satunya cara berkembangbiak hewan A. lumbricoides adalah dengan cara seksual atau perkawinan.
Perkembangbiakan hewan ini akan menghasilkan telur sekitar 200.000 buah. Perkawinan ini terjadi
didalam bagian bagian usus halus manusia.

2. Telur lumbricoides Keluar Dari Tubuh Manusia

Meskipun cacing dapat bertelur dalam tubuh manusia, namun telur itu tidak bisa berkembang lebih
lanjut. Hal ini dikarenakan untuk berkembang telur A. lumbricoides memerlukan suhu yang rendah,
banyak oksigen, dan lingkungan yang lembab. Sehingga telur hanya bisa berkembang apabila berada
diluar tubuh manusia. Telur biasanya ditemukan pada bagian usus, khususnya bagian bagian usus besar
manusia dan terbawa keluar dalam feses. Apabila kondisi lingkungan mendukung, telur yang telah
dibuahi akan berkembang ketahap selanjutnya.
3. Telur Berkembang

Dalam hidupnya, cacing hanya memiliki satu inang yaitu manusia, sama halnya dengan daur hidup
cacing kremi. Meskipun demikian tidak semua telur dapat menginfeksi manusia. Hanya telur yang
dibuahi saja yang dapat menginfeksi tubuh. Telur yang dibuahi akan berkembang menjadi embrio dalam
kondisi lingkungan yang mendukung. Oleh karena itu salah satu pencegahan penyebaran A.
lumbricoides adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan. Dalam lingkungan yang tidak terjaga
seperti penggunaan sungai sebagai buang air sekaligus kebutuhan lain, infeksi A. lumbricoides sangat
mungkin terjadi.

4. Infeksi ke Inang

Telah diuraikan sebelumnya bahwa dalam lingkungan yang kebersihannya tidak terjaga, infeksi A.
lumbricoides dapat terjadi. Telur cacing dapat masuk melalui makanan, minuman, atau tangan manusia
yang tidak higienis. Saat telur masuk dalam sistem pencernaan pada manusia, telur akan menetas
menjadi larva.

5. Migrasi lumbricoides

Setelah ada didalam usus halus manusia, larva cacing kemudian menembus dinding usus dan masuk
dalam sistem sirkulasi pada manusia melalui pembuluh kapiler. Cacing A. lumbricoides biasanya berada
dalam alat peredaran darah manusia selama satu minggu sebelum mencapai paru paru. Sesampainya
dalam paru paru, cacing akan berpindah ke alveolus. Disini mereka tumbuh. Namun dalam beberapa
kasus, larva cacing yang ada dalam darah dapat masuk kedalam organ lain seperti bagian bagian otak
manusia, mata, sumsum tulang belakang dan sebagainya.

6. Kembali Masuk dalam Sistem Pencernaan


Setelah beberapa waktu, larva dalam alveolus akan tumbuh dan akhirnya naik ke bagian bronkus. Larva
akan terus naik menuju laring. Adanya larva pada laring memicu batuk yang menyebabkan larva
berpindah ke kerongkongan dan tertelan kembali ke sistem pencernaan. Kemudian didalam usus halus,
larva cacing akan berkembang dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Siklus ini akan kembali berlanjut.

Anda mungkin juga menyukai