Anda di halaman 1dari 158

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Cirebon adalah salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi
Jawa Barat. Cirebon merupakan salah satu Kabupaten yang
mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam bidang
Perekonomian, Kebudayaan, Kependidikan, serta Pembangunan
Gedung dalam mendukung Proses perkembangannya.
Dalam Pembangunan Gedung di Cirebon terdapat Analisis
Struktur yang dijadikan sebagai cara atau sistem untuk mencapai
Pembangunan sesuai yang direncanakan.
Transmart adalah sebuah perusahaan ritel di Indonesia yang
merupakan pemilik dari jaringan supermarket Carrefour serta
Carrefour Express. Saat ini, Transmart merupakan salah satu anak
perusahaan dari Trans Retail. Carrefour di Indonesia hadir sejak tahun
1996 dengan membuka gerai pertama di Cempaka Putih pada bulan
Oktober 1998. Pada saat yang sama, Continent sebagai perusahaan
ritel Prancis, membuka gerai pertamanya di Pasar Festival. Pada
tahun 1999, Continent dan Promodes (sebagai pemegang saham
utama dari Continent) menggabungkan semua kegiatan usaha ritel di
seluruh dunia dengan nama Carrefour. Hal tersebut menjadikan
Carrefour sebagai ritel terbesar kedua di dunia. Sebagai bagian dari
perusahaan global, PT. Carrefour Indonesia berusaha untuk
memberikan standar pelayanan kelas dunia dalam industri ritel
Indonesia. Carrefour Indonesia memperkenalkan konsep hipermarket
dan menyediakan alternatif belanja baru di Indonesia bagi pelanggan

1
2

Carrefour Indonesia. Carrefour menawarkan konsep “One-Stop


Shopping” yang menawarkan tempat pilihan dengan produk yang
beragam, harga murah, dan juga memberikan pelayanan terbaik
sehingga melebihi harapan pelanggan.
PT Trans Retail Indonesia meluncurkan Transmart Carrefour
Super Center di Kota Cirebon, Jumat, 25 Oktober 2016. Pusat
perbelanjaan yang menggabungkan hypermarket, entertainment, food,
dan fashion dalam satu kawasan ini mengambil segmen kalangan
menengah ke atas. Transmart Carrefour di Kota Cirebon ini
menempati tiga lantai yang merupakan bekas gerai Carrefour yang
memadukan pusat belanja keluarga dengan gaya hidup masyarakat
modern. Selain kebutuhan rumah tangga, di gerai ini tersedia pusat
elektronik, toko pakaian merek internasional, taman bermain anak, dan
kawasan restoran di dalam ruangan. Saat ini, Carrefour sudah
beroperasi di 86 gerai dan tersebar di 28 kota/kabupaten di Indonesia.
Dan Transmart Carrefour di Kota Cirebon ini menduduki gerai yang ke
86 setelah gerai Transmart yang berada di Kota Tegal.
Pembangunan Transmart Carrefour Cirebon ini menggunakan
struktur beton atas dasar kriteria kesalamatan dan layanan prima
maka dalam perencanaan pembebanan Transmart Cirebon ini
menggunakan SNI 1727 - 2013 sedangkan perencanaan struktur
gedung mengacu pada SNI - 2847-2013 beton bertulang, yang
merupakan peraturan telah yang disesuaikan dengan perkembangan
teknologi material terkini dengan mengacu pada AISC, selain itu dalam
perhitungan rekayasa gempa menggunakan SNI 1726 - 2013.
3

1.2 FOKUS MASALAH

Pada penelitian ini di fokuskan mendesain dan menganalisis


pembangunan Gedung Supermarket Transmart Carrefour Cirebon.

1.3 BATASAN MASALAH DAN RUMUSAN MASALAH

1. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan


rumusan masalah sebagai berikut :

a. Hanya menganalisa kelayakan struktur Gedung Transmart


Carrefour sesuai dengan SNI – 2847 – 2013 Beton Bertulang
dan SNI – 1727 – 2013 Pembebanan.
b. Menghitung gaya gempa yang terjadi pada struktur gedung.
c. Menggunakan software ETABS (Extended Three Dimensional
Analysis of Building Systems).
d. Tidak menganalisis tangga dan dinding geser.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasikan


permasalahan sebagai berikut :

a. Bagaimana desain Gedung Transmart Carrefour Cirebon


dengan menggunakan struktur beton?
b. Bagaimana perencanaan dimensi plat, balok dan kolom?
c. Bagaimana Gaya Gempa yang terjadi?
d. Bagaimana defleksi atau lendutan yang terjadi?
4

1.4 MAKSUD DAN TUJUAN


1.4.1. Maksud
1. Menganalisis kelayakan dimensi struktur Gedung Transmart
Carrefour Cirebon yang dapat dinilai Aman atau tidak untuk
dibangun.
2. Untuk mengetahui perbedaan dimensi struktur kolom, plat, balok
dan pondasi yang baik digunakan dalam perencanaan
pembangunan Gedung Transmart Carrefour Cirebon dengan
menggunakan ETABS dan Perhitungan Manual.
3. Untuk Mengetahui hasil Analisis Struktur Perencanaan dengan
membandingkan antara Data proyek dan Analisis ETABS.

1.4.2. Tujuan
a. Menganalisis pembangunan Gedung Transmart Carrefour
dengan pedoman SNI 2847 – 2013.
b. Membandingkan dengan data proyek, Analisis ETABS dan
Perhitungan Manual.

1.5 KEGUNAAN PENELITIAN


1.5.1. Aspek Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kajian


akademis dalam mempelajari, mengamati, dan memahami
permasalahan yang berkaitan dengan bidang keteknik sipilan
khususnya pada konstruksi bangunan gedung.
5

1.5.2. Aspek Kerekayasaan

Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi


Gedung Transmart Carrefour Cirebon jika memiliki
permasalahan pada struktur gedung dengan harapan agar
permasalahan pada Gedung Transmart Carrefour Cirebon
tersebut dapat teratasi dengan baik.

1.6 KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran dalam Skripsi ini menggunakan metode


penelitian Kualitatif, yaitu dengan mengadakan pengumpulan data.
Pengumpulan data ini ditempuh dengan cara :

1. Studi pustaka / Studi literatur


2. Data yang diperoleh dari instansi terkait
3. Wawancara dengan narasumber
4. Obesrvasi Lapangan
5. Browsing Internet.
6

MULAI

SURVEY LAPANGAN

IDENTIFIKASI MASALAH

PENGUMPULAN DATA

MENGANALISIS KELAYAKAN STRUKTUR

RAB STRUKTUR

STRUKTUR
KOLOM BALOK PLAT

CEK
TIDAK

YA
HASIL PERHITUNGAN

SELESAI

Gambar 1.1 Flow Chart Kerangka Pemikiran


7

 Survey Lapangan
Survey lapangan atau survey lokasi adalah tahapan awal yang
sangat penting dalam merencanakan suatu kegiatan
perencanaan proyek dimana dalam survey lokasi tersebut kita
dapat mengetahui letak keadaan tanah dan keadaan
lingkungan tersebut sehingga perencana dapat semaksimal
mungkin untuk dapat merencanakan bangunan yang akan
didirikan di lokasi tersebut.
1. Apa yang perlu di ambil dari Survey Lapangan?
Hal ini dilakukan untuk mengumpulkan setiap dan semua
informasi dan data yang berkaitan dengan proyek
tersebut,. Untuk menyelesaikan survei lapangan surveyor
akan mengambil foto atau setiap sudut proyek untuk
menangkap tampilan dan nuansa dari proyek.
2. Kenapa perlu adanya Survey Lapangan?
Survey lapangan sangatlah penting karena perencanaan
baik itu penempatan material dan pengiriman jenis
material banyak sedikitnya material dan material apa saja
yang di dahulukan itu tergantung dari survey lapangan,
penggunaan alat beratpun di hitung di dalam tahap
survey lapangan.

 Identifikasi Masalah
Identiksi masalah adalah tindakan yang diperlukan untuk
mengetahui inti dari problem atau persoalan, penyebab
permasalahan, sekaligus solusi yang tepat untuk memperbaiki
atau menyelesaikan permasalahan tersebut. Saat kita
melakukan identifikasi masalah, berarti kita melakukan dugaan
8

atau perkiraan atas suatu kejanggalan yang menyebabkan


munculnya permasalahan.

 Menganalisis
Analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan
seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk
digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria
tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan maknanya.
Fungsi Menganalisis Kelayakan Proyek tersebut adalah
kemampuan memecahkan jalan kerja proyek atau menguraikan
suatu materi dan Data Gambar, Software, Struktur, Kolom,
Balok, Plat menjadi komponen-komponen yang lebih detail
sehingga dapat disimpulkan kelayakan struktur atau tidaknya
dan lebih mudah dipahami. Alat Software yang digunakan untuk
Menganalisis proyek Transmart Carrefour Cirebon tersebut
menggunakan software ETABS.
 Gambar
Gambar kerja merupakan gambar yang dijadikan sebagai acuan
pelaksanaan proyek. Setiap detail bangunan harus
diterjemahkan dalam sebuah gambar dengan jelas dan mudah
dibaca oleh semua orang proyek. Dalam menganalisis struktur
diperlukan gambar sebagai bahan analisis untuk mengetahui
progres proyek.
 Software
Seperti halnya kegiatan survei biasa yang harus melakukan
perhitungan, software juga dapat membantu dalam perhitungan
jaringan hingga kuadrat terkecil untuk menyesuaikan kontrol
dan monitoring pekerjaan survei data dan perhitungan.
9

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang


penelitian, fokus permasalahan, rumusan masalah, maksud dan tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, batasan masalah, lokasi penelitian,
kerangka penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Berisi tentang teori yang bersumber dari literatur – literatur baik


itu dari buku maupun internet. Teori – teori ini merupakan pedoman
dalam penelitian ini.

BAB III METODE DAN OBYEK PENELITIAN

Berisi tentang metode yang digunakan dalam proses penelitian.


Metode dalam pengumpulan data dan langkah – langkah dalam
proses penelitian.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan hasil dari penelitian yang telah
dilakukan dengan mengamati langsung dan akan dibahas solusi yang
akan dilakukan pada penelitian ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Menerangkan kesimpulan hasil penelitian sesuai dengan fokus


permasalahan dan saran – saran yang aplikatif. Setiap statement
kesimpulan harus ditunjang oleh hasil analisis yang tergambar dalam
bab sebelumnya. Demikian pula saran yang ditulis harus berdasarkan
statement analisis, kajian dan kesimpulan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 PEMBEBANAN

Tujuan utama dari rancang bangun struktur adalah untuk


menyediakan ruang agar dapat digunakan untuk berbagai macam
fungsi, aktifitas atau keperluan (SNI -1727-2013). Contoh dari
pemanfaatan struktur antara lain adalah:
1) Struktur bangunan gedung (building) yang digunakan untuk
tempat hunian atau beraktifitas.
2) Struktur jembatan (bridge) atau terowongan (tunnel) yang
digunakan untuk menghubungkan suatu tempat dengan tempat
lainnya.
3) Struktur bendungan, yang digunakan untuk penampungan dan
pengelolaan/pemanfaatan air, dan masih banyak lagi bentuk
struktur.
Struktur terbuat dari bahan yang bermassa, maka struktur akan
dipengaruhi oleh beratnya sendiri. Berat sendiri dari struktur dan
elemen-elemen struktur disebut sebagai beban mati. Selain beban
mati, struktur dipengaruhi juga oleh beban-beban yang terjadi akibat
penggunaan ruangan. Beban ini disebut sebagai beban hidup (live
load). Selain itu struktur dipengaruhi juga oleh pengaruh-pengaruh dari
luar akibat kondisi-kondisi alam seperti pengaruh angin, salju, gempa,
atau dipengaruhi oleh perbedaan temperatur, serta kondisi lingkungan
yang merusak (misalnya pengaruh bahan kimia, kelembaban, atau
pengkaratan).

10
11

Dalam meninjau suatu beban, kita tidak boleh hanya menentukan


besaran atau intensitas saja, tetapi juga harus meninjau dalam kondisi
bagaimana beban tersebut diterapkan pada struktur.

Sehubungan dengan sifat elastisitas dari bahan-bahan struktur,


setiap sistem atau elemen struktur akan berdeformasi jika dibebani, dan
akan kembali kebentuknya yang semula jika beban yang bekerja
dihilangkan. Oleh karena itu struktur mempunyai kecenderungan untuk
bergoyang kesamping (slideway), atau melentur kebawah (deflection)
jika dibebani.

Berat satuan atau berat sendiri dari beberapa material konsruksi


dan komponen bangunan gedung dapat ditentukan dari peraturan
yang berlaku di Indonesia yaitu Peraturan Pembebanan Indonesia
untuk Gedung. Informasi mengenai berat satuan dari berbagai
material konstruksi yang sering digunakan perhitungan beban mati
dicantumkan berikut ini :
Tabel 2.1 Berat Sendiri Bahan Bangunan
a) Bahan Bangunan
No. Material Berat Keterangan
1. Baja 7850kg/m3
2. Batu alam 2600kg/m3
Batu belah, batu bulat,
3. 1500 kg/m3 Berat tumpuk
batu gunung
4. Batu karang 700 kg/m3 Berat tumpuk
5. Batu pecah 1450 kg/m3
6. Batu tuang 7250kg/m3
7. Beton 2200 kg/m3
8. Batu bertulang 2400 kg/m3
12

9. Kayu 1000 kg/m3 Kelas 1


Kering udara sampai
10. Krikil, koral 1650 kg/m3
lembab, tanpa diayak
11. Pasangan batu merah 1700 kg/m3
Pasangan atu belah, batu
12. 2200 kg/m3
bulat, batu gunung
13. Pasangan batu cetak 2200 kg/m3
14. Pasangan batu karang 1450 kg/m3
Kering udara sampai
15. Pasir 1600 kg/m3
lembab
16. Pasir 1800 kg/m3 Jenuh air
Kering udara sampai
17. Pasir kerikil, koral 1850 kg/m3
lembab
Tanah, lempung dan Kering udara sampai
18. 1700
lanau lembab
Sumber : Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung

Tabel 2.2 Berat Sendiri Komponen Gedung


b) Komponen Gedung
No Material Berat Keterangan
Adukan, per cm tebal :
 Dari semen 21 kg/m2
1.
 Dari kapur, semen 17 kg/m2
merah/tras

2. Aspal, per cm tebal : 14 kg/m2

Dinding pasangan
3.
batako 450 kg/m2
13

 Satu batu 250 kg/m2


 Setengah batu
Dinding pasangan
batako :
 Berlubang :
Tebal dinding 20 cm 200 kg/m2
(HB 20)
4.
Tebal dinding 10 cm
(HB 10) 120 kg/m2
 Tanpa lubang :
Tebal dinding 15 cm 300 kg/m2
Teal dinding 10 cm 200 kg/m2
Langit-langit & dinding,
terdiri :
 Semen asbes Termasuk rusuk-rusuk, tanpa
5.
(eternit), 11 kg/m2 penggantung atau pengaku
Tebal maks 4 mm
 Kaca, tebal 3-5 mm 10 kg/m2
Tanpa langit-langit, bentang
Lantai kayu sederhana
6. 40 kg/m2 maks 5 m, beban hidup maks
dengan balok kayu
200 kg/m2
Penggantung langit- Bentang maks 5 m, jarak s.k.s
7. 7 kg/m2
langit (kayu) min 0,80 m
Dengan reng dan usuk/kaso
8. Penutup atap genteng 50 kg/m2
per m2 bidang atap
9. Penutup atap sirap 40 kg/m2 Dengan reng dan usuk/kaso
Penutup atap seng
10. 10 kg/m2 Tanpa usuk
gelombag (BJLS-25)
14

Penutup lantai ubin, 7 Ubin semen portland, teraso


11. 24 kg/m2
cm tebal dan beton, tanpa adukan
Semen asbes
12. 11 kg/m2
gelombang
Sumber : Pedoman Pembebanan untuk Rumah dan Gedung

2.2 DASAR PERENCANAAN

2.2.1. Beban Mati

Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung
yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-
penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.

Untuk keperluan analisis dan desain struktur bangunan,


besarnya beban mati harus ditaksir atau ditentukan terlebih dahulu.
Beban mati adalah beban-beban yang bekerja kebawah pada struktur
dan mempunyai karakteristik bangunan, seperti misalnya penutup lantai,
alat mekanis, dan partisi. Berat dari elemen-elemen ini pada umumnya
dapat ditentukan dengan mudah dengan derajat ketelitian cukup tinggi.
Untuk menghitung besarnya beban mati suatu elemen dilakukan
dengan meninjau berat satuan material tersebut berdasarkan volume
elemen. Berat satuan (unit weight) material secara empiris telah
ditentukan dan telah banyak dicantumkan tabelnya pada sejumlah
standar atau peraturan pembebanan. Volume suatu material biasanya
dapat dihitung dengan mudah, tetapi kadangkala akan merupakan
pekerjaan yang berulang dan membosankan.
15

2.2.2. Beban Hidup

Beban hidup adalah suatu beban yang terjadi akibat


penghunian/penggunaan suatu gedung dan kedalamannya
termasuk beban – beban pada lantai yang berasal dari barang
yang dapat berpindah.

Khusus pada atap kedalam beban hidup dapat termasuk


beban yang berasal dari air hujan, baik akibat genangan maupun
akibat tekan jatuh (energi kinetik) butiran air. Kedalam beban
hidup tidak termasuk beban angin, beban gempa dan beban
khusus. Dari penjelasan ini, jelas tidak mungkin untuk meninjau
secara terpisah semua kondisi pembebanan yang mungkin
terjadi. Oleh karena itu dipakai suatu pendekatan secara statistik
untuk menetapkan beban hidup ini, sebagai suatu beban statik
terbagi merata yang secara aman akan ekuivalen dengan berat
dari pemakaian terpusat maksimum yang diharapkan untuk suatu
pemakaian tertentu. Beban hidup aktual sebenarnya yang
bekerja pada struktur pada umumnya lebih kecil dari pada beban
hidup yang direncanakan membebani struktur. Akan tetapi, ada
kemunginan beban hidup yang bekerjasama besarnya dengan
beban rencana pada struktur. Jelaslah bahwa struktur bangunan
yang sudah direncanakan untuk penggunaan tertentu harus
diperiksa kembali kekuatannya apabila akan dipakai untuk
penggunaan lain. Sebagai contoh, bangunan gedung yang
semula direncanakan untuk apartemen tidak akan cukup kuat
apabila digunakan untuk gedung atau pasar.

