Anda di halaman 1dari 69

1.

Deskripsi Proyek
Proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Rumah Sakit Lavalette Kota
Malang terletak di Rumah Sakit Lavalette, Jl. W.R. Supratman No.10, Rampal
Celaket, Klojen, Kota Malang, Jawa Timur 65111. Proyek ini merupakan salah
satu upaya pembangunan gedung rawat inap rumah sakit Lavalette Kota Malang.
Pelaksana kegiatan adalah PT. Adhi Karya, Tbk, untuk pengawasan pekerjaan di
lapangan dilaksanakan oleh PT. Annaba Persada. Berdasarkan kontrak, waktu
yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek ini adalah 270 hari kalender dan
masa pemeliharaan selama 365 hari kalender terhitung sejak tanggal penyerahan
pertama pekerjaan (PHO). Pembangunan ini bertujuan untuk mengimbangi
perkembangan pembangunan yang sangat pesat, terlihat dari terus bertambahnya
fasilitas dan infrastruktur daerah dalam rangka pertumbuhan bisnis, perdagangan,
industri, pendidikan serta kesehatan diwilayah Malang yang berkembang pesat
dan jumlah penduduk yang terus meningkat. Rumah sakit adalah institusi
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
secara paripurna yang menyediakan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
serta memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
Pembangunan gedung rawat inap Rumah Sakit Lavalette Kota Malang
terdiri dari 5 lantai, dengan 4 lantai sebagai rawat inap dan 1 lantai sebagai tempat
terbuka untuk para pasien. Pada pelaksanaan pekerjaan di lapangan kontraktor
harus melakukan sesuai dengan gambar dan spesifikasi yang telah dibuat pada
kesepakatan bersama yang tersusun dalam Dokumen Kontrak serta berdasarkan
intruksi di lapangan yang berupa berita acara. Berdasarkan keputusan kontrak
yang telah disepakati, penyusunan project planning akan mengacu berdsarkan hal-
hal yang menjadi batasan proyek seperti halnya, waktu pelaksanaan proyek, nilai
proyek, serta spesifikasi teknis yang telah tersedia. Pada waktu pelaksanaan
proyek yang disusun dalam project planning ditetapkan tidak melebihi waktu
kontrak yang telah ditetapkan. Hal tersebut juga berlaku terhadap metode-metode
pelaksanaan yang dipakai agar tidak menyimpang dari spesifikasi yang telah
ditetapkan. Untuk hal lainnya seperti biaya proyek diharapkan dapat berkurang
dari harga kontrak yang telah disepakati.

32
1.1 Data Kontrak
Berikut ini adalah data kontrak Pembangunan Gedug Rawat Inap
Rumah Sakit Lavalette Kota Malang sebagai berikut :
1. Pemberi Pekerjaan : PT. Nusantara Sebelas Medika
2. Lokasi : Jl. WR. Supratman No. 10 Malang
3. Nama Proyek : Pembangunan Gedung Rawat Inap
Rumah Sakit Lavalette - Malang
4. Tanggal Kontrak : 29 Januari 2016
5. Nilai Kontrak : Rp. 15.901.000.664
6. Konsultan Perencana : PT. Medisain Dadi Sempurna
7. Konsultan Pengawas : PT. Annaba Persada
8. Kontraktor : PT. Adhi Karya (Persero) Tbk
9. Bangunan : 5 lantai
10. Waktu Pelaksanaan : 270 Hari Kalender
11. Waktu Pemeliharaan : 365 Hari Kalemder
Berikut adalah gambar visual lokasi proyek yang dapat dilihat pada
Gambar 1.1 seperti dibawah ini :

Gambar 1.1 Lokasi Proyek RS. Lavalette


2. Penyusunan Struktur Organisasi Proyek
Pada pelaksanaan suatu pembangunan dapat diartikan sebagai suatu
pekerjaan yang dilaksanakan pada lokasi sedemikian sehingga pembangunan
terwujud terutama dalam pembangunan yang berhubungan denah rumah sakit.
Dalam proses pelaksanaan pembangunan tersebut akan melibatkan cukup banyak
profesi atau pihak. Semua pihak yang terlibat dari atas sampai bawah harus
melakukan koordinasi kerja sebagai satu tim. Setiap orang harus mendapat tugas
yang jelas dan saling bekerja sama sehingga dapat memanfaatkan kepastian
pekerjaan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, dibutuhkan susunan struktur
organisasi pelaksanaan pekerjaan pada pembangunan proyek ini. Pada
penyusunan struktur organisasi proyek ini ada banyak pihak yang terkait pada
proses pelaksanaan pembangunan tersebut mulai dari owner, konsultan pengawas,
konsultan perencana dan pihak K3L yang dimana organisasi tersebut bekerja sama
dan berkaitan satu sama lain agar dengan melakukan koordinasi yang baik demi
kelancaran pembangunan tersebut seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.2
PROJECT MANAGER

QUALITY CONTROL PSMMK3L

SITE ENGINEER MANAGER SITE OPERATION MANAGER SITE ADMINTS MANAGER

STAF OPERATIONAL LOGISTIK KEUANGAN UMUM / HUMAS


QUANTITY SURVEYOR

KOST KONTROL DRAFTER GUDANG

Garis Komando
SURVEYOR
Garis Koordinasi

PELAKSANA SIPIL PELAKSANA PELAKSANA ME


ARSITEKTUR

Gambar 1.2 Struktur Organisasi


(sumber : Struktur Organisai PT. AdhiKarya)
3. Rencana dan Pengaturan Tata Letak (Site Layout)
Sebelum melakukan proses pengerjaan proyek kontruksi besar ataupun
kecil, harus diadakan suatu peninjauan langsung digunakan untuk mendapatkan
suatu gambaran mengenai keadaan lapangan yang sebenarnya demi menyiapkan
susunan kegiatan pelaksanaan suatu pekerjaan kontruksi. Hal yang harus dikerjaan
adalah menyusun tata letak (site layout) yang merupakan suatu perencanaan
bangunan pendukung yang bersifat sementara sampai proses kontruksi berakhir.
Penyusunan site layout pada proyek kontruksi berfungsi untuk
mengefisienkan lahan untuk pengaturan tata letak dan fasilitas penunjang seperti
kantor dereksi keet, gudang bahan material dan alat, maupun penempatan fasilitas
listrik, kamar mandi, jalan keluar masuk kendaraan, dan lain sebagainya sehingga
proses kontruksi dapat berjalan dengan lancar, sehingga proyek berjalan tepat
waktu. Karena sifat bangunan yang tidak permanen maka diperlukan pemilihan
bahan bangunan yang efisien dan mudah untuk dibongkar sehingga dapat
menghemat pengeluaran biaya proyek.
Oleh karena itu penempatan site layout yang baik dapat memberikan
kelancaran dan kenyamanan dalam proses kontruksi, seperti yang ditunjukan pada
Gambar 1.3 yang merupakan gambar eksisting dilapangan.
7

5
4

6
Keterangan :
1. Pos jaga
2. Direksi keet 1
3. Tempat parkir &
Genset
4. Gudang material
5. Pabrikasi besi
6. Barak kerja
7. Pos jaga depan
Arah masuk
kendaraan material 3 2 1
Arah keluar
kendaraan material
Pagar proyek
Arah masuk
kendaraan
Arah keluar
kendaraan

Gambar 1.3 Site Layout RS. Lavalette

Fasilitas-fasilitas pendukung yang diperlukan dan disesuaikan dengan


kondisi di lapangan dalam proyek pembangunan Gedung Rawat Inap Rumah
Sakit Lavalette Kota Malang adalah sebagai berikut :
1. Pos jaga
Penempatan pos satpam ini disiapkan di dalam proyek yaitu tepat di pintu
masuk dan keluar kendaraan pekerja sehingga diperlukan pengawasan
keamanan yang baik dari aktivitas dimulai sampai aktivitas berakhir.
Kontruksi pos jaga terdiri dari kayu sebagai struktur atas, plywood
sebagai dinding, seng gelombang berguna untuk atap dan triplek sebagai
lantainya dengan ukuran pos 2m x 1m.
2. Direksi Keet 1
Direksi keet 1 digunakan untuk kontraktor pelaksana berada di sebelah
pintu masuk sehingga memudahkan para pihak kontraktor untuk
mengamati pekerjaan sehari-hari, selain itu direksi keet ini juga harus
terjaga keamanannya karena data dan arsip-arsip pelaksanaan proyek dan
peralatan berada di dalamnya. Pada pembuatan direksi keet kontraktor
pelaksana ini dibuat dengan ukuran 7m x 5m, yang disesuaikan dengan
ukuran lapangan supaya tidak memakan tempat yang ada. Bangunan
dibuat dari material kayu dan dinding dengan kayu kasau dengan penutup
atap dari kayu dan asbes gelombang untuk melindungi panas dan hujan,
lantai terbuat dari beton dengan ketebalan 5cm dan penerangan yang
secukupnya. Di dalam direksi keet disediakan listrik, AC, telepon, air,
dan koneksi internet itu semua sarana penunjang yang ada di dalam
digunakan demi kelancaran pekerjaan kontraktor pelaksana.
3. Tempat Parkir dan Genset
Tempat parkir dan genset berguna bagi kelangsung proyek karena dengan
adanya tempat parkir bagi para pekerja akan menaruh kendaraan di dekat
mereka bekerja sehingga efesien waktu akan terjaga. Genset diletakan di
area parkir karena daerah ini tidak dibangun apapun sebab proyek
tersebut juga membutuhkan sumber daya listrik apabila listrik dari PLN
mengalami gangguan. Tempat parkir berukuran 7m x 9m karena
banyaknya jumlah pekerja dan tempat genset dengan ukuran 2,5m x
2,5m. Kontruksi tempat parkir menggunakan material kayu, asbes untuk
atap dan beton untuk lantainya.
4. Gudang Material
Penempatan gudang didekatkan dengan pabrikasi besi karena pada titik
dimana kendaraan pengangkut material akan berhenti sehingga pekerja
akan mudah memindahkan material tersebut ke lokasi gudang. Dalam
pembuatan gudang dengan ukuran 13m x 7m ini dibuat dari material
kayu dan atap dari asbes gelombang. Antara bahan material dan alat kerja
hanya diberi batasan sehingga para pekerja dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan lebih efesien serta tidak menggangu kelancaran
kegiatan kontruksi.
5. Fabrikasi besi dan begesting
Tempat fabrikasi diletakan di bagian yang terdapat lahan kosong dan
terbuka karena ketika truk pembawa material dapat dengan mudah
meletakkannya. Tempat fabrikasi tidak boleh ditempatkan di bagian yang
mengganggu pasien karena cenderung banyak debu yang dapat
mengganggu kesehatan para pasien.
6. Barak kerja
Barak pekerja berfungsi untuk penempatan bekal para pekerja sehingga
para pekerja tidak sembarang menaruh barang bawaan mereka dan juga
untuk tempat istirahat para pekerja jika sedang istirahat. Barak kerja
disediakan kamar mandi dan listrik supaya kenyaman pekerja tetap
terjaga. Pada barak kerja dibuat dari material kayu sama dengan
pembuatan gudang dengan ukuran 10m x 9m.
7. Pos jaga depan
Pos jaga depan berfungsi untuk mengatur keluar masuknya kendaraan
material proyek karena kendaraan tersebut akan keluar masuk dan juga
tidak mengganggu aktivitas dari gedung lavalette. Kontruksi pos jaga
depan dibuat sama persis dengan pos jaga di dalam proyek.
8. Pagar Proyek
Konstruksi pagar proyek dibuat dengan menggunakan dinding seng dan
diperkuat dengan menggunakan tiang-tiang besi atau kayu dan diikat
dengan paku/besi pengikat pada jarak tertentu.
4. Pengaturan Traffic Management
Untuk dapat menyelesaikan proyek pembangunan gedung bertingkat tinggi
dengan baik, diperlukan penyusunan traffic management sebagai strategi
pengaturan lalu lintas proyek. Pada intinya penyusunan traffic management adalah
menentukan penempatan alat bantu proyek dan jalur yang digunakan kendaraan.
Pengaturan traffic management yang baik akan berpengaruh pada kenyamanan
dalam bekerja, efisiensi biaya proyek, dan kecepatan dalam menyelesaikan
pembangunan gedung.
1. Traffic Management kendaraan pengangkut
Traffic Management untuk kendaraan pengangkut untuk akses jalan
menggunakan pintu masuk utama sebab pintu keluar dan masuk hanya
terdapat satu pintu dan di sekitar pintu masuk terdapat ruangan kosong yang
dapat digunakan untuk menurunkan bahan dan material agar mudah dibawa
ke tempat fabrikasi atau gudang untuk proses lebih lanjut. Namun perlu
diperhatikan tentang pengaturan waktu kendaraan pengangkut material agar
tidak mengganggu kendaraan lain yang masuk ke lokasi proyek dan
menghindari kemacetan yang timbul maka mendatangkan material seperti
tiang pancang, dan besi pada malam hari.
2. Traffic Management pekerjaan pengecoran
Traffic Management untuk pekerjaan pengecoran untuk akses kendaraan tetap
melewati satu pintu utama , dan disiapkan delay kendaraan ready mix diluar
pagar maksimum 1 kendaraan untuk pengecoran selanjutnya, untuk
mrnghindari kemacetan dan menganggu kendaraan lain yang keluar masuk
proses pengecoran dilakukan pada malam hari.
Keterangan :
= Papan Peringatan
Proyek Hati-Hati

