HADITS TARBAWI
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah metode pendidikan
islam dalam perspektif hadist.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
Kelompok VIII
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. metode ceramah……………………...……………………………………………………2
D. metode mauizhah…….……………………………………………………………………5
A. Kesimpulan ........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Maka Metode dalam Pendidikan Islam adalah cara yang dipergunakan seorang guru
agama Islam dalam membelajarkan peserta didik saat berlangsungnya proses pembelajaran.
Dimana metode ini dalam penerapannya banyak menyangkut permasalahan individual atau
sosial peserta didik dan pendidik itu sendiri, sehingga dalam menggunakan sebuah metode,
para pendidik harus memperhatikan dasar-dasar umum metode pendidikan Islam, sebab
metode hanyalah sarana menuju tujuan pendidikan.
Semua metode yang ditempuh oleh seorang pendidik harus mengacu pada dasar-
dasar metode pendidikan yang tidak bisa terlepas dari beberapa aspek seperti, dasar agamis,
biologis, psikologis, dan sosiologis.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud metode ceramah?
2. Apa yang dimaksud metode targhib dan tarhib?
3. Apa yang dimaksud metode pengulangan dan latihan?
4. Apa yang do maksud metode mauizhah?
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. METODE CERAMAH
Menurut Zuhairini dkk, metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan di
mana cara penyampaian materi-materi pelajaran kepada anak didik dilakukan dengan cara
penerangan dan penuturan secara lisan. 1 Sejak zaman Rasulullah, metode ceramah
merupakan cara yang pertama dilakukan dalam menyampaikan wahyu kepada umat.
Karakteristik yang menonjol dari metode ceramah adalah peranan guru tampak lebih
dominan. Sementara itu, siswa lebih banyak pasif dan menerima apa yang disampaikan oleh
guru. Sehubungan dengan metode ini ditemukan hadis berikut.
Menurut Armai Arief, sebagai salah satu metode pembelajaran, metode ceramah
memiliki sejumlah kelebihan, yaitu sebagai berikut.
1. Suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktivitas yang sama,
sehingga guru dapat mengawasi murid secara komprehensif.
2. Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama. Dengan waktu yang
singkat, murid dapat menerima pelajaran secara bersamaan.
3. Pelajaran dapat dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat
diuraikan bahan yang banyak.
1
Umar, bukhari. HADIST TARBAWI (pendidikan dlm perspektif hadis). Jakarta: AMZAH. 2014 hal. 135
2
4. Melatih para pelajar untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga mereka
dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat."
Untuk mengantisipasi kepasifan dan kejenuhan peserta didik karena metode ceramah,
pendidik perlu mengombinasikan metode ini dengan metode-metode lain yang relevan.
Apabila kita mengambil pelajaran dari hadis di atas, maka terlihat bahwa Rasulullah
melengkapi ceramahnya dengan metode dialog atau tanya-jawab.
Targhib adalah janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan,
kelezatan, dan kenikmatan. Namun, penundaan itu bersifat pasti, baik, murai, dan dilakukan
melalui amal shaleh atau pencegahan diri dari kelezatan yang membahayakan (pekerjaan
buruk). Satu hal yang jelas, semua dilakukan untuk mencari keridaan Allah dan itu
merupakan rahmat bagi hamba-hamba-Nya.2
Sementara itu, tarhib adalah ancaman atau intimidasi melalui hukuman yang
disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan. atau perbuatan yang telah dilarang
Allah. Selain itu juga karena menyepelekan pelaksanaan kewajiban yang telah diperintahkan
oleh- Nya.38 Tarhib pun dapat diartikan sebagai ancaman dari Allah untuk menakut-nakuti
hamba-hamba-Nya melalui penonjolan esalahan atau penonjolan salah satu sifat keagungan
dan kekuatan ahiah agar mereka teringatkan untuk tidak melakukan kesalahan kemaksiatan.
2
Umar, bukhari. HADIST TARBAWI (pendidikan dlm perspektif hadis). Jakarta: AMZAH. 2014 hal. 137
3
C. METODE PENGULANGAN DAN LATIHAN
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah masuk masjid. Lalu masuklah seorang laki-laki
dan melakukan shalat. Setelah itu, ia memberi salam kepada Nabi dan beliau pun menjawab
salamnya seraya bersabda, "Kembali dan shalatlah, karena sesungguhnya engkau belan
shalat." Kemudian ia datang memberi salam kepada Nabi dan beliau bersabda, "Kembali dan
shalatlah, karena sesungguhnya engkau belum shalat." (Tiga kali). Laki-laki itu berkata,
"Demi Dzat mengutusmu dengan benar, tidak dapat melakukan yang lebih baik darinya,
maka ajarilah aku." Beliau bersabda, "Apabila engkau berdiri untuk shalat maka
bertakbirlah, kemudian bacalah apa yang mudah bagimu dari Alquran, lalu nuku hingga
engkau tuma'ninah (tenang) di dalamnya. Kemudian bangkitlah hingga engkau berdiri lurus.
Kemudian sujudlah hingga engkau tuma'ninah dalam sujud, lalu bangkitlah hingga engkau
tuma'ninah dalam duduk. Lakukan yang demikian itu pada seluruh shalatmu." (HR. Al-
Bukhari)
Hadis di atas menginformasikan beberapa hal, yaitu (1) Nabi melihat seorang laki-
laki mendirikan shalat dalam masjid; (2) setelah shalat, laki-laki itu datang kepada Nabi dan
mengucapkan salam dan beliau menjawabnya; (3) Nabi menyuruhnya mengulang shalatnya
karena belum benar; (4) laki-laki itu mengulang shalat dengan cara seperti pertama kali; (5)
Nabi menyuruh mengulang lagi sampai tiga kali; (6) laki-laki itu mengulang shalatnya
sampai tiga kali pula; (7) sesudah itu, laki-laki tersebut mengaku bahwa ia tidak mampu lagi
melakukan shalat yang lebih baik daripada itu dan meminta Nabi mengajarnya; dan (8) Nabi
mengajarkan kaifiyah shalat yang benar. Di sini, Rasulullah tidak langsung mengajar
sahabat bagaimana tata cara shalat yang benar, tetapi menyuruhnya terlebih dulu secara
berulang-ulang. Dalam kasus ini terlihat prinsip metode pengulangan yang digunakan oleh
beliau. Dengan digunakannya metode pengulangan ini; sahabat menjadi terkesan,
bersungguh- sungguh, dan berhati-hati dalam memperhatikan apa yang akan diajarkan oleh
beliau. Hal ini diperlukan agar materi yang diajarkan memberikan kesan yang kuat dalam
memori orang yang diajar.
4
Pengajaran memerlukan banyak pengulangan. Pengulangan bahan yang telah
dipelajari akan memperkuat hasil belajar. Kenyataan tersebut telah dibuktikan oleh para ahli
psikologi pendidikan modern seperti konsep teori Conditional Stimulation and Responses
sebagai hasil dari eksperimen Pavlov. Asy-Syaibani juga menyatakan bahwa Alquran
banyak melakukan pengulangan yang dapat dijadikan dalil untuk memperkuat perlunya
prinsip pengulangan ini dipertimbangkan." Pengulangan dalam proses belajar mengajar
berlandaskan kepada dua hal. Pertama, individu pada umumnya berkecenderungan meniru
orang lain, apalagi orang yang ditiru cukup berpengaruh (misalnya karena faktor identifikasi
dan simpatik). Kedua, peniruan dan peng- ulangan memperhatikan efektivitas yang tinggi.
Nabi Muhammad ketika menerima wahyu yang pertama dalam keadaan "meniru dan
mengulang" apa yang disampaikan oleh Jibril.
D. METODE MAUIZHAH
Umar bin Abi Salamah berkata, "Dulu aku menjadi pembantu di rumah Rasulullah.
Ketika makan, biasanya aku mengulurkan tanganku ke berbagai penjuru. Melihat itu beliau
berkata, 'Hai Nak, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa
yang ada di dekatmu." (HR. Al-Bukhari)
Riwayat di atas menyiratkan beberapa nilai tarbawiyah yang dapat kita terapkan
dalam mendidik anak. Sehubungan dengan hadis ini, Najib Khalid Al-Amir menjelaskan
sebagai berikut.
3
Umar, bukhari. HADIST TARBAWI (pendidikan dlm perspektif hadis). Jakarta: AMZAH. 2014 hal. 146
5
dialog terbuka dan diskusi. Alangkah baiknya jika ibu dan ayah berkumpul dengan anak-
anaknya ketika makan bersama, sehingga mereka merasakan pentingnya peran kedua
orangtua. Hal ini juga dapat mempermudah meresapnya segala nasihat orangtua kepada
anak-anaknya baik itu nasihat dalam hal perilaku, keimanan, maupun pendidikan.
2. Waktu yang beliau pilih pun sangat tepat. Beliau segera menegur ketika kekeliruan Umar
bin Abi Salamah itu terjadi berulang- ulang sebelum kebiasaan tersebut menjadi
kebiasaan sehari- hari. Jika dibiarkan, kekeliruan akan sulit diluruskan. Kalaupun dapat,
kita membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak lagi. Oleh karena itu, mengacu
pada metode beliau di atas, kita harus sesegera mungkin meluruskan kebiasaan buruk
anak-anak kita. Model pendidikan ini wajib diambil sari patinya oleh para orangtua dan
pendidik zaman sekarang.
3. Sebagai seorang pendidik, beliau memanggil anak dengan panggilan yang
menyenangkan, seperti, "Hai, Nak." Umar bin Abi Salamah pun menyenangi panggilan
tersebut. Cara tersebut cukup efektif menarik perhatian anak sehingga mereka tidak
kesulitan menerima nasihat. Ironisnya, yang kita saksikan dewasa ini, jika melihat
kekeliruan anak-anaknya, para orangtua marah besar sambil memanggil dengan seburuk-
buruknya nama. Hal itu menjadikan anak jauh dari orangtuanya dan nasihat akan sulit
mereka terima.
4. Beliau tidak hanya meluruskan kesalahan Umar bin Abu Salamah dalam hal berpindah-
pindah tangan. Seluruh nasihat beliau ungkapkan, mulai dari adab duduk ketika makan.
Berpedoman pada cara tersebut, para orangtua harus mencari sumber kekeliruan.
Misalnya, ketika orangtua tahu bahwa penyebab anaknya merokok adalah pengaruh
pergaulan dengan teman-temannya; orangtua bertugas mengambil rokok, melarang
anaknya membeli rokok, dan bergaul dengan teman-teman yang membawa pengaruh
buruk itu. Mudah-mudahan setelah itu para orangtua tak melihat lagi kenakalan anaknya.
5. nasihat yang tepat pun harus diperhatikan. Beliau sendiri melalui hadis di atas telah
memberikan contoh. Susunan yang akurat dan ilmiah sangat membantu upaya
meluruskan kesalahan. Dalam nasihatnya, beliau menyatukan antara hati si anak
(ghulam) dan Rabb-nya ketika memulai bersantap dengan menyuruhnya membaca
basmalah. Cara tersebut merupakan pengarahan yang fitrah bagi otak anak untuk
mencintai Allah sekaligus memberikan pengertian bahwa Dia-lah yang memberikan
rezeki berupa makanan. Tanpa- Nya pastilah kita akan mati kelaparan dan kehausan.
Dengan begitu, kecintaan mereka kepada Allah akan bertambah. Saat mereka mulai
mencintai Rabb, saat itu pula tertancaplah dalam pikiran dan benak mereka kesiapan
menerima segala apa yang diserukan Allah. Dengan begitu, para pendidik telah berhasil
menyambungkan tali penghubung antara anak didik dan Penciptanya.
6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan di mana cara penyampaian
materi-materi pelajaran kepada anak didik dilakukan dengan cara penerangan dan
penuturan secara lisan. Sejak zaman Rasulullah, metode ceramah merupakan cara yang
pertama dilakukan dalam menyampaikan wahyu kepada umat. Karakteristik yang
menonjol dari metode ceramah adalah peranan guru tampak lebih dominan. Sementara
itu, siswa lebih banyak pasif dan menerima apa yang disampaikan oleh guru.
2. Targhib adalah janji yang disertai bujukan dan rayuan untuk menunda kemaslahatan,
kelezatan, dan kenikmatan. Namun, penundaan itu bersifat pasti, baik, murai, dan
dilakukan melalui amal shaleh atau pencegahan diri dari kelezatan yang membahayakan
(pekerjaan buruk). Sementara itu, tarhib adalah ancaman atau intimidasi melalui
hukuman yang disebabkan oleh terlaksananya sebuah dosa, kesalahan. atau perbuatan
yang telah dilarang Allah .
3. Pengulangan yang dilakukan sebelum penyampaian materi pelajaran dimaksudkan
untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik sehubungan dengan materi yang
akan diajarkan dan dapat pula untuk meningkatkan daya konsentrasi peserta didik
terhadap materi yang akan diajarkan. Pengulangan yang dilakukan setelah pemberian
materi dimaksudkan untuk mempertinggi penguasaan peserta didik terhadap materi
pelajaran yang sudah diterima.
4. Metode mauizhah adalah mengingatkan seseorang terhadap sesuatu yang dapat
meluluhkan hatinya dan sesuatu itu dapat berupa pahala atau siksa, sehingga ia menjadi
ingat
7
DAFTAR PUSTAKA
Umar, bukhari. HADIST TARBAWI (pendidikan dlm perspektif hadis). Jakarta: AMZAH. 2014