Pengembangan Kurikukulum IPI
Pengembangan Kurikukulum IPI
PENDIDIKAN ISLAM
ANALISIS JURNAL
Yang Berjudul
PARADIGMA PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA
ISLAM DI SEKOLAH (ANALISIS BERBAGAI KRITIK TERHADAP PAI)
(Di ajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan
Islam)
Dosen Pengampu : Prof. H. Dr. Mahmud, M.Si.
Dr. H. Dindin Jamaludin, M.Ag.
Oleh :
Angsih Suwangsih
NIM : 219004004
PASCASARJANA
UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2019
A. Identitas Jurnal
. Judul : “PARADIGMA PENGEMBANGAN KURIKULUM
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH (ANALISIS BERBAGAI
KRITIK TERHADAP PAI)”
. Penulis : Khuzaimah
. Penerbit : http//jurnalkependidikan.iainpurwokerto.ac.id
B.Ringkasan Jurnal
C. Analisis Jurnal.
1
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992.
2
Mustafa, 2013: 37-38
digunakan pendidik untuk membimbing peserta didik mencapai tujuan pendidikan
Islam yang mencakup tiga aspek pokok yaitu Keimanan (akidah), keislaman
(syariah), dan ihsan (akhlak).
ُ سنَّةَ َر
) س ْو ِل ِه ( َر َواهُ حَا ِك ْم َ َ س ْكت ُ ْم ِب ِه َما لَ ْن ت َ ِضلُّ ْوا اَبَدًا ِكت
ُ اب هللاِ َو َ ت َ َر ْكتُ فِ ْي ُك ْم ا َ ْم َري ِْن َما ا ِْن ت َ ْم
“Telah aku tinggalkan kepada kalian semua dua perkara yang jika kalian
berpegang teguh padanya maka tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab
Allah (Al-Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya.” (HR. Hakim)
3
Dr. H. Hasbiyallah, M.Ag & Nayif Sujudi, M.Pd, PT.Remaja Rosdakarya, 2019
kepada Allah Semata. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Asy-Syuura ayat 13
yang berbunyi:
سى َ ص ْينَا ِب ِه ِإب َْرا ِهي َم َو ُمو َّ ِّين َما َوصَّى ِب ِه نُو ًحا َوا َّلذِي أ َ ْو َح ْي َنا ِإ َل ْيكَ َو َما َو ِ ع َل ُكم ِ ِّمنَ ال ِد َ ش ََر
َ
ّللاُ يَجْ تَبِي إِل ْي ِه َمن َ ْ
َّ ۚ على ال ُمش ِْر ِكينَ َما ت َ ْدعُو ُه ْم إِل ْي ِه َ ُ َ َ
َ سى ۖ أ ْن أقِي ُموا ال ِدِّينَ َو َل تَتَ َف َّرقوافِي ِه ۚ َكبُ َر َ َو ِعي
]٤٢:١٣[ يب ُ ن
ِ ُ ي ن م
َ هِ ي
ْ َ لإِ ِي
د ه
ْ ي
َ و
َ يَشَا ُء
Dia yang telah mensyariatkan kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-
Nya kepada nuh dan apa yang telah kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah
kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan
janganlah kamu berpecah-belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik
agama yang kamu seru kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang
dikehendaki-Nya dan memberi petunjukkepada (agama)-Nya orang yang kembali
(kepada—Nya).
2. Prinsip menyeluruh (universal) pada tujuan-tujuan dan kandungan-kandungan
kurikulum. Kalau tujuan-tujuannya harus meliputi segala aspek-aspek pribadi
anak didik yang berguna untuk memperbaiki pribadi mereka dengan jalan
membina akidah, akal, dan jasmanainya, maka begitu juga anak didik harusnya
bermanfaat bagi masyarakat dalam pengembangan spiritual, kebudayaan, sosial,
ekonomi, dan politik.
3. Prinsip keseimbangan yang relatif antara tujuan dan kandungan-kandungan.
Kalau ia memberi perhatian besar pada perkembangan aspek spiritual dan ilmu-
ilmu syariat, maka tidak boleh aspek itu melampaui aspek-aspek pentingyang lain
dalam kehidupan, juga tidak boleh ilmu-ilmu syariat melampaui ilmu-imu seni,
dan kegiatan-kegiatan lain yang harus dimiliki individu dan masyarakat. Dalam
hal ini konsep islam tentang manusia antara lain bahwa manusia tersusun dari tiga
unsur, yaitu tubuh (jasmani), akal (daya berfikir), dan kalbu ( daya merasa), yang
ketiganya dikembangkan dan diperhatikan dengan sama dan adil.