= Kerucut Batas

= Kecepatan Maksimum

Gambar 1.4 Traffic Management


5. Work Breakdown Structure (WBS)
Dalam Penyusunan Work Breakdown Structure bertujuan untuk memecah
atau membagi tiap item pekerjaan kedalam item pekerjaan yang lebih kecil (sub-
kegiatan). Untuk mempermudah proses perencanaan pelaksanaan dan
pengendalian proyek item pekerjaan harus disusun dan dikelompokan mulai dari
item pekerjaan yang dikerjakan mulai awal dilaksanakan sampai kegiatan paling
akhir dilaksanakan, dalam pembuatan WBS membutuhkan data berupa gambar
rencana proyek sebagai acuan penyusunan WBS. Berikut merupakan WBS proyek
pembangunan Gedung Rawat Inap RS. Lavalette Malang,
Tabel 1.1 WBS proyek pembangunan Gedung Rawat Inap RS. Lavalette
Malang
Pekerjaan Sipil dan Arsitektural
I. Pekerjaan Persipan
1 Pembersihan lokasi
Uizet / Pasang bowplank
Direksi Keet
Pasang pagar sementara
Gudang alat dan bahan
Rumah Jaga

II. Pekerjaan Tanah


1 Galian tanah basemant
2 Galian tanah pondasi batu kali
3 Galian tanah pile cap
4 Galian pile cap dia. 50 cm
5 Galian pile cap dia. 60 cm
6 Galian pile cap dia. 80 cm
7 Galian ground tank
8 Galian sloof
9 Urugan tanah kembali pondasi batu kali
10 Urugan tanah kembali pile cap
11 Urugan pasir pondasi batu kali
12 Urugan pasir pile cap
13 Urug pasir bawah lantai basemant
14 Urug pasir bawah ground tank
15 Urug pasir bawah sloof
16 Urug pasir bawah lantai
III. Pekerjaan Pasangan
1 Pek. Anstamping
2 Pek. Pondasi Batukali 1 : 6
3 Pasangan bata 1: 6
4 Plesteran 1 : 6
5 Acian
6 Benangan Sudut

IV. Pekerjaan Beton


1 Pondasi pile cap dia. 50 cm - K300
2 Pondasi pile cap dia. 60 cm - K300
3 Pondasi pile cap dia. 80 cm - K300
4 Beton Rabat Pile Cap
5 Beton Rabat Entrance Lab. t = 5 cm
6 Beton Rabat Lantai basement Lab. t = 5 cm
7 Beton Rabat Tandon air kotor
8 Beton Rabat Tandon air bersih
9 Beton Rabat Sloof
10 Beton Plat Entrance Lab. t = 15 cm - K250
11 Pile Cap 300x300 (P1) - K350
12 Pile Cap 300x300 (P2) - K350
13 Pile Cap 450x600 (P3) - K350
14 Pile Cap 200x200 (P4) - K350
15 Pile Cap 250x500 (P5) - K350
16 Pile Cap 150x150 (P6) - K350
17 Balok Basement BBS (30/60) - K350
18 Balok BBW (30/40) - K350
19 Balok BSLOOF (30/40) - K350
20 Balok B1 (40/75) - K300
21 Balok B2 (30/60) - K300
22 Balok B3 (30/50) - K300
23 Balok B4 (25/40) - K300
24 Balok B5 (20/30) - K300
25 Balok B6 (25/40) - K300
26 Balok Tandon B5 (20/30) - K300
27 Shearwall t =20 cm - K300
28 Plat Basement t = 30 cm - K350
29 Plat Dinding Basement t = 25 cm - K350
30 Plat Lantai t = 12 cm - K300
31 Kolom K1A (70/70) - K300
32 Kolom K1B (40/40) - K300
33 Kolom K2A (40/60) - K300
34 Kolom K2B (40/40) - K300
35 Kolom K3 (30/30) - K300
36 Kolom BA1 (30/50) - K300
37 Kolom BA2 (20/30) - K300
38 Kolom praktis (12/12) - K200
39 Kolom entrance KE (25/100) - K300
40 Balok Tangga Darurat (25/40) - K300
41 Balok Tangga Darurat (20/30) - K300
42 Balok Tangga Utama (25/40) - K300
43 Beton Plat Tangga Luar t = 15 cm - K300
44 Beton Plat Tangga Luar t = 12 cm - K300
45 Beton Plat Tangga Utama t = 15 cm - K300
46 Beton Sloof tangga (15/30) - K300

V. Pekerjaan Atap
1 Rangka Baja û ë 60.60.6
2 Gording C 150.75.20.4,5
3 Genteng
4 Angkur d 3/4"

VI. Pekerjaan Lantai


1 Lantai Granit 60x60 Polished
2 Ker. lantai 40x40 Unpolished
3 Ker. lantai Km / Wc 20 x 20 Unpolished
4 Ker. dinding Km / Wc 20 x 40
5 Ker. Dinding dapur 20 x 20

VI. Pekerjaan Kusen, Pintu dan Jendela


1 Kusen alumunium 4"
2 Kusen alumunium 3"
3 Pintu double multiplek 6 mm rangka kayu kamper
4 Kaca bening 5 mm
5 Kaca bening 8 mm
6 Handle Pintu Kupu Tarung
7 Grendel tanam Pintu Kupu Tarung
8 Engsel Pintu
9 Engsel Jendela
10 Kait angina
11 Kusen alumunium 4"
VII. Pekerjaan Sanitasi
1 Instalasi air bersih pipa PVC Ø 1 " AW
2 Instalasi air bersih pipa PVC Ø 3/4 " AW
3 Instalasi air bersih pipa PVC Ø 1/2 " AW
4 Instalasi air kotoran padat pipa PVC Ø 4 " AW
5 Instalasi air buangan pipa PVC Ø 2" AW
6 Instalasi air buangan pipa PVC Ø 3 " AW
7 Talang tegak PVC Ø 2 " AW
8 Kloset Duduk
9 Urinoir Lengkap
10 Wastafel
11 Floor drain
12 Roof Drain
13 Bak control
14 Instalasi air bersih pipa PVC Ø 1 " AW
15 Instalasi air bersih pipa PVC Ø 3/4 " AW

VIII. Pekerjaan Plafond


1 Rangka & plafon gypsum rangka metal furing
2 List gypsum
3 Partisi double gypsum

IX. Pekerjaan Pengecatan


1 Cat tembok eksterior
2 Cat tembok interior
6. Penyusunan Strategi dan Metode Pelaksanaan
Pada pelaksanaan suatu proyek, perlu menentukan dan mengatur langkah-
langkah kerja setiap jenis pekerjaan dari awal hingga siapnya pekerjaan tersebut.
Hal ini menyangkut dengan penentuan rencana kerja yang disusun berdasarkan
jenis dan volume pekerjaan. Penyusunan metode pelaksanaan pada proyek ini
bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan di lapangan, sehingga pelaksanaan
pekerjaan dapat terarah, efektif serta terperinci dengan jelas penggunaan sumber
daya yang digunakan sehingga dapat terlaksana dengan tepat waktu, mutu dan
biaya.
Strategi pelaksanaan proyek yaitu merupakan pendekatan secara keseluruhan
yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksesukusi sebuah
aktivitas dalam kurun waktu tertentu dalam pekerjaan proyek konstruksi. Strategi
pelaksanaan pada suatu proyek lebih cenderung dalam pemilihan metode
pelaksanaan yang direncanakan untuk pelaksanaan proyek untuk mencapai tujuan
proyek. Dalam pelaksanaan pembangunan sebuah gedung ada beberapa strategi
umum yang bisa dipakai dalam pelaksanaannya, yaitu jika ditinjau berdasarkan
arah kerjanya dapat menggunakan strategi bottom up (konvensional), top-down
dan semi top-down. Dalam pembangunan Gedung Rawat Inap RS. Lavalette
Malang ini menggunakan metode bottom-up dan zoning area.
Metode bottom-up adalah metode pembangunan gedung yang dimulai dari
bawah menuju ke atas. Kelebihan dari sistem ini yaitu sumber daya manusia yang
terlatih sudah banyak, tidak memerlukan teknologi yang tinggi, dan teknik metode
pelaksanaannya sudah banyak dikuasai sehingga bisa mempercepat proses
pengerjaan. Berikut adalah metode pelaksanaan untuk pembangunan gedung
rawat inap RS. Lavalette Malang:

6.1 Pekerjaan Persiapan


Pada pekerjaan ada beberapa item pekerjaan yang dilakukan yaitu pekerjaan
pembersihan dan pekerjaan Euitzet Bowplank yang dimana dalam pekerjaan
persiapan tersebut agar pelakasanaan pekerjaan dapat terlaksana dengan
baik. Berikut jenis jenis pekerjaan persiapan antara lain :
1. Metode pekerjaan pembersihan
a. Sebagai langka awal pelaksanaan pekerjaan, pihak kontraktor
membersiahakan lokasi pembangunan dari hal-hal yang dapat
memperlambat pelaksanaan.
b. Penebangan pohon harus tuntas sampai akar.
c. Permukaan tanah harus diratakan untuk mempermudah pelaksanaan.
d. Dalam pelaksaan pembersihan dan perataan bisa menggunakan alat
berat doser atau juga tenaga manusia dengan alat sederhana.
Sumber daya yang digunakan :
 Material : tidak ada
 Tenaga : pekerja, tukang kayu
 Alat : kereta dorong, sewa pickup
2. Metode pekerjaan Euittzet Bouwplank
a. Sebelum mengadakan pengkuran As bangunan proyek dengan
bantuan gambar denah maka ditentukan titik duga lantai bangunan dan
pengukuran konidisi lapangan dengan menggunakan Theodolit dan
waterpass sehingga dapat ditentukan titik As bangunan.
b. Berdasarkan hasil pengukuran dilakukan pemasangan papan
bouwplank dengan menggunakan kayu meranti ukuran 5/7 dan papan
meranti 2/20. Pemasangan bowplank dilakukan sekeliling proyek
bangunan dengan jarak 2m dari as bangunan paling luar.
c. As bangunan ditandai dengan mencapkan paku di papan bowplank
dan bagian dalam papan bowplank diberi tanda dengan cat.
d. Tinggi bowplank sama dengan titik nol, siku bangunan diukur dengan
alat ukur Theodolit supaya tepat, sedangkan jarak datar maupun
vertikal diukur dengan meteran jenis plat.
Sumber daya yang digunakan :
1) Material : kayu meranti ukuran 5/7 dan papan meranti 2/20 dan cat
2) Tenaga : pekerja, tukang kayu dan kepala tukang kayu
3) Alat : gerobak, palu paku, sabit, meteran, siku, gergaji, sekrop, tali.
6.2 Strategi dan Metode Pelaksanaan Pile Cap
Strategi dan Metode Pelaksanaan Pile Cap di perlukan pengawasan
yang ketat karena pondasi merupakan salah satu penompang dari bangunan
supaya berdiri dengan kuat. Berikut adalah diagram alir pelaksanaan Pile
Cap :

START

Persetujuan gambar yang


telah diajukan ke konsultan
pengawas

NO
Ok ? Revisi

OK

Lantai kerja

Pembesian

Bekisting

NO
Check oleh Revisi
pengawas

OK
Pengecoran Curing FINISH

Gambar 1.5 Flow Chart Pekerjaan Pile Cap


Tabel 1.2 Strategi Pekerjaan Pile Cap

Pekerjaan Detail Pekerjaan Material & Alat Tenaga Kerja


Ukuran Pile Cap Pasang begisting Batako, semen, Tk.batu : 4 org
(Satuan Meter) bataton = 7 hari pasir, air, benang, Pekerja : 2 org
P1 = 3 x 3 x 1 Pas.bataton/hari = sendok spesi,
P2 = 3 x 3 x 1 27/7 hari = 3.8 titik/hr meteran, kaleng
P3 = 4.5 x 6 x 1 Pembesian = 9 hari Tulangan pokok besi Tk.besi : 2 org
P4 = 2 x 2 x 1 Pembesia/hari = Ø 25, Pekerja : 4 org
P5 = 2.5 x 5 x 1 27/9 hari = 3 titik/hr Tulangan bagi besi Ø
16, kakak tua, bar
Direncanakan = bending, bar cuting
12 hari
Cor pile cap = 2 hari Ready mix kap. 7m3 Pekerja : 5 org
27/2 hari = 13.5 tk/hr = 3 unit
Volum/tk = 1.9 m3 Ready mix kap. 5m3
Volum/hari= 13.5 x = 1 unit
1.9 = 25.65 m3 / hr Concreate pump,
vibrator

Start

Finish

Gambar 1.6 Arah Pekerjaan Pile Cap


a. Pekerjaan pile cap diawali dengan pekerjaan persiapan, yaitu menentukan
as pile cap dengan menggunakan theodolit dan waterpass berdasarkan
shop drawing yang dilanjutkan dengan pemasangan patok as pile cap.
b. Pekerjaan galian, kedalaman penggalian disesuaikan dengan dimensi pile
cap, yaitu 3m x 3m x 1m.
c. Pekerjaan urugan pasir setebal 5 cm dilanjutkan dengan pekerjaan lantai
kerja setebal 10 cm. Kemudian pekerjaan bekisting dengan batako putih
dilakukan setelahnya.
d. Penulangan pile cap dikerjakan berdasarkan spesifikasi dan gambar
rencana.
e. Sebelum dilakukan pengecoran, tanah di sekitar bekisting ditimbun
kembali untuk menahan beban pengecoran dan meratakan kondisi tanah
seperti semula.
f. Setelah semua persiapan sudah matang, maka dapat dilakukan
pengecoran pada pile cap. Pengecoran menggunakan beton K-350
dengan nilai slump 12 cm.

Gambar 1.7 Pengecoran Pile Cap


6.3 Srategi dan Metode Pelaksanaan Pondasi Batu kali
a. Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Pasang benang pada sisi luar profil untuk setiap beda tinggi 25 cm dari
permukaan urugan pasir.
Profil
Pondasi
Benang As -
pasangan

Tebing
Galian
Benang Pelurus
Pasangan

Gambar 1.8 Pemasangan Benang as dan Profil Pondasi

c. Siapkan adukan untuk melekatkan batu-batu tersebut.


d. Susun batu-batu diatas lapisan pasir urug tanpa adukan dengan tinggi 20
cm dan isikan pasir dalam celah-celah batu tersebut sehingga tak ada
rongga antar batu kemudian siramlah pasangan batu kosong tersebut
dengan air supaya pasir bisa masuk kedalam rongga.

Gambar 1.9 Potongan Pondasi Batu Kali


e. Naikkan benang pada 25 cm berikutnya dan pasang batu kali dengan
adukan, sesuai ketinggian benang. Usahakan bidang luar pasangan
tersebut rata.
f. Sediakan tempat untuk lubang-lubang stek kolom dan keperluan-
keperluan lain.
g. Cor stek-stek kolom tersebut dan rapikan pondasinya.

Gambar 1.10 Potongan Pondasi Batu Kali


h. Setelah pasangan mengeras, bagian pinggir/sisi pondasi diurug kembali.
6.4 Strategi dan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Kolom

MULAI

Penentuan As Kolom

Perakitan Bekisting Perakitan Besi Kolom

Pasang Besi Kolom

Pasang Bekisting
No

No

Cek Bekisting & Besi

Yes

Cor

Pembongkaran
Bekisitng

Perawatan Beton

SELESAI

Gambar 1.11 : Flow Chart Pekerjaan Kolom


Tabel 1.3 Strategi Pekerjaan Kolom

Pekerjaan Detail Pekerjaan Material & Alat Tenaga Kerja


K1A = 7 titik Marking titik kolom Kayu usuk 5/7 Surveyor:1org
K1B = 36 titik = 7 hari benang, hammer, Pekerja: 3 org
K2A = 17 titik theodolit, roll meter,
K2B = 142 titik rambu ukur
K3 = 42 titik Pasang tulangan = Bar bending, bar Mandor :1 org
BA1 = 12 titik 41 hr cutting, catut, Kepala tukang : 1
Pasang tul. 256/41 meteran, mobile org
Total 256 titik = 6.2 titik/hr crane, besi, bendrat Tukang: 8 org
Pekerja:15 org
Direncanakan Pasang bekisting = Multiplex 12mm, Mandor :2 org
= 11 hari 52 hari katu usuk 5/7, paku, Kepala tukang : 2
Pas. Bekisting = palu, gergaji, catut, org
256/52 = 4.9 meteran, support Tukang: 8 org
titik/hr Pekerja:15 org
Cor kolom = 8 hari Ready mix kap 7m3= Mandor :1 org
256/8 = 32 titik/hr 3 alat Pekerja: 8 oramg
Volume kolom Ready mix kap 5m3=
Total = 177.65 m3 1 alat , concreate
pump, vibrator, pipa
Pengecoran = tremi
177.65/8 =
22.2 m3/hr
Bongkar bekisting Palu, linggis, mobile Mandor :1 org
carne Kepala tukang : 2
org
Tukang: 8 org
Pekerja:15 org
Start Finsh

Gambar 1.12 Pembagian Zona dan Arah Pekerjaan Kolom


Metode pelaksanaan pekerjaan kolom adalah sebagagai berikut :
1. Penentuan As kolom
Titik-titik dari as kolom diperoleh dari hasil pengukuran dan pematokan.
Hal ini disesuaikan dengan gambar yang telah direncanakan. Cara
menentukan as kolom membutuhkan alat-alat seperti: theodolit, meteran,
tinta, sipatan dan lain-lain. Proses pelaksanaan:
a. Penentuan as kolom dengan Theodolit dan waterpass berdasarkan shop
drawing dengan menggunakan acuan yang telah ditentukan bersama.
b. Buat as kolom dari garis pinjaman.
c. Pemasangan patok as bangunan/kolom (tanda berupa garis dari sipatan).
2. Pembesian kolom
a. Pembesian atau perakitan tulangan kolom adalah precast atau
dikerjakan di tempat lain yang lebih aman
b. Perakitan tulangan kolom harus sesuai dengan gambar kerja.
c. Selanjutnya adalah pemasangan tulangan utama. Sebelum pemasangan
sengkang, terlebih dahulu dibuat tanda pada tulangan utama dengan
kapur
d. Selanjutnya adalah pemasangan sengkang, setiap pertemuan antara
tulangan utama dan sengkang diikat oleh kawat dengan sistem silang.
e. Setelah tulangan selesai dirakit, untuk besi tulangan precast diangkut
dengan menggunakan Tower Crane ke lokasi yang akan dipasang.
f. Setelah besi terpasang pada posisinya dan cukup kaku, lalu dipasang
beton deking sesuai ketentuan. Beton deking ini berfungsi sebagai
selimut beton.

Gambar 1.13 Pembesian Kolom


3. Pemasangan Bekisting Kolom
Pemasangan bekisting kolom dilaksanakan apabila pelaksanaan pembesian
tulangan telah selesai dilaksanakan. Berikut ini adalah uraian singkat
mengenai proses pembuatan bekisting kolom.
a. Bersihkan area kolom dan marking posisi bekisting kolom.
b. Membuat garis pinjaman dengan menggunakan sipatan dari as kolom
sebelumnya sampai dengan kolom berikutnya dengan berjarak 100 cm
dari masing-masing as kolom.
c. Setelah mendapat garis pinjaman, lalu buat tanda kolom pada lantai
sesuai dengan dimensi kolom yang akan dibuat, tanda ini berfungsi
sebagai acuan dalam penempatan bekisting kolom.
d. Atur kelurusan bekisting kolom dengan memutar push pull.
e. Setelah tahapan di atas dikerjakan, maka kolom tersebut siap dicor.

Gambar 1.14 Bekisting Kolom


4. Pengecoran kolom
Langkah kerja pekerjaan pengecoran kolom adalah sebagai berikut:
a. Persiapan pengecoran, sebelum dilaksanakan pengecoran, kolom yang
akan dicor harus benar-benar bersih dari kotoran agar tidak
membahayakan konstruksi dan menghindari kerusakan beton.
b. Pelaksanaan pengecoran, penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal
ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan
agregat yang dapat mengurangi mutu beton. Selama proses pengecoran
berlangsung, pemadatan beton menggunakan vibrator. Hal tersebut
dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga udara serta untuk
mencapai pemadatan yang maksimal.
Gambar 1.15 Pengecoran Kolom
5. Pembongkaran bekisting kolom
Setelah pengecoran selesai maka dapat dilakukan pembongkaran bekisting.
Proses pembongkarannya adalah sebagai berikut:
a. Setelah beton mencapai umur, maka bekisting kolom sudah dapat
dibongkar.
b. Pertama-tama, plywood dipukul-pukul dengan menggunakan palu agar
lekatan beton pada plywood dapat terlepas.
c. Kendorkan push pull (penyangga bekisting), lalu lepas push pull.
d. Kendorkan baut-baut yang ada pada bekisting kolom, sehingga
rangkaian/panel bekisting terlepas.
e. Panel bekisting yang telah terlepas, atau setelah dibongkar segera
diangkat dengan tower crane ke lokasi pabrikasi awal.
6. Perawatan Beton Kolom
Perawatan beton kolom setelah pengecoran adalah dengan sistem kompon
yaitu dengan disiram 3 kali sehari selama 3 hari.
6.5 Strategi dan Metode Pelaksanaan Pekerjaan Balok dan Plat
Pada pelaksanaan pekerjaan balok dan plat ini perlu dilakukan pengawasan
dari awal penentuan titik As balok dan plat hingga sampai tahap pengecoran
selesai. Berikut adalah diagram alir metode dan strategi pelaksanaan balok dan
plat:

MULAI

Penentuan As Balok dan Plat

Pabrikasi Perancah Pabrikasi Tulangan

Pabrikasi Bekisting Balok dan Plat

Pemasangan Pembesian Balok, Decking dan Pemasangan Pipa

Pemasangan Tulangan Plat dan Decking

Pemberian Batas Pengecoran dan Oil Form

Pengecoran Balok dan Plat

Perawatan Beton

Pembongkaran Bekisting

SELESAI

Gambar 1.16 : Flow Chart Pekerjaan Balok dan Plat


Tabel 1.4 Strategi Pelaksanaan Pekrjaan Balok dan Plat

Pekerjaan Detail Pekerjaan Material & Alat Tenaga Kerja


Balok & Plat Pasang perancah Kayu, besi penyangga, Mandor :1 org
direncankan balok dan pelat = 6 paku, balok kayu, play Kepala tukang : 2
21 hari hari wood 12mm, palu, org
catut, bar cutting, Tukang: 8 org
B.Sloof = scafolding set, joint Pekerja:15 org
30/40 pin, jack base & u-
B.BBW = head, cross brace,
30/40 meteran, gergaji
B1= 40/75
B2= 30/60 Pasang bekisting = 5 Gergaji, palu, catut, Mandor :1 org
B3= 30/50 hari meteran, support, Kepala tukang : 2
B4= 25/40 multiplex 12mm, kayu org
usuk 5/7 Tukang: 8 org
Tebal plat = Pekerja:15 org
12 cm
Pembesian = 4 hari Bar bending, bar Mandor :1 org
cutting, catut, Kepala tukang : 1
meteran, mobile org
crane, besi, blendrat Tukang: 8 org
Pekerja:15 org

Cor balok dan pelat Ready mix kap 7m3 Mandor :1 org
=3 hari , concreate pump, Pekerja: 15 orang
vibrator, pipa tremi
Bongkar bekisting Palu, linggis Mandor :1 org
balok & pelat 2 = Kepala tukang : 2
hari org
Tukang: 8 org
Pekerja:15 org
Start Finsh

Gambar 1.17 Zoning Area dan Arah Pekerjaan Balok dan Plat
Pekerjaan balok dilaksanakan setelah pekerjaan kolom telah selesai
dikerjakan. Semua perkerjaan balok dan pelat dilakukan langsung di lokasi yang
direncanakan, mulai dari pembesian, pemasangan bekisting, pengecoran sampai
perawatan.
1. Tahap Persiapan
a. Pekerjaan Pengukuran, bertujuan untuk memastikan kerataan
ketinggian balok dan pelat. Pada pekerjaan ini digunakan pesawat ukur
theodolithe.
b. Pembuatan Bekisting balok dan pelat dilaksanakan secara bersamaan.
Pembuatan panel bekisting balok harus sesuai dengan gambar kerja.
Dalam pemotongan plywood harus cermat dan teliti sehingga hasil
akhirnya sesuai dengan luasan pelat atau balok yang akan dibuat.
Pekerjaan balok dilakukan langsung di lokasi dengan mempersiapkan
material utama antara lain: kaso 5/7, balok kayu 6/12, papan plywood.
c. Pabrikasi besi untuk balok, pemotongan dan pembengkokan besi
dengan bar cutter dan bar bending. Pembesian balok yang dilakukan
dengan sistem pabrikasi di los besi dan ada yang dirakit di atas
bekisting yang sudah jadi. Sedangkan pembesian plat di lakukan
dilakukan di atas bekisting yang sudah jadi.
2. Pembegistingan balok
a. Scaffolding dengan masing – masing jarak 100 cm disusun berjajar
sesuai dengan kebutuhan di lapangan, baik untuk bekisting balok
maupun pelat.
b. Memperhitungkan ketinggian scaffolding balok dengan mengatur base
jack atau U-head jack.
c. Pada U-head dipasang balok kayu ( girder ) 6/12 sejajar dengan arah
cross brace dan di atas girder dipasang balok suri tiap jarak 50 cm
(kayu 5/7) dengan arah melintangnya, kemudian dipasang pasangan
plywood sebagai alas base.
d. Setelah itu, dipasang dinding bekisting balok dan dikunci dengan siku
yang dipasang di atas suri-suri.
3. Pembekistingan pelat
a. Scaffolding disusun berjajar bersamaan dengan scaffolding untuk balok.
Karena posisi pelat lebih tinggi daripada balok maka Scaffolding untuk
pelat lebih tinggi daripada balok dan diperlukan main frame tambahan
dengan menggunakan Joint pin. Perhitungkan ketinggian scaffolding
pelat dengan mengatur base jack dan U-head jack nya.
b. Pada U-head dipasang balok kayu (girder) 6/12 sejajar dengan arah
cross brace dan di atas girder dipasang suri-suri dengan arah
melintangnya.
c. Kemudian dipasang plywood sebagai alas pelat. Pasang juga dinding
untuk tepi pada pelat dan dijepit menggunakan siku. Plywood dipasang
serapat mungkin, sehingga tidak terdapat rongga yang dapat
menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran
d. Semua bekisting rapat terpasang, sebaiknya diolesi dengan solar
sebagai pelumas agar beton tidak menempel pada bekisting, sehingga
dapat mempermudah dalam pekerjaan pembongkaran dan bekisting
masih dalam kondisi layak pakai untuk pekerjaan berikutnya.

Gambar 1.18 Pemasangan bekisting Plat


4. Pengecekan
Setelah pemasangan bekisting balok dan pelat dianggap selesai selanjutnya
pengecekan tinggi level pada bekisting balok dan pelat dengan waterpass,
jika sudah selesai maka bekisting untuk balok dan pelat sudah siap.
5. Pembesian balok
a. Untuk Pembesian balok pada awalnya dilakukan pabrikasi di los besi
kemudian diangkat ke lokasi yang akan dipasang.
b. Besi tulangan balok yang sudah diangkat lalu diletakkan di atas
bekisting balok dan ujung besi balok dimasukkan ke kolom.
c. Pasang beton decking untuk jarak selimut beton pada alas dan samping
balok lalu diikat.
6. Pembesian pelat
Setelah tulangan balok terpasang, selanjutnya adalah tahap pembesian
pelat, antara lain :
a. Pembesian pelat dilakukan langsung di atas bekisting pelat yang sudah
siap. Besi tulangan diangkat menggunakan tower crane dan dipasang di
atas bekisting pelat.
b. Rakit pembesian dengan tulangan bawah terlebih dahulu. Kemudian
pasang tulangan ukuran tulangan selanjutnya secara menyilang dan
diikat menggunakan kawat ikat.Letakkan beton deking antara tulangan
bawah pelat dan bekisting alas pelat.
7. Pembongkaran Bekisting
Pembongkaran bekisting pelat dilakukan setelah 4 hari pengecoran
sedangkan untuk balok pembongkaran bekisting dilakukan 7 hari setelah
pengecoran. Setelah bekisting di bongkar kemudian dipasang sapot
sebagai penunjang pelat dan beban diatasnya.
8. Proses Pengecoran Pelat lantai dan Balok
Pengecoran pelat dilaksanakan bersamaan dengan pengecoran balok..
Peralatan pendukung untuk pekerjaan pengecoran balok diantaranya yaitu :
bucket, truck mixer, vibrator, lampu kerja, papan perata. Adapun proses
pengecoran pelat sebagai contoh pengamatan yaitu sebagai berikut:
a. Setelah mendapatkan Ijin pengecoran disetujui, engineer menghubungi
pihak beaching plan untuk mengecor sesuai dengan mutu dan volume
yang dibutuhkan di lapangan.
b. Pembersihan ulang area yang akan dicor dengan menggunakan air
compressor sampai benar – benar bersih dan setelah Truck Mixer tiba
di proyek
c. Bucket dipersiapkan sebelumnya kemudian di siram air untuk
membersihkan bucket dari debu-debu atau sisa pengecoran
sebelumnya. Selanjutnya mempersiapkan satu keranjang dorong untuk
mengambil sampel dan test slump yang diawasi oleh engineer dan
pihak pengawas. Setelah dinyatakan OK, pengecoran siap
dilaksanakan
Gambar 1.19 Pengecoran Balok dan Pelat
d. Sampel benda uji diambil bersamaan selama pengecoran berlangsung,
diambil Beton yang keluar dari truk kemudian dituang ke bucket lalu
bucket diangkut dengan TC.
e. Setelah bucket sampai pada tempat yang akan dicor, petugas bucket
membuka katup bucket untuk mengeluarkan beton segar ke area
pengecoran.
f. Kemudian pekerja cor meratakan beton segar tersebut ke bagian balok
terlebih dahulu selanjutnya untuk plat diratakn oleh scrub secara
manual lalu check level dengan waterpass.1 pekerja vibrator
memasukan alat kedalam adukan kurang lebih 5-10 menit di setiap
bagian yang dicor. Pemadatan tersebut bertujuan untuk mencegah
terjadinya rongga udara pada beton yang akan mengurangi kualitas
beton.
g. Setelah dipastikan balok dan pelat telah terisi beton semua, permukaan
beton segar tersebut diratakan dengan menggunakan balok kayu yang
panjang dengan memperhatikan batas ketebalan pelat yang telah
ditentukan sebelumnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar
h. Pekerjaan ini dilakukan berulang sampai beton memenuhi area cor
yang telah ditentukan, idealnya waktu pengecoran dilakukan 6 sampai
8 jam.
6.6 Strategi dan Metode Pelaksanaan Tangga
Pelaksanaan tangga direncanakan mengguatkan tangga beton, berikut
flowchart pekerjaan tangga :

Mulai

Peninjauan Gambar , Survey dan Persiapan Penulangan


Persiapan Bekisting
Marking

No
Cek Revisi

Yes

Penulangan / Pembesian Tangga Fabrikasi Penulangan

No
Cek Revisi

Yes
Fabrikasi Bekisting Bekisting

No
Cek Revisi

Yes

Pengecoran

Curing

Selesai

Gambar 1.20. Flow Chart pekerjaan tangga


Untuk metode pelaksanaan pekerjaan tangga adalah sebagai berikut:
1. Pemasangan bekisting tangga hingga bordes yang ditumpu oleh peranca
dengan ketinggian sesuai elevasi.

