Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERANAN PSIKOLOGI DALAM PENGEMBANGAN SIKAP


POSITIF BELAJAR PESERTA DIDIK

PSIKOLOGI PENDIDIKAN ISLAM

( DOSEN : JUHRI FAHRUDIN, M.Pd )

Di susun

Oleh:

1. SYAHRI RAMADHAN

2. NUR HASANAH

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PTDII

JAKARTA

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Bismillahhirrahmanirrahhim,

Assallammua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat tersusun
sampai dengan selesai. Shalawat serta salam kami sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
kepada keluarganya dan sahabatnya, dan kita semua sebagai HambaNya.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen, Bapak Juhri Fahrudin, M.Pd dan juga
kepada teman – teman semua. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan bagi pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Semoga senantiasa
kedepannya menjadi lebih baik lagi. Aamiin YaRobbal ‘alamiin.

Jakarta, 21 November 2021

Penyusun,

Syahri Ramadhan & Nur Hasanah

Jurusan Pendidikan Agama Islam

ii
DAFTAR ISI

PERANAN PSIKOLOGI DALAM PENGEMBANGAN SIKAP POSITIF BELAJAR


PESERTA DIDIK ............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ......................................................................................................ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I ................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 3

C. Tujuan Tulisan ............................................................................................... 3

BAB II .............................................................................................................................. 4

PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4

A. Sikap Belajar Peserta Didik ........................................................................... 4

B. Motivasi Belajar Peserta Didik ...................................................................... 6

C. Kemandirian Belajar Peserta Didik ............................................................... 8

BAB III ........................................................................................................................... 10

PENUTUP ................................................................................................................. 10

A. Kesimpulan .................................................................................................. 10

B. Saran ............................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi Pendidikan Islam adalah suatu bidang ilmu yang mempelajari jiwa manusia
dengan berbagai aspeknya berdasarkan ajaran Islam yang terdapat di dalam al-Qur’an, al-Hadis
dan pendapat para ulama. Ilmu ini sangat penting dalam merancang konsep pendidikan,
terutama yang berkaitan dengan penyusunan kurikulum, bahan ajar dan kegiatan proses belajar
mengajar.

Pendidikan merupakan bimbingan atau pertolongan secara sadar yang diberikan oleh
pendidik kepada peserta didik dalam perkembangan jasmaniah dan rohaniah ke arah
kedewasaan dan seterusnya ke arah terbentuknya kepribadian muslim. Dengan demikian
pendidikan Islam berlangsung sejak anak dilahirkan sampai mencapai kesempurnaannya atau
sampai akhir hidupnya. Dalam sabda Nabi SAW:

ِ ‫علَى الفِط َرةِ فَأَبَ َواهُ يُ َه ِودَانِ ِه اَو يُن‬


َ ‫َص َرانِ ِه اَو يُ َم ِج‬
‫سانِ ِه ( َر َواهُ ُمسلِم‬ َ ُ‫َما مِ ن َمولُود ا اَِّليُولَد‬

Artinya “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecenderungan
untuk percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut
beragama Yahudi, Nasrani, Majusi (H.R. Muslim)”.

Dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 30:

َ‫اس ََّل َيعلَ ُمون‬ ‫ٱّلل ۚ َٰذَلِكَ ٱلدِي ُن ٱلقَ ِي ُم َو َٰلَك ا‬


ِ ‫ِن أَكثَ َر ٱل ان‬ ِ‫ق ا‬ ِ ‫علَي َها ۚ ََّل تَبدِي َل ِلخَل‬ َ َ‫ٱّلل ٱلاتِى ف‬
َ ‫ط َر ٱل ان‬
َ ‫اس‬ ِ ‫فَأَقِم َوج َهكَ لِلد‬
ِ ‫ِين َحنِيفًا ۚ فِط َرتَ ا‬

Artinya; Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (Islam) sesuai fitrah Allah
disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah.
(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Dengan demikian agar pendidikan Islam dapat berhasil dengan sebaik-baiknya


haruslah menempuh jalan pendidikan yang sesuai dengan perkembangan anak didik, seperti
disebutkan dalam Hadis nabi:
‫لى عُق ُو ِل ِه م (الحديث‬
َ ‫ع‬َ ‫االنااس‬
َ ‫بو‬
ُ ِ‫خَاط‬

1
Artinya: “Berbicaralah kepada orang lain sesuai dengan tingkat

Munculnya berbagai macam metode, pendekatan dan strategi pembelajaran,


sebagaimana yang akhir-akhir ini terjadi, banyak dipengaruhi oleh konsep psikologi yang
dikembangkan para ahli. Semakin berkembang konsep psikologi, semakin berkembang pula
konsep pendidikan. Atas dasar pemikiran ini, setiap orang akan gagal, atau akan tersesat dan
keliru dalam menyusun kurikulum, bahan ajar, serta mendesain dan menerapkan metode,
pendekatan, strategi dalam pembelajaran , dan aspek pendidikan lainnya, apabila tidak
menguasai atau keliru dalam memahami psikologi pendidikan.
Melihat peran dan fungsinya yang demikian itu, maka psikologi pendidikan
merupakan mata kuliah wajib yang diberikan kepada para sarjana calon tenaga pendidik.
Namun demikian, psikologi pendidikan yang selama ini diberikan kepada para mahasiswa
calon sarjana pendidik adalah psikologi pendidikan yang didasarkan pada konsep psikologi
Barat yang belum tentu sesuai dengan psikologi pendidikan yang digali dari sumber ajaran
Islam, yakni al-Qur’an, al-Hadis, dan pendapat para filosof dan ulama Islam.
Dengan menerapkan rasa empati dalam membangun suasana belajar positif
diharapkan pada akhirnya dapat terjadi proses pembelajaran yang efektif. Efektifitas proses
pembelajaran diharapkan dapat menggali dan mengembangkan potensi siswa secara optimal.
Proses belajar ini diibaratkan sebagai suatu proses mengembangkan anak yang masih pada
tahap awal perkembangan. Dosen tidak bisa memaksakan bahwa peserta didik harus mencapai
sesuatu yang sulit atau belum dipahami. Dosen perlu memahami bahwa siswa memiliki
keragaman, sehingga di samping menguasai ilmu yang hendak diajarkan, dosen juga perlu
memiliki ketrampilan non teknis lain seperti teknik mengajar, memotivasi, empati, dan juga
psikologi anak. Sasaran akhir dari pengajaran bukanlah tersampaikannya materi dengan tuntas,
akan tetapi pada bagaimana memfasilitasi agar peserta didik mau belajar, mengalami
perubahan perilaku, dan ilmu yang diperoleh bermanfaat bagi kehidupan siswa. Proses belajar
yang diselenggarakan dosen harus lah yang bisa memotivasi siswa untuk memahami materi,
sekaligus memaknai pentingnya pembelajaran secara mandiri. Di samping itu, siswa juga bisa
menyadari bahwa ilmu yang dia peroleh bisa menjadi dasar untuk perubahan perilakunya serta
bisa menjadi bekal ketika yang bersangkutan bekerja atau berusaha.

2
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dituangkan beberapa masalah dalam
pertanyaanpertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana sikap belajar peserta didik?
2. Bagaimana motivasi belajar peserta didik?
3. Bagaimana kemandirian belajar peserta didik?

C. Tujuan Tulisan

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan makalah dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Menjelaskan bagaimana sikap belajar peserta didik.
2. Menjelaskan bagaimana motivasi belajar peserta didik.
3. Menjelaskan bagaimana kemandirian belajar peserta didik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sikap Belajar Peserta Didik


Sikap belajar adalah perasaan senang atau tidak senang, perasaan setuju atau tidak
setuju, perasaan suka atau tidak suka terhadap guru, tujuan, materi dan tugas-tugas serta
lainnya. Sikap belajar dapat diartikan sebagai kecendrungan perilaku ketika ia mempelajari
hal-hal yang bersifat akademik.
Sikap merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang akan diperoleh siswa. Setiap siswa memiliki
karakteristik yang berbeda, begitu pula dengan kecenderungan sikap yang dimilikinya.
Sebagaimana yang kita ketahui, pembelajaran merupakan segala usaha yang
dilakukan seorang pendidik agar terjadi belajar pada diri siswanya. Sedangkan belajar adalah
proses perubahan sikap. Perubahan sikap dapat diamati dalam proses pembelajaran, tujuan
yang ingin dicapai, keteguhan, dan konsistensi terhadap sesuatu. Perubahan ini merupakan
salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Untuk
itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk pengalaman belajar peserta didik
yang membuat sikap peserta didik terhadap mata pelajaran menjadi lebih positif.
Definisi sikap menurut beberapa ahli,

1. Attitude merupakan status mental seseorang (Spencer, 1862)

2. Sikap merupakan bentuk evaluasi atau reaksi perasaan (Osgood, dkk, 1928)

3. Sikap merupakan respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan (LanPierre,
1934)

4. Sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal ersaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
predisposisi (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Secord
and Backman, 1964).
5. Menurut Trow, Sikap adalah suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis
tindakan pada situasi yang tepat.
6. Allport, mengemukakan bahwa sikap adalah suatu kesiapan mental dan syaraf yang
tersusun melalui pengalaman dan memberikan pengaruh langsung kepada respons
individu terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek itu. Sikap

4
tidak muncul seketika atau dibawa lahir, tapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman
serta memberi pengaruh langsung pada respon seseorang.
7. Wayne Harlen, mengemukakan bahwa sikap merupakan kesiapan dan kecenderungan
seseorang untuk bertindak dalam menghadapi suatu objek atau situasi tertentu.
8. Azwar (2000 : 6) mengatakan bahwa sikap adalah evaluasi umum yang dibuat manusia
terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isue. Menurut Azwar contoh sikap
peserta didik terhadap objek misalnya sikap terhadap sekolah atau terhadap mata
pelajaran. Sikap peserta didik terhadap mata pelajaran harus lebih positif setelah peserta
didik mengikuti pembelajaran dibanding sebelum mengikuti pembelajaran. Perubahan
ini merupakan salah satu indikator keberhasilan pendidik dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Untuk itu pendidik harus membuat rencana pembelajaran termasuk
pengalaman belajar peserta didik yang membuat sikap peserta didik terhadap mata
pelajaran menjadi lebih positif.
Menurut ilmu psikologi sikap merupakan pola reaksi individu terhadap sesuatu
stimulus yang berasal dari lingkungan. Sikap (Attitude) dapat diartikan sebagai suatu
kecenderungan untuk bereaksi terhadap suatu hal orang atau benda dengan suka, tidak suka
atau acuh tak acuh. Sikap merupakan suatu kencenderungan untuk bertindak secara suka atau
tidak suka terhadap suatu objek. Sikap dapat dibentuk melalui cara mengamati dan menirukan
sesuatu yang positif, kemudian melalui penguatan serta menerima informasi verbal.
Sikap mempunyai tingkatan, berikut adalah tingkatan sikap menurut Azwar
(2005),yaitu ;
1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus


yang diberikan (objek).
2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas


yang diberikan adalah suatu indikasi sikap, karena dengan suatu usaha untuk
menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan
itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain
terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, ketika
seseorang mau mengajak orang lain datang mengunjungi restoran kesukaannya,

5
maka berarti dia telah memiliki sikap positif terhadap restoran atau menu
makanan di restoran tersebut.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau
menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang
tuanya sendiri.

B. Motivasi Belajar Peserta Didik

Motivasi belajar artinya dorongan dari diri siswa untuk mencapai tujuan belajar,
misalnya pemahaman materi atau pengembangan belajar. Dengan adanya motivasi, siswa akan
senantiasa semangat untuk terus belajar tanpa ada paksaan dari pihak manapun. Dalam hal ini,
motivasi belajar siswa harus ditingkatkan. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa tentu
bukan pekerjaan mudah. Namun, Bapak/Ibu tetap harus mencoba semangat dan selalu optimis.
Adapun cara meningkatkannya adalah sebagai berikut;

1. Menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan beragam

Cara meningkatkan motivasi belajar siswa bisa dengan meragamkan metode


pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan kebosanan siswa saat berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar. Jika siswa sudah mulai bosan dengan materi yang disampaikan,
Bapak/Ibu bisa mengubah metode yang lain, misalnya diskusi kelompok, sesi tanya jawab,
demonstrasi, dan sebagainya.

2. Menjadikan siswa sebagai peserta didik yang aktif

Cara selanjutnya adalah dengan membuat siswa menjadi aktif di kelas. Keaktifan
siswa bisa mendorong dirinya untuk terus belajar dan semangat dalam memecahkan suatu
permasalahan. Salah satu contohnya adalah dengan memberikan sejumlah pertanyaan
berorientasi. Bagi siswa yang berani menjawab, baik benar atau salah, akan mendapatkan
reward yang menguntungkan.

3. Memanfaatkan media seoptimal mungkin

6
Bapak/Ibu bisa memanfaatkan media sebagai salah satu cara meningkatkan motivasi
belajar siswa. Melalui media, siswa bisa mendapatkan hal baru yang belum pernah mereka
dapatkan sebelumnya. Adapun contohnya adalah dengan menampilkan visualisasi
pembelajaran yang sedang berlangsung. Melalui visualisasi, siswa bisa lebih mudah memahami
suatu materi. Jika mereka paham, pasti mereka akan semangat dan termotivasi untuk terus
belajar.

4. Menciptakan kompetisi

Kompetisi atau persaingan yang terjadi selama pembelajaran, ternyata bisa


menumbuhkan motivasi tersendiri bagi siswa. Melalui kompetisi, mereka akan saling
membuktikan bahwa merekalah yang terbaik. Agar menjadi yang terbaik, siswa dituntut untuk
terus belajar. Kondisi inilah yang nantinya bisa meningkatkan motivasi belajar siswa. Contoh
motivasi belajar siswa melalui kompetisi adalah dengan membuat cerdas cermat di dalam kelas.
Bagi kelompok yang menang, tentu akan mendapatkan hadiah dan tambahan nilai. Sementara
itu, kelompok yang kalah hanya akan mendapatkan tambahan nilai saja.

5. Mengadakan evaluasi secara berkala

Evaluasi merupakan salah satu cara guru untuk mengukur kompetensi siswanya.
Melalui evaluasi, Bapak/Ibu bisa mengukur keefektifan pembelajaran yang telah dilakukan.
Jika hasil evaluasi selalu menunjukkah hasil yang baik, maka bisa disimpulkan bahwa sebagian
besar siswa memiliki motivasi belajar yang cukup besar. Contohnya adalah dengan membuat
penilaian terkait aktivitas siswa, misalnya tugas dan kuis.

6. Sampaikan motivasi secara langsung

Salah satu cara meningkatkan motivasi siswa adalah dengan memberinya motivasi.
Pada poinpoin sebelumnya, motivasi yang Bapak/Ibu berikan adalah motivasi tidak langsung.
Nah, ternyata Bapak/Ibu juga bisa memberi siswa motivasi secara langsung, yaitu dengan
menceritakan kisah sukses Bapak/Ibu atau tokoh-tokoh lain. Saat mendengar kesuksesan orang
lain, tak jarang mereka akan termotivasi untuk mengikuti jejaknya. Alhasil, mereka bisa lebih
giat lagi dalam belajar.

7. Dermawan akan pujian

7
Pujian merupakan ucapan yang bisa memberikan sentuhan positif secara verbal. Melalui
pujian, seseorang akan merasa dihargai, begitu juga dengan para peserta didik. Contohnya
Bapak/Ibu bisa memberikan apresiasi berupa pujian pada siswa yang berhasil menyelesaikan
tugas dengan baik. Dengan demikian, siswa tersebut akan terus termotivasi untuk menjadi yang
terbaik di hadapan gurunya. Untuk siswa yang tidak menyukai pujian, Bapak/Ibu bisa
menyiasatinya dengan reward yang lain.

C. Kemandirian Belajar Peserta Didik

Pengertian Kemandirian secara psikologis dan mentalis yaitu keadaan seseorang yang
dalam kehidupannya mampu memutuskan dan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan dari orang
lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan
memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik
dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya, maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan
dialaminya (Hasan Basri,2000:53). Setiap kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar
berhasil sesuai keinginan dirinya maka diperlukan adanya kemandirian yang kuat. Menurut
Nurwahyuni
(2013) Kemandirian belajar adalah kesanggupan siswa dalam menjalani kegiatan belajar
dengan seorang diri tanpa tergantung kepada orang lain yang dilakukan dengan penuh
kesabaran dan mengarah kepada suatu pencapaian tujuan yang diinginkan siswa.

Pengertian Kemandirian Belajar siswa menurut Haris Mujiman (2005:1) adalah


kegiatan Belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi
guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang
dimiliki. Penetapan kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara pencapaiannya – baik
penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama belajar, tempo belajar, cara belajar, maupun
evaluasi belajar yang dilakukan oleh siswa sendiri. Di sini Kemandirian Belajar lebih dimaknai
sebagai usaha siswa untuk melakukan kegiatan Belajar yang didasari oleh niatnya untuk
menguasai suatu kompetensi tertentu.

Kemandirian belajar sangat penting, karena sikap kemandirian bertujuan agar dapat
mengarahkan diri ke arah perilaku positif yang dapat menunjang keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Kemandirian ini menekankan pada aktivitas dalam belajar yang penuh tanggung
jawab sehingga mampu mencapai hasil belajar yang baik.

8
Siswa atau peserta didik yang mempunyai Kemandirian Belajar dapat dilihat dari
kegiatan belajarnya, dia tidak perlu disuruh untuk belajar serta memiliki inisiatif dalam belajar.
Untuk mengetahui apakah siswa itu mempunyai Kemandirian Belajar, maka perlu diketahui
ciriciri Kemandirian belajar.

Spancer dan Koss, merumuskan ciri-ciri kemandirian belajar sebagai berikut:

1) Mampu mengambil inisiatif.

2) Mampu mengatasi masalah.

3) Penuh ketekunan.

4) Memperoleh kepuasan dari hasil usahanya.

5) Berkeinginan mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orng lain.

Adapun ciri-ciri Kemandirian Belajar menurut Sardiman sebagaimana dikutip oleh Ida
Farida Achmad (2008:45) meliputi:

1) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan bertindak atas kehendaknya


sendiri

2) Memiliki keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan

3) Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet dan tekun untuk mewujudkan harapan

4) Mampu untuk berfikir dan bertindak secara kreatif, penuh inisiatif dan tidak sekedar meniru

5) Memiliki kecenderungan untuk mencapai kemajuan, yaitu untuk meningkatkan prestasi


belajar

6) Mampu menemukan sendiri tentang sesuatu yang harus dilakukan tanpa mengharapkan
bimbingan dan tanpa pengarahan orang lain.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, sikap adalah kecenderungan untuk


bertindak berkenaan dengan objek tertentu. Sikap bukan tindakan nyata (overtbehavior)
melainkan masih bersifat tertutup (covertbehavior). Dari semua pengertian yang di ungkapan
di atas dapat diambil sebuah pengertian tentang sikap, yaitu sikap adalah penilaian seseorang
terhadap suatu obyek, situasi, konsep, orang lain maupun dirinya sendiri akibat hasil dari proses
belajar maupun pengalaman di lapangan yang menyatakan rasa suka (respon positif) dan rasa
tidak suka (respon negatif). Sikap merupakan salah satu tipe karakteristik afektif yang sangat
menentukan keberhasilan seseorang dalam proses pembelajaran.
Beberapa upaya dapat dilakukan untuk menumbuhkan sikap mandiri belajar bagi
peserta didik, peran guru sangat berpengaruh dalam menumbuhkan motivasi peserta didik
karena guru merupakan sosok yang dianggap teladan dan dianggap contoh bagi peserta didik.
Berikut beberapa peran guru :
a. Guru sebagai pendidik bagi siswa SD, guru merupakan sosok yang paling berpengaruh
terhadap perilaku peserta didik, bagi siswa guru merupakan sosok panutan yang ditiru oleh
peserta didik sehingga guru sebagai pendidik wajib memenuhi standar kualitas guru yang ideal,
membentuk pribadi yang berwibawa, disiplin, bertanggung jawab, tegas, dan mandiri.

b. Guru sebagai pengajar, dalam hal ini guru berperan untuk membantu peserta didik
untuk membentuk kompetensinya, membantu siswa untuk memahami sesuatu yang
sebelumnya tidak diketahui, menjadikan peserta didik yang sebelumnya tidak bisa menjadi
bisa, yang belum mengerti menjadi mengerti.

c. Guru sebagai pembimbing, dalam hal ini guru bertugas untuk mengarahkan peserta
didik serta memberikan petunjuk dan arahan bagi peserta didik agar tercapai tujuan yang
hendak dituju.

d. Guru sebagai penasihat, selain membimbing dan mengajar tugas guru yang lain
diantaranya adalah memberikan edukasi dan pendidikan moral bagi peserta didik sehingga
selain memberikan ilmu pengetahuan guru juga bertanggung jawab dalam menanamkan nilai-
nilai moral pada peserta didik, oleh karena itu guru harus senantiasa melakukan observasi
10
terhadap perilaku peserta didik agar tidak terjadi penyimpangan, dan andai kata terjadi
penyimpangan tugas guru adalah memberikan nasihat agar peserta didik tidak mengulangi
perbuatannya.

Hasil temuan dari Tasyek (1383) memperlihatkan bahwa sikap religius atau sikap
keagamaan peserta didik itu mempengaruhi perkembangan mental, sikap emosional mereka,
dan memiliki keterkaitan terhadap kesehatan, yaitu kesehatan mental dari peserta didik. Sikap
religius yang baik akan berdampak positif bagi kesehatan mentalnya karena kesehatan
hakikatnya sebagai pusat kualitas dalam hidup seseorang (Gatab, 2016). Dalam peneliti lain
menganggap bahwa dalam penerapan, pembinaan sikap religius yang benar harus berifat
terbuka dan santun. Sikap religius yang diterapkan kepada peserta didik bertujuan dalam
pembentukan karakter, yang dari karakter tersebut akan ia bawa sampai masa yang akan datang.
Bagaikan sebuah bibit unggul yang ditanam, kemudian ia rajin menyiram serta merawatnya
dengan penuh kasih sayang, maka ia akan tumbuh berkembang dan menjadi pohon yang
berbuah lebat dan manis. Seperti halnya dengan pembinaan sikap keagamaan yang ditanamkan
pada peserta didik sejak usia dini, mereka akan membawa bibit nilai kebaikan sampai masa
depan. Namun apabila dalam perjalanannya terdapat banyak rintangan serta godaan sehingga
ia terpengaruh, maka buah yang lebat lagi manis tak dapat ia tuai. Rintangan dapat berupa
pengaruh teman dengan sikap yang buruk, kegiatan anak muda yang suka nongkrong,
perkembangan sosial media yang kurang bermanfaat, hubungan percintaan dikalangan anak
muda dan masih banyak lagi (Abdullah, 2019).

B. Saran

Kemandirian belajar sangat penting. Karena sikap kemandirian bertujuan agar dapat
mengarahkan diri ke arah perilaku positif yang dapat menunjang keberhasilan proses
pembelajaran dan kemandirian menekankan pada aktivitas dalam belajar yang penuh tanggung
jawab sehingga mampu mencapai hasil belajar yang baik.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sabri, Alisuf. 1996. Spikologi Pendidikan Islam. Jakarta : CV Pendoman Ilmu Jaya

Anton Sukarno. 1999. Ciri – ciri Kemandirian Belajar. Jakarta : Kencana Prenada Media

Jacob Utomo. 1980. Kemandirian Belajar Siswa Perli Ditingkatkan. Jakarta : Bumi Aksara

Rosnida. 2007. Kemandirian Dalam Perilaku. Jakarta : Bumi Aksara

Rifky. Jurnal Ilmu Pendidikan. 2020. Strategi guru dalam menumbuhkan kemandirian belajar
peserta didik.

Eka Viandari. 2020. Motivasi belajar siswa : Jenis dan cara meningkatkannya

12

Anda mungkin juga menyukai