Anda di halaman 1dari 5

Kreatinin, suatu

protein otot
Juli 14, 2010medical
Kreatinin

Kreatinin adalah produk katabolisme dari keratin fosfat yang ada di dalam otot.
Hasil katabolisme tersebut memiliki nilai yang konstan dalam tiap individu setiap
harinya. Kreatinin sangat bergantung dari massa otot. Secara kimiawi, kreatinin
merupakanderivat dari kreatin. Biosintesis kreatin sendiri juga berasal dari glisin,
arginin, danmetionin. Pemindahan gugus guanidino dari arginin kepada glisin, yang
membentuk senyawa guanidoasetat (glikosiamina), berlangsung di dalam ginjal dan
tidak terjadi di hati atau otot jantung. Sintesis kreatin diselesaikan lewat reaksi
metilasi guanidoasetat oleh senyawa S-adenosilmetionin di hati.

Kreatinin dikeluarkan peredarannya dari darah oleh ginjal. Hampir tidak ada sama
sekali reabsorpsi kreatinin yang dilakukan ginjal. Jika filtrasi yang dilakukan
glomerulus berkurang maka kadarnya di darah akan tinggi. Jadi kadar kreatinin di
darah dan urin dapat dipakai untuk menghitung creatinine clearance, sekaligus GFR
(Glomerulus Filtration Rate).

Laki-laki memiliki kadar kreatinin yang tinggi karena massa ototnya yang lebih besar
dibandingkan wanita. Orang-orang vegetarian menunjukkan kreatinin yang rendah
juga di tubuhnya.

Dikarenakan kadarnya yang konstan dalam 24 jam, maka ekskresi kreatinin melalui
urin 24 jam dapat dipakai untuk menghitung massa otot suatu individu. Rentang nilai
normal kreatinin adalah
 Laki-laki dewasa: 0.7 to 1.2 mg/dl (60-110 μmol/l)
 Perempuan dewasa: 0.5 to 1.0 mg/dl (45-90 μmol/l)

jika nilai ini melebihi batas normal, maka kemungkinan besar terjadi kerusakan pada
ginjal.

Dalam keadaan normal sebesar 1 – 1,8 g kreatinin diekskresi ke dalam urin dalam
24 jam. Bila fungsi ginjal tidak terganggu, ekskresi kreatinin dalam urin dapat
dijadikan indeks masa otot. Dari hari ke hari pada satu individu ekskresi kreatinin
bersifat konstan dan tidak tergantung pada diet sehingga dapat dinyatakan sebagai
koefisien kreatinin.

Koefisien kreatinin menyatakan ekskresi kreatinin dalam 24 jam (dalam mg)


dibanding dengan berat badan (dalam kg). Karena besaran koefisien kreatinin
konstan untuk satu individu, koefisien kreatinin dapat digunakan untuk mengetahui
apakah suatu sampel urin benar merupakan urin yang dikumpulkan 24 jam.

Ekskresi kreatinin dalam urin berkurang pada keadaan kelaparan dan atrofi otot dan
meningkat bila terjadi peningkatan katabolisme jaringan seperti demam.

Koefisien kreatinin laki-laki : 20 – 26 mg/kg berat badan / 24 jam

Koefisien kreatinin wanita : 14 – 22 mg/kg berat badan / 24 jam

Referensi

Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Harper’s illustrated biochemistry. 27th ed.
USA: The McGraw-Hill Companies. 2006.

Nabili S. Creatinine blood test. [cited at 2010 March 27]. Available


at:http://www.medicinenet.com/creatinine_blood_test/article.htm
Hampir seluruh ureum dibentuk di dalam hati, dari metabolisme protein (asam amino). Urea
berdifusi bebas masuk ke dalam cairan intra sel dan ekstrasel. Zat ini dipekatkan dalam urin
untuk diekskresikan. Pada keseimbangan nitrogen yang stabil, sekitar 25 gram urea
diekskresikan setiap hari. Kadar dalam darah mencerminkan keseimbangan antara produksi dan
ekskresi urea.

Ureum berasal dari penguraian protein, terutama yang berasal dari makanan. Pada orang sehat
yang makanannya banyak mengandung protein, ureum biasanya berada di atas rentang normal.
Kadar rendah biasanya tidak dianggap abnormal karena mencerminkan rendahnya protein
dalam makanan atau ekspansi volume plasma. Namun, bila kadarnya sangat rendah bisa
mengindikasikan penyakit hati berat. Kadar urea bertambah dengan bertambahnya usia, juga
walaupun tanpa penyakit ginjal.

Prosedur

Untuk mengukur kadar ureum diperlukan sampel serum atau plasma heparin. Kumpulkan 3-5 ml
darah vena pada tabung bertutup merah atau bertutup hijau (heparin), hindari hemolisis.
Centrifus darah kemudian pisahkan serum/plasma-nya untuk diperiksa. Penderita dianjurkan
untuk puasa terlebih dulu selama 8 jam sebelum pengambilan sampel darah untuk mengurangi
pengaruh diet terhadap hasil laboratorium.

Kadar ureum (BUN) diukur dengan metode kolorimetri menggunakan fotometer atau analyzer
kimiawi. Pengukuran berdasarkan atas reaksi enzimatik dengan diasetil monoksim yang
memanfaatkan enzim ureaseyang sangat spesifik terhadap urea. Konsentrasi urea umumnya
dinyatakan sebagai kandungan nitrogen molekul, yaitu nitrogen urea darah (blood urea nitrogen,
BUN). Namun di beberapa negara, konsentrasi ureum dinyatakan sebagai berat urea total.
Nitrogen menyumbang 28/60 dari berat total urea, sehingga konsentrasi urea dapat dihitung
dengan mengalikan konsentrasi BUN dengan 60/28 atau 2,14.

