Anda di halaman 1dari 6

Strategi Trading Pivot Point Dengan Price Action

Dan MACD
Galuh
Pivot Point
 24 Okt 2018   2289   

Dibaca Normal 7 menit

Pivot Point memang biasa digunakan untuk trading Breakout. Bagaimana jika strategi
Pivot Point juga turut memperhitungkan Price Action dan MACD?

iklan iklan

Trading forex tak pernah lepas dari teknik analisa harga, baik secara fundamental maupun teknikal.
Nah, salah satu metode analisa teknikal dasar yang banyak diandalkan adalah penggunaan Pivot
Point sebagai Support Resistance. Namun karena fungsinya yang serbaguna, ada begitu banyak
strategi yang bisa dipadukan dengan Pivot Point. Maka dari itu, artikel ini akan membahas 2 strategi
Pivot Point terbaik, serta apa saja aturan trading yang bisa Anda gunakan untuk bisa menggunakan
analisa ini dengan lebih mudah.

Pada dasarnya, strategi Pivot Point diterapkan dengan 4 aturan berikut:

Harga bearish ketika berada di bawah Pivot Point (PP).

Harga bullish ketika berada di atas Pivot Point (PP).

Peluang buy (Long) muncul ketika harga memantul naik dari S1, S2, atau S3.

Peluang sell (Short) muncul ketika harga memantul turun dari R1, R2, atau R3.

Namun dalam praktiknya, trading dengan Pivot Point tentu tidak sesederhana itu. Ada metode analisa
dan bantuan indikator lain yang perlu digunakan, untuk mengkonfirmasi sinyal Pivot Point sebelum
entry.

A. Strategi Pivot Point Dengan Price Action


Metode trading yang satu ini sederhana saja, hanya mengandalkan terbentuknya konfirmasi Price
Action untuk sinyal Breakout dari suatu level Support atau Resistance. Konfirmasi sinyal ini
memperhatikan 2 hal utama:

Jenis candle (dan pola) yang menandai Breakout.

Level penutupan candle yang menandai Breakout.

Pakar trading forex dari forextraininggroup[dot]com menjelaskannya dalam chart GBP/USD H1


berikut ini:

1. Ketika harga pertama kali turun menembus Pivot Point (garis biru), maka konfirmasi Short
bisa didapat setelah candle bearish tertutup di bawah level Pivot. Stop Loss dapat
diposisikan di R1, sementara target keuntungan bisa diletakkan di S2. Perlu diperhatikan, jika
Anda menahan posisi sampai keesokan harinya (waktu server broker), maka lokasi garis-garis
Pivot kemungkinan berubah. Hal ini karena level-level Pivot, Support, dan Resistance di atas
dihitung dari harga Close, High, dan Low harian. Dengan demikian, sebaiknya jangan
lupa menyesuaikan Stop Loss dan Take Profit Anda untuk posisi yang dibuka di hari
sebelumnya.

2. Setelah turun hingga menyentuh target di S2, harga kemudian naik dan kembali menembus
Pivot Point ke arah atas. Di sini, Anda bisa memanfaatkan peluang buy (Long) setelah
harga benar-benar tertutup di atas Pivot Point. Stop Loss dapat diletakkan di S1 (tidak
terlihat di chart), sedangkan untuk Take Profit bisa ditempatkan di R2.

3. Ketika harga naik dan menembus R1, terlihat ada pergerakan korektif yang mungkin bisa
memicu pertimbangan untuk Close posisi. Namun demikian, perhatikan bahwa penembusan
harga di bawah level Pivot merupakan perwujudan dari pola Bullish Hammer. Karena
formasi candle tersebut menandakan potensi reversal ke arah atas, maka sebaiknya pertahankan
dulu posisi buy Anda.

4. Setelah terjebak dalam pergerakan mendatar, GBP/USD akhirnya memantul dari level Pivot
Point, dan naik menembus R1 dengan begitu mudahnya. Tak lama kemudian, Take Profit di
R2 pun tersentuh.

5. Jika Anda ingin memanfaatkan peluang bullish lebih lanjut, maka bisa membuka kembali
posisi Long setelah harga tertutup dengan candle bullish di atas R2. Sesuai aturan-aturan
sebelumnya, Stop Loss dapat diposisikan di satu level di bawah entry (R1). Sementara itu, Take
Profit dapat dimaksimalkan di atas R3 saja, mengingat dalam skenario ini tidak ada level R4.

Dari uraian di atas, strategi Pivot Point dengan Price Action dapat dioperasikan dengan aturan
berikut:

Entry setelah harga terkonfirmasi Breakout dari level Pivot, Support, atau Resistance.

Stop Loss sebaiknya ditempatkan di level Support atau Resistance terdekat dari Entry.

Take Profit dapat diposisikan dua level di atas Entry. Misalkan Anda Entry buy di Pivot Point,
maka Take Profit selayaknya di pasang di R2.
 

B. Strategi Pivot Point Dengan MACD


Berbeda dari strategi trading Pivot Point sebelumnya, teknik yang satu ini mengandalkan indikator
MACD, dan bisa dimanfaatkan untuk metode Breakout maupun Bounce. Dilihat dari keterangan
chart di bawah ini, maka terlihat bahwa sinyal pembalikan atau penembusan harga dari level-level
Support, Resistance, maupun Pivot, dapat dikonfirmasi dengan sinyal Crossing garis-garis MACD.

1. Peluang Short mula-mula muncul dari Breakout Pivot Point ke arah bawah, yang
dikonfirmasi dengan tertutupnya candle bearish di level tersebut. Pada saat yang sama, garis
MACD (biru) memotong garis sinyal (merah) dari arah atas ke bawah. Dua kemunculan sinyal
ini bisa menjadi bekal untuk memasang posisi sell dengan Stop Loss di area R1.

2. Namun setelah menembus S1, harga malah naik kembali dan terkonfirmasi bullish. Hal ini
terlihat dari penutupan candle bullish di atas S1, serta persilangan garis MACD dan garis
sinyal. Anda bisa menyesuaikan posisi untuk menutup order sell di area Pivot Point yang
baru. Pilihan berikutnya, Anda bisa membuka eksekusi balikan setelah harga tertutup di atas
level Pivot dengan candle bullish. Dalam hal ini, Anda bisa menempatkan Stop Loss di S1.

3. Harga telah naik hingga menembus R1, tapi kemudian kembali masuk ke area Pivot Point dan
R1. Saat itu, sinyal MACD telah menunjukkan Crossing yang menandakan pergantian
momentum ke sisi bearish. Close posisi buy bisa dipertimbangkan di area ini. Peluang Short
kembali muncul saat harga gagal Breakout R1 dan terus turun menembus Pivot Point.
Manfaatkan konfirmasi dari penutupan candle bearish di bawah level Pivot, untuk membuka
order sell dengan Stop Loss di R1. Peluang tersebut bisa memaksimalkan keuntungan sampai
harga menembus area antara S2 dan S3. Hal ini karena sinyal penutupan dari MACD baru
muncul ketika harga mencapai area tersebut.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa aturan trading Pivot Point dengan MACD adalah
sebagai berikut:

Entry setelah harga terkonfirmasi Breakout atau Bounce dari level Support Resistance.

Stop Loss sebaiknya ditempatkan di level Support atau Resistance terdekat dari Entry.

Exit apabila sinyal Crossing MACD telah menunjukkan perubahan momentum.

3 Hal Yang Wajib Diperhatikan Dari Strategi Pivot Point


1. Strategi trading Pivot Point dengan Price Action lebih cocok untuk Anda yang bergaya
agresif, sementara strategi trading dengan MACD cenderung lebih cocok bagi Anda yang
lebih konservatif. Hal ini karena trading dengan Pivot Point dan MACD perlu memastikan
konfirmasi sinyal yang lebih banyak.

Jika Anda hanya menggabungkan Pivot Point dengan Price Action, maka yang perlu
diperhatikan adalah pola harga di sekitar level-level Support Resistance. Namun apabila Anda
menggunakan Pivot Point dengan MACD, maka pertama-tama Anda perlu mengkonfirmasi
Breakout atau Bounce harga dari Support Resistance (dengan melihat Price Action), baru
kemudian memperhatikan sinyal dari indikator MACD.

2. Sebaiknya gunakan acuan time frame yang lebih rendah dari periode Pivot Point.
Misalkan Anda menggunakan Daily Pivot Point, maka terapkan Intraday Trading dengan acuan
time frame H4 ke bawah. Seputarforex sudah menyediakan data Pivot Point dari
perhitungan otomatis untuk 3 macam periode, yakni 4 Jam, Harian, dan Mingguan. Informasi
tersebut bisa dilihat di sini, dan dapat digunakan sebagai acuan trading Anda sehari-hari.

3. Lakukan uji coba terlebih dulu sebelum menggunakan strategi trading Pivot Point di akun
live. Langkah ini bukan hanya berfungsi untuk mengetahui efektivitas strategi, tapi juga
menentukan mana strategi trading Pivot Point yang lebih cocok untuk Anda; apakah dengan
Price Action atau MACD.

Tahukah Anda? Uji coba strategi Pivot Point bisa dilakukan dengan 2 cara, yakni Backtest dan
Forward Test. Untuk mengetahui seluk-beluk dan cara Backtest, silahkan kunjungi artikel Panduan
Lengkap Backtest. Sedangkan untuk Forward Test, dapat Anda pelajari di Panduan Forward Test
Untuk Menguji Sistem Trading.

Anda mungkin juga menyukai