Anda di halaman 1dari 3

SENJA DI PELABUHAN KECIL

karya :Chairil Anwar

Ini kali tidak ada yang mencari cinta


di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang


menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan


menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
Dalam puisi SENJA DI PELABUHAN KECIL chairil anwar memberikan pilihan kata
yang terlihat biasa dan terkesan kata-kata yang biasa digunakan dalam kesehariaannya. Tetapi
pengarang membungkus kataskata dalam puisi tersebut dengan menggunakan bukan arti kata
yang sebenarnya.terdapat pada kata gudang, rumah tua pada cerita, tiang serta temali,
mempercaya mau berpaut kata-kata ini bermakna sebuah kedukaan. Oleh Chairil Anwar kata
gudang dan rumah tua sebagai symbol sesuatu yang tak berguna seperti dirinya yang dianggap
tiada berguna lagi. Kata ”mempercaya mau berpaut” merupakan sebuah harapan Chairil sebagai
pengaran pada kekasihnya.

Kata kelam dan muram diungkapkan pengarang memberi kesan pada makna kesedihan
yang dirasakan. Pengarang juga mencoba menggambarkan sebuah kebekuan perasaan dan jiwa
dalam puisi ini lewat kata tanah dan air.

Seorang Chairil mampu menciptakan pilihan kata sebaik mungkin walaupun kata yang
digunakan adalah bahasa percakapan, tapi lewat kata-kata tersebut mampu menghadirkan makna
yang dalam. Namun ada kata yang tidak biasa diucapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti
kata akanan.

Chairil merupakan salah satu penyair yang tidak selalu terikat pada peraturan sehingga
terkadang Chairil tidak pernah memperhatikan bunyi yang ada dalam puisinya. Chairil anwar
berpendapat bahwa sebuah puisi adalah suatu kebebasan. Namun lain halnya dengan puisi ini
chairil memperhatikan bunyi walau tidak terlihat secara mencolok.

Meskipun bahasa dalam puisi ini adalah bahasa percakapan sehari-hari namun dibalik
kata-kata tersebut charily memberikan bahasa kias. Bahasa kias tersebut digunakan pengarang
untuk memperdalam makna yang ada dalam puisinya.

....................................................

di antara gudang, rumah tua pada cerita

tiang serta temali. Kapal, perahu tidak berlaut

........................................................

........Ada juga kelepak elang


............................................

dan kini tanah dan air tidur hilang ombak

Dari kutipan tersebut terlihat adanya bahasa metafora yangdigunakan pengarang untuk
memperdalam rasa duka yang dirasakan. Ketidak berdayaan diungkapkan Chairil sebagai sebuah
gudang, rumah tua, tiang, dan temali yang tiada berguna. Harapan pengarang kandas bagai kapal
dan perahu yang tidak melaut karena menghempaskan diri di pantai saja. Serta kebekuan hati
bagai air dan tanah yang tidur dan tidak bergerak.

Bahasa personifikasi juga di tampilkan pengarang pada rumah tua pada cerita, ada juga
kelepak elang menyinggung muram, desir hari lari berenang, dan kini tanah dan air tidur hilang
ombak dan sedu penghabisan bisa terdekap. Lewat kata tersebut chairil mencoba menghidupkan
rumah tua yang seakan mampu becerita, dan menghidupkan juga kelepak elang yang mampu
menyinggung perasaan orang yang sedang muram. Hari pun dikatakan penyair seakan berlari
dan berenang menjauh hingga pengarang tidak bisa memutar balik waktu itu. Pengarang juga
berusaha menidurkan tanah dan air sehingga merasa dalamlah kebekuan hati seseorang yang
digambarkan. Semuanya ini menyebabkan hanya sendu yang bisa ia peluk bukan orangnya.
Sinekdok juga diciptakan pengarang, terlihat pada kata tiang yang sebenarnya pengarang
mencobah menggambarkan rumah, kata kapal dan perahu yang berarti pelabuhan. Kalimat dan
kini tanah dan air tidur hilang ombak pengarang juga mencoba menampilkan bahasa hiperbola
karena melebih-lebihkan kebekuan hati sang gadis itu. Sebenarnya bahasa kiasan yang
digunakan pengarang hanya bertujuan agar mampu menciptakan makna yang lebih mendalam
pada pembaca.

Chairil biasanya orang yang tegar dan selalu optimis dalam segala hal dan seorang vhairil
yang selalu memiliki semangat yang menggebu tetapi dalam puisi ini dia merasa pesimis karena
cintanya sudah kandas. Jadi jelas tergambar puisi ini seakan-akan menjadi melankolis karena
sajaknya berisi tentang ratapan dan kesedihan. Namun dengan emosi Chairil yang mampu
menguasai puisi tersebut menghasilkan sebuah karya yang tampak tidak terlalu sendu.

Anda mungkin juga menyukai