Gambar 1.21. Bekisting tangga


2. Pembesian tangga

Gambar 1.22. Pembesian tangga


3. Pengecoran tangga
Pengecoran tangga dilakukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan
gambar rencana.

Gambar 1.23. Pengeoran Tangga


6.7 Strategi dan Metode Pelaksanaan Dinding
Pekerjaan dinding dilaksanakan dengan menggunakan pasangan batu bata
Ukuran bata biasa 220 mm x120 mm x 50 mm dengan campuran trassram 1 Pc : 3
Ps dengan ketinggian 100 cm, sedangkan campuran dinding biasa dengan
campuran
1 Pc : 5 Ps di seluruh lantai. Pasangan batu merah rollag dilaksanakan dengan
campuran 1 Pc : 3 Ps. Adapun urutan pelaksanaannya dijelaskan pada gambar di
bawah ini :

Mulai

Pengadaan Bahan atau Material


Bata Merah,Semen dan Pasir .

No
Cek Kembalikan

Yes

Marking dengan
benangan

No
Cek Perbaiki

Yes
Pasangan Batu
Bata

Selesai

Gambar 1.24. Flowchart Pasangan Dinding


Berikut ini metode pemasangan dinding bata :
1. Rencana posisi pasangan bata sesuai shop drawing.
2. Buat tiang kayu / profilan pada kolom-kolom struktur dengan posisi seperti
gambar di bawah ini.

Profil Kayu
a. profil kayu harus lurus dan di serut
pada keempat sisinya
b. cek posisi ketegakkan kayu dengan
waterpasss
Batu
bata c. buat skala pada profil yang
terpasang tersebut
d. ketinggian / skala antar profil
harus sama
e. profil kayu harus kuat / tidak
boleh bergeser selama pekerjaan
pemasangan bata berlangsung.

3. Hubungan skala pada profil tersebut yang sama elevasinya diusahakan jarak
antara skala setiap kelipatann 3 lapis bata.

6.8 Strategi dan Metode Pekerjaan Plesteran


Pekerjaan plesteran dipakai perekat semen Portland sesuai pekerjaan
pasangan / beton tersebut di atas dan pengisi pasir pasang dengan campuran 1 Pc :
6 Ps. Pelaksanaan segera setelah pasangan bata mengering, tebal lapisan maksimal
1,5 cm, selalu menggunakan pedoman tegak dan datar (straight dan level),
sehingga didapat permukaan yang rata lurus dan tegak tidak bergelombang, dan
pengadukan harus dilaksanakan secara homogen, sebelum pekerjaan benangan
sudut dilaksanakan maka permukaan dinding yang akan dibenangi harus dibasahi
terlebih dahulu.
Adapun flowchart kegiatan sebagai berikut :

Pasang kepalaan lebar 5


Mulai sm jarak 1 m'

Perbaiki
Basahi permukaan Cek kepalaan
dinding sampai jenuh

Plester bidang diatara


Pasang tarikan benang kepalaan, ratakan &
vertikal &horizontal padatkan
kepala plesteran
Perbaiki
Perbaiki Cek Plesteran
Check Tidak
tarikan
benang Acian dinding

Ya
A Selesai

Gambar 1.25. Flowchart Plesteran

Langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan plesteran sebagai berikut :


1. Membasahi permukaan pasangan dinding dengan air sampai dinding jenuh
terhadap air.
2. Memasang benang acuan arah horizontal maupun arah vertical serta
dilakukan pengecekan ulang apakah sesuai ketebalan rencana.
3. Memasang kepalaan dengan lebar 5 cm jarak tiap 1 meter serta melakukan
ketebalan kepalaan yang menjadi acuan.
4. Plester bidang diantara kepalaan dengan ketebalan sesuai kepalaan acuan
sehingga plesteran rata ketebalanya dengan kepalaan.
5. Ratakan plesteran dengan jidar alumunium
6. Ratakan plester dengan jidar kayu
7. Lakukan pekerjaan acian
8. Ratakan permukaan acian dengan kertas semen

Gambar 1.26 Perataan acian

6.9 Strategi dan Metode Pekerjaan Plumbing


1. Persiapan
a. Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan pemipaan
instalasi air bersih dan air kotor.
b. Approval material yang akan digunakan.
c. Persiapan lahan kerja.
d. Sebelum pekerjaan dilaksanakan, terlebih dahulu material kerja dan alat
bantu kerja disiapkan.
2. Pekerjaan pemasangan pompa dan tangki air
a. Pemasangan package booster pump (pararel 3 pompa), kapasitas 120
ltr/mnt berikut accesoriesnya.
b. Pemasangan roof tank modular sistem bahan FRP, kapasitas evektive 8
m3.
3. Pekerjaan instalasi plumbing air bersih
a. Tentukan dan beri tanda jalur instalasi dan titik outletnya.
b. Pasang pipa PVC kelas AW (diameter sesuai gambar kerja) beserta gate
valve, fitting dan accessories lainnya sesuai dengan tanda yang sudah
dibuat.
c. Untuk pipa yang melintasi lantai (terutama lantai dasar, maka
kedalaman pipa harus cukup, minimal 50 cm supaya tidak mudah
pecah.
d. Pipa yang akan disambung, bagian ujungnya harus dibersihkan
dengan ampelas supaya sambungan dapat lengket dengan kuat.
e. Khusus untuk sambungan ke sanitary (kran), pipa diberi soket draat luar
dan diberi lapisan seal tape baru disambungkan ke alat sanitair.
4. Pekerjaan instalasi plumbing air kotor, air bekas dan vent
a. Pipa air kotor menggunakan pipas PVC kelas AW yang tahan terhadap
tekanan 10 bar, penyambungan pipa menggunakan lem PVC yang kuat
sehingga tidak mudah bocor.
b. Tentukan dan beri tanda jalur instalasi dan titik outletnya.
c. Pasang pipa PVC kelas AW (diameter sesuai gambar kerja) beserta gate
valve, fitting dan accessories lainnya sesuai dengan tanda yang sudah
dibuat.
d. Pasangan clean out dan accessories lainnya.
e. Pipa PVC yang horizontal digantung pada plat lantai beton
menggunakan besi siku dan pipa diikat pada besi siku supaya tidak
bergerak saat menerima beban air.
f. Pipa air kotor vertikal ditanam pada dinding, dikerjakan pada saat
dinding belum diplester + aci. Pipa yang ditanam di dinding harus
diklem supaya tidak bergerak saat menerima beban air.
g. Untuk pipa yang melintasi lantai terutama lantai dasar, maka
kedalaman pipa harus cukup, minimal 50 cm supaya tidak mudah pecah.
h. Pipa yang akan disambung, bagian ujungnya harus dibersihkan dengan
ampelas supaya sambungan dapat lengket dengan kuat.
i. Untuk lantai dasar, pipa air hujan diberi bantalan yang cukup kuat agar
sambungan tidak kendor akibat beban air hujan yang dapat
menyebabkan kebocoran.
j. Pemasangan vent out untuk instalasi pipa air kotor padat.
k. Pemasangan roof drain untuk instalasi pipa air hujan. Buat sumur
resapan dan bak kontrol.
5. Testing dan commissioning
a. Sebelum disambung ke sanitair semua pipa plumbing harus di test dulu
dengan menggunakan tekanan hydrostatis sebesar 5 – 8 bar selama 24
jam, dimana pada saat itu tidak boleh ada penurunan tanah.
b. Khusus untuk instalasi air bersih, sebelum digunakan pipa dibersihkan
dahulu (flushing) dari kotoran yang mungkin masih tersisa dalam pipa.
Pembersihan pipa dapat melalui lubang clean out.
c. Sebelum test commissioning terlebih dahulu dilakukan test intern yang
dimaksudkan apabila ada kegagalan fungsi dari instalasi dan peralatan
yang terpasang dapat segera ditanggulangi/diperbaiki.

Gambar 1.27 Pemasangan Instalasi Pipa


d. Test commissioning dari fungsi masing-masing peralatan yang
terpasang.
6.10 Strategi dan Metode Pekerjaan Plafond
1. Persiapan
a. Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan plafond
gypsum dan GRC.
b. Approval material yang akan digunakan.
c. Persiapan lahan kerja.
d. Persiapan material kerja, antara lain : gypsum board GRC board, list
gypsum, hollow 2/4 & 4/4, sekrup gypsum, textile tape, compound, air,
dll.
e. Persiapan alat bantu kerja, antara lain : theodolith, waterpass, meteran,
schafolding, gerinda, gergaji besi, bor screw driver, kape, ampelas,
cutter, selang dan air.
2. Pengukuran dan Penentuan Titik Gantungan Besi Hollow
a. Level/peil plafond diukur dahulu dengan menggunakan theodolith dan
dibantu menggunakan selang air.
b. Untuk mempermudah pemasangan, titik tetap pengukuran dipindahkan
ke dinding atau kolom dengan ketinggian 1 m dari lantai.
3. Pasang Rangka Hollow
a. Setelah posisi peil plafond didapatkan, pekerjaan awal adalah
pemasangan rangka hollow pada bagian tepi untuk memperoleh titik
tetap plofond.
b. Dilanjutkan pemasangan rangka hollow pembagi yang digantung ke plat
beton dengan menggunakan paku beton/penggantung. Perkuatan antara
rangka hollow dengan menggunakan sekrup gypsum.

Gambar 1.28 pemasangan rangka hollow


c. Penempatan jarak rangka hollow maksimum berjarak 60 cm.
d. Setalah semua rangka hollow terpasang, lakukan perataan (leveling)
dengan menggunakan tarikan benang, setelah itu penggantung bisa
dimatikan.
4. Pemasangan plafond gypsum dan GRC
a. Setelah rangka hollow terpasang dengan benar, rata dan kuat serta
instalasi ME sudah terpasang semua, maka lembaran gypsum dan GRC
dapat mulai dipasang.
b. Untuk gypsum dan GRC, pertemuan diatur secara menyilang.
c. Sebelum pemasangan sekrup pastikan bor sekrup disesuaikan benar,
sehingga kepala sekrup hanya masuk sedikit kedalam permukaan
lembaran gypsum dan GRC.
d. Tekan ujung sekrup perlahan ke dalam permukaan lembaran gypsum
dan GRC sebelum menjalankan mesin bor untuk memasukkan sekrup.
e. Sekrup berfungsi sebagai titik perkuatan dipasang pada jarak maksimal
30 cm.
f. Setelah lembaran gypsum dan GRC terpasang semua, cek leveling
permukaan plafond.
5. Finishing plafond gypsum dan GRC
a. Untuk gypsum dan GRC, sambungan antara pertemuan diberi textile
tape dan di compound kemudian digosok dengan ampelas untuk
mendapatkan permukaan yang rata/flat.
b. Tutup semua kepala sekrup dengan compound lalu gosok dengan
ampelas halus.
c. Setelah plafond selesai terpasang, dilanjutkan dengan pemasangan list
plafond gypsum. Untuk List plafond gypsum dipasang pada pertemuan
antara dinding dan plafond dengan perkuatan menggunakan compound
jenis casting + lem.
6.11 Strategi dan Metode Pekerjaan Pintu dan Jendela
Pintu, Kusen dan Jendela merupakan komponen penting dalam
sebuah bangunan, sehingga pelaksanan pekerjaan ini dilapangan
memerlukan metode pelaksanaan yang tepat. Adapun metode pelaksanaan
pekerjaan pintu, kusen dan jendela, adalah sebagai berikut :
1. Persiapan
a. Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan pintu, kusen
dan jendela aluminium.
b. Approval material yang akan digunakan.
c. Persiapan lahan kerja.
d. Persiapan material kerja, antara lain: alumunium kusen, alumunium
frame, hardware, sekrup, fisher, engsel, sealant, baut dynabolt, dll.
e. Persiapan alat bantu kerja, antara lain: cutting well/gerinda, bor, gergaji,
waterpass, meteran, unting-unting, reevet, gun sealant, selang air,
cutter, dll.
2. Pengukuran
a. Lakukan pengecekan dan pengukuran dilapangan untuk opening yang
akan dipasang kusen aluminium apakah sudah sesuai dengan gambar
kerja atau belum.
3. Fabrikasi kusen alumunium
a. Kusen dan frame alumunium difabrikasi di lokasi proyek untuk
memudahkan apabila ada perbaikan.
b. Alumunium dipotong dan di sambung/dirangkai menggunakan sekrup
alvanis.
c. Alumunium yang sudah di fabrikasi di proteksi dengan menggunakan
protection tape (blue sheet) dan diberi tanda untuk memudahkan waktu
pemasangan.
4. Pemasangan kusen alumunium dan frame
a. Kusen alumunium yang telah difabrikasi dipasang setelah kondisi
lapangan siap yaitu pekerjaan plesteran dan acian sudah selesai. Sistem
pemasangan dengan di screw fisher menggunakan fisher S8.

Gambar 1.29 Pemasangan kusen alumunium dan frame


b. Sebelum kusen dimatikan ke dinding, harus dicek dahulu elevasi dan
kesikuan kusen alumunium dengan alat bantu waterpass/unting-unting.
Apabila tidak lurus maka diganjal dengan bahan dari hardboard, sehingga
lebih kuat dan tahan lama.
c. Untuk mencegah kebocoran maka hubungan antara alumunium dengan
dinding di isi silicone sealant.
d. Setelah kusen aluminium terpasang, dilanjutkan dengan pemasangan
frame untuk pintu/jendela, kaca dan hardwere. Frame pintu/jendela
dipasang pada kusen dengan menggunakan penggantung engsel yang
disekrup ke kusen.
e. Pemasangan hardware dikerjakan setelah kondisi lapangan benar-benar
aman dan tidak ada lagi pekerjaan yang dapat merusak kusen dan
alumunium dan daunnya.
5. Proteksi
a. Proteksi plastik (blue sheet) pada bagian kusen alumunium dapat dilepas,
apabila lokasi pekerjaan sudah benar-benar bersih dari kotoran dan tidak
ada lagi pekerjaan yang dapat merusak aluminium tersebut.

6.12 Strategi dan Metode Pekerjaan Keramik


Keramik lantai merupakan material penutup lantai yang banyak digunakan
untuk proyek pembangunan gedung. Setidaknya ada dua hal yang harus
diperhatikan dalam pekerjaan keramik lantai untuk hasil yang baik yaitu kualitas
material keramik tile yang digunakan dan cara pemasangannya.

1. Pertama dilakukan pemeriksaan denah lantai dan pola pemasangan


keramik. Sebaiknya dibuat shop drawing untuk mendapatkan gambar pola
pemasangan keramik lantai yang paling efisien untuk menghindari waste
material yang terlalu banyak akibat ukuran yang tanggung.
2. Dengan shop drawing kita akan dapat mengetahui secara jelas titik awal
pelaksanaan pekerjaan keramik lantai agar nat keramik bertemu dengan
nat keramik ruangan yang lain dan nat keramik pada dinding jika ada.
3. Selanjutnya periksa material keramik yang didatangkan ke lapangan,
apakah tidak pecah, sudah sesuai ukuran, warna, motif / corak dan tipenya
dengan yang diinginkan. Untuk mengetahui jumlah kebutuhan material
keramik yang perlu dipesan.
4. Sebaiknya di atas lantai beton dihamparkan lapisan pasir untuk
mencegah popping up lantai keramik, baru kemudian dilakukan screed
perata lantai jika menggunakan adukan mortar instan / perekat keramik
(tile adhesive) atau langsung adukan spesi jika menggunakan adukan
semen pasir.
5. Pastikan lokasi yang akan dipasang keramik dalam keadaan bersih, screed
sudah kering jika ada, sudah diwaterproofing jika diperlukan, dan tidak
ada instalasi pipa air maupun pipa konduit untuk listrik yang belum
terpasang (jika ada).

Gambar 4130 Pengukuran dan pemasangan keramik lantai

6. Jika keramik dipasang menggunakan perekat adukan spesi semen pasir,


maka keramik harus direndam terlebih dahulu, tetapi jika menggunakan
perekat keramik (tile adhesive) maka keramik tidak perlu direndam
terlebih dahulu.
7. Cek adukan pasangan keramik yang digunakan, apakah campuran air
sesuai dengan yang dipersyaratkan, apakah adukan sudah tercampur rata
dan homogen, dan tidak ada adukan yang menggumpal.
8. Buat kepalaan keramik 2 arah dengan bantuan tarikan benang & spacer /
pembuat jarak nat, cek dengan menggunakan theodolit.
9. Perekat keramik / adukan spesi digelar pada permukaan yang akan
dipasang keramik menggunakan trowel setiap 1 m2 agar adukan spesi
tidak terlanjur kering sebelum keramik dipasang.
10. Pasang keramik & diketok dengan palu karet (untuk memadatkan spesi),
buang kelebihan adukan / tile adhesive yg keluar menggunakan spon / kain
basah secepatnya sebelum kering.
11. Pastikan keramik tidak diinjak selama 24 jam pertama, pasang rambu-
rambu dan marka agar tidak ada yang melewati area yang baru selesai
dipasang keramik lantai.
12. Cek kondisi permukaan keramik lantai untuk memastikan keramik lantai
bebas dari retak dan goresan, serta ketuk permukaan keramik untuk
memastikan tidak ada adukan spesi yang kosong atau kopong.
13. Dilakukan grouting nat keramik minimum 24 jam setelah selesai
pemasangan keramik, tetapi idealnya grouting dilakukan setelah 1 minggu
agar perbaikan kerusakan keramik dan pengecekan dapat dilakukan
terlebih dahulu.
7. Penyusunan Pengendalian Mutu & K3
7.1 Pengendalian Mutu
Perencanaan Pengendalian Mutu Proyek (Quality Control) meliputi cara-
cara pengendalian dengan aktivitas-aktivitas yang dikenal sebagai Standart
Operating Procedure (SOP), dan kriteria penilaian yang mengacu pada Quality
Target (Target Mutu)
7.1.1 Standart Operating Procedure (SOP)
Standart Operating Procedure (SOP) disusun sebagai pedoman
pelaksanaan pekerjaan di lapangan. SOP adalah sebuah persyaratan yang harus
dipenuhi dalam melakukan sesuatu agar sesuai dengan apa yang direncanakan
yang dituangkan dalam bentuk flow chart berisi check list suatu pekerjaan yang
digunakan untuk pengevaluasian dari tahap-tahap pelaksanaan pekerjaan agar
mutu pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan mutu yang direncanakan. Aktivitas
Quality Control mencakup monitoring, meminimalisir masalah, dan
penyimpangan yang tidak perlu. Sebagai contoh, yaitu dalam pekerjaan beton
kolom. Setiap dilaksanakan pengecoran, pihak kontraktor akan membuat minimal
3 benda uji untuk di uji tekan beton dengan umur beton 7 hari, 14 hari, dan 21
hari. Bila uji tekan beton menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan rencana
mutu beton yang disyaratkan, maka pihak kontraktor melalui persetujuan pemilik
proyek berhak menuntut perbaikan pekerjaan kolom kepada supplyer beton.
Penyusunan SOP check list pekerjaan pada proyek ini meliputi :
1. Pemeriksaan Besi Balok
2. Pemeriksaan Besi Kolom
3. Pemeriksaan Besi Plat
4. Pemeriksaan Bekisting
5. Pengendalian Mutu Besi
6. Pengendalian Mutu Beton
1. Pemeriksaan Besi Balok

MULAI

Cek Besi Balok

Cek Jumlah TIDAK SESUAI


Besi
SESUAI Tambah Besi
TIDAK SESUAI
Cek Diameter Besi

Ganti Sesuai Shop SESUAI


Drawing
TIDAK SESUAI
Cek Jarak Antar Besi

Diperbaiki
SESUAI

TIDAK SESUAI
Cek Posisi Tulangan

Diperbaiki
SESUAI
SELESAI

Gambar 1.31 Bagan Alir Pemeriksaan Besi Balok


Penjelasan Flow Chart Pemeriksaan Besi Balok :
a. Saat besi sudah datang ke proyek dari supplier, maka selanjutnya sebelum
besi diturunkan harus melakukan pengecekan pada besi tersebut saat masih
di dalam truk.
b. Melakukan pengecekan terhadap jumlah dan diameter pada besi yang sudah
datang, jika sesuai maka dilanjutkan pada proses pemasangan besi, jika
tidak maka besi harus diganti dengan yang sesuai.
c. Melakukan cek terhadap jarak antar besi dan tulangan saat proses
pengerjaan, harus sesuai dengan gambar rencana yang sudah dibuat.

2. Pemeriksaan Besi Kolom

MULAI

CEK BESI KOLOM

TIDAK SESUAI
CEK JUMLAH
BESI
SESUAI TAMBAH BESI
TIDAK SESUAI
CEK DIAMETER
BESI
GANTI SESUAI SESUAI
SHOP DRAWING
CEK POSISI TIDAK SESUAI
TULANGAN

DIPERBAIKI
SESUAI

SELESAI

Gambar 1.32 Bagan Alir Pemeriksaan Besi Kolom


Penjelasan Flow Chart Pemeriksaan Besi Kolom :
a. Saat besi sudah datang ke proyek dari supplier, maka selanjutnya sebelum
besi diturunkan harus melakukan pengecekan pada besi tersebut saat masih
di dalam truk.
b. Melakukan pengecekan terhadap jumlah dan diameter pada besi yang sudah
datang, jika sesuai maka dilanjutkan pada proses pemasangan besi, jika
tidak maka besi harus diganti dengan yang sesuai.
c. Melakukan cek terhadap jarak antar besi dan tulangan saat proses
pengerjaan, harus sesuai dengan gambar rencana yang sudah dibuat.

3. Pemeriksaan Besi Plat

MULAI

CEK BESI PLAT

TIDAK SESUAI
CEK JARAK

SESUAI DIPERBAIKI
TIDAK SESUAI
CEK DIAMETER
BESI
GANTI SESUAI SESUAI
SHOP DRAWING
TIDAK SESUAI
CEK TERHADAP
OVERLAP
DIPERBAIKI
SESUAI

SELESAI

Gambar 1.33 Bagan Alir Pemeriksaan Besi Plat


Penjelasan Flow Chart Pemeriksaan Besi Plat :
a. Saat besi sudah datang ke proyek dari supplier, maka selanjutnya sebelum
besi diturunkan harus melakukan pengecekan pada besi tersebut saat masih
di dalam truk.
b. Melakukan pengecekan terhadap jumlah dan diameter pada besi yang sudah
datang, jika sesuai maka dilanjutkan pada proses pemasangan besi, jika
tidak maka besi harus diganti dengan yang sesuai.
c. Melakukan cek terhadap jarak antar besi dan tulangan saat proses
pengerjaan, harus sesuai dengan gambar rencana yang sudah dibuat.
4. Pemeriksaan Bekisting

MULAI

CEK BEKISTING

TIDAK SESUAI
CEK TERHADAP
POSISI

SESUAI DIPERBAIKI

TIDAK SESUAI
CEK DIMENSI

GANTI SESUAI SESUAI


SHOP DRAWING
TIDAK SESUAI
CEK TERHADAP
ELEVASI
DIPERBAIKI
SESUAI

SELESAI

Gambar 1.34 Bagan Alir Pemeriksaan Bekisting


Penjelasan Flow Chart Pekerjaan Beskisitng :
a. Untuk pekerjaan bekisiting pada awal harus mengecek posisi bekisting
harus sesuai dengan titik pekerjaan pada gambar rencana, jika sesuai maka
dilanjutkan pada proses untuk cek dimensi bekisting.
b. Jika dimensi bekisting tidak sesuai ukuran maka harus dilakukan perbaikan
pada pemasangan bekisting, lalu jika sudah sesuai melakukan cek pada
elevasi dan kedataran dari bekisiting.
c. Jika bekisiting sudah memenuhi elevasi rencana dan sudah datar maka
pekerjaan sudah selesai dilaksanankan, jika tidak maka bekisting harus
dilakukan perbaikan sampai sesuai elevasi dan kedatarannya.

5. Pengendalian Mutu Besi

MULAI

BESI SAMPAI DI SITE

TIDAK MASUK
CEK MILL SHEET

MASUK
GUDANG

TIDAK MASUK
TES BESI TOLAK
MASUK
TOLAK DIKEMBALIKAN DIPRODUKSI
KE PABRIK

SELESAI

Gambar 1.35 Bagan Alir Pengendalian Mutu Besi


Penjelasan Flow Chart Pengecekan Mutu Besi :
a. Untuk pekerjaan bekisiting pada awal harus mengecek posisi bekisting
harus sesuai dengan titik pekerjaan pada gambar rencana, jika sesuai maka
dilanjutkan pada proses untuk cek dimensi bekisting.
b. Jika dimensi bekisting tidak sesuai ukuran maka harus dilakukan perbaikan
pada pemasangan bekisting, lalu jika sudah sesuai melakukan cek pada
elevasi dan kedataran dari bekisiting.
c. Jika bekisiting sudah memenuhi elevasi rencana dan sudah datar maka
pekerjaan sudah selesai dilaksanankan, jika tidak maka bekisting harus
dilakukan perbaikan sampai sesuai elevasi dan kedatarannya.
6. Pengendalian Mutu Beton

MULAI

BETON READY MIX DI SITE

TIDAK MASUK
CEK SLUMP BETON

MASUK
BENDA UJI

RENDAM TOLAK

TES SESUAI UMUR COR BETON

SELESAI

Gambar 1.36 Bagan Alir Pengendalian Mutu Beton


Penjelasan Flow Chart Pengecekan Mutu Beton :
a. Untuk pengecekan beton pertama yang dilakukan adalah tes slum beton
yang di ambil dari truk molen sebelum dilakukan pengecoran.
b. Selanjutnya jika tes slump sudah dilakukan maka beton segar tersebut
dimasukkan pada benda uji yang selanjutnya dilakukan proses perendaman
untuk proses curing.
c. Lalu bisa dilakukan proses pengecoran pada pekerjaan yang sudah
direncanakan.
d. Melakukan tes tekan beton pada benda uji beton yang sudah dibuat
berdasarkan urutan umur beton.

7.1.2 Quality Target (Target Mutu)


Pekerjaan yang sudah selesai dilaksanakan, dilanjutkan dengan Inspeksi
Pekerjaan yang bertujuan untuk menilai kualitas hasil pekerjaan, apakah sudah
sesuai dengan mutu yang disyaratkan dalam RKS (Rencana Kerja dan Syarat-
Syarat). Parameter pekerjaan sudah mencapai mutu yaitu dengan menilai apakah
pekerjaan sudah mencapai target mutu.
1. Target Mutu Pekerjaan Struktur Beton
a. Kelurusan vertikal beton (kolom, dan Dinding) yaitu kolom harus lurus
hingga pertemuan sisi atas dinding dengan tepi bawah pelat lantai.
b. Kepala kolom yaitu kerataan permukaan kolom 3mm / 1,2 meter pada
sambungan kolom
c. Sudutan pada keliling dinding meliputi dua aspek yaitu sudutan tidak
gompal dan kesikuan. Pengecekan bagian sudutan/skonengan tidak gompal
melalui pengamatan langsung di lapangan secara visual. Ketidaksikuan
kolom tidak lebih dari 4 mm sepanjang mistar 30 cm.
d. Kebersihan beton (kolom, balok, plat, dan dinding) meliputi tidak terdapat
sisa-sisa tempelan dari bekisting maupun tempelan-tempelan yang lain
seperti plastik, busa, paku, bendrat, atau sampah-sampah yang lainnya.
e. Pengecekan permukaan kolom dan dinding meliputi 4 aspek yaitu Kerataan
permukaan/sisi 3mm / 1,2 meter terutama pada sambungan bekisting. Tidak
boleh nampak agregat kasar, Tidak terjadi deformasi kolom, Permukaan
beton bagian bawah kolom mengeras sempurna.
2. Target Mutu Pekerjaan Pengecatan yaitu Permukaan Dinding Rata dan Halus.
Untuk Pengecatan List, Plint, dan Cat Dinding tidak mengenai bidang lain
3. Target Mutu Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela, yaitu :
a. Pintu dan Jendela rapat, dan dapat berfungsi dengan baik
b. Hasil Pemasangan Sealant rapi, lurus, dan lebarnya sama
c. Pertemuan antara kusen dan daun pintu maupun daun jendela rapat dan rapi
d. Sambungan kayu pada jendela lurus dan rapi

7.2 Pengendalian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu kondisi keselamatan
yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan, keselamatan, dan kondisi
pekerja. Tujuan K3 adalah melindungi kesehatan, keamanan dan keselamtan dari
tenaga kerja, meningkatkan efisiensi kerja, mencegah terjadinya kecelakaan.

7.2.1 Aspek-aspek penyusunan K3


Pada proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap Lavalette Malang ada
beberapa aspek K3 yang harus diperhatikan, antara lain:
a. Tersedianya barak pekerja yang mencukupi
b. Tersedianya MCK yang mencukupi untuk kebutuhan bagi para pekerja
c. Tersedia kotak P3K dan tabung pemadam kebakaran yang mudah dijangkau
d. Tersedia kantin atau tempat makan yang sesuai dengan persyaratan kesehatan
e. Tersedianya saluran drainase yang memadai untuk menghindari genangan
dalam proyek
f. Kemungkinan terjadinya penyakit menular yang terjadi pada para pekerja
harus diantisipasi dengan menjaga kebersihan, makanan dan minuman
g. Perlu diwaspadai kecelakaan-kecelakaan yang sering terjadi di proyek
7.2.2 Daftar Sumber Bahaya Pekerjaan dan Pencegahan
Dalam setiap pekerjaan memiliki beberapa sumber bahaya yang harus
diperhatikan saat pekerjaan dilaksanakan di lapangan, sehingga diperlukan
adanya pencegahan atau alternatif penangananan agar tidak terjadi kecelakaan
dalam bekerja, berikut adalah contoh daftar sumber bahaya dan pencegahan
dapat dilihat pada Tabel.

Tabel 4 : Contoh daftar sumber bahaya dan pencegahan


Deskripsi Sumber
No Jenis Pekerjaan Lokasi Pencegahan
Bahaya

PEK. PERSIAPAN
area terjatuh atau terguling Melakukan sosialisasi kerja
• •
1 Pek. Pembersihan proyek akibat posisi kerja yang benar
yang salah
• Membuat papan peringatan
di sekitar lokasi pembersihan
Melaksanakan instruksi yang
diarahkan oleh mandor agar

tidak terjadi kesalahan saat
bekerja
• kaki dan tangan • Pekerja menggunakan
tertusuk benda tajam sarung tangan saat bekerja
• Menggunakan safety shoes
Mengikuti instruksi dari

mandor

area tangan dan kaki Dilakukan pembersihan


• •
2 Pek. Euitzet Bowplank proyek terkena paku akibat paku saat setelah selesai
paku berserakan menggunakan
• Menggunakan safety shoes
dan sarung tangan saat
` bekerja
• tergores seng akibat • Menggunakan safety shoes
dan sarung tangan saat
posisi kerja yang salah
bekerja dan sosialisasi
cara kerja yang benar
7.2.3 Flow Chart Koordinasi Kecelakaan
Di dalam sebuah proyek kontruksi tentunya tidak terlepas dari sebuah
kecelakaan kerja, baik itu kecelakaan kerja ringan, berat atau sampai
menghilangkan nyawa. Dari kecelakaan tersebut tentunya mempunyai penanganan
yang berseda-beda dilihat dari tingkat keparahan kecelakaan kerja tersebut, adapun
prosedur penangananya adalah sebagai berikut:

KECELAKAAN

Identifikasi Kecelakaan

Ringan Berat
Meninggal

Rumah Sakit
P3K
Membuat Laporan
Kepada:
Membuat Laporan 1. Pihak berwajib
Kepada: 2. Keluarga
1 Keluarga 3. Owner
2 Asuransi 4. Asuransi
3 Devisi I 5. Devisi I

Gambar 1.37 : Flow Chart Koordinasi


Kecelakaan
Berikut adalah diagram prosedur penangananan kecelakaan ringan Proyek
Pembangunan

Kecelakaan Ringan

Ya Tidak
Perlu di
bawa ke RS

Di bawa ke
Pengobatan di
RS
lokasi proyek

Selesai

Gambar 1.38 : Prosedur Kecelakaan ringan


Berikut adalah diagram prosedur penangananan kecelakaan berat Proyek
Pembangunan

Kecelakaan Berat

Melapor ke SOM

Penanganan Administrasi
Kecelakaan oleh SAM

Laporan ke astek Korban di bawa ke


(mengisi form) RS

Klaim ke Astek Monitoring penyakit


dan perawatan

Pemberian Asuransi
Jamsostek Pemberian Asuransi
Jamsostek

Selesai

Gambar 1.39 : Prosedur Kecelakaan berat


Berikut adalah diagram prosedur penangananan kecelakaan dengan korban
meninggal Proyek