Nilai Rujukan

Dewasa : 5 – 25 mg/dl
Anak-anak : 5 – 20 mg/dl
Bayi : 5 – 15 mg/dl
Lanjut usia : kadar sedikit lebih tinggi daripada dewasa.

Masalah Klinis
1. Peningkatan Kadar

Peningkatan kadar urea disebut uremia. Azotemia mengacu pada peningkatan semua senyawa
nitrogen berberat molekul rendah (urea, kreatinin, asam urat) pada gagal ginjal. Penyebab
uremia dibagi menjadi tiga, yaitu penyebab prarenal, renal, dan pascarenal. Uremia
prarenalterjadi karena gagalnya mekanisme yang bekerja sebelum filtrasi oleh glomerulus.
Mekanisme tersebut meliputi : 1) penurunan aliran darah ke ginjal seperti pada syok, kehilangan
darah, dan dehidrasi; 2) peningkatan katabolisme protein seperti pada perdarahan
gastrointestinal disertai pencernaan hemoglobin dan penyerapannya sebagai protein dalam
makanan, perdarahan ke dalam jaringan lunak atau rongga tubuh, hemolisis, leukemia
(pelepasan protein leukosit), cedera fisik berat, luka bakar, demam,.

Uremia renal terjadi akibat gagal ginjal (penyebab tersering) yang menyebabkan gangguan
ekskresi urea. Gagal ginjal akut dapat disebabkan oleh glomerulonefritis, hipertensi maligna,
obat atau logam nefrotoksik, nekrosis korteks ginjal. Gagal ginjal kronis disebabkan oleh
glomerulonefritis, pielonefritis, diabetes mellitus, arteriosklerosis, amiloidosis, penyakit tubulus
ginjal, penyakit kolagen-vaskular.

Uremia pascarenal terjadi akibat obstruksi saluran kemih di bagian bawah ureter, kandung
kemih, atau urethra yang menghambat ekskresi urin. Obstruksi ureter bisa oleh batu, tumor,
peradangan, atau kesalahan pembedahan. Obstruksi leher kandung kemih atau uretra bisa oleh
prostat, batu, tumor, atau peradangan. Urea yang tertahan di urin dapat berdifusi masuk kembali
ke dalam darah.

Beberapa jenis obat dapat mempengaruhi peningkatan urea, seperti : obat nefrotoksik; diuretic
(hidroklorotiazid, asam etakrinat, furosemid, triamteren); antibiotic (basitrasin, sefaloridin (dosis
besar), gentamisin, kanamisin, kloramfenikol, metisilin, neomisin, vankomisin); obat
antihipertensi (metildopa, guanetidin); sulfonamide; propanolol, morfin; litium karbonat; salisilat.
Sedangkan obat yang dapat menurunkan kadar urea misalnya fenotiazin.

2. Penurunan Kadar

Penurunan kadar urea sering dijumpai pada penyakit hati yang berat. Pada nekrosis hepatik
akut, sering urea rendah asam-asam amino tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut. Pada sirosis
hepatis, terjadipengurangan sintesis dan sebagian karena retensi air oleh sekresi hormone
antidiuretik yang tidak semestinya.

Pada karsinoma payudara yang sedang dalam pengobatan dengan androgen yang intensif,
kadar urea rendah karena kecepatan anabolisme protein yang tinggi. Pada akhir kehamilan,
kadar urea kadang-kadang terlihat menurun, ini bisa karena peningkatan filtrasi glomerulus,
diversi nitrogen ke fetus, atau karena retensi air. Penurunan kadar urea juga dijumpai pada
malnutrisi protein jangka panjang. Penggantian kehilangan darah jangka panjang, dekstran,
glukosa, atu saline intravena, bisa menurunkan kadar urea akibat pengenceran.

Untuk menilai fungsi ginjal, permintaan pemeriksaan BUN hampir selalu disatukan
dengan kreatinin (dengan darah yang sama). Rasio BUN terhadap kreatinin merupakan suatu
indeks yang baik untuk membedakan antara berbagai kemungkinan penyebab uremia. Rasio
BUN/kreatinin biasanya berada pada rentang 12-20. Peningkatan kadar BUN dengan kreatinin
yang normal mengindikasikan bahwa penyebab uremia adalah nonrenal (prarenal). Peningkatan
BUN lebih pesat daripada kreatinin menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Pada dialysis atau
transplantasi ginjal yang berhasil, urea turun lebih cepat daripada kreatinin. Pada gangguan
ginjal jangka panjang yang paranh, kadar yrea terus meningkat, sedangkan kadar kreatinin
cenderung mendatar, mungkin akibat akskresi melalui saluran cerna.

Rasio BUN/kreatinin rendah (<12)>20) dengan kreatinin normal dijumpai pada uremia prarenal,
diet tinggi protein, perdarahan saluran cerna, keadaan katabolik. Rasio BUN/kreatinin tinggi
(>20) dengan kreatinin tinggi dijumpai pada azotemia prarenal dengan penyakit ginjal, gagal
ginjal, azotemia pascarenal.

Faktor yang Dapat Mempengaruhi Temuan Laboratorium

 Status dehidrasi dari penderita harus diketahui. Pemberian cairan yang berlebihan dapat
menyebabkan kadar BUN rendah palsu, dan sebaliknya, dehidrasi dapat memberikan
temuan kadar tinggi palsu.

 Diet rendah protein dan tinggi karbohidrat dapat menurunkan kadar ureum. Sebaliknya,
diet tinggi protein dapat meningkatkan kadar ureum, kecuali bila penderita banyak
minum.

 Pengaruh obat (misal antibiotik, diuretik, antihipertensif) dapat meningkatkan kadar BUN

Anda mungkin juga menyukai