Besarnya beban hidup terbagi merata ekuivalen yang harus


diperhitungkan pada struktur bangunan gedung, pada umumnya
dapat ditentukan berdasarkan standar yang berlaku. Beban hidup
16

di sesuaikan dengan fungsi ruangan yang sudah di rencanakan,


dalam hal ini pembebanan mengacu SNI – 1727 - 2013 untuk
bangunan gedung adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3 Beban Hidup Pada Lantai Gedung


a) Beban Hidup Pada Lantai Gedung
b) Hunian atau penggunaan Merata Terpusat
𝑷𝒔𝒇 (𝑲𝑵/𝒎𝟐 ) lb(𝑲𝑵)

Toko :
Eceran 1000
Lantai Pertama 100 (4,79) (4,45)
Lantai diatasnya 75 (3,59) 1000
Grosir, di semua lantai 125 (6,00)8 (4,45)
1000
(4,45)

Atap
Atap datar, berbubung, dan lengkung 20 (0,96)
Atap digunakan untuk taman 100 (4,79)
Atap yang digunakan untuk tujuan lain Sama seperti i
hunian yang
dilayani

Atap yang digunakan untuk tujuan lainnya


Awning dan kanopi
Konstruksi pabrik yang didukung oleh 5(0,24) tidak
struktrur rangka ringan. boleh
direduksi
Rangka tumpu layar penutup 200(0,89)
5(0,24) tidak
boleh
direduksi dan
berdasarkan
luar tributari
dari atap yang
ditumpu oleh
rangka
Semua konstruksi lainnya 2000(8,9)
Komponen struktur atap utama, yang terhubung
langsung dengan pekerjaan lantai
Titik panel tunggal dari batang bawah rangka 20(0,96)
atap atau setiap titik sepanjang komponen
struktur utama yang mendukung atap diatas
pabrik, gudang dan perbaikan garasi 300(1,33)
17

Semua komponen utama struktur lainnya


Semua permukaan atap dengan beban pekerja 300(1,33)
pemeliharaan

Sumber : SNI - 1727- 2013 Beban Minimum bangunan gedung

2.2.3. Beban Gempa

Beban gempa adalah fenomena yang diakibatkan oleh


benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic)
bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Pada saat
terjadi benturan antara lempeng-lempeng aktif tektonik bumi,
akan terjadi pelepasan energi gempa yang berupa gelombang
energi yang merambat ke dalam atau di permukaan bumi
(Himawan Indarto, 2009).
Besarnya beban gempa yang terjadi pada struktur
bangunan tergantung dari beberapa faktor, yaitu: massa dan
kekakuan struktur, waktu getar alami dan pengaruh redaman dari
struktur, kondisi tanah dan wilayah kegempaan dimana struktur
itu didirikan. Maka disimpulkan bahwa Beban gempa adalah
beban yang timbul akibat pergerakan tanah dimana struktur
tersebut berdiri. Karena struktur bangunan memiliki massa, maka
inersia massa dari bagian atas bangunan memberikan tahanan
terhadap pergerakan. Oleh karena itu, beban gempa sangat
tergantung dari massa suatu bangunan.
Pergerakan gempa untuk mencapai permukaan tanah
dipengaruhi oleh kondisi tanah setempat. Lapisan tanah dibawah
permukaan yang menompang pondasi bangunan dapat
meningkatkan besarnya beban gempa yang dialami oleh struktur
bangunan.
18

 Wilayah Gempa

Gambar 2.1 Peta Gerak Tanah Seismik dan Koefisien Resiko

 Kategori Gedung
Pada setiap bangunan harus dikenal masuk dalam
kategori salah satu dari 4 kategori gedung tersebut pada SNI
1727-2013 pasal 4.1 tabel 1 untuk berbagai kategori gedung
dan bangunan yang dipakai untuk menghitung beban gempa
nominal (V).

Sebagai contoh, untuk gedung yang digunakan


sebagai hunian, perniagaan dan perkantoran, factor
keutamaan I=1

Seperti di dapat pada tabel 2.4 dan tabel 2.5 berikut:


19

Tabel 2.4 Kategori resiko bangunan gedung dan non gedung untuk
beban gempa

Jenis Pemanfaatan Kategori


Resiko
- Bangunan gedung dan struktur lain yang merupakan risiko I
rendah untuk kehidupan manusia dalam kejadian
kegagalan
Semua bangunan gedung dan struktur lain kecuali mereka II
terdaftar dalam Kategori Risiko I, III, dan IV
Bangunan gedung dan struktur lain, kegagalan yang dapat III
menimbulkan risiko besar bagi kehidupan manusia.

Bangunan gedung dan struktur lain, tidak termasuk dalam


Kategori Risiko IV, dengan potensi untuk menyebabkan dampak
ekonomi substansialdan/atau gangguan massa dari hari ke ahri
kehidupan sipil pada saat terjadi kegagalan.

Bangunan gedung dan struktur lain tidak termasuk dalam Risiko


Kategori IV(termasuk, namun tidak terbatas pada, fasilitas yang
manufaktur, proses, menangani, menyimpan, menggunakan, atau
membuang zat-zat seperti bahan bakar berbahaya, bahan kimia
berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan peledak) yang
mengandung zat bercaun atau mudah meledak dimana kuantitas
material melebihi jumlah ambang batas yang ditetapkan oleh
pihak yang berwenang dan cukup untuk menimbulkan suatu
ancaman kepada publik jika dirilis.

Bangunan gedung dan struktur lain yang dianggap sebagai IV


fasilitas penting.

Bangunan gedung dan struktur lain, kegagalan yang dapat


menimbulkan bahaya besar abgi masyarakat.

Bangunan gedung dan struktur lainn (termasuk, namun tidak


terbatas pada, fasilitas yang memproduksi, memproses,
menangani, menyimpan, menggunakan, atau membuang zat-zat
berbahaya seperti bahan bakar, bahan kimia berbahaya, atau
limbah berbahaya) yang berisi jumlah yang cukup dari zat yang
sangat beracun di mana kuantitas melebihi jumlah ambang batas
yang ditetapkan oleh pihak yang berwenangkan cukup
menimbulkan ancaman bagi masyarakat jika dirilis.
20

Banguan gedung dan struktur lain yang diperlukan untuk


mempertahankan fungsi dari Kategori Risiko IV struktur lainnya.
Sumber: SNI 1727-2013 Tata cara perencanaan gempa untuk struktur
bangunan gedung dan non gedung

Tabel 2.5 Faktor Keutamaan Gempa

Kategori risiko Faktor keutamaan gempa, 𝑰𝒆


I atau II 1,00
III 1,25
IV 1,50
Sumber: SNI 1727-2013 Tata cara perencanaan gempa untuk
struktur bangunan gedung dan non gedung

2.2.4. Beban Angin

Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau


bagiannya karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin
kencang). Beban angin ini ditentukan dengan menganggap adanya
tekanan positif dan tekanan negatif (isapan angin), yang bekerja tegak
lurus pada bidang-bidang bangunan yang ditinjau.

Menurut Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983,


besarnya tekanan tiup angin ini harus diambil minimum 25 kg/m2 luas
bidang bangunan yang ditinjau. Sedangkan untuk di laut sampai sejauh
5 km dari tepi pantai tekanan tiup angin ini diambil minimum 40 kg/m2,
serta untuk daerah-daerah di dekat laut dan daerah-daerah lain dimana
kemungkinan terdapat kecepatan angin yang mungkin dapat
menghasilkan tekanan tiup yang lebih besar dari yang ditentukan di
atas, maka tekanan tiup angin tersebut harus dihitung dengan rumus:
21

p = V2/16 (kg/m2)

Dimana : p = tekanan tiup angin (kg/m2).


V = kecepatan angin (m/detik).

2.3 LANDASAN TEORI

2.3.1. Bangunan Gedung

Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia No. 28 tahun


2002 tentang bangunan gedung. Bangunan gedung adalah wujud fisik
hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya,
sebagian atau seluruhnya berada di atas atau di dalam tanah yang
berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatan, baik untuk
hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
kegiatan sosial budaya, maupun kegiatan khusus. Terdapat 3 pasal
pengaturan bangunan gedung dengan tujuan untuk:

a. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan


tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungan.
b. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang
menjamin keandalan teknis bangunan gedung dari segi
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan.
c. Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan
gedung.
Tujuh fungsi bangunan gedung berdasarkan pasal 5, tepat pada
ayat 4 diantaranya adalah mengenai pasar dan jajaranya. Menyatakan
bahwa bangunan gedung dengan fungsi usaha sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 meliputi bangunan gedung untuk perkantoran,
22

perdagangan, perindustrian, wisata dan rekreasi, terminal, dan


penyimpanan.

2.4 KOMBINASI PEMBEBANAN

Ada beberapa jenis beban yang dapat bekerja pada setiap struktur
bangunan. Beban mati akibat berat sendiri dari struktur harus selalu
diperhitungkan. Sedangkan beban hidup besarnya selalu berubah –
ubah tergantung dari penggunaan dan kombinasi beban hidup.
Kemungkinan bekerjanya beban-beban maksimum pada struktur pada
saat yang bersamaan adalah sangat kecil. Struktur bangunan dapat
dirancang untuk memikul semua beban maksimum yang bekerja secara
simultan. Tetapi struktur yang dirancang demikian akan mempunyai
kekuatan yang sangat nyata mungkin terjadi selama umur rencana
struktur. Dari sudut pandang rekayasa struktur, desain struktur dengan
pembebanan seperti ini adalah tidak realistis dan sangat mahal,
berkenaan dengan hal ini, maka banyak peraturan yang
merekomendasikan untuk mereduksi beban desain pada kombinasi
pembebanan tertentu.
Untuk pembebanan pada bangunan gedung bertingkat banyak,
sangat tidak mungkin pada saat yang sama semua lantai memikul
beban hidup yang maksimum secara simultan. Oleh karena itu diijinkan
untuk mereduksi beban hidup untuk keperluan perencanaan elemen-
elemen struktur dengan memperhatikan pengaruh dari kombinasi
pembebanan dan penempatan beban hidup.
Kombinasi pembebanan yang dipakai sesuai dengan Tata Cara
Perencanaan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI 1727 – 2013
yaitu :
23

1. Kekuatan perlu
Kekuatan perlu (U) paling tidak, harus sama dengan
pengaruh beban terfaktor sebagai berikut :

 Kombinasi Pembebanan Tetap


U= 1,4 D
U= 1,2 D + 1,6 L
U= 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (Lr atau R)

 Kombinasi Pembebanan Sementara


U= 1,2 D + 1,6 (Lr atau R) + (1,0 L atau 0,5 W)
U= 1,2 D + 1,0 W + 1,0 L + 0,5 (Lr atau R)
U= 0,9 D + 1,0 W
U= 0,9 D + 1,0 E
Dimana :
D = Beban mati
L = Beban hidup
R = Beban hujan
W = Beban angin
E = Beban gempa
2. Kuat rencana
Kuat rencana suatu komponen struktur, sambungannya
dengan komponen struktur lain, dan penampangnya, sehubungan
dengan prilaku lentur, beban nominal, geser, dan torsi, harus diambil
sebagai hasil kali kuat nominal, yang dihitung berdasarkan
ketentuan dan asumsi dari SNI 1727 – 2013, dikalikan dengan faktor
reduksi kekuatan.

Pembebanan suhu,rangkak dan susut betonKoefisien


1,0, 1,2, 1,6, 1,4, merupakan faktor pengali dari beban-beban
tersebut, yang disebut faktor beban (load factor). Sedangkan
faktor 0,5 dan 0,9 merupakan faktor reduksi. Sistem struktur
24

dan elemen struktur harus diperhitungkan terhadap dua


kombinasi pembebanan, yaitu pembebanan tetap dan
pembebanan sementara, momen lentur (Mu), momen torsi
atau puntir (Tu), gaya geser (Vu), dan gaya normal (Pu) yang
terjadi pada elemen-elemen struktur akibat kedua kombinasi
pembebanan yang ditinjau, dipilih yang paling besar harganya,
untuk selanjutnya digunakan pada proses desain.

Untuk keperluan analisis dan desain dari suatu struktur


bangunan gedung, perlu dilakukan perhitungan mekanika
rekayasa dari portal beton dengan dua kombinasi
pembebanan yaitu pembebanan tetap dan pembebanan
sementara. Kombinasi pembebanan untuk perencanaan
struktur bangunan gedung yang sering digunakan di Indonesia
adalah (SNI 2847-2013).

Pada umumnya, sebagai gaya horisontal yang ditinjau


bekerja pada sistem struktur portal adalah beban gempa,
karena itu Indonesia mempunyai beban gempa lebih besar
dibandingkan dengan beban angin. Beban gempa yang
bekerja pada sistem struktur dapat berarah bolak-balik, oleh
karena itu pengaruh ini perlu ditinjau didalam perhitungan.
Beban mati dan beban hidup selalu berarah kebawah karena
merupakan beban gravitasi, sedangkan beban angin atau
beban gempa merupakan beban yang berarah horisontal.

2.4.1. Perhitungan dan Pembebanan Rencana

Dasar struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan


proses perencanaan bangunan. Proses desain tersebut merupakan
25

gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan keahlian


dalam mengolahnya. Proses ini dibedakan dalam dua bangian :
 Tahap pertama
Desain umum yang merupakan peninjauan umum dari garis besar
keputusan daerah. Tipe struktur dipilih dari berbagai alternatif yang
memungkinkan.Tata letak struktur, geometri atau bentuk bangunan,
jarak antar kolom, tinggi lantai dan material bangunan telah
ditetapkan dengan pasti pada tahap ini.
 Desain terkecil
Desain terkecil yang antara lain meninjau tentang penentuan besar
penampang lintang balok, kolom, tebal pelat dan elemen struktur
lainnya. Kedua proses desain ini saling mengait.

2.4.2 Struktur Atas


A. Jenis – Jenis Struktur Atas

Secara umum jenis-jenis struktur atas yang biasa


digunakan untuk bangunan gedung adalah sebagai berikut :

 Struktur baja (steel structure )


Struktur baja sangat tepat digunakan pada bangunan
bertingkat tinggi, karena materialbaja mempunyai kekuatan
serta tingkat daktilitas yang tinggi apabila dibandingkan
dengan material-material struktur lainnya.

 Struktur komposit (composit structure)


Struktur komposit merupakan struktur gabungan
yang terdiri dari dua jenis materialatau lebih. Pada
umumnya struktur komposit yang sering digunakan
adalahkombinasi antar baja struktural dengan beton
26

bertulang. Struktur komposit inimemiliki perilaku di antara


struktur baja dan struktur beton bertulang. Struktur
komposit banyak digunakan untuk struktur bangunan
menengah sampai tinggi.

 Struktur beton bertulang (reinforced concrete structure)


Struktur beton bertulang ini banyak digunakan untuk
stuktur bangunan tingkat menengah sampai tinggi. Struktur
ini paling banyak digunakan apabila dibandingkandengan
struktur yang lain karena struktur beton bertulang lebih
monolith apabiladibandingkan dengan struktur baja
maupun komposit.

B. Bagian Dari Struktur Atas

Struktur atas atau upper structure adalah elemen


bangunan yang berada di atas permukaan tanah. Dalam
proses perencanaan meliputi : atap, plat lantai, kolom, balok,
portal .
1) Atap
Atap adalah elemen struktur yang berfungsi
melindungi bangunan beserta apa yang ada didalamnya
dari pengaruh panas dan hujan. Bentuk atap tergantung dari
beberapa faktor, misalnya: iklim, arsitektur, modelitas
bangunan dan sebagainya dan menyerasikannya dengan
rangka bangunan atau bentuk daerah agar dapat
menambah indah dan anggun serta menambah nilai dari
harga bangunan itu.
27

2) Pelat
Pelat merupakan panel-panel beton bertulang yang
mungkin tulangannya dua arah atau satu arah saja,
tergantung system strukturnya. Kontinuitas penulangan
pelat diteruskan ke dalam balok - balok dan diteruskan ke
dalam kolom. Dengan demikian sistem pelat secara
keseluruhan menjadi satu-kesatuan membentuk rangka
struktur bangunan kaku statis tak tentu yang sangat
kompleks. Perilaku masing-masing komponen struktur
dipengaruhi oleh hubungan kaku dengan komponen
lainnya. Beban tidak hanya mengakibatkan timbulnya
momen, gaya geser dan Lendutan langsung pada
komponen struktur yang menahannya, tetapi komponen-
komponen struktur lain yang berhubungan juga ikut
berinteraksi karena hubungan kaku antar komponen.
Berdasarkan perbandingan antara bentang panjang dan
bentang pendek pelat dibedakan menjadi dua, yaitu pelat
satu arah dan pelat dua arah.

a. Pelat satu arah


Pelat satu arah adalah pelat yang didukung pada
dua tepi yang berhadapan saja sehingga lendutan
yang timbul hanya satu arah saja yaitu pada arah yang
tegak lurus terhadap arah dukungan tepi. Dengan kata
lain pelat satu arah adalah pelat yang mempunyai
perbandingan antara sisi panjang terhadap sisi pendek
yang saling tegak lurus lebih besar dari dua dengan
lendutan utama pada sisi yang lebih pendek.
28

b. Pelat dua arah


Pelat dua arah adalah pelat yang didukung
sepanjang keempat sisinya dengan lendutan yang
akan timbul pada dua arah yang saling tegak lurus
atau perbandingan antara sisi panjang dan sisi pendek
yang saling tegak lurus yang tidak lebih dari dua.

Pelat lantai yang dirancang adalah plat lantai dua


arah yang didukung pada keempat sisinya. Untuk
memudahkan perancangan akan digunakan tabel dari
grafik dan hitungan beton bertulang berdasarkan SNI-
03-2847-2013.
 Menentukan Tebal Minimum Pelat (h)
I. Untuk lm lebih besar 0,2 tapi tidak boleh lebih
dari 2,0, h tidak boleh lebih dari
fy
ln⁡(0,8 + 1400)
h=
36 + 5𝛽(𝛼𝑚 − 0,2)

dan tidak boleh kurang dari 125 mm

II. untuk lm lebih besar dari 2,0,ketebalan pelat


minimum tidak boleh kurang dari

ln⁡(0,8 + fy/1400
h=
36 + 9β
dan tidak boleh dari 90 mm
dimana :
h = tebal pelat
29

ln = panjang bentang bersih dalam arah


melintang
β = perbandingan antara bentang bersih
dalam arahmemanjang terhadap arah
melintang dua arah
αm = nilai rata-rata dari α
Ecb. Lb
𝛼=
Ecs. Ls
Ecb = modulus elastis pada beton
Ecs = modulus elastis pada pelat.