Kecelakaan dengan
korban meninggal
Jenazah dibawa untuk di
visum
Melapor ke SOM

Melapor ke
Polisi Melapor ke SEM Penguburan jenazah

Penyelesaian klaim
Melapor ke PM
asuransi jamsostek

Selesai

Gambar 1.40 : Prosedur Kecelakaan Korban


Meninggal
7.2.4 Langkah Pengendalian K3
Pengendalian awal bertujuan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja
dengan cara meningkatkan pengertian dan pemahaman secara luas terhadap resiko
potensi bahaya yang mungkin timbul dari suatu pekerjaan. Hal ini dapat dimulai
dengan mulai membuat program K3 dan petunjuk K3 secara tertulis. Pengendalian
awal yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Jadwal pelaksanaan program K3 yang meliputi rencana kegiatan pelaksanaan
K3 sampai proyek selesai
2. Rencana pembuatan pedoman petunjuk kerja pelaksanaan K3 atau tindakan
pencegahan kecelakaan di proyek seperti
a. Pertolongan pertama pada kecelakaan
b. Penanganan korban kecelakaan meninggal
c. Penanganan korban kecelakaan tidak meninggal
d. Petunjuk K3 untuk masing-masing pekerjaan
3. Pembinaan dan pengarahan
4. Menyediakan sarana pendukung K3
a. Rambu-rambu K3 terdiri dari
 Rambu Perintah : Gunakan helm, gunakan sabuk pengaman,
gunakan pelindung mata, gunakan safety shoes
 Rambu Larangan : Dilarang parkir, dilarang masuk, dilarang
membuat api
 Rambu informasi : Pemadam kebakaran, tempat parkir, tempat
sampah, P3K
 Rambu Peringatan : Awas bahaya dari atas, hati-hati tersandung,
awas lubang, awas aliran listrik, buanglah sampah pada tempatnya
b. Papan sisa waktu pelaksanaan proyek
c. Bendera atau baliho Jamsostek
d. Papan untuk menempel peratauran tentang K3
e. Pengurusan jamsostek
f. Pencegahan terhadap nyamuk aides aegepty
g. Koordinasi pelaksanaan sistem manajemen K3 dengan instansi terkait
h. Penyediaan suatau pengamanan proyek
Pengendalian K3 saat memulai pekerjaan bertujuan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan bila tidak dapat dihindari lagi kemungkinan kontak
berhubungan dengan potensi bahaya bagi suatu pekerjaan. Selain itu pengendalian
ini dapat mencegah terjadinya kecelakaan hal-hal yang dapat dilakukan untuk
pengendalian saat kontak dengan pekerjaan adalah sebagai berikut:
1. Penyediaan alat pelindung diri
a. Sepatu boot : 30 pasang
b. Helm : 30 buah
c. Sarung tangan : 10 pasang
d. Sabuk pengaman : 5 pasang
e. Kaca mata las : 5 pasang
f. Masker : 10 pasang
2. Pemasangan pelindung pada mesin yang menggunakan roda gigi, seperti:
a. Disc cutter
b. Genset
c. Pompa air
3. Pemasangan barikade atau penghalang pada lokasi pekerjaan yang
mengandung bahaya jatuh, antara lain seperti:
a. Galian tanah
b. Lubang
c. Sekeliling tepi lantai bertingkat
d. Scafolding atau tangga sementara
Sementara pengendalian K3 saat pekerjaan berakir adalah langkah terakir
yang dipersiapkan bila langkah-langkah sebelumnya gagal atau tidak berhasil,
bertujuan untuk meminimalisir akibat kerugian yang ditanggung pekerja karena
melakukan suatu pekrjaan tetapi tidak mencegah terjadinya kecelakaan tindakan
yang dilakukan untuk pengendalian sesudah kotak dengan pekerjaan adalah:
1. Penyedia sarana penanggulangan darurat akiibat kecelakaan kerja, meliputi
merujuk pada poliklinik terdekat dan penyediaan obat-obatan darurat atau
P3K
2. Penyediaan tandu
3. Penyediaan alat pemadam kebakaran
4. Penyediaan data telepon dan alamat serta nama petugas yang dapat dihubungi
dari instansi terkait
5. Penyediaan kendaraan untuk mengangkut korban kecelakaan

7.2.5 Upaya Target Zero Accident


Kegiatan pelaksanaan proyek kontruksi mempunyai resiko terjadi
kecelakaan tinggi, tidak jarang ditemui banyaknya kecelakaan ringan seperti
tertancap paku bahkan sampai meninggal dunia karena keruntuhan. Hal ini
merupakan hal yang tidak diharapkan, di satu sisi pelaksanaan pembangunan
diharapkan dapat selesai secepat mungkin namun dari segi kecelakaan kerja juga
ditekan secara maksimal, sehingga tercapai zero accident dari awal proyek sampai
selesai. Upaya terget zero acident yaitu dengan adanya Safety Program yang
meliputi:
1. Accident
Target untuk kecelakaan yang ingin dicapai oleh proyek adalah tidak adanya
fatality dalam setiap kegiatan proyeknya (zero fatality accident)
2. Safety Induction
Pemberian pengenalan peraturan safety proyek kepada semua pihak yang
terlibat dalam proyek dan berpartisipasi serta bertanggung jawab terhadap
keselamatan kerja.
3. Tool Box Meeting / Safety Morning Talk
Memberikan penjelasan pentingnya Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam
bekerja pada bidang kontruksi dan memberikan informasi-informasi lapangan
kepada pekerja mengenai daerah bahaya, penanggulangan dan hal lainya yang
berkaitan, dan diadakan setiap hari Senin Pukul 07.30 WIB
4. Safety Moountly Meeting
Mempresentasikan hasil yang telah dicapai setiap bulanya kepada
managemen sehubungan dengan keselamatan kerja setiap satu kali dalam
sebulan.
5. Safety Inspection
Melakukan inspeksi setiap hari, setiap kegiatan, lingkungan dan peralatan
yang memungkinkan untuk terjadinya kecelakaan dan melakukan tindakan
pencegahannya secara langsung serta membuat sistem pelaporan.
6. Fogging
Penyemprotan nyamuk di lapangan untuk mencegah penyakit yang dapat
ditimbulkan oleh serangga dan sejenisnya sebagai salah satu upaya
pencegahan pekerja terkena penyakit dilakukan setiap 4 minggu sekali.
7. General Cleaning and House Keeping
Melakukan pembersihan secara masal yang melibatkan seluruh pekerja dan
seluruh subkontraktor di lapangan untuk mencuptakan lapangan kerja yang
selalu bersih.
8. Penggunan Alat Pelindung Diri
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) diwajibkan kepada seluruh pekerja
selama bekerja dan berada di dalam lingkungan proyek.
9. Safety Deck
Safety Deck dipasang untuk menahan benda jatuh dari lantai atasnya agar
tidak mengenai orang yang berada di bawahnya.
10. Railig Tepi Lantai
Dipasang railing sekeliling tepi gedung sebagai penanda daerah pinggir dan
juga berfungsi sebagai penahan benda jatuh atau sampah yang terbang berupa
Safety Net.
11. Akses Kerja
Disediakan akses kerja bagi para pekerja yang hendak naik ataupun turun
dengan menggunakan tangga Scafolding temporary atau dengan Passanger
Hoist yang dilengkapi dengan Shealter tempat orang menunggu sehingga
aman dan diberi Safety Net.
Karena didalam proyek kontruksi rawan akan terjadinya kecelakaan kerja maka
perlu dilakukan adanya pengendalian K3 pada proyek pembangunan RS.
Lavalette Malang. Adapun usaha untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan
maka dibuatkan Risk Assesment Matrix (RAM) yang berupa Hirarc pada.
Tahapan perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) proyek adalah
sebagai berikut:
1. Identifikasi Resiko
Identifikasi resiko pada proyek Pembangunan Gedung Rawat Inap RS. Lavalette
Malang dilakukan dengan memberikan penilaian resiko terhadap item-item
pekerjaan. Penilaian resiko merupakan cara yang digunakan untuk mengelola
dengan baik resiko yang akan dihadapi oleh tenaga kerja proyek dan memastikan
bahwa lokasi daerah proyek tidak berbahaya untuk pelaksanaan pekerjaan. Sistem
yang digunakan dalam penilaian adalah dengan memberikan nilai/skor pada tiap
item pekerjaan. Besarnya resiko pekerjaan dapat diketahui dengan melihat bobot
nilai tiap item pekerjaan.
2. Pengukuran Potensi Terhadap Resiko
Pengukuran potensi resiko merupakan penentuan dalam tingkat resiko dengan
mengacu pada hasil identifikasi bahaya yang telah dilakukan. Pengukuran ini
penting dilakukan untuk mengevaluasi apakah suatu resiko dapat diterima atau
tidak. Dapat dilihat matrik untuk penilaian resiko Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3).
Tabel Matrik untuk penilaian resiko K3
SEVERITY / KEPARAHAN
1 2 3 4 5
1 1 2 3 4 5
2 2 4 6 8 10
PROB^

3 3 6 9 12 15
4 4 8 12 16 20
5 5 10 15 20 25
Keterangan :
1-4 : Low risk
5 -10 : Medium Risk
12 – 25 : High Risk

Dalam penilaian terhadap kriteria tingkat Severity/ Keparahan dapat dilihat


berdasarkan Tabel. Penilaian tingkat keparahan dilakukan dengan mengacu pada
jenis luka yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja, sebagai berikut:
Tabel Kriteria Tingkat Severity/ Keparahan dari risiko k3
Nilai Jenis luka Sakit Kerugian (Rp)
5 Meninggal Cacat tetap >1 milyar
4 Memerlukan rawat inap Sakit berat >500 juta – 1 milyar
Dapat diatasi dengan berobat
3 Sakit sedang >10 juta – 500 juta
jalan
2 Dapat diatasi dengan P3K Sakit ringan 1 juta – 10 juta
Kecelakaan tanpa luka/ near
1 Tidak sakit <1 juta
miss
Sedangkan untuk penilaian terhadap probabilitas untuk Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dapat dilihat pemberian nilai yang harus dilakukan pada
Tabel. Pada tabel tersebut mengacu pada tingkat keseringan kecelakaan yang
terjadi, sebagai berikut:
Tabel Kriteria tingkat probabilitas risiko K3
Nilai Uraian
5 Terjadi pada kondisi normal, terjadi terus menerus setiap saat
4 Sering terjadi
3 Kadang-kadang terjadi
2 Jarang terjadi
1 Belum pernah terjadi/jarang sekali terjadi
3. Penanggulangan Resiko
Berdasarkan penilaian resiko yang telah dibuat, dapat diketahui jenis
resiko dan tingkat resiko yang mungkin terjadi. Oleh karena itu, untuk
mencegah terjadinya resiko yang mungkin akan muncul maka perlu
dipersiapkan mekanisme penanggulangan terhadap resiko yang mungkin
terjadi. Resiko dapat dikelola sendiri oleh perusahaan dengan melakukan usaha
pencegahan dan pengendalian bahaya (Safety Management System) yang baik.
Resiko dapat dikelola dengan melakukan berbagai teknik dan pilihan teknologi
yang tersedia, biaya, efektifitas dan efisiensi terhadap kesuluruhan operasi.
Berikut adalah teknik – teknik pengendalian resiko:
a. Teknik eliminasi, yaitu dengan menghilangkan semua sumber bahaya
sehingga tidak ada potensi bahaya yang akan terjadi lagi.
b. Teknik subtitusi, yaitu dengan mengganti sumber bahaya dengan material
atau sistem atau alat lain yang memiliki sifat bahaya yang lebih rendah,
sehingga akibat yang ditimbulkan dapat berkurang namun sumber
bahayanya masih ada.
c. Teknik isolasi, yaitu sumber daya diisolasir memang sumber bahaya masih
ada tetapi intensitasnya berkurang atau tidak ada sama sekali.
d. Engineering, yaitu dengan cara mengelola sumber bahaya secara teknis
antara lain:
1) Menjaga jarak aman terhadap sumber bahaya
2) Pengunaan sistem pengaman dan pelindung yang tepat
3) Sumber daya proyek ditempatkan pada batas yang telah ditentukan
yaitu pada batas aman. Semakin jauh dari sumber bahaya maka
semakin kecil paparan bahaya yang akan diterima
e. Administrative Control, yaitu bahaya dikelola melalui pendekatan
pelaksanaan pekerjaan proyek seperti:
1) Pengaturan waktu kerja atau pembagian shift
2) Mengatur pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan ketentuan pada
Standart Operation Procedure (SOP)
3) Pemilihan atau seleksi tenaga kerja proyek
Penggunaan Alat Pelindung Diri dan Alat Pengaman Kerja (APK),
merupakan alat perlindungan bagi pekerja yang bertujuan untuk mencegah
atau meminimalisir dampak yang diakibatkan apabila terjadi kecelakaan kerja
pada lokasi proyek. Sedangkan alat pengaman kerja merupakan alat bantu
dalam pelaksanaan pekerjaan pada proyek, berupa rambu-rambu peringatan
terkait dengan potensi bahaya di dalam proyek dan lingkungan sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai