Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PEMBINAAN AKHLAK KEPADA ANAK


Mata Kuliah Akhlak

Disusun oleh
Deni Sulistiyanto
1630102490

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS COKROAMINOTO
YOGYAKARTA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembinaan akhlak perlu ditanamkan kepada seorang anak. Orang tua sebagai

pendidikan pertama bagi seorang anak memiliki peran penting dalam membentuk

akhlak mulia bagi seorang anak.

Orang tua harus bisa menjadi teladan bagi para anak-anaknya, tidak saja dengan

memberikan nasihat-nasihat secara lisan, namun juga perlu menunjukkan perilaku

yang baik sehingga dapat dijadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Akhlak

mulia (baik) adalah kekuatan untuk membangun karakteristik sumber daya manusia

dalam membangun masyarakat, berbangsa dan bernegara menjadi tangguh dan

kokoh.

Peran orang tua dalam mendidik anak agar menjadi manusia berakhlakul

karimah, adalah tidak terlepas dari kepribadian yang dia miliki, yaitu sifat teladan

orang tua untuk dapat menjadi panutan dan contoh bagi anak-anaknya dalam

berbagai segi kehidupan. Hal ini telah sering ditekankan dalam Islam dan

Rasulullah saw, untuk berusaha menjadi teladan pertama. Orang tua adalah spiritual

bagi anaknya yang memberikan contoh, memberikan ilmu pembinaan akhlak mulia,

dan meluruskan perilau yang buruk. Oleh karena iyu, peran orang tua memiliki

kedudukan yang tinggi dalam akhlak mulia seorang anak.

Berkaitan dengan hal-hal di atas, maka penyusun dalam makalah ini


mengangkat pokok permasalahan tentang “Peran Orang Tua dalam Pembinaan
Akhlak Seorang Anak”

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pembinaan akhlak ?

2. Apa sumber dan tujuan dari pembinaan akhlak ?

3. Bagaimana pembagian akhlak bagi seorang anak ?

4. Apa saja faktor yang mempengaruhi dalam pembinaan akhlak pada anak ?

5. Apa saja metode pembinaan akhlak pada seorang anak ?

6. Apa peran orang tua dalam pembinaan akhlak pada seorang anak ?

C. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian pembinaan akhlak.

2. Mengetahui sumber dan tujuan pembinaan akhlak

3. Mengetahui pembagian akhlak bagi seorang anak.

4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pembinaan akhlak pada

anak.

5. Mengetahui metode pembinaan akhlak pada seorang anak.

6. Mengetahui peran orang tua dalam pembinaan akhlak bagi seorang anak.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembinaan Akhlak

Pengertian pembinaan yaitu sebagai berikut :

1. Pembinaan adalah proses, cara, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan

untuk memperoleh hasil yang lebih baik.1

2. Pembinaan merupakan suatu proses yang membantu individu melalui usaha

sendiri dalam rangka menemukan dan mengembangkan kemampuan agar

memperoleh kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial.2

Dari beberapa uraian diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa yang

dimaksud dengan pembinaan yaitu merupakan suatu proses usaha yang sungguh-

sungguh yang di laksanakan secara sadar, sistematis dan terencana untuk merubah

tingkah laku individu serta membentuk akhlak kepribadiannya, sehingga apa yang

di cita-citakan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Secara bahasa kata akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim mashdar

(bentuk infinitif) dari kata akhlak, yukhliqu, ikjlakan, yang berarti al-sajiyah

(perangai), al-thabi,ah (kelakuan), tabi’at, (watak dasar), al-‘adat ( kebiasaan,

kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).3 Menurut

beberapa ahli pengertian dari akhlak, di definisikan sebagai berikut :

1. Al-Ghazali, menjelaskan bahwa khuluq, adalah suatu kondisi (hai’ah) dalam

jiwa (nafs) yang suci (rasikhah), dan dari kondisi itu tumbuh suatu aktivitas

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta : Balai
Pustaka, 1998), hlm. 117.
2
Jumhur dan Muh Suryo, “Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah”, (Bandung : CV.
Ilmu,1987), hlm. 25
3
Aminuddin, “Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum”, (Bogor: Ghalia
Indonesia), 2014, cet ke-3, hlm.152.
yang mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan

terlebih dahulu.4

2. Abdul Karim Zaidan, menjelaskan bahwa akhlak adalah nilai-nilai dan sifat-sifat

yang tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya seseorang

dapat menilai perbuatannya baik atau buruk, untuk kemudian memilih

melakukan atau meninggalkannya.5

3. Al-Jahizh, menjelaskan bahwa akhlak adalah jiwa seseorang yang selalu

mewarnai setiap tindakan dan perbuatannya, tanpa pertimbangan atau keinginan.

Akhlak sangat meresap hingga menjadi bagian dari watak dan karakter

seseorang.6

4. Khamis, menggemukakan bahwwa akhlak itu sebagai keadaan kejiwaan yang

akan membentuk tingkah laku manusia, mengajarkan masalah-masalah kebaikan

dan keburukan, cara untuk mempraktekan kebaikan dan menolak keburukan.7

5. Bactiar Afandi, mendefinisikan akhlak sebagai sebuah kekuatan dominan dari

berbagai kecenderungan yang ada pada diri manusia.8

Jadi, akhlak adalah keadaan jiwa yang telah terlatih sehingga dalam jiwa

tersebut benar-benar telah melekat sifat – sifat yang melahirkan perbuatan-

perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan akhlak siswa yaitu sifat yang tertanam

dalam jiwa siswa, sehingga melahirkan perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-

4
Muhaimin, MA., dkk, “Kawasan dan Wawasan Studi Islam”, (Jakarta: Kencana, Prenada
Media Group), 2007, cet ke-2, hlm.262.
5
Yanuar Ilyas,”Kuliah Akhlak”,(Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengalaman
Islam),2011,hlm.2
6
M. Imam Pamungkas, “Akhlak Muslim Modern”, (Bandung: Marja), 2012, hlm.23.
7
Zurqoni, “Menakar Akhlak Siswa: Konsep & Strategi Penilaian Akhlak Mulia Siswa”,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), 2016, cet ke-3, hlm.29.
8
Edy Yusuf Nur, “Mutiara Akhlak Islami”, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga), 2013, cet ke-1,
hlm.2.
hari, baik itu terhadap Allah, sesama manuisa, diri sendiri maupun dengan makhluk

lain sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Dari kedua pengertian diatas tentang pengertian pembinaan dan akhlak,

maka dapat penulis simpulkan bahwa pembinaan akhlak, merupakan usaha

sungguh-sungguh dalam rangka membentuk sifat yang melekat dalam diri anak /

siswa, sehingga melahirkan perilaku yang baik.

B. Sumber dan Tujuan Pembinaan Akhlak

Sumber pembinaan akhlak adalah yang menjadi ukuran baik dan buruk atau

mulia dan tercela. Sebagaimana ajaran Islam, sumber akhlak adalah Al-Qur’an dan

Sunnah, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat sebagaimana pada konsep

etika dan moral.9 Kedudukan akhlak dalam ajaran agama Islam sangat penting

karena Allah mengutus Nabi Muhammad saw dengan maksud untuk membina dan

menyempurnakan akhlak. Hal ini ditegaskan dalam Q.S Al-Ahzab ayat 21 :

۟ L‫انَ يَرْ ُج‬LL‫نَةٌ لِّمن َك‬L ‫ َوةٌ َح َس‬L ‫ول ٱهَّلل ِ ُأ ْس‬
‫وْ َم‬LLَ‫وا ٱهَّلل َ َو ْٱلي‬L ِ L ‫انَ لَ ُك ْم فِى َر ُس‬LL‫ ْد َك‬L َ‫لَّق‬
َ

ْ‫ٱل‬

‫َءا‬

LL‫ِخ‬

‫َر‬

‫َو َذ‬

LLL‫َك‬
9
Yanuar Ilyas,”Kuliah Akhlak”,(Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengalaman
Islam),2011,hlm.2.
‫َر‬

َ ‫ٱهَّلل‬

L ِ‫َكث‬

‫ي ًر‬

‫ا‬

Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Adapun tujuan pembinaan akhlak adalah mencapai kebahagiaan hidup umat

manusia dalam kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat. Karena dengan

berakhlakul karimah seseorang akan tenang dan tentram dalam menjalani

kehidupan.10 Tujuan pembinaan akhlak kepada anak meliputi :11

1. Melahirkan perbuatan yang mulia dan sempurna dalam hubungan ibadah kepada

Allah, hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan tumbuh-tumbuhan

dan makhluk Allah yang lain.

2. Terhindar dari perbuatan hina dan tercela dalam hubungan kepada Allah, Rasul,

sesama manusia, binatang, tumbuhan dan makhluk yang lain.

3. Melahirkan perbuatan yang serasi antara kata-kata dan tindakan, antara teori dan

praktek.

10
Sidik Tono, dkk, “Ibadah dan Akhlak dalam Islam”, (Yogyakarta:Universitas Islam Indonesia
Press), 2009, hlm.89.
11
Direktorat Jendral Mnajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Kementrian Pendidikan
Nasional, “Pedoman Pembinaan Akhlak Mulia Siswa Melalui Pengembangan Budaya Sekolah”,
(Jakarta : 2010), hlm.21.
4. Melahirkan perbuatan yang mempunyai keseimbangan dalam memenuhi

kebutuhan duniawi dan ukhrawi lahir maupun batin, dan jasmani maupun

rohani.

5. Memperoleh kemudahan dalam memenuhi hak dan kewajiban dan tetap terjaga

martabatnya secara terhormat baik di dunia maupun diakhirat.

C. Pembagian Akhlak Bagi Seorang Anak

Secara garis besar akhlak dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Akhlak Terpuji (al-akhlak al-karimah atau al-mahmudah)

Akhlak terpuji yaitu akhlak yang senantiasa berada dalam kontrol

Ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan kondusif bagi kemaslahatan

umat.12 Akhlaqul karimah merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang

kepada Allah, yang dilahirkan berdasarkan sifat-sifat terpuji, dan akhlak yang

baik merupakan rantai iman.13 Bentuk-bentuk akhlak terpuji (al-akhlak al-

karimah atau al-mahmudah), yaitu bersifat sabar, bersifat benar (istiqamah),

memelihara amanah, bersifat adil, bersifat kasih sayang, bersifat hemat bersifat

berani, bersifat kuat, menepati janji, dan lain sebagainya.14

2. Akhlak tercela (al-akhlak al-madzmumah)

Akhlak tercela, yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol ilahiyah, atau

berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaran syaitaniyah dan dapat

membawa suasana negatif serta destruktif bagi kepentingan manusia. 15 Apabila

12
Aminuddin, “Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum”, (Bogor: Ghalia
Indonesia), 2014, cet ke-3, hlm.153.
13
M.Yatimin Abdullah, “Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an”, (Jakarta: Amzah), 2007,
hlm.40.
14
Ibid, hlm.41-46.
15
Aminuddin, “Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum”, (Bogor: Ghalia
Indonesia), 2014, cet ke-3, hlm.153.
seseorang melaksanakannya niscaya mendapatkan dosa (adz-dzanb) dari Allah

karena perbuatan tersebut adalah perbuatan yang tercela dihadapan Allah.

Untuk menghilangkan akhlak tercela atau akhlaqul madzmumah, dari kecil harus

ditanamkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah.16 Bentuk dalam akhlak ini

yaitu seperti takabur, berkhianat, kufur, malas, sombong, riya, dengki, iri hati,

dan lain sebagainya.17

Sedangkan, ruang lingkup akhlak terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Akhlak kepada Allah

Manusia diciptakan dalam keadaan fitrah yang berarti memiliki

kecenderungan bertauhid kepada Allah. Manusia dalam hubungannya dengan

Ilahi berposisi sebagai makhluk (yang diciptakan) sedangkan Allah berposisi

sebagai al-Khaliq (pencipta). Manusia sebagai hamba memiliki kewajiban

berakhlak kepada Allah dengan cara mengimani dan menjalankan segala hal

yang diperintahkan.18 Diantara akhlak mulia kepada Allah adalah sebagai

berikut:

a. Mentahuidkan Allah, yakni menyembah hanya kepada Allah, tidak

memusyrikkan-Nya kepada sesuatu apa pun.19

b. Taat kepada Aturan-Nya, yaitu menaati segala perintah dan menjauhi

segala larangan-Nya. Termasuk dalam hal ini adalah ketaatan dan

kepatuhan kepada Rasulullah, karena melalui beliaulah aturan-aturan

Allah sampai ke pada manusia.20


16
Yatimin Abdullah, “Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an”, (Jakarta: Amzah), 2007,
hlm.40.
17
Ibid, hlm. 62-69.
18
Zurqoni, “Menakar Akhlak Siswa: Konsep & Strategi Penilaian Akhlak Mulia Siswa”,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), 2016, cet ke-3, hlm.56.
19
Drs.M.Yatimin Abdullah, “Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an”, (Jakarta : Amzah), 2007,
hlm.201.
20
M. Imam Pamungkas, “Akhlak Muslim Modern”, (Bandung: Marja), 2012, hlm.51.
c. Beribadah kepada Allah, berakhlak mulia kepada Allah dimanifestasikan

melalui ibadah. Ibadah adalah menjalankan amalan-amalan yang

diperintahkan Allah, baik dalam makna khusu (ibadah mahdah) maupun

umum (ghairu mahdhah). Pelaksanaan ibadah ini harus benar-benar

didasarkan atas penghambaan manusia kepada Allah, bukan karena motif

subyektif tertentu yang bertentangan dengan hakekat ibadah.21

d. Bertakwa kepada Allah, adapun yang dimaksud bertakwa kepada Allah

adalah melaksanakan apa yang diperintahkan Allah dan meninggalkan

apa-apa yang di larang-Nya, takwa merupakan puncak dari segala akhlak

mulia.22

e. Bedoa kepada Allah, doa sejatinya merupakan pengakuan akan

keterbatasan, ketidakmampuan dan ketidakberdayaan manusia. Selain itu,

doa juga sebagai pengakuan akan keagungan dan kemahakuasaan

Allah .23

f.Berzikir kepada Allah, zikir yaitu ingat kepada Allah, memperbanyak

megingat Allah baik diwaktu lapang maupun sempit, dan baik diwaktu

sehat maupun sakit.24

2. Akhlak kepada makhluk, dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

a. Akhlak terhadap manusia, dapat dirinci sebagai berikut :

1) Akhlak kepada Rasulullah, seperti mencintai Rasulullah secara tulus

dengan mengikuti semua sunnahnya.

21
Dr.Zurqoni, “Menakar Akhlak Siswa : Konsep & Strategi Penilaian Akhlak Mulia Siswa”,
(Yogyakarta : Ar-Ruzz Media), 2016, cet ke-3, hlm.57.
22
Drs.M.Yatimin Abdullah, “Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an”, (Jakarta: Amzah), 2007,
hlm.202.
23
M. Imam Pamungkas, “Akhlak Muslim Modern”, (Bandung: Marja), 2012, hlm.53.
24
Drs.M.Yatimin Abdullah, “Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an”, (Jakarta : Amzah), 2007,
hlm.204
2) Akhlak kepada orang tua, yaitu berbuat baik kepada orang tua dengan

segala ucapan dan perbuatan, seperti bertutur kata yang sopan,

mentaati perintah, meringankan beban dan lain-lain.25

3) Akhlak kepada diri sendiri, yaitu sebagai seorang individu

berkewajiban menjaga eksistensi dirinya dengan sebaik-baiknya,

karena eksistensi diri yang baik merupakan pangkal utama bagi

pencapaian kebaikan pribadi, bahkan alam seluruhnya. Manusia terdiri

dari aspek jasmani dan rohani sehingga manusia terhadap diri sendiri

mencakup kedua aspek tersebut. Tindakan untuk jasamani yakni

memelihara jasmani dengan memenuhi kebutuhannya seperti makanan,

pakaian dan lain-lain. Tindakan yang dilakukan untuk rohani yakni

memenuhi keperluannya seperti pengetahuan dan menghiasi diri

dengan sifat-sifat terpuji.26

4) Akhlak kepada sanak keluarga, ada beberapa kewajiban akhlak

terhadap sanak keluarga yang sangat ditekankan oleh al-Ghazali, yaitu

berkunjung kepada sanak keluarga sekali-kali dan mengundang

mereka kerumah untuk dihibur. Semua itu untuk memperkuat

silaturahim.27

5) Akhlak terhadap guru, merupakan cerminan seorang murid yang patuh

dan taat terhadap perintah dan menjalankan segala aturan yang

terdapat di dalam lingkungan sekolah. Dalam lingkungan sekolah,

guru adalah sebagai orang tua, akhlak yang harus dimiliki siswa
25
Aminuddin, “Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum”, (Bogor: Ghalia
Indonesia), 2014, cet ke-3, hlm.154.
26
Dr.Zurqoni, “Menakar Akhlak Siswa: Konsep & Strategi Penilaian Akhlak Mulia Siswa”,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), 2016, cet ke-3, hlm.58-59.
27
Drs. Edy Yusuf Nur, “Mutiara Akhlak Islami”, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga), 2013, cet
ke-1, hlm.166.
terhadap guru diantaranya menghormati dan memuliakan guru dengan

tulus, bertutur kata yang baik dan sopan, ikhlas, tunduk dan patuh

terhadap perintah dan nasihat guru, dan lain sebagainya.

6) Akhlak kepada teman, manusia sebagai makhluk hidup individu juga

makhluk sosial, yaitu manusia tidak dapat hidup seorang diri tetapi

membutuhkan orang lain atau teman. Dalam pertemanan, tentunya

harus menjaga etika dan perlu menunjukkan akhlak mulia. Akhlak

mulia kepada teman, seperti memberi salam ketika bertemu, saling

mengingatkan kepada Alah, saling mendoakan, saling bertukar ide dan

pemikiran yang berguna, dan lain-lain.28

7) Akhlak kepada masyarakat, seperti memuliakan tamu, menghormati

nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat, saling tolong-

menolong dan lain sebagainya.29

b. Akhlak kepada bukan manusia (lingkungan alam atau hidup)

Lingkungan dalam makna alam adalah segala sesuatu yang

terdapat dilangit dibumi beserta isinya. Manusia sebagai khalifah

dibumi diberi kepercayaan untuk mengelola dalam dan diharapkan

dapat menjadi rahmat bagi alam semesta. Oleh sebab itu, manusia

mempunyai tugas dan kewajiban terhadap alam untuk melestarikan dan

memelihara dengan baik.30

D. Faktor yang Mempengaruhi Pembinaan Akhlak pada Anak

28
M. Imam Pamungkas, “Akhlak Muslim Modern”, (Bandung: Marja), 2012, hlm.56.
29
Aminuddin, “Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum”, (Bogor: Ghalia
Indonesia), 2014, cet ke-3, hlm.155.
30
Zurqoni, “Menakar Akhlak Siswa: Konsep & Strategi Penilaian Akhlak Mulia Siswa”,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media), 2016, cet ke-3, hlm.62.
Secara umum faktor yang mempengaruhi akhlak seseorang anak dapat

diklasifikasikan ke dalam dua bagian, yaitu:

1. Faktor Internal

a. Insting atau Naluri

Insting merupakan seperangkat tabiat yang dibawa manusia sejak lahir,

yang berfungsi sebagai penggerak dan pendorong lahirnya tingkah laku 31.

Selain itu insting juga merupakan faktor utama yang memunculkan sikap

dan perilaku dalam diri manusia. Tetapi karakter dalam diri manusia ini

dipandang masih primitive dan harus dididik dan diarahkan, maka akallah

yang mendidik dan mengarahkannya.32

b. Adat atau Kebiasaan

Adat atau kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan

seseorang yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama

sehingga menjadi kebiasaan.33 Kebiasaan yang sudah melekat pada diri

seseorang sukar untuk dihilangkan, tetapi jika ada dorongan yang kuat

dalam dirinya untuk menghilangkan, ia dapat mengubahnya.34

c. Keturunan (Wirotsah)

Maksudnya adalah berpindahnya sifat-sifat tertentu dari pokok (orang

tua) kepada cabang (anak). Sifat-sifat asasi anak merupakan pantulan sifat-sifat

asasi orang tuanya. Kadang-kadang mewarisi sebagian besar dari salah satu

sifat orang tuanya.35

3. Faktor Eksternal

31
Zahrudin, “Pengantar Studi Akhlak”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 2004, hlm.93.
32
M. Imam Pamungkas, “Akhlak Muslim Modern”, (Bandung: Marja), 2012, hlm.27.
33
Ibid, hlm.28
34
Aminuddin, “Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum”, (Bogor: Ghalia
Indonesia), 2014, cet ke-3, hlm.85.
35
Zahrudin, “Pengantar Studi Akhlak”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada), 2004, hlm.97.
a. Lingkungan Alam

Alam yang melingkupi manusia merupakan faktor yang

mempengaruhi dan menentukan seseorang. Lingkungan alam dapat

mematangkan pertumbuhan bakat yang dibawanya. Individu yang hidup

di lingkungan alam yang tandus, gersang dan panas akan berbeda dengan

individu yang hidup di lingkungan alam yang subur, dan sejuk.

Lingkungan alam dapat berpengaruh terhadap perangai dan pembawaan

seseorang.36

b. Lingkungan Pergaulan

Dengan adanya pergaulan, manusia bisa saling mempengaruhi,

seperti pemikiran, sifat dan tingkah laku. Lingkungan pergaulan ini,

meliputi beberapa hal. Pertama dalam lingkungan keluarga, keluarga

merupakan salah satu sumber yang memberikan dasar-dasar ajaran bagi

seseorang dan merupakan faktor terpenting dalam pembentukan

mentalnya. Kedua yaitu lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar adalah

lingkungan di luar rumah tempat tinggal individu bersosialisasi baik itu

dengan teman sebaya, tetangga, masyarakat, sekolah, ataupun organisasi.

Lingkungan sekitar juga berpengaruh terhadap kepribadian, mental dan

perilaku seseorang.37

E. Metode Pembinaan Akhlak pada Anak

Metode atau cara-cara yang dapat digunakan dalam upaya pembinaan

akhlak seorang anak adalah sebagai berikut :

1. Keteladan

36
M. Imam Pamungkas, “Akhlak Muslim Modern”, (Bandung : Marja), 2012, hlm.28.
37
Ibid, hlm.29.
Teladan merupakan metode yang paling efektif dibandingkan dengan

seribu kata-kata verbal atau nasihat. Teladan adalah bahasa tubuh yang paling

mudah ditangkap anak karena ia menggunakan visualisasi untuk menangkap

pesan yang tersampaikan.38 Kecenderungan mencontoh itu sangat besar

peranannya pada anak-anak, sehingga sangat besar pengaruhnya bagi

perkembangannya.

Orang tua harus berusaha menjadi teladan bagi anaknya. Teladan dalam

semua kebaikan dan bukan teladan dalam keburukan. Dengan keteladanan itu,

diharapkan anak, akan mencontoh atau meniru segala sesuatu yang baik

didalam perkataan dan perbuatan orang tuanya. Dengan demikian keteladanan

itu sangat penting, karena dalam interaksi pendidikan, anak tidak sekedar

menangkap ataupun memperoleh makna sesuatu secara ucapan pendidiknya,

akan tetapi justru melalui / dari keseluruhan pribadi, yang tergambar pada

sikap, tingkah laku ataupun akhlak para pendidiknya.39

2. Pembiasaan

Pembiasaan sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan ialah

sesuatu yang diamalkan. Inti pembiasaan ialah pengulangan.40 Islam ataupun

Al-Qur’an mempergunakan kebiasaan sebagai salah satu teknik pendidikan.

Lalu ia mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa

dapat menunaikan kebiasaan itu tanpa terlalu payah, tanpa kehilangan

banyak tenaga, dan tanpa menemukan banyak kesulitan.41

38
Ruqoyah Ridwan, “Cara Bahagia Mendidik Anak Menuju Sukses Dunia Akhirat”, (Jakarta:
Haqiena Media), 2014, hlm.53.
39
Ibid, hlm.216.
40
Ahmad Tafsir, “Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya),
1994, hlm.114.
41
Ahmad Tafsir, “Pendidikan Karakter Perspektif Islam”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset), 2013, cet.ke-3, hlm.115.
Berbagai kebiasaan harus dibentuk pada anak oleh para pendidiknya,

baik itu orang tua maupun sebagai guru. Pembiasaan sangat baik digunakan

oleh orang tua karena yang dibiasakan biasanya adalah hal yang benar,

sebagai seorang orang tua tidak boleh membiasakan anaknua untuk

berperilaku buruk. Hal ini, perlu disadari oleh orang tua, sebab perilaku

orang tua yang berulang-ulang, sekalipun hanya dilakukan secara main-

main, akan mempengaruhi anaknya untuk membiasakan perilaku itu.

Pembiasaan berjalan bersama-sama dengan keteladanan, sebab pembiasaan

itu dicontohkan oleh orang tua.42

3. Bimbingan dan Nasihat

Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-

kata yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap, dan oleh karena

itu terkadang kata-kata tersebut harus diulang-ulang.43 Bimbing dan

nasihati anak dengan penuh kasih sayang, sebab jiwa yang baik termasuk

sarana yang menghubungkan jiwa seseorang dengan cepat. Apalagi nasihat

yang diucapkan dengan tulus dan hati yang dalam, niscaya akan

memberikan pengaruh yang langsung menghunjam di hati seoarng anak.44

Cara ini banyak sekali ditemui dalam Al-Qur’an, karena bimbingan

dan nasihat pada dasarnya bersifat penyampaian pesan dari sumbernya

kepada pihak yang memerlukan. Didalam Al-Qur’an banyak nasihat

mengenai para Rasul/ Nabi terdahulu sebelum Muhammad SAW, yang

bermaksud menimbulkan kesadaran bagi yang mendengar atau

42
Ahmad Tafsir, “Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya),
1994, hlm.145.
43
Salman Harun, “Sistem Pendidikan Islam”, (Bandung: PT AlMa’arif), 1993, hlm.334.
44
Ummu Ihsan Choiriyah, “Mencetak Generasi Rabbani Mendidik Buah Hati Menggapai Ridha
Ilahi”, (Bogor: CV. Darul Ilmi), 2010, hlm.198.
membacanya, agar meningkatkan iman dan berbuat amal kebaikan dalam

menjalani hidup.

Dalam dunia pendidikan, bimbingan dan nasihat juga harus

dibarengi dengan keteladanan, karena bila terdapat teladan yang baik maka

nasihat akan sangat berpengaruh di dalam jiwa dan akan menjadi sesuatu

yang sangat besar dalam pendidikan rohani. Bimbingan dan nasihat sudah

sepatutnya dipergunakan dalam usaha membantu dan mengarahkan anak,

agar menjadi orang dewasa yang beriman yang mampu memanfaatkan

waktu dalam mengerjakan suatu yang diridhai Allah, untuk mengejar

keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan hidup didunia dan akhirat.45

4. Kedisiplinan

Dalam kehidupan, seorang anak harus dikenalkan dengan nilai-

nilai dan norma yang mengatur kehidupannya agar berlangsung tertib,

efisien dan efektif. Norma-norma itu sebagai ketentutan tata tertib hidup

yang harus dipatuhi atau ditaatinya. Pelanggaran atau penyimpangan dari tata

tertib itu akan merugikan dirinya dan bahkan dapat ditindak dengan mendapat

sanksi atau hukuman. Dengan kata lain setiap anak harus dibantu hidup secara

berdisiplin, dalam artian mau dan mampu mematuhi atau mentaati ketentuan-

ketentuan yang berlaku.46

Disiplin adalah adanya kesediaan untuk mematuhi ketentuan atau

peraturan-peraturan yang berlaku. Kepatuhan yang dimaksud adalah

bukanlah karena paksaan tetapi kepatuhan akan dasar kesadaran tentang

nilai dan pentingnya mematuhi peraturan-peraturan itu. Metode ini identik

dengan pemberian hukuman atau sanksi. Pendidikan dengan hukuman ini


45
Hadari Nawawi, “Pendidikan Dalam Islam”, (Surabaya: Al-Ikhlas), 1993, hlm.221.
46
Ibid, hlm.230.
hendaknya bermula dari ancaman hingga akhir pada penjatuhkan sanksi.

Jika ternyata anak tidak menghiraukan, maka sanksi harus benar-benar

dijatuhkan. Dengan demikian akan tertanam dalam jiwa anak bahwa

ancaman itu sungguh-sungguh dan bukan main-main.47

Tujuan pemberian sanksi atau hukuman yaitu untuk menumbuhkan

kesadaran anak tentang sesuatu yang dilakukan tersebut tidak benar,

sehingga anak tidak mengulanginya lagi. Kedisiplinan yang sudah

terbentuk dalam diri anak tentu jika sudah dewasa juga akan diwujudkan

pula dalam setiap aspek kehidupan, antara lain dalam disiplin kerja,

disiplin waktu, disiplin dalam melaksanakan perintah Allah, dan lain-

lain.48

F. Peran Orang Tua dalam Pembinaan Akhlak bagi Anak

Orang tua mempunyai peran penting dalam pembinaan akhlak bagi anak-

anaknya karena orang tua sebagai pendidikan pertama di lingkungan keluarga.

Ayah dan ibu harus berbagi peran dalam membina anak-anaknya. Keduanya

harus saling membantu, saling bahu-membahu serta kompak supaya proses

pembinaan berjalan sesuai dengan rencana. Adapun peran orang tua dalam

membina akhlak bagi anak yaitu sebagai berikut :

1. Memberikan contoh kepada anak dalam berakhlak mulia.

Orang tua yang tidak berhasil menguasai dirinya tentulah tidak sanggup

meyakinkan anak-anaknya untuk memegang akhlak mulia yang diajarkan.

Oleh karena itu, sebagai orang tua harus terlebih dahulu mengajarkan pada

47
Ummu Ihsan Choiriyah, “Mencetak Generasi Rabbani Mendidik Buah Hati Menggapai Ridha
Ilahi”, (Bogor : CV. Darul Ilmi), 2010, hlm.207.
48
Ibid, hlm.232.
dirinya tentang akhlak yang baik sehingga baru bisa memberikan contoh

pada anak.

2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mempraktikkan akhlak mulia.

Dalam keadaan bagaimana pun, sebagai orang tua akan mudah saja ditiru

oleh anak-anaknya, orang tua yang berakhlak mulia/baik tentu akan memiliki

seorang anak yang berakhlak mulia.