4. Prinsip efesiensi berkaitan dengan bakat, minat, kemampuan-kemampuan dan
kebutuhan anak didik, maka sangatlah penting memperhatikan alam sekitar dan
sosial dimana anak itu hidup, dan berintraksi untuk memperoleh pengetahuan-
pengetahuan, pengalaman dan sikapnya. Sebab dengan memelihara prinsip ini
kurikulum akan lebih sesuai pelajar, lebih memenuhi kebutuhan-kebutuhannya,
dan lebih sejalan dengan suasana alam sekitar dan kebutuhan-kebutuhan
masyarakatnya.
5. Prinsip relevansi yaitu kesesuain antara perbedaan-perbedaan individu diantara
anak didik dalam bakat-bakat, minat, kemampuan-kemampuan, kebutuhan-
kebutuhan dan masalahnya. Juga memelihara perbedaan-perbedaan dan kelainan-
kelainan diantara alam sekitar dan masyarakat. Karena pemeliharaan ini dapat
menambahkan relavansi kurikulum dengan kebutuhan-kebutuhan anak didik dan
masyarakat serta menambahkan fungsi dan gunanya, sebagaimana ia
menambahkan fleksibilitasnya.
6. Prinsip kedinamisan, perkembangan dan perubahan. Islam menjadi sumber
pengambilan falsafah, prinsip-prinsip, dan dasar-dasar kurikulum. Metode
mengajar dalam pendidikan islam menolak taqlid yang harus diikuti tanpa ada
penyelidikan keilmuan. Islam menggalakan perkembangan yang membangun dan
dan berguna, perubahan yang progesif dan bermanfaat, membolehkan sifat
adaptasi dengan perkembangan dan perubahan yang berlaku dalam segala pola
dan bentuk kehidupan. Karena itu, pendidikan islam harus peka terhadap
kecendrungan perubahan dalam segala aspek kehidupan manusia universal.
7. Prinsip integritas yaitu pertautan antara mata pelajaran, pengalaman-
pengalaman, dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum. Demikian pula
pertautan antara kandungan-kandungan kurikulum dan kebutuhan-kebutuhan anak
didik, kebutuhan-kebutuhan masyarakat, tuntutan ruang, waktu, zaman.
8. Prinsip fleksibilits adalah terdapat ruang gerak yang memberikan kebebasan
dalam bertindak, baik yang berorientasi pada fleksibilitas pemilihan program
pendidikan maupun dalam mengembangkan program pengajaran.
9. Prinsip individualitaas yaitu bagaimana kurikulum memperhatikan perbedaan
pembawaan dan lingkungan peserta didik.
10. Prinsip mengarah pada tujuan, adalah seluruh aktivitas dalam kurikulum
diarahkan untuk mencapai tujuan yang dirumuskan.
11. Prinsip efektivitas, adalah agar kurikulum dapat menunjang efektivitas guru
yang mengajar dan peserta didik yang belajar.4
Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi peserta didik sebgai subjek
didik,terdapat enam fungsi kurikulum sebagaimana yang dikemukakan Alexander
Inglis dalam bukunya, Priciple of secondary Education (1981), berikut ini
1. Fungsi penyesuaian (The Adjust Fine of Adaptive Fungction)
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan peserta didik agar memiliki sifat
well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan,baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Sebagai mahluk Allah, peserta didik perlu diarahkan melalui program
pendidikan agar dapat menyesuaikan diri dengan masayarakat. Sebagai
khalifah fil ardhi,peserta didik diharapkan mampu mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan yang telah dimiliki untuk mengabdi kepada-Nya.
(QS. Al Baqarah : 30)
2. Fungsi Pengintegrasian (The Integrating Education)
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.
3. Fungsi Perbedaan (The Differentating Function)
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan
inidividu peserta didik.
4. Fungsi Persiapan
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagaialat
pendidikan harus mampu mempersiapkan anak didik agar mampu
melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih ajau, baik
itu melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi maupun untuk belajar di
masyarakat jika ia tidak mungkin melanjutkan ke jenjang yang lebih
tinggi.
4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,hlm.161 - 162
5. Fungsi Pemilihan
Dalam fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada anak didik
dalam memilih program-program belajar sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
6. Fungsi Diagnostik (The diagnostik Function)
Salah satu aspek pelayanan pendidikan membantu dan mengarahkan anak
didik agar mampu memahami dan menerima dirinya, sehingga dapat
mengembangkan semua potensi yang dimilikinya.
Fungsi kurikulum bagi sekolah adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan
pembelajaran,yang dalam kurikulum disebut sebagai standar kompetensi
atau kompetensi dasar meliputi sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Kurikulum juga merupakan pedoman untuk mengatur kegiatan-kegiatan
yang akan diselenggarakan oleh sekolah untuk melakukan penyesuaian –
penyesuian, menjaga kesinambungan dan dapat menghindari
keterulangan, baik dari sisi materi, kegiatan pembelajaran mapun
komponen lain dalam proses dan sistem belajar mengajar.
5
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktik, hlm.103
oleh kurikulum.
d. Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan
menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang direncanakan
kurikulum tersebut.
2. Menurut Prof. DR. H. Ramayulis komponen kurikulum itu meliputi:
a. Tujuan yang ingin dicapai meliputi: (1) Tujuan Akhir, (2) Tujuan
Umum, (3) Tujuan Khusus, (4) Tujuan Sementara.
b. Isi kurikulum, berupa materi pembelajaran yang diprogram untuk
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
c. Media (saran dan prasarana). Media tersebut berupa materil, dan non
materil.
d. Strategi, yang merujuk pada pendekatan dan metode serta teknik
mengajar yang digunakan. Dalam strategi termasuk juga komponen
penujnjang lainnya seperti: (1) sistem administrasi, (2) pelayanan BK, (3)
remedial, (4) pengayaan, dan sebagainya.
e. Proses pembelajaran, yang mana komponen ini sangat penting, sebab
diharapkan melalui proses pembelajaran akan terjadi perubahan tingkah
laku pada diri peserta didik sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan
kurikulum.
f. Evaluasi, yang mana dengan evaluasi (penilaian) ini dapat diketahui cara
pencapain tujuan
3. Materi pendidikan seyogyanya didasarkan pada tiga pilar utama yakni landasan
aksiologis, epistemologis, dan ontologis.
4. Pendidikan Islam tidak hanya menyentuh ranah kognitif, tetapi juga harus
menyentuh ranah afektif dan psikomotorik. Karena agama bukan hanya system
pengetahuan tetapi juga system normative dan tauhid.6
6
Suparta , 2016: 245-246
5. Pengembangan Kurikulum PAI di Sekolah
7
Muhaimin. 2012. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah,
dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo.
6. Kendala-kendala dalam Pengembangan Kurikulum PAI
Pengembangan kurikulum PAI belum efektif hal ini terjadi karena pihak-
pihak terkait dengan kurikulum belum siap mengemban tugas tersebut. Adapun
penyebab Paradigma Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di
Sekolah.
ketidakefektifan pengembangan kurikulum di sekolah akan diuraikan
sebagai berikut (Raharjo, 2010: 110-119) :
1. Kualitas guru
Kepala sekolah adalah guru yang diberikan tugas tambahan sebagai kepala
sekolah namun jabatan tersebut malah memunculkan jarak yang cukup signifikan
dengan guru. Kadang secara tidak sadar mereka malah menciptakan kendala yang
cukup signifikan terhadap kinerja guru, seperti memperlakukan guru sebagai
bawahan dengan membatasi ruang partisipasi guru untuk terlibat dalam berbagai
penentuan kebijakan yang dikeluarkan sekolah. Demikian juga dalam
mengembangkan dan melaksanakan kurikulum, guru diperlakukan seolah bagai
karyawan dan kepala sekolah sebagai atasan.
3. Pengawas Pendidikan Agama Islam
Dengan demikian harus ada sinergitas yang baik antara guru, kepala
sekolah, yayasan, pengawas dan komite (masyarakat), supaya dapat
mengefektifkan dan mengoptimalkan pengembangan kurikulum di sekolah.