Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Urgensi Agama bagi Manusia

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah : Metodologp Studi Islam

Dosen Pengampu : Bapak Dr. Badrut Tamam, M.Pd, I

Disusun Oleh :

Kelompok 1

Ririn Delia Puspita : 2011305039

Rida Jelita Pratama : 2211305001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNUVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS SAMARINDA


(UINSI)

2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya yang
begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan “Makalah” ini tepat pada waktu yang telah
di tentukan. Penulis sadar bahwa tulisan ini jauh dari kata yang sempurna. Sebelumnya penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Badrut Tamam, M.Pd, I selaku dosen mata
kuliah “Metodologp Studi Islam” yang telah memberikan penulis kesempatan untuk
menyampaikan makalah ini. Suatu kebanggaan bagi penulis yang telah diberi kepercayaan oleh
dosen pengampu untuk menjelaskan hal tersebut. Maka dari itu, penulis sebagai pihak yang
diberi tugas, mencoba memaparkan beberapa sumber, dalam bentuk makalah yang akan penulis
kumpulkan ini. Sekian dari penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan baik dari segi penulisan
maupun redaksi. Kritik dan saran sangat kami harapkan. Mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi yang membaca makalah ini, untuk
menambah pengetahuan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Samarinda, 16 September 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii

BAB I .............................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .......................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 1

C. Tujuan Penulis ..................................................................................................................... 1

BAB II............................................................................................................................................. 2

PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 2

A. Urgensi Agama bagi Manusia .............................................................................................. 2

BAB III ........................................................................................................................................... 9

PENUTUP....................................................................................................................................... 9

A. Kesimpulan .......................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberadaan agama memiki perana yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Manusia memerlukan agama karena kelemahan dan keterbatasan yang dimiliki.
Manusia membutuhkan kekuatan yang tak tergoyahkan dalam segala hal sebagai
penopang, yakni Tuhan (Allah Swt). Ketika manusia merasa terbatas dalam segala hal,
terutama dalam hal spiritual dan metafisik, mereka mengupayakan pencarian sumber
yang dianggap dapat diandalkan, yaitu agama. Kehidupan manusia sangat dipengaruhi
oleh agama, dimana agama mengarahkan mereka menuju kebaikan, kebahagiaan, dan
ketenangan sesuai dengan keyakinan dan cara mereka beribadah.
Agama adalah ilmu pengetahuan mengenai filsafat dan cara hidup. Pandangan
filosofi adalah pandangan luas, prinsip-prinsip fundamental, atau pandangan dunia yang
diadopsi oleh setiap individu dan masyarakat sebagai panduan dalam menjalani
kehidupan mereka. Filosofi tersebut meliputi esensi kehidupan, peran utama manusia,
dan tujuan eksistensi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Urgensi Agama bagi Manusia?
C. Tujuan Penulis
1. Untuk mengetahui Urgensi Agama bagi Manusia

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Urgensi Agama bagi Manusia


1. Agama Dilihat dari Berbagai Perspektif
Menurut Quraish Shihab, agama memiliki banyak bentuk dan variasi definisi
meskipun kata ini mudah diucapkan dan dapat dijelaskan secara sederhana oleh
orang awam, namun memberikan batasan atau definisi yang tepat terasa sangat suit.
Yang paling memadai terutama untuk ahli.
Agama dikenal sebagai din dalam bahasa Arab, religi dalam bahasa Eropa, dan di
indonesia, agama menjadi sebutan yang lebih familiar. Istilah agama terdiri dari dua
kata, yaitu “a” (tidak) dan “gam” (pergi), sehingga agama secara konseptual tidaklah
berpindah tetapi bertahan di tempatnya dan diturunkan dari generasi ke generasi “kata
‘din’ dalam bahasa semit merujuk pada peraturan atau aturan, sedangkan dalam
bahasa Arap memiliki makna berhubungan dengan penguasaan, penundukan,
ketaatan, hutang, pembalasan, dan kebiasaan.”

Makna kata din dalam Alquran sebagaimana terdapat dalam surat Ali-Imran: 83:

َ‫َعون‬ َ ‫ض‬
ْ ‫ط ْوعًا وك َْرًِ ا َوإل ْي ِه ي رج‬ ِ ‫ت َوالَِْ ِْ ْر‬
ِ ‫س َم َوا‬ ِ ‫سل َم َم ْن‬
َّ ‫ف ِِ ال‬ ْ ‫غونَ َولهُ أ‬
ْ ‫ِللا ي ْب‬
ِ ‫ِين‬
ِ ‫غي َر د‬
ْ ‫أف‬
َ
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-
Nya lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka
maupun terpaksa dan hanya kepada Allah lah mereka dikembalikan.

Dalam penjelasan tafsir al-Mishbah, diungkapkan bahwa apakah mereka


meninggalkan jalan kepatuhan kepada Allah Swt dengan tujuan mencari agama selain
agama Allah. Bagaimana mereka mencari sember kepatuhan di luar agama Allah,
padahal seharusnya mereka hanya menyembah kepada-Nya dan taat kepada segala
perintah-Nya, baik itu dilakukan dengan senang karena hal itu merupakan bagian dari
kesucian yang ada dalam diri mereka, atau karena diharapkan mendapatkan kebaikan,
atau bahkan karena dipaksan karena tidak ada pilihan lain.

2
2. Pengelompokan Agama
Harun Nasution berpendapat bahwa ada agama-agama yang masih primitif dan
telah melampaui tahan keprimitifan. Agama manusia pada zaman kuno
mempengaruhi dan mengajak pengikutnya.
Agama primitif, yang dikenal sebagai agama dinamisme, adalah bentuk keagamaan
yang berhubungan dengan keyakinan terhadap kekuatan supernatural yang tidak
terlihat. Dalam konteks ilmiah, kekuatan supernatural ini dikenal sebagai “mana”,
sedangkan dalam bahasa indonesia, disebut sebagai “tuah” atau “keberuntungan”.
Sakti memiliki kekuatan yang luar biasa. Kepercayaan bahwa setiap objek, baik yang
hidup maupun yang mati, memiliki roh atau atau spititualitas yang ada di dalamnya .
terjemahan dari teks ini adalah: semangat. Hanya melalui agama, hubungan dapat
terbentuk hubungan tercipta sebagai tujuan utama agama di sini teks ini mengajarkan
untuk selalu berusaha menyenangkan hati naik dengan menghormati maupun
mengatasi rasa takut terhadap roh-roh yang ditakuti. Sementara dalam keyakinan
politeisme, terhadap kepercayaan pada keberadaan dewa-dewa yang memiliki peran
dan kewenangan masing-masing, serta keyakinan bahwa dewa-dewa memiliki tingkat
kekuasaan lebih tinggi. Maksud hidup memiliki kepercayaan di tempat dewa-dewa,
tetapi juga untuk menyembah dan berdoa kepada dewa agar kemarahan-Nya menjauh
dari masyarakat yang berada di sana. Dipuji, maka sudah pasti dewa-dewa yang lebih
kecil juga akan menerima penghormatan yang sama. Dihargai ketika dewa-dewa lain
dikesampingkan, ide itu telah dimengerti menjauhkan diri dari kepercayaan banyak
dewa dan beralih ke keyakinan tentang keberadaan satu dewa. Henoteisme adalah
kepercayaan ahwa ada satu Tuhan uang diakui oleh suatu bangsa, sedangkan bangsa-
bangsa lain memliki dewa-dewa mereka sendiri, misalnya orang yahudi memilii
yahwe sebagai dewa nasional mereka. Monoteisme adalah istilah yang digunakan
untuk menyebut agama-agama yang telah melampaui fase keprimitifan.
Kekuatan supernatural dihubungkan dengan penghormatan dan pemujaan agar
sesuai dengan keinginan manusia, sementara dalam kepercayaan yang telah
melampaui tahap primitif, manusia tunduk pada kehendak Tuhan.
Masyarakat penganutnya merupakan kelompok agama yang jelaskan oleh Harun
Nasution. Sementara penggolongan agama berdasarkan negara atau asalnya, seperti

3
agama Mesir Kuno, agama Persia, agama-agama India, agama-agama Cina, agama-
agama Jepang, dan agama-agama Semetik-Abrahamik (Yahudi, Nasrani, dan Islam).
Di samping itu, terdapat juga pembagian agama menjadi dua kategori lainnya,
yakni: agama wadi atau agama alamiah yang berhubungan dengan alam, dan agama
samawi atau agama yang diwahyukan yang berdasarkan wahyu. Agama wadi adalah
keyakinan religius yang muncul dari hungan manusia dengan lingkungan di
sekitarnya. Beberapa contoh agama yang termasuk dalam agama wadi meliputi
Hindu, Budha, Kong Hu Cu, dan shinto. Agama samawi adalah keyakinan-keyakinan
yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa untuk menjadi panduan bagi umat
manusia. Dalam hal ini, ada tiga agama samawi yang dapat disebutkan, yaitu agama
Yahudi, agama Nasrani, dan agama Islam.
3. Dinamika Agama Masa Kini
Agama memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun, seiring dengan perubahan zaman dan
perjalanan waktu, manusia kini menjalani kehidupan di era modern. Sebagai hasilnya,
perspektif terhadap kehidupan juga menjadi berbeda. Orang-orang zaman sekarang
yang tidak begitu mementingkan agama cenderung menghubungkan kebahagiaan
dengan kekayaan, kesenangan fisik, dan harta benda, sehingga mereka sering
mengalami krisis dalam hal spiritualitas.
Menurut Haidar Bagir, seorang penulis yang sangat tertarik dalam bidang
pemikiran, kesalahan dalam pemahaman agama terjadi karena orang yang menganut
agama tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang agama itu sendiri.
Mempersembahkannya dalam dimensi yang terbatas hanya pada aturan-aturan hukum
agama dalam arti yang hanya verbal, fisik, dan keimanan yang senantiasa rasional.
Banyak yang lupa akan hal yang sebenarnya paling penting dari agama, yaitu asal
spiritualitas dan moralitas.
Agama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan spiritual, karena dari kehidupan
spiritual ini timbul nilai-nilai moral dan kebaikan yang ditujukan untuk seluruh
ciptaan. Mungkin terjadi situasi dimana politik dan agama berhubungan, tetapi agama
sebaiknya tidak dijadikan sebagai ideologi karena jika dijadikan sebagai ideologi,
maka akan memicu konflik antara pengikut agama yang sama, bahkan dengan

4
kelompok agama lain. Agama berfungsi sebagai penuntun dalam upaya
membersihkan hati secara konsisten, pedoman dalam berperilaku yang baik, dan
motivator dalam melakukan perbuatan baik sebagai wujud kebaikan kepada alam
semesta.
bertentangan dengan konsep dasar agama itu sendiri. Seiring berjalannya waktu,
pemahaman agama lebih sering dipenuhi dengan interpretasi yang salah dan
kesalahan dalam penafsiran ajaran-ajaran agama. Hal ini dapat mengakibatkan
konflik, diskriminasi, dan pemisahan sosial di kalangan umat beragama. Kekeliruan
dalam memahami agama juga dapat menyebabkan sikap fanatisme agama yang
berbahaya, di mana seseorang mengekspresikan keyakinan mereka dengan cara yang
tidak bermoral atau merugikan orang lain. Oleh karena itu, penting untuk
memperbaiki pemahaman agama dengan merujuk pada sumber-sumber yang otentik
dan menggunakan pendekatan yang inklusif dan toleran guna menghindari
kesalahpahaman dan konflik yang tidak perlu. Pernyataan Haidar Bagir mengatakan
bahwa kurangnya pengetahuan agama dapat menyebabkan kekacauan dalam
masyarakat, seperti kekerasan yang dilakukan atas nama agama, seperti radikalisme,
terorisme, dan persebaran kebencian yang bertentangan dengan pemikiran atau
kelompoknya.
Agama seharusnya menjadi penyemangat bagi manusia dan penyebar kebaikan
bagi alam semesta, namun sayangnya, para pengikut agama justru menjadi penyebab
konflik di tengah-tengah kehidupan. Itu sebabnya, pentingnya pemahaman yang baik
tentang agama dan pengetahuan yang mendalam tentang sejarah agama agar dapat
mempelajari dengan lebih mendalam peran agama-agama di seluruh dunia. Seperti
yang pernah diungkapkan oleh Albert Einstein, kebutaan akan terjadi jika “ilmu tidak
disertai dengan agama, sedangkan lumpuh akan terjadi jika agama tidak disertai
dengan ilmu”.

4. Perlunya Agama Bagi Manusia

Manusia terdiri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani dan secara otomatis
kedua unsur tersebut memiliki kebutuhan sendiri. Kebutuhan jasmani dipenuhi pleh
sains dan teknologi, sedangkan kebutuhan rohani dipenuhi oleh kebutuhan agama dan

5
moralitas. Apabila keduan kebutuhan tersebut telah terpenuhi, menurut agama, ia
akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Bahkan agama menekankan bahwa
kebahagiaan rohani itu lebih penting dari kebahagiaan materi.
Terdapat tiga alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama, di
antaranya adalah sebagai berikut:
a. Latar belakang Fitrah Manusia
Fitrah manusia dalam bentuknya yang murni. Selaras dengan hukum alam.
Ia mempersembahkan diri, pasrah dan tunduk kepada Tuhannya, sepasrah dan
setunduk segala sesuatu dan setiap yang bernyawa. Maka setiap orang yang
menyimpang dari hukum illahi, bukan saja ia bertabrakan dengan alam,
melainkan juga dengan fitrah yang ada dalam dirinya. Akibatnya ia akan
sengsara, gelisah, galau dan bingung.
Manusia kini dihadapjan dengan kekosongan jiwa. Jiwanya kosong akan
hakikat iman secara aturan illahi. Dan fitrahnya yang murni tidak dapat
bertahan lama dengan sesuatu yang hampa. Aturan illahi inilah yang sanggup
mengharmonisasikan gerakannya dengan gerak alam tempat ia hidup.
Terdapat tiga bukti bahwa roh manusia itu sudah pernah mengadakan
perjanjian dengan allah, yaitu:
1) Adanya rasa takut dan harap
2) Adanya rasa estetika
3) Adanya rasa berTuhan.
Menurut ilmu sosiologi, fitrah tersebut dinamakan hasrat bergaul. Di antara
hasrat-hasrat tersebut, yaitu:

1) Hasrat ingin bergaul


2) Hasrat ingin mengetahui
3) Hasrat ingin memberi tahu
4) Hasrat ingin patuh
5) Hasrat ingin dihormati
Adanya hasrat itulah setiap manusia, bagaimana jeleknya, tetap akan
merasa malu bila dikatakan jelek.Manusia bagaimana kecil dan hinanya dalam
pandangan masyarakat pasti tidak mau dihina dan direndahkan.

6
b. Kelemahan dan kekurangan manusia
Manusia adalah mahkluk berfikir. Berfikir adalah bertanya, bertanya
adalah mencari jawaban, mencari jawaban adalah mencari kebenaran. Jadi
manusia adalah mahkluk mencari kebenaran. Manusia terdiri dari dua unsur,
jasmani dan rohani. Kedua unsur tersebut berasal dari bahasa arab yaituh roh
dan jasad. Roh bisa diartikan nyawa atau jiwa, jasad berarti tubuh atau raga,
sehingga bisa disebut jiwa raga. Masalah jasad tubuh atau raga, sudah
diketahui oleh manusia. Sedangkan masalah roh, myawa atau jiwa, ilmu
penengetahuan belum berhasil mengetahui hakikatnya. Allah sendiri telah
menyatakan ketidakmampuan manusia untuk mengetahui masalah roh
tersebut. Surah al-isra ayat 85 yaitu:
Artinya: “Mereka menanyakan engkau tentang roh. Katakanlah: roh itu
termasuk usrusan tuhanku dan kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit sekali.
(QS. Al-isra: 85) Berdasarkan ayat tersebut terkandung pengertian bahwa;
1) Hakikat roh, hanya diketahui oelh Allah
2) Manusia sejak dulu, belum mengetahui hakikat roh tersebut
3) Ilmu pengetahuan tersebut belum/tidak akan mampu menyingkap
rahasia roh itu.
Berarti, manusia elum mampu menyngkap hakikat dirinya. Atau dengan
kata lain, manusia belum mengetahui hakikat manusia itu sendiri. Namun
yang harus diketahui hakikat adalah masalah rohnya. Maka roh akan
dihadapkan dengan pengetahuan agama apa yang seharusnya dianut oleh
manusia ini. Apabila tidak memiliki pegangan maka akan hanyut dibawa
gelombang propaganda. Dalam islam terdapat ajaran bahwa manusia
dilahirkan atas dasar fitrah. Fitrah dalam artian memiliki sifat-sifat yang baik,
sifat-sifat ketuhanan atau beragama. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits
Nabi yang diriwayatkan dari Abu Huraira, bahwa Rasulullah Saw pernah
bersabda, yaitu:

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a berkata: bersabda Nabi Saw. Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang tuanyalah yang menjadikan ia

7
yahudi, nasrani atau majusi”. (HR.Bukhari). setelah Abu Hurairah
membacakan hadits tersebut, beliau mengatakan bacalah firman Allah yaitu:

Artinya: “Fitrah Allah, yang di atas fitrah itulah Allah menciptakan manusia
tidak ada perubahan bagi ciptaan Allah tersebut (Ar-Rum: 30).

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Agama Dilihat dari Berbagai Perspektif
Menurut Quraish Shihab, agama memiliki banyak bentuk dan variasi definisi
meskipun kata ini mudah diucapkan dan dapat dijelaskan secara sederhana oleh
orang awam, namun memberikan batasan atau definisi yang tepat terasa sangat suit.
Yang paling memadai terutama untuk ahli.
Agama dikenal sebagai din dalam bahasa Arab, religi dalam bahasa Eropa, dan di
indonesia, agama menjadi sebutan yang lebih familiar. Istilah agama terdiri dari dua
kata, yaitu “a” (tidak) dan “gam” (pergi), sehingga agama secara konseptual tidaklah
berpindah tetapi bertahan di tempatnya dan diturunkan dari generasi ke generasi “kata
‘din’ dalam bahasa semit merujuk pada peraturan atau aturan, sedangkan dalam
bahasa Arap memiliki makna berhubungan dengan penguasaan, penundukan,
ketaatan, hutang, pembalasan, dan kebiasaan.”

2. Pengelompokan Agama
Harun Nasution berpendapat bahwa ada agama-agama yang masih primitif dan
telah melampaui tahan keprimitifan. Agama manusia pada zaman kuno
mempengaruhi dan mengajak pengikutnya.
Agama primitif, yang dikenal sebagai agama dinamisme, adalah bentuk keagamaan
yang berhubungan dengan keyakinan terhadap kekuatan supernatural yang tidak
terlihat. Dalam konteks ilmiah, kekuatan supernatural ini dikenal sebagai “mana”,
sedangkan dalam bahasa indonesia, disebut sebagai “tuah” atau “keberuntungan”.
Sakti memiliki kekuatan yang luar biasa. Kepercayaan bahwa setiap objek, baik yang
hidup maupun yang mati, memiliki roh atau atau spititualitas yang ada di dalamnya .
terjemahan dari teks ini adalah: semangat. Hanya melalui agama, hubungan dapat
terbentuk hubungan tercipta sebagai tujuan utama agama di sini teks ini mengajarkan
untuk selalu berusaha menyenangkan hati naik dengan menghormati maupun

9
mengatasi rasa takut terhadap roh-roh yang ditakuti. Sementara dalam keyakinan
politeisme, terhadap kepercayaan pada keberadaan dewa-dewa yang memiliki peran
dan kewenangan masing-masing, serta keyakinan bahwa dewa-dewa memiliki tingkat
kekuasaan lebih tinggi. Maksud hidup memiliki kepercayaan di tempat dewa-dewa,
tetapi juga untuk menyembah dan berdoa kepada dewa agar kemarahan-Nya menjauh
dari masyarakat yang berada di sana. Dipuji, maka sudah pasti dewa-dewa yang lebih
kecil juga akan menerima penghormatan yang sama. Dihargai ketika dewa-dewa lain
dikesampingkan, ide itu telah dimengerti menjauhkan diri dari kepercayaan banyak
dewa dan beralih ke keyakinan tentang keberadaan satu dewa. Henoteisme adalah
kepercayaan ahwa ada satu Tuhan uang diakui oleh suatu bangsa, sedangkan bangsa-
bangsa lain memliki dewa-dewa mereka sendiri, misalnya orang yahudi memilii
yahwe sebagai dewa nasional mereka. Monoteisme adalah istilah yang digunakan
untuk menyebut agama-agama yang telah melampaui fase keprimitifan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Syarif, M. (2013). Rasionalitas Urgensi Beragama Bagi Manusia. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Anak. 9(1). H. 54-58.
Muzakir Algavoni, H. (2021). Urgensi Agama Bagi Manusia. H. 1-12

11

Anda mungkin juga menyukai