3. Memberi tanggung jawab sesuai dengan perkembangan anak.

Pada awalnya, orang tua harus memberikan pengertian terlebih dahulu,

setelah itu baru diberikan kepercayaan pada diri anak itu sendiri.

4. Mengawasi dan mengarahkan anak agar selektif dalam bergaul.

Orang tua tetap memberikan perhatian kepada anak-anak, di mana dan kapan

pun orang tua selalu mengawasi dan mengarahkan, menjaga mereka dari

teman-teman yang membawa pengaruh buruk.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pembinaan akhlak, merupakan usaha sungguh-sungguh dalam rangka

membentuk sifat yang melekat dalam diri anak / siswa, sehingga melahirkan

perilaku yang mulia atau baik.

2. Sumber dari pembinaan akhlak yaitu Q.S Al-Ahzab ayat 21. Adapun

tujuannya yaitu mencapai kebahagiaan hidup umat manusia dalam

kehidupannya, baik di dunia maupun di akhirat. Karena dengan berakhlakul

karimah seseorang anak akan tenang dan tentram dalam menjalani kehidupan.

3. Pembagian akhlak pada seorang anak ada dua yaitu pertama akhlak terpuji

(baik/mahmudah) dan akhlak tercela (buruk/mazmumah). Akhlak terpuji

adalah akhlak yang senatiasa terkontrol oleh Ilahiyah, sedangkan akhlak

tercela yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol oleh Ilahiyah.

4. Faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak bagi seorang anak yaitu faktor

internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari insting (naluri), adat

(kebiasaan), serta keturunan. Faktor eksternal terdiri dari lingkungan alam dan

lingkungan pergaulan.

5. Metode yang digunakan dalam pembinaan akhlak pada anak yaitu

keteladanan, pembiasaan, bimbingan (nasihat) serta kedisiplinan.

6. Peran orang tua dalam pembinaan akhlak pada anak yaitu memberikan contoh

kepada anak dalam berakhlak mulia, memberikan kesempatan kepada anak


untuk mempraktikkan, memberikan tanggung jawab serta mengawasi dan

mengarahkan.

B. Saran

Dalam upaya pembinaan akhlak pada seorang anak sudah seharusnya

sebagai orang tua hendaknya memberikan teladan, pembiasaan, memberikan

arahan serta mendampingi seorang anak sehingga seorang anak dapat memiliki

akhlak yang mulia (baik).

C. Kata Penutup
Demikian makalah yang penulis susun, semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat. Namun, apabila dalam penyusunan makalah ini ada

kesalahan kami mohon masukan yang membangun dari pembaca untuk

disampaikan kepada penyusun.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur’an. Jakarta: Amzah.

Aminuddin. 2014. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum Bogor:

Ghalia Indonesia.

Choiriyah,Ummu Ihsan. 2010. Mencetak Generasi Rabbani Mendidik Buah Hati

Menggapai Ridha Ilahi. Bogor: CV. Darul Ilmi.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta : Balai Pustaka.

Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah. 2010. Pedoman

Pembinaan Akhlak Mulia Siswa Melalui Pengembangan Budaya Sekolah. Jakarta:

Kementerian Pendidikan Nasional.

Hadari Nawawi,Hadari. 1993. Pendidikan Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas

Harun, Salman. 1993. Sistem Pendidikan Islam. Bandung: PT AlMa’arif.

Ilyas, Yanuar. 2011. Kuliah Akhlak. Yogyakarta : Lembaga Pengkajian dan Pengalaman

Islam.

Jumhur dan Muh Suryo. 1987. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung : CV.

Ilmu.

Muhaimin, MA., dkk. 2007. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana,

Prenada Media Group.

Nur,Edy Yusuf. 2013. Mutiara Akhlak Islami. Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

Pamungkas, M Imam. 2012. Akhlak Muslim Modern”. Bandung: Marja.

Ruqoyah Ridwan, Ruqoyah. 2014. Cara Bahagia Mendidik Anak Menuju Sukses Dunia

Akhirat. Jakarta: Haqiena Media.


Tafsir,Ahmad. 1994. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Tono, Sidik dkk. 2009. Ibadah dan Akhlak dalam Islam. Yogyakarta:Universitas Islam

Indonesia Press.

Zahrudin. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Zurqoni. 2016. Menakar Akhlak Siswa: Konsep & Strategi Penilaian Akhlak Mulia

Siswa. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai