Hidroklorotiazid Sebagai Diuretik
Hidroklorotiazid Sebagai Diuretik
Diuretik
Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh melalui kencing
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi lebih ringan. Contoh obat-obatan yang termasuk jenis ini adalah hidroklorotiazid.
Hidroklorotiazid
Hidroklorotiazid merupakan diuretik golongan thiazid yakni diuretik dengan potensi
sedang, yang bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi natrium pada bagian awal
tubulus distal.
Hidroklorotiazid mengandung tidak kurang dari 98,0% C7H8ClN3O4S2 dihitung terhadap zat
yang telah dikeringkan. Pemberian : serbuk hablur, putih atau praktis putih; praktis tidak
berbau. Kelarutan : sukar larut dalam air (< 1 dalam 10.000), mudah larut dalam larutan
natrium hidroksida, dalam n-butilamina, dan dalam dimetilfornamida; agak sukar larut dalam
metanol; tidak larut dalam eter, dalam kloroform, dan dalam asam mineral encer.
Dosis : edema, dosis awal 12,5 – 25 mg sehari, untuk pemeliharaan jika mungkin kurangi;
edema kuat pada pasien yang tidak mampu untuk mentoleransi diuretika berat, awalnya 75
mg sehari.
Hipertensi dosis awal 12,5 mg sehari jika perlu tingkatkan sampai 25 mg sehari.
Usia lanjut dosis awal 12,5 mg sehari mungkin cukup.
Peringatan : penghentian pemberian thiazida pada lansia tidak boleh secara mendadak,
karena resiko timbulnya gejala kelemahan jantung dan peningkatan tensi.
Efek samping :
a. Hipokalemia : yakni kekurangan kalium dalam darah. Semua diuretik dengan titik kerja di
bagian muka tubuli distal memperbesar ekskresi ion-K+ karena ditukarkan dengan ion Na
akibatnya kadar kalium plasma dapat turun di bawah 3,5 mmol/liter. Gejala kekurangan
kalium ini berupa kelemahan otot, kejang-kejang, obstipasi, anoreksia, kadang-kadang juga
aritmia jantung tetapi gejala ini tidak selalu menjadi nyata. Pemakaian HCTZ hanya sedikit
menurunkan kadar kalium.
b. Hiperurikemia : terjadi akibat retensi asam urat. Menurut dugaan, hal ini disebabkan oleh
adanya persaingan antar diuretikum dengan asam urat mengenai transpornya di tubuli.
c. Hiperglikemia : dapat terjadi pada pasien diabetes, terutama pada dosis tinggi akibat
dikuranginya metabolisme glukosa berhubung sekresi insulin ditekan.
d. Hipernatriemia : kekurangan natrium dalam darah. Gejalanya berupa gelisah, kejang otot,
haus, letargi (selalu mengantuk), juga kolaps.
Pembahasannya:
Menghambat enzim karbonat anhidrase sehingga mengalami ekskresi bikarbonat dari cairan
tubuler
Karbonat anhidrase adalah enzim yang berada dalam epitel tubulus ginjal dan sel
darah merah. Enzim ini mengkatalisis reaksi yang nampaknya sederhana yang akan
bergeser jauh ke kiri bila tanpa enzim: 2H2O + CO2 ↔ H2CO3 ↔ HCO3- + H3O+. Dalam
ginjal, proton pada H3O+ ditukar dengan ion Na+ yang akan diserap kembali. Karena itu,
karbonat anhidrase berperan sangat penting dalam menjaga keseimbangan ion dan air antar
jaringan dan kemih. Bila zat penghambat karbonat anhidrase menghalangi enzim tersebut di
dalam ginjal, maka ion Na+ dalam filtrat tidak dapat dipertukarkan, Na+ diekskresikan
berama-sama air sebagai akibat hidrasi ion dan efek osmosis.
Hidroklorotiazid mempunyai mekanisme aksi pada penghambatan kerja enzim karbonat
anhidrase. Adanya enzim karbonat anhidrase pada sel tubulus akan mempermudah
pembentukan ion bikarbonat. Sisi aktif dari enzim ini adalah terdapat pada ion Zn2+. Ion ini
akan berinteraksi dengan 2 sisi O yang ada dalam ion bikarbonat.
Pada hidroklorotiazid, interaksi yang terjadi adalah pada sisi aktif enzim karbonat
anhidrase yaitu pada Zn2+. Pada hidroklorotiazid terdapat atom Cl yang merupakan
golongan halogen dimana golongan ini memiliki elektronegativitas yang besar dibandingkan
unsur golongan lain. Dengan kondisi bahwa Zn2+ memiliki kecenderungan elektropositif
yang besar maka Zn2+ akan lebih memillih terikat dengan Cl daripada dengan O. Unsur O
pada golongan VIA yang relatif kurang elektronegatif dibanding dengan Cl. Kemudian Zn2+
juga akan terikat pada O yang berikatan rangkap dengan S secara koordinasi. Dengan
demikian Zn2+ akan membentuk kelat 5 ikatan.
Ketika enzim karbonat anhidrase lebih beraktivitas pada hidroklorotiazid, maka ion
bikarbonat yang terbentuk akan berkurang. Padahal ion ini yang akan berhubungan dengan
keberadaan Na+ dalam tubulus, dan lebih jauh lagi akan cenderung bersifat menarik air.
Saat keberadaan Na+ berkurang di dalam tubuh maka air akan banyak dikeluarkan lewat
urin.
Adanya benzen akan menstabilkan molekul. Dengan ikatan kovalen koordinasi Zn2+
pada O ikatan rangkap, maka S juga akan dipengaruhi, maka benzena akan melakukan
resonansi untuk kestabilan molekul itu sendiri. Dilihat dari strukturnya yang nonpolar,
hidroklorotiazid akan lebih larut dalam lipid dan kurang larut air sehingga bisa bekerja
dengan lebih baik pada sel-sel tubulus distal.
GOLONGAN
KANDUNGAN
hydrochlorithiazide
INDIKASI
Hipertensi esensial pada pasien yang memiliki tekanan darah yang tidak
terkontrol dengan telmisartan dan hidroklorotiazid tunggal.
KONTRA INDIKASI
Hamil dan laktasi, gangguan kolestatis, dan obstruktif empedu, gangguan fungsi
hati dan ginjal berat, hipokalemia dan hiperkalsemia refrakter.
PERHATIAN
Gangguan fungsi hati berat, hipertensi, renovaskular, gangguan ginjal dan
transplantasi ginjal,.
Penurunan volume intravaskular, kondisi lain dengan stimulasi sistem renin-
angiotensin-aldosteron.
Aldosteronisme primer, stenosis aorta dan mitral, kardiomiopati hipertropik
obstruktif. Gangguan gastro intestinal.
Interaksi Obat:
Diuretik hemat kalium, suplemen Kalium, garam substitusi yang mengandung
Kalium, atau produk lain yang dapat meninggkatkan kadar kalium (heparin,
digoxin, lithium).
Meningkatkan efek hipotensi dengan antihipertensi lain.
EFEK SAMPING
Sakit kepala, infeksi saluran nafas atas, nyeri punggung, fatigue, diare,
sinusitis.
Gejala seperti influenza, dispepsia, mialgia, batuk, nyeri dada, infeksi saluran
nafas, mual, faringitis, nyeri abdomen, bronkitis, insomnia, artralgia, ansietas,
depresi, palpitasi, kejang, ruam.
PENYAJIAN
Dikonsumsi bersamaan dengan makanan