Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENELITIAN TUGAS PROYEK AKHIR MATA KULIAH FONOLOGI

TENTANG DESKRIPSI SISTEM FONOLOGI BAHASA DAERAH MASING- MASING

Dosen Pembimbing: Dr. Ngusman Abdul Manaf, M. Hum

Oleh:

AISYA NABILLA PUTRI

21017031

SASTRA INDONESIA

BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (NK)

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022

i
Abstrak: Sistem fonologi adalah sistem ketatabahasaan yang digunakan oleh suatu masyarakat
untuk membedakannya dari masyarakat lain. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan sistem
fonologi bahasa Paninggahan, mendeskripsikan fonem bahasa, mulai dari vokal, konsonan,
diftong dan gugus konsonan bahasa Paninggahan dan alofonnya serta mendeskripsikan distri
fonem bahasa Paninggahan. Sumber data diperoleh melalui informan yang merupakan penutur
bahasa asli bahasa Paninggahan dialek Paninggahan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan
yaitu mengumpulkan data dengan teknik simak, rekam, dan catat. Teknik simak adalah
menyimak cerita atau pembicaraan yang dilakukan informan, teknik rekam adalah merekam
cerita yang dituturkan oleh informan, serta teknik catat adalah mencatat hasil rekaman yang
dituturkan oleh informan. Teknik analisis data dilakukan dengan mengolah data dengan cara
tuturan bahasa lisan ditranskripsikan ke bahasa tulis, dicatat fonem vokal, konsonan, diftong,
kluster, distribusi fonem, dan pola suku kata bahasa. Kemudian bunyi bahasa dikelompokkan
berdasarkan kesamaan dan kemiripannya, bunyi- bunyi bahasa yang mirip diuji dengan pasangan
minimal untuk menentukan apakah bunyi bahasa yang mirip itu merupakan fonem yang berbeda
atau sekedar alofon.

Kata kunci: Paninggahan, dialek, fonologi.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................................i

ABSTRAK...............................................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG..................................................................................................1
B. MASALAH..................................................................................................................2
C. TUJUAN......................................................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................................3


A. FONOLOGI..................................................................................................................3
B. FONEM........................................................................................................................4
C. ALOFON......................................................................................................................7
D. PENGUJIAN FONEM.................................................................................................7
E. DISTRIBUSI FONEM.................................................................................................8
F. POLA SUKU KATA....................................................................................................8
G. BAHASA DAERAH....................................................................................................9
H. BAHASA STANDAR, DIALEK, SUBDIALEK........................................................9

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................................10

BAB IV HASIL PENELITIAN...............................................................................................11


A. FONEM VOKAL DAN ALOFON BAHASA NAGARI PANINGGAHAN DIALEK
PANINGGAHAN........................................................................................................11
B. DISTRIBUSI FONEM BAHASA NAGARI PANINGGAHAN................................15

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................17

A. SIMPULAN..................................................................................................................17

iii
B. SARAN........................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18

LAMPIRAN.............................................................................................................................19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah sistem yang keluar dari alat ucap manusia yang digunakan dalam
aktivitas sehari- hari. Bahasa merupakan media komunikasi yang sangat penting dan
merupakan alat komunikasi lingual manusia, baik secara lisan maupun tulisan. Ini adalah
fungsi dasar bahasa yang tidak dihubungkan dengan status dan nilai- nilai sosial. Dengan
adanya bahasa seseorang dapat berkomunikasi dengan orang lain dan bisa menyampaikan
segala isi hati dan pikiran dengan merangkainya menjadi sebuah kalimat. Dalam
pandangan sosiolinguistik bahasa ialah tingkah laku sosial (social behavior) yang
digunakan dalam komunikasi sosial.
Indonesia terdiri dari tiga puluh empat provinsi yang masing- masing provinsi itu
memiliki bahasa yang berbeda satu sama lain. Masing- masing daerah di provinsi tersebut
terkadang juga memiliki bahasa yang berbeda atau penuturan yang berbeda. Salah
satunya adalah provinsi Sumatera Barat yang dikenal sebagai orang Minangkabau.
Bahasa daerah Sumatera Barat adalah bahasa Padang, namun di beberapa daerah lainnya
yang masih termasuk wilayah Sumatera Barat memiliki bahasa yang sedikit berbeda
meskipun masih dikategorikan sebagai bahasa Padang. Salah satunya adalah bahasa
Paninggahan. Paninggahan yang terletak di daerah Kabupaten Solok ini juga memiliki
sedikit perbedaan bahasa dengan bahasa Solok itu sendiri. Peneliti memilih Nagari
Paninggahan sebagai tempat penelitian tentang bahasa daerah, karena penelitian bahasa
Paninggahan belum pernah dilakukan.Hasil penelitian ini akan membahas tentang Sistem
Fonologi Bahasa Paninggahan agar pembaca mengetahui bagaimana bahasa dari daerah
Paninggahan dan agar pemilik bahasa asli daerah Paninggahan dapat melestarikannya.
Menurut Chaer (2009:5) fonologi adalah bunyi- bunyi bahasa sebagai satuan
terkecil dari ujaran beserta dengan gabungan antarbunyi yang membentuk silabel atau
suku kata. Serta juga dengan unsur- unsur suprasegmental, seperti tekanan nada, hentian
dan durasi. Batasan yang dikemukakan Chaer tentang fonologi adalah bidang ilmu bahasa

1
yang khusus mempelajari bunyi- bunyi bahasa yang signifikan, yaitu semua bunyi bahasa
yang bersifat membedakan arti.
Data dalam penelitian ini adalah hasil rekaman yang dilakukan oleh informan
dengan menceritakan sebuah cerita daerah yang menggunakan bahasa daerah nagari
Paninggahan. Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis berdasarkan analisis data
sebagai berikut. (1) Mentranskripsikan data yang ada didalam rekaman kedalam buku
data, (2) Menginventarisasikan bunyi bahasa, (3) Mengklasifikasikan bunyi bahasa dari
berbagai fitur artikulasinya dan distribusinya untuk memperoleh bunyi vokal, konsonan,
diftong, kluster, (4) Pengujian fonem dengan cara menggolongkan bunyi- bunyi bahasa
yang secara fonetis mirip, (5) Menentukan pola suku kata, (6) Membuat kesimpulan.
B. Masalah
Penelitian ini dilakukan karena belum adanya deskripsi Sistem Fonologi Bahasa
Daerah Nagari Paninggahan dialek Paninggahan.
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan fonem bahasa: vokal, konsonan, diftong bahasa Paninggahan dan
alofonnya
2. Mendeskripsikan distribusi fonem bahasa Paninggahan
3. Mendeskripsikan pola suku kata bahasa Paninggahan
4. Mendeskripsikan persamaan bunyi bahasa Paninggahan

2
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Fonologi
Fonologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari tata bunyi atau kaidah bunyi
dan cara menghasilkannya. Alwasilah (1933:105) mendefinisikan fonologi adalah ilmu
bahasa yang membicarakan bunyi- bunyi bahasa tertentu dan mempelajari fungsi bunyi
untuk membedakan atau mengidentifikasi kata- kata tertentu. Kridalaksana (1983: 45)
mengatakan fonologi adalah bidang linguistic yang menyelidiki bunyi- bunyi bahasa tertentu
menurut fungsinya. Menurut Verhaar (1985: 36) fonologi adalah bidang yang khusus dalam
linguistic yang mengamati bunyi- bunyi bahasa tertentu menurut fungsinya untuk
membedakan makna leksikal dalam bahasa tersebut. Terdapat dua cabang ilmu dalam
fonologi, yaitu fonetik dan fonemik.
1. Fonetik
Fonetik adalah bidang linguistic yang mempelajari bunyi bahasa atau bunyi ujaran
tanpa memperhatikan apakah bunyi itu membedakan arti atau tidak. Yang menjadi
perhatiannya adalah bagaimana bunyi diartikulasikan atau diproduksi, bagaimana
property bunyi getaran, bagaimana bunyi itu diterima dan dikenali oleh telinga.
Fonetik dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
a) Fonetik artikulatoris atau organis, mempelajari mekanisme alat- alat ucap
bekerja dalam menghasilkan bunyi ujaran dan bagaimana bunyi- bunyi itu
diklasifikasikan.
b) Fonetik akustik, mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa menyelidikinya
dari segi frekuensi getaran, amplitude intensitas, dan timbrenya. Perhatian
utamanya adalah gelombang- gelombang bunyi yang timbul pada saat
kegiatan wicara dan transmisi gelombang- gelombang tersebut melalui udara.
c) Fonetik auditoris, mempelajari mekanisme penerimaan bunyi- bunyi bahasa
itu oleh telinga. Perhatian utamanya adalah pada persepsi gelombang-
gelombang bunyi oleh telinga pendengar, baik yang berkenaan dengan

3
fisiologi telinga dan alat dengan yang terkait maupun berkenaan dengan
psikologi persepsi.
2. Fonemik
Fonemik adalah sub cabang linguistic yang menyelidiki bagaimana bunyi- bunyi
bahasa dapat membedakan arti (Wahab, 1990: 13). Pike (dalam Wahab, 1990)
menyatakan bahwa fonemik memberikan teknik untuk memproses data fonetik yang
masih kasar untuk memperoleh kesatuan bunyi yang signifikan dan kemudian
melambangkannya kedalam suatu alphabet yang mudah dibaca oleh penuturnya.
Menurut Pike tujuan praktis fonemik adalah meproyeksikan bahasa kedalam sistem
tulisan. Menurut Pike prosedur fonemik harus dilandasi oleh premis- premis yang
berkaitan dengan ciri universal yang mendasari bahasa- bahasa di dunia ini walaupun
konklusi yang diperoleh dari prosedur itu ternyata secara teknik dan praktik kurang
memadai. Premis pokok yang akan mewarnai teknik yang akan dipergunakan dalam
bidang fonologi model aliran ini:
a) Premis pertama, ada kecenderungan bunyi itu diubah oleh lingkugannya.
Asalnya, suawa nasal pada bunyi akhir awalan meN(asal) dapat berubah-
ubah, bergantung pada bunyi awal kata yang diberi awalan itu.
b) Premis kedua, sistem bunyi itu mempunyai tendensi kesimetrikan fonetik.
c) Premis ketiga, bunyi itu cenderung untuk naik turun.
d) Premis keempat, serangkaian khas bunyi- bunyi dalam suatu bahasa
memberikan tekanan structural pada interpretasi serentetan segmen yang
dicurigai.
B. Fonem
Satuan bahasa terkecil berupa bunyi atau aspek bunyi bahasa yang membedakan bentuk
dan makna kata dinamakan fonem. Untuk menentukan apakah sebuah bunyi itu fonem atau
bukan, kita harus mencari sebuah kata, yang mengandung bunyi tersebut, lalu
membandingkannya dengan kata lain yang mirip. Jika kedua kata itu berbeda maknanya
maka bunyi tersebut merupakan sebuah fonem, karena bunyi itu membedakan makna kedua
kata tersebut. Misalnya pada kata lupa dan rupa. Kedua kata itu mirip dan memiliki empat
buah bunyi. Yang pertama mempunya bunyi [l], [u], [p], [a]; dan yang kedua mempunyai
bunyi [r], [u], [p], [a]. Perbedaannya terletak pada bunyi fonem yang pertaam yaitu [l] dan

4
[r]. dapat disimpulkan bahwa bunyi [l] dan [r] adalah dua buah fonem yang berbeda di
dalam bahasa indonesia.
1. Vokal
Vokal adalah bunyi yang dihasilkan jika udara yang keluar dari paru- paru tidak
mendapat hambatan. Terdapat enam fonem vokal bahasa indonesia yaitu e, a, ə, u, o.
Klasifikasi vokal:
a) Berdasarkan tinggi rendahnya lidah
- Vokal tinggi: [i], [u]
- Vokal tengah: [e[, [o], [ə]
- Vokal rendah: [a], [æ]
b) Berdasarkan depan belakangnya lidah
- Vokal depan: [i], [e]
- Vokal pusat: [ə]
- Vokal belakanf: [u], [o]
c) Berdasarkan posisi bibir
- Vokal bulat: [u], [o]
- Vokal takbulat: [i], [e]
- Vokal netral: [ə], [a]
2. Konsonan
Konsonan adalah bunyi- bunyi yang dihasilkan jika terdapat hambatan atau
rintangan antara paru- paru dan udara luar.
a) Konsonan berdasarkan daerah artikulasi atau alat artikulasi:
- Konsonan bilabial, dihasilkan dengan bibir atas dan bibir bwah: p,b, m, w
- Konsonan labiodental, dengan daerah artikulasi bibir bawah dan gigi atas:
f, v
- Konsonan apikodental, daerah artikulasi ujung lidah dan gigi atas: θ, ð
- Konsonan lamino alveolar, artikulasi ujung lidah dan lengkung kaki gigi:
t, d, n
- Konsonan retrofleks, dihasilkan dengan ujung lidah dan langit- langit
keras: t,
- Konsonan palatal, antara tengah lidah dan langit- langit keras: c, j, y, ñ

5
- Konsonan dorsovelar, antara pangkal lidah dan langit- langit lunak: k, g, ŋ
- Konsonan uvular, antara pangkal lidah dan anak tekak: r
- Konsonan faringal, antara pangkal lidah dinding belakang rongga
kerongkongan: h
- Glottal, bunyi yang mirip dengan konsonan dorsovelar [k] yang
melemahkan pengucapannya
b) Konsonan berdasarkan cara artikulasi
- Konsonan letupan adalah konsonan yang dihasilkan dengam menghambat
arus udara seluruhnya secara mendadak di tempat artikulasi tertentu lalu
dilepaskan kembali.
i. Konsonan letupan bilabial: p, b
ii. Konsonan letup alveolar: t, d
iii. Konsonan letup retrofleks: t
iv. Konsonan letup palatal: c, j
v. Konsonan letup dorsovelar: k, g
vi. Glotal: ʔ
- Konsonan kontinuen adalah konsonan yang dihasilkan jika arus udara
tidak mendapat hambaran sepenuhnya karena dapat dilanjutkan
pelafalannya.
i. Konsonan nasal bilabial: m
ii. Konsonan nasal alveolar: n
iii. Konsonan nasal palatal: ñ
iv. Konsonan nasal dorsovelar: ŋ
- Konsonan sampingan adalah konsonan yang dihasilkan dengan
menghalangi arus udara sedemikian rupa sehingga dapat keluar melalui
kedua belak sisi lidah dan menghasilkan bunyi [l], tempat artikulasinya
adalah antara ujung lidah dan lengkung kaki gigi.
- Konsonan geseran atau frikatif adalah konsonan yang dihasilkan melalui
alur yang sangat sempit sehingga sebagian besar arus udara terhambat.
Penghambatan terjadi secara:
i. Faringal: h

6
ii. Antara tengah lidah dan langit- langit keras: ∫, ⵒ
iii. Antara daun lidah dan lengkung kaki gigi: s, z
iv. Antara ujung lidah dan gigi atas: θ, ð
v. Antara bibir bawah dan gigi atas: f, v
- Konsonan getaran adalah konsonan yang dihasilkan dengan pengulangan
cepat peartikulasian dasar : r
- Konsonan paduan atau afrikat adalah konsonan yang dihasilkan dengan
menghambat arus udara pada salah satu tempat artikulasi secara implosive
lalu melepasknnya secara frikatif.
3. Diftong
Diftong adalah vokal yang berubah kualitasnya pada saat pengucapannya. Dalam
sistem tulisan, diftong biasanya dilambangkan oleh dua huruf vokal dan kedua huruf
vokal itu tidak dapat dipisahkan.
4. Gugus Konsonan (Kluster)
Gugus konsonan adalah deretan dua konsonan atau lebih yang tergolong dalam
satu suku kata yang sama. Dalam Crystal (1980: 65) dinyatakan bahwa kluster adalah
istilah yang digunakan dalam analisis mengenai tuturan berkenaan dengan urutan
konsonan yang berdekatan yang letaknya pada awal atau akhir sebuah silabel.
a) Gugus konsonan l: blangko, fleksibel
b) Gugus konsonan r: brosur, drama
c) Gugus konsonan w: swadaya, swalayan
d) Gugus konsonan tr: struktur, strategi
e) Gugus konsonan pl: plastic
C. Alofon
Jika dua bunyi bahasa secara fonetik mirip, tetapi tidak membedakan kata, maka kedua
bunyi itu disebut alofon dari fonem yang sama. Alofon- alofon yang merealisasikan sebuah
fonem itu dapat dilambangkan secara akurat dalam wujud tulisan atau transkripsi fonetik.
Dalam transkripsi fonetik ini setiap alofon, termasuk unsur- unsur suprasegmentalnya dapat
digambarkan secara tepat atau tidak meragukan. Dalam transkripsi fonemik, penggambaran
bunyi- bunyi itu sudah kurang akurat, sebab alofon- alofon yang bunyinya jelas tidak sama
dilambangkan dengan lambang yang sama.

7
D. Pengujian Fonem
Pengujian fonem yaitu dengan cara menggolongkan bunyi- bunyi bahasa yang secara
fonetis mirip kedalam kelas- kelas bunyi yang berbeda, dan menggolongkan bunyi- bunyi
yang secara fonetis mirip dan terdapat didalam distribusi komplementer, dimasukkan
kedalam kelas- kelas bunyi yang sama, serta pengujian fonem dengan kontras minimal.
Diawal dikatakan bahwa fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau
membedakan makna kata. Untuk menetapkan sebuah bunyi berstatus sebagai fonem atau
bukan, harus dicari pasangan minimalnya, yang berupa dua buah kata yang mirip yang
memiliki lingkungan yang sama dan satu bunyi yang berbeda. Bila ternyata kedua kata itu
memiliki makna yang berbeda, maka kedua bunyi itu adalah dua buah fonem yang berbeda.
E. Distribusi Fonem
Distribusi fonem adalah letak atau beradanya sebuah fonem didalam satu satuan ujaran
yang kita sebut kata atau morfem. Secara umum fonem dapat berada pada posisi awal kata,
tengah, dan akhir kata. Secara khusus fonem bisa berada pada ketiga posisi namun bisa juga
hanya berada pada posisi awal, atau akhir saja.
F. Pola Suku Kata
Suku kata adalah struktur yang terjadi satu atau urutan fonem yang merupakan konstituen
kata. Artinya suku kata dapat memiliki vokal ataupun konsonan (KBBI). Menurut Amril dan
Ermanto, suku kata adalah bagian dari kata yang memiliki puncak penyaringan. Ini dapat
dikenali dengan adanya vokal pada suku katanya. Selain itu, suku kata juga dapat tersusun
dari beberapa fonem. Pola suku kata bahasa indonesia adalah:
1) V : a-mal
2) VK : ar-ti
3) KV : ba-ris
4) KVK : pin-tu
5) KVKK : kon-teks
6) KVKKK : korps
7) KKV : slo-gan
8) KKVK : trak-tor
9) KKKV : stra-te-gi
10) KKKVK : struk-tur

8
11) KKVKK : kom-pleks

G. Bahasa Daerah
Bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai atau dituturkan dalam suatu wilayah dalam
sebuah Negara berdaulat. Wilayah tersebut meliputi daerah kecil, Negara bagian, provinsi,
atau terirtori yang lebih luas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia bahasa daerah adalah
bahasa yang lazim dipakai di suatu daerah.
H. Bahasa Standar, Dialek, Subdialek
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonsia bahasa standar (ragam) adalah bahasa yang
diterima untuk dipakai dala situasi resmim seperti dalam perundang- undangan dan surat-
menyurat resmi. Dialek atau logat adalah varietas bahasa yang melingkupi suatu kelompok
penutur yang mempunyai ciri- ciri relatif sama serta letak geografi daerah. Dialek atau logak
daerah paling kentara karena tata bunyinya mudah dikenali. Menurut Chaer (1995: 63)
dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya relative, yang berada
pada suatu tempat, wilayah atau area tertentu. Dialek adalah caang ilmu bahasa yang khusus
mempelajari variasi- variasi bahasa berdasarkan perbedaan lokasi dari semua aspeknya
(Keraf, 1996). Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan dialek adalah variasi- variasn
bahasa yang telah dikuasai oleh masyarakat daerahnya masing- masing. Subdialek adalah
istilah linguistic yang menunjuk kategori dialektologis antara tingkat dialek dan idiolek.
Subdialek adalah subdivisi dasar dari sebuah dialek.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

Data dalam penelitian ini adalah hasil rekaman yang dilakukan oleh informan
dengan menceritakan sebuah cerita daerah yang menggunakan bahasa daerah nagari
Paninggahan dialek Paninggahan. Dengan hasil analisis data akan diperoleh fonem
konsonan, vokal, diftong, kluster, distribusi fonem, pola suku kata dan persamaan bunyi
Bahasa Paninggahan yang dituturkan oleh tiga orang informan tersebut. Informan
penelitian ini adalah penutur asli bahasa Paninggahan di daerah Nagari Paninggahan.
Instrument pengumpula data penelitian ini adalah peneliti sendiri yang dilengkapi
dengan alat perekam berupa handphone dan lembar pencatatan. Teknis analisis data
yaitu data diolah dengan cara: (1) Tuturan bahasa lisan ditranskripsikan ke bahasa tulis,
(2) Dicatat fonem vokal, konsonan, diftong, kluster, distribusi fonem dan pola suku kata
bahasa, (3) Bunyi bahasa dikelompokkan berdasarkan kesamaan atau kemiripannya dan
bunyi bahasa yang mirip itu diuji dengan pasangan minimal untuk menentukan apakah
bunyi bahasa yang mirip itu merupakan fonem yang berbeda atau sekedar alofon.

10
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Fonem Vokal dan Alofon Bahasa Daerah Nagari Paninggahan


1. Vokal
Fonem vokal bahasa yang ditemukan di Nagari Paninggahan dialek Paninggahan
berdasarkan hasil rekaman informan dapat dilihat pada tabel berikut:

VOKAL BUNYI BAHASA DAN POSISINYA


AWAL TENGAH AKHIR
i iyo nio Nagari
inyo carito tapi
ibo malin bini

I - iduIk -
pitIh
babuIk
e elok- elok sempat namoe
e daerah se
emang sumatera

Ɛ - barƐk -
karƐh
kecƐk
A ado batu Gitua
ambo carito bana
amak pai kapa
u umbuk sasudah batu
untuk lupo dulu
urang tahun takatu

U - kampUang -
langsUang
untUk
o - sorang nyo
apolai nio
ambo

11
ɔ - - tolɔang
dibaɔk
pokɔk

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bahasa Nagari Paninggahan memiliki sembilan
fonem vokal yaitu i, I, e, Ɛ, a, u, U, o, ɔ. Bunyi- bunyi vokal tersebut terdapat pada tiga posisi
yaitu awal, tengah dan akhir kecuali untuk fonem vokal I dan Ɛ, U hanya menempati posisi
tengah, fonem vokal ɔ hanya menempati posisi akhir.

2. Konsonan
Fonem konsonan bahasa yang ditemukan dalam bahasa Nagari Paninggahan
dialek Paninggahan berdasarkan hasil rekaman informan dapat dilihat pada tabel
berikut:

KONSONAN BUNYI BAHASA DAN POSISINYA


AWAL TENGAH AKHIR
P pai kampuang -
paninggahan saparampek
pabilo sempat
B bisuk ambo -
barubah rimbo
batu mambao
t talatak batu -
turuik itu
tapi catiro
badebat̉
t̉ - - sempat̉
topat̉
D disiko badai -
daerah gadang
dijago ado
K kampuang akui mancalik̉
kasalahan wakatu baserak̉
kundang takajuik sasek̉
G gadang baragak -
gaek paninggahan
gadih pagi
S sempat disabuik pas
sabuik kasalahan
sasek disiko
Z - Izinan -
S̃ - Insã -
X - aXia (akhia) -

12
H hari tahun pitih
hati tuhan barubah
kasalahan lapeh
c carito mancalik -
calik kecek
pacah
J jadi tajadilah -
jalan dijago
jan sujuik
M maapon nampak -
malin sumpah
mancalik ambo
N nio pantai jalan
nagari tanah malin
namoe anak sumpahan
Ñ ño namoño -
pañayang
bañak
Ŋ ŋa maŋa minaŋ
paniŋgahan manoloaŋ
aŋin kampuaŋ
R Rimbo carito -
Rumah marantau
rang karajo
W wakatu awak kalaw (kalau)
walaupun kawan
dijawek
L lai palihari -
lamo kalua
lapeh alami
Y yo supayo -
yakin kayak
yang kayo

Berdasarkan tabel diatas bahasa Nagari Paninggahan memiliki 22 fonem konsonan,


yaitu / p/, /b/, /t/,/ t̉/, /d/, /k/, /g/, /s/, /z/, /s/̃ , /X/, /h/, /c/, /j/, /m/, /n/, /ñ/, /ŋ/, /r/, /w/, /l/, /y/.

3. Diftong
Diftong yang terdapat pada bahasa Nagari Paninggahan adalah umumnya sama
dengan diftong bahasa Indonesia, yaitu ai, au, oi, ei. Dalam hasil rekaman informan
hanya terdapat beberapa diftong, yaitu sebagai berikut:

DIFTONG

13
Ai au Oi ei
pantai kalau - -
sampai

4. Kluster
Kluster atau gugus konsonan dalam bahasa Nagari Paninggahan dialek
Paninggahan umumnya sama dengan gugus konsonan yang terdapat dalam bahasa
indosia, yaitu pl, pr, tr, str. Contohnya adalah dalam kata plastik. Namun dalam hasil
rekaman informan tidak ditemukan adanya gugus konsonan

KLUSTER
Pl tr str pr
- - - -

5. Persamaan Bunyi Bahasa


a) Konsonan M dan N
Amak x Anak
Kata Amak dan Anak adalah fonem konsonan yang berbeda karena
bunyi yang mirip itu memiliki makna yang berbeda/ memiliki perbedaan
makna.Kata Amak memiliki arti ibu atau orang tua perempuan, sedangkan
kata Anak memiliki arti keturunan kedua, keturunan orangtuanya, darah
daging orangtuanya atau makhluk hidup yang belum mencapai usia
dewasa.
b) Konsonan L dan P
Lai x Pai
Kata Lai dan Pai adalah fonem konsonan yang berbeda karena
bunyi yang mirip itu memiliki makna yang berbeda/ memiliki perbedaan
makna. Kata Lai dalam bahasa indonesia adalah lagi dan memiliki arti
dalam keadaan melakukan dan sebagainya. Kata Pai dalam bahasa
indonesia adalah pergi, dan memiliki arti bergerak, maju, berjalan.
c) Konsonan K dan B
Kini x Bini

14
Kata Kini dan Bini adalah fonem konsonan yang berbeda karena
bunyi yang mirip itu memiliki makna yang berbeda/ memiliki perbedaan
makna.Kata Kini dalam bahasa Indonesia berarti sekarang, dan memiliki
arti waktu, masa, saat ini. sedangkan kata Bini dalam bahasa Indonesia
adalah Istri dan memiliki arti wanita atau perempuan yang sudah menikah
atau perempuan yang memiliki suami.
6. Pola Suku Kata

V VK KV KVK KVKK KKV


ambo amak manjo patah kampuang nga
lamo anak supayo saparampek tampek mbo
nah malin rimbo kecek manggantian

B. Distribusi Fonem Bahasa Nagari Paninggahan


Fonem bahasa dapat menempati posisi awal, tengah, akhir dari sebuah kata.
Namun, ada fonem tertentu yang hanya dapat menempati posisi tertentu saja, misalnya
tidak dapat menempati posisi akhir kata atau mungkin hanya menempati posisi awal atau
tengah saja. Bila sebuah fonem mampu menempati semua posisi pada kata fonem
tersebut disebut berdistribusi lengkap. Sebaliknya, jika hanya mampu menemapti satu
posisi atau dua posisi pada kata maka fonem tersebut berdistribusi tidak lengkap.
1. Distribusi Vokal
Bahasa Nagari Paninggahan memiliki Sembilan fonem vokal yaitu i, I, e,
Ɛ, a, u, U, o, ɔ. Bunyi- bunyi vokal tersebut terdapat pada tiga posisi yaitu
awal, tengah dan akhir kecuali untuk fonem vokal I dan Ɛ, U hanya
menempati posisi tengah, fonem vokal ɔ hanya menempati posisi akhir.
2. Distribusi Konsonan
Bahasa Nagari Paninggahan memiliki beberapa konsonan yang
berdistribusi lengkap dan beberapanya lagi berdistribusi tidak lengkap.
Konsonan yang berdistribusi lengkap adalah /k/, /s/, /h/, /n/, /ŋ/, /w/.Konsonan
yang berdistribusi tidak lengkap adalah /p/, /b/, /t/, /t̉/, /d/, /g/, /z/, /s/̃ , /X/, /c/,
j/, /m/, /ñ/, /r/, /l/, /y/.

15
3. Distribusi Diftong
Diftong yang terdapat pada bahasa Nagari Paninggahan adalah umumnya
sama dengan diftong bahasa Indonesia, yaitu ai, au, oi, ei. Contohnya pada
kata pantai (ai).
4. Distribusi Kluster
Kluster atau gugus konsonan dalam bahasa Nagari Paninggahan dialek
Paninggahan umumnya sama dengan gugus konsonan yang terdapat dalam
bahasa indosia, yaitu pl, pr, tr, str. Contohnya adalah dalam kata plastik.

16
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan data penelitian yang terkumpul, sistem fonologi bahasa Nagari
Paninggahan dialek Paninggahan adalah berikut ini: Pertama terdapat sembilan fonem
vokal bahasa Paninggahan yaitu i, I, e, Ɛ, a, u, U, o, ɔ. Bunyi- bunyi vokal tersebut
terdapat pada tiga posisi yaitu awal, tengah dan akhir kecuali untuk fonem vokal I dan Ɛ,
U hanya menempati posisi tengah, fonem vokal ɔ hanya menempati posisi akhir. Kedua,
fonem konsonan bahasa Paninggahan adalah 22 fonem konsonan, yaitu / p/, /b/, /t/,/ t̉/,
/d/, /k/, /g/, /s/, /z/, /s/̃ , /X/, /h/, /c/, /j/, /m/, /n/, /ñ/, /ŋ/, /r/, /w/, /l/, /y/. Diftong pada
bahasa Paninggahan umumnya sama dengan diftong bahasa Indonesia, yaitu ai, au, oi, ei.
Kluster dalam bahasa Nagari Paninggahan dialek Paninggahan umumnya sama dengan
gugus konsonan yang terdapat dalam bahasa indosia, yaitu pl, pr, tr, str. Contohnya
adalah dalam kata plastik. Persamaan bunyi bahasa dalam bahasa Paninggahan
berdasarkan hasil rekaman adalah terdapa tiga persamaan bunyi bahasa, yaitu antara
fonem konsonan /m/ dan /n/, fonem konsonan /l/ dan /p/, serta fonem konsonan /k/ dan
/b/. Terdapat enam pola suku kata bahasa Paninggahan berdasarkan sumber hasil
rekaman, yaitu V, VK, KV, KVK, KVKK, KKV.
B. Saran
Sehubungan dengan penelitian diatas, peneliti mengemukakan saran bahwa
pengembangan dan pelestarian bahasa perlu dilakukan, sebab karena perkembangan
zaman dan arus globalisasi membuat bahasa daerah mulai dilupakan dan bahkan bisa
hilang akibat pengaruh bahasa asing. Pentingnya penelitian tentang bahasa daerah ini
adalah karena dapat mengetahui data tentang struktur suatu bahasa dan latar belakang
sosial budaya masyarakat suatu daerah. Oleh sebab itu, hal ini merupakan kesempatan
yang baik bagi peneliti untuk melengkapi hal- hal yang berhubungan dengan kebahasaan.

17
Penelitian tentang fonologi bahasa Paninggahan dialek Paninggahan dapat menjadi
pengembangan bahasa Indonesia dan daerah serta bermanfaat untuk pembaca dan peneliti
lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Siminto. 2013. Pengantar Linguistik. Semarang: CV, Cipta Prima Nusantara.

Dhanawaty, Ni Made, Satyawati, Made Sri, N. Widarsini, Ni Putu. 2015. Pengantar Linguistik
Umum. Denpasar: Pustaka Larasan.

Kuntarto, Eko. 2017. Telaah Linguistik. Jambi: Universitas Jambi.

Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, Pusat
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Alek. 2018. Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.

18
LAMPIRAN

1. Transkripsi Data Hasil Rekaman ke Bahasa Tulis dengan EJaan Fonetis


Informan 1
Nama : Nova Julita (P/25)

Suku : Minangkabau (Koto)

Pendidikan terakhir : SMA

Bahasa : Paninggahan

Si Malin Kundaŋ

Disiko ambo nio carito tantaŋ carito lah lamo ju nah di Minaŋ, namoño carito si
Malin Kundaŋ. A Dulu bana ko, ado di pantai namoño, pantai daerah di Minaŋ ju
namo e nah di daerah Sumatera Barat, namoño Pantai Aia Manih. Ado iduIk amak jo
anak ko. Nan amak e ko iyo mbo lupo namoño sia, namun anak e tu lai tau mbo, namo
anak e tu si Malin. Amak e ko ŋa sayaŋ bana ka si Malin ko. Sajak apak e maniŋga,
amak e ko lah yaŋ karajo karƐh untuk maiduikan iño jo si Malin ŋa gitua. Tapi
walaupun takatu bana gitua, ño yo sanaŋ iduik ño gitua, amak e jo si Malin ŋa. Si Malin
ŋa ño anak ño pañayaŋ iyo lo, manjo, tapi ndak manjo bana soalño acok manoloaŋ
amak e pai maŋaleh kadaŋ e gai. Tu hari ka hari ŋa tu si Malin ko lah samakin gadaŋ
ju tiok tahun, tu sempat bapikia kayak e lah wakatu e ño maŋgantian amak e karajo lai
gitua. Mancalik kawan- kawan e kadaŋ pai marantau kalua kan, karajo kok disabuik jo
uraŋ di rantau uraŋ, di kota uraŋ gitua. ño sabuik lah ka amak e kayak ko “Mak, mbo
nio pai marantau mak, mbo nio pai mancari pitIh bañak untuk amak” kecek iño ŋa ka
amak ño. amak si Malin ŋa takajuiklah mandaŋa kecek iño ŋa, ndak nio amak e ŋa si

19
Malin jauh- jauh dari iño lah. Disabuik an e lah “jan lai nak, disiko se lah, Amak ndak
nio baa- baa aŋ beko ŋa lah, takuik kok baa- baa se aŋ. Mak ndak nio lah” kecek amak e
ko ŋa. Tu si Malin ŋa di umbuk- umbuk e ju amak e ŋa supayo bisa gitua. “Insã Allah
mbo ndak do ka baa- baa gai lah mak, ambo ndak do baa- baa gai di rantau uraŋ beko lah
jih”.

Akhia e lai di izinan e jo amak ño walaupun barek hati amak e gitua, tu sabuIk e
di amak e, “elok- elok se disinan nak, jan lupo pulaŋ, iŋek kan ado amak disiko” kecek
amak e ko ŋa. Tu iyo lah kecƐk si Malin ŋah. Tu pai ño ka rantau, lah lamo lah lamo,
lah babulan- bulan, lah batahun- tahun ndak pulaŋ- pulaŋ e si Malin ŋa ka rumah lah. Tu
amak e iduik soraŋ se di kampuaŋ jadi e ñah. Tu ado ciek hari, amak si Malin ko ŋa
mandaŋan kaba kalau si Malin ŋa lah baralek jo nak gadih raŋ kayo, makoño ndak
pulaŋ lah. Kaba ko ŋa dapek ño dari kawan si Malin ŋa gitua. Tu disabuik lah jo amak e
“indak, anak den pasti ka pulaŋ, ño lai ka pulaŋ nah, beko ño ka pulaŋ ju ña nah” tu
kecek amak si Malin ŋah.

Tu lah bara bulan, sabulan, dubulan, tigo bulan, dirantau ŋa a tu si Malin puño
bini kan, a bini ŋa ño nio gitua, kayak, kalau istilah ño, ño nio pai main-main ka pantai
Aia Manih. Sempat ragu si Malin ŋa mambao iño ŋa ka Pantai itu tu soalño dek ado
amak e. Tapi baa ka baa ño baɔk e ju lah bini e ka pantai tu. Sempat tapikia ju kayak tadi
tu a, tapikia ju di ño, malu e kalau basuua dek amak e gitua. Pas lah tibo di pantai tu,
amak si Malin kan sadaŋ maŋaleh tu, nampak jo amak e si Malin ŋa, ño kayak yakin
bana gitua kalau tu tu emaŋ si Malin. Balari amak e tampek si Malin ko nak, di paluk e si
Malin ko sakali. Kan baa ka baa tu anak e gitua .Dek paluk ko ŋa disabuik e sakali samo
si Malin ŋa “Lapeh lah kau a, sia kau ŋa ga?” kecek ño gitua. Tu amak si Malin tu
takajuik mandaŋa kecek e tu a, apolai amak e di tundonan e sampai tajatuh, di tulak an e
gitua. Tu disabuik e jo amak “ko amak ko ŋa nak, Malin. Amak ko ŋa” kecek amak si
Malin tu. Dek manda ŋan kecek ama si Malin yang kek ko ŋa, tadaŋa lah dibiniño,
disabuik e sakali “Amak? Uraŋ gaek kumuh kek ko ŋa ko amak uda? Kecek uda, uda
anak uraŋ kayo” kecek bini e ko a, kecek bini si Malin ko a. ño beraŋ gitua karno tau si
Malin ko kok baduto ño gitua. Dijawek e si Malin ŋa sakali “indak, ño ma lo amak den
tu, amak den ndak kek giko lah” kecek ño, “buruak kek giko ŋa” kecek iňo gitua. Pokok

20
e si Malin basikareh kalau tu ndak amak e lah, malu ño dakek bini e ŋa gitua. Tu dek lah
badebat kareh bana, dibaok e lah bini e ŋa pai dari pantai tu. Tu amak si Malin ño lah
ibo hati, beraŋ ño ka anak e, ka si Malin ŋa. Tu ño badoa ka Tuhat ño sumpah-
sumpahan e si Malin ŋa supayo jadi batu.

Antu jah, lah tajadi takatu tu nak, tibo- tibo se tadaŋa guruh kayak patuih sasudah
amak e badoa tu. Kan si Malin samo bini e tu lah pai ka kapa tu. Tu lah tibo di taŋah
lauik nak, kapa si Malin ŋa ño tabaliak- baliak sampai pacah. Laŋsuaŋ takana ño disinan
jo si Malin ŋa. Kayak ño mañasa maapon amak, mañumpah- ñumpahan amak e,
manundoan amak e, tu raso badoso ňo gitua. Sampai akia e badan si Malin ŋa ño kareh
jadi e gitua, a tu ño lah barubah se jadi batu lai.

Pagi bisuk e, uraŋ nan di pantai tu takajuik mancalik bañak baserak- serak
pacah-pacahan kapa tu gitua, ño calik- calik ju kan, labih takajuik kiroño nampak batu
nan bantuak uraŋ sadanŋ sujuik. Kiro e tu ŋa batu dari badan si Malin. Tu baa ka baa,
sumpah- sumpah amak e ŋa yo bana- bana tajadi ka si Malin ŋa gitua. Amak e ño yo
mañasa bana maŋecek takatu ka anak e ko. Ibo lah hati amak e ŋa mancalik anak e lah
jadi batu. Itulah carito Malin Kundaŋ nan dapek di ambo.

Informan 2

Nama :Tando (L/ 53)

Suku : Minangkabau (Guci)

Pendidikan Terakhir : SD

Bahasa : Paninggahan

Di Kulua Rimbo

Assalamualaikum. Ado carito ambo wakatu di rimbo, ambo pernah ka rimbo


nagari Paniŋgahan. Jadi tibo di rimbo ambo mancari iduIk nan namoe, pas tibo di rimbo
baragak kin baragak kamari, tatau ndak tau lai jalan kalua, ndak abeh jalan kalua. Kecek
uraŋ gaek itu namo e di kulua rimbo. Dari pagi sampai pataŋ ndak do tau jalan kalua,

21
jadi pas ambo mandaŋaan patah- patah uraŋ gaek, kalau awak sasek di rimbo, mintak
toloaŋ ka iñiak nan di rimbo. Akui lah kasalahan awak dan cik lai jan sampai awak lupo.
Sudah itu, “lah sasek mbo ŋa ñiak, toloaŋ lah mbo ñiak”. Sasudah itu ambo
mandaŋaan kayu, rantiaŋ nan di patah- patah, ambo turuik lah rantiaŋ nan bapatah-
patah tu. Lai jaŋ ko lai gak saparampek jam tibo lah mbo di lua, itu lah nan ambo alami
wakatu ambo di rimbo tu. Itulah kiramat nagari, nagari Paniŋgahan. Tapi jan babuIk
salah kalau ado nan sasek ka rimbo nagari Paniŋgahan.

Informan 3

Nama : Julidar (P/52)

Suku bangsa : Minangkabau (Koto)

Pendidikan terakhir : SD

Bahasa :Paninggahan

Batu Gadaŋ

Ado satu carito di daerah ambo, carito batu gadaŋ. Talatak batu gadaŋ tu di
tapi danau, batu tu ado lah batu kiramat namoe e di kampuaŋ ambo. Pabilo batu itu tu
digaduh atau dibinasakan maŋko tajadilah di kampuaŋ ambo aŋin topat, aŋin badai.
Tapi pabilo batu itu di paliharo, dijago, aman lah kampuaŋ ambo. Itulah carito batu di
daerah ambo.

2. Identifikasi Bunyi Bahasa Vokal, Konsonan, Diftong, Kluster, Distribusi Fonem,


dan Pola Suku Kata

Tabel 1.1: Inventarisasi Bunyi Bahasa Vokal


VOKAL BUNYI BAHASA DAN POSISINYA
AWAL TENGAH AKHIR
i iyo nio nagari
inyo carito tapi
ibo malin bini

I - iduIk -
pitIh
babuIk
e elok- elok sempat namoe

22
e daerah se
emang sumatera

Ɛ barƐk -
karƐh
kecƐk
A ado batu gitua
ambo carito bana
amak pai kapa
u umbuk sasudah batu
untuk lupo dulu
urang tahun takatu

U - kampUang -
langsUang
untUk
o - sorang nyo
apolai nio
ambo

ɔ - - tolɔang
dibaɔk
pokɔk

Tabel 1.2: Inventarisasi Bunyi Bahasa Konsonan


KONSONAN BUNYI BAHASA DAN POSISINYA
AWAL TENGAH AKHIR
P pai kampuang -
paninggahan saparampek
pabilo sempat
B bisuk ambo -
barubah rimbo
batu mambao
t talatak batu -
turuik itu
tapi catiro
badebat̉
t̉ - - sempat̉
topat̉
D disiko badai -
daerah gadang
dijago ado
K kampuang akui mancalik̉
kasalahan wakatu baserak̉

23
kundang takajuik sasek̉
G gadang baragak -
gaek paninggahan
gadih pagi
S sempat disabuik pas
sabuik kasalahan
sasek disiko
Z - Izinan -
S̃ - insã -
X - aXia (akhia) -
h hari tahun pitih
hati tuhan barubah
kasalahan lapeh
C carito mancalik -
calik kecek
pacah
J jadi tajadilah -
jalan dijago
jan sujuik
m maapon nampak -
malin sumpah
mancalik ambo
N nio pantai jalan
nagari tanah malin
namoe anak sumpahan
Ñ Ño namoño -
pañayang
bañak
Ŋ Ŋa maŋa minaŋ
paniŋgahan manoloaŋ
aŋin kampuaŋ
R Rimbo carito -
Rumah marantau
Rang karajo
W wakatu awak kalaw (kalau)
walaupun kawan
dijawek
L lai palihari -
lamo kalua
lapeh alami
Y yo supayo -
yakin kayak
yang kayo

Tabel 1.3: Diftong

24
DIFTONG
ai au oi ei
pantai Kalau - -
sampai

Tabel 1.4: Kluster


KLUSTER
pl tr str pr
- - - -

Tabel 1.5: Persamaan Bunyi Bahasa


PERSAMAAN BUNYI BAHASA
M&N L&P K& B
Amak x Anak Lai x Pai Kini x Bini

Tabel 1.6: Pola Suku Kata

POLA SUKU KATA


V VK KV KVK KVKK KKV
ambo amak manjo patah kampuang nga
lamo anak supayo saparampek tampek mbo
nah malin rimbo kecek manggantian

25

Anda mungkin juga menyukai