 Menentukan Momen Lentur Pelat yang Terjadi


Perencanaan dan analisis dilakukan dengan
menggunakan konsep beban Amplop yaitu dengan
menggunakan koefisien momen Besar momen
lentur adalah:
Mlx = 0,001.qu.Lx2.Clx
Mtx = 0,001.qu.Lx2.Clx
Mly = 0,001.qu.Lx2.Cly
Mty = 0,001.qu.Lx2.Cly

Dengan :
qu = Beban Total
Lx = Panjang bentang pendek
Ctx = Koefisien momen tumpuan arah x
Clx = Koefisien momen lapangan arah x
Cty = Koefisien momen tumpuan arah y
Cly = Koefisien momen lapangan arah y
30

 Menentukan tulangan (As ) arah x dan y


mu
b⁡d2
2
Mu
0,8fy - ( 0,8fy )2 - 4( 0,4704 fy ) ( 2 )
f'c bd
r =
fy 2
2 x ( 0,4704 )
f 'c

1,4
r min =
fy

0,85 f'c b 600


r maks = 0,75 fy 600 + fy

Rasio baja-tulangan harus memenuhi ρmin ≤ ρada


≤ ρmaks
• Jika ρada < ρmin,maka digunakan ρ = ρmin dan
As = ρada.b.d
• Jika ρada > ρmaks, maka tebal pelat harus
diperbesar. Setelah didapatkan nilai ρperlu, maka :
Asperlu = ρperlu.b.d
Jarak tulangan pokok (di ambil b= 1 meter)
(Jarak tul.= 1000/(As/(1/4 d2)

3) Kolom
Definisi kolom adalah komponen struktur bangunan
yang tugas utamanya menyangga beban aksial desak
vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling
tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Kolom adalah batang
tekan vertikal dari rangka (frame) struktur yang memikul
beban dari balok induk maupun balok anak. Kolom
meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi yang lebih
31

bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui pondasi.


Keruntuhan pada suatu kolom merupakan kondisi kritis
yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh
struktur.
Kolom berfungsi sebagai struktur yang mendukung
beban dari atap, balok dan berat sendiri yang diteruskan ke
pondasi. Secara struktur kolom menerima beban vertikal
yang besar, selain itu harus mampu menahan beban-beban
horizontal bahkan momen atau puntir/torsi akibat pengaruh
terjadinya eksentrisitas pembebanan
Hal yang harus diperhatikan adalah tinggi kolom
perencanaan, mutu beton yang digunakan dan
pembebanan yang terjadi dan yang harus diperhitungkan
adalah kolom dapat menyangga beban aksial tekan dengan
eksentrisitas tertentu.

4) Balok
Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai
pendukung beban vertikal dan horizontal. Beban vertikal
berupa beban mati dan beban hidup yang diterima plat
lantai, berat sendiri balok dan berat dinding penyekat yang
di atasnya. Sedangkan beban horizontal berupa beban
angin dan gempa. Balok merupakan bagian struktur
bangunan yang penting dan bertujuan untuk memikul beban
tranversal yang dapat berupa beban lentur, geser maupun
torsi. Oleh karena itu perencanaan balok yang efisien,
ekonomis dan aman sangat penting untuk suatu struktur
32

bangunan terutama struktur bertingkat tinggi atau struktur


berskala besar.

5) Portal
Portal merupakan suatu rangka struktur pada
bangunan yang harus mampu menahan beban-beban yang
bekerja, baik beban mati, beban hidup, maupun beban
sementara.

a. Portal tak bergoyang ( braced frame )


Portal tak bergoyang didefinisikan sebagai portal
dimana tekuk goyangan dicegah oleh elemen-elemen
topangan struktur tersebut dan bukan oleh portal itu
sendiri. Portal tak bergoyang mempunyai sifat :
 Portal tersebut simetris dan bekerja beban simetris
 Portal yang mempunyai kaitan dengan kontruksi lain
yang tidak bergoyang
b. Portal bergoyang
Suatu portal dikatakan begoyang, jika :
 Beban yang tidak simetris yang bekerja pada portal
yang simetris atau tidak simetris
 beban simetris yang bekerja pada portal yang
simetris atau tidak simetris

2.4.3 Struktur Bawah


Yang dimaksud dengan struktur bawah (sub structure)
adalah bagian bangunan yang berada dibawah permukaan.
Pondasi adalah suatu konstruksi yang berfungsi untuk
meneruskan beban-beban bangunan atas ke tanah yang mampu
33

mendukungnya. Pondasi umumnya berlaku sebagai komponen


struktur pendukung bangunan yang terbawah dan telapak
pondasi berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan
beban ketanah, sehingga telapak pondasi harus memenuhi
persyaratan untuk mampu dengan aman menyebarkan beban –
beban yang diteruskan sedemikian rupa sehingga kapasitas atau
daya dukung tanah tidak terlampaui. Perlu diperhatikan bahwa
dalam merencanakan pondasi harus memperhitungkan keadaan
yang berhubung atas tanah kuat pada keadaan cukup tertentu.

2.5 RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)

RAB (Rencana Anggaran Biaya) adalah perhitungan banyaknya


biaya yang dibutuhkan baik upah maupun bahan dalam sebuah
perkerjaan proyek konstruksi, membangun rumah, atau meningkat
rumah, gedung, jembatan, masjid, dan lain-lain.

Rencana Anggaran Biaya dibuat berdasarkan uraian pekerjaan yang


disusun menurut jenis pekerjaan yang ada dalam pelaksanaan
konstruksi dan disusun berdasarkan gambar kerja dan RKS ( Rencana
Kerja dan Syarat ) dengan memperhitungkan segala biaya pengadaan
bahan maupun alat.

2.6 ALAT BANTU ANALISIS

2.6.1 Etabs V.9.0.6.


Penulis dalam analisis struktur bangunan ini menggunakan
bantuan software Extended Three Dimension Analisys of Building
System ETABS v.9.0.6. ETABS adalah salah satu aplikasi yang
34

sangat populer di dunia teknik sipil. Software buatan CSI


Berkeley ini memang sangat powerfull dalam melakukan
pemodelan struktur, analisis, dan desain. Kebanyakan para
perencana high rise building menjadikan ETABS sebagai pilihan
pertama dan utama dalam melakukan analisis dinamik, karena
memang analisis dinamik ini agak-agak butuh waktu dan keringat
yang berlebihan jika dicoba dihitung secara manual. Analisis
dinamik tidak sesederhana analisis statik yang cukup
mengandalkan konsep kesetimbangan gaya saja.

2.6.2 Microsoft Excel


Microsoft Excel atau Microsoft Office Excel adalah sebuah
program aplikasi lembar kerja spreadsheet. Aplikasi ini memiliki
fitur kalkulasi dan pembuatan grafik yang, dengan menggunakan
strategi marketing Microsoft yang agresif, menjadikan Microsoft
Excel sebagai salah satu program komputer yang populer
digunakan di dalam komputer mikro hingga saat ini. Program ini
merupakan program spreadsheet paling banyak digunakan oleh
banyak pihak, baik di bidang Perminyakan, Sipil dll. Kandungan
Aplikasi ini dalam bidang Sipil sebagai alat Perhitungan RAB dll.

2.7 PERENCANAAN SEJENIS

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan studi kasus


yang memiliki permasalahan analisis dan pembahasan dengan memiliki
kemiripan yang nantinya bisa menjadi bahan sebagai referensi dalam
penyusunan yang akan dilakukan, dibawah ini ada beberapa analisis
35

kajian yang pernah dilakukan sebelumnya, antara lain adalah sebagai


berikut :
Pertama, Perencanaan yang dilakukan oleh Aries Saputra (2011)
melakukan Analisis Struktur bangunan Gedung Rumah Sakit Permata
Cirebon. Judul penelitian yaitu Analisis Struktur Gedung Rumah Sakit
Permata Cirebon. Permasalahan yang dihadapi adalah menganalisis
struktur gedung Rumah Sakit di Cirebon.
Kedua, Perencanaan yang dilakukan oleh Arza Reka Struktur
Grup (2014) melakukan Analisis Perencanaan Pembangunan Struktur
Gedung Perkantoran 8 Lantai. Judul buku yaitu Aplikasi Perencanaan
Struktur Gedung dengan ETABS. Permasalahan yang dihadapi
berupa sebuah gedung perkantoran 8 lantai akan direncanakan dengan
struktur beton. Sistem perencanaan dengan SRPMK (Struktur Rangka
Pemikul Momen Khusus). Gedung tersebut terletak di lokasi zona
gempa 3 dengan kondisi tanah sedang.
Berdasarkan hasil kajian penulis dari kedua perencanaan di atas
mengenai perencanaan suatu struktur gedung. Penulis menilai bahwa
yang paling mendekati dan mempunyai persamaan dalam hal analisis
struktur dengan perencanaan yang Penulis lakukan adalah kedua
analisis tersebut, sehingga digunakan sebagai referensi.
BAB III

METODE PENILITAN

3.1. METODE PENELITIAN

3.1.1. Desain Penelitian


Desain penelitian dimulai dengan mengumpulkan dan
mempelajari literatur yang berkaitan dengan perencanaan.
Mengumpulkan data yang akan digunakan sebagai data dalam
obyek. Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Mencari data-data berupa,data eksisting berupa luas tanah luas


bangunan serta fungsi bangunan yang akan direncanakan
2. Studi literatur dengan mengumpulkan reverensi dan metode
yang dibutuhkan sebagai tinjauan pustaka baik dari buku
maupun media lain (internet).
3. Pengolahan dan analisa data-data yang didapat.
4. Perencanaan Gedung Transmart Carrefour Cirebon.
5. SNI pembebanan 1727-2013.
6. Pengambilan kesimpulan dan saran dari hasil kajian

3.2. METODE PENELITIAN YANG DIGUNAKAN

Metode Penelitian yang digunakan yaitu metode kuantitatif dan


kualitatif, pengertiannya seperti ini :
a. Metode kuantitatif yaitu metode yang dilakukan dengan
mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berkaitan
dengan perencanaan.

36
37

b. Metode kualitatif adalah metode yang dilakukan dengan


mengumpulkan data yang akan digunakan sebagai data dalam
obyek.

Untuk mempermudah langkah – langkah penyusunan tugas akhir


ini dibuat metodologi yang bertujuan untuk mengarahkan dan
mengefektifkan waktu serta hasil yang ingin di capai.

Metodologi penelitian ini tersusun atas beberapa tahapan, seperti


berikut :
38

MULAI

PERSIAPAN

STUDI LITERATUR LINGKUP

PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

ANALISIS

ANALISIS STRUKTUR BIAYA PROYEK

 ETABS  EXCEL

PLAT BALOK KOLOM PONDAS RAB


I

HASIL ANALISIS

PERHITUNGAN

Perbandingan :

 Mu (Output ETABS)
 Mu (Perhitungan
Manual)

KESIMPULAN DAN SARAN

SELESAI

Gambar 3.1 Flow Chart Kerangka Alur Penelitian


39

A. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal sebelum memulai
perlaksanaan dari sebuah ide. Persiapan yang dilakukan berupa
survey pada lokasi Pembangunan Gedung Transmart Carrefour
yaitu di Jl. DR. Cipto Mangunkusumo 234, Cirebon – Jawa Barat.
Survei yang dilakukan adalah dengan peninjauan ke lokasi
serta pengambilan dokumentasi berupa foto – foto untuk lebih
mengenal lokasi perencanaan .

B. Tahap Identifikasi Permasalah


Dari hasil pengamatan atau survei secara visual pada lokasi
penelitian didapat beberapa permasalahan yang dapat ditemui,
yaitu sebagai berikut :
1) Bagaimana kapitasa Gedung Transmart Carrefour Cirebon ?
2) Dampak apa yang didapatkan ketika penambahan pengunjung
selalu terjadi ?
3) Bagaimana solusi untuk permasalahan tersebut?

C. Tahap Survey Lapangan dan Studi Pustaka


Survey lapangan dilakukan untuk mengetahui keadaan
dilokasi penelitian, dari survey lapangan dapat dihasilkan berupa
data sebagai berikut :
1. Data observasi lokasi Gedung Transmart Carrefour Cirebon.
Observasi adalah metode pengumpulan data melalui
pengamatan langsung atau peninjauan secara cermat dan
langsung di lapangan atau lokasi penelitian.
40

Data yang didapat dari observasi adalah sebagai berikut :


- Luas Bangunan : - Lantai basement : ± 1008 m2

Lantai 1 : 1134,15 m2

- Tinggi Proyek : 28,00 m

Sedangkan Studi pustaka yang dilakukan yaitu pengumpulan


berbagai teori yang berkaitan dengan kondisi serta permasalahan
yang ada. Data yang di di dapatkan sebagai berikut :

1. Literatur skripsi mahasiswa teknik sipil.


Literatur skripsi mahasiswa teknik sipil adalah skripsi, hasil
penelitian masiswa teknik sipil sebelum-sebelumnya yang
memiliki tema yang sama dan pembahasan yang mendekati.
Literatur skripsi yang digunakan antara lain :
- Aries Saputra, tahun 2011.
- Arza Reka, 2014.
2. Perauran SNI 2013
Peraturan SNI 2013 adalah perturan SNI yang terbaru dan
digunakan dalam analisis ini. SNI yang digunakan antaralain
adalah :
- SNI 1727 – 2013 tentang pembebanan.
- SNI 2847 – 2013 tentang tata cara perencanaan struktur
beton bangunan gedung.
3. Data teknis Gedung Transmart Carrefour Cirebon

Data teknis yang didapatkan berupa gambar proyek dan


rencana anggaran biayanya.

4. Media Internet
41

D. Tahap Analisa dan Pengolahan Data


Data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisa
menggunakan teori yang sudah ditentukan dalam kajian pustaka.
Hasil dari analisis dan pengolahan data ini nantinya akan
menentukan seberapa besar pengaruh pembuatan Gedung
Transmart Carrefour Cirebon. Bila pengaruh yang ditimbulkan
menguntungkan maka data – data ini selanjutnya diolah lebih
lanjut sebagai unsur penting dalam desain Gedung Transmart
Carrefour Cirebon.

E. Tahap Perhitungan Desain


Setelah didapat hasil dari analisis data dan bila diperoleh
suatu kesimpulan bahwa pada pembangunan Gedung Transmart
Carrefour Cirebon diperlukan perencanaan yang sesuai fungsi dari
bangunan tersebut.. Perhitungan yang akan dilakukan
menggunakan teori rumus – rumus yang sudah ditentukan dalam
bab studi pustaka.
Desain yang dibuat menggunakan system portal dengan
menggunakan struktur beton. Tahap perhitungan desain
pembangunan gedung aula adalah sebagai berikut :
1) Perhitungan pembebanan
2) Pendesainan struktur Gedung Transmart Carrefour Cirebon
3) Perhitungan penulangan
4) Perhitungan Pondasi
5) Perhitungan Gempa.
42

3.3. JENIS DAN SUMBER DATA

Berdasarkan asalnya data dikelompokkan dalam :


a. Data primer
Data primer yaitu data yang didapatkan dari pengukuran
maupun pengamatan secara langsung di lapangan.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari sumber
lain misalnya instansi pemerintah, swasta, maupun perorangan
yang telah melakukan pengamatan secara langsung di
lapangan.
Untuk pembuatan tugas akhir perencanaan Gedung
Transmart Carrefour Cirebon di persimpangan ini akan dipakai
data sekunder, hal ini berkaitan dengan efisiensi waktu dan
biaya pemuatan laporan tugas akhir ini.

3.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk perencanaan


Pembangunan Gedung Kantor ini adalah :
a. Metode literatur
Metode literatur yaitu mengumpulkan, mengidentifikasi,
dan mengolah data – data tertulis yang berasal dari buku –
buku, surat kabar, majalah maupun tulisan ilmiah lainnya yang
berkaitan dengan perencanaan Pembangunan Gedung
Transmart Carrefour Cirebon.
b. Metode observasi
Metode observasi yaitu data yang diperoleh dari hasil
survei langsung ke lokasi. Dengan survei langsung ini dapat
43

diketahui kondisi langsung di lapangan sehingga diperoleh


suatu gambaran yang dapat dijadikan pertimbangan dalam
perencanaan desain Gedung Transmart Carrefour Cirebon.

c. Metode wawancara
Metode wawancara yaitu data yang diperoleh dengan
mewawancarai narasumber untuk mendapatkan beberapa
informasi yang dapat menambah bahan dalam penyusunan
perencanaan Gedung Transmart Carrefour Cirebon.

3.5. METODE ANALISIS DATA

Mengenai metode dan cara pengolahan data yang akan digunakan


akan dibahas lebih detail dalam bab tersendiri. Hal ini dilakukan karena
tahap ini sangat penting dan menentukan dalam perencanaan desain
suatu gedung. Pembahasan yang diulas akan lebih mendetail dan
spesifik sehingga diperlukan bab tersendiri dalam usaha penarikan
kesimpulan.
Tahapan analisis data yang digunakan dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut :
a. Perhitungan pembebanan
1) Beban mati
2) Beban hidup
3) Beban Struktur
b. Perhitungan struktur gedung
1) Dimensi Plat
2) Dimensi Balok
3) Dimensi Kolom dan
4) Pondasi.
44

3.6. PENGOPRASIAN ALAT ANALISIS (ETABS)

Gambar 3.2 Item Menu pada Menu file ETABS

a. Menu Edit
1. Edit Grid Data digunakan untuk memprbaiki / menambah
grid (garis bantu) dalam sumbu X,Y.
2. Edit Story Data digunakan untuk memperbaiki/
menambah/ menghapus (mengedit) story
a. Edit Strory digunakan untuk memperbaiki story
dalam arah Z
b. Insert Story digunakan untuk menambah jumlah
story dalam arah Z
c. Delete Story digunakan untuk menghapus atau
menghilangkan story yang telah dibuat.
45

Gambar 3.3 Item Menu pada Menu edit ETABS

b. Menu View

1. Set 3D View digunakan untuk mengatur tampilan model


pada window yang diaktifkan dalam pandangan tiga
dimensi.
2. Set Plan View digunakkan untuk mengatur tampilan
denah dari model pada window yang diaktifkan dalam
pandangan dua dimensi.
3. Set Elevation View digunakkan untuk mengatur tampilan
tampak ( gambar potongan ) dari model pada window yang
diaktifkan dalam pandangan dua dimensi.
4. Set Building View option digunakan untuk menyeting
tampilan yang akan dikeluarkan / dilihat sesuai dengan
pilihan yang disediakan.
46

5. Change Axis Location digunakan untuk mengubah atau


menggeser koordinat dasar / benchmark (X,Y,Z) ke posisi
yang diinginkan.

Gambar 3.4 Item Menu pada Menu View ETABS

c. Menu Define

1. Material properties digunakan untuk memasukkan jenis


material (baja, beton, atau material lainnya) yang dipakai
dalam perancangan termasuk data mengenai sifat
mekanis bahan yang digunakan tersebut.
2. Frame section digunakan untuk berbagai fungsi, yaitu
mengimpor potongan penampang/profil dari data base
yang tersedia, membuat potongan penampang/profil
beserta pendimensiannya, memeriksa kembali atau
memodifikasi potongan penampang/profil, atau
menghapus potongan penampang/profil.
3. Wall/slab/deck Section digunakan untuk berbagai fungsi
yaitu membuat deck, lantai dan dinding. Memodifikasi
47

atau memeriksa kembali property yang sudah ada, dan


menghapus property yang sudah ada.
4. Diaphragms digunakan untuk membuat memodifikasi
dan menghapus diafragma yang direncanakan.
5. Response spectrum function digunakan untuk
menentukan, membuat dan memodifikasi serta
menghapus fungsi reaksi dari text file yang ada. Perintah
ini digunakan dalam analisis struktur secara dinamik.
6. Time history function digunakan untuk mentukan,
membuat dan memodifikasi fungsi time history yang akan
digunakan dalam analisis dinamik.
7. Static load case digunakan untuk menentukan jenis
pembebanan yang akan bekerja pada struktur yang
dibuat. Sesuai SNI, ada 5 tipe beban yang bekerja dalam
struktur, yaitu : beban mati, beban hidup, beban angin,
beban gempa, dan beban khusus.
8. Response spectrum cases digunakan untuk
menentukan tipe respon spectrum yang akan digunakan
sesuai dengan input data yang telah dibuat dengan
perintah response spectrum functions.
9. Time history cases digunakan untuk menentukan tipe
riwayat waktu gempa yang akan digunakan sesuai
dengan input data yang telah dibuat dengan peruntah
time history function.
10. Load Combinations digunakan untuk membuat
kombinasi pembebanan yang direncanakan sesuai
peraturan
48

11. Mass source digunakan untuk menentukan dan


memodifikasi tipe massa yang akan direncanakan pada
model.

Gambar 3.5 Item Menu pada Menu define ETABS

d. Menu Draw

1. Select Object digunakan untuk memilih objek yang akan


digunakan
2. Reshape Object digunakan untuk mengubah atau
memindah objek yang digunakan
3. Draw line objek digunakan untuk berbagai fungsi, yaitu :
 Draw line digunakan untuk menggambar frame yang
direncanakan, caranya yaitu menghidupkan perintah
draw lines lalu klik kiri pada mouse pada joint awal
yang diinginkan lalu lepaskan llik. Setelah itu gerakan
49

mouse ke joint, lalu klik kiri, lalu klik kanan mouse


untuk mengakhiri.
 Create line in region or at clicks digunakan juga
untuk membuat frame yang direncanakaan. Caranya
yaitu dengan menghidupkan perintah create line
region or at clicks lalu klik kiri mouse pada grid yang
telah dibuat.
4. Draw Area Object digunakan untuk menggambar
bidang/area. Ada beberapa menu untuk menggambar
bidang, yaitu :
 Draw Area untuk menggambar semua bentuk
bidang/area (persegi panajng, bujur sangkar,
segitiga, lingkaran atau polygon tak beraturan
lainnya)
 Draw Rectangular Area untuk menggambar bidang
bujursangkar atau persegi empat. Sebelum
melakukan perintah di atas, tampilan window harus
berada dalam 2 dimensi, bisa dalam plane view atau
elevation view.
 Create Area At Click digunakan juga untuk
membuat bidang/area caranya yaitu dengan klik kiri
pada mouse pada bidang yang telah dibuat gridnya.
Sebelum melakukan perintah di atas, tampilan
window harus berada dalam 2 dimensi.
5. Snap To untuk menggambar/mengedit objek dengan
cepat dan tepat
 Grid Intersection and point digunakan untuk
mengedit pertemuan titik dan grid pada sistem
koordinat yang sama atau system grid yang sama.
50

 Intersectons digunakan untuk mengedit pertemuan


antar garis dengan garis yang lainya, dan antar
ujung tepi yang satu dan ujung tepi lainnya.

Gambar 3.6 Item Menu pada Menu draw ETABS

e. Menu Select

1. At pointer/in windows digunakan untuk memilih objek


dengan pointer. Sebelum perintah ini dihidupkan
window yang dipilih harus aktif dahulu.
2. Intercecting line digunakan untuk memilih objek
dengan cara menarik garis pada objek tersebut.
3. By frame sections digunakan untuk memilih objek
yang berbentuk frame saja.
4. By Wall/slab/deck Sections digunakan untuk memilih
objek yang berbentuk bidang/area (dinding/lantai/dek).
5. All digunakan untuk memilih semua objek yang sudah
dibuat.
51

6. Deselect untuk mengembalikan oobjek dari perintah


select ke posisi tidak memilih. Perintah ini bisa
digunakan sesuai pilihan yang diinginkan (bisa memilih
semua objek dan hanya tertentu)
7. Get Previous Section untuk mengembalikan atau
mengulang objek yang telah dipilih namun telah diedit
dengan perintah deselect atau clear selection.
8. Clear Selection untuk mengembalikan objek dari
perintah select ke posisi tidak memilih sama sekali.

Gambar 3.7 Item Menu pada Menu select ETABS

f. Menu Assign

1. Joint/point digunakan untuk mengedit titik objek atau titik


pertemuan (joint).
 Diaphragms untuk menentukan tipe diapragma
yang telah dibuat sebelumnya.
52

 Resistants ( supports ) untuk menentukan derajat


kebebasan pada objek yang dipilih (titik, jepit,
sendi rol).
2. Frame / Line digunakan untuk mengedit frame atau garis.
 Frame Sections untuk menentukan property
penampang/profil pada objek frame
 Frame Output Sections untuk mengedit hasil
output (table) yang akan dikeluarkan. Untuk
melihat gaya, reaksi perletakan momen dan torsi
yang utama saja, maka jumlah status dibuat
menjadi tiga.
 Local axis untuk mengedit, mengubah arah
koordinat sumbu likal pada objek yang
direncanakan.
3. Shell/Area digunakan untuk mengedit atau memodifikai
objek yang berbentuk area/bidang
 Wall/Slab/Deck Sections untuk mengedit dinding
lantai dan dek
 Diaphragms untuk menentukan tipe diafragma
yang telah ditetapkan sebelumnya.
 Local Axis untuk mengeditpenempatan arah
sumbu likal pada objek bidang yang dipilih.
4. Joint/Point loads untuk mengedit pembebanan pada satu
joint atau satu titik.
 Force untuk menentukan besar gaya atau momen
pada suatu titik pertemuan (joint) atau pada suatu
titik (point).
5. Frame line loads digunakan intuk mengedit pembebanan
pada suatu frame.
53

 Point untuk menentukan beban terpusat pada


frame.
 Distributed untuk menentukan beban merata
pada frame.
6. Shell/Area loads untuk mengedit pembebanan pada
area/bidang ( dinding/lantai/dek).
 Uniform untuk mentukan beban terbagi merata
pada bidang yang dipilih.

Gambar 3.8 Item Menu pada Menu assign ETABS

g. Menu Analyze

1. Set analyze options digunakan untuk menyeting analisis


yang akan digunakan pada model yang telah
direncanakan.
2. Chek model digunakan untuk mengecek kembali model
yang telah dibuat sebelum running analysis dijalankan.
54

3. Run Analysis untuk menjalankan analisis pada model


yang telah direncanakan.

Gambar 3.9 Item Menu pada Menu analyze ETABS

h. Menu Display

1. Show Underformed Shape untuk menampilkan model


pada bentuk yang beraturan.
2. Show load digunakan untuk menampilkan nilai
pembebanan
 Joint/point digunakan untuk menampilkan beban
pada titik pertemuan (joint) atau pada titik (point).
 Frame/ line digunakan untuk menampilkan beban
pada frame atau pada garis.
 Shell/area untuk menampilkan beban pada
bidang/area.
3. Show deformed shape digunakan untuk menampilkan
model dengan bentuk yang tidak beraturan.
4. Show Model Shape untuk menampilkan model sesuai
mode yang dipilih
55

5. Show member force/stress diagram


 Support/spring Reactions digunakan untuk
menampilkan gaya-gaya yang terjadi pada pondasi.
 Frame/Pier/Spandrel Force digunakan untuk
menampilkan gaya-gaya pada frame /pier / spandrel
6. Show Tables digunakan untuk menampilkan table sesuai
output pilihan yang disediakan.

Gambar 3.10 Item Menu pada Menu display ETABS

i. Menu Design

1. Steel Frame Design


 Select Design Combo di gunakan untuk mengedit/
mengaktifkan kombinasi pembebanan yang telah
dibuat.
 Start Design/Check of Structure digunakan untuk
memeriksa struktur yang telah dianalisis.
2. Concrete frame Design
 Select Design Combo digunakan untuk mengedit /
mengaktifkan kombinasi pembebanan yang telah
dibuat.
56

 Strart Design/Check of Structure digunakan untuk


memeriksa struktur yang telah dianalisis.

Gambar 3.11 Item Menu pada Menu design ETABS

j. Menu Options

1. Preferences
 Steel Frame Design digunakan untuk menyeting
disain frame baja.
 Concreate Frame design digunakan untuk
menyeting disain frame beton.
 Reinforcement bar size digunakan untuk menyeting
/ membuat disain tulangan beton.
 Live load reduction untuk menyeting koefisien
reduksi beban hidup.
2. Colors
 Display digunakan untuk menyeting warna warna
pada objek yang direncanakan (balok, kolom, lantai,
dinding, dan lain lain).
 Output digunakan untuk menyeting warna output
yang akan ditampilkan.
57

3. Window
 One digunakan untuk menampilkan model dalam
satu tampilan window.
 Two tiled vertically untuk menampilkan model
dalam dua tampilan window dalam arah vertical.
4. Lock model digunakan untuk mengunci model atau
membukanya kembali.

Gambar 3.12 Item Menu pada Menu options ETABS


58

3.7. LOKASI PENELITIAN

Pada penelitian ini berlokasi di Jl. DR. Cipto Mangunkusumo


234, Cirebon.

Gambar 3.13 Lokasi Penelitian


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 PEMODELAN STRUKTUR

Analisis struktur bangunan Gedung Transmart Carrefour,


Cirebon dilakukan dengan komputer berbasis elemen hingga (infinite
element) untuk berbagai kombinasi pembebanan yang meliputi beban
mati, beban hidup, dan beban gempa dengan pemodelan struktur 3-D
(space- frame).Pemodelan struktur dilakukan dengan Program ETABS
v9.6.0 (Extended Three- Dimensinal Analysis of Building System)
seperti terlihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Model Struktur Transmart

59
60

Mengingat bentuk struktur yang tidak beraturan, maka analisis


terhadap beban gempa selain digunakan cara analisis dinamik
Response Spectrum Analysis.
Struktur bangunan dirancang mampu menahan gempa rencana
sesuai peraturan yang berlaku yaitu SNI 03-1726-2012 tentang Tata
cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung.
Dalam peraturan ini gempa rencana ditetapkan mempunyai periode
ulang 500 tahun, sehingga probabilitas terjadinya terbatas pada 10 %
selama umur gedung 50 tahun.
Parameter percepatan gempa (Ss, S1) pada wilayah kota
cirebon dapat diketahui secara detail melalui situs online Dinas PU
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

4.2 PERANCANGAN STRUKTUR

4.2.1 Pemodelan Bentuk Struktur


Dalam pemodelan, langkah awal yang dilakukan adalah
menentukan satuan yang digunakan pada analisis. Satuan yang
digunakan adalah kN, m, C. Satuan itu yang akan menentukan nanti
hasil dari output perhitungan ETABS.
Setelah menentukan satuan, dilanjut pada pengaturan grid
dengan menentukan jarak-jarak yang akan dimodelkan pada
struktur.
61

Gambar 4.2 Pemodelan Grid Struktur 1

Gambar 4.3 Pemodelan Grid Struktur 2


62

Memasukkan Material Struktur (Materials Properties)


Klik define, klik material, lalu klik add new material. Material
yang digunakan pada struktur gedung Transmart Cirebon yaitu
beton K350, tulangan pokok, tulangan sengkang, dan baja dengan
BJ37. Untuk memudahkan mendesain material, satuan yang
digunakan adalah N, mm, C karena satuan tersebut sama dengan
Mpa. Masukkan datanya sebagai berikut :
a. Mendasain Material Beton:
 Material name : Beton
 Material Type : Concrete
 Weight per unit : 2,35616 = 24 kN
 Mass per unit : 2,4007 = 2,4 kN
 Modulus Elastis : E = 4700√fc
 Possion ratio : 0,2
 F’c : 30 Mpa

Gambar 4.4 Material Beton


63

Setelah semua material di input setiap beban yang bekerjanya


maka klik OK untuk setiap material yang telah di buat dan akan
menjadi hasil material seperti gambar di bawah ini :

Gambar 4.5 Hasil dari Materials Property

4.2.2 Input data Balok dan Kolom (Section Properties)


Balok adalah bagian struktur yang berfungsi sebagai
pendukung beban vertikal dan horizontal. Beban vertikal berupa
beban mati dan beban hidup yang diterima plat lantai, berat sendiri
balok dan berat dinding penyekat yang di atasnya. Dimensi balok
yang digunakan pada struktur gedung Transmart terdapat beberapa
macam dan diberi kode sesuai dimensinya, misal balok 500/800
500/700 350/550 300/500. Dan untuk balok diberi kode B yang
diikuti dimensinya pada balok Balok B1 dan untuk balok anak S1
seperti pada Balok S1 35x55. Untuk kolom diberi kode K yang diikuti
dimensinya, pada kolom K 90/90 diberi kode K1 dan K80/80 diberi
kode K2.
64

Tabel 4.1 Dimensi Rencana Struktur untuk Balok dan Kolom


Lantai Dimensi
Balok Lantai 1 B1 = 80 x 50
Balok Lantai 2 - Atap B2 = 70 x 50
Balok Anak Lantai 1 S1 = 55 x 35
Balok Anak Lantai 2 - Atap S2 = 50 x 30
Kolom Lantai 1 K1 = 90 X 90
Kolom Lantai 2 - 3 K2 = 80 X 80

Gambar 4.6 Input Data Dimensi Balok

Gambar 4.7 Input Data Dimensi Balok Anak


65

Gambar 4.8 Input Data Dimensi Kolom

Gambar 4.9 Input Data Balok 50/80


66

Gambar 4.10 Input Data Balok 50/70

Gambar 4.11 Input Data Balok Anak 35/55


67

Gambar 4.12 Input Data Balok Anak 30/50

Gambar 4.13 Input Data Kolom 90/90


68

Gambar 4.14 Input Data Kolom 80/80

4.2.3 Input data Plat Lantai dan Plat Atap


Untuk plat lantai tebal 150 mm dengan notasi LANTAI dan
plat atap tebal 130 mm diberi notasi ATAP.

Gambar 4.15 Input Data Dimensi Pelat Lantai


69

Gambar 4.16 Input Data Pelat Lantai 150mm

Gambar 4.17 Input Data Pelat Lantai 130mm


70

4.3 ANALISIS PEMBEBANAN

4.3.1 Memasukan Jenis Beban


Klik define, klik static load cases , kemudian masukan
ketentuan sesuai gambar dibawah ini.

Gambar 4.18 Input load patterns

4.3.2 Memasukkan beban pada pelat


Cara memasukkan beban pada pelat sama saja dengan
cara-cara sebelumnya, yaitu pilih pelat yang akan dimasukkan
bebannya, kemudian klik Assign – Area loads – Uniform dan
masukkan bebannya. Beban yang ada pada pelat yaitu beban
mati dan hidup. Detail pembebanan pada pelat sudah dihitung
pada bab sebelumnya.
71

 Beban Mati

Gambar 4.19 Beban mati pada pelat lantai 1


72

Gambar 4.20 Beban mati pada pelat lantai 2-3


73

Gambar 4.21 Beban mati pada pelat lantai 4 (Atap)

- Perhitungan Beban Mati Pelat Lantai dan Pelat Atap


Berat sendiri plat lantai dihitung secara otomatis dalam
program ETABS karena merupakan elemen struktur slab,
74

sehingga beban mati berdasarkan PPURG 1987 pada lantai


bangunan adalah sebagai berikut :

Beban mati pada pelat lantai 1 dihitung sebagai berikut :

Beban Plat tebal 0,15 m x 2400 kg/m2 = 3,60 kN/m2.


Beban pasir setebal 1cm= 0,01 x 16 = 0,16 kN/m2.
Beban spaci 3 cm = 0,03 x 22 = 0,66 kN/m2.
Beban keramik 1 cm = 0,01 x 22 = 0,22 kN/m2.
Beban plafond dan penggantung = 0,20 kN/m2.
Beban instalasi ME = 0,25 kN/m2.
Beban mati plat lantai 1 = 5,09 kN/m2

Beban mati pada pelat lantai 2 dihitung sebagai berikut :


Beban Plat tebal 0,15 m x 2400 kg/m2 = 3,60 kN/m2.
Beban pasir setebal 1cm= 0,01 x 16 = 0,16 kN/m2.
Beban spaci 3 cm = 0,03 x 22 = 0,66 kN/m2.
Beban keramik 1 cm = 0,01 x 22 = 0,22 kN/m2.
Beban plafond dan penggantung = 0,20 kN/m2.
Beban instalasi ME = 0,25 kN/m2.
Beban mati plat lantai 2 = 5,09 kN/m2

Beban mati pada pelat lantai 3 dihitung sebagai berikut :


Beban Plat tebal 0,15 m x 2400 kg/m2 = 3,60 kN/m2.
Beban pasir setebal 1cm= 0,01 x 16 = 0,16 kN/m2.
Beban spaci 3 cm = 0,03 x 22 = 0,66 kN/m2.
Beban keramik 1 cm = 0,01 x 22 = 0,22 kN/m2.
Beban plafond dan penggantung = 0,20 kN/m2.
75

Beban instalasi ME = 0,25 kN/m2.


Beban mati plat lantai 3 = 5,09 kN/m2
Beban mati pada pelat atap dihitung sebagai berikut :
Berat pelat tebal 0,13 m x 2400 kg/m2 = 3,12 kN/m2
Berat waterproffing (aspal 2cm)= 0,02 x 14 = 0,28 kN/m2
Beban plafond dan penggantung = 0,20 kN/m2
Beban instalasi ME = 0,25 kN/m2
Beban mati pelat atap = 3,85 kN/m2
 Beban Hidup

Gambar 4.22 Beban Hidup pada pelat lantai 1


76

Gambar 4.23 Beban Hidup pada pelat lantai 2-3


77

Gambar 4.24 Beban Hidup pada pelat lantai Atap

4.3.3 Memasukkan beban dinding pada balok


Pilih balok induk yang akan dimasukkan beban
dindingnya, kemudian pilih Assign lalu klik Frame Loads setelah
itu muncul kotak dialog dan klik Distributed lalu masukan beban.
78

Gambar 4.25 Beban dinding pada Balok Lantai 1


79

Gambar 4.26 Beban dinding pada Balok Lantai 2-3


80

Gambar 4.27 Distribusi Beban dinding pada Balok

4.3.4 Memasukkan beban gempa


Analisis beban gempa dilakukan dengan 3 cara yaitu statik
ekuivalen, dinamik respons spektrum, dan dinamik Time History
analisis. Hasil analisis dari ketiga perhitungan gempa tersebut
diambil yang menghasilkan pengaruh gaya dalam paling besar.
Perhitunganan analisis struktur gedung terhadap beban gempa
mengacu pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa
untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-
1726-2012) dengan tahapan sebagai berikut :

4.3.4.1 Menentukan Katagori Resiko Struktur


Bangunan dan Faktor Keutamaan
Berdasarkan Pasal 4.1.2 SNI 03-1726-2012
disebutkan bahwa Transmart dan fasilitas hypermart
81

termasuk dalam katagori resiko IV dengan faktor


keutamaan gempa sebesar 1,5.

Tabel 4.2 Kategori Resiko Bangunan Gedung dan Non-Gedung Untuk Beban
Gempa

4.3.4.2 Menentukan Kelas Siklus


Salah satu cara penetapan kelas situs melalui
penyelidikan tanah dilakukan dengan mengolah data
N-SPT sampai kedalaman 30 m sesuai SNI Gempa
1726- 2012 Pasal 5.1 Hasil data tanah berdasarkan
nilai SPT (Soil Penetration Test) dihitung dengan
rumus sebagai berikut :
82

Dimana :

N : nilai hasil test penetrasi standar rata- rata

ti : tebal lapisan tanah ke-i

Ni : hasil test penetrasi standar lapisan tanah ke-i

Getaran yang disebabkan oleh gempa


cenderung membesar pada tanah lunak dibandingkan
pada tanah keras atau batuan. Proses penentuan
klarifikasi tanah tersebut berdasarkan data tanah pada
kedalaman hingga 30 m, karena menurut penelitian
hanya lapisan- lapisan tanah sampai kedalaman 30 m
saja yang menentukan pembesaran gelombang
gempa (Wangsadinata, 2006). Data tanah tersebut
adalah :
1. Shear wave velocity (kecepatan rambat
gelombang geser)
2. Standard penetration resistance (uji penetrasi
standar SPT)
3. Undrained shear strength ( kuat geser undrained)
Dari 3 parameter tersebut minimal harus
dipenuhi 2, dimana data yang terbaik adalah Vs (Shear
Wave Velocity) dan data yang digunakan harus dimulai
dari permukaan tanah, bukan dari bawah basement
(HATTI, 2006).
83

Berikut data SPT pada proyek Gedung Transmart:

Tabel 4.3 Nilai N-SPT Laporan Akhir Soil Investigation


Lapis Kedalaman (m) Tebal (m) N SPT N’= Tebal/ N SPT
1 2 0,5 14 0,014
2 4 0,5 60 0,037
3 6 0,5 60 0,044
4 8 0,5 46 0,045
5 10 0,5 60 0,048
6 112 0,5 30 0,045
7 14 0,5 47 0,045
8 16 0,5 45 0,045
9 18 0,5 53 0,046
10 20 0,5 58 0,047
11 22 0,5 60 0,048
12 24 0,5 60 0,049
13 26 0,5 60 0,050
14 28 0,5 60 0,050
15 30 0,5 60 0,051

∑H= 30 ∑N’= 0,664

√N 30
Nilai rata-rata N = = 0.664 =45.18
√N

Berdasarkan SNI Gempa 1726-2012 Pasal 5.3,


nilai rata- rata N sebesar 45,18 masuk ke dalam
kategori tanah sedang (SD) sesuai pada Tabel 4.5
berikut :
Tabel 4.4 Kategori Kelas Siklus Tanah
84

Menentukan parameter percepatan gempa


yaitu memasukkan beban gempa dengan cara
menentukan parameter percepatan gempa. Parameter
percepatan gempa (S s, S1) dapat diketahui secara
detail melalui situs online Dinas PU di link:
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indones
ia_2011/ Data yang diinput dalam situs tersebut adalah
sebagai berikut :

Jenis input = diisi koordinat atau nama Kota.


Jenis batuan = keras, sedang, atau lunak.

Untuk mengetahui parameter percepatan


gempa, kita harus mencari letak posisi struktur yang
akan dianalisis. Dalam kasus ini, struktur yang akan
dianalisis berada di wilayah Cirebon Jawa Barat.
mendapatkan posisi yang sebenarnya (Koordinat
Latitue dan Longitude). Bantuan peta berbasis web
semisal Google maps, Wikimapia, dan lain sebagainya
dapat membantu menemukan posisi kawasan yang
sebenarnya.

- Pencarian Kota yang akan di Analisis


Klik Koordinat pada jenis input, lalu ubah menjadi
Nama Kota.
85

Gambar 4.28 Pencarian Lokasi Gedung

Lalu isi kota dan tempat yang akan di Analisis.

Gambar 4.29 Letak Pencarian Lokasi Gedung

- Klik hitung dan kemudian akan muncul hasil Ss,


S1. Sebelum itu, kita harus tentukan Site Class
nya atau jenis tanah pada lokasi proyek gedung
Transmart Carrefour Cirebon itu. Jenis tanah
menurut uji tanah, pada lokasi tersebut termasuk
tanah lunak maka dipilih Site Class E.
86

Gambar 4.30 Output Desain Spektra pada Website puskim.pu.go.id

Hasil output perencanaan gempa (Ss,S1) untuk


lokasi gedung Transmart Carrefour Cirebon adalah
sebesar SS= 0,715g dan S1= 0,291g.

Gambar 4.31 Hasil Ss dan S1


87

4.3.4.3 Menentukan Koefisien Situs dan Parameter


Respons Spectra Percepatan Gempa
Berdasarkan website http://puskim.pu.go.id
didapatkan nilai parameter spektrum respon
percepatan pada perioda pendek (SMS) dan perioda 1
detik (SM1) sesuai ditunjukan pada Gambar 4.32
berikut :

Gambar 4.32 Nilai Parameter Gempa Berdasarkan Website

http://puskim.pu.go.id
88

4.3.4.4 Menentukan Spektrum Respon Desain


Penentuan respon spektrum desain
berdasarkan website resmi Dinas PU di link
http://puskim.pu.go.id

Gambar 4.33 Respons Spektrum Desain Berdasarkan Website

4.3.4.5 Menentukan Kategori Desain Seismik


Penentuan Kategori Desain Seismik (KDS)
berdasarkan kategori resiko dan parameter respons
spektral percepatan desain sesuai Tabel 6 dan Tabel 7
SNI Gempa 1726 - 2012 pada halaman 24 pada buku
SNI 1726 - 2012 sebagai berikut :
Tabel 4.5 Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter
Respons Percepatan pada Perioda 1 Detik
89

Berdasarkan perhitungan sebelumnya,


didapatkan nilai parameter percepatan respons
spektral pada periode pendek, SDS = 0,605 g dan
parameter percepatan respons spektral pada perioda 1
detik, SD1 = 0,550 g, maka termasuk kategori resiko
D.

4.3.4.6 Pemilihan Sistem Struktur dan Parameter


Sistem
Berdasarkan SNI Gempa 1726 - 2012 Pasal
7.2.2 pada halaman 34 pada buku SNI 1726 - 2012
dan hasil seminar HAKI (Himpunan Ahli Konstruksi
Indonesia) dirumuskan pemilihan sistem struktur untuk
berbagai tingkat kegempaan pada Tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6 Pemilihan Sistem Struktur Berdasarkan Tingkat Resiko


Gempa
Tingkat Resiko Gempa
Code
SNI 03-1726-2012 A, B C D, E, F
SRMB/ M/ K SRMM/ M/ K SRMM
Sistem Penahan
SDSB/ K SDSB/ K SDSK
Gempa

Jenis struktur Gedung Transmart Cirebon yang


ditinjau masuk pada kategori tingkat resiko gempa
tinggi (D), sehingga digunakan sistem penahan gempa
SRMK ( Struktur Rangka Momen Khusus) sesuai
ditunjukan pada Tabel 4.7 berikut :
90

Tabel 4.7 Faktor R, Cd, Ω0 untuk Sistem Penahan Gempa

4.3.4.7 Beban Gempa Dinamik Response Spectrum


Analisis beban gempa dinamik respons
spektrum ditentukan oleh percepatan gempa rencana
dan massa total struktur. Dalam analisis struktur
terhadap beban gempa dinamik, massa bangunan
sangat menentukan besarnya gaya inersia akibat
gempa. Maka massa tambahan yang diinput pada
ETABS meliputi massa akibat beban mati tambahan
dan beban hidup yang direduksi dengan faktor reduksi
0,3 sesuai fungsi gedung sekolah.
Massa akibat berat sendiri (self weight) elemen
struktur sudah dihitung secara otomatis oleh program.
Jadi hanya perlu input massa tambahan ( berupa
plesteran, dinding, keramik, dll) yang dilakukan dengan
cara Define – Mass Source.
91

Gambar 4.34 Input Massa Beban Mati Tambahan


(Dead) dan Beban Hidup Tereduksi

4.3.4.8 Input Respons Spektrum Gempa Rencana


Desain gempa dinamik respon spektrum
disusun berdasarkan respons terhadap percepatan
tanah (ground acceleration) hasil rekaman gempa.
Desain kurva respon spektrum untuk zona gempa
tanah sedang dengan kondisi tanah sedang yang telah
diinput ditunjukkan pada Gambar 4.31 berikut :

Gambar 4.35 Kurva Respons Spektrum Gempa Dinamik


92

Input data kurva spektrum gempa rencana


kedalam ETABS dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu
input manual ke program ETABS dan input otomatis.
Input otomatis nilai spektrum gempa dapat dilakukan
dengan mencopy data spektrum dari Excel ke notepad
kemudian dimasukkan ke ETABS dengan cara
Define- Response Spectrum Functions – UBC97
Spectrum – Add New Spectrum – Modify/Show
Spectrum, kemudian isi SDS dan SD1 sesuai seperti
ditunjukkan pada Gambar 4.35 sebagai berikut :

Gambar 4.36 Input Otomatis Kurva Respons Spectrum dengan

UBC97 Spectrum
93

4.3.4.9 Menentukan Tipe Analisis Ragam Respons


Spektrum
Penentuan tipe ragam respons spektrum
mengacu SNI Gempa 1726 - 2012 Pasal 7.2.2
Halaman 34 Buku SNI Gempa 1726 - 2012 sebagai
berikut :
 CQC ( Complete Quadratic Combination)

Jika struktur gedung memiliki waktu getar alami


yang berdekatan atau selisi nilainya kurang dari 15%.

 SRSS ( Square Root of the Sum of


Squares)

Jika struktur gedung memiliki waktu getar alami


yang berjauhan.
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan
diatas terlihat bahwa waktu getar struktur ada yang
melebihi 15% maka digunakan kombinasi ragam
spektrum SRSS.
Input spectrum case dilakukan dengan cara
Define - Response Spectrum Case - Add New
Spectrum. Data yang harus diinput adalah sebagai
berikut :

 Redaman struktur beton ( damping) = 0,05


94

Merupakan perbandingan redaman struktur


beton dengan redaman kritis = 0,05.

 Input Response Spectra

Faktor keutamaan (I) = 1,5 ( untuk gedung toko grosir )

Faktor reduksi gempa = 8,5 ( untuk daktalitas penuh )

Faktor skala gempa arah X = (G x I)/R

= (9,81 x 1,5)/ 8,5

= 1,731

Faktor skala gempa arah Y = 30% x Gempa arah X

= 30% x 1,731

= 0,5193

Response Spectrum Case dengan ETABS


ditunjukkan pada Gambar 4.37 dan 4.38.
95

Gambar 4.37 Respons Spectrum Case Gempa Arah X (RSPX)

Gambar 4.38 Respons Spectrum Case Gempa Arah Y (RSPY)


96

4.4 KONTROL ANALISA

4.4.1 Kontrol Partisipasi Massa

Berdasarkan SNI Gempa 1726-2012 Pasal 7.2.1


Halaman 34 Buku SNI Gempa 1726 - 2012 disebutkan bahwa
jumlah ragam vibrasi yang ditinjau dalam penjumlahan respons
harus menghasilkan partisipasi massa minimum 70%. Besarnya
partisipasi massa pada struktur dapat diketahui dengan cara
Run Analysis – Display - Show Tables – Analysis Result –
Modal Information – Building Modal Information.
Table Modal Participating Mass Ratio ditunjukan pada
Tabel 4.8 berikut :

Gambar 4.39 Tahap Tabel Nilai Partisipasi Massa


97

Tabel 4.8 Tabel Nilai Partisipasi Massa

4.4.2 Gaya Geser Nominal, V ( Base Shear )

Pada SNI Gempa 1726 - 2012 Pasal 7.1.3 Halaman 32


Buku SNI Gempa 1726 - 2012 disebutkan bahwa : Nilai akhir
respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa
nominal akibat pengaruh gempa rencana dalam suatu arah
tertentu, tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respons
ragam yang pertama. Bila respons dinamik struktur gedung
dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V, seperti
persamaan berikut :
Vdinamik > 0,8 Vstatik
Cara menampilkan base shear akibat beban gempa
statik dan dinamik dapat dilakukan dengan cara Run- Display-
Show Table – Pilih Load Case untuk RSPx, RSPy.
98

Gambar 4.40 Pilihan Nilai Partisipasi Massa

Tabel 4.9 Tabel Support Reaction ETABS


99

Tabel 4.10 Besarnya Gaya Geser Dasar ( Base Shear) Nominal


untuk Masing- Masing Gempa
Tipe Beban Gempa Fx (kN) Fy (kN)

RSPX 15379,23 4330,33


Dinamik RSPY
4871,63 14408,22

4.4.3 Simpangan Struktur

Kinerja batas layan unit gedung ditentukan oleh


simpangan antar tingkat akibat pengaruh gempa rencana, yaitu
untuk membatasi terjadinya pelelehan baja, keretakan beton
secara berlebihan, mencegah kerusakan non-struktur dan
ketidaknyamanan penghuni.
Kriteria persyaratan simpangan mengacu pada SNI
Gempa 2012 dengan faktor- faktor sebagai berikut :
a. Faktor pembesaran defleksi (Cd) untuk SRPMK = 5,5
(Tabel 20- SNI 1726-2012)
b. Faktor Keutamaan Gempa (Ie)= 1,5 (Tabel 2 SNI
1726 - 2012).
c. Faktor redundasi untuk gedung dengan KDS D
aadalah ρ = 1,3 ( pasal 7.3.4.2 1726- 2012 )
d. Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung
dengan kriteria resiko IV adalah ∆a = ( 0,015 ) x H,
dimana H : tinggi tingkat ( Tabel 16 SNI 1726- 2012)
100

4.4.4 Analisis Struktur

Sebelum dilakukan analisis struktur, perlu dilakukan


penyesuaian parameter perencanaan konstruksi beton menurut
American Concrete Institute (ACI 318-99) terhadap “
Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI
2847- 2013 )” Pasal 9.3.2. Halaman 66 Perbedaan yang harus
disesuaikan adalah faktor reduksi untuk SNI Beton Indonesia.
Perbedaan faktor reduksi tersebut karena masih lemahnya
tingkat pengawasan kerja dan mutu proyek dan konstruksi di
Indonesia. Penyesuaian dapat dilakukan dengan Option –
Preference – Concrete Frame Design. Faktor reduksi kekuatan
yang digunakan untuk perencanaan konstruksi beton untuk
lentur dan tarik (bending) diambil 0,8 dan untuk geser (shear)
diambil 0,75.

Gambar 4.41 Desain Parameter ACI

4.4.5 Efektivitas Penampang

Pada struktur beton pengaruh keretakan beton harus


diperhitungkan terhadap kekakuannya. Maka, momen inersia
101

penampang struktur dapat ditentukan sebesar momen inersia


penampang utuh dikalikan dengan presentase efektifitas
penampang berdasarkan SNI Beton 03-2847-2013 Pasal
10.10.4.1 Halaman 80 sebagai berikut :

Gambar 4.42 Nilai Presentase efektifitas penampang

Nilai presentase efektifitas penampang tersebut diinput


ke ETABS dengan cara Define- Frame Sections – Modify/Show
Property – Set Modifies.

Gambar 4.43 Input Nilai Presentase Efektifitas Penampang Balok


102

Gambar 4.44 Input Nilai Presentase Efektifitas Penampang Kolom

4.4.6 Analisis Gaya Dalam

Analisis untuk mengetahui besarnya gaya dalam berupa


momen dan gaya geser dapat dilakukan dengan cara Analyze-
Run Analyze. Kemudian Display – Show Member Force/Stress
Diagram - Frame/pier/spandrel force.
 Axial Force : untuk menampilkan gaya aksial.
 Shear 2-2 : untuk menampilkan gaya geser pada sumbu 2-2.
 Shear 3-3 : untuk menampilkan gaya geser pada sumbu 3-3.
 Torsi : untuk menampilkan besarnya torsi.
 Moment 2-2 : untuk menampilkan momen pada sumbu 2-2.
 Moment 3-3 : untuk menampilkan momen pada sumbu 3-3.
 Fill Diagram :untuk menampilkan warna pada diagram
momen dan gaya geser.
 Show Values on Diagram : untuk menampilkan nilai pada diagram
momen dan gaya geser.
103

Gambar 4.45 Diagram Momen dan Gaya Geser

Momen akibat gempa arah X dan Y dengan metode


statik ekuivalen, respons spectrum seperti terlihat pada Gambar
dibawah ini :
104

Gambar 4.46 Momen Arah X Akibat Gempa Respons Spectrum

Gambar 4.47 Momen Arah Y Akibat Gempa Respons Spectrum

a. Menampilkan momen lentur, yaitu klik Display > Show


Force/Stress > Frame/Cables, setelah itu pilih moment 3-3.
105

Gambar 4.48 Hasil Akhir dari Momen Lentur (Arah X)

Gambar 4.49 Hasil Akhir dari Momen Lentur (Arah Y)

b. Untuk menampilkan nilai momen lentur yaitu klik pada


batang yang akan dilihat momen lenturnya kemudian klik
kanan pada batang tersebut, maka akan muncul seperti
gambar berikut.
106

Gambar 4.50 Tampilan Momen Lentur

c. Untuk menampilkan gaya geser, klik Display > Show


Force/Stress > Frame/Cables, setelah itu pilih Shear 2-2.

Gambar 4.51 Tampilan Gaya Geser


107

d. Menampilkan Gaya Normal


Langkah yang dilakukan untuk menampilkan gaya normal
yaitu klik Display > Show Force/Stress > Frame/Cables,
kemudian pilih Axial Force.

Gambar 4.52 Hasil Akhir Gaya Normal


108

4.4.7 Penulangan Balok


Desain rencana awal untuk pembesian balok dan kolom
dapat dianalisis kembali dengan menu Analyze – Running.
Kemudian Frame Design – Start Design. Kemudian akan
tampak gambar seperti dibawah ini:

Gambar 4.53 Hasil Running Tulangan Beton

Tampak bahwa tidak ada satupun elemen balok atau


kolom yang mengalami Over Strength (OS) pada Gambar 4.53.
Dengan demikian secara keseluruhan struktur aman terhadap
berbagai macam kombinasi beban gempa yang telah
ditetapkan. Namun jika ada frame balok yang berwarna merah
(Overstress) dapat dimodifikasi dengan cara : memeriksa
kembali permodelan struktur, meningkatkan mutu material, atau
memperbesar dimensi. Hasil Running awal adalah untuk
Longitudinal Reinforcing, atau tulangan pokok, Kita dapat
melihat untuk tulangan geser atau tulang sengkang dengan
109

cara pilih Design – Concrete Frame Design – Display Design


Info lalu pilih Shear Reinforcing pada Design Output.

Gambar 4.54 Tulangan Longitudinal (Pokok)

Gambar 4.55 Grid Tulangan Longitudinal (Pokok)


110

Gambar 4.56 Tulangan Geser (Pokok)

Gambar 4.57 Shear Reinforcing (Pokok)

Gambar diatas menunjukan permodelan struktur


terhadap balok untuk mengetahui momen dimensi tulangan
pada setiap lantai yang nantinya momen yang didapat
dimasukan dalam perhitungan penulangan balok (seperti pada
Gambar 4.61), serta dengan munculnya warna selain warna
merah itu berarti masih dalam kondisi tulangan yang diizinkan,
sebaliknya apabila ada warna merah berarti penulangan pada
balok tidak dalam kondisi yang diizinkan atau tidak aman.
111

4.4.7.1 Tulangan Utama Balok


Detail luas tulangan utama yang ditinjau pada Gambar
ditunjukkan sebagai berikut :

Gambar 4.58 Detail As perlu tulangan utama Dicari yang Terbesar

Dasar perhitungan tulangan balok didapat dari momen


tulangan pada perhitungan ETABS sebelumnya seperti pada
Gambar 4.58.

Gambar 4.59 Detail As Bagian A tulangan utama

Dari hasil ETABS gambar di atas 1,768 dan 1,427 adalah


Luas Tulangan pada tumpuan,dan direncanakan menggunakan
tulangan ulir Diameter 22 sesuai dengan ETABS.
112

Dalam perhitungan digunakan tulangan ulir Diameter 22 :

𝑨𝒔 = 𝟏⁄𝟒 𝝅𝒅𝟐

 Tulangan ulir diameter 22 : 𝐴𝑠 = 1⁄4 𝑥⁡3,14⁡𝑥⁡222 = 380⁡𝑚𝑚2

Tulangan utama daerah tumpuan

 Luas tulangan bagian atas = 1768 mm2 : Didapat pada


Gambar 4.59 bagian A

Jumlah = 1768/380 = 4,65 = 5


Jadi, jumlah tulangan yang digunakan untuk daerah tumpuan adalah 5
buah.

 Luas tulangan bagian bawah = 1427 mm2 : Didapat pada


Gambar 4.59 bagian A

Jumlah = 1427/380 = 3,75 = 5


Jadi, jumlah tulangan yang digunakan untuk tulangan daerah tumpuan
bagian bawah adalah 5 buah.

Tulangan utama daerah lapangan

 Luas tulangan bagian atas = 1066 mm2 : Didapat pada


Gambar 4.58 bagian B

Jumlah = 1066/380 = 2,80 = 3


Jadi, jumlah tulangan yang digunakan untuk tulangan bagian atas
lapangan adalah 3 buah.
 Luas tulangan bagian bawah = 1546 mm2 :

Jumlah = 1546/380 =4,06 = 4


113

Jadi, jumlah tulangan yang digunakan untuk tulangan bagian bawah


lapangan adalah 4 buah.

4.4.7.2 Desain Tulangan Geser (Sengkang)


Detail luas tulangan geser yang ditinjau pada gambar
ditunjukkan sebagai berikut :

Gambar 4.60 Detail As perlu Tulangan Geser Dicari yang Terbesar

Dari Gambar 4.60 diambil momen tulangan sengkang


dan dasar perhitungan tulangan balok didapat dari momen
tulangan pada perhitungan ETABS sebelumnya seperti pada
Gambar 4.60, pada daerah tumpuan di ambil 1,432 ke
perhitungan ETABS.

Digunakan tulangan polos diameter 10 :

𝑨𝒔 = 𝟏⁄𝟒 𝝅𝒅𝟐

 Tulangan diameter 10 : 𝐴𝑠 = 1⁄4 𝑥⁡3,14⁡𝑥⁡102 = 78,5⁡𝑚𝑚2

Tulangan geser daerah tumpuan

Asumsi digunakan sengkang D 10 – 125 (sengkang 2 kaki


diameter 10 mm setiap jarak 125mm), maka luas tulangan per 1 m
adalah:
114

𝟐⁡𝒙⁡ 𝟏⁄𝟒 𝝅𝒅𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎⁄𝟏𝟐𝟓⁡ = 2⁡𝑥 1⁄4 ⁡𝑥⁡3,14⁡𝑥⁡102 𝑥⁡ 1000⁄125

= 1256,64mm2

Sehingga luas tulangan per meter panjang = 1256,64/1000


=1,256 mm2/mm

Kontrol Keamanan : 1,256>0,373 : Sengkang aman dan mampu


menahan gaya geser.

Tulangan geser daerah lapangan

Asumsi digunakan sengkang D10 – 125 (sengkang 1 kaki


diameter 10 mm setiap jarak 125mm), maka luas tulangan per 1 m
adalah :

𝟐⁡𝒙⁡ 𝟏⁄𝟒 𝝅𝒅𝟐 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎⁄𝟏𝟐𝟓⁡ = 1⁡𝑥⁡ 1⁄4 ⁡𝑥⁡3,14⁡𝑥⁡102 𝑥⁡ 1000⁄125


= 1256 mm2
Sehingga luas tulangan per meter panjang = 1256/1000
= 1,256 mm2/mm
Kontrol Keamanan : 1,256 > 0,232 : Sengkang aman dan
mampu menahan gaya geser.

4.4.7.3 Desain Tulangan Badan


Dimensi balok yang relatif tinggi (lebih dari 400 mm)
membuat resiko retak pada bagian badan semakin besar. Maka
harus diberi tulangan pinggang dengan jarak antar tulangan
maksimal d/6 atau 300 mm (diambil yang terkecil).

Perhitungan d = tinggi balok – selimut – Dsengkang – ½


Dtul.utama
115

= 800 - 40 - 10 – (1/2 x 22) = 739 mm

Maka diambil jarak tulangan minimum 300 mm, sehingga


dengan tinggi balok 800 mm digunakan 2 buah tulangan pada
masing-masing sisi.

4.4.7.4 Kontrol Persyaratan Balok pada SRPMK


Berdasarkan SNI Beton 2847-2013 Pasal 21.5 Halaman
185 SNI Beton 2847 - 2013 Komponen struktur lentur SRPMK
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Gaya aksial terfaktor pada balok dibatasi maksimum


0,1 Ag x fc’ (Pasal 21.5.1)

Cek : 0,1 x Ag x fc’ = 0,1 x 250 x 600 x 30 Mpa = 450kN.

Dari perhitungan ETABS gaya aksial yang terjadi adalah 0.


Nilai tersebut dapat diketahui dengan Run – Display – Show
Table – Frame Output – Beam Forces. . Jadi 0 < 450 kN : OK

2. Bentang bersih struktur minimal 4x tinggi efektifnya.


(Pasal 21.5.1.2)
Tinggi efektif = d = h - (selimut beton+diameter sengkang +
setengah tulangan pokok) x 4

= 800 – (40 + 10 + ½ x 22) = 739 mm x 4 = 2956 mm.

Bentang bersih balok = bentang balok – dimensi kolom

= 8000 – 900 = 7100 mm.

Jadi 7100 mm > 2956 mm : OK


116

3. Perbandingan lebar dan tinggi minimal 0,3 (Pasal


21.5.1.3)
Tipe balok yang digunakan adalah berdimensi 800 x 500,
sehingga perhitungan perbandingan balok seperti berikut :

B = 500 mm, h = 800 mm, b/h = 500/800 = 0,6.

Jadi 0,6 > 0,3 : OK

4. Lebar elemen :
 Lebar Elemen tidak boleh Kurang dari 250 mm (Pasal
21.5.1.3 Halaman 186 SNI Beton 2847 - 2013)

b = 500mm > 250 mm maka: OK

 Melebihi lebar komponen struktur pendukung (diukur


pada bidang tegak lurus terhadap sumbu longitudinal
komponen struktur lentur) + jarak pada tiap sisi
komponen struktur pendukung yang tidak melebihi dari
3/4 tinggi struktur lentur.

b = 250 mm < 700 mm : OK

5. Persyaratan tulangan longitudinal


Luas tulangan atas dan bawah tidak boleh kurang dari
persyaratan tulangan minimum untuk struktur lentur lentur
SNI Beton 2847-2013 Pasal 21.5.2 Halaman 186 :
√𝑓𝑐′ √30
 Asmin =4⁡𝑓𝑦 ⁡𝑥⁡𝑏⁡𝑥⁡𝑑 = ⁡ 4⁡𝑥⁡400 ⁡⁡𝑥⁡500⁡𝑥⁡739 = 1,265⁡𝑚𝑚2
1,4 1,4
 Asmin = 𝑓𝑦 ⁡𝑥⁡𝑏⁡𝑥⁡𝑑 = ⁡ 400 ⁡⁡𝑥⁡500⁡𝑥⁡739 = 1,293⁡𝑚𝑚2
117

Berdasarkan output tulangan, luas tulangan di daerah


lapangan bagian atas adalah 1066 mm2 dan bagian bawah
1546 mm2, sehingga luas tulangan total = 2612 mm2
Jadi 2,612 mm2> 1,293 mm2 : OK

Cek rasio tulangan :

𝐴𝑠 2125
 𝑃 = 𝑏⁡𝑥⁡𝑑 = 500⁡𝑥⁡739 = 0,00575
0,85⁡𝑥⁡𝑓𝑐 ′ 600 0,85⁡𝑥⁡30 600
 𝑃𝑏 = 𝛽⁡ (600+𝑓𝑦) = 𝛽⁡ (600+400) = 0,038
𝑓𝑦 400

 𝑃𝑚𝑎𝑥 = 0,75⁡𝑥⁡𝑝𝑏 = 0,75⁡𝑥⁡0,038 = 0,0285

Berdasarkan SNI Beton 2847-2013 Pasal 21.5.2.1, batas


rasio tulangan yang digunakan adalah 0,025.

Jadi p < pmax dan p < 0,025 : OK

6. Persyaratan tulangan geser


Tulangan geser/sengkang yang dipasang pada sendi
plastis harus memenuhi persyaratan SNI 2847-2013, Pasal
21.5.3.2 Halaman 188 SNI Beton 2847 - 2013 sebagai
berikut:
 Sengkang tertutup pertama harus dipasang ≤ 50 mm
dari muka tumpuan.
 Jarak sengkang tidak boleh lebih = dari d/4

Cek : Jarak sengkang tumpuan 125 mm < 739/4 = 184,75 :


OK (Pasal 21.5.3.2.a) Halaman 188.

 Jarak sengkang tidak boleh lebih dari 6d utama


118

Cek : Jarak sengkang tumpuan 125 mm <6 x 22 = 132 :


OK (Pasal 21.5.3.2.b) Halaman 188.

 Jarak sengkang tidak boleh lebih dari 150 mm

Cek : Jarak sengkang tumpuan 125 mm <150 : OK (Pasal


21.5.3.2.c) Halaman 188.

 Jarak sengkang tidak melebihi 300 mm

Cek : Jarak sengkang tumpuan 125 mm < 300 mm : OK


(Pasal 21.5.3.3) Halaman 188.

 Jarak sengkang maksimum di sepanjang balok adalah


d/2

Cek : Jarak sengkang lapangan 125 mm < 739/2 = 369,5


mm : OK (Pasal 21.5.3.4) Halaman 188.
119

4.4.7.5 Gambar Detail Penulangan Balok

BALOK INDUK BALOK 50 X 80


TUMPUAN LAPANGAN

5 D 22 3 D 22

5 D 22 4 D 22
UKURAN BALOK 50 X 80
TULANGAN ATAS 5 D 22 3 D 22
TULANGAN BAWAH 5 D 22 4 D 22
TUL. SENGKANG Ø 10 - 125 Ø 10 - 125
Gambar 4.61 Gambar Detail Penulangan Balok

4.4.7.6 Perhitungan Manual

Dalam perhitungan Manual digunakan Balok Induk 50x80


dan tulangan ulir Diameter 20 :
 Tulangan Tumpuan
 Tinggi efektif (d) = h – p – øTul.sengkang – ½ øTul. Utama
800 – 40 – 10 – (1/2 x 20) = 740 mm
 Mu = MAB (Lihat hitungan Manual Balok induk Halaman 232)
120

 Mu = 100,971 KNm (Di lampiran perhitungan B.I Tipe 3)


= 100,971/1000000
= 100971000,0 Nmm
𝑀𝑢 100971000,0
 = = 0,3688 N/mm²
𝑏×𝑑² 500⁡×740²
Mu
0,8⁡𝑓𝑦−⁡√(0,8⁡𝑓𝑦)2 −⁡4(0,4704⁡.⁡⁡fy2 ⁄f′ c)⁡( )
bd2
 ⍴=
2⁡𝑥⁡(0,4704⁡.⁡⁡fy2 ⁄f′ c)
1,4
 ⍴min = = 0,0035
𝑓𝑦

 ⍴max (Lihat Tabel 4 Lampiran Halaman T – 1)


 Di dapat ⍴ = 0,0012

⍴min = 0,0035
⍴max = 0,024 (Lihat Tabel 4 Lampiran)
Karena ⍴ < ⍴min < ⍴max maka yang dipakai ⍴min

 As = ⍴ x b x d x 10⁶ = 0,0035 x 500 x 740 = 1295,0

Gunakan Tulangan tumpuan 5 ø 19 As = 1416,93

 Tulangan Lapangan
 Tinggi efektif (d) = h – p – øTul.sengkang – ½ øTul. Utama
800 – 40 – 10 – (1/2 x 20) = 740 mm
 Mu = 55,462 KNm
= 55,462/1000000
= 55462000 Nmm
𝑀𝑢 55462000
 = = 0,20 N/mm²
𝑏×𝑑² 500⁡×740²
121

Mu
0,8⁡𝑓𝑦−⁡√(0,8⁡𝑓𝑦)2 −⁡4(0,4704⁡.⁡⁡fy2 ⁄f′ c)⁡( )
bd2
 ⍴=
2⁡𝑥⁡(0,4704⁡.⁡⁡fy2 ⁄f′ c)
1,4
 ⍴min = = 0,0035
𝑓𝑦

 ⍴max (Lihat Tabel 4 Lampiran Halaman T – 1)


 Di dapat ⍴ = 0,0006

⍴min = 0,0035
⍴max = 0,024 (Lihat Tabel 4 Lampiran)
Karena ⍴ < ⍴min < ⍴max maka yang dipakai ⍴min

 As = ⍴ x b x d x 10⁶ = 0,0035 x 500 x 740 = 1295,0

Gunakan Tulangan tumpuan 5 ø 19 As = 1416,93

Untuk Perhitungan Selanjutnya terdapat di Lampran


perhitungan manual Balok Induk.

A. Tulangan Tumpuan B. Tulangan Lapangan

Gambar 4.62 Gambar Detail Perhitungan Manual Penulangan Balok


122

Tabel 4.11 Perbandingan Hasil Perhitungan Balok Etabs dengan Manual

Hasil analisis
Ukuran Letak
Jenis Tulangan ETABS Manual
balok Tulangan
Tul.atas 5 D 22 5 D 19
Tumpuan
Balok Tul.bawah 5 D 22 5 D 19
50 x 80 Induk 1 Tul.atas 3 D 22 5 D 19
Lapangan
Tul.bawah 4 D 22 5 D 19
Tul.atas 5 D 22 5 D 19
Tumpuan
Balok Tul.bawah 5 D 22 5 D 19
50 x 70 Induk 2 Tul.atas 3 D 22 5 D 19
Lapangan
Tul.bawah 4 D 22 5 D 19
Tul.atas 4 D 14 4 D 14
Tulangan
Balok Tul.bawah 4 D 14 4 D 14
35 x 55 Anak 1 Tul.atas 4 D 14 4 D 14
Lapangan
Tul.bawah 4 D 14 4 D 14
Tul.atas 4 D 14 4 D 14
Tulangan
Balok Tul.bawah 4 D 14 4 D 14
30 x 50 Anak 2 Tul.atas 4 D 14 4 D 14
Lapangan
Tul.bawah 4 D 14 4 D 14

4.4.8 Penulangan Kolom


Luas tulangan utama kolom secara otomatis dapat
diketahui dengan cara Design – Concrete Frame Design –
Display Design Info – Longitudinal Reinforcing kolom yang akan
dianalisis ditunjukkan pada gambar berikut :
123

Gambar 4.63 Gambar Tampak Luas Tulangan Utama Kolom

Luas tulangan geser ( sengkang ) secara otomatis dapat


diketahui dengan cara Design- Concrete Frame Design –
Display Design Info – Shear Reinforcing . kolom yang akan
dianalisis ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 4.64 Gambar Tampak Luas Tulangan Geser Kolom


124

Gambar 4.65 Detail Informasi Luas Tulangan, Momen, Gaya Geser, dan
Torsi, Kolom yang Ditinjau
Untuk menampilkan diagram interaksi kolom yang
ditinjau, dapat dilakukan dengan cara klik kanan kolom,
kemudian Interaction.

Gambar 4.66 Diagram Interaksi Kolom yang Ditinjau


125

4.4.8.1 Desain Tulangan Utama Kolom


 Detail dari luas tulangan kolom yang ditinjau kolom
90x90 = 8100 mm2.
Digunakan tulangan ulir diameter 22 : 𝑨𝒔 = ⁡ 𝟏⁄𝟒 𝝅𝒅𝟐

= ¼ x 3,14 x 222

= 380 mm2

Maka jumlah tulangan yang dibutuhkan = 8100/380 =


21,3, namun jumlah yang digunakan adalah 22D22

 Detail dari luas tulangan kolom yang ditinjau kolom


80x80 = 6400mm2.
Digunakan tulangan ulir diameter 22 : 𝑨𝒔 = ⁡ 𝟏⁄𝟒 𝝅𝒅𝟐

= ¼ x 3,14 x 222

= 380 mm2

Maka jumlah tulangan minimal yang dibutuhkan =


6400/254 = 16,84 namun jumlah yang digunakan adalah
18D22.

4.4.8.2 Desain Tulangan Geser Kolom


 Dari ETABS detail luas tulangan geser (sengkang)
90x90 tidak menggunakan tulangan geser kolom
karena struktur kolom yang digunakan sudah cukup
kuat dan memenuhi syarat tanpa harus menggunakan
tulangan geser kolom.
126

 Dari ETABS detail luas tulangan geser (sengkang)


kolom 90x90 yang ditinjau = 1,293 mm2. Lihat Gambar
4.64
Digunakan tulangan polos P10 : 𝑨𝒔 = 𝟐⁡𝒙⁡ 𝟏⁄𝟒 𝝅𝒅𝟐
= 2 x ¼ x 3,14 x 102
=157 mm2
Jarak sengkang = 157/1,293 = 121,42 : digunakan jarak
sengkang 125 mm.

4.4.8.3 Kontrol Persyaratan Kolom pada SRPMK


Berdasarkan SNI Beton 2847-2013 Pasal 21.6 Halaman
189 SNI Beton 2847 - 2013 Komponen struktur yang
menerima kombinasi lentur dan aksial pada SRPMK harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut :

 Gaya aksial terfaktor maksimal yang bekerja pada


kolom harus melebihi 0,1 x Ag x fc
Cek : 0,1 x (900 mm 900 mm) x 30 N/mm2 = 2,430 kN.
Dari hasil analisis ETABS diperoleh Pu sebesar
3922 kN. Jadi 3922 > 2,430 : OK (21.6.1) Halaman 189.
 Sisi terpendek kolom tidak boleh kurang dari
300mm
Cek : Lebar penampang kolom 900 mm > 300 mm : OK
(Pasal 21.6.1.1) Halaman 189.
 Rasio dimensi tidak boleh kurang dari 0,4
Cek : b/h = 900/900 = 1. Jadi 1 > 0,4 : OK (21.6.1.2)
Halaman 189.
127

 Persyaratan tulangan geser


Tulangan geser / sengkang kolom yang dipasang
harus memenuhi persyaratan sesuai SNI Beton 2847-
2013 bahwa jarak maksimum sengkang dipilih yang
terkecil diantara :
o ¼ dimensi penampang kolom terkecil.
Cek : Jarak sengkang kolom di tumpuan 125 mm < ¼
x 900 = 450 mm : OK
o Jarak sengkang tidak boleh lebih dari D utama.
Cek : Jarak sengkang kolom di tumpuan 125 mm < 7
x 22 = 154 mm : OK

 Kuat kolom
Berdasarkan SNI Beton 2847-2013 Pasal 21.6.2.2
Halaman 190 Kuat kolom harus memenuhi
persyaratan.

ΣMc ≥ 1,2 ΣMg

Dimana :
ΣMc = Jumlah Mn dua kolom yang bertemu di join.
ΣMg = Jumlah Mn dua balok yang bertemu di join.

Detail penampang kolom harus dianalisis ditunjukkan


sebagai berikut.
128

Gambar 4.67 Detail Luas Tulangan Kolom dan Balok yang ditinjau untuk
Kontrol Strong Coloum Weak Beam

Detail kolom yang ditinjau (warna ungu) dengan


mempertimbangkan balok yang menumpu dan kolom
di atasnya (warna hijau). Besarnya Mn balok dapat
diketahui dari luas tulangan dan dihitung sebagai
berikut :
 Luas tulangan tumpuan balok kiri = 3381 + 1627 =
5008 mm
𝐴𝑠⁡𝑥⁡𝑓𝑦
Tinggi balok regangan, a =
0,85⁡𝑥⁡𝑓𝑐 ′ 𝑥⁡𝑏
5008⁡𝑥⁡400
=
0,85⁡𝑥⁡30⁡𝑥⁡400
= 196,39 mm
Momen nominal, Mn = ∅ x As x fy x (d – a/2)
= 0,8 x 5008 x 400 x (729-196,39/2) =1010,90
kNm
129

 Luas tulangan tumpuan balok kanan = 1768 + 1427 =


3195 mm
𝐴𝑠⁡𝑥⁡𝑓𝑦
Tinggi balok regangan, a =
0,85⁡𝑥⁡𝑓𝑐 ′ 𝑥⁡𝑏
3195⁡𝑥⁡400
=
0,85⁡𝑥⁡30⁡𝑥⁡400
= 125,29 mm
Momen nominal, Mn = ∅ x As x fy x (d – a/2)
= 0,8 x 3195 x 400 x (729-125,29/2)
= 681,281 kNm

 Maka, jumlah Mn dua balok yang bertemu di join


adalah :
ΣMg = Mn balok kiri + Mn balok kanan
= 1,010,902 kNm + 681,281 kNm
= 1692,18 kNm

4.4.8.4 Analisa Perhitungan Manual Tulangan Kolom


 Data
 Ukuran Kolom ( b x h ) = 900 x 900 mm
 Mutu Beton (fc) = 30 Mpa
 Mutu Baja (fy) = 400 Mpa
 Penutup Beton (P) = 40 mm
 Ø Tul. Utama Di perkirakan = 22 mm
 Ø Tul. Sengkang Di perkirakan = 10 mm
 Beban dari Struktur atas (Pu max) = 3261,76 KN
130

(Pu max di dapat melalui hasil perhitungan manual


kolom)
 Momen Ultimate (Mu) = 203180,000 KNcm
= 2031,80 KNm
(Mu di dapat melalui hasil Tabel Etabs Column Design
Forces)
𝑀𝑢 2031,80
Et = = = 0,623 m = 623 mm
𝑃𝑢 3261,76
Et min = (15 + 0,03 x h )
= (15 + 0,03 x 900)
= 42 mm
Et < Et min = 622 > 42 OK
Agr = 900 x 900 = 810000 mm²
 Menentukan Faktor Reduksi
Pu < 0,1 x Agr x Fc
3261,76 < 0,1 x 810000 x 30
3261,76 > 2430,00
Karena Pu > 0,1 x Agr x Fc
 Menentukan Harga d’/h
𝐸𝑡 623
= = 0,69
ℎ 900

d’ = p + ø tul. Sengkang + ½ ø tul. Utama


= 40 + 10 + (1/2 x 22 ) = 61 mm
d′ 61
Y= = = 0,007 ~ 0,10
h 900
Maka ɸ = 0,65 (Di dapat dari Tabel Buku CUR Beton 1)
 Menentukan Tulangan
Fc = 30 Mpa
Fy = 400 Mpa
131

β = 1,20 ( Di dapat dari Tabel Buku CUR Beton 1 )


Pu 3261,76⁡
=
ɸ⁡×Agr⁡×0,85⁡fc 0,65⁡×⁡810000⁡×⁡0,85⁡×⁡30

= 0,243 < 1,2


Pu 𝐸𝑡
x = 0,243 x 0,444 = 0,108
ɸ⁡×Agr⁡×0,85⁡fc ℎ
Dari Grafik Interaksi Kolom Buku CUR Beton 1 didapat :
r = 0,0060
⍴ = β x r = 1,2 x 0,0060 = 0,0072

 Tulangan Kolom
As tot = ⍴ x Agr = 0,007 x 81000 = 5832 mm²

Maka Gunakan Tulangan 22 Ø 22 = 7599 mm²

Untuk proses perhitungan selanjutnya terdapat pada


lampiran Perhitungan Kolom.

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Kolom

As Perlu Ø Tulangan
Jenis Kolom Ukuran Kolom (mm2) yang digunakan
K1 90 x 90 7599 22 D 22
K2 80 x 80 6839 18 D 22
132

4.4.9 Penulangan Pelat


Besarnya luas tegangan pada setiap plat dapat diketahui
dengan cara Run - Display – Show Member Forces/Stress
Diagram – Shell Stresses/Force. Pada Load pilih Combo 2
karena biasanya itu yang paling besar sesuai fungsi plat dalam
menangani beban mati dan beban hidup.

Gambar 4.68 Pengaturan Output Diagram Momen Plat


133

Gambar 4.69 Diagram Momen Plat

4.4.9.1 Desain Tulangan Plat Lantai

Dari hasil analisis didapatkan : 4,23 kNm

Gambar 4.70 Tegangan yang Terjadi pada Plat Lantai Akibat Beban Hidup
dan Mati
134

Digunakan tulangan polos P10-200


Luas tulangan terpakai, 𝐴𝑠 = 1⁄4 𝜋𝑑 2 ⁡𝑥⁡𝑏/𝑆
=1/4 x 3,14 x 102 x 1000/200
= 392,5 mm2
𝐴𝑠⁡𝑥⁡𝑓𝑦
Tinggi blok regangan, 𝑎 = 0,85⁡𝑥⁡𝑓𝑐 ′ 𝑥⁡𝑏
392,5⁡𝑥⁡400
= = 6,156 mm
0,85⁡𝑥30⁡𝑥⁡1000

Momen nominal, Mn = (As x fy x (85-a/2) x 10-6) x 0,8


= (392,5 x 400x (85-6,156 /2)x10-6)x0,8
= 10,289 kNm.
Syarat : ∅⁡𝑀𝑛⁡ ≥ 𝑀𝑢
10,289 ≥ 4,23
10,289 ≥ 4,23 : OK.
Plat mampu menerima beban.
4.4.9.2 Desain Tulangan Plat Atap

Dari hasil analisis didapatkan : 1,38 kNm

Gambar 4.71 Tegangan yang Terjadi pada Plat Atap Akibat Beban Hidup
Dan Mati
135

Digunakan tulangan polos P10-200


Luas tulangan terpakai, 𝐴𝑠 = 1⁄4 𝜋𝑑 2 ⁡𝑥⁡𝑏/𝑆
=1/4 x 3,14 x 102 x 1000/200

= 392,5mm2
𝐴𝑠⁡𝑥⁡𝑓𝑦
Tinggi blok regangan, 𝑎 = 0,85⁡𝑥⁡𝑓𝑐 ′ 𝑥⁡𝑏
392,5⁡𝑥⁡400
= 0,85⁡𝑥30⁡𝑥⁡1000= 6,156 mm

Momen nominal, Mn = (As x fy x (85-a/2) x 10-6) x 0,8


= (392,5 x 400x (85-6,156 /2)x10-6)x0,8
= 10,289 kNm.
Syarat : ∅⁡𝑀𝑛⁡ ≥ 𝑀𝑢
10,289 ≥1,38
10,289 ≥1,38 : OK.
Plat mampu menerima beban.
Plat direncanakan dari beton yang dicor dengan tebal
15 cm untuk plat lantai, 13 cm untuk plat atap. Pembebanan
pada plat didasarkan pada kegunaan lantai tersebut yang
disesuaikan dengan SNI 1727 – 2013 tentang Pembebanan
Untuk Struktur Gedung. Perancanaan plat ditinjau dari dua
arah yaitu X dan Y , dari lx / ly akan didapatkan koefisien
momen sehingga dapat dilakukan perhitungan untuk
mendapat tulangan yang dibutuhkan.
136

4.4.9.3 Analisa Perhitungan Manual Pelat

TIPE 1 PELAT ATAP

Diketahui :

Ln = 8000 mm

Lx = 2667 mm
8
Ly = 8000 mm

2,67 Tebal pelat atap = 130 mm

A. Pembebanan
 Beban mati (WD)
Berat pelat tebal 0,13 m x 2400 kg/m2 = 3,12 kN/m2
Berat waterproffing (aspal 2cm)= 0,02 x 14 = 0,28 kN/m2
Beban plafond dan penggantung = 0,20 kN/m2
Beban instalasi ME = 0,25 kN/m2
Beban mati pelat atap = 3,85 kN/m2

 Beban hidup (WL)


Beban hidup untuk bangunan gedung = 096 kg/m2
= 0,96 kN/m2

 Beban ultimate (WU)


U = 1,2 WD + 1,6 WL + 0,5 R
= (1,2 x 3,85) + (1,6 x 0,96) + 0,5 (1)
= 6,656 kN/m2
137

B. Momen Kuat Rencana (Mu)


𝑙𝑦 8
= =3
𝑙𝑥 2,67

Ly = 8 m Koefisien X : Mtx = 83

Mlx = 42

Lx = 2,67 m Mty = 57

Mly = 8

(Lihat di Tabel 1 Koefisien Momen Plat di Lampiran T – 1)

Mtx = 0,001 x U x lx2 x X Mlx = 0,001 x U x lx2 x X

= 0,001 x 6,656 x 2,672 x 83 = 0,001 x 6,656 x 82 x 21

= 3,938 kNm = 1,992 kNm

Mty = - 0,001 x U x lx2 x X Mly = - 0,001 x U x lx2 x X

= - 0,001 x 6,656 x 82 x 52 = - 0,001 x 6,656 x 82 x 21

= - 2,704 kNm = - 0,379 kNm

C. Menghitung Tulangan Plat


 Data – data :
b = 1 m ; lebar plat atap diambil per 1 m.
h = 130 mm
dc = 20 mm ; selimut beton (beton decking)
Ø tul. X = 10 mm ; diameter tulangan yang diperkirakan
Ø tul. Y = 10 mm ; diameter tulangan yang diperkirakan
dx = 105 mm (d = h – dc – ½ Ø tul. X) ; tinggi efektif plat atap
dy = 95 mm (d = h – dc – Ø tul. Y – ½ Ø tul. Y) ; tinggi efektif plat
atap
f’c = 30 Mpa ;
fy = 400 Mpa ; mutu baja tulangan ulir U40
138

 Menghitung momen perlu (Mu)

 Tulangan lapangan arah X


o Mu = 1,992 kNm
o Mu/bd = 0,275709 kN/m2
2

Mu
0,8⁡𝑓𝑦−⁡√(0,8⁡𝑓𝑦)2 −⁡4(0,4704⁡.⁡⁡fy2 ⁄f′ c)⁡( )
bd2
o ⍴=
2⁡𝑥⁡(0,4704⁡.⁡⁡fy2 ⁄f′ c)
0,8⁡𝑥⁡400−⁡√(0,8⁡𝑥⁡400)2 −⁡4(0,4704⁡.⁡⁡4002 ⁄30)⁡(0,275709)
=
2⁡𝑥⁡(0,4704⁡.⁡⁡4002 ⁄30)

= 0,0009
1,4
⍴min = = 0,0035
𝑓𝑦
0,85⁡𝑥⁡𝑓 ′ 𝑐⁡𝑥⁡𝛽 600
⍴max = 0,75 ( ⁡) ( ⁡) = 0,0171
𝑓𝑦 600+⁡𝑓𝑦
⍴min > ⍴, maka digunakan ⍴ = 0,0035
o As = ⍴ x b x dx
= 0,0035 x 1000 x 105

= 367 mm2
ᴫ⁄
4⁡𝑥⁡⁡∅2⁡ 𝑥⁡𝑏
o Jarak tulangan =
𝐴𝑠
ᴫ⁄
4⁡𝑥⁡⁡102⁡ 𝑥⁡1000
=
367
= 214,005 mm

Maka dipakai tulangan Ø 10 – 200

 367 > As……..OK!!


( Untuk menentukan As lihat Tabel Tulangan di Lampiran
Halaman T – 2 )

 Tulangan lapangan arah Y


o Mu = 0,379 kNm
o Mu/bd2 = 0,673777 kN/m2
139

Mu
0,8⁡𝑓𝑦−⁡√(0,8⁡𝑓𝑦)2 −⁡4(0,4704⁡.⁡⁡fy2 ⁄f′ c)⁡( )
bd2
o ⍴=
2⁡𝑥⁡(0,4704⁡.⁡⁡fy2 ⁄f′ c)
0,8⁡𝑥⁡400−⁡√(0,8⁡𝑥⁡400)2 −⁡4(0,4704⁡.⁡⁡4002 ⁄30)⁡(0,673777⁡)
=
2⁡𝑥⁡(0,4704⁡.⁡⁡4002 ⁄30)

o = 0,0021
⍴min = 0,0035
⍴max = 0,0171
⍴min > ⍴ , maka digunakan ⍴ = 0,0035
o As = ⍴ x b x dx
= 0,0035 x 1000 x 95

= 332 mm2
ᴫ⁄
4⁡𝑥⁡⁡∅2⁡ 𝑥⁡𝑏
o Jarak tulangan =
𝐴𝑠
ᴫ⁄
4⁡𝑥⁡⁡102⁡ 𝑥⁡1000
=
332
= 236,566 mm

Maka dipakai tulangan Ø 10 – 225.

 332 > As……..OK!!


( Untuk menentukan As lihat Tabel Tulangan di Lampiran
Halaman T – 2 )

 Tulangan tumpuan arah X


o Mu = 3,938 kNm
o Mu/bd2 = 0,545052 kN/m2
Mu
0,8⁡𝑓𝑦−⁡√(0,8⁡𝑓𝑦)2 −⁡4(0,4704⁡.⁡⁡fy2 ⁄f′ c)⁡( )
bd2
o ⍴=
2⁡𝑥⁡(0,4704⁡.⁡⁡fy2 ⁄f′ c)
0,8⁡𝑥⁡400−⁡√(0,8⁡𝑥⁡400)2 −⁡4(0,4704⁡.⁡⁡4002 ⁄30)⁡(0,545052)
=
2⁡𝑥⁡(0,4704⁡.⁡⁡30)

= 0,0017

⍴min = 0,0035
140

⍴max = 0,0171
⍴min > ⍴, maka digunakan ⍴min = 0,0035

o As = ⍴ x b x dx
= 0,0035 x 1000 x 105

= 367 mm2
ᴫ⁄
4⁡𝑥⁡⁡∅2⁡ 𝑥⁡𝑏
o Jarak tulangan =
𝐴𝑠
ᴫ⁄
4⁡𝑥⁡⁡102⁡ 𝑥⁡1000
=
367
= 214,005 mm

Maka dipakai tulangan Ø 10 – 200.

 367 > As……..OK!!


( Untuk menentukan As lihat Tabel Tulangan di Lampiran
Halaman T – 2 )

 Tulangan tumpuan arah Y


o Mu = 2,704 kNm
o Mu/bd = 0,480711 kN/m2
2

Mu
0,8⁡𝑓𝑦−⁡√(0,8⁡𝑓𝑦)2 −⁡4(0,4704⁡.⁡⁡fy2 ⁄f′ c)⁡( )
bd2
o ⍴=
2⁡𝑥⁡(0,4704⁡.⁡⁡fy2 ⁄f′ c)
0,8⁡𝑥⁡400−⁡√(0,8⁡𝑥⁡400)2 −⁡4(0,4704⁡.⁡⁡4002 ⁄30)⁡(0,480711)
=
2⁡𝑥⁡(0,4704⁡.⁡⁡30)

= 0,0015
⍴min = 0,0035
⍴max = 0,0171
⍴min > ⍴ , maka digunakan ⍴min = 0,0035
o As = ⍴ x b x dx
= 0,0035 x 1000 x 95

= 332 mm2
ᴫ⁄
4⁡𝑥⁡⁡∅2⁡ 𝑥⁡𝑏
o Jarak tulangan =
𝐴𝑠
141

ᴫ⁄
4⁡𝑥⁡⁡102⁡ 𝑥⁡1000
=
332
= 236,566 mm

Maka dipakai tulangan Ø 10 – 225.

 332 > As……..OK!!


(Untuk menentukan As lihat Tabel Tulangan di Lampiran
Halaman T–2)

Untuk proses perhitungan Manual Pelat Atap dan


Lantai nya terdapat pada lampiran.

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Pelat Atap Arah X

Arah X
Tipe Pelat As As
Tulangan Tulangan
Lapangan Tumpuan
Pelat Atap 1 367 Ø10-200 367 Ø10-200
Pelat Atap 2 367 Ø10-200 630 Ø10-100
Pelat Atap 3 367 Ø10-200 367 Ø10-200

Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Pelat Atap Arah Y

Arah Y
Jenis As As
Tulangan Tulangan
Lapangan Tumpuan
Pelat Atap 1 332 Ø10-225 332 Ø10-225
Pelat Atap 2 332 Ø10-225 475 Ø10-150
Pelat Atap 3 570 Ø10-125 570 Ø10-125
142

Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Pelat Lantai 1 – 3 Arah X

Arah X
Jenis As As
Tulangan Tulangan
Lapangan Tumpuan
Pelat Atap 1 367 Ø10-200 367 Ø10-200
Pelat Atap 2 367 Ø10-200 367 Ø10-200
Pelat Atap 3 367 Ø10-200 367 Ø10-200

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Pelat Lantai 1 – 3 Arah Y

Arah Y
Jenis As As
Tulangan Tulangan
Lapangan Tumpuan
Pelat Atap 1 332 Ø10-225 332 Ø10-225
Pelat Atap 2 332 Ø10-225 332 Ø10-225
Pelat Atap 3 332 Ø10-225 332 Ø10-225

4.4.10 Desain Pondasi


Pondasi yang digunakan adalah pondasi sumuran.
Uraian data tanah dan perhitungan daya dukung pondasi
dijelaskan sebagai berikut :
4.4.10.1 Data Tanah
Untuk data tanah didapat data asli Gedung Transmart
di jalan Cipto Mangunkusumo No.234. Dari hasil uji sondir
menunjukkan bahwa kedalaman 0 – 4 m adalah tanah lunak.
Dan tanah keras dengan qc > 314 kg/cm2 pada kedalaman -
30 m.
143

Tabel 4.17 Data Borlog Tanggal 29 – 10 2016 sampai 31 – 10 – 2016


144

Tabel 4.18 Data Borlog Tanggal 01 – 11 - 2016 sampai 03 – 11 - 2016


145

4.4.10.2 Daya Dukung Pondasi


Daya dukung aksial tiang terdiri daya dukung ujung
dasar tiang dan daya dukung gesekan permukaan keliling
tiang, dikurangi berat sendiri tiang dengan rumus :
Qu = Qd + Qg – W
Qijin = (Qd + Qg)/FK – W

Dimana :

Qu : daya dukung batas tiang,

Qd : daya dukung batas dasar tiang,

Qg : daya dukung batas gesekan tiang,

W : berat sendiri tiang,

FK : faktor keamanan tiang = 3

4.4.10.3 Daya Dukung Ujung Tiang


Daya dukung ujung tiang untuk beberapa kondisi
adalah sebagai berikut :
i) Untuk tanah non kohesif
Qd = 40 Nb Ap . . . (ton) : Menurut Mayerhoff
(1956)

ii) Untuk dasar pondasi di bawah muka air tanah :


Nb’ = 15 + 0,5 (N-15)

iii) Untuk tanah berpasir N > 50


Qd < 750 Ap . . . (ton) : Suyono Sosrodarsono
dan Kazuto Nakazawa
146

Keterangan :

Nb : harga N-SPT pada elevasi dasar tiang < 40


Ap : luas penampang dasar tiang (cm2)

4.4.10.4 Daya Dukung Gesekan Tiang


i) Menurut Mayerhoff :
Qg = 0,20 O Σ (Ni x Li) . . . (ton) : untuk tiang
pancang
Qg = 0,10 O Σ (Ni x Li) . . . (ton) : untuk tiang bor
ii) Menurut Suyono Sosrodarsono dan Kazuto
Nakazawa :
Qg = O Σ (Ni/2 x Li) . . . (ton)

Keterangan :
Ni/2 < 12 ton/m2

O : keliling penampang tiang

Ni : N-SPT pada segmen i tiang

Li : panjang segmen i tiang

Tabel 4.19 Kuat dukung Pondasi Bore Pile dengan Berbagai Diameter

D (m) Ap (m²) W (ton) Nb Nb' Qd (ton) Qg (ton) Q.ijin (ton)


0,6 0,2826 20,35 40 27,5 310,86 56,52 102,11
0,8 0,5024 36,17 40 27,5 552,64 75,36 173,16
1 0,785 56,52 40 27,5 863,5 94,20 262,71
1,2 1,1304 81,39 40 27,5 1243,44 113,04 370,77
147

Besarnya nilai beban titik pondasi dapat diketahui


dengan cara Run – Display - Show Tables – Analysis Result
– Reaction –Support Reactions.

Tabel 4.20 Besarnya Beban Titik Pondasi Dari Tabel Support Reaction
ETABS
Story Point Load FX FY FZ MX MY MZ
BASE 151 COMB1 0,11 0,09 367,15 -0,414 0,126 -0,026
BASE 151 COMB2 0,15 0,11 367,15 -0,499 0,287 -0,036
BASE 151 COMB3 MAX 670,18 370,1 365,75 1626,739 2915,95 27,423
BASE 151 COMB3 MIN -670 -369,95 365,64 -1627,45 -2915,74 -27,468
BASE 151 COMB4 MAX 670,18 370,1 364,48 1626,739 2915,95 27,423
BASE 151 COMB4 MIN -670 -369,95 364,35 -1627,45 -2915,74 -27,468
BASE 151 DCON1 0,01 0,11 362,49 -0,5 -0,437 -0,028
BASE 151 DCON2 0,07 0,14 352,16 -0,653 -0,247 -0,043
BASE 151 DCON3 0,05 0,13 322,86 -0,59 -0,273 -0,038
BASE 151 DCON4 0,05 0,13 322,5 -0,59 -0,273 -0,038
BASE 151 DCON5 0,05 0,13 320,67 -0,59 -0,273 -0,038
BASE 151 DCON6 0,05 0,13 320,36 -0,59 -0,273 -0,038
BASE 151 DCON7 0,01 0,1 320,35 -0,475 -0,416 -0,027
BASE 151 DCON8 0,01 0,1 319,79 -0,475 -0,416 -0,027
BASE 151 DCON9 0,01 0,1 319,19 -0,475 -0,416 -0,027
BASE 151 DCON10 0,01 0,1 319,03 -0,475 -0,416 -0,027
BASE 151 DCON11 0 0,05 318,39 -0,219 -0,192 -0,012
BASE 151 DCON12 0 0,05 318,36 -0,219 -0,192 -0,012
BASE 151 DCON13 0 0,05 317,37 -0,219 -0,192 -0,012

Untuk menentukkan titik terberat pondasi dapat dilihat


dari tabel untuk nilai FZ mana yang terbesar. Setelah itu pada
ETABS dapat dilihat titik yang terberat dengan cara View –
Set Building View Options, lalu centang pada point labels.
148

Gambar 4.72 Letak Titik – Titik Pondasi

Dari hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh beban titik pondasi
sekitar 367,15 ton untuk yang terbesar. Berdasarkan Tabel 4.19 jika
digunakan pondasi bore pile diameter 80 cm, maka daya dukung pondasi
adalah 173,16 ton.

 Jumlah tiang pondasi untuk beban 367,15 ton = 367,15/173,16 =


2.120 Jadi dipakai 2 tiang/kolom.

4.5 PERBANDINGAN DATA PROYEK DAN HASIL ANALISIS

a. Plat
Perbedaan pelat pada proyek tersebut dengan hasil analisis
yang sudah di analisis yaitu data pelat dari proyek dengan tebal 25
cm dirubah menjadi 15 cm untuk pelat lantai dan 13 cm untuk pelat
atap, sesuai dengan SNI 2013 bahwa Tebal Plat Lantai minimal
12,5 cm.
149

Tabel 4.21 Perbandingan Hasil Perhitungan Pelat Atap dengan Data Proyek
Arah X

Data Proyek Data ETABS Hitungan Manual


Jenis
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan

Plat 1 Ø10 - 150 Ø10 - 150 Ø10– 225 Ø10 - 75 Ø10 – 200 Ø10 - 200

Plat 2 Ø10 - 150 Ø10 - 150 Ø10– 250 Ø10 - 250 Ø10 – 200 Ø10 - 100

Plat 3 Ø10 - 150 Ø10 - 150 Ø10 - 250 Ø10 - 250 Ø10 – 200 Ø10 - 200

Tabel 4.22 Perbandingan Hasil Perhitungan Pelat Atap dengan Data Proyek
Arah Y

Data Proyek Data ETABS Hitungan Manual


Jenis
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan

Plat 1 Ø10 - 150 Ø10 - 150 Ø10 - 200 Ø10 - 75 Ø10 – 225 Ø10 - 255

Plat 2 Ø10 - 150 Ø10 - 150 Ø10 - 125 Ø12 - 150 Ø10 – 225 Ø10 - 150

Plat 3 Ø10 - 150 Ø10 - 150 Ø10 - 250 Ø12 - 250 Ø10 – 125 Ø10 - 125

Tabel 4.23 Perbandingan Hasil Perhitungan Pelat Lantai 1 - 3 dengan Data


Proyek Arah X

Data Proyek Data ETABS Hitungan Manual


Jenis
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan

Plat 1 Ø10 - 150 10 - 150 Ø12 - 150 Ø12 - 50 Ø10 - 200 Ø10 - 200

Plat 2 Ø10 - 150 Ø10 - 150 Ø12 - 175 D13 - 75 Ø10 - 200 Ø10 - 200

Plat 3 Ø10 - 150 Ø10 - 150 Ø10 - 175 Ø10 - 75 Ø10 - 200 Ø10 - 200
150

Tabel 4.24 Perbandingan Hasil Perhitungan Pelat Lantai 1 - 3 dengan Data


Proyek Arah Y

Data Proyek Data ETABS Hitungan Manual


Jenis
Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan Tulangan
Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan Lapangan Tumpuan

Plat 1 Ø10 - 150 Ø10 - 150 Ø10 - 75 D19 - 100 Ø10 - 225 Ø10 - 225

Plat 2 Ø10 - 150 Ø10 - 150 Ø10 - 200 D13 - 75 Ø10 - 225 Ø10 - 225

Plat 3 Ø10 - 150 Ø10 - 150 Ø10 - 200 Ø10 - 100 Ø10 - 225 Ø10 - 225

b. Balok
Untuk proses perhitungan Manualnya terdapat pada
lampiran.

Tabel 4.25 Perbandingan Hasil Perhitungan Balok dengan Data Proyek

Hasil Penelitian Data Proyek

Jenis Balok Hasil


Ukuran Perhitungan Ukuran Tul.yang
Analisa
Balok Manual Balok digunakan
ETABS

Balok Anak 1 35 x 55 8 D 14 8 D 14 35 x 55 6 Ø 16

Balok Anak 2 30 x 50 8 D 14 8 D 14 30 x 50 6 Ø 16

Balok Induk 1 50 x 80 8 D 22 10 D 19 50 x 80 9 Ø 16

Balok Induk 2 50 x 70 10 D 19 10 D 19 50 x 70 9 Ø 16
151

c. Kolom
Untuk proses perhitungan Manualnya terdapat pada
lampiran.

Tabel 4.26 Perbandingan Hasil Perhitungan Dimensi Kolom dengan


Data Proyek

Tulangan yang digunakan

LANTAI Ukuran Kolom Hasil


Data Hasil Analisis
Analisis
Awal ETABS
Manual

Lantai 1 K1 = 90 x 90 20 D 22 22 D 22 22 D 22

K2 = 80 x 80 20 D 19 18 D 22 18 D 22
Lantai 2

Lantai 3 K2 = 80 x 80 20 D 19 18 D 22 18 D 22

Tabel 4.27 Perbandingan Nilai Mu dan Pu Hasil Analisis ETABS untuk


Perhitungan Kolom
Jenis Dimensi Analisis Manual
Kolom (cm) Mu Pu Mu Pu
K1 90 x 90 1581,500 2750,869 1581,500 32,617
K2 80 x 80 2398,379 1347,060 1349,40 19,967
152

Tabel 4.28 Perbandingan Hasil Perhitungan Tulangan Kolom dengan Data


Proyek
153

Gambar 4.73 Sistem Penulangan Portal

Gambar 4.74 Gambar Potongan A1


154

Gambar 4.75 Gambar Potongan A - A


155

Gambar Potongan A1 - 1 Gambar Potongan A2 - 2


Daerah Tumpuan Daerah Bentang / Lapangan

Gambar 4.76 Gambar Potongan A1 – 1 dan A2 - 2


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Setelah melakukan analisis dan perancangan pada struktur


gedung Gedung Supermarket Transmart Carrefour Cirebon yang
disesuaikan dengan Tata Cara Perencanaan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI-1726-2012), Persyaratan
Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur
Lain (SNI-1727-2013) dan Persyaratan Beton Struktural untuk
Bangunan Gedung (SNI-2847-2013), dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kelayakan Perencanaan bangunan tiga lantai Gedung Transmart
Cirebon ini terdapat pada dimensi dengan menggunakan Kolom
yang digunakan :
Kolom K1 = 90 x 90 cm
Kolom K2 = 80 x 80 cm

Balok induk yang digunakan dengan dimensi:


Balok B1 = 50 x 80 cm
Balok B2 = 50 x 70 cm

Dan balok anak dengan dimensi:


Balok S1 = 35 x 55
Balok S2 = 30 x 50
Dengan tebal pelat lantai dalam pembangunan gedung tersebut
yaitu 15 cm, Untuk plat atap yang digunakan 13 cm dan pemilihan
pondasi mengunakan pondasi Bore pile, ini didasarkan pada
pengamatan proyek yang sudah dilakukan.

156
157

2. Hasil perhitungan pada pelat atap menggunakan tulangan Ø10-


100, Ø10-125, Ø10-200, Ø10-225 dan plat lantai menggunakan
tulangan Ø10-200, Ø10-225. Untuk balok anak dan balok induk
menggunakan tulangan D14, D19, D22, D24 dan untuk tulangan
gesernya berjarak 125mm. Pada perhitungan kolom memakai
tulangan D22 dengan tulangan geser berjarak 125 mm. Pada hasil
perhitungan Analisis Etabs dan Perhitungan Manual terdapat
Perbedaan pada Tulangan Balok Induk 1, dengan hasil
perhitungan Analisis ETABS didapat lebih kecil dibandingkan
perhitungan Manual, Maka tulangan yang digunakan adalah
tulangan Hasil perhitungan Manual.
3. Pada Data proyek dan Hasil Analisis ETABS terdapat perbedaan
tipe tulangan Balok, jumlah tulangan dan diameter tulangan, Hasil
analisis ETABS didapat balok anak 1 dan balok anak 2 lebih
efisien menggunakan tulangan ulir atau Deform dengan diameter
tulangan D14 dan jumlah tulangan yang digunakan sebanyak 8
buah.
4. Proses perencanaan pembangunan Gedung Transmart Carrefour
Cirebon mengacu pada SNI 2847-2013 Beton Bertulang,SNI 1727-
2013 Pembebanan dan SNI 1726-2012 Tata Cara Perencanaan
Gempa untuk Struktur Bangunan gedung atau non gedung.
5.2 SARAN

a. Sebelum melakukan suatu perencanaan & perancangan struktur


alangkah lebih tepat apabila memahami terlebih dahulu peraturan
persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung SNI 2847-
2013, Persyaratan Beban Minimum untuk perancangan Bangunan
SNI 1727-2013, dan Tata Cara Perencanaan Gempa untuk
Struktur Bangunan SNI 1726-2012 yang berlaku.
158

b. Sebelum perencanaan struktur sebaiknya dilakukan estimasi awal


pada ukuran elemen struktur, sehingga tidak terjadi penentuan
elemen struktur berulang-ulang.
c. Dalam perancangan elemen-elemen struktur seperti penetuan
tulangan pelat, balok serta kolom sebaiknya digunakan ukuran
yang hampir seragam untuk mempermudah pelaksanaan
pekerjaan di lapangan dan tetap mengikuti Peraturan SNI 2013.
d. Dalam melakukan input data pada progam ETABS hendaknya
dilakukan dengan teliti sesuai dengan asumsi-asumsi yang telah
ditetapkan sebelumnya sehingga dapat dihasilkan analisis struktur
yang mendekati keadaan sebenarnya.
e. Sebaiknya penggunaan software aplikasi analisis struktur
dibarengi dengan hitungan manual sebagai pembanding, karena
rentannya salah input atau permodelan pada software aplikasi,
dikarenakan kurang telitinya pengguna.

Anda mungkin juga